Pangobati Batak (Studi Kasus Penyembuh Inang Hotang di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Perkembangan kehidupan manusia di permukaan bumi menunjukkan,

bahwa manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya, tidak dapat melepaskan diri
dari pengaruh alam lingkungannya, mulai dari udara yang dihirup, air yang
diminum, bahan pangan yang dimakan sampai kepada tempat berlindung dari
cuaca buruk dan binatang liar diperoleh manusia dari alam. Melalui penggunaan
dan pemanfaatan alam untuk kebutuhan hidupnya, manusia secaraberangsurangsur mengenal berbagai unsur alam ini yang dapat menjamin kehidupannya.
Kondisi hidup yang penuh rintangan dan tantangan, mendidik manusia untuk
mengenal secara lebih mendasar dan mendalam.
Lingkungan alam menjadikan manusia sebagai makhluk yang mampu
melahirkan suatu karya, rasa dan cipta. Dengan demikian manusia adalah
makhluk

yang


berkebudayaan.

Sebagai

makhluk

berbudaya,

manusia

mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya
maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya dengan menciptakan
kebudayaan. Di samping itu, manusia mampu menciptakan, mengkreasi,
memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang
ada untuk kepentingan hidup manusia. Manusia adalah benda fisis atau materia

1

Universitas Sumatera Utara


disamping adanya benda non materia yaitu 1roh. Oleh karena itu dipihak lain
manusia adalah makhluk yang rohani. Dari segi materia, kesamaan manusia
dengan ciptaan Tuhan yang lain adalah manusia terkena batas ruang, waktu dan
jumlah. Sehubungan dengan itu,maka di dalam diri manusia terdapat prosesproses kimiawi dan gejala-gejala psikis seperti rasa sakit, rasa senang, rasa lapar
dan lainnya.
Menurut Koentjarningrat (1997:27), Kebudayaan adalah seluruh dari
pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki
dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Kebudayaan juga
merupakan keseluruhan sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang
dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya
dengan belajar. Kebudayaan setiap masyarakat terdiri dari unsur-unsur tertentu
yang merupakan bagian dari kebulatan, yakni kebudayaan itu sendiri. Ada
beberapa pendapat mengenai unsur-unsur kebudayaan, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga senjata alat-alat produksi dan transportasi),
2. Mata

pencaharian

hidup


dan

sistem-sistem

ekonomi

(pertanian,

peternakan, sistem produksi dan sistem distribusi),
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum dan sistem perkawinan),
4. Bahasa (lisan maupun tulisan),
1

Sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup
(kehidupan). http://kbbi.web.id/roh, diakses 14 Juni 2016, pukul 12.00 Wib.

2


Universitas Sumatera Utara

5. Kesenian (seni rupa, seni suara dan seni gerak),
6. Sistem pengetahuan dan
7. Sistem kepercayaan (religi).
Bertahan dan lestarinya suatu warisan budaya didorong oleh keadaan
tertentu yang memaksa masyarakat bersangkutan untuk mengikuti dan mematuhi
serta

melaksanakannya.

Warisan

budaya

pada

hekekatnya

merupakan


pengetahuan yang dapat berfungsi dalam mengahadapi tantangan kehidupan.
Pada masyarakat yang sudah maju, ilmu pengetahuan dipelajari melalui
jalur pendidikan, baik yang bersifat normal maupun non formal. Dalam mayarakat
tradisional ilmu pengetahuan lebih banyak diperoleh dengan cara mewarisinya
secara turun-temurun. Sebagai warga masyarakat yang mengalami proses
sosialisasi dan interaksi dalam arena pergaulan sehari-hari, tentunya lingkungan
kehidupan masyarakat terbuka terdapat kemungkinan untuk tukar-menukar
pengetahuan dan pengalaman sebagai warisan dari generasi pendahulunya.
Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal yang telah diwarisi
secara turun-temurun oleh masyarakat adalah pengetahuan yang berkenaan
dengan usaha menghindari dan menyembuhkan suatu penyakit secara tradisional.
Bagaimanapun juga setiap kebudayaan manapun di dunia ini mempunyai unsurunsur yang berhubungan dengan konsep sakit dan sebab-sebabnya serta cara
pengobatannya.
Masyarakat yang sudah dianggap maju mempelajari ilmu pengetahuan
melalui jalur pendidikan, baik yang bersifat normal maupun non formal. Dalam

3

Universitas Sumatera Utara


mayarakat tradisional ilmu pengetahuan lebih banyak diperoleh dengan cara
mewarisinya secara turun-temurun. Sebagai warga masyarakat yang mengalami
proses sosialisasi dan interaksi dalam arena pergaulan sehari-hari, tentunya
lingkungan kehidupan masyarakat terbuka terdapat kemungkinan untuk tukarmenukar

pengetahuan

dan

pengalaman

sebagai

warisan

dari

generasi


pendahulunya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal yang
telah diwarisi secara turun-temurun oleh masyarakat adalah pengetahuan yang
berkenaan dengan usaha menghindari dan menyembuhkan suatu penyakit secara
tradisional. Bagaimanapun juga setiap kebudayaan manapun di dunia ini
mempunyai unsur-unsur yang berhubungan dengan konsep sakit dan sebabsebabnya serta cara pengobatannya.
Sakit secara umum dapat dikatakan sebagai suatu ketidak-seimbangan dari
kondisi normal tubuh manusia diantaranya, sistem biologik dan kondisi
penyesuaian. Berdasarkan keadaan tersebut, maka bila seseorang tidak dapat
menjaga keseimbangan diri dan lingkungannya atau organisme tubuhnya tidak
berfungsi sebagaimana layaknya, orang tersebut dapat dikatakan sakit. Orang
yang tergolong sakit terdapat keadaan yang menunjukan tidak berfungsinya suatu
organ tubuh yang mempengaruhi kehidupan-kehidupan sosialnya.
Ketidak-seimbangan kondisi normal tubuh disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik yang dimaksud adalah gejala-gejala
alam seperti angin, lembab, panas, dingin dan hujan, sedangkan yang dimaksud
dengan faktor non fisik adalah makhluk-makhluk halus dan kekuatan gaib seperti

