Kajian Bentuk Jam Gadang di Bukittinggi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kerlinger dalam Ariko 2005, definisi teori adalah seperangkat
konstruk (konsep) yang saling berhubungan; yang mempunyai definisidan detail
yang dipersentasikan melalui pandangan sistematik dari fenomena-fenomena
spesifikasi yang saling berhubungan diantara variabel-variabel, dengan maksud
menjelaskan dan memprediksi fenomena/ gejala tersebut.
Adapun pembahasan teori-teori yang terkait pada penelitian ini antara lain
mengenai bentuk visual bangunan dalam exspresi arsitektural, aspek komunikasi
dalam arsitektur, aspek pengamat obyek pandangan, dan aspek pengamat manusia
terhadap lingkungan. Tahap selanjunya ditarik hipotesa yang dapat memberikan
pangan, dasar pengetahuan dan arahan untuk menjalankan proses penelitian
selanjutnya.
2.1. Kajian Bentuk Bangunan
2.1.1. Pengertian Bentuk dalam Arsitertur
Menurut Francis D. K. Ching (2008) dalam bukunya Arsitekur bentuk
ruang dan tatanan, mengatakan bahwa bentuk merupakan sebuah istilah inklusif
yang memiliki beberapa pengertian.
Setiap benda mempunyai bentuk. Istilah “bentuk” dalam bahasa Indonesia
dapat berarti bangun (shape), atau benda plastis (form). Setiap benda mempunyai
bangun dan bentuk plastis. Bangun adalah bentuk benda yang polos seperti yang


Universitas Sumatera Utara

terlihat oleh mata, sekedar untuk menyebutkan sifatnya yang bulat, persegi,
segitiga, ornamental, tak teratur dan sebagainya.
Bentuk adalah gambar (figure) dapat berupa dua dimensi atau tiga
dimensi. Semua benda alam atau buatan manusia memiliki bentuk seperti bulat,
persegi, segitiga, ornamental, atau tak teratur. Sebuah bentuk akan berbeda
sifatnya apabila diberi warna gelap atau terang. (Sembiring, 2008 : 27-28).
Istilah bentuk dalam arsitektur selalu kita rangkaikan dengan kata
bangunan, dan menjadi istilah bentuk bangunan. Beberapa pengertian bentuk
bangunan yaitu: (Christian Norberg dalam Hendraningsih, 1985).
a. Bentuk bangunan merupakan ruang yang dibangun didalam,pada atau di
atas tanah yang diberi penutup berupa atap dan lebih sempurna lagi bila
ditutup oleh dinding-dinding.
b. Bentuk bangunan ditinjau dari fungsi pemakaiannya dikelompokkelompokan sebagi bentuk tempat bekerja, bentuk tempat berkumpul,
beramah tamah, menempatkan barang-barang, bersemadi, menghormat
dan mengenang pahlawan dalam bentuk-bentuk monumen dan sebagainya.
c. Bentuk bangunan secara erat berhubungan dengan skala manusia.
Selanjutnya diusahakan untuk mendapatkan kesenangan fisik dan non fisik

dari bentuk itu sendiri, hal ini menjadi dasar perencanaan bentuk ruangruang dalam bangunan.
Menurut Louis Kahn dalam Hendraningsih (1985), bentuk mengikuti
fungsinya. Pemikirannya didasarkan oleh, kegiatan manusia sebagai makhluk
yang berakal di dunia melahirkan fungsi yang terwujud dalam bentuk untuk

Universitas Sumatera Utara

menampung kegiatan manusia. Pemikiran ini diperkuat oleh penyataan yang
berbunyi: “bentuk lahir karena ada sesuatu kekuatan yaitu kegiatan”, jadi kegiatan
manusia merupakan kekuatan yang mewujudkan bentuk. Semakin tinggi
kebudayaan manusia, semakin banyak cabang kegiatan berarti semakin rumit
fungsinya. Oleh sebab itu manusia secara naluri berkeinginan bentu-bentuk
arsitektur mencerminkan identitas fungsinya.
Untuk menganalisa bentuk sebaiknya diadakan penilaian hubungan timbal
balik antara bagian-bagian bentuk dan bentuk keseluruhan, karena sifat bagian
bentuk ditentukan oleh :


Tingkat pemusatan




Kemampuan untuk bergabung dengan bagian bentuk lain.

2.1.2. Faktor faktor yang mengwujudkan bentuk
Menurut Hendraningsih, dkk, (1985), faktor faktor yang mengwujudkan
bentuk yaitu:
a. Fungsi
Batasan fungsi secara umum dalam arsitektur adalah pemenuhan terhadap
aktivitas manusia, tercakup di dalamnya kondisi alami. Sedangkan bangunan yang
fungsionil ialah bangunan yang dalam pemakaiannya memenuhi kebutuhan secara
tepat dan tidak mempunyai unsur-unsur yang tidak berguna.
Aktivitas timbul dari kebutuhan manusia baik itu kebutuhan jasmani
maupun rohani. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan kegiatan, cahaya, udara,
kebahagiaan, perlindungan, kesejukan, kenyamanan dan lain sebagainya. Hal- hal
diatas harus sesuai dengan sifat kegiatan yang di inginkan.

Universitas Sumatera Utara

Fungsi sendiri dapat berkembang dan berubah. Disebut berkembang bila

fungsi tunggal menjadi tunggal menjadi fungsi ganda yaitu misalnya lobby suatu
bangunan menjadi ruang pameran sekaligus. Berubah bila fungsi berganti, sebagai
contoh hotel menjadi apartement atau kantor. Berkembang dan berubah fungsi
tergantung dari waktu dan masyarakat.
b. Simbol
Semakin lama, manusia sangat memerlukan identitas baik bagi dirinya,
maupun benda-benda yang ada disekelilingnya. Pada kenyataannya sehari-hari
kebutuhan akan identitas tersebut ditampilkan secara gamplang, atau dengan
simbol-simbol.
Dalam dunia arsitektur, pengenalan simbol tersebut, merupakan suatu
proses yang terjadi pada individu dan pada masyarakat. Melalui panca indera, di
sini indera penglihatan lebih berbicara, manusia mendapat rangsangan yang
kemudian menjadi pra-persepsi terjadi pengenalan obyektif (fisik). Selanjutnya
terwujud persepsi. Persepsi ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman termasuk
pengalaman pendidikan yang menentukan tingkat intelektual manusia. Setelah itu
terjadi proses penyesuaian diri. Tingkat-penyesuaian ini berbeda-beda pada setiap
individu, ini juga diakibatkan oleh pengalaman dan tingkat intelektual yang
berbeda. Meskipun tiap individu mempunyai pengalaman dan tingkat intektual
yang berbeda, masih ada suatu dasar yang sama pada tiap individu yang tergabung
dalam suatu kelompok masyarakat, yaitu: kebudayaan. Ini lah yang lebih

membuka kemungkinan bagi suatu masyarakat untuk menghasilkan penilaian
yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Arsitek sebagai penwujud bentuk dapat menampilkan simbol sesuai
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sehingga mudah dikenal
masyarakat.

Simbol

dapat

pula

timbul

dari

gagasan


murni

arsitek,

tergantungnpada kemampuan dan citra arsitek untuk mengeluarkan hal yang baru.
Simbol tadi dapat diterima dan diakui oleh masyarakat setelah melalui proses
adaptasi yang membutuhkan waktu yang relatif lama.
c. Teknologi Struktur dan Bahan
Teknologi struktur dan bahan merupakan faktor yang penting dalam
arsitektur. Apakah yang dibangun hanya berupa atap sederhana,berupa ruangan
besar untuk beribadah, berdagang, ruang susun untuk kantor, tidaklah menjadi
soal. Bahan yang digunakan harus disusun, dan dikonstruksikan dalam jumlah
tertentu, kekuatan tertentu menjadi bangunan yang kuat dan berdiri tegak,
melawan kedasyatan alam seperti hujan, angin terik matahari, gempa bumi dan
sebagainya.
Struktur pun mengandung keindahan karena struktur dibuatberdasarkan
hukum keindahan. Dengan majunya pengetahuan manusia, struktur mengalami
perkembangan, baik sisem konstruksinya, bahan bangunanya maupun metode
membangunnya. Sebab itu kemungkinan untuk menciptakan struktur yang kuat

dan indahpun makin bertambah besar, Hendraningsih, dkk, (1985).

Universitas Sumatera Utara

2.2. Tranfortasi Arsitektur
2.2.1. Pengertian Tranfortasi
Tranformasi adalah suatu perubahan dari suatu kondisi (bentuk awal) ke
kondisi lain (bentuk akhir) dan dapat terjadi terus menerus atau berulang kali yang
dipengaruhi dimensi waktu yang dapat terjadi secara cepat atau lambat, tidak saja
berhubungan dengan perubahan fisik tetapi juga menyangkut perubahan sosial
budaya ekonomi politik masyarakat, tidak lepas dari proses perubahan baik
lingkungan (fisik) maupun manusia (non fisik)
Laseau 1980 yang dikutip oleh Sembiring 2006 memberikan kategori
Transformasi sebagai berikut:
1. Transformasi bersifat Tipologikal (geometri) bentuk geometri yang
berubah dengan komponen pembentuk dan fungsi ruang yang sama.
2. Transformasi bersifat gramatikal hiyasan (ornamental) dilakukan dengan
menggeser, memutar, mencerminkan, menjungkirbalikkan, melipat dll.
3. Transformasi bersifat refersal (kebalikan) pembalikan citra pada figur
objek yang akan ditransformasi dimana citra objek dirubah menjadi citra

sebaliknya.
4. Transformasi bersifat distortion (merancukan) kebebasan perancang
dalam beraktifitas.
2.2.2. Proses Transformasi
Habraken, 1976 yang dikutip oleh Pakilaran, 2006 (dalam http://www.ar.
itb.ac.id/wdp/ diakses pada tanggal 11 November 2013) menguraikan proses

Universitas Sumatera Utara

transformasi yaitu sebagai berikut:
1. Perubahan yang terjadi secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit
2. Tidak dapat diduga kapan dimulainya dan sampai kapan proses itu akan
berakhir tergantung dari faktor yang mempengaruhinya
3. Komprehensif dan berkesinambungan
4. Perubahan yang terjadi mempunyai keterkaitan erat dengan emosional
(sistem nilai) yang ada dalam masyarakat.
Habraken, 1976 yang dikutip oleh Pakilaran, 2006 (dalam http://www.ar.
itb.ac.id/wdp/diakses pada tanggal 11 November 2013). menguraikan faktorfaktor
yang menyebabkan terjadinya transformasi yaitu sebagai berikut:
1. Kebutuhan identitas diri (identification) pada dasarnya orang ingin dikenal

dan ingin memperkenalkan diri terhadap lingkungan.
2. Perubahan gaya hidup (Life Style) perubahan struktur dalam masyarakat,
pengaruh kontak dengan budaya lain dan munculnya penemuan-penemuan
baru mengenai manusia dan lingkuangannya.
3. Pengaruh teknologi baru timbulnya perasaan ikut mode, dimana bagian
yang masih dapat dipakai secara teknis (belum mencapai umur teknis
dipaksa untuk diganti demi mengikuti mode.
Arsitektur menyangkut ruang (space) yang bisa dirasakan bentuk (shape)
yang bisa dilihat atau disentuh. Arsitektur memerlukan pemahaman secara tiga
dimensi, namun demikian dalam kajian morfologi proses transformasi atau
perubahan bentuk dapat pula dijelaskan melalui bidang papar atau dua dimensi.

Universitas Sumatera Utara

Seperti yang dilakukan oleh Steadman (1989), yang menyebutkan bahwa proses
perubahan bentuk dapat terjadi melalui beberapa sebab, antara lain :
a. Perubahan Dimensi
Penampakan proses perubahan bentuk akan kelihatan nyata dalam penggambaran
pada bidang papar yang terbuat dalam bentuk grid. Apabila salah satu dimensi
dari grid mengalami perubahan dimensi maka akan terjadi banyak kemungkinan

penampakan dari bentuk yang berbeda. Tentu saja ini berlaku pada bidang
horisontal (melebar) maupun vertikal (meninggi). Perubahan serupa juga bisa
terjadi dengan cara perubahan sudut dari grid ataupun pembelokan arah dari grid
yang membentuk lengkungan dengan sudut tertentu.
Proses yang terjadi pada bentuk suatu bangunan misalnya, tidak diikuti dengan
penambahan jenis ataupun tipe bentuk dan ruang, melainkan karena dimensinya
yang berubah maka akan memberikan banyak kemungkinan variasi bentuk yang
berbeda.
b. Proses Rotasi dan Percerminan
Proses pemutaran dan pencerminan dari suatu bentuk pada titik atau garis tertentu
dalam bidang papar, memungkinkan terjadinya perubahan bentuk. Pada benda
yang memiliki denah simetris memusat, proses perubahan bentuk tidak kentara
apabila dilakukan proses rotasi ataupun pencerminan. Namun sebaliknya benda
atau bangunan dengan bentuk denah persegi panjang dengan tata ruang yang
bebas, pemutaran ataupun pencerminan akan menghasilkan banyak kemungkinan
variasi perubahan bentuk tergantung dari besar-kecilnya sudut rotasi ataupun letak
garis percerminan.

Universitas Sumatera Utara


c. Metode Pemotongan (pengecilan) dan Pembesaran Bentuk
Metode pemotongan (pengecilan) dan pembesaran yang dilakukan pada bidang
papar terhadap sebuah bentuk menunjukkan bahwa bentuk akan mengalami
perubahan. Perubahan ini terjadi bila dilakukan pemotongan atau pembesaran
salah satu atau keseluruhan bagian dari bentuk. Proses ini sebenarnya hampir
sama dengan proses perubahan dimensi. Perbedaanya terletak pada kemungkinan
pemotongan ataupun pembesaran pada bagian perbagian dari sekumpulan bentuk
seperti sebuah ruang dari sekumpulan ruang dalam suatu bangunan. Sehingga
dimungkinkan adanya variasi perubahan bentuk yang lebih beragam.
d. Penyusunan dan Pewarnaan Lantai Ubin
Penyusunan dan perwarnaan lantai ubin dengan jenis, karakter dan warna ubin
yang berbeda memungkinkan terjadinya visualisasi perubahan bentuk lantai.
Perlakuan masing-masing sel
dalam grid lantai dalam sistem aturan susunan pemasangan yang berbeda satu
sama lain juga memberikan kemungkinan variasi dari bentuk lantai dari suatu
bangunan.
e. Penambahan Bentuk Lain
Suatu bentuk yang terdiri dari susunan beberapa bentuk akan nampak sebagai
wujud yang tunggal. Apabila dilakukan perlakuan pada bentuk tersebut dengan
penambahan dari bentuk lain di dalam salah satu bagian bentuk atau di luarnya,
akan memberikan kemungkinan terjadinya perubahan bentuk yang nyata. Variasi
dari perubahan bentuk yang terjadi sangat dipengaruhi oleh penempatan bentuk
lain pada susunan bentuk yang ada. Misalnya penambahan satu ruang penghubung

Universitas Sumatera Utara

di tengah-tengah susunan dari beberapa ruang, akan menghasilkan perubahan
bentuk masing-masing ruang sekaligus memungkinkan terjadinya perubahan
bentuk secara keseluruhan.
f. Keragaman Tipe dan Jenis Elemen
Setiap bahan dan material memiliki tipe, jenis dan karakter yang berbeda-beda.
Penggunaanya pada suatu bangunan yang memiliki bentuk dan dimensi yang
sama, akan memberikan kemungkinan variasi yang sangat beragam dari tampilan
visualisasi bangunan. Bahkan dari bahan yang sama sekalipun, seperti bata untuk
dinding, akan memungkinkan memberikan tampilan yang berbeda apabila
dilakukan tata cara penyusunan lapis demi lapis yang tidak sama seperti berdiri
ataupun rebah. Hal serupa juga terjadi apabila bata digantikan dengan bahan lain
seperti kayu, akan memberikan tampilan karakter bangunan yang berbeda pula.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kajian mengenai morfologi
tidak hanya melihat secara fisik perubahan bentuk yang terjadi akan tetapi yang
lebih penting adalah terekamnya serangkaian proses terjadinya perubahan dan
alasan atau makna yang mendasari adanya perubahan tersebut. Perubahan ini bisa
menggambarkan adanya perubahan ide atau makna dalam sejarah. Perubahan
yang terjadi dapat disebabkan karena berbagai alasan, seperti perubahan dimensi,
pemotongan atau pembesaran, penambahan ruang atau bentuk, perubahan warna
dan susunan serta perubahan yang diakibatkan penggunaan material dan bahan
yang berbeda dari keadaan semula.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Kajian Aspek Pengamatan Obyek Pandangan
2.3.1. Sifat- sifat Obyek Pengamatan
Pengamatan adalah sesuatu pengalamam yang dilakukan atau diterima
oleh alat indera manusia. Sifat-sifat umum objek salam dunia pengamatan, antara
lain adalah (Boedojo,dkk., 1986) :


Mempunyai sifat-sifat ruang, obyek-obyek, berdimensi ruang. Dalam
dunia pengamatan dikenal relasi-relasi serta penentuan-penentuan yang
berhubungan dengan ruang atas bahwa, kiri-kanan. Persoalan
psikologis yang terpenting terutama penglihatan sifat ruang (dimensi
ketiga).



mempunyai dimensi waktu, dalam hal ini terdapat kestabilan yang
lluas. Obyek-obyek pengamatan bersifat tetap, tetapi diamati secara
lama dan bergerak. Pengamatan membutuhkan waktu.



Mempunyai struktur berbagai obyek pengamatan, dalam hai ini obyekobyek sebagai suatu keseluruhan menampakkan diri dan berdiri
sendiri.



Mempunyai arti, dalam hal ini pengamat terhadap obyek-obyek
bukanlah tampa makna dan arti. Yang diamati selalu merupakan tandatanda, benda-benda dan fungsi, yang penuh arti serta kejadiankejadian.

Dalam pengindraan ada beberapa yang terdiri dari (Hesslgren 1975:114) :


Intensitas; pengindraan yang dapat lebih kuat atau lebih lemah.



Ekstensitas; pengindraan mengenai panjang atau ketebalan obyek.

Universitas Sumatera Utara



Lamanya; berlangsung suatu pengindraan lama atau sebentar.



Kualiatas; berdasarkan atas kualitas obyek yang diindra.

Perangsang tersebut dapat terbagi atas (Boedojo,dkk., 1986) :


Perangsang absolut; batas antara yang dapat diamati atau yang tidak dapat
diamati.



Tinggi perangsang; bila intensitas perangsang bertambah, maka intensitas
pengindraan akan bertambah, demikian pula sebaliknya.



Ambang perbedaan; perbedaan antara dua perangsang yang tidak dapat
diamati.



Luas perangsang; yaitu wilayah antara perangsang absolut dan tinggi
perangsang.
Kesimpulan dai ambang-ambang diatas adalah bahwa manusia

mengamati apa yang penting daripada nilai absolut (nilai mutlak), karena manusia
mengamati perbedaan-perbedaan yang relatif dan bukan yang absolut. Manusia
dalam dunia pengamatan yang konstan (hukum Waber dalam Boedojo,dkk.,
1986).
2.3.2. Unsur-unsur Bentuk Bangunan sebagai Obyek Pengamat
Dalam proses untuk menampilkan suatu ekspresi, arsitek harus membuat banyak
keputusan yang subjektif. Keputusan tersebut selain mengenai bentuk juga
mengenai skala, proporsi, irama, tekstur dan warna, pada setiap bentuk elemen
bangunan serta susunan secara keseluruhan (Hendraningsih dkk.,1985) adalah
sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Skala dan Proporsi
Pada saat seseorang melihat bangunan, selalu melihat ukurannya. Mengukur
dalam hal ini adalah menerapkan yang diketahui pada yang tidak diketahui.
Pengukuran ini dilakukan secara kasar, karena seseorang pengamat tidak langsung
berhubungan dengan centimeter atau meter.
Badan merupakan unit pertama yang paling primitif dari pengukuran.
Banyak bukti-bukti bahwa skala dihubungkan dengan badan dan bagian-bagian
badan manusia secara kasar. Pada kesempatan pertama seseorang cendrung
membandingkan besar bangunan terhadap dirinya sendiri. Hasilnya adalah berupa
reaksi emosi.Skala yang diharapkaj dapat diarahkan untuk tujuan mendapatkan
persepso kecil atau besar secara tak terduga. Dalam batas tertentu, seseorang dapat
diterima „kecil‟ yang terduga (seperti villa yang mungil dan menarik) atau
mendapat kesan yang menyenangkan akibat „besar‟ yang tak tersuga (seperti
kantor yang gagah dan elegan).
Suatu pemikiran „lebih kecil‟ atau „lebih besar‟ membawa daya emosi ke
dalam reaksi seseorang terhadap bangunan dan fapat dengan sengaja
dipermainkan sebagai tujuan estetika. Berdasarkan pengalaman digariskan bahwa
ukuran besar lebih berkesan kuat dan lebih bernilai. Akibatnya pada skala
bangunan, skala kecil tidak dimaksudkan untuk memberikan kesan, nilainya
adalah lebih untuk „menarik hati‟ dari pada untuk menimbulkan rasa takut.
Sedangkan skala besar dimaksudkan untuk menimbulkan suasana kekuasaan dan
berhak untuk mendapatkan penghormatan.

Universitas Sumatera Utara

Nilai yang tumbuh dari fungsi turut menunjang persepsi seseorang, yang
sedikit banyak berpengaruh pada skala bangunan. Sehingga besar skala dua
bangunan yang mempunyai nilai berbeda (misalnya perbedaan nilai spritual pada
gereja dan kantor), dapat menghadirkan suatu persepsi skala yang berbeda pula.
Dalam bayangan suatu bangunan yang sangat besar, seserang pengamat yang peka
merasakan seperti seorang murid yang kecil di hadapan kepala sekolahnya. Tapi
akan menjadi pengalaman yang menyenangkan apabila kepala sekolah tersbut
tersenyum atau mengangguk ramah. Ealau demikian tidak semua bangunan
mempunyai tujuan untuk menyenagkan pengamat. Misalnya sebuah istana tidak
membiarkan adanya kemungkinan orang awam untuk berani berfikir bahwa setiap
saat dapat masuk ke dalamnya. Ekspresi kekuasaan yang dituangkan dengan skala
yang tidak manusiawi adalah untuk memperingatkan tentang kedudukan
seseorang yang rendah dantidak boleh mengharapkan lebih dari itu.
Dalm arsitektur, kekuasaan tunggal dan mutlak dalam setiap penyesuaian
skala, dari kesan pertama sampai akhirnya membuat pernyataan kekuasaan yang
besar. Dan proporsi bangunan akan memuaskan bila lamgkah-langkah seserang
diatur seirama dengan penyesuaian mental dari suatu pengalaman yang
meyakinkan. Untuk itu dai jarak jauh seseorang sudah membutuhkan data-data
perbandingan seperti basngunan lain, seorang, pohon, dan lain-lain; sebagai
pengantar skala sesuai dengasn urutan-urutannya.
Dalam arsitektur, tujuan untuk memperingati suatu memperingati suatu
melalui perletakan obyek data-data perbandingan secara sengaja ditonjolkan untuk
mengepresikan keagungan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2.1. Penerapan aspek skala pada bangunan
(Sumber: Hendraningsih, dkk 1985)
Pemakaian material dengan standar dimesi (seperti batu bata, ubin
keramik, atau bahan-bahan lebaran prefabrikasi) yang menghasilkan modul-modul
yang tampak oleh mata, dapat membantu proses dkala. Arsitektur dapat
membantu pengamatan dalam proses skala dengan menciptakan garis-garis yang
membagi-bagi permukaan bangunan untuk menampilkan dimensi tampak relati
bangunan yang dapat diperbandingkan.
2. Irama
Irama juga merupakan sebagian dari pengalaman manusia dalam
menghargai dan berkomunikasi dengan bangunan. Irama yang didapata pada
bangunan merupakan suatu pengukuran dimensi ruang.
Manusia dilengkapi oleh alat pengukuran dasar dalam bentuk rujukan
psikologi. Manusia hidup dan bergerak dengan perubahan-perubahan dari
tegangan dan regangan otot-otot. Manusia juga sadar tentang pengukuran waktu
alam seperti siklus musim, perubahan siang dan malam, dan lain-lain. Dalam
araitektur, irama visual dapat dimengerti lansdung dalam pergerakan pengamat

Universitas Sumatera Utara

melalui ruang seperti saat berjalan melalui liring (colonade) yang panjang atau
ketika mata pengamat meneliti muka luar bangunan dan merekam pada perubahan
dari jendela ke tembok.
Inti irama visual adalah „meruang‟ seperti hanya inti audio adalah „waktu‟.
Untuk itu kepuasan dalam asitektut adalah pengalaman yang melibatkan ruang
intutif melalui jarak waktu.
Perubahan irama yang paling sederhana adalah perubahan suara dan diam
secara berulang-ulang atau perubahan suara dan diam secara berulang-ulang atau
perubahan kejadian dan jarak (interval). Kejadian membantu seseorang untuk
menginterpretasikan atau menempatkan pengalaman falam untuk mencari
hubungan rujukan emosi untuknya.
Pemakaian irama pentingnya dalam komunikasi yang ditampilkan oleh
bangunan karena dapat menambah suatu kepentingan ke arah ketegasan,
kejelasan, dan kekuasaan. Pada bangunan yang mempunyai sifat ceremony
penganat mengharapkan adanya ketegasan formalitas.
Efek perasaan yang ditimbulkan oleh irama adalah suatu bahan
pertimbangan dari kepribadian bangunan. Efek yang paling dalam akan diperoleh
bila ada suatu garis batas yang tajam antara kejadian dengan interval, misalkanya
bila suatu ruanga terbuka dibagi oleh deretan pilar-pilar atau suatu dinding dibagi
dalam seretan jendela-jendela. Irama seperti itu sangat mudah untuk
diinterpretasikan dan memiliki asosiasi cukup jelas.
Bentuk yang berombak tidak akan menyenagkan apabila waktu
kenikmatan gelombang dibuat lebih panjang. Irama gelombang yang teratur akan

Universitas Sumatera Utara

terlalu membingungkan, kecuali mempunyai beberapa macam perubahan yang
tajam dan positif, yang digunakan sebagai pemberhentian sebelum gelombang
dilanjutkan dan dapat merupakan kesempatan untuk meubah langkah dan
merupakan ke bentuk lain.
Bentuk-bentuk lengkung yang elastis yang dapat ditemukan saat ini adalah
hasil dari penemuan-penemuan dalam bidang teknologi struktur, dan bukan
semata-mata suatu mode. Bentuk-bentuk baru dari konstruksi modern (sperti
shell) mendapat kekuasaan dari bentuknya yang mengalir secara terus menerus.
Bentuk ini memiliki irama legato yang didapat alamiah.
Massa bangunan Baker House (MassachussettsnInstitute of TechnologyAlvaar Alto ) mengantarkan suatu pegerakan legato yang lamban tetapi
mempunyai irama staccato yang cepat dari jendela-jendela yang memberi tekanan
secara keselurauhan.

Gambar 2.2.2.Baker House-Alvaar Alto
(Sumber: Hendraningsih, dkk 1985)

Universitas Sumatera Utara

Ketajaman irama jendeka-jendela pada bangunan diperlunak oleh
lengkungan-lengkungan dari bentuk dinding keseluruhan dimana jendela-jendela
tersebut terletak. Dalam bangunan yang kaya akan exspresi, seseorang akan
menemukan permainan irama yang dalam irama
Irama, skala, proporsi adalah trinity yang tidak dapat dipisahkan sebagai 3
aspek dalam aktivitas tunggal setetika yang sihantarkan bangunan secara sadar.
Dengan membaca irama yang ditampilkan oleh hubungan yang proporsional,
seseorang akan lebih dapat menangkap kepribadian bangunan dan akan lebih
terlibat secara emosional seperti yang diharapkan arsiteknya. Sehingga bentuk
bangunan tersebut dapat lebih diterima sebagai alat komunikasi
3. Tekstur
Dalam menilai bentuk, seseorang tidak dapat dihindarkan perhatian terhadap
tekstur, karena kualitas yang terdapat dalam bentuk dapat dipertegas atau
dikaburkan

oleh

sifat

permukaannya.

Sifat

permukaan

tersebut

dapat

mempertinggi kualitas atau dapat menutupi kualita yang terdapat dalam bentuk.
Karena manusia berhubungan dengan indera peraba, pertama-tama seseorang
menganalisa apa saja yang dapat diberikan tekstur. Seperti halnya bentuk, tekstur
mempunyai asosiasi dari sumber rekaman pengalaman. Kehalusan permukaan
mengandung kesan menyenangkan danmeyakinkan. Kekasaran permukaan
mengandung sedikit peringatan yang mungkin akan cukup kuat untuk menarik
perhatian atau bahkan cukup kuat untuk memberikan kesan ancaman.
Suatu tekstur dari bentuk dapat menguatkan atau mengurangi kesan yang
secara dasar ditmbulkan oleh bentuk itu sendiri. Tekstur juga mempunyai

Universitas Sumatera Utara

kekuatan untuk mengubah penampilan bentuk dengan mengalahkan pengertian
bentuknya. Suatu tekstur yang kasar yang diberikan pada bentuk yang tegas, akan
cendrung menjadikan bentuk tersebut amorf, karena selain membangkitkan indera
peraba, tekstur mampu menipu mata pada batas yang telah ditetapkan secara tegas
dan tepat.
Suatu permukaan yang halus dan lunak, menonjolkan perbedaan cahaya
dengan bayangan karena memiliki efek yang berbeda. Tapi bila digosok sehingga
menyerupao kaca, perbedaan antara cahaya dan bayangan berkurang. Dan dengan
adanya pantulan, benda yang mempunyai kesan padat menjadi kurang padat
dalam penampilannya.
Tekstur tidak hanya mengatur kualitas kepadatan, tetapi digunakan juga untuk
mengatur „perasaan akan ruang‟ terutama pada peralihan dari ruang luar ke ruang
dalam.

4. Warna
Lain halnya dengan tekstur, warna membangkitkan perasaan lewat indera
penglihatan. Warna-warna terang diasosiasikan sebagai warna „bahagia‟ atau
warna-warna yang digunakan untuk mencerminkan kehangatan, panas, dan berani,
yang dengan sentuhan yang tajam dapat membangunkan emosi warna-warna
gelap diasosiasikan sebagai warna „duka‟ atau warna-warna yang mencerminkan
kedinginan, suram dan gelap.
Warna-warna yang muda dapat memberikan kesan yang lembut. Suatu
bentuk lengkung yang mempunyai bentuk lembut akan lebih memberikan kesan

Universitas Sumatera Utara

lembut apabila juga memiliki warna yang lembut atau warna-warna muda.
Sebaiknya, bentuk-bentuk tajam yang mempunyai kesan keras akan lebih
mengutarakan „kata-kata/ bahasa‟ yang lebih keras apabila memilik warna terang
atau yang mempunyai kesan berani.
Warna dan bentuk tidak dapat dipisahkan karena setiap benda mempunyai
warna. Warna yang diakibatkan oleh bahannya sendiri akan lebih tersa alami
daripada warna-warna buatan.
Unsur-unsur bentuk bangunan (Teori Dk.Ching, 2008) adapun penjelasan
untuk asing- masing unsur-Unsur bentuk bangunan tersebut antara lain
1. Bentuk Dasar merupakan garis luar karakteristik atau konfigurasi
permukaan sebuah bentuk yang khusus. Bentuk dasar merupakan aspek
prinsip yang membantu kita mengidentifikasi serta mengatagorikan
bentuk.
2. Ukuran
Merupakan dimensi fisik panjang lebar dan kedalaman sebuah bentuk. Jika
dimensi-dimensi tersebut menentukan proporsi suatu bentuk, maka
skalanya akan ditentukan melalui ukuran secara relatif terhadap bentukbentuk yang lain di dalam lingkunganya.
3. Warna
Suatu fenomena persepsi cahaya dan visual yang bisa digambarkan dalam
hal persepsi terhadap nilai rona, saturasi, dan nuansa. Warna merupakan
atribut terjelas dalam membedakan sebuah bentuk dari lingkungannya. Ia
juga mempengaruhi beban visual suatu bentuk

Universitas Sumatera Utara

4. Tekstur
Kualitas visual dan terutama indera sentuhan yang diberikan pada sssuatu
permukaan melalui ukuran bentuk, dasar, tatanan, dan proporsi bagianbagiannya. Tekstur juga menentukan sebuah bentuk merefleksikan atau
menyerap cahaya lingkungan.
Bentuk juga memiliki sifat-sifat yang saling terkait yang menentukan pola dan
komposisi elemen elemen menurut (Teori Dk.Ching, 2008).
1. Posisi
Lokasi relatif suatu bentuk tehadap lingkunganya atau area visual di
dalamnya terdapat di mana dilihat.
2. Orientasi
Arah relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, titik batas area, bentukbentuk lain, atau terhadap orang yang melihat bentuk tersebut.
3. Inersia Visual
Derajat konsentrasi dan stabilitas suantu bentuk. Inersia visual suatu
bentuk tergantung pada giometrinya, dan juga orientasi relatif terhadap
bidang dasar, gaya tarik gravitasi, dan garis padangan kita.

2.4. Studi Kasus Sejenis

Nama
penulis

Judul

Ariko
Aspek
Ratna Tami bentuk
Arsitektur
bangunan
pada

Tujuan
Untuk mengkaji
makna dan
ekspresi arsitektur
suatu bangunan
dengan melihat

Metode

Hasil

Metode yang
digunakan yaitu
penelitian
kualitatif
rasionalistik

Bahwa unsur-unsur
visual bentuk
sangat berperan
pada setiap proses
pemaknaan fungsi

Universitas Sumatera Utara

makna
fungsi
bangunan
dan
ekspresi
Arsitektur
Kawasan
koridor

bentuk Arsitektur
dari tiao-tiap
bangunan yang
berada dalam
suatu kawasan
koridor di
Surakarta

Jolanda
Estetika Unruk
Srisusana Bentuk
mengetahui
Atmadjaja sebagai
estetika bentuk
Pendekatan sebagai
Semiotika pedekatan
pada
semiotika pada
Penelitian penelitian
Arsitektur Arsitektur

Krismanto Studi
Untuk mendata
Kusbiantor Komparasi elemen-elemen
o
Bentuk dan yang sama pada
Makna
kedua karya
Arsitektur Schoemaker ini
Gereja.W. dan mencari
C.P.
tahu apakah
Schomaker elemen tersebut
suatu sintesis

dengan studi
kasus yang
dilakukan
melalui
wawancara
mendalam dan di
padukan
observasi terlibat.
Metode yang
digunakan yaitu
penelitian
kualitatif
rasionalistik
dengan studi
kasus yang
dilakukan
melalui
wawancara
mendalam dan di
padukan
observasi terlibat

melalui
pengamatan
terhadap bentuk
arsitektur masingmasing bangunan
yang menjadi
obyek penelitian,

Metode
kualitatif
terhadap objek
studi dengan
terlebih dahulu
memilih objek
studi

bangunan ini untuk
jemaat yang
berbeda, ada
beberapa elemen
arsitektural yang
mirip bahkan
cenderung terlihat
berulang.

Keberadaan
semiotik sebagai
telaah tanda
mampu pula
mendukung
penelitian karya

Tabel 2.4.1. Studi Kasus Sejenis

Universitas Sumatera Utara