Ketahanan pangan di indonesia docx

BAGAIMANA UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KETAHANAN
PANGAN DI INDONESIA
May

20by masrogultom

TOPIK

: KETAHANAN PANGAN NASIONAL

JUDUL
: BAGAIMANA UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA

Disusun oleh :
NAMA

: MASRO KRISTINA GULTOM

NPM


: 1EB16

KELAS

:25213340

I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
sehingga pemenuhannya menjadi salah satu hak asasi yang
harus dipenuhi secara bersama-sama oleh negara dan
masyarakatnya. Pemerintah Indonesia selalu berupaya untuk
mencapai kemakmuran rakyat indonesia, salah satunya adalah
meningkatkan ketahanan pangan nasional. Pangan merupakan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh
setiap manusia.Salah satunya adalah kebutuhan akan beras, di

Indonesia beras merupakan salah satu makanan pokok. Setelah
beberapa tahun terakhir ini petani banyak yang mengalami gagal
panen yang diakibatkan oleh berbagai macam bencana seperti
banjir, dan musim kemarau yang berkepanjangan, oleh karena
itu pemerintah melakukan kebijakan supaya warga indonesia
tidak selalu bergantung pada beras.
Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah
dengan meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan.
Kebijakan tidak hanya ditujukan untuk mengurangi
ketergantungan pada beras, tetapi juga dimaksudkan untuk
mengubah pola konsumsi masyarakat agar mengkonsumsi
bahan pangan yang beranekaragam dan lebih baik gizinya.
Tetapi untuk daerah-daerah tertentu penganekaragamn
konsumsi pangan itu masih sulit karena didaerah tertentu pola
konsumsi masyarakat masih didominasi dengan padi-padian.
Masyarakat umumnya masih mempunyai ketergantungan yang
kuat terhadap beras.
Kita tahu bahwa indonesia merupakan negara yang kaya akan
sumber alam, tetapi coba kita teliti, apakah warga indonesia
sudah sejahtera? Tentu jawabannya tidak, karena masih banyak

rakyat yang tidak mendapatkan penghidupan yang layak. Contoh
kita lihat gelandangan, yang setiap hari mereka mondar-mandir

dijalanan dan bahkan mereka tidak mengonsumsi apapun dalam
sehari. Untuk itu masyarakat membutuhkan kebijakan
pemerintah untuk mensejahterakan mereka.
Di Indonesia, pemerintah sudah banyak melakukan kebijakan
untuk mengatasi masalah pangan. Salah satu contohnya :
pemerintah telah membantu para petani untuk meningkatkan
jumlah panen, seperti memberikan pupuk yang berkualitas.
Utuk mempertahankan ketahanan pangan nasional,
beberpa usaha yang perlu dilaksanakan
secara simultan
antara lain: pengendalian konversi lahan pertanian, mencetak
lahan pertanian baru dan intensifikasi sistem pertanian dengan
menerapkan tekhnologi yang dapat meningkatkan produktivitas
dan sekaligus mempertahankan kualitas lingkungan. Walaupun
secara teoritis ketahanan pangan mengandung aspek yang
sangat luas, termasuk kemampuan mengadakan bahan pangan
baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar negeri, namun

dalam berbagai kebijakan pembangunan pertanian, usaha
pencapaian ketahanan pangan sebagian besar difokuskan pada
peningkatan kemandirian pangan terutama beras.
Sebenarnya jika ditinjau dari kondisi alam di Indonesia,
negara kita termasuk negara yang kaya akan sumber daya alam.
Banyak negara luar yang datang ke Indonesia untuk mengolah
bahan mentah dari Indonesia. Tetapi walaupun negara Indonesia
kaya akan sumber daya alam kita mengimpor pangan, itu
disebabkan karena kekurangan dan kemampuan sumber daya
manusia. Maka untuk meningkatkan ketahanan pangan di
Indonesia juga sangat membutuhkan sunber daya manusia untuk
mampu mengolah kekayaan sumber daya alam. Meskipun di
Indonesia lahan untuk bertani luas, jika sumber daya manusia
tidak ada itu sama saja tidak menghasilkan apapun. Untuki itu
sumber daya alam itu harus juga diikuti dengan sumber daya
manusia.

1. TUJUAN PENULISAN
2. Menjelaskan faktor-faktor dan strategi untuk meningkatkan
ketahanan pangan.

3. Menguraikan berbagai masalah yang menyebabkan
ketahanan pangan menurun

1. TINJAUAN LITERATUR
Di Indonesia persoalan pangan telah menjadi isu utama sejak
jaman kerajaan, dimana raja-raja Jawa telah memupuk cadangan
bahan pangan. Demikian pula pemerintah kolonial Belanda
membentuk badan khusus untuk menangani pengadaan pangan.
Pada perkembangan awal, ketahanan pangan diartikan menjamin
seluruh orang pada setiap waktu terhadap akses pangan dan
akses secara ekonomi untuk mendapatkan kebutuhan pangan
yang mereka perlukan. Kemudian terdapat perubahan yang
membedakan ketersediaan dengan akses, pada akhirnya konsep
berkembang dengan memperhatikan faktor lain, seperti nilai
gizi,aspek sosial dan latar belakang budaya (ESCAP,
2009:20).Ketahanan pangan para ahli sepakat bahwa ketahanan
pangan minimal mengandung dua unsur pokok yaitu ‘
ketersediaan pangan’ dan ‘ aksesibilitas masyarakat’ terhadap
bahan pangan tersebut. Salah satu dari unsur diatas tidak
terpenuhi, maka suatu negara belum dapat dikatakan

mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan
tersedia cukup ditingkat nasional dan regional tetapi jika akses

individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata,
maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh (Arifin,2004:31).
Ada tiga pilar yang mendukung bangunan ketahanan pangan.
Pertama, ialah ketersediaan pangan sebanyak yang diperlukan
oleh masyarakat yang mencakup kestabilan dan kesinambungan
penyediaan pangan baik yang berasal dari produksi, cadangan
maupun impor dan ekspor. Kedua, ialah distribusi yang
mencakup aksesabilitas pangan antar wilayah dan antar waktu
serta stabilitas harga pangan strategis. Ketiga, ialah konsumsi
yang mencakup jumlah mutu gizi/nutrisi,keamanan dan
keanekaragaman konsumsi pangan (Suparmo dan
Usman,2004:3-4).
Ancaman iklim dan bencana alam sering menyebabkan
ketersediaan pangan berkurang. Kondisi ini membuat harga
pangan naik dan sulit terjangkau oleh kelompok masyarakat.
Dengan kata lain, ancaman tersebut mengganggu aspek
stabilitas dari ketahanan pangan. Salah satu contohnya adalah

dampak musim kering berkepanjangan(el nino) yang mengurangi
ketersediaan pangan nasional. Karena El Nino 1997 Indonesia
harus merelakan hilangnya produksi beras sebesar 1,2 juta ton
ditambah dengan adanya krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang
berkembang menjadi krisis multi dimensi, yang membuat harga
beras melesat naik. Hal ini yang secara tidak langsung
menerangkan mengapa pada tahun 1998 pemerintah terpaksa
mengimpor beras dalam jumlah yang sangat mengejutkan, yakni
5,8 juta ton. Karena krisis tersebut dapat memicu kerawanan
sosial yang dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan
stabilitas nasional.
Dengan pertimbangan pentingnya beras tersebut, pemerintah
selalu berusaha untuk meningkatkan ketahanan pangan dari
produksi dalam negeri. Pertimbangan tersebut menjadi penting
bagi Indonesia karena jumlah penduduk semakin besar dengan
sebaran populasi yang luas dan cakupan geografis yang luas dan
tersebar. Indonesia memerlukan ketersediaan pangan dalam

jumlah yang cukup yang memenuhi kriteria kecukupan
konsumsi. Kemudahan mewujudkan ketersediaan pangan dalam

jumlah yang besar serta kemungkinan alternatif baru bentuk
program stabilisasi harga, mendorong berbagai pihak untuk
selalu mengevaluasi kebijakan pangan pemerintah.
Diprediksikan bahwa pada tahun 2030 nanti akan muncul krisis
pangan di Indonesia. Dalam kondisi krisis ekonomi ditambah
gejolak harga dalam perberasan nasional, bisa jadi akan muncul
ancaman ketahanan pangan yang serius. Setidaknya akan
muncul apa yang disebut dengan hunger paradox, yaitu suatu
fenomena telah mantabnya ketahanan pangan nasional, yang
dicerminkan oleh ketersediaan kalori dan protein di atas angka
kebutuhan gizi, tapi kekurangan gizi masih terjadi dimanamana.Djuni,Sunarru (2012).
Di negara kita, kesulitan dalam penyeimbangan neraca pangan
sudah dialami sebelum awal krisis moneter terjadi pada
pertengahan tahun 1997. Bahkan, pemenuhan kebutuhan beras
yang pernah diatasi secara swasembada pada tahun 1986,
sampai saat sekarang ini ternyata tidak dapat
dipertahankan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun
1999[1] kita telah mengimpor beras sebanyak 1.8 juta ton pada
tahun 1995; 2.1 juta ton pada tahun 1996; 0.3 juta ton pada
tahun 1997; 2.8 juta ton pada tahun 1998; 4.7 juta ton pada

tahun 1999. Di awal tahun 2000 kita bahkan dibanjiri dengan
beras impor yang diberitakan ilegal, sedangkan di awal tahun
2006 kita diramaikan dengan keputusan pemerintah untuk
mengimpor beras, yang dianggap tidak berpihak kepada petani
meskipun hal itu bukan merupakan issue baru dan disadari pula
bahwa petani kita pun merupakan konsumen beras. Bahkan,
pada tahun ini kita dirisaukan dengan impor benih padi yang
konon tidak berjalan mulus pula sampai ke tangan petani,
padahal hasilnya diharapkan dapat mendongkrak produksi beras.
Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian
ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk

mengakses (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadinya
ketergantungan pangan pada pihak manapun. Dalam hal inilah,
petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan :
petani adalah produsen pangan dan petani adalah juga sekaligus
kelompok konsumen terbesar yang sebagian masih miskin dan
membutuhkan daya beli yang cukup untuk membeli pangan.
Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan
sekaligus juga harus memiliki pendapatan yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Disinilah perlu
sekali peranan pemerintah dalam melakukan pemberdayaan
petani.

Peningkatan produktivitas lahan sawah dapat meningkatkan
ketahanan pangan. Lahan sawah yang sat ini luasnya sekitar 7,8
juta ha, cenderung menciut akibat konversi untuk memenuhi
tuntutan pembangunan diberbagai sektor, bahkan sekitar 3,1
juta ha atau 42% diantaranya terancam akan dialihfungsikan,
sebagaimana tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) kabupaten/kota seluruh Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia yang banyak ( lebih dari 230 juta)
dan terus bertambah memerlukan produk pangan dalam jumlah
yang terus meningkat (peningkatan kebutuhan pangan nasional
1-2% per tahun), sehingga keberadaan lahan sawah dalam
jumlah yang cukup dan layak untuk mendukung ketersediaan
dan ketahanan pangan mutlak diperlukan. Disamping itu perlu
upaya peningkatan produksi pangan (terutama padi)secara
berkelanjutan. Mengandalkan pangan impor untuk ketahanan
pangan nasional tentu riskan terhadap berbagai aspek

kehidupan, termasuk ekonomi,sosial dan politik nasional.
Upaya peningkatan produksi harus diimbangi dengan
peningkatan pendapatan petani, kemudahan aksebilitas
konsumen, dan aktualisasi keamanan pangan. Sebaliknya

komoditas non pangan yang umumnya bersifat komersialdituntut
untuk memiliki daya saing yang tinggi agar mampu meraih
pangsa pasar global secara optimal. Oleh karena itu
produktivitas tinggi, efisiensi sistem produksi, serta peningkatan
mutu dan nilai tambah produk menjadi tumpuan utama dalam
menjaga ketahanan pangan nasional.
Untuk mencapai berbagai target dalam mewujudkan ketahanan
pangan nasional dan untuk mempertahankan ketahanan pangan
dan pengembangan bioenergi nasional, diperlukan strategi dan
kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya lahan, baik
lahan pertanian (sawah yang sudah dimanfaatkan saat ini
maupun lahan cadangan ). Strategi tersebut adalah
1. Mengoptimalakan pemanfaatan sumber daya lahan
eksisting agar lebih produktif dan lestari baik secara
kuantitas dan kualitas, yaitu dengan intensifikasi dan
peningkatan intensitas tanam, pengembangan inovasi
tekhnologi, dan pengendalian konversi lahan.
2. Perluasan areal pertanian, seperti ekstensifikasi dengan
memanfaatkan lahan potensial.
3. Percepatan penyiapan dan pelaksanaan beberapa kebijakan
dan regulasi kelembagaan untuk melindungi lahan
pertanian tanaman pangan/sawah. Wahyunto(2009)
Berbicara pengembangan kelembagaan untuk ketahanan
pangan, berarti berbicara kelembagaan.Peluang pengembangan
kelembagaan dalam rangka ketahanan pangan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat masih ada, mengingat kebiasaan
masyarakat yang memiliki pola makan beranekabahan pangan.
Disamping itu, secara organisatoris, kelompok-kelompok tani ini
dapat dimanfaatkan sebagai wadah atau organisasi lumbung
pangan desa manakala memperoleh bimbingan yang intensif.
Dengan demikian melembagakan ketahanan pangan nasional
memerlukan suatu strategi. Dalam rangka pengembangan

kelembagaan untuk ketahanan pangan dan peningkatan
kesejahteraan petanidapat dilakukan melalui dua arus, yaitu
melalui pengembangan norma-norma masyarakatdan
pengembangan organisasi beserta normatifnya.
1. Pengembangan norma-norma masyarakat
Pengembangan ini dapat ditempuh melalui kempanye atau
penyuluhan secara nasional. Agar kebiasaan mengkonsumsi
makan nasi oleh rumah tangga. Tetapi bisa dikombinasi atau
diganti dengan bahan pangan lain yang potensial
diprodukisi( jagung,sagu,ketela, dan ubi)sehingga tidak perlu
impor beras. Pemerintah dan para penyuluh turut
mengkampanyekan aneka ragam jenis makanan lokal yang
potensial diproduksi dalam negeri sebagai makanan khas
Indonesia yang bergizi kepada masyarakat. Dengan demikian,
agar terjadi pelembagaan yakni menjadi kebiasaan dan tata
kelakuan setiap rumah tangga dan masyarakat, bahwamakan
tidak harus nas, makanan tidak harus berasal dari bahan
gandum yang harus diimpor.
1. Pengembanganorganisasi besrta normatifnya
Organisasi kelompok-kelompok masyarakat/petani yang sekarang
sedang dikembangkan oleh Departemen Pertanian RI melalui
peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/
KPTS/OT.164/4/2007 tentang : pedoman pembinaaan
kelembagaan petani, agar dibina secara intensif melalui
pendekatan dialogis serta dimanfaatkan juga sebagai wadah
kerjasama untuk membentuk “ lumbung pangan desa”.
Peningkatan kemampuan kelompoktani dimaksudkan agar
kelompok dapat berfungsi sebagai tempat: unit belajar, unit
kerjasama, unit produksi, dan unit bisnis. Sunarru Samsi
Hardi(2008).
Upaya untuk menghindari kerawanan pangan yang dialami oleh
daerah-daerah yang memiliki kondisi alam dan curah hujan yang

relatif sedikit seperti provinsi NTT, maka diperlukan suatu
kebijakan yang sesuai dengan kondisi alam sehingga
implementasinya lebih mudah. Menurut pakpahan dan
pasandaran ketahanan pangan merupakan resultan dari
interaksi antara tekhnologi, sumberdaya alam, modal,
sumberdaya manusia yang dikoordinasikan baik melalui
mekanisme pasar ataupun mekanisme pengaturan lainnya
seperti kebijakan pemerintah yang mengatur program produksi
pertanian.
Peningkatan ketahanan pangan merupakan masalah utama yang
dihadapi pemerintah baik ditingkat pusat maupun tingkat
daerah. Bahkan ketahanan pangan sudah menjadi isu nasional
yang harus mendapatkan perhatian serius dari semua pihak
sebagai upaya penguatan kapasitas dan daya saing bangsa.
Masalah utama secara nasional yang berkenaan dengan
pemantapan ketahanan pangan itu antara lain:
 Kemampuan ketahanan pangan masyarakat dalam
pemenuhan ketersediaan pangan dan mengakses pangan.
 Ketergantungan konsumsi beras masih cukup tiggi dan
belum optimalnya pemanfaatan pangan lokal untuk
konsumsi pangan harian.
 Cadangan pangan pemerintah masih terbatas, sementara
cadangan pemerintah daerah dan masyarakat belum
berkembang.
 Masih rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan
penduduk, karena budaya dan kebiasaan makan masyarakat
kurang mendukung konsumsi pangan beragam, bergizi
seimbang dan aman.
 Belum berkembangnya industri pangan berbasis bahan
pangan lokal untuk mendukung penganekaragaman
konsumsi pangan.

 Belum memadainya prasarana dan sarana trasportasi baik
darat dan terlebih antar pulau.
 Masih terjadinya kasus keracunan akibat bahan kimia
berbahaya pada makanan sehingga menimbulkan
rendahnya ketahanan pangan masyarakat.
 Jumlah penduduk rawan pangan masih cukup besar,
meskipun telah menunjukkan trend yang menurun.
Permasalahan itu tentunya juga menjadi permasalahan utama
didaerah karena pada dasarnya perkembangan daerah sangat
bergantung pada kualitas kehidupan warganya. Oleh sebab itu,
memang kondisi ketahanan pangan baik secara nasional maupun
lokal yang masih tergolong dalam kondisi rawan pangan,
diperlukan upaya yang terintegrasi dan berkesinambungan
dalam usaha peningkatan ketahanan pangan masyarakat.
Sekalilagi patut ditegaskan bahwa ketahanan pangan merupakan
kondisi dimana masyarakat memiliki daya beli terhadap pangan
dan mampu mengakses kebutuhan pangan mereka. Dino Predi
(2012)
Menjadi kewajiban pemerintah untuk menanggulangi masalah
kemiskinan, pemerintah telah menetapkan beberapa upaya
untuk mengurangi kerawanan/kerentanan pangan antara lain
dengan cara:
 Membangun infrastruktur agar terjalin integrasi antara
sumber pasokan bahan pangan dan distribusinya dengan
mengembangkan sentra-sentra produksi dan daerah-daerah
lumbung-lumbung pangan baru.
 Membangun partisipasi masyarakat dalam mengembangkan
cadangan pangan bagi pemenuhan kebutuhan pangan
masyarakat tersebut.

 Membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan
peningkatan kualitas konsumsi melalui penganekaragaman
dan diversifikasi konsumsi pangan.
 Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu-ibu hamil dan
menyusui, dan batita/balita.
 Merevitalisasi SKPG untuk melakukan deteksi dini untuk
mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan.
Upaya-upaya tersebut perlu dukungan dan/atau dikaitkan
dengan pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal,
pengembangan tekhnologi inovatif dan potensi pasar, serta
penguatan ekonomi pedesaan yang sejalan dengan
upayapengentasan kemiskinan. Pada dasarnya perkuatan
ketahanan pangan nasional tentu perlu ditempuh melalui jalur
utama yang sudah menjadi komponen bakunya.Dari yang sudah
secara baku dituangkan berbagai komponen dari setiap aspek
ketahanan pangan, berikut ini hasil diskusi Pokja Ahli Dewan
ketahanan pangan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2011
merumuskan beberapa komponen yang mesti menjadi fokus dan
penting untuk diimplementasikan, yaitu untuk aspek
ketersediaan pangan adalah
a)
Pemantapan dan peningkatan produksi pangan domestik
melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pada lahan yang sesuai
dan masih potensial.
b)
Pelestarian lahan pangan melalui audit lahan sawah,
penerbitan peraturan daerah, pencegahan konversi lahan
pangan, dan pencadangan lahan untuk pangan/beras yang mesti
disertai kompensasi yang memadai bagi produsen.
c)
Fasilitasi dan jaminan kelancaran pasokan sarana produksi,
terutama benih/bibit dan pupuk.

d)
Peningkatan dan perbaikan infrastruktur produksi dan
transportasi didaerah sentra produksi melalui alokasi anggaran
pemerintah pusat.
e)
Pengembangan produksi bahan pangan organik dan bahan
pangan berbasis sumberdaya lokal.
f)
Pengembangan cadangan pangan daerah melalui
pengembangan kerjasama antar pemerintah kabupaten/kota dan
peningkatan/revitalisasi fungsi dan peran lumbung desa dan
cadangan pangan masyarakat.
g)
Pemantapan kesepakatan alokasi anggaran pertanian
provinsi dan kabupaten/kota sentra produksi.
h)
Peningkatan ketersediaan dan kefungsian infrastruktur
pasar dan pengolahan hasil.
i)
Peningkatan fasilitas pengeringan dan pengolahan hasil
pangan pada daerah pasang surut .
Untuk mendukung upaya-upaya tersebut perlu dilakukan secara
periodik analisis ketersediaan dan kebutuhan pangan
masyarakat , dan analisis cadangan pangan ditangan
masyarakat. Andy Mulyana (2012).
Dengan sumberdaya alam yang masih banyak tersedia, Indonesia
tentu dapat memainkan peran penting dan strategis dalam
memperkuat ketahanan pangan di wilayah ASEAN yang
diprioritaskan pada aspek produksi, pengembangan
pasar/perdagangan dan industri pangan. Dalam perjalanannya
implementasi langkah strategis lainnya juga dilaksanakan secara
bertahap dan atau simultan sesuai dengan kemajuan yang
dicapai. Priorotas tersebut diperlukan karena Indonesia perlu
juga memprioritas penanggulangan kemiskinan dan kerentanan
pangan yang sebagian besar ternyata terjadi pada masyarakat
petani itu sendiri. Prioritas peran tersebut disinergikan dengan

prioritas peran negara negara anggota lainnya berpotensi besar
untuk mewujudkan ketahanan pangan regional yang lebih kuat.
Negara berkewajiban untuk menjamin ketersediaan pangan dan
jumlah yang cukup bagi setiap warga negara, karena pada
dasarnya setiap warga negara berhak atas pangan bagi
keberlangsungan hidupnya. Penyediaan pangan oleh negara
harus diupayakan melalui produksi pangan dalam negeri, dimana
produksi ini harus senantiasa meningkat dari tahun ketahun
seiring dengan pertambahan penduduk. Produksi pangan sangat
bergantung pada tingkat produktivitas dan luas areal pangan.
Kebijakan pangan pemerintah sebagai pelaksanaan UndangUndang Nomor 7 tahun 1996 dituangkan dalam peraturan
pemerintah nomor 68 tahun 2002 mengenai ketahanan pangan,
yang secara garis besar mengatur:
 Ketersediaan pangan
 Cadangan pangan nasional
 Penganekaragaman pangan
 Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan
 Peran pemerintah daerah dan masyarakat
 Pengembangan sumberdaya manusia dan kerjasama
internasional
Badan ketahanan pangan menyusun kebijakan umum mengenai
ketahanan pangan yang arahnya adalah mewujudkan
kemandirian pangan untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi
pangan yang cukup, aman bermutu, bergizi seimbang pada
tingkat rumah tangga, daerah dan nasional sepanjang waktu dan
merata melalui pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal,
tekhnologi inovatif dan peluang pasar serta memperkuat

ekonomi kerakyatan dan mengentaskan dari kemiskinan. Yunasti
Purwaningsih (2008).
Menurut Maslow, kebutuhan dasar manusia adalah
fisiologis yang didalamnya termasuk pangan, dengan demikian
pangan harus terpenuhi di dalam kehidupan manusia, pangan
merupakan komponen dasar untuk membentuk sumber daya
manusia yang sehat dan berkualitas. UU No.12 tahun 1996
tentang pangan, bahwapangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan
makanan atau minuman. Proyeksi produksi tanaman pangan
diindonesia tampak bahwa dari tahun ketahun ada laju
pertambahan peningkatan produksi pertanian tanaman pangan
baik padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi katu, maupun ubi
jalar. Tetapi dari antara konsumsi pangan itu, konsumsi pangan
padi masih lebih banyak.

Proyeksi produksi tanaman pangan( juta ton) di Indonesia
tahun 2007- 2009

Laju

Produksi

Laju

Produksi

Laju

%

2008

%

2009

%

56,39

1,20

57,05

1,18

57,70

1,15

12,84

4,31

13,38

4,22

13,96

4,33

Jenis
tanaman

Produksi
2007

Padi

Jagung

Kedelai

0,88

6,50

0,939

6,50

1,00

6,50

Kacang
tanah

0,84

0,41

0,84

0,65

0,85

0,71

Ubi
kayu

19.74

0,47

19,81

0,35

19,81

0,42

Ubi jalar

1,89

0,35

1,90

0,40

1,91

0,45

Setelah melihat data tentang konsumsi masyarakat dengan
pangan padi yang sangat tinggi oleh karena itu Indonesia harus
mengimpor beras.
Proyeksi produksi, impor dan konsumsi beras di Indonesia
Produksi

Impor

Konsumsi

(ton)

(ton)

(ton)

Selisih
kproduksikonsumsi (ton)

2010

44.217.300

16.530,10

49.371.096,70

-5.153.796,7

2015

34.348.280

24.727,53

54.827.597,20

-20.479.3172

2020

18.573.760

35.215,10

63.970.027,70

-45.396.267,2

Tahun

Sampai dengan tahun 2010 konsumsi jagung masih bisa dicukupi
dari produksi dalam negeri, namun demikian tahun-tahun

berikutnya 2015 dan 2030 konsumsi tampak meningkat dan
menyebabkan kekurangan meskipun dengan mengimpor. Untuk
bahan pangan kedelai, konsumsi juga melebihi produksi
sehingga untuk mencukupinya masih memerlukan impor.
Proyeksi produksi, impor dan konsumsi jagung di
Indonesia

Tahun

Produksi

Impor

Konsumsi

(ton)

(ton)

(ton)

Selisih
kproduksikonsumsi (ton)

2010

12.646.900,00

2.144.932,00

11.831.101,40

815.798,60

2015

14.089.347,50

2.991.273,13

23.788.092,40

-9.698.744,90

2030

16.809.740,00

6.752.768,00

126.747.525,40

109.937.785,40

Proyeksi produksi, impor dan konsumsi kedelai di
Indonesia (1000 ton)
Tahun

produksi

Konsumsi

Surplus/defisit

2010

837,19

1.882,72

-1.045,57

2015

964,40

2.069,28

-1.104,88

2030

1.474,21

2.747,26

-1.273,15

Sunarru Samsi Hariadi (2008).
Produktivitas lahan tanaman pangan merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan. Penggunaan
tenaga kerja, pupuk nitrogen, pupuk phosfat, dan pupuk organik
meningkatkan produktivitas lahan. Tingkat pendidikan
berpengaruh nyata terhadap produktivitas lahan, namun umur
petani tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas lahan.
Produktivitas lahan para petani pemilik penggarap lebih tinggi
dari produktivitas lahan petani lainnya. Sebaliknya,
produktivitas lahan para petani peminjam lahan kehutanan lebih
rendah dari produktivitas lahan lainnya. Suwarto (2008)
Diversifikasi bahan pangan merupakan suatu proses
pemilihan bahan yang tidak tergantung kepada satu jenis saja
tetapi lebih terhadap macam-macam bahan pangan mulai dari
aspek produksi, aspek pengolahan, aspek distribusi hingga aspek
konsumsi pangan pada tingkat rumah tangga (tampubolon,1998).
Intinya, diversifikasi bahan pangan ditujukan pada
penganekaragaman pangan yang berasal dari bahan pangan
pokok dan semua bahan pangan lain yang dikonsumsi rumah
tangga termasuk lauk pauk,sayuran, buah-buahan dan makanan
kudapan. Diharapkan, semakin beragam dan seimbang komposisi
pangan yang dikonsumsi akan semakin baik kualitas gijinya.
Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan
pendekatan pola pangan harapan ( PPH). Dengan pendekatan
PPH dapat dinilai mutu pangan berdasarkan skor pangan.
Semakin tinggi skor mutu pangan menunjukkan bahwa konsumsi
pangan semakin beragam dan komposisinya semakin
baik/berimbang. Vini, Wulandari (2008).

Dalam konteks hubungan antara manusia dengan
pangan, bentuk hubungan yang perlu diperhatikan dalam
analisis ketahanan pangan sebenarnya adalah hubungan antara
manusia dengan manusia terhadap pangan. Pangan yang
dikonsumsi X pangan hari ini adalah pangan yang tidak dapat
dikonsumsi oleh orang lain, dan demikian juga sebaliknya
( Pakpahan dan pasandaran, 1990:62). Oleh karena itu
ketahanan pangan merupakan produk hubungan antara orang
dengan orang, dan bukan orang dengan pangan. Ketahanan
pangan selalu berkonteks sosial, hal ini didasarkan pada bahwa
kondisi ketahanan pangan perlu diraih karena alasan:
1. Situasi ketahanan pangan dengan sendirinya merupakan
situasi yang aman.
2. Ketahanan pangan diperlukan khususnya dalam
menghadapi unsur ketidakpastian produksi pangan dimasa
datang.
Kaum Maltusian berargumentasi bahwa ketidak-tahanan pangan
dan kelaparan adalah soal produksi dan ketersediaan semata,
namun hal ini dibantah oleh beberapa pakar pangan diantara
oleh Dreze dan Sen (1989:9) yang menyatakan bahwa
ketidaktahanan pangan dan kelaparan terjadi karena ketiadaan
akses atas pangan
Untuk tujuan kebijakan pemerintah, ketahanan pangan
dapat dipikirkan sebagai spektrum yang terus menerus dari
perspektif mikro nutrisi yang baik bagi semua orang ke
perspektif makro yang menjamin suplai pangan secara teratur
pada level nasional, regional dan pasar lokal. Sasaran penting
dari kebijakan pangan adalah menciptakan suatu lingkungan
dimana terdapat akses untuk daya beli, pengetahuan nutrisi dan
perawatan kesehatan pada semua rumah tangga untuk menjamin
permintaan pangan di pasaran. Menciptakan ketahanan pangan
baik pada tingkat mikro maupun tingkat makro adalah tugas

yang rumit di dalam ekonomi yang beriorientasi pasar, namun
demikian nomi yang demikian yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan mengurangi tingkat kemiskinan.
Nursalam(2010).
Pola konsumsi masyarakat pada masing-masing daerah
berbeda-beda, tergantung dari potensial daerah dan struktur
budaya masyarakat. Pola konsumsi masyarakat indonesia masih
didominasi padi-padian, khususnya beras, yang diindikasikan
oleh tingginya starchi staple ratio. Masyarakat umumnya
mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap beras sebagai
sumber karbohidrat dan sebagai upaya untuk mengurangi
ketergantungan masyarakat pada beras, maka perlu menggali
potensi lokal yang berbasis non beras untuk memenuhi
kebutuhan pangannya.
Pada saat mendatang diharapkan akan terwujud pola
konsumsi pangan masyarakat yang bergizi, beragam dan
berimbang berbasis potensi lokal yang bermuara pada
terwujudnya ketahanan pangan yang berkelanjutan. Oleh
karenanya diversifikasi konsumsi pangan potensial lokal menjadi
sesuatu yang mendesak untuk segera diupayakan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pola diversifikasi
konsumsi pangan pokok berbasis potensi lokal pada rumah
tangga pedesaan, mengkaji hubungan pendapatan rumah tangga
dengan konsumsi pangan pokok, dan menganalisa faktor-faktor
yang mempengaruhi pola diversifikasi konsumsi pangan pokok
berbasis potensi lokal dalam mewujudkan ketahanan pangan
rumah tangga pedesaan. Ni Made Suyastiri (2008).

Mengacu dari konsep awal ketahanan pangan dan
perkembangannya, pada dasarnya dalam ketahanan pangan
terdapat empat pilar yaitu:

1. Aspek ketersediaan (food availibility)
2. Aspek stabilitas ketersediaan atau pasokan(stability of
supplies)
3. Aspek keterjangkauan (acces to supplies)
4. Aspek konsumsi pangan (food utilization)
Keempat pilar ini mengindikasikan bahwa pangan harus tersedia
dalam jumlah yang cukup, baik dimusim panen maupun paceklik,
terdistribusi merata diseluruh pelosok negeri, harganya
terjangkau oleh orang yang miskin sekalipun, dan aman serta
bermutu.
Produksi komoditas tanaman pangan menunjukkan
perkembangan yang berbeda antar komoditas. Komoditas padi
dan jagung mengalami perkembangan yang cukup baik
selamaperiode 2000- 2009, yaitu masing-masing 3,31 dan 6,81
persen pertahun. Perkembangan produksi tersebut bersumber
dari perkembangan luas panendan produktivitas yaitu masingmasing 2,33 dan 0,98 persen untuk padi dan 2,27 dan 4,54
persen untuk jagung. Ini menunjukkan bahwa perkembangan
produksi padi lebih tergantung pada perkembangan luas panen,
sedangkan untuk jagung lebih tergantung pada perkembangan
produktivitas. Sebaliknya, produksi kedelai dalam periode yang
sama cenderung menurun 0,63 persen per tahun.penurunan ini
lebih disebabkan oleh penurunan luas panen 1,59 persen .
Meskipun secara umum produksi komoditas tanaman
pangan meningkat, namun demikian utuk meningkatkan
produksi pangan indonesia masih dihadapkan pada berbagai
kendala. Kendala peningkatan produksi komoditas tanaman
pangan antara lain adalah terus berlanjutnya konversi lahan
pertanian ke non pertanian, semakin langkanya ketersediaan
sumber daya air untuk pertanian, fenomena iklim yang semakin
tidak menentu. Dilihat dari sisi ketersediaan, kinerja

ketersediaan pangan nasional menunjukkan perkembangan yang
kurang menggembirakan. Untuk mengimbangi permintaan
pangan, pemerintah mengambil kebijakan impor untuk
komoditas yang ketersediaannya tidak dapat dipenuhi dari
domestik. Angka ketergantungan impor yang relatif tinggi adalah
susu, kedelai dan susu. Ketergantungan impor beras ada
kecenderungan meningkat. Terkait dengan upaya peningkatan
ketersediaan pangan tersebut, peluang indonesia untuk menjadi
lumbung pangan dunia di tengah krisis ekonomi global dan
tantangan fenomena perubahan iklim ( El Nino)masih terbuka.
Dalam upaya peningkatan ketersediaan pangan sumber protein
pemerintah telah mencanangkan program peningkatan
swasembada daging nasional. Untuk itu, disamping masalah
teknik pengusahaan ternak, salah satu upaya terobosan yang
dilakukan adalah dengan melaksanakan program sarjana masuk
desa (SMD) Handewi dan Erma (2010).
Negara berkewajiban untuk menjamin ketersediaan pangan
dalam jumlah yang cukup bagi setiap warga negara, karena pada
dasarnya setiap warga negara berhak atas pangan bagi
keberlangsungan hidupnya. Penyediaan pangan oleh negara
harus diupayakan melalui produksi pangan dalam negeri, dimana
produksi ini harus senantiasa meningkat dari tahun ketahun
seiring dengan pertambahan penduduk. Sebagai penyedia bahan
pangan, perjalanan sektor pertanian di Indonesia semenjak 1967
sampai sekarang, secara umum mengalami:
 Fase konsolidasi
Fase ini dalam membangun pertanian menerapkan tiga kebijakan
yaitu: intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.
 Fase tumbuh tinggi
Fase ini menerapkan revolusi hijau membawa Indonesia kepada
pencapaian swasembada pangan.

 Fase dekonstruksi
Pencapaian swasembada pangan menimbulakan persepsi bahwa
pembangunan pemerintah akan bergulir dengan sendirinya.
 Fase krisis ekonomi
Sektor pertanian harus menanggung dampak krisis ekonomi
melalui keharusan menyerap limpahan tenaga kerja sektor
informal perkotaan. Dampaknya adalah sektor pertanian
termasuk petani, terus terpojok dan terpinggirkan.

Pertumbuhan PDB dan produksi pertanian Indonesia 19672001

Konsolidasi
Keterangan
1967-78

Tumbuh
Tinggi
1978-86

Dekonstruksi
1986-97

Krisis
Ekonomi
1997-2001

PDB
Pertanian

3,39

5,72

3,38

1,57

Tanaman
Pangan

3,58

4,95

1,90

1,62

Tanaman
Perkebunan

4,53

5,85

6,23

1,29

Peternakan

2,02

6,99

5,78

-1,92

Perikanan

3,44

5,15

5,36

5,45

Produksi
pertanian

3,57

6,76

3,99

-0,47

Produktivitas
Lahan

2,08

4,13

1,83

-1,45

Produktivitas
tenaga kerja

2,32

5,57

2,03

-0,47

Yunastiti Purwaningsih (2008).

Ketersediaan pangan yang stabil merupakan salah satu
kebutuhan dalam kelangsungan sebuah negara untuk mencukupi
kebutuhan pangan nasional. Secara strategis masing-masing
negara-negara memiliki perencanaan pembangunan untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya, baik secara bilateral,
regional,maupun multilateral. Perkembangan ketersediaan
beras,khususnya Indonesia, sangat terkait dengan gambaran
perekonomian yang terjadi dalam negeri maupun internasional.
Setelah melawati krisis 1998, dimana ekonomi sudah pulih maka
ketersediaan pangan cenderung positif.

II PEMBAHASAN

Ketahanan pangan tercipta ketika masyarakat bisa mendapatkan
makanan yang aman, bergizi, dan harganya terjangkau, yang
menjadi dasar hidup yang aktif dan sehat. Bisnis Cargill
memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan dengan
menyediakan makanan bergizi yang dapat meningkatkan diet.
Setiap tahun, kita bekerja sama dengan jutaan petani untuk
membantu mereka menghasilkan pangan dalam jumlah yang
lebih banyak dan secara lebih berkesinambungan, memperluas
pasar, mendapatkan harga yang layak, dan untuk meningkatkan
standar hidup mereka. Kita juga bekerja sama dengan mitra di
sektor publik dan swasta untuk mencari solusi jangka panjang
dalam mengatasi kelaparan dan untuk memastikan semua orang
bisa mendapatkan makanan yang aman, bergizi, dan harganya
terjangkau. Dalam lima tahun terakhir, Cargill telah
menyumbangkan lebih dari $55 juta untuk mengurangi
kelaparan dan meningkatkan gizi di seluruh belahan dunia
melalui program kemitraan dengan berbagai organisasi
internasional, nasional, dan organisasi lokal.

Sehubungan dengan semakin banyaknya penduduk indonesia
yang tidak esbanding dengan ketersediaan pangan, oleh karena
itu pemerintah memiliki kewajiban untuk menjamin ketersediaan
pangan dengan jumlah yang cukup. Pemerintah harus berupaya
untuk meningkatkan produksi pangan dari tahun ke tahun. Maka
diharapkan masyarakat agar dapat mengganti beras sebagai
makanan utama yang dapat diganti dengan makanan
pokok lain.Ada berbagai faktor untuk meningkatkan ketahanan
pangan dan sekaligus mensejahterakan masyarakat.
Di Indonesia, ketahanan pangan masih berupa wacana.
Permasalahan ketahanan pangan masih terus terjadi, yang
mencakup aspek produksi dan ketersediaan pangan. Produksi
bahan pangan belum mampu untuk memenuhi kebutuhan
penduduk. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan produksi

pangan yang relatif lebih lambat dari permintaannya. Sejauh ini,
permasalahan tersebut dapat diatasi dengan impor. Namun,
sampai kapan bangsa ini akan mengandalkan bahan pangan
impor? Hal ini tidak akan membuat bangsa ini berkembang,
justru akan mengancam stabilitas ketahanan pangan dan
mengancam produk dalam negeri. Selain itu, permasalahan
distribusi pangan dari produsen ke konsumen juga masih menuai
kendala.
 Lahan yang luas
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini
masih diandalkan oleh Negara Indonesia karena sektor pertanian
mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang
terjadi di Indonesia. Keadaan inilah yang menampakkan bahwa
sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang andal dan
mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu
pemulihan ekonomi nasional melalui salah satunnya adalah
ketahanan pangan nasional. Dengan demikian diharapkan
kebijakan untuk sektor pertanian lebih diutamakan. Namun
setiap tahun untuk luas lahan pertanaian selalu mengalami alih
fungsi lahan dari lahan sawah ke lahan non sawah. Ketahanan
pangan merupakan salah satu dari 11 prioritas dengan substansi
inti program aksinya yang meliputi pengembangan kawasan dan
tatat ruang pertanian, pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur, adaptasi terhadap perubahan iklim, peningkatan
penelitian dan pengembangan, serta peningkatan kualitas gizi
dan keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan
harapan. Berdasarkan hal tersebut, pendayagunaan tanah
terlantar dapat diarahkan untuk mendukung program aksi
ketahanan pangan melalui pengembangan lahan untuk pertanian
pangan dan ikut serta dalam mendorong peningkatan kualitas
gizi dan keanekaragaman pangan masyarakat. Tetapi luas lahan
juga tidak akan mampu mengatasi masalah ketahanan pangan,
jika lahan yang digunakan tidakmenghasilkan produksi padi yang

meningkat. Maka diperlukan pupuk supaya produktivitas padi
baik.
Dibawah ini adalah data yang menunjukkan luas panen dan
produksi tanaman padi diseluruh provinsi di Indonesia

Tabel Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Seluruh
Provinsi

Unduh Tabel

Provinsi

Jenis
Tanam
an

Tah
un

Luas
Panen(H
a)

Produktivitas(
Ku/Ha)

Produksi(
Ton)

Indonesi
a

Padi

201
3

1383721
3.00

51.52

71291494.
00

Aceh

Padi

201
3

419183.0
0

46.68

1956940.0
0

Sumater
a Utara

Padi

201
3

742968.0
0

50.17

3727249.0
0

Sumater
a barat

Padi

201
3

487820.0
0

49.82

2430384.0
0

Provinsi

Jenis
Tanam
an

Tah
un

Luas
Panen(H
a)

Produktivitas(
Ku/Ha)

Produksi(
Ton)

Riau

Padi

201
3

118518.0
0

36.63

434151.00

Jambi

Padi

201
3

153243.0
0

43.36

664535.00

Sumater
a
Selatan

Padi

201
3

800036.0
0

45.96

3676723.0
0

Bengkul
u

Padi

201
3

147680.0
0

42.17

622832.00

Lampun
g

Padi

201
3

640948.0
0

50.28

3222789.0
0

Bangka
Belitung

Padi

201
3

10205.00

27.81

28384.00

Kepulau
an Riau

Padi

201
3

379.00

36.15

1370.00

DKI
Jakarta

Padi

201
3

1744.00

58.88

10268.00

Jawa
Barat

Padi

201
3

2029891.
00

59.53

12083162.
00

Jawa
Tengah

Padi

201
3

1845447.
00

56.06

10344816.
00

Provinsi

Jenis
Tanam
an

Tah
un

Luas
Panen(H
a)

Produktivitas(
Ku/Ha)

Produksi(
Ton)

DI
Yogyak
arta

Padi

201
3

159266.0
0

57.88

921824.00

Jawa
Timur

Padi

201
3

2037021.
00

59.15

12049342.
00

Banten

Padi

201
3

393704.0
0

52.92

2083608.0
0

Bali

Padi

201
3

150380.0
0

58.66

882115.00

Nusa
Tenggar
a Barat

Padi

201
3

438057.0
0

50.08

2193698.0
0

Nusa
Tenggar
a Timur

Padi

201
3

222469.0
0

32.80

729666.00

Kaliman
tan
Barat

Padi

201
3

464615.0
0

31.01

1440902.0
0

Kaliman
tan
Tengah

Padi

201
3

247217.0
0

32.81

811211.00

Kaliman
tan
Selatan

Padi

201
3

479721.0
0

42.34

2031029.0
0

Provinsi

Jenis
Tanam
an

Tah
un

Luas
Panen(H
a)

Produktivitas(
Ku/Ha)

Produksi(
Ton)

Kaliman
tan
Timur

Padi

201
3

138768.0
0

40.63

563850.00

Sulawes
i Utara

Padi

201
3

127413.0
0

50.10

638373.00

Sulawes
i Tengah

Padi

201
3

224317.0
0

45.98

1031324.0
0

Sulawes
i
Selatan

Padi

201
3

983107.0
0

51.22

5035830.0
0

Sulawes
i
Tenggar
a

Padi

201
3

132945.0
0

42.23

561361.00

Goronta
lo

Padi

201
3

56894.00

52.01

295913.00

Sulawes
i Barat

Padi

201
3

91035.00

48.79

444203.00

Maluku

Padi

201
3

24399.00

41.74

101835.00

Maluku
Utara

Padi

201
3

19281.00

37.57

72445.00

Provinsi

Jenis
Tanam
an

Tah
un

Luas
Panen(H
a)

Produktivitas(
Ku/Ha)

Produksi(
Ton)

Papua
Barat

Padi

201
3

7431.00

39.80

29572.00

Papua

Padi

201
3

41111.00

41.30

169790.00

 Menganekaragamkan pangan
Di Indonesia terdapat makanan yang menjadi pangan pokok,
tetapi masyarakat indonesia sebagian besar masih menganggap
bahwa beras adalah makanan utama yang tidak bisa digantikan
oleh makanan lain. Hal ini yang menyebabkan indonesia harus
mengimpor beras. Kita tahu bahwa diindonesia terdapat
berbagai makanan selain beras diantaranya adalah ubi-ubian,
jagung, gandum, sagu dan lain sebagainya. Tujuan dari
menganekaragamkan pangan ini adalah
a)
Memantapkan pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi
Seimbang dan Aman (B2SA);
b)
Mendorong peningkatan penganekaragaman konsumsi
pangan masyarakat melalui Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan berbasis pangan lokal dan LCM (Lomba Cipta
Menu)

c)
Memfasilitasi laboratorium keamanan pangan segar dan
peningkatan mutu dan keamanan pangan.
http://www.paskomnas.com/UserFiles/Image/News/GAMBARANUMUM-PANGAN-DUNIA_05.jpg

 Ketersediaan Pangan
1. Meningkatkan ketersediaan pangan yang berasal dari
produksi dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan
pangan masyarakat;
2. Mengkoordinasikan dan mengembangkan cadangan
pangan dan pemantapan kelembagaan pangan;
3. Meningkatkan peran serta stake holder dan
masyarakat dalam upaya mencegah dan
penanggulangi kerawanan pangan
 Distribusi Pangan
1. Mendorong dan memberikan kontribusi terhadap
terwujudnya distribusi pangan yang efektif dan efisien;

2. Menumbuh kembangkan koordinasi dan sinergi
kebijakan distribusi pangan;
3. Mendorong peran serta kelembagaan pangan dan
masyarakat dalam meningkatkan kelancaran
distribusi, menciptakan stabilisasi harga dan
meningkatkan akses pangan.
4. Penanganan daerah rawan pangan melalui SIDI
(Sistem Informasi Dini) dan penyusunan peta rawan
pangan melalui Sistem Keamanan Pangan dan Gizi
(SKPG).
 Penyuluhan
1. Pengembangan penyuluh dan kelembagaan penyuluh
yang handal dan professional di Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Kecamatan;
2. Pemberdayaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
ditingkat Kecamatan sebagai home base dan basis
penyebaran informasi ketahanan pangan dan
agribisnis;
3. Pengembangan sarana dan prasarana serta
penguatan koordinasi program dan programa
penyuluhan ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Kecamatan ;
4. Peningkatan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
antar pemerintah dalam penyelenggaraan penyuluhan
KEBIJAKAN DAN STRATEGI MENUJU INDONESIA
TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015

Kebijakan merupakan suatu langkah yang dilakukan untuk
memberi arah dalam pelaksanaan pembangunan yang efektif dan
efisien serta tepat sasaran, agar pembangunan yang
dilaksanakan secara cepat dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan pembangunan daerah. Selain itu, pembangunan
diharapkan dapat berkesinambungan dan menciptakan
kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah.
Mekanisme pelaksanaan pembangunan sedapat mungkin
melibatkan peran masyarakat berdasarkan potensi dan
kemampuan yang dimilikinya. Demikian juga peran pemerintah
dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam memfasilitasi
pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan sumber daya alam dan
pengembangan sumber daya manusia yang didukung oleh
penyediaan akses modal dan akses pasar.

1. Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian
2. Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan
3. Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju
gizi seimbang
4. Peningkatan status gizi masyarakat
5. Peningkatan mutu dan keamanan pangan
1. Arah kebijakan Pemantapan ketersediaan pangan berbasis
kemandirian
A. Menjamin ketersediaan pangan dari produksi dalam
negeri, dalam jumlah dan keragaman untuk
mendukung konsumsi pangan sesuai kaidah kesehatan
dan gizi seimbang

B. Mengembangkan dan memperkuat kemampuan dalam
pemupukan dan pengelolaan cadangan pangan
pemerintah dan masyarakat hingga di tingkat desa

dan atau komunitas

C. Meningkatkan kapasitas produksi pangan nasional
melalui penetapan lahan abadi untuk produksi pangan
dalam rencana tata ruang wilayah dan meningkatkan
kualitas lingkungan serta sumberdaya lahan dan air.

2. Arah kebijakan Peningkatan kemudahan dan kemampuan
mengakses pangan
A. Meningkatkan daya beli dan mengurangi jumlah
penduduk yang miskin

B. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi distribusi dan
perdagangan pangan melalui pengembangan sarana
dan prasarana distribusi dan menghilangkan
hambatan distribusi pangan antar daerah

C. Mengembangkan teknologi dan kelembagaan
pengolahan dan pemasaran pangan untuk menjaga
kualitas produk pangan dan mendorong peningkatan
nilai tambah

D. Meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur dan
kelembagaan ekonomi perdesaan dalam rangka
mengembangkan skema distribusi pangan kepada
kelompok masyarakat tertentu yang mengalami
kerawanan pangan

3. Arah kebijakan Peningkatan kuantitas dan kualitas
konsumsi pangan menuju gizi seimbang

A. Meningkatkan kemampuan rumahtangga dalam
mengakses pangan untuk kebutuhan setiap anggota
rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai,
aman dan halal dikonsumsi dan bergizi seimbang.

B. Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta
memfasilitasi peran serta masyarakat dalam
pemenuhan pangan sebagai implementasi pemenuhan
hak atas pangan;

C. Mengembangkan program perbaikan gizi yang cost
effective, diantaranya melalui peningkatan dan
penguatan
program fortifikasi pangan dan program suplementasi
zat gizi mikro khususnya zat besi dan vitamin A

D. Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat
untuk pemenuhan hak atas pangan dan gizi

E. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas intervensi
bantuan pangan/pangan bersubsidi kepada
masyarakat golongan miskin terutama anak-anak dan
ibu hamil yang bergizi kurang.

4. Arah kebijakan Peningkatan status gizi masyarakat
A. Mengutamakan upaya preventif, promotif dan
pelayanan gizi dan kesehatan kepada masyarakat
miskin dalam rangka mengurangi jumlah penderita
gizi kurang, termasuk kurang gizi mikro (kurang
vitamin dan mineral)

B. Memprioritaskan pada kelompok penentu masa depan
anak, yaitu, ibu hamil dan calon ibu hamil/remaja
putri, ibu nifas dan menyusui, bayi sampai usia dua
tahun tanpa mengabaikan kelompok usia lainnya

C. Meningkatkan efektivitas fungsi koordinasi lembagalembaga pemerintah dan swasta di pusat dan daerah,
dibidang pangan dan gizi sehingga terjamin adanya
keterpaduan kebijakan, program dan kegiatan antar
sektor di pusat dan daeah, khususnya dengan sektor
kesehatan, pertanian, industri, perdagangan,
pendidikan, agama, serta pemerintahan daerah.

5. Arah kebijakan Peningkatan mutu dan keamanan pangan
A. Meningkatkan pengawasan keamanan pangan

B. Melengkapi perangkat peraturan perundang-undangan
di bidang mutu dan keamanan pangan

C. Meningkatkan kesadaran produsen, importir,
distributor dan ritel terhadap keamanan pangan

D. Meningkatkan kesadaran konsumen terhadap
keamanan pangan,

E.

Mengembangkan teknologi pengawet dan pewarna
makanan yang aman dan tidak memenuhi syarat
kesehatan serta terjangkau oleh usaha kecil dan
menengah produsen makanan dan
jajanan. www.scribd.com/doc/61418172/Nuhfil

Masalah yang menyebabkan ketahanan pangan menurun
Berbagai faktor yang menyebabkan ketahanan pangan
menurun dapat disebabkan oleh berbagai faktor beberapa
diantaranya adalah:
 Produktivitas lahan
Kondisi tanah yang tidak dapat memproduksi poangan
yang banyak. Hal ini disebabkan karen akurang suburnya
lahan, karena kekurangan produk. Petani selalu
mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk
memberikan pupuk yang berkualitas demi hasil panen
mereka.Penerapan teknologi yang masih setengah-setangah
oleh para petani menjadi salah satu akibat kesuburan lahan yang
terus menurun. Seperti penggunaan pupuk kimia yang tidak
sesuai dengan dosis dan dilakukan secara terus menerus sejak
adanya revolusi hijau sampai sekarang. Akibat yang ditimbulkan
adalah lahan menjadi tidak subur dan produktivitas mengalami
levelling off dan bahkan terjadi penurunan produktivitas.
 Hama penyakit
Faktor ini selalu meresahkan para petani, mereka bahkan
mengalamigagal panen karena hama penyakit tersebut.
Hal ii menyebabkan produksi pangan yang menurun
sehingga mengakibatkan ketahanan pangan menurun.
 Bencana
Faktor ini merupakan diluar dugaan manusiaa, yang
secara tiba-tiba datang, dan pengaruhnya terhadap
produksi pangan sangat besar. Salah satu contohnya
adalah banjir, banjir dapat menggagalkan panen, sehingga
menyebabkan ketahanan pangan menurun. Disamping
banjir masih terdapat bencana lain yang mengakibatkan

ketahanan pangan menurun contohnya musim kemarau
yang berkepanjangan, longsor dan lain-lain.
 Aksesibilitas yang terbatas
Aksesibilitas yang terbatas akan mengakibatkan kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan pangan yang bermutu dan
bergizi sehingga akan menghambat kesinambungan
ketahanan pangan. Pemenuhan kebutuhan pangan harus
menekankan status gizi yang baik, beragam, seimbang dan
aman untuk di konsumsi, atau dalam dunia ketahanan
pangan dikenal sebagai B2SA (beragam, bergizi, seimbang
dan aman).

III KESIMPULAN
Dari berbagai tulisan-tulisan yang saya kumpulkan dan juga
berdasarkan data- data yang terkait dengan ketahanan pangan
nasional dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan harus
diperhatikan oleh pemerintah secara serius, karena masih
banyak masyarakat yang mengalami kesulitan dalam
mengonsumsi pangan. Walaupun indonesia merupakan sumber
alam yang sangan banyak, tetapi warga indonesia masih banyak
yang tergolong dalam kemiskinan. Berbagai upaya harus
dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah
ketahanan pangan sekaligus masalah kemiskinan, diantaranya
adalah melakukan strategi yang mampu meningkatkan
ketahanan pangan. Berbagai strategi itu diharapkan mampu
meningkatkan ketahanan pangan nasional dan meningkatkan

taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang terkait dalam
peningkatan ketahanan pangan nasional adalah
1. Sumber daya alam
Sumber daya alam di Indonesia tidak perlu diragukan lagi, luas
lahan untuk pertanian cukup untuk memproduksi pangan bagi
masyarakat Indonesia,
2. Sumber daya manusia
Mungkin salah satu yang menyebabkan mengapa masyarakat
Indonesia masih banyak yang kekurangan adalah karena sumber
daya manusia. Sebelu