Metode Penelitian FIX CLARENCE (2)
Proposal Metode Penelitian
PERBANDINGAN AUDITOR BERPENGALAMAN
DENGAN TIDAK BERPENGALAMAN: STUDI
PERANAN FEEDBACK TERHADAP KINERJA
PENUGASAN PENGENDALIAN INTEREN
Disusun oleh :
Nama : Clarence Sebastian
Kelas : P
NIM : 125130211
Program Studi Ekonomi Akuntansi
Universitas Tarumanagara
Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Pesatnya pertumbuhan ekonomi di masa kini, menuntut persaingan antar perusahaan untuk
berlomba-lomba mendapatkan nama baik (goodwill) dari seluruh masyarakat, namun di satu
sisi juga perusahaan tersebut harus fokus pada keuangaan perusahaan dimana pada akhirnya
laporan keuangan tersebut dapat dijadikan bahan untuk melakukan investasi bagi para
pemegang saham.
Maka dibutuhkan informasi arus kas perusahaan yang akurat dan tidak mengandung salah saji
yang bersifat material, oleh sebab itu dibutuhkan jasa akuntan publik yang andal dalam
menyajikan laporan keuangan tersebut , oleh karena itu dibutuhkan auditor yang independen
untuk tetap menjaga kualitas auditnya dalam perusahaan.
Tugas seorang auditor adalah memberikan dan menyajikan informasi berupa audit report,
yang didalamnya terdapat opini yang wajar mengani laporan keuangan perusahaan. Dimana
dalam audit report tersebut, auditor memastikan bahwa laporan keungan tersebut bebas dari
salah saji yang material.
Selain memberikan opini terhadap laporan keuangan, auditor juga harus memahami
pengendalian intern dalam suatu perusahaan yang sedang diaudit.
Pengendalian intern atau kontrol intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi
oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu
organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu
cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia
berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi
sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak
berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan perusahaan dapat menyediakan
informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham,
kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang dijadikan dasar
pengambilan keputusan ekonomi.
Sistem tersebut dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan
operasi perusahaan. Lebih rinci lagi, kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung
dimaksudkan untuk mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan
yang tepat serta menjamin ditaatinya atau dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut
Pengendalian Intern, atau dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan
dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi
keuangan yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan yang berlaku.
Pada tingkatan organisasi, tujuan pengendalian intern berkaitan dengan keandalan laporan
keuangan, umpan balik yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuan-tujuan operasional dan
strategis, serta kepatuhan pada hukum dan regulasi. Pada tingkatan transaksi spesifik,
pengendalian intern merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(mis. memastikan pembayaran terhadap pihak ketiga dilakukan terhadap suatu layanan yang
benar-benar dilakukan). Prosedur pengedalian intern mengurangi variasi proses dan pada
gilirannya memberikan hasil yang lebih dapat diperkirakan. Pengendalian intern merupakan
unsur kunci pada Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) tahun 1977 dan Sarbanes-Oxley
tahun 2002 yang mengharuskan peningkatan pengendalian intern pada perusahaanperusahaan publik Amerika Serikat.
Maka dari perspektif auditor, kualitas struktur pengendalian intern klien mengungkapkan
kemungkinan keliru dalam pelaporan keuangan klien
Oleh karena itu, tugas pengendalian internal sangat penting dalam proses audit karena
pemahaman tentang sistem pengendalian internal klien akan menentukan sifat, waktu, dan
ruang lingkup tes pernyataan substantif atas laporan keuangan.
Meskipun tugas pengendalian internal memainkan peran penting dalam menentukan risiko
audit, tugas dikategorikan sebagai tugas terstruktur dengan lingkungan belajar yang tinggi.
auditor berpengalaman dapat menggunakan kuesioner untuk membantu mengidentifikasi dari
tugas pengendalian internal sebagai auditor.
Tugas pengendalian internal memiliki lingkungan belajar yang tinggi dan kebutuhan sedikit
penilaian dan pengalaman, maka auditor yang menerima umpan balik setelah tugas
pengendalian internal diasumsikan memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan
auditor tidak diberikan umpan balik. Denagn kata lain membandingkan kinerja antara subjek
menerima umpan dengan subyek tidak menerima umpan setelah tugas pengendalian internal.
Setiap jenis umpan balik menyajikan informasi dengan karakteristik yang berbeda dan
potensi akan memberikan proses pembelajaran yang berbeda juga.