4

Universitas Sumatera Utara


dewa, roh, setan dan benda-benda sakti melalui seseorang yang mampu
menguasai dan mengendalikannya. Dalam pengobatannya kedua faktor sakit
sistem pengobatannya berbeda dan sama-sama diperlukan oleh masyarakat, baik
yang berada di perkotaan, maupun di pedesaan walaupun, coraknya berbeda.
Banyak faktor-faktor budaya yang yang sangat berpengaruh pada dunia kesehatan
seperti perbedaan persepsi sakit dan sehat, perlakuan kepada pasien, cara
pengobatan, persepsi mengenai penyebab sakit, bahkan mengenai cara seseorang
memandang penyakit sangat ditentukan oleh kebudayaanya.
Pengobatan tradisional merupakan bagian yang integral dari kebudayaan,
konsep mengenai kondisi sakit dan cara pengobatannya tidak berdiri sendiri
tetapi, terintegrasi dengan kebudayaan lainnya. Dalam prakteknya pengobatan
tradisional tak pernah surut dari arus kemajuan teknologi kedokteran, hal ini
karena pengobatan tradisional telah diakui fungsinya sebagai sarana penyembuhan
penyakit yang telah dikenal oleh masyarakat.Penggunaan pengobatan tradisional
di samping sebagai upaya penyembuhan penyakit yang dapat diidentifikasikan
wujud, dapat pula dipergunakan untuk aspek pengobatan yang bersifat kejiwaan
dan kepercayaan. Kepercayaan dan keyakinan merupakan sebuah faktor penting
dalam pengobatan. Keterkaitan aspek pengobatan tradisional dengan kepercayaan,
merupakan pencerminan dari corak kebudayaan yang dimiliki oleh berbagai suku

bangsa di Indonesia.
Hippocrates (460-377 SM) muncul sebagai Bapak Kedokteran yang
menangani kasus kejadian sakit yang menitik beratkan pada metode pengobatan

5

Universitas Sumatera Utara

dan penyembuhan. Penyembuhan ini dilakukan setelah terjadi insiden sakit. Akan
tetapi setelah perkembanganzaman, penyembuhan melalui bidang kedokteran saja
tidak cukup berhasil dalam menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat,
tetapi membutuhkan pengobatan secara tradisional juga. Ketika seseorang
memilih pengobatan di luar daripada medis, hal tersebut merupakan faktor sosial
dan budaya yang mempengaruhi seseorang untuk merumuskan suatu gejala
penyakit sebagai sesuatu ancaman. Kelompok penduduk berdasarkan usia, jenis
kelamin, status perkawinan, suku bangsa, ras dan semuanya mempengaruhi
presepsi gejala penyakit sebagai suatu persoalan, sehingga ada beberapa
kelompok yang lebih suka meminta nasihat dan saran dari orang-orang lain
seperti, keluarga dan teman-temannya daripada pergi ke dokter. Ketika kelompok
ataupun orang tersebut meminta nasihat dan saran tidak jarang mereka diberikan

saran untuk melakukan pengobatan tradisional seperti ke dukun.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengungkapkan, menggambarkan
bagaimana pengobatan tradisional dukun, datu atau pangobati Inang Hotang
melihat masih banyaknya kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan
tradisional yang dilakukan oleh seorang dukun, pangobati atau datu dalam
mengobati pasiennya, meskipun teknologi di bidang kesehatan sudah sangat
modern tetapi, masih banyak masyarakat yang tetap percaya dan pergi berobat.
Dukun, pangobati atau datuadalahseseorang yang mempunyai kemampuan
di luar daya normal manusia awam (kemampuan supranatural/paranormal).
Dukun atau yang sering juga disebut dengan orang pintar adalah suatu profesi

6

Universitas Sumatera Utara

yang tidak asing kedengarannya di telinga masyarakat Indonesia pada umumnya.
Walaupun, nama atau istilahnya berbeda antar satu daerah dengan yang lainnya,
dukun adalah profesi yang sangat populer di masyarakat. Keterlibatan mereka
dalam kehidupan masyarakat selama ini sangat kuat. Pengetahuan dan
keterampilan seorang dukun tidak diperoleh melalui pendidikan formal yang

tinggi, karena hingga saat ini di Indonesia belum ada sekolah atau perguruan
tinggi yang membuka program studi keahlian perdukunan. Kalau pun ada,
mungkin hanya sebatas kursus privat yang sangat terbatas atau eksklusif, yang
hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu.
Bagi masyarakat Batak Zaman Hadatuon dulu, hadatuon adalah suatu
ilmu yang dapat diajarkan dan dapat dipelajari oleh orang-orang tertentu yang
memang memiliki kemampuan dan karunia khusus yang disebut sahala hadatuon.
Hubungan belajar mengajar dalam tradisi masyarakat Batak tidaklah mempunyai
struktur dan metode yang tetap dan terinci dan juga tidak berlangsung secara
terbuka.
Fungsi dan peran datu di dalam masyarakat Batak kuno, sebagai berikut:
1. Pemimpin ritual dan religi Batak.
2. Tabib dengan ramuan tradisional yaitu :
 Tambar : Obat tradisional dari racikan dedaunan, akar-akar atau
batang tanaman (ramuan herbal)
 Taoar :

Berupa ramuan dari racikan berbagai tambar dan bahan-

7

Universitas Sumatera Utara

bahan lain yang berkhasiat untuk obat penawar racun, gunaguna atau obat penyembuh penyakit.
3. Ahli Nujum, menggunakan parhalaan (kalender Batak), memperkirakan
hari baik yang tepat (maniti ari) untuk melakukan sesuatu ulaon seperti
pesta, memasuki rumah baru dan sebagainya. Ia juga dapat melakukan
perkiraan (ramalan) berdasarkan gejala-gejala alam dan menggunakan
media tertentu.
4. Penasihat dalam permasalahan hubungan antara anggota masyarakat
dalam 2huta atau antar huta, membentengi secara magis suatu huta atau
dalam perang mempunyai ilmu meruntuhkan gunung ( aji-ajian sitorban
dolok).
Datupada

umumnya

adalah

seorang

pria, datu perempuan

disebut sibaso.Sibaso dalam komunitas huta, lebih berperan sebagai dukun
persalinan yang ahli dibidang kebidanan, penyakit wanita dan ramuan-ramuan
obat tradisional (tambar). Dalam struktur masyarakat Batak tradisional, datu
mendapat posisi terhormat karena kompetensinya di bidang membaca dan menulis
aksara Batak, dan kemampuan lain seperti pengobatan, ilmu nujum, penanggalan
(parhalaan) untuk membaca hari baik dan buruk. Selain itu seorangdatu
memegang fungsi dan peran penting sesuai jurusan kualifikasi keilmuannya. Bagi
orang yang belum pernah berinteraksi dengan dukun secara langsung, atau minta
bantuannya dan memanfaatkan jasanya, umumnya mendengar profesi perdukunan
2

Huta adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain
pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang
cukup luas.http://ilmuhutan.com/pengertian-hutan/, diakses 14 Juni 2016, pukul 13:20 Wib.

