Pilihan Bekerja Remaja Perempuan di Era Post Modern (Studi Kasus di Kota Medan)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1

Sosiologi
Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti “kawan” dan kata

Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara”, jadi sosiologi adalah
“berbicara mengenai masyarakat” (Comte dalam Soekanto, 2007: 4). Sosiologi
adalah ilmu empirik yang mempelajari gejala masyarakat atau social action, untuk
dapat merasakan pola pikiran dan tindakan berupa aturan atau hukum yang terjadi
di dalamnya (Hadi, 2005: 11).
Tinjauan atau pandangan dari ilmu-ilmu sosial termasuk dalam hal ini,
sosiologi akan mencari hukum-hukum alam yang bersifat general. Hukum alam
ini berlaku kapan saja di mana saja, ilmu yang terkait pada nilai dan kebudayaan
di

lingkungannya.Seperti

diketahui bahwa


sosiologi

adalah ilmu yang

mempelajari gejala-gejala masyarakat dan sosial action di dalam masyarakat
untuk merumuskan hukum-hukum yang terdapat di dalamnya.Mempelajari seni
ditinjau dari sudut pandang sosiologi dapat pula menghubungkan seni itu dengan
kehidupan masyarakat dan faktor-faktor spesifiknya yang meliputi geografi,
ekonomi, pendidikan, agama, dan adat istiadat (Hadi, 1991: 5).
Berdasarkan definisi diatas, sosiologi merupakan disiplin ilmu tentang
kehidupan masyarakat yang objek kajiannya mencakup fakta sosial, definisi
sosial, dan perilaku sosial yang menunjukkan hubungan interaksi sosial dalam
suatu masyarakat. Pengertian masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling
berinteraksi, memiliki adat istiadat, norma-norma, hukum, serta aturan yang

10
Universitas Sumatera Utara

mengatur semua pola tingkah laku terjadi kontinuitas dalam waktu, dan diikat

dengan rasa identitas yang kuat mengikat warganya, Koentjaraningrat (dalam
Kurniawan, 2012: 5).

2.2

Remaja
“Remaja” kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang yang mengatakan

bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda dengan
kelompok manusia yang lain. Sementara pihak lain menganggap remaja adalah
kelompok orang yangidentik dengan perilaku pemberontak, sumber konflik,
senang mengikuti mode dan tidak memiliki pemikiran yang panjang ketika
memutuskan untuk berperilaku. Dari beragam persepsi tentang remaja tersebut,
sebetulnya siapakah remaja itu? Berikut ini, akan dijelaskan mengenai pengertian
remaja, aspek-aspek perkembangan remaja, dan tugas perkembangan remaja.
Remaja (Adolesence)

berasal

dari


kata

latin adolescere (kata

bendanya,adolensecentia yang berarti remaja), yang berarti pula tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa.

Menurut Santrock (2003:26) adolescene diartikan

sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun =
masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.
Periode remaja merupakan sebuah masa peralihan dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa. Disatu sisi, mereka sudah terlepas dari masa kanak-kanak namun
belum bisadikatagorikan sebagai masa dewasa. Menurut dalam Willis (2005:
23) mengungkapkan sebagai berikut :


11
Universitas Sumatera Utara

“Remaja adalah usia transisi. Seorang individu, telah
meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan kebergantungan,
akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung
jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat.
Banyaknya masa transisi ini bergantung kepada keadaan dan
tingkat sosial masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju
masyarakat semakin panjang usia remaja. Karena ia harus
mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat
yang banyak syarat dan tuntutannya”.
Dalam penelitian ini remaja dimaksud adalah remaja yang memutuskan
bekerja sambil juga tidak lupa menjalankan perannya sebagai mahasiswa.Banyak
remaja yang melakukan hal seperti ini, dengan alasan ingin belajar hidup lebih
mandiri.Hidup mandiri bukan berarti ingin lepas tanggung jawab dengan orang
tua, tetapi ingin juga belajar hidup dengan menggunakan hasil jerih payah
sendiri.Para remaja yang memilih bekerja sambil kuliah tidak hanya dapat belajar
hidup mandiri, tetapi dapat juga lebih dapat menghargai jerih payahnya
sendiri.Misalnya hal kecil yang sudah dapat mereka lakukan adalah bisa

memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak lagi membebani orang tua untuk
selalu memenuhi semua keperluan mereka.
Tidak semua remaja yang memutuskan bekerja dapat mengganggu
tanggung jawabnya sebagai mahasiswa.Disini remaja yang berhasil menjalankan
kegiatan seperti ini ditantang untuk selalu bisa membagi waktunya dengan baik
agar kedua hal tersebut tidak ada yang sia-sia. Para remaja yang memutuskan
bekerja inipun dapat dengan bebas memilih pekerjaan yang nantinya tidak akan

12
Universitas Sumatera Utara

mengganggu jadwal perkuliahan juga. Jenis pekerjaan yang dapat mereka pilih
adalah jenis pekerjaan yang jam kerjanya bisa disesuaikan.
Banyak pandangan negatif dari orang-orang yang menyebutkan bahwa
remaja yang memutuskan bekerja sambil kuliah akhirnya akan ada salah satu yang
di korbankan. Anggapan tersebut bisa dibenarkan apabila ditujukan pada remaja
yang memang tidak memiliki niat yang kuat untuk menjalankan dengan baik
keduanya. Tetapi pada remaja yang memang berniat untuk menjalankan dengan
baik bekerja maupun kuliah tidak akan setuju dengan pandangan tersebut.


2.3 Pekerjaan
2.3.1 Hakikat Kerja
Dalam

kehidupan

manusia

selalu

mengadakan

bermacam-macam

aktivitas.Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang
dinamakan kerja.Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang
diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang
bersangkutan.
Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah
adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.Aktivitas dalam kerja mengandung unsur

suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk
memenuhi kebutuhannya.Namun demikian di balik tujuan yang tidak langsung
tersebut orang bekerja untuk mendapatkan imbalan yang berupa upah atau gaji
dari hasil kerjanya itu.Jadi pada hakikatnya orang bekerja, tidak saja untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi juga bertujuan untuk mencapai
taraf hidup yang lebih baik (As‟ad, 2002:46).

13
Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan apa saja
yang harus dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan tercapai. Manfaat
analisis pekerjaan akan memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar
pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan personalia, perilaku manusia dan alatalat yang dipergunakan (Hasibuan, 2003 : 29).
Proses dalam menganalisis pekerjaan melalui langkah-langkah sebagai
berikut (Hasibuan, 2003:29):
a. Menentukan penggunaan hasil informasi analisis pekerjaan.
b. Mengumpulkan informasi tentang latar belakang.
c. Menyeleksi wuwakal (orang yang akan diserahi) jabatan yang akan

dianalisis.
d. Mengumpulkan informasi analisis pekerjaan.
e. Meninjau informasi dengan pihak yang berkepentingan.
f. Menyusuan uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan
g. Meramalkan atau memperhitungkan perkembangan perusahaan.

2.3.3 Tuntutan Pekerjaan
Berbicara mengenai bekerja dan pekerjaan, seorang karyawan memiliki
tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.Hal ini berarti karyawan
harus dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan perusahaan.Secara kualitas, hasil kerja karyawan dari waktu ke waktu
harus lebih baik, semakin variatif dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu
yang lebih singkat.Sedangkan secara kuantitas, hasil kerja karyawan harus dapat
meningkat dalam hal jumlah (Hasibuan, 2003:35).

14
Universitas Sumatera Utara

Peningkatan kinerja karyawan dari sisi kualitas maupun kuantitas
merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh seorang karyawan sesuai dengan

target yang ditetapkan perusahaan. Kondisi ini merupakan salah satu bentuk dari
tuntutan tugas yang harus dapat dilakukan oleh seorang karyawan.Kemampuan
seorang karyawan untuk memenuhi tuntutan tugas merupakan salah satu ukuran
dari keberhasilan atau prestasi kerja karyawan.

2.3.4 Kelelahan Kerja
Kelelahan merupakan salah satu indikator dari besarnya beban kerja yang
harus ditangung seorang karyawan.Banyak kasus terjadi di Indonesia bahwa pihak
perusahaan tidak mampu memperhitungkan kemampuan yang mampu diemban
seorang karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya.Pimpinan tidak menyadari
bahwa beban kerja yang berat berdampak negatif terhadap kinerja karyawan.
Dampak negatif beban kerja tersebut antara lain tidak tercapainya target yang
telah ditetapkan, rendahnya kualitas kerja karyawan, meningkatnya tingkat
kelelahan karyawan yang selanjutnya akan berdampak pada tingkat absensi atau
bahkan meningkatnya perpindahan karyawan (Hasibuan, 2003:50).
Banyak faktor yang menyebabkan kelelahan.Salah satu faktor yang
memberikan kontribusi terbesar terdapat kelelahan karyawan adalah beban
kerja.Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing
pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Wandy, 2008:3). Beban Kerja itu sendiri
erat kaitannya dengan produktivitas tenaga kerja, studi yang dilakukan oleh Gani

(2000) seperti yang dikutip oleh Wandy (2008:1) menyatakan hanya 53,2% waktu
yang benar-benar produktif yang digunakan untuk bekerja secara langsung dan
sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang.

15
Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian Gani (2000) diketahui kelelahan yang terjadi pada tenaga
kesehatan dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebih, sementara beban kerja
tersebut disebabkan oleh jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai.
Penelitian Ruwaedah (1990) seperti yang dikutip oleh Rahma (2003:1) di
Puskesmas strata II Kodya Makasar ditemukan kelelahan yang dialami tenaga
kerja pengelola program kegiatan Puskesmas 59,2% dipengaruhi oleh beban kerja
yang berlebihan. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat.Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari
setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Kyla, 2008:3).
Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan
umum.Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot,

sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja
yang disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang sifatnya monoton), intensitas dan
lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental dan psikologis, status
kesehatan, dan gizi.Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh
manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan seseorang
berhenti bekerja (beraktivitas). Kelelahan dapat diatasi dengan beristirahat untuk
menyegarkan tubuh. Apabila kelelahan tidak segera diatasi dan pekerja dipaksa
untuk terus bekerja, maka kelelahan akan semakin parah dan dapat mengurangi
produktivitas pekerja. Kelelahan sama halnya dengan keadaan lapar dan haus
sebagai suatu mekanisme untuk mendukung kehidupan (Kyla, 2008:3).

16
Universitas Sumatera Utara

2.4 Jam Kerja
2.4.1 Pengertian Jam Kerja
Jam

Kerja

adalah

waktu

untuk

melakukan

pekerjaan,

dapat

dilaksanakansiang hari dan/atau malam hari. Merencanakan pekerjaan-pekerjaan
yang akandatang merupakan langkah-langkah memperbaiki pengurusan waktu.
Apabilaperencanaan pekerjaan belum dibuat dengan teliti, tidak ada yang dapat
dijadikanpanduan untuk menentukan bahwa usaha yang dijalankan adalah selaras
dengansasaran yang ingin dicapai.Dengan adanya pengurusan kegiatan-kegiatan
yanghendak dibuat, sesorang itu dapat menghemat waktu dan kerjanya
(Su‟ud,2007:132).
Diantara tanda-tanda pengurusan waktu yang tidak efektif ialah
karenaterlambat menyiapkan sesuatu, pekerjaan yang dibuat tergesa-gesa,
perasaan tidakmencapai keberhasilan dalam pekerjaan, krisis, surat-surat yang
belum dijawab,panggilan telepon yang dibuat ataupun dijawab, proyek yang
penting ataumendesak yang belum disentuh dan masih banyak lagi pekerjaanpekerjaan yangterpaksa dibuat pada waktu malam untuk menambah waktu
untukmenyiapkannya. Bagi seseorang adalah perlu ada dokumen waktunya dan
tahu kemana arah yang dituju sebelum ia dapat menguruskan waktunya.
Mencatat,merancang dan mengawasi waktu adalah dasar pengurukuran waktu
yang efektif(Westbork dan Drucker dalam Su‟ud, 2007: 132).
Menurut Wolman dalam Su‟ud (2007:131), menyatakan bahwa ada
kaitanantara psikologi dan pekerjaan.Pekerjaan pada tingkat bawahan merasakan
gajiyang dibayar adalah untuk membeli waktu mereka. Bagaimanapun,

17
Universitas Sumatera Utara

pihakpengurusan pada organisasi besar mencoba mengadakan kebebasan waktu
bekerja
kepada pekerjaan bagian atasan. Cara ini didapati menimbulkan tanggung
jawabakibat desakan waktu dan memberikan pencapaian prestasi kerja yang lebih
baik.Wolman

mengemukakan

beberapa

cara

pengurusan

waktu

untuk

menghasilkanpekerjaan yang lebih baik. Diantara ialah membiasakan diri segera
mencatat hal-hal yang perlu perhatian.Susunan kegiatan yang teratur adalah antara
keperluanuntuk memperbaiki pengurusan waktu seseorang.
Macdonald

dalam

Su‟ud

(2007:134)

mendukung

pandangan

ini

denganmengaitkannya dengan aplikasi administrasi bahwa sistem file yang baik
danmempunyai tempat penyimpanan semua hal-hal yang ada sangkut paut
dengankeperluannya adalah suatu cara untuk menjadi lebih teratur. Susunan
kegiatanyang teratur adalah kunci pengurusan waktu kerja yang baik.

2.4.2 Pengaturan Jam Kerja
Kosasih (200:124) menyatakan bahwa pengaturan waktu termasuk
dalamperencanaan tenaga kerja yang berkenaan dengan jadwal kerja dan jumlah
tenagakerja yang akan dipertahankan. Dalam menentukan jadwal kerja,
perusahaanterikat oleh peraturan ketenagakerjaan yang dikeluarkan ILO
(International

LaborOrganizational)

yang

menetapkan

perusahaan

memperkerjakan pegawainyaselama 40 jam/minggu.Bank atau perkantoran
lainnya, waktu kerjanya siang hariselama 8 jam dengan istirahat 1 jam (pukul
08.00 - pukul 16.00) kalau lebih dari40 jam, maka kelebihan itu harus dimasukkan
sebagai lembur (overtime) dan harisabtu hanya setengah hari.Jumlah tenaga kerja
yang dipekerjakan tergantungkepada keperluan, ada yang mengikuti permintaan

18
Universitas Sumatera Utara

pasar atau memelihara tenagakerja yang konstan.Dua-duanya menimbulkan
konsekwensi terhadap biayatenaga kerja (labor cost). Untuk tenaga kerja yang
didasarkan pada permintaanproduk akan cenderung menjadi biaya tenaga kerja
yang bersifat variable (variabel cost), sedangkan kebijaksanaan untuk tenaga kerja
yang konstancenderung menjadi biaya hidup (fixed cost).

2.5 Teori Posmodernisme
2.5.1 Pengertian Teori Posmodern
Menurut Pauline Rosenau (1992) postmodernisme merupakan kritik atas
masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya.Juga postmodern
cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas, yaitu
pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi,
kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka
meragukan prioritas-prioritas modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab
personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme,
penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal dan
rasionalitas. teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal
dengan pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya.
Dalam bukunya Mengenal Posmodernisme : for begginers, Appignanesi,
Garrat, Sardar, dan Curry (1998)

mengatakan bahwa postmodernisme

menyiratkan pengingkaran, bahwa ia bukan modern lagi. Postmodernisme, pada
hakikatnya, merupakan campuran dari beberapa atau seluruh pemaknaan hasil,
akibat,

perkembangan,

penyangkalan,

dan

penolakan

dari

modernisme

Postmodernisme adalah kebingungan yang berasal dari dua teka-teki besar, yaitu:

19
Universitas Sumatera Utara

Ia melawan dan mengaburkan pengertian postmodernisme Ia menyiratkan
pengetahuan yang lengkap tentang modernisme yang telah dilampaui oleh zaman
baru. Sebuah zaman, zaman apapun, dicirikan lewat bukti perubahan sejarah
dalam cara kita melihat, berpikir, dan berbuat. Kita dapat mengenali perubahan ini
pada lingkup seni, teori, dan sejarah ekonomi.
Istilah postmodern memang tidak memiliki definisi yang pasti, yang
mampu merangkul seluruh hasil pemikiran para teori tikus yang menamakan diri
mereka sebagai kelompok postmodernisme. Secara sekilas, konsep postmodern
dirangkai dari konsep “Post” dan “Modern” ; “Post” dapat dimaknai sebagai era
“Sesudah”, sehingga postmodern mengandung makna setelah modernitas.
Ada beberapa istilah yang masih berkaitan dengan istilah postmodern,
yaitu postmodernitas, postmodernisme. Menurut Umar (Ritzer, 2003), istilah
postmodernitas menunjukkan pada suatu epos – jangka waktu, zaman, masa –
sosial dan politik yang biasanya terlihat mengiringi era modern dalam suatu
pemahaman sejarah. Jadi, definisi postmodern meliputi suatu epos sejarah baru,
produk budaya yang baru, serta tipe teori baru yang menjelaskan dunia sosial.
Teori postmodern banyak memberikan kritik atas realitas “manusia
modern” yang terlalu dalam persepsi mereka. Rosenau (Ritzer, 2003) menjelaskan
mengenai beberapa posisi dari teori postmodern mengenai modernitas. Pertama,
postmodern mengkritik masyarakat modern yang dinilai gagal dalam memenuhi
janji-janjinya. Postmodern mempertanyakan bagaimana setiap orang dapat
mempercayai bahwa modernitas telah membawa kemajuan dan harapan
masyarakat depan yang lebih cemerlang. Kedua, teori postmodern cenderung
menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world view),

20
Universitas Sumatera Utara

metanarasi totalitas dan sebagainya. Ketiga, teori postmodern cenderung
menerakkan fenomena besar postmodern, seperti emosi, perasaan, intuisi, refleksi,
spekulasi, pengalaman personal, kebiasaan, kekerasan, metafisika, tradisi, dan
sebagainya. Keempat, teori postmodern menolak kecendrungan dunia modern
yang meletakkan batas – batas antara hal – hal tertentu seperti disipin akademis,
budaya dan kehidupan, fiksi, dan teori, citra, dan realitas.
Postmodernisme pada awalnya lahir sebagai reaksi kritis dan reflektif
terhadap paradigm modernism yang dipandang gagal menuntaskan proyek
pencerahan dan menyebabkan munculnya berbagai patologi modernitas. Pauline
M. Rosenau, dalam kajiannya mengenai postmiodernisme dan ilmu-ilmu sosial,
mencatat setidaknya lima alasan penting gugatan postmodernisme terhadap
modernisme:
a. Modernisme dipandang gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan ke arah masa
depan kehidupan yang lebih baik sebagaimana diharapkan oleh para
pendukungnya.
b. Ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenangwenangan dan penyalahgunaan otoritas keilmuan demi kepentingan
kekuasaan.
c. Terdapat banyak kontradiksi antara teori dan fakta dalam perkembangan ilmuilmu modern.
d. Ada semacam keyakinan bahwa ilmu pengetahuan modern mampu
memecahkan segala persoalan yang dihadapi manusia. Namun ternyata
keyakinan ini keliru dengan munculnya berbagai patologi sosial.

21
Universitas Sumatera Utara

e. Ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi mistis dan
metafisis manusia karena terlalu menkankan atribut fisik individu.

2.5.2 Akar Sejarah Teori Sosial Postmodern
Jejak- jejak pemikiran yang bernaung di bawah payung postmodernisme :
seni, sastra, politik, ekonomi, arsitektur,sosiologi, antropologi dan filsafat
sebenarnya dapat dilacak jauh ke alur sejarah modernitas istilah “ modern‟ yang
berarti zaman baru berasal dari bahsa latin modernus. Sementara itu istilah
modernitas (modernity) diartikan sebagai kondisi social budaya masyarakat
modern. Istilah ini sekaligus menggambarkan hubungan antar massa ini dan massa
silam, serta sebagai kurun sejarah yang berbeda dimana modernitas lebih superior
di banding masa sebelumnya.
Modernisasi (modernization) berarti proses berlangsugnya proyek
mencapai kondisi modernitas. Modernisasi mencangkup proses pengucilan karyakarya klasik, warisan masa lampau, sejarah purbakala, karena modernitas pada
hakekatnya mengambil posisi yang berlawanan dengan hal-hal lama demi
terciptanya hal-hal baru. Dengan demikian, modernisasi adalah pandangan sikap
hidup yang dianut untuk menghadapi massa kini yakni pandangan dan sikap hidup
dalam meghadapi kenyaan hidup masa kini. Modernisasi di tandai oleh pemusatan
hubungan secara tegas terhadap nilai-niilai tradisional ; berkembangnya system
kapitalisme progresif, rasionalisasi administrative, serta diferensiasi social dan
budaya ( Featherstone , 1988)
Disisi lain, Marshall Berman dalam kajiannya tentang modernism
menyatakan bahwa era modern telah di mulai sejak era renaisans abad ke -16 M
berkembang dalam tiga fase sejarah modernism. Fase pertama, adalah

22
Universitas Sumatera Utara

modernisme yang berkembang semenjak awal ke-16 M hingga akhir abad ke -18
M, dimana orang baru mulai merasakan pengalaman kehidupan modern,
modernism pada tahap ini di tandai oleh mulai diyakinya rasio, keberanian
menghadapi kehidupan secara nyata, memudarnya religuisitas dalam berbagai segi
kehidupan, serta lahirnya pemberontakan kreatif dalam dunia seni. Fase kedua,
adalah modernisme di tandai dengan revolusi perancis dan kekacauan sosial,
politik, ekonomi yang seringkali dihubungkan dengan momentum Gelombang
revolusi besar 1790. Fase ketiga adalah modernisme yang di mulai ketika terjadi
proses modernisasi global dan pembentukan kebudayaan dunia dan modern secara
massal dimana semakin banyak terjadi kekacauan social dan politik, ketidak
pastian dan ancaman terhadap realitas dunia baru terbentuk inilah puncak anomaly
realitas modern, yang ternyata tidak mampu mewujudkan impian menciptakan
kehidupan yang lebih baik, dan justru sebaliknya, menciptkan berbagai masalah
besar yang menyengsarakan umat manuaia (smart,1990;16).
Merujuk Marx Weber, rasionalitas Modernisme memiliki dua karakter
mendasar. Pertama sebagai Rasionalitas tujuan (Zweckrationalitat). Kedua sebagai
Rasionalitas nilai, rasionalitas modernisme mengacu pada kesadaran akan nilainilai etis, estetis, dan religius. (Wertrationalitat).Namun, diantara kedua bentuk
rasionalitas ini yang sangat dominan dalam realitas dunia modern adalah
Rasionalitas tujuan. Rasionalitas itu sendiri adalah suatu problema hidup yang
berdasarkan pada jaman modernisasi seperti sekarang ini, contohnya di kota-kota
besar. Menurut Weber, modernitas merupakan konsekuensi proses modernisasi,
dimana realitas social berada dibawah bayang-bayang dan dominasi asketisme,
sekulerisasi, klaim universalistik tentang rasionalitas instrumental, diferensiasi

23
Universitas Sumatera Utara

bidang-bidang kehidupan, birokratisasi ekonomi, praktek-praktek politik dan
militer, serta tumbuhnya moneterisasi nilai-nilai.
Secara Epistimologis, modernitas meliputi empat unsur pokok. Pertama,
subjektifitas reflektif, yakni pengakuan akan kekuatan-kekuatan rasional dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan.kedua , subjetivitas yang berkaitan
dengan kritik atau refleksi, yakni kemampuan untuk menyingkirkan kendalakendala kebebasan dari tradisi dan sejarah.Ketiga , kesadaran historis yang di
munculkan oleh subjek, bahwa waktu berlangsung secara linear, unik, tak
terulangi dengan titik berat pada kekinian titik sejarah. Keempat, universalisme
yang mendasari ketiga unsure sebelumnya. Dengan universalisme di maksudkan
bahwa elemen-elemen modernitas bersifat normative untuk masyarakat yang akan
melangsungkan modernisasi. Dengan modernisasi, kebenaran wahyu di uji
dihadapan rasio, legitimasi kekuasaan di gugat melalui kritik dan kesahilan tradisi
dipertanyakan berdasarkan harapan akan masa depan yang lebih baik.

2.5.3 Perkembangan Ilmu Pada Masa Postmodernisme
Pada awalnya, kata postmodern tidak muncul dalam filsafat ataupun
sosiologi.Wacana postmodern ini pada awalnya muncul dalam arsitektur dan
kemudian juga dalam sastra.Arsitektur dan sastra „postmodern‟ lebih bernafaskan
kritik terhadap arsitektur dan sastra „modern‟ yang dipandang sebagai arsitektur
totaliter, mekanis dan kurang human.Akhirnya, kritik terhadap seni arsitektur dan
sastra modern ini menjadi kritik terhadap kebudayaan modern pada umumnya
yang dikenal sebagai era-postmodern.
Benih posmo pada awalnya tumbuh di lingkungan arsitektur. Charles
Jencks dengan bukunya The Language of Postmodern Architecture (1975)

24
Universitas Sumatera Utara

menyebut post modern sebagai upaya mencari pluralisme gaya arsitekture setelah
ratusan terkukung satu gaya. Postmodernisme lahir di St. Louis, Missouri, 15 Juli
1972, pukul 3:32 sore. Ketika pertama kali didirikan, proyek rumah Pruitt-Igoe di
St. Louis di anggap sebagai lambang arsitektur modern. Yang lebih penting, ia
berdiri sebagai gambaran modernisme, yang menggunakan teknologi untuk
menciptakan masyarakat utopia demi kesejahteraan manusia. Tetapi para
penghuninya menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pemerintah
mencurahkan banyak dana untuk merenovasi bangunan tsb. Akhirnya, setelah
menghabiskan jutaan dollar, pemerintah menyerah.Pada sore hari di bulan Juli
1972, bangunan itu diledakkan dengan dinamit. Menurut Charles Jencks, yang
dianggap sebagai arsitek postmodern yang paling berpengaruh, peristiwa
peledakan ini menandai kematian modernisme dan menandakan kelahiran
postmodernisme.

2.6 Kritik Terhadap Teori Sosiologi Postmodern
Suara

kritis terhadap teori

sosiologi

postmodern salah satunya

dikemukakan oleh Mark poster, Poster mencatat bahwa setidaknya terdapat
limakelemahan teori sosiologi postmodern (Keller, 1994). Pertama, para pemikir
teori social postmodern seringkali tidak mampu menjelaskan dengan gamblang
pengertian istilah-istilah kunci yag ada dalam karya-karya mereka. Hal ini
menimbulkan kekaburan pada gagasan-gagasan orisinal yang dikemukakan
pemikir postmodern. Kedua, Poster memandang gaya menulis para pemikir teori
sosiologi postmodern, misalnya Baudrilland, aneh dan ganjil karena seringkali
tidak di barengi dengan argumentassi yang sistematik dan logis. Kelemahan ini,
dengan sendirinya menjadikan pemikiran-pemikiran sosiologi postmodern

25
Universitas Sumatera Utara

kehilangan dasar argumentasi yang rasional. Ketiga, para pemikir teroti
postmodern, tanpa disadarinya, telah terjatuh ke dalam sikap mentotalisasikan ideide

pemikirannya,

dan

menolak

untuk

mengubah

atau

membatasi

pemikirannya. Keempat, para pemikir teori sosiologi postmodern terkesan terlalu
menafikan kenyataan bahwa terdapat keuntungan-keuntungan dari perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Televise dan mediia massa dan internet
dalam tampilannya yang positif juga memberikan manfaat seperti misalnya
mempercepat penyebaran informasi tentang pendidikan, HAM Dan lingkungan,
menyampaikan berita peristiwa-peristiwa aktual yang tengah terjadi dan lebih
membuka pemahaman akan sifat pluralism dan humanism kebudayaan dewasa
ini. Kelima, sikap fatalis dan nihilis yang secara sadar banyak dipilih oleh pemikir
social postmodernmenjadikan pemikiran-pemikiran mereka jauh lebih dari nilai –
nilai moral dan agama.
Sementara itu Pauline M. rosenau, seorang pengamat teori social
kontemporer Amerika

melihat

terdapat

7 kontradiksi

dalam

pemikran

postmodernisme:
a. Posisi anti-teori dari para pemikir postmodermisme sebenarnya justru
merupakan sebuah pendirian toritis.
b. Sementara postmodernisme menekankan pada hal-hal yang bersifat
irasional,

akal

pemikiran

tetap

di

gunakan

untuk

memperluas

pandangannya.
c. Sikap

teori

postmodernuntuk

berfokus

pada

hal-hal

yang

terpinggirkandalam dirinya sendiri sebenarnya merupakanpenekaran
evaluatifatas hal-hal yang diserangnya.

26
Universitas Sumatera Utara

d. Postmodernisme

menekankan

inter-tekstualitas

namun

seringkali

memperlakukan teks secara tertutup.
e. Dengan menolak criteria modernism untuk menilai sebuah teori , para
pemikir postmodernisme tidak dapat menyatakan bahwa tidak ada criteria
yang absah untuk digunakan sebagai criteria penilaian.
f. Postmodernisme mengkritik inkonsestensi modernism, namun menolak
untuk norma konsistensi itu sendiri.
g. Para pemikir postmodern berkontradiksi di dalam dirinya sendiri dengan
menyampaikan klaim-klaim kebenaran dalam tulisan-tulisan mereka
sendiri.
Sementara itu Jurgen Habermas, Seorang Filsuf kontemporer Jerman, juga
memberikan kritikan terhadap pandangan postmodernisme. Dalam bukunya
Modernity, an incomplete project, habermas mengtakan bahwa proyek modernitas
yang di mulai sejak abad ke-19 demi membangun ilmu yang objektif, hukum dan
dan moralitas universal, serta seni yang otonom belum selesai. Para pemikir
postmodern, menurut Habermas, terlalu tidak sabar untuk menuntaskan proyek
modernitas yang seharusnyabisa mereka selesaikan.Dalam perdebatannya dengan
beberapa pemikir postmodern, terutama Baudrilland dan Lyotard, habermas tetap
berpendirian bahwa postmodernisme masih bisa dibenahi, yakni dengan prinsip
consensus dan komunikasi partisipasif.
Akhirnya, Christoper Norris, Seorang pemikir social America, dalam
sebuah bukunya What‟s Wrong with Postmodernism: Critical Theory and the ends
of Philosopy (1990), Menyatakan bahwa saat ini kita telah sampai pada suatu titik
dimana teori akan berbalik pada arah melawan dirinya sendiri.menghasilkan

27
Universitas Sumatera Utara

sebentuk sikap epistemologis skeptic dan ekstrim yang menghancurkan segala
sesuatu, filsafat,politik,kritik,dan teori –pada tingkatan dimana nilai-nilai
consensus menjadi sesuatu yang paling tidak menarik untuk di bicarakan; inilah
sikap postmodernisme.
Beberapa kritik tajam terhadap postmodernisme diatas patut menjadi
catatan untuk memahami teori social postmodern secara lebih jernih dan
koheren.Setidaknya, diperlukan sikap kritis, reflektif dan objektif dalam
memandang realitas social dan budaya kontemporer dewasa ini.diperlukan
landasan nilai moral dan agama dalam menyikapi realitas social dan kebudayaan
yang begitu cepat berubah dewasa ini. Tanpa landasan nilai moral dan agama,
maka pembacaan dan penyikapan realitas social dan kebudayaan dewasa ini,
hanya akan sampai pada sikap nihilism, fatalism, dan keputusasaan yang justru
tidak menyelasaikan persoalan.

2.7 Kaitan Postmodernisme dan Feminisme
Feminis postmodernisme dipakai hanya sebatas sebagai teori masyarakat.
Post modernism penting bagi isu teori feminism terutama sebagai “epistimologi
oposional”

sebagai

strategis untuk

menanyakan klaim

kebenaran atau

pengetahuan yang didahului oleh satu teori tertentu (Georige Ritzer, Douglas J.
Goodman, Teori Sosiologi Modern, Kencana 2004, Jakarta).

2.8 Konsumerisme Pada Remaja
Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang
atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian
barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara

28
Universitas Sumatera Utara

sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari
suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk
dihilangkan. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa
yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam kehidupannya.
"Konsumerisme" perlu dibedakan dari "konsumsi".Dalam banyak hal bisa
dikatakan, sejarah manusia adalah sejarah konsumsi (dan produksi).Sesudah
dengan tangan telanjang kita memakai daun untuk makan, lalu memakai sendokgarpu sumpit guna mengonsumsi makanan.Konsumsi berkait pemakaian
barang/jasa untuk hidup layak dalam konteks sosio-ekonomis-kultural tertentu.Ia
menyangkut kelayakan survival. Sedangkan konsumerisme adalah soal lain lagi.
Maka konsumerisme adalah sebuah ideologi global baru. Konsumerisme
merupakan paham atau aliran atau ideologi dimana seseorang atau kelompok
melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang barang
hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan
berkelanjutan. Bagi para kapten iklan, konsumerisme seperti tambang emas yang
tidak habis digali.Tetapi, bagaimana kita mengartikan praktik konsumerisme? Jika
dipadatkan, kira-kira begini: konsumerisme adalah konsumsi yang mengada-ada.
Soalnya adalah bagaimana kita tahu suatu konsumsi telah mencapai tahap
mengada-ada? Sebagai contoh, artis Syahrini, mengaku terus shopping pakaian,
tas, sepatu, dan aksesori lainnya sebagai sesuatu yang dirasa sangat dibutuhkan
saat dia tampil di depan publik.

29
Universitas Sumatera Utara

2.9 Gaya Hidup Remaja Perempuan Posmo
Paradigma kehidupan dalam sebagian masyarakat modern telah beralih
kepada postmodernisme.Di zaman modern, semenjak era revolusi industri di abad
ke-15, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mewujudkan
kehidupan yang mapan dan nyaman dalam banyak segi.Namun masih
adanyaberbagai permasalahan dan ketidakpuasan terhadap kondisi zaman modern
membuat gerakan postmodernisme berkembang sejak abad ke-20.Gaya hidup
post-modern

adalah

berkembangnya

sifat

hedonism,

materialism,

dan

konsumerisme, yaitu sikap selalu mencari kepuasan diri sendiri, menilai segala
sesuatu dari segi kepemilikan materi, serta kepuasan yang muncul bisa sudah
memiliki barang–barang bajkan yang tidak diperlukan sekalipun.

2.10 Gender
Istilah Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan
dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender adalah
pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara lakilaki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan
dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau
kebiasaan masyarakat.
Gender tidak sama dengan kodrat. Kodrat adalah sesuatu yang ditetapkan
oleh Tuhan YME, sehingga manusia tidak mampu untuk merubah atau
menolak.Sementara

itu, kodrat

bersifat

universal, misalnya

melahirkan,

menstruasi dan menyusui adalah kodrat bagi perempuan, sementara mempunyai
sperma adalah kodrat bagi laki-laki.

30
Universitas Sumatera Utara

Ketidakadilan gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan
struktur sosial, sehingga perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada
sistem tersebut. Laki-laki dan perempuan berbeda hanya karena kodrat antara lakilaki dan perempuan berbeda. Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta
suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara,
serasi, seimbang dan harmonis.
Ketidakadilan gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur
sosial, sehingga perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada sistem
tersebut. Laki-laki dan perempuan berbeda hanya karena kodrat antara laki-laki
dan perempuan berbeda. Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu
kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi,
seimbang dan harmonis.
Pengertian seks atau jenis kelamin merupakan pensyifatan atau pembagian
dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada
jenis kelamin tertentu (Faikh, 1997).
Seks atau jenis kelamin secara permanen tidak berubah dan merupakan
ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat.
Berbeda dengan seks, gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum lakilaki mapun perempuan yang dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan
dikonstribusikan secara sosial atau kultur, melalui ajaran keagamaan maupun
Negara. Konsep gender menyangkut semua hal yang dapat dipertukarkan antara
sifta perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah baik dari waktu ke waktu, dari
suatu tempat ke tempat lainnya, maupun dari suatu kelas ke kelas lainnya.

31
Universitas Sumatera Utara

2.10.1 Gender dalam Perspektif Sosiologis
Gender adalah suatu konsep cultural yang berupaya membuat pembedaan
(distinction) dalam hal peran, prilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional
antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Women’s
Studies Encyclopedia).
Membahas

permasalahan

gender

berarti

membahas

permasalahan

perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembahasan
mengenai gender, termasuk kesetaraan dan keadilan gender dikenal adanya dua
aliran atau teori, yaitu teori nurture dan teori nature.

2.11 Teori Nurture
Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah
hasil konstruksi sosial budara sehingga menghasilkan peran dan tugas yang
berbeda.Perbedaan itu membuat perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran
dan kontribusinya dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

2.12 Teori Nature
Menurut teori nature, adanya pembedaan laki-laki dan perempuan adalah
kodrat, sehingga harus diterima.Perbedaan biologis itu memberikan indikasi dan
implikasi bahwa diantara kedua jenis kelamin tersebut memiliki peran dan tugas
yang berbeda.Ada peran dan tugas yang dapat dipertukarkan, tetapi ada yang tidak
bisa

karena

memang

berbeda

secara

kodrat

alamiah.

Dalam

proses

perkembangannya, disadari bahwa ada beberapa kelemahan konsep nurture yang
dirasa tidak menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan

32
Universitas Sumatera Utara

berkeluarga maupun bermasyarakat, yaitu terjadi ketidak adilan gender, maka
beralih ke teori nature.

2.13 Definisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk
mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah definisi abstrak
mengenai gejala atau realita suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan
suatu gejala (Moleong, 1997)
Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian konsep juga
berfungki sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti penelitian
tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran
dalam penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks
penelitian ini antara lain:
1. Remaja
Remaja dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki kecendrungan
untuk bekerja di usia muda. Remaja dalam penelitian ini juga memiliki keinginan
untuk mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan dari keluarga serta
lingkungan setinggi-tingginya.
2. Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan
dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini,
bersenang-senang, pesta pora dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup entah
itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak.

33
Universitas Sumatera Utara

3. Materialisme
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal
yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi.Pada dasarnya semua hal
terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material.Materi
adalah satu-satunya substansi.
4. Konsumerisme
Konsumerisme adalah paham atau ideology yang menjadikan seorang atau
kelompok melakukan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil
produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.

34
Universitas Sumatera Utara