Akibatnya, pencapaian kinerja auditor dalam tugas pengendalian internal setelah umpan balik
mungkin berbeda. Tujuan umpan balik adalah untuk membandingkan kinerja subyek
menerima umpan hasil dengan subyek tidak menerima umpan jelas setelah selesainya tugas
pengendalian internal.
1.2 Identifikasi masalah
Setelah menyusun latar belakng masalah diatas, maka kita dapat menidentifikasi masalahmasalah yang terdapat dalam proses audit terkait dengan pengalaman dari auditor tersebut,
yaitu :
1. Kurangnya feedback terhadap kinerja auditor.
2. Auditor yang tidak berpengalaman memiliki kinerja yang kurang akurat .
1.3 Pembatasan masalah
Dalam melakukan penelitian ini, maka saya sebagai penulis membatasi masalah masalah
yang diteliti:
1. Pengendalian internal yang tidak dapat ditemukan oleh auditor karena kurangnya
pengalaman audit.
2. Informasi yang diberikan klien terkesan tertutup, sehingga auditor tidak memperoleh
feedback yang baik.
1.4 Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka timbul beberapa permasalahan terkait kinerja
auditor terhadap internal control :
1. Apakah feedback berpengaruh terhadap performance auditor ?
2. Apakah performance auditor berpengaruh terhadap internal control perusahaan ?
1.5 Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan dari penelitan ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh feedback terhadap performance auditor.
2. Untuk mengetahui seberapa besar performance auditor terhadap internal control
perusahaan.
Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain:
1. Bagi perusahaan
Feedback merupakan sarana untuk meningkatkan kinerja seorang auditor dalam
melakukan proses audit terkait dengan internal control suatu perusahaan.
2. Bagi pembaca
Sebagai referensi
untuk melakukan penelitian dan sebagai sarana untuk belajar
mengenai kinerja auditor dan pengendalian internal perusahaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja auditor terhadap internal control
Dalam melakukan tugas audit, auditor dituntut untuk menyajikan laporan audit maupun opini
audit yang memadai atas kewajaran suatu laporan keuangan, agar bebas dari salah saji yang
material.
Dan auditor juga diharapkan dapat mengetahui pengendalian internal yang ada di perusahaan.
Kegiatan audit internal menguji dan menilai efektivitas dan kecukupan system pengendalian
intern yang ada dalam perusahaan. Tanpa fungsi audit internal, dewan direksi dan atau
pimpinan unit tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja
perusahaan.
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris maupun top
manajer yang bertujuan untuk menyajikan kepastian yang semestinya berkenaan dengan
tujuan berikut :
1. Efektivitas dan efiensi operasi
2. Keandalan atau dapat dipercaya dalam menyajikan laporan keuangan
3. Ketaatan pada undang-unang yang berlaku
2.2 Feedback yang berkaitan tentang kinerja auditor
Sebagai tanggapan, anggota komite audit telah lebih terfokus dari sebelumnya pada
peningkatan baik efektivitas dan efisiensi komite audit mereka, termasuk meningkatkan
interaksi komite audit dengan manajemen, audit internal, dan auditor eksternal. Memang,
pentingnya hubungan antara komite audit dan auditor internal semakin diakui.
Sedangkan auditor hukum bertanggung jawab untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan
dan menyatakan pendapat sebagai kebenaran dan keadilan mereka; auditor internal
bertanggung jawab untuk membuktikan jaminan obyektif mengenai kecukupan dan
efektivitas manajemen risiko dan pengendalian kerangka perusahaan. Masing-masing
memiliki tanggung jawab sendiri yang unik, tetapi komite audit harus menentukan bahwa
mereka saling melengkapi satu sama lain, bahwa upaya audit mereka dikoordinasikan, dan
bahwa mereka berkomunikasi secara efektif.
Komite audit harus mengevaluasi audit internal berdasarkan pengalaman sendiri dan meminta
manajemen dan audit eksternal untuk memberikan penilaian mereka sendiri. Di mana
organisasi memiliki anak perusahaan atau unit bisnis yang berbeda, mungkin tepat untuk
meminta manajemen mereka untuk menyelesaikan kuesioner. Selain penilaian tersebut,
kepala audit internal harus diminta untuk diri menilai kinerja departemen. Proses ini dapat
mengidentifikasi isu-isu lain, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kinerja komite audit
sendiri, kinerja manajemen atau kinerja audit eksternal.
Makalah ini menyediakan empat bagian daftar pertanyaan untuk dipertimbangkan sebagai
bagian dari suatu kerangka terpadu untuk penilaian fungsi audit internal yang harus
diselesaikan sebagai berikut:
1.Komite Audit (penilaian awal) Manajemen
2.Auditor eksternal
3.Kepala audit internal
Komite audit harus bertujuan untuk memastikan mereka memiliki sumber daya yang
berkualitas tepat untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini dan
mempertimbangkan implikasi dari temuan.
2.3 Kerangka pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan ilmuwan,
adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu berpikir yang menimbulkan
kesimpulan
berupa
hipotesis.
Kerangka
pemikiran
teoritis
dalam
penelitian
ini
menggambarkan secara garis besar suatu rangkaian pemikiran yang didasarkan pada tinjauan
pustaka dan penelitian-penelitan sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan kualitas audit
Factor yang diuji adalah : Feedback dan performance dari auditor terkaitan dengan
pengendalian intern
Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari
berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,
sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang
hubungan
variabel
tersebut,
selanjutnya
digunakan
untuk
merumuskan
hipotesis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut:
Kerangka Penelitian
FEEDBACK
PERFOMANCE
INTERNAL
CONTROL
AUDITOR
2.4 Hipotesis
2.4.1 Manfaat umpan balik dalam melakukan penilaian
Proses penilaian melibatkan interaksi antara kognitif individu, sejumlah pedoman atau
informasi sebagai dasar penilaian, dan acara untuk diprediksi. Individu menggunakan
pedoman dan informasi untuk mendasarkan prediksi mereka. Pemilihan pedoman didasarkan
pada keyakinan atau persepsi individu mengenai kesesuaian garis panduan atau informasi
dalam memprediksi peristiwa. Oleh karena itu, keakuratan penilaian tergantung pada
kesesuaian kognitif auditor dengan kriteria acara untuk diprediksi
yang berisi informasi umpan balik mengenai jawaban yang benar dari umpan balik hasil atau
mengandung pedoman dalam menyelesaikan tugas-tugas yang disebut sifat umpan balik akan
memfasilitasi belajar dengan melakukan karena umpan balik yang diterima oleh auditor
setelah auditor melaksanakan tugas
Auditor belajar untuk membuat penilaian melalui tugas-tugas audit dan umpan balik. Ini
terutama ketika auditor sebagai hakim tidak memiliki model mental sesuai dengan tugas
mereka
H1 :
Subyek menerima umpan setelah menyelesaikan tugas pengendalian internal yang telah
melakukan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan subyek tanpa umpan balik serupa
2.4.2 Pengaruh pengalaman pada kinerja
Pengalaman yang diperoleh melalui menyelesaikan tugas dan kesempatan untuk
mendapatkan pengetahuan. Oleh karena itu, lebih banyak masalah dipelajari oleh auditor,
pengetahuan auditor mengenai sifat tugas meningkat, atau dengan kata lain semakin
mengalami auditor lebih akurat penilaian mereka
Pengalaman yang bermanfaat terhadap efisiensi dan efektivitas dalam memperoleh bukti.
Auditor menggunakan pengetahuan mereka sebagai dasar dalam mendiagnosis suatu acara
karena auditor mengatur pengalaman mereka sesuai dengan kriteria tugas
H2 :
Subyek menerima umpan setelah kontrol penyelesaian tugas internal yang memiliki kinerja
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pengalaman auditor tanpa umpan balik serupa
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini saya akan membahas mengenai metode-metode apa yang akan dilakukan
dalam sebuah penelitian, oleh karena itu saya akan memberikan rincian-rincian dalam
melakukan sebuah penelitian.
A.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Sugiyono – Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas,
obyek/subjek yang mempunyai kuantitas & karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah kantor akuntan public dari
kota Y & S dengan tiap auditor per kantor akuntan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi,
hal seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan
waktu, maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari
populasi.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Percobaan dilakukan di dua
universitas di Yogyakarta, diikuti oleh total 84 peserta.
Percobaan di universitas A diikuti oleh 47 peserta dan di universitas B diikuti
oleh 37 peserta.
Para peserta dibagi menjadi 28 peserta untuk kelompok A, 26 peserta dari
kelompok B, dan 30 peserta untuk kelompok C.
Table 1
B.
Group
Peserta
Peserta
Jumlah Peserta
A
B
C
Total
Universitas A
15
15
17
47
Universitas B
13
11
13
37
28
26
30
84
Data penelitian
1. Jenis dan sumber data
Data dalam penelitian ini munggunakan data kuantitaif yang diperoleh
dari hasil obervasi di beberapa universitas yang berada di daerah
Yogyakarta.
2. Teknik Pengumpulan data
Teknik pegumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
observasi, random sampling dan studi pustaka. Teknik-teknik ini
dugunakan untuk mengambil sampel yang berkaitan dengan topik
pembahasan dalam suatu penelitian.
C.
Definisi pengukuran variable dan operasional
Dalam tugas audit pengendalian intern, nilai rata-rata tertinggi di peroleh oleh
group penerima hasil umpan balik sebesar 2.55 (standard deviasi = 0,78), lalu
kedua dengan nilai rata-rata tertinggi di peroleh oleh group penerima umpan
balik jelas sebesar 2.00 (standard deviasi =0,76) dan terbawah dengan nilai
1,71 (standard deviasi=0,92)
Tidak
Tugas
ada Penerima umpan Umpan
umpan balik
balik
yang jelas
(Standard
(Standard
(Standard
deviasi)
1.71
deviasi)
2.25
deviasi)
2.00
(0.78)
(0.76)
1.95
1.39
(0.82)
(0.58)
balik
penegndalian
internal
Nilai
sebelum (0.92)
pembelajaran
Tugas
0.52
penegndalian
internal
Kinerja
setelah (0.42)
pembelajaran
D.
Metode analisis data
Analisis yang digunakan sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat adalah
menggunakan analisis regresi berganda. Tujuannya untuk mengetahui apa yang
sebaiknya digunakan dalam menguji hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti
:
1. Deskripsi statistic
Statistika deskriptif adalah bagian dari ilmu statistika yang hanya mengolah,
menyajikan data tanpa mengambil keputusan untuk populasi. Dengan kata lain
hanya melihatgambaran secara umum dari data yang didapatkan.Statistika
adalah
ilmu
yang
mempelajari
bagaimana
merencanakan,
mengumpulkan,menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.
Singkatnya, statistika adalahilmu yang berkenaan dengan data.Iqbal Hasan
(2004:185) menjelaskan : Analisis deskriptif adalah merupakan bentuk analisis
data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan
satusample. Analisa deskriptif ini dilakukan dengan pengujian hipotesis
deskriptif. Hasil analisisnya adalah apakah hipotesis penelitian dapat
digeneralisasikan atau tidak. Jika hipotesis nol (H0) diterima, berarti hasil
penelitian dapat digeneralisasikan.
Analisis deskriptif ini menggunakan satu variable atau lebih tapi bersifat
mandiri, oleh karena ituanalisis ini tidak berbentuk perbandingan atau
hubungan.Iqbal Hasan (2001:7) menjelaskan : Statistik deskriptif atau statistic
deduktif adalah bagian dari statistic mempelajari cara pengumpulan data dan
penyajian data sehinggamuda dipahami. Statistic deskriptif hanya berhubungan
dengan hal menguraikan ataumemberikan keterangan-keterangan mengenai
suatu data atau keadaan atau fenomena.Dengan kata statistic deskriptif berfungsi
menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan.Penarikan kesimpulan pada
statistic deskriptif (jika ada) hanya ditujukan pada kumpulandata yang ada.
2. Anova
Analisis varians (analysis of variance, ANOVA) adalah suatu metode analisis
statistika yang termasuk ke dalam cabang statistika inferensi. Dalam literatur
Indonesia metode ini dikenal dengan berbagai nama lain, seperti analisis ragam,
sidik ragam, dan analisis variansi. Ia merupakan pengembangan dari masalah
Behrens-Fisher, sehingga uji-F juga dipakai dalam pengambilan keputusan.
Analisis varians pertama kali diperkenalkan oleh Sir Ronald Fisher, bapak
statistika modern. Dalam praktik, analisis varians dapat merupakan uji hipotesis
(lebih sering dipakai) maupun pendugaan (estimation, khususnya di bidang
genetika terapan).
Secara umum, analisis varians menguji dua varians (atau ragam) berdasarkan
hipotesis nol bahwa kedua varians itu sama. Varians pertama adalah varians
antarcontoh (among samples) dan varians kedua adalah varians di dalam
masing-masing contoh (within samples). Dengan ide semacam ini, analisis
varians dengan dua contoh akan memberikan hasil yang sama dengan uji-t untuk
dua rerata (mean).
Outcome feedback
Explanatory feedback
ARAL-ICT
Average difference
0.9
T-ICT
P
Average difference
p
0.013**
(0.31)
0.665
Notes :
ARAL-ICT = Accurancy level after learing process
T-ICT = Time to complete internal control task
** Significance level
PERBANDINGAN AUDITOR BERPENGALAMAN
DENGAN TIDAK BERPENGALAMAN: STUDI
PERANAN FEEDBACK TERHADAP KINERJA
PENUGASAN PENGENDALIAN INTEREN
Disusun oleh :
Nama : Clarence Sebastian
Kelas : P
NIM : 125130211
Program Studi Ekonomi Akuntansi
Universitas Tarumanagara
Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Pesatnya pertumbuhan ekonomi di masa kini, menuntut persaingan antar perusahaan untuk
berlomba-lomba mendapatkan nama baik (goodwill) dari seluruh masyarakat, namun di satu
sisi juga perusahaan tersebut harus fokus pada keuangaan perusahaan dimana pada akhirnya
laporan keuangan tersebut dapat dijadikan bahan untuk melakukan investasi bagi para
pemegang saham.
Maka dibutuhkan informasi arus kas perusahaan yang akurat dan tidak mengandung salah saji
yang bersifat material, oleh sebab itu dibutuhkan jasa akuntan publik yang andal dalam
menyajikan laporan keuangan tersebut , oleh karena itu dibutuhkan auditor yang independen
untuk tetap menjaga kualitas auditnya dalam perusahaan.
Tugas seorang auditor adalah memberikan dan menyajikan informasi berupa audit report,
yang didalamnya terdapat opini yang wajar mengani laporan keuangan perusahaan. Dimana
dalam audit report tersebut, auditor memastikan bahwa laporan keungan tersebut bebas dari
salah saji yang material.
Selain memberikan opini terhadap laporan keuangan, auditor juga harus memahami
pengendalian intern dalam suatu perusahaan yang sedang diaudit.
Pengendalian intern atau kontrol intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi
oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu
organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu
cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia
berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi
sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak
berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan perusahaan dapat menyediakan
informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham,
kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang dijadikan dasar
pengambilan keputusan ekonomi.
Sistem tersebut dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan
operasi perusahaan. Lebih rinci lagi, kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung
dimaksudkan untuk mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan
yang tepat serta menjamin ditaatinya atau dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut
Pengendalian Intern, atau dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan
dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi
keuangan yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan yang berlaku.
Pada tingkatan organisasi, tujuan pengendalian intern berkaitan dengan keandalan laporan
keuangan, umpan balik yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuan-tujuan operasional dan
strategis, serta kepatuhan pada hukum dan regulasi. Pada tingkatan transaksi spesifik,
pengendalian intern merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(mis. memastikan pembayaran terhadap pihak ketiga dilakukan terhadap suatu layanan yang
benar-benar dilakukan). Prosedur pengedalian intern mengurangi variasi proses dan pada
gilirannya memberikan hasil yang lebih dapat diperkirakan. Pengendalian intern merupakan
unsur kunci pada Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) tahun 1977 dan Sarbanes-Oxley
tahun 2002 yang mengharuskan peningkatan pengendalian intern pada perusahaanperusahaan publik Amerika Serikat.
Maka dari perspektif auditor, kualitas struktur pengendalian intern klien mengungkapkan
kemungkinan keliru dalam pelaporan keuangan klien
Oleh karena itu, tugas pengendalian internal sangat penting dalam proses audit karena
pemahaman tentang sistem pengendalian internal klien akan menentukan sifat, waktu, dan
ruang lingkup tes pernyataan substantif atas laporan keuangan.
Meskipun tugas pengendalian internal memainkan peran penting dalam menentukan risiko
audit, tugas dikategorikan sebagai tugas terstruktur dengan lingkungan belajar yang tinggi.
auditor berpengalaman dapat menggunakan kuesioner untuk membantu mengidentifikasi dari
tugas pengendalian internal sebagai auditor.
Tugas pengendalian internal memiliki lingkungan belajar yang tinggi dan kebutuhan sedikit
penilaian dan pengalaman, maka auditor yang menerima umpan balik setelah tugas
pengendalian internal diasumsikan memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan
auditor tidak diberikan umpan balik. Denagn kata lain membandingkan kinerja antara subjek
menerima umpan dengan subyek tidak menerima umpan setelah tugas pengendalian internal.
Setiap jenis umpan balik menyajikan informasi dengan karakteristik yang berbeda dan
potensi akan memberikan proses pembelajaran yang berbeda juga.
Akibatnya, pencapaian kinerja auditor dalam tugas pengendalian internal setelah umpan balik
mungkin berbeda. Tujuan umpan balik adalah untuk membandingkan kinerja subyek
menerima umpan hasil dengan subyek tidak menerima umpan jelas setelah selesainya tugas
pengendalian internal.
1.2 Identifikasi masalah
Setelah menyusun latar belakng masalah diatas, maka kita dapat menidentifikasi masalahmasalah yang terdapat dalam proses audit terkait dengan pengalaman dari auditor tersebut,
yaitu :
1. Kurangnya feedback terhadap kinerja auditor.
2. Auditor yang tidak berpengalaman memiliki kinerja yang kurang akurat .
1.3 Pembatasan masalah
Dalam melakukan penelitian ini, maka saya sebagai penulis membatasi masalah masalah
yang diteliti:
1. Pengendalian internal yang tidak dapat ditemukan oleh auditor karena kurangnya
pengalaman audit.
2. Informasi yang diberikan klien terkesan tertutup, sehingga auditor tidak memperoleh
feedback yang baik.
1.4 Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka timbul beberapa permasalahan terkait kinerja
auditor terhadap internal control :
1. Apakah feedback berpengaruh terhadap performance auditor ?
2. Apakah performance auditor berpengaruh terhadap internal control perusahaan ?
1.5 Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan dari penelitan ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh feedback terhadap performance auditor.
2. Untuk mengetahui seberapa besar performance auditor terhadap internal control
perusahaan.
Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain:
1. Bagi perusahaan
Feedback merupakan sarana untuk meningkatkan kinerja seorang auditor dalam
melakukan proses audit terkait dengan internal control suatu perusahaan.
2. Bagi pembaca
Sebagai referensi
untuk melakukan penelitian dan sebagai sarana untuk belajar
mengenai kinerja auditor dan pengendalian internal perusahaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja auditor terhadap internal control
Dalam melakukan tugas audit, auditor dituntut untuk menyajikan laporan audit maupun opini
audit yang memadai atas kewajaran suatu laporan keuangan, agar bebas dari salah saji yang
material.
Dan auditor juga diharapkan dapat mengetahui pengendalian internal yang ada di perusahaan.
Kegiatan audit internal menguji dan menilai efektivitas dan kecukupan system pengendalian
intern yang ada dalam perusahaan. Tanpa fungsi audit internal, dewan direksi dan atau
pimpinan unit tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja
perusahaan.
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris maupun top
manajer yang bertujuan untuk menyajikan kepastian yang semestinya berkenaan dengan
tujuan berikut :
1. Efektivitas dan efiensi operasi
2. Keandalan atau dapat dipercaya dalam menyajikan laporan keuangan
3. Ketaatan pada undang-unang yang berlaku
2.2 Feedback yang berkaitan tentang kinerja auditor
Sebagai tanggapan, anggota komite audit telah lebih terfokus dari sebelumnya pada
peningkatan baik efektivitas dan efisiensi komite audit mereka, termasuk meningkatkan
interaksi komite audit dengan manajemen, audit internal, dan auditor eksternal. Memang,
pentingnya hubungan antara komite audit dan auditor internal semakin diakui.
Sedangkan auditor hukum bertanggung jawab untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan
dan menyatakan pendapat sebagai kebenaran dan keadilan mereka; auditor internal
bertanggung jawab untuk membuktikan jaminan obyektif mengenai kecukupan dan
efektivitas manajemen risiko dan pengendalian kerangka perusahaan. Masing-masing
memiliki tanggung jawab sendiri yang unik, tetapi komite audit harus menentukan bahwa
mereka saling melengkapi satu sama lain, bahwa upaya audit mereka dikoordinasikan, dan
bahwa mereka berkomunikasi secara efektif.
Komite audit harus mengevaluasi audit internal berdasarkan pengalaman sendiri dan meminta
manajemen dan audit eksternal untuk memberikan penilaian mereka sendiri. Di mana
organisasi memiliki anak perusahaan atau unit bisnis yang berbeda, mungkin tepat untuk
meminta manajemen mereka untuk menyelesaikan kuesioner. Selain penilaian tersebut,
kepala audit internal harus diminta untuk diri menilai kinerja departemen. Proses ini dapat
mengidentifikasi isu-isu lain, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kinerja komite audit
sendiri, kinerja manajemen atau kinerja audit eksternal.
Makalah ini menyediakan empat bagian daftar pertanyaan untuk dipertimbangkan sebagai
bagian dari suatu kerangka terpadu untuk penilaian fungsi audit internal yang harus
diselesaikan sebagai berikut:
1.Komite Audit (penilaian awal) Manajemen
2.Auditor eksternal
3.Kepala audit internal
Komite audit harus bertujuan untuk memastikan mereka memiliki sumber daya yang
berkualitas tepat untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini dan
mempertimbangkan implikasi dari temuan.
2.3 Kerangka pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan ilmuwan,
adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu berpikir yang menimbulkan
kesimpulan
berupa
hipotesis.
Kerangka
pemikiran
teoritis
dalam
penelitian
ini
menggambarkan secara garis besar suatu rangkaian pemikiran yang didasarkan pada tinjauan
pustaka dan penelitian-penelitan sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan kualitas audit
Factor yang diuji adalah : Feedback dan performance dari auditor terkaitan dengan
pengendalian intern
Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari
berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,
sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang
hubungan
variabel
tersebut,
selanjutnya
digunakan
untuk
merumuskan
hipotesis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut:
Kerangka Penelitian
FEEDBACK
PERFOMANCE
INTERNAL
CONTROL
AUDITOR
2.4 Hipotesis
2.4.1 Manfaat umpan balik dalam melakukan penilaian
Proses penilaian melibatkan interaksi antara kognitif individu, sejumlah pedoman atau
informasi sebagai dasar penilaian, dan acara untuk diprediksi. Individu menggunakan
pedoman dan informasi untuk mendasarkan prediksi mereka. Pemilihan pedoman didasarkan
pada keyakinan atau persepsi individu mengenai kesesuaian garis panduan atau informasi
dalam memprediksi peristiwa. Oleh karena itu, keakuratan penilaian tergantung pada
kesesuaian kognitif auditor dengan kriteria acara untuk diprediksi
yang berisi informasi umpan balik mengenai jawaban yang benar dari umpan balik hasil atau
mengandung pedoman dalam menyelesaikan tugas-tugas yang disebut sifat umpan balik akan
memfasilitasi belajar dengan melakukan karena umpan balik yang diterima oleh auditor
setelah auditor melaksanakan tugas
Auditor belajar untuk membuat penilaian melalui tugas-tugas audit dan umpan balik. Ini
terutama ketika auditor sebagai hakim tidak memiliki model mental sesuai dengan tugas
mereka
H1 :
Subyek menerima umpan setelah menyelesaikan tugas pengendalian internal yang telah
melakukan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan subyek tanpa umpan balik serupa
2.4.2 Pengaruh pengalaman pada kinerja
Pengalaman yang diperoleh melalui menyelesaikan tugas dan kesempatan untuk
mendapatkan pengetahuan. Oleh karena itu, lebih banyak masalah dipelajari oleh auditor,
pengetahuan auditor mengenai sifat tugas meningkat, atau dengan kata lain semakin
mengalami auditor lebih akurat penilaian mereka
Pengalaman yang bermanfaat terhadap efisiensi dan efektivitas dalam memperoleh bukti.
Auditor menggunakan pengetahuan mereka sebagai dasar dalam mendiagnosis suatu acara
karena auditor mengatur pengalaman mereka sesuai dengan kriteria tugas
H2 :
Subyek menerima umpan setelah kontrol penyelesaian tugas internal yang memiliki kinerja
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pengalaman auditor tanpa umpan balik serupa
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini saya akan membahas mengenai metode-metode apa yang akan dilakukan
dalam sebuah penelitian, oleh karena itu saya akan memberikan rincian-rincian dalam
melakukan sebuah penelitian.
A.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Sugiyono – Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas,
obyek/subjek yang mempunyai kuantitas & karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah kantor akuntan public dari
kota Y & S dengan tiap auditor per kantor akuntan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi,
hal seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan
waktu, maka oleh sebab itu peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari
populasi.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Percobaan dilakukan di dua
universitas di Yogyakarta, diikuti oleh total 84 peserta.
Percobaan di universitas A diikuti oleh 47 peserta dan di universitas B diikuti
oleh 37 peserta.
Para peserta dibagi menjadi 28 peserta untuk kelompok A, 26 peserta dari
kelompok B, dan 30 peserta untuk kelompok C.
Table 1
B.
Group
Peserta
Peserta
Jumlah Peserta
A
B
C
Total
Universitas A
15
15
17
47
Universitas B
13
11
13
37
28
26
30
84
Data penelitian
1. Jenis dan sumber data
Data dalam penelitian ini munggunakan data kuantitaif yang diperoleh
dari hasil obervasi di beberapa universitas yang berada di daerah
Yogyakarta.
2. Teknik Pengumpulan data
Teknik pegumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
observasi, random sampling dan studi pustaka. Teknik-teknik ini
dugunakan untuk mengambil sampel yang berkaitan dengan topik
pembahasan dalam suatu penelitian.
C.
Definisi pengukuran variable dan operasional
Dalam tugas audit pengendalian intern, nilai rata-rata tertinggi di peroleh oleh
group penerima hasil umpan balik sebesar 2.55 (standard deviasi = 0,78), lalu
kedua dengan nilai rata-rata tertinggi di peroleh oleh group penerima umpan
balik jelas sebesar 2.00 (standard deviasi =0,76) dan terbawah dengan nilai
1,71 (standard deviasi=0,92)
Tidak
Tugas
ada Penerima umpan Umpan
umpan balik
balik
yang jelas
(Standard
(Standard
(Standard
deviasi)
1.71
deviasi)
2.25
deviasi)
2.00
(0.78)
(0.76)
1.95
1.39
(0.82)
(0.58)
balik
penegndalian
internal
Nilai
sebelum (0.92)
pembelajaran
Tugas
0.52
penegndalian
internal
Kinerja
setelah (0.42)
pembelajaran
D.
Metode analisis data
Analisis yang digunakan sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat adalah
menggunakan analisis regresi berganda. Tujuannya untuk mengetahui apa yang
sebaiknya digunakan dalam menguji hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti
:
1. Deskripsi statistic
Statistika deskriptif adalah bagian dari ilmu statistika yang hanya mengolah,
menyajikan data tanpa mengambil keputusan untuk populasi. Dengan kata lain
hanya melihatgambaran secara umum dari data yang didapatkan.Statistika
adalah
ilmu
yang
mempelajari
bagaimana
merencanakan,
mengumpulkan,menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.
Singkatnya, statistika adalahilmu yang berkenaan dengan data.Iqbal Hasan
(2004:185) menjelaskan : Analisis deskriptif adalah merupakan bentuk analisis
data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan
satusample. Analisa deskriptif ini dilakukan dengan pengujian hipotesis
deskriptif. Hasil analisisnya adalah apakah hipotesis penelitian dapat
digeneralisasikan atau tidak. Jika hipotesis nol (H0) diterima, berarti hasil
penelitian dapat digeneralisasikan.
Analisis deskriptif ini menggunakan satu variable atau lebih tapi bersifat
mandiri, oleh karena ituanalisis ini tidak berbentuk perbandingan atau
hubungan.Iqbal Hasan (2001:7) menjelaskan : Statistik deskriptif atau statistic
deduktif adalah bagian dari statistic mempelajari cara pengumpulan data dan
penyajian data sehinggamuda dipahami. Statistic deskriptif hanya berhubungan
dengan hal menguraikan ataumemberikan keterangan-keterangan mengenai
suatu data atau keadaan atau fenomena.Dengan kata statistic deskriptif berfungsi
menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan.Penarikan kesimpulan pada
statistic deskriptif (jika ada) hanya ditujukan pada kumpulandata yang ada.
2. Anova
Analisis varians (analysis of variance, ANOVA) adalah suatu metode analisis
statistika yang termasuk ke dalam cabang statistika inferensi. Dalam literatur
Indonesia metode ini dikenal dengan berbagai nama lain, seperti analisis ragam,
sidik ragam, dan analisis variansi. Ia merupakan pengembangan dari masalah
Behrens-Fisher, sehingga uji-F juga dipakai dalam pengambilan keputusan.
Analisis varians pertama kali diperkenalkan oleh Sir Ronald Fisher, bapak
statistika modern. Dalam praktik, analisis varians dapat merupakan uji hipotesis
(lebih sering dipakai) maupun pendugaan (estimation, khususnya di bidang
genetika terapan).
Secara umum, analisis varians menguji dua varians (atau ragam) berdasarkan
hipotesis nol bahwa kedua varians itu sama. Varians pertama adalah varians
antarcontoh (among samples) dan varians kedua adalah varians di dalam
masing-masing contoh (within samples). Dengan ide semacam ini, analisis
varians dengan dua contoh akan memberikan hasil yang sama dengan uji-t untuk
dua rerata (mean).
Outcome feedback
Explanatory feedback
ARAL-ICT
Average difference
0.9
T-ICT
P
Average difference
p
0.013**
(0.31)
0.665
Notes :
ARAL-ICT = Accurancy level after learing process
T-ICT = Time to complete internal control task
** Significance level