8

Universitas Sumatera Utara

ini dari radio atau dari mulut ke mulut, membaca iklan di majalah, tabloid, koran
atau buku-buku, atau pernah melihat sosok di antara dukun yang bertebaran dalam
tayangan layar televisi.
Untuk saat ini, sebagaimana diketahui secara umum ada beberapa fungsi
datu di tengah-tengah masyarakatnya seperti, pengobatan dan penyembuhan
penyakit, sebagai imam dalam ritus keagamaan Batak, sebagai medium dalam
memanggil serta berhubungan dengan roh-roh nenek moyang tertentu dan sebagai
peramal atau dukun tenung. Masih digunakannya cara pengobatan tradisional
dukun atau datu di kalangan masyarakat pendukungnya disebabkan, fungsinya
mampu memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan kesehatan, meskipun
perkembangan obat modern maju pesat.Dengan itu peneliti tertarik melihat
kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan tradisional yang dilakukan oleh
seorang dukun, pangobati atau datu di Desa Janji Hutanapa dan peneliti membuat
judul penelitian yaitu “ Pangobati Batak Toba Inang Hotang”.

1.2

Tinjauan Pustaka

1.2.1

Pengobatan Tradisional
WHO menyatakan pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni pengobatan

berdasarkan himpunan dan pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat
diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi,
dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.
Pengobatan tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu

9

Universitas Sumatera Utara

kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun
tulisan yang yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia.
Menurut tulisan Azmar Agoes dan T. Jacob (1992 : 60) yang sesuai
dengan keputusan “Seminar Pelayanan Pengobatan Tradisional Departemen
Kesehatan RI (1978), terdapat 2 defenisi untuk Pengobatan Tradisional Indonesia
(PETRIN), yaitu :
a. Ilmu dan seni pengobatan yang dilakukan oleh Pengobatan Tradisonal
Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan dengan kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai upaya penyembuhan, pencegahan
penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan
soosial masyarakat.
b. Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan dan
peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berfikir,
kaidah-kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu kedokteran modern,
diwariskan secara turun-temurun atau diperoleh secara pribadi dan
dilakukan dengan cara-cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu
kedokteran, yang antara lain akupuntur, dukun/ahli kebatinan, 3sinshe,
tabib, jamu, pijat dan sebagainya yang banyak dijumpai dalam masyarakat.
Secara garis besar seminar telah menetapkan 4 jenis pengobatan
tradisional yaitu:
1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat:
3

Sinshe adalah orang yang ahli dalam mengobati berbagai macam penyakit dengan obat-obatan
tradisional ramuan dari Cina. www.pengobatansinshe.com/,diakses 14 Juni 2016, pukul 13:55 Wib.

10

Universitas Sumatera Utara

-

Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia;

-

Pengobatan tradisional dengan ramuan obat Cina;

-

Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India.

2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan:
-

Pengobatan tradisonal atas dasar kepercayaan;

-

Pengobatan tradisonal atas dasar agama;

-

Pengobatan tradisonal atas dasar getaran magnetis;

3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan:
-

Akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional cina
yang menggunakan penusukan jarum dan penghangatan mogxa (Daun
Artemesia Vulgaris yang dikeringkan);

-

Pengobatan tradisional urut pijat;

-

Pengobatan tradisional patah tulang;

-

Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras);

-

Pengobatan tradisional dengan peralatan benda tumpul;

4. Pengobatan tradisional yang telah mendapatkan pengarahan dan
pengaturan pemerintah:
-

Dukun beranak;

-

Tukang gigi tradisional;

Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional terdapat dan dikenal di
indonesia. Ada yang asli Indonesia ada pula yang berasal dari luar negeri, hal ini

11

Universitas Sumatera Utara

sesuai dengan keanekaragaman susunan masyarakat yang ada (Azmar Agoes dan
T. Jacob, 1992 : 61).
Menurut Fabrega (1972),antropologi kesehatan, merupakan salah satu
bagian dari ilmu antropologi. Masalah yang menjadi kajian dalam antropologi
kesehatan adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit. Antropologi kesehatan menjelaskan berbagai faktor dan proses yang
memainkan peranan di dalam atau mempengaruhi cara-cara di mana individuindividu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau berespon terhadap penyakit
dan mempelajari ini dengan penekanan terhadap pola-pola tingkah laku
(http://www.7toprangking.com/2013/02/7-pengertian-antropologikesehatan.html).
Manusia selalu berusaha untuk menyembuhkan penyakit. Karena
keharusan, manusia mau tidak mau senantiasa memberikan perhatian terhadap
masalah-masalah kesehatan serta usaha mempertahankan kelangsungan hidup
sejauh batas pengetahuannya mencari penyelesaian terhadap masalah penyakit
(Foster dan Anderson, 1986 : 42).
Untuk menghadapi dan mengatasi penyakitnya, manusia mempunyai
sistem medis yang menerangkan sebab terjadinya penyakit, metode pencegahan
dan penyembuhan penyakit disesuaikan dengan konsep masyarakat terhadap
penyembuh yang menangani penyakitnya (Foster dan Anderson, 1986 : 61).
Kusnaka (1983 : 93) di dalam buku antopologi sosial dalam pembangunan
mengatakan, bahwa dalam hubungan sakit dan sehat, penyembuh tradisional tidak
hanya mengenai adat dan cara-cara penyembuhan orang sakit dengan ilmu gaib

12

Universitas Sumatera Utara

melainkan juga mengenai konsep para penyembuh dan masyarakat mengenai
sebab penyakit. Konsep itu beranggapan bahwa penyakit disebabkan karena : a).
Jiwa menghilang keluar dari tubuh, b). Tubuh roh jahat, c). Tubuh kemasukan
suatu benda, d). Tubuh kena pengaruh suatu perbuatan ilmu gaib, e). Si penderita
telah melanggar suatu pantangan atau larangan.
Menurut Foster dan Anderson (1986 : 63-67), penyakit terdiri dari 2
bagian yaitu personalistik dan naturalistik.
1. Sistem Medis Personalistik
Sistem medis personalistik adalah suatu sistem dimana penyakit (illness)
disebabkan oleh inervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk
supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia seperti
hantu, roh leluhur, atau roh jahat maupun makhluk manusia (tukang sihir atau
tukang tenun). Penyakit ini hanya dapat diobati oleh tabib atau penyembuh
tradisional. Contohnya: penyakit guna-guna, pelet atau santet. Demikian halnya
dengan pengobatan Batak yang dilakukan oleh Inang Hotang dalam melihat dan
mengobati penyakit pasiennya.
2. Sistem Medis Naturalistik
Sistem medis naturalistik mengakui adanya suatu keseimbangan.
Kesehatan ada karena unsur-unsur yang tepat dalam tubuh seperti panas, dingin,
cairan tubuh berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu
dalam lingkungan alamiah dan sosialnya. Apabila keseimbangan terganggu maka
timbullah penyakit.Penyakit naturalistik inilah yang akan disembuhkan melalui

13

Universitas Sumatera Utara

cara-cara modern maupun tradisional. Pada umumnya dilakukan dengan
pengobatan tradisional karena menggunakan ramuan secara alami.
Dalam

usahanya

untuk

menanggulangi

penyakit,

manusia

telah

mengembangkan suatu kompleks luas dari pengetahuan, kepercayaan, teknik,
peran, norma-norma, ideologi, sikap, adat-istiadat, upacara-upacara dan lambanglambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang saling
menguatkan

dansaling

membantu

(http://catatan

calon

bidan.multiply.com/journal/item/6/aspek_sosial_budaya_dalam_pembangunan_ke
sehatan).

1.2.2

Pengertian Dukun, Datu atau Pangobati
Secara sederhana, dukun dapat diberikan batasan sebagai orang yang

melakukan praktek ilmu gaib (Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, 2001 : 39).
Seorang dukun, pangobati atau datu atau sering juga disebut dengan orang pintar,
adalah suatu profesi yang tidak asing kedengarannya di telinga masyarakat
Indonesia pada umumnya.
Penggunaan nama atau istilah dukun berbeda antar satu daerah dengan
yang lainnya, disetiap daerah ada bermacam-macam tipe dukun, seperti dukun
siwer (ahli mencegah kemalangan), dukun prewanga n (ahli menghubungkan

manusia dengan roh), dukun susuk (ahli dalam memasukkan, membenamkan
perhiasan berupa emas, berlian dan sebagainya ke dalam bagian tubuh manusia,
dukun jampi (ahli pengobatan dengan obat-obatan tradisional), dukun sihir (ahli

14

Universitas Sumatera Utara

dalam menganiaya atau mencelakakan lawan), (Geertz dalam Tubagus Ronny
Rahman Nitibaskara, 2001 : 39).
Dalam sudut Antropologi, konsep dukun menjadi jelas apabila digunakan
konsep magic putih dan magic hitam sebagi titik tolaknya. Dukun “White Magic”
ialah orang yang mendapat kehormatan umum, sebagai perantara yang kira-kira
resmi diakui atau ahli di lapangan religious magis, berpaling pada kekuatan gaib,
dengan menyembuhkan atau alat yang bersifat magis dalam mengabdi kepada
perseorangan atau masyarakat (Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, 2001 :40).
Fischer dalam teori, konsep dan kasus sihir tenung di Indonesia
mengatakan dukun “Black Magic” ialah orang yang menggunakan kekuatan
gelap, atau lain dan yang melakukan magis hitam dengan diam-diam, dengan cara
yang amat rahasia sekali. Mereka mengerjakan mengerjakan itu untuk keuntungan
sendiri dan untuk menimbulkan ketakutan dan penderitaan pada orang
sekelilingnya.
Dukun Black Magic dalam antopologi disebut tukang tenung atau sihir.
Adapun pengertian tukang tenung itu sendiri dapat dibedakan atas “Witch dan
sorcerer ”. Witch biasanya bersifat jahat, bekerja di malam hari, mistis dan dalam

bentuk wanita, sering menggunakan kawan dalam melaksanakan pekerjaannya,
misalnya kucing, elang dan turun temurun, sedangkan Sorcerer bekerja di siang
hari, biasanya bekerja dengan obat-obatan, racun, bekerja di dalam (tidak
melanggar) hukum, untuk tujuan yang di luar (melanggar) hukum dan biasanya
laki-laki (Krige dalam Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, 2001 : 40).

15

Universitas Sumatera Utara

Salah satu ciri pengobatan dukun adalah penggunaan doa-doa atau bacaanbacaan, air putih yang diisi rapalan doa-doa, dan ramuan dari tumbuh-tumbuhan
(Agoes, 1996). Dalam penggobatan tersebut menurut kepercayaan

4

pemena,

upacara ritual dipimpin oleh seorang guru. Guru merupakan sebutan bagi orangorang tertentu yang dianggap memiliki keahlihan melakukan berbagai upacara
tradisional Karo, antaralain meramal, memimpin ritual, berkomunikasi dengan
roh/mahluk gaib, perawatan, serta penyembuhan kesehatan Sri Alem Sembiring
dalam (Laboratorium Pengembangan Masyarakat Etno Visi, 2005 : 124). Pada
masyarakat Batak Toba orang yang ahli atau yang bisa mengobati orang sakit
secara tradisional sering disebut sebagai Namalo atau orang pintar, atau sering
juga disebut sebagai seorang datu.
Pengobatan Tradisional Batak yang dilakukan oleh seorang namalo tidak
selalu kalah dengan pengobatan yang diterapkan oleh Dokter (tim medis). Hanya
saja sistem pengobatan ini tidak melibatkan alat teknologi canggih seperti halnya
peralatan medis. Pengkajian mengenai obat yang digunakan oleh tim medis
dengan obat yang digunakan oleh tim namalo sangat jauh berbeda. Pihak tim
medis telah mencampur zat kimia kedalam obat yang dipergunakan, sementara
tim namalo masih alami. Obat yang digunakan oleh tim namalo adalah jenis
tumbuh-tumbuhan tertentu yang masih alami. Untuk meramu diperlukan alat-alat
tradisional. Pengobatan oleh seorang namalo kerap dilakukan disebuah ruangan
khusus (kamar) yang memang sudah dikhususkan untuk ruangan pengobatan. Ada
4

Pemena adalah kepercayaan yang asli (pertama) dari orang Karo sebelum masuknya pengaruh
agama baru seperti Katolik, Kristen Protestan, Islam, Hindu dan Budha.

16

Universitas Sumatera Utara

juga yang dilakukan ditempat-tempat tertentu yang dianggap sakral dan sepi. Jenis
simbol-simbol (kompleks-komples simbol) yang dipandang oleh suatu masyarakat
sebagai sesuatu yang sakral sangat bervariasi (Clifford Geertz, 1992 : 57).
Tempat-tempat tertentu yang dianggap sakral menunjukkan untuk bisa melakukan
konsentrasi karena kebudayaan itu melengkapi manusiadengan cara-cara
penyesuaian diri pada kebutuhan-kebutuhan 5fisiologis dari badan mereka sendiri
dan penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik-geografis maupun pada
lingkungan sosialnya. Dengan perkataan lain tempat ritual dilakukan dengan
memperhatikan keadaan sekitar, tidak boleh ribut. Pada pengobatan tradisional
Batak Toba yang menyediakan segala keperluan selain benda-benda pusaka
biasanya adalah orang yang berobat. Semua perlengkapan yang dibutuhkan harus
terpenuhi guna mendapatkan hasil yang sempurna. Pengobatan tradisional Batak
Toba atau Datu Batak seperti yang ada dalam kitab pengobatan kerap disertai oleh
ritual-ritual dan setiap masalah yang hendak diselesaikan selalu berbeda tata
upacara ritualnya. Benda pusaka yang diwariskan oleh nenek moyang juga sering
digunakan, benda-benda pusaka tersebut digunakan karena dianggap memiliki
kekuatan magic dan untuk mengetahui bagaimana cara menyembuhkan yang sakit
Pengetahuan dan keterampilan seorang dukun tidak diperoleh melalui
pendidikan formal yang tinggi, karena hingga saat ini di Indonesia belum ada
sekolah atau perguruan tinggi yang membuka program studi keahlian perdukunan.

5

Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi bagian-bagian tubuh dan tubuh secara
keseluruhan.
www.anakciremai.com/2011/05/pengertian-anatomi-dan-fisiologi-manusia.html,
diakses 14 Juni 2016, pukul 13:10 Wib.

17

Universitas Sumatera Utara

Kalau pun ada, mungkin hanya sebatas kursus privat yang sangat terbatas
(eksklusif), yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu.
Dalam penelitian antropologi, menunujukan bahwa kedudukan dukun di
dalam setiap masyarakat di dunia selalu menonjol, dalam arti mereka memegang
posisi yang tinggi dan berpengaruh dalam masyarakatnya. Mereka ini sering
dianggap sebagai orang-orang yang keramat dan sakti (Tubagus Ronny Rahman
Nitibaskara, 2001 : 42).

1.2.3

Masyarakat
Manusia adalah jenis makhluk yang hidup secara kolektif. Pola dan

tingkah laku manusia berasal dari proses dan hasil dari belajar. Masyarakat di
dalam istilah bahasa Inggris sering disebut society (berasal dari bahasa latin
socius, yang berarti kawan). Masyarakat berasal dari kata Arab syaraka, yang

artinya ikut serta, berperan serta. Yang dimaksud dengan masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling berinteraksi dan harus memiliki ikatan khusus.
Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat
adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas
kesatuan yang sifatnya khas, mantap dan berkesinambungan sehingga menjadi
adat-istiadat. Selain ikatan adat-istiadat khas yang melipiuti sektor kehidupan,
masyarakat juga harus memiliki suatu ciri lain, yaitu identitas bahwa mereka
merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia
lainnya (Koentjaraningrat 1997 : 115-121).

18

Universitas Sumatera Utara

Koentjarningrat (1997 : 1220, mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan adat-istiadat tertentu
yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Mac Iver dan Page menyatakan, masyarakat ialah suatu sistem dari
kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok
dan penggolongan. Menambahkan hal tersebut Ralph Linton berpendapat,
masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja
bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan

dengan

jelas.

Selo

Soemardjan juga

mendefinisikan,bahwa

masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan (http://definisimu.blogspot.co.id/2012/09/definisi-masyarakat.html).
Dari aspek diatas dapat diambil beberapa poin yang merupakan ciri atau
unsur-unsur terbentuknya masyarakat, yaitu:



Interaksi antar warga;
Adat-istiadat, norma-norma hukum, serta aturan-aturan yang mengatur
pola tingkah laku warga;




Kontinuitas dalam waktu;
Rasa identitas yang kuat yang mengikat semua warga;
Masyarakat berkembang dari primitif ke modern melalui proses

modernisasi. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju

19

Universitas Sumatera Utara

ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Bermacammacam cara dapat digunakan untuk mengenal dan mengetahui berbagai reaksi
terhadap proses modernisasi. Ada reaksi yang menggunakan warisan sistem
budaya daerah dan ada pula yang merumuskan reaksi ke dalam bentuk tradisi
yang tidak tersistemkan.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa masyarakat
memiliki reaksi yang bersifat menggunakan warisan sistem budaya dan ada pula
yang berreaksi dengan yang tidak tersistem. Jika dihubungkan dengan
kepercayaan terhadap dukun yang telah menjadi tradisi dari nenek moyang maka
dapat dipahami bahwa masyarakat yang masih memiliki kepercayaan terhadap
dukun saat ini adalah mereka yang tetap mempertahankan warisan sistem budaya
yang telah 6terinternalisasi dalam individu di masyarakat.

1.2.4

Kepercayaan
Defenisi kepercayaan dalam pengertian termonologis, kata kepercayaan

ialah keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa di luar agama atau tidak termasuk
ke dalam agama. Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada
orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan
kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya.
Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan
berdasarkan pilihan dari orang- orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang
6

Internalisasi adalah sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat,
dan seterusnya di dalam kepribadian.zangpriboemi.blogspot.com/2014/09/internalisasi-nilai.html,
11 Oktober 2016, pukul 03:38 Wib.

20

Universitas Sumatera Utara

kurang dipercayai. Menurut Rousseau, kepercayaan adalah wilayah psikologis
yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan
terhadap perilaku yang baik dari orang lain (blogspot.co.id/2012/07/pengertiankepercayaan.html).
Kepercayaan dan ritus dalam kehidupan manusia ditampakkan dalam
bentuk simbol-simbol suci yang memiliki makna tertentu dan senantiasa
dipindahkan dan diwariskan melalui sosialisasi dan inkulturasi secara terusmenerus dari generasi kegenerasi sehingga menjadi pengetahuan dan sikap
terhadap hidup.
Dari beberapa definisi kepercayaan yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa kepercayaan merupakan suatu tindakan penerimaan terhadap
suatu atau seseorang/kelompok, dalam hal ini orang yang memiliki kepercayaan
menganggap positif setiap apa yang dipercayainya. Jika dihubungkan dengan
penelitian yang dilakukan maka kepercayaan berlangsung antara masyarakat atau
penduduk terhadap pengobatan tradisional Batak yang dilakukan oleh seorang
dukun.

1.2.5

Kepercayaan dan Penyebab Kepercayaan Masyarakat Terhadap
Dukun, Datu atau Pangobati
Dalam penelitian antropologi, menunujukan bahwa kedudukan dukun di

dalam setiap masyarakat di dunia selalu menonjol, dalam arti mereka memegang
posisi yang tinggi dan berpengaruh dalam masyarakatnya. Mereka ini sering

21

Universitas Sumatera Utara

dianggap sebagai orang-orang yang keramat dan sakti (Tubagus Ronny Rahman
Nitibaskara, 2001 : 42).
Berdasarkan jenis-jenis dukun terlihat bahwa dukun memiliki macammacam jenis sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Penjelasan tersebut
memberikan gambaran mengenai jenis-jenis dukun. Dukun atau datu yang
dimaksud dalam penelitian saya seperti yang dikatakan Geertz adalah dukun jampi
(ahli pengobatan dengan obat-obatan tradisional), atau juga termasuk ke
dalamjenis dukun atau datu Black Magicjenis Sorcerer (bekerja di siang hari,
biasanya bekerja dengan obat-obatan, racun, bekerja di dalam dan tidak
melanggar hukum).
Koentjaranigrat dalam (T. Sianipar, 1989 : 9), mengatakan ada beberapa
penyebab masyarakat percaya terhadap teori tradisonal dukun mengenai penyakit
yaitu, mengatakan penyakit yang diyakini mereka disebabkan oleh faktor
7

personalistik dan sekaligus 8naturalistik, misalnya penyakit batuk berdarah.

Penyakit ini pada tingkat pertama disebabkan masuk angin atau terganggunya
keseimbangan antara unsur panas dan dingin dalam tubuh, tetapi unsur unsur
personalistik seperti guna-guna atau pelanggaran pantangan, atau perbuatan dosa
dapat membuat semakin bertambah parahnya penyakit tersebut. Hal serupa juga
dikatakan Awisol dalam (T. Sianipar, 1989 : 9), dalam kepercayaan masyarakat di
Aceh yang semakin memperjelas didapati dua jenis penyakit, yakni yang

7

Personalistik adalah penyakit yang dipercaya disebabkan oleh sesuatu hal diluar sisakit seperti
akibat gangguan gaib seseorang (guna-guna), jin, makhluk halus dan kutukan.
8
Naturalistik adalah seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan, salah
makan, kebiasaan hidup dan juga ketidak seimbangan dalam tubuh.

22

Universitas Sumatera Utara

disebabkan mahluk halus seperti roh, hantu dan jin (personalistik) dan bukan
mahluk halus seperti racun, tuba, terkilir/patah (naturalistik). Pendapat dan
penelitian dari dua ahli tersebut semakin memperjelas penyebab kepercayaan
masyarakat terhadapa pengobatan tradisional dukun.
Kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan dukun dikarenakan adanya
pemahaman masyarakat mengenai dukun atau datu sebagai penolong. Terdapat
beberapa faktor penyebab masyarakat percaya kepada dukun atau datu:
a. Pengaruh Pengalaman Subjektif.
Pengalaman subjektif adalah segala peristiwa yang dialami seseorang
tetapi tidak dapat dikonfirmasi oleh orang lain meskipun peristiwa tersebut
diceritakan secara rinci. Contoh pengalaman subjektif adalah mimpi di kala tidur
dan sensasi-sensasi ketika sedang 9berhalusinasi. Setiap orang dengan mudah
memaklumi bahwa mimpi di kala tidur bukan sesuatu yang riil secara fisik, tetapi,
bila seseorang dalam keadaan terjaga (tidak tidur) lalu mengalami perasaan
melayang di ruang hampa, mendengar suara-suara aneh (gaib), melihat bayangan
makhluk aneh dan sebagainya maka orang tersebut cenderung menganggap bahwa
pengalamannya itu adalah sesuatu yang 10riil, yakni pengalaman berjumpa dengan
alam atau makhluk gaib. Sulit bagi orang yang mengalami halusinasi itu untuk
mengiyakan pandangan yang menyatakan bahwa apa yang dialaminya itu sesuatu
yang tidak nyata. Meskipun dia bersama orang lain (teman) ketika mengalami
9

Berhalusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata
terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas dan berasal dari
luar ruang nyatanya. Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses 11 Oktober 2016, pukul 02:50 Wib.
10
Riil adalah nyata atau sungguh. Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses 11 Oktobear 2016, pukul
02:55 Wib.

23

Universitas Sumatera Utara

halusinasi tersebut, sementara temannya tidak mengalami seperti yang ia rasakan,
dia tetap akan berpendapat bawa pengalaman itu adalah sesuatu yang nyata. Dia
juga akan berpendapat bahwa pengalamanya itu hanya dapat dicerap melalui
indera “keenam”. Bahwa teman yang bersama dengannya tadi tidak mengalami
hal yang sama, lebih disebabkan karena sang teman tidak memiliki indera
keenam. Bila orang yang terhalusinasi itu memiliki dasar kepercayaan tentang
eksistensi makhluk yang dia lihat di dalam halusinasinya itu, maka akan semakin
kuatlah keyakinannya terhadap eksitensi dan kemampuan makhluk-mahkluk
tersebut.
b. Pengaruh Tradisi dan Tokoh Panutan.
11

Praktik klenik tumbuh dan berkembang secara tradisonal, diyakini dan

dipraktikkan secara turun-temurun karena diyakini, dipraktikan, dan diwariskan
oleh leluhur maka orang cenderung beranggapan bahwa bila tidak ada bukti
kebenaran dan tida ada manfaatnya mustahil praktik-praktik klenik itu akan
dipertahankan. Tidak mungkin para leluhur itu bodoh untuk mempercayai dan
melaksanakan sesuatu yang tidak ada gunanya, kenyataanya klenik juga banyak
diyakini dan dipraktikkan oleh tokoh-tokoh panutan masyarakat. Tidak mungkin
para tokoh itu, seperti para guru, pimpinan agama, tokoh adat, atau pemimpin
masyarakat akan melaksanakan praktik-praktik klenik bila klenik hanyalah omong
kosong.

11

Praktik Klenik segala sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan akan hal-hal yang
mengandung rahasia dan tidak masuk akal. Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses 11 Oktober
2016, pukul 03:05 Wib.

24

Universitas Sumatera Utara

Menurut Abidin (2010, 99-100) terdapat beberapa faktor penyebab
mayoritas masyarakat Indonesia mempercayai dukun, yaitu:
1. Akar budaya Indonesia. keyakinan yang dianut masyarakat nusantara
sebelum masuk agama Islam adalah agama Hindu, Budha, Animisme, dan
Dinamisme;
2. Mereka tidak berpegang teguh kepada akidah yang benar ditambah
jauhnya mereka dari ilmu agama dan para ulama rabbani;
3. Kurang sabar dalam menerima ujian kemiskinan, baik yang menimpa para
dukun maupun pasiennya;
4. Banyak kalangan bisnisman dan elit politik yang memanfaatkan jasa
dukun dan paranormal untuk kelancaran usaha dan politiknya, sehingga
mereka menjadi panutan orang-orang awam untuk mendatangi para dukun
karena ngiler dengan kesuksesan dan keberhasilan mereka.
5. Jalan pintas untuk mencapai kesuksesan ini dianggap paling mudah dan
ringan, apalagi setelah melihat banyak bukti dan beragam cerita dari
orang-orang yang berhasil dalam waktu singkat dengan memanfaatkan
jasa paranormal.

1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, melihat masih banyaknya kepercayaan

masyarakat terhadap pengobatan tradisional yang dilakukan oleh seorang dukun,
pangobati atau datu maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

25

Universitas Sumatera Utara

Bagaimana cara pengobatan yang dilakukan “Pangobati Batak” penyembuh Inang
Hotang di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan?

1.4

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali apa saja cara pengobatan

yang dilakukan pangobati Batak Inang Hotang sebagai

penyembuh dan

mengungkap berbagai aspek yang terkait dengan pengobatan tersebut. Serta
menambah pengetahuan bagi mahasiswa serta masyarakat bagaimana cara
pengobatan yang dilakukan oleh Pangobati Inang Hotang, yang mungkin belum
banyak masyarakat mengetahuinya. Penelitian ini juga sebagai suatu bentuk
tulisan ilmiah yang bermaksud untuk menambah pengetahuan pengobatan
tradisonal.

1.5

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut:



Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan yang dilakukan pangobati
Batak sebagai penyembuh.



Untuk bahan literatur bagi ilmu sosial dan membantu peneliti-peneliti
selanjutnya yang berkaitan dengan cara pengobatan yang dilakukan
pangobati Batak sebagai penyembuh.



Untuk pengembangan kajian ilmu kesehatan mengenai pangobati Batak
sebagai penyembuh dalam bidang sosial, seperti Antropologi Sosial.

26

Universitas Sumatera Utara

 Untuk menambah pengetahuan serta wawasan mahasiswa/i Antropologi
dan juga sebagai penambah tulisan di Antropologi FISIP USU.

1.6

Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam enam bab. Bab pertama adalah pembahasan

mengenai latar belakang masalah dari penelitian ini. Kemudian tinjauan pustaka
yang berisikan teori dan konsep yang mendukung penelitian ini. Selanjutnya
pembahasan rumusan masalah yang disusul dengan tujuan dan manfaat dari
penelitian ini. Dua bagian terakhir adalah pembahasan mengenai sistematika
penulisan dan metode penelitian yang berisi tentang pengalaman penelitian.
Pada bab kedua berisi hal-hal yang menyangkut gambaran umum tempat
lokasi penelitian di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten
Humbang Hansundutan.
Pada bab ketiga berisi tentang hasil penelitian yaitu profil mengenai
Pangobati Inang Hotang dan keahlihannya.

Pada bab keempat berisi mengenai hasil penelitian cara pengobatan yang
dilakukan Inang Hotang.
Pada bab kelima berisi mengenai keluhan penyakit pasien dan pengobatan
yang dilakukan
Pada bab keenam berisi sudut pandang pasien dan masyarakat terhadap
pengobatan yang dilakukan oleh Inang Hotang.

27

Universitas Sumatera Utara

Bab terakhir atau bab ketujuh berisi tentang kesimpulan yang bisa diambil
dari bab-bab sebelumnya. Bab ini juga berisi saran-saran yang diperlukan dan
diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pihak yang berkepentingan terhadap
penulisan skripsi ini.

1.7

Metode Penelitian
Penelitian ini adalah suatu tindakan seseorang yang dilakukan sistematis

dan mengikuti aturan-aturan metodologi, misalnya: observasi, dikontrol dan
berdasarkan pada teori yang dapat diperkuat dengan gejala yang ada. Awalnya
peneliti mewawancarai dan mengamati kegiatan pengobatan yang dilakukan
Pangobati Inang Hotang yang dapat memberikan informasi dengan pengetahuan

pengobatan yang dimilikinya dan segala informasinya tersebut bersangkutan
dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti. Di dalam penelitian, peneliti juga
memperhatikan bagaimana interaksi antara dukun dengan masing-masing pasien
dan keluarganya yang datang untuk berobat, peneliti juga memperhatikan reaksireaksi dari informan dan keluarganya saat melaksanakan wawancara, bagaimana
ekspresi wajah dan gerakan tubuh lain saat melakukan wawancara.
Penelitian ini bersifat studi kasus terhadap Penyembuh Inang Hotang,
dengan menggunakan metode kualitatif bagaimana pengobatan tradisional yang
dilakukan oleh seorang dukun, bagaimana kepercayaan masyarakat atau pasien
dalam pengobatan sang dukun yang diikut seratakan dengan tanggapan mereka
mengenai tahapan pengobatan dan diagnosis penyakit yang dilakukan dukun.

28

Universitas Sumatera Utara

Semua jawaban dari para informan sangat dibutuhkan, karena semua jawaban
yang diberikan dari informan memiliki alasan tersendiri, oleh karena itu peneliti
melakukan pendekatan yang intens agar mendapat kepercayaan dari informan
sehingga peneliti mendapat apa yang dibutuhkan di penelitian ini.

1.7.1

Sifat dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

melalui etnografi. Spradley (2007:12), tujuan utama etnografi ialah memahami
sudut pandang penduduk asli dan hubungan dengan kehidupannya, untuk
mendapatkan pandangan dengan dunianya. Dalam hal ini, peneliti akan berusaha
membangun raport yang baik dengan pangobati Batak ”Inang Hotang” dan
pasien-pasien yang berobat kepada dukun tersebut. Secara langsung, bahwa
penulis akan menulis bentuk laporan atas penelitian lapangan ( field work) selama
satu bulan di daerah penelitian. Penulis akan membuat catatan-catatan ketika
sedang mewancarai datu dan pasien. Sewaktu meneliti pasien, penulis akan
melakukan pendekatan secara holistik dan mendiskripsikannya secara mendalam
untuk memperoleh native’s point of view mengenai mengobatan tradisional Batak
Toba yang dilakukan oleh Inang Hotang.
Dengan itu, penulis akan melakukan observasi partisipasi di daerah
penelitian dan penulis berusaha untuk membangun rapport dengan para informan.

29

Universitas Sumatera Utara

1.7.2

Teknik Pengumpulan Data Primer
Data primer adalah salah satu data yang di peroleh secara langsung

berkaitan dengan permsalahan yang dihadapi. Data primer yang saya dapat yaitu
rumah tempat tinggal dan ruangan khusus pengobatan yang dilakukan Inang
Hotang sebagai panggobati dengan pasien-pasiennya yang ada di Desa Janji
Hutanapa, Kecamatan Parlilitan beserta nama-nama dan data-data dari pasien.
Untuk dapat melakukan penelitian secara bebas di desa tersebut peneliti tinggal
langsung dilapangan bersama Inang Hotang beserta keluarga selama lebih dari
satu bulan. Dengan bantuan tersebut penulis merencanakan cara-cara

untuk

pengumpulan data dengan cara, yaitu :
A.

Observasi
Pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat, mengamati secara

langsung, bahkan tinggal bersama dengan informan dalam waktu yang sudah
ditentukan oleh peneliti untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat
mengenai penyembuhan dan penyembuh yang dilakukan oleh Inang Hotang
sebagaiDatu Batak atau Pangobati tersebut. Di dalam melakukan observasi
penelitian ini peneliti diharapkan lebih banyak meluangkan waktu untuk ikut
terlibat dan melihat langsung bagaimana peyembuhan yang dilakukan datu yang
juga merupakan informan yang sangat berperan penting di dalam penelitian ini. Di
dalam teknik observasi, peneliti menggunakan etic view dan emic view dimana
etic view merupakan hasil pengamatan dan pendapat peneliti seputar apa yang

telah diteliti dan didapatkan dari informan atau orang yang diteliti untuk

30

Universitas Sumatera Utara

menjelaskan fenomenadi dalam masyarakat, sedangkan emic view (native point of
view) merupakan penjelasan suatu fenomena dalam masyarakat dengan sudut

pandang masyarakat itu sendiri. Dalam etnografi, peneliti memang diharuskan
untuk terlibat dalam kehidupan masyarakat yang menjadi objeknya untuk periode
yang cukup lama. Di sana peneliti akan mengamati apa yang terjadi, mendengar
apa yang dikatakan orang-orang, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data
apa pun yang tersedia dan menjelaskan masalah yang menjadi perhatiannya dan
emic view akan lebih banyak digunakan dalam penelitian ini.

B.

Wawancara Mendalam
Peneliti akan menggunakan teknik wawancara mendalam ( indepth

interview) untuk mendapatkan data dari informan. Interview guide digunakan

penulis untuk menjadi alat bantu di dalam melakukan wawancara dengan
informan. Teknik wawancara mendalam yang akan digunakan peneliti dengan
cara memberikan pertanyaan kepada informan tetapi, tetap mengkaji kedalam
kalimat yang lebih halus didengar guna mendapatkan jawaban-jawaban yang lebih
apa adanya dibanding keadaan wawancara yang sudah direncanakan sebelumnya.
Wawancara mendalam diharapkan agar data yang diperlukan lebih banyak
lagi dan lebih dalam. Informan kunci di dalam penelitian ini adalah Inang Hotang
yang merupakan ahli dalam penyembuhan/pengobatan secara tradisional yang
dilakukan di desa tersebut.

31

Universitas Sumatera Utara

C.

Pengembangan Rapport
Dalam melakukan observasi maupun wawancara, sangat diperlukan

adanya rapport (hubungan baik) dengan para informan. Peneliti akan berusaha
menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan aturan yang berlaku di tempat
penelitian dan bersosialisasi dengan orang-orang yang berkaitan dengan
penelitian. Peneliti juga mendekati keluarga yang datang berobat kepada Inang
Hotang dan jika jarak rumah pasien yang berobat tidak terlalu jauh peneliti
berkunjung kerumah pasien untuk melihat kegiatan pasien terlebih untuk melihat
pembuatan obat-obat yang diberikan Inang Hotang apakah dilakukan pasien dan
keluarganya dan jika ada pasien yang tinggal di rumah Inang Hotang peneliti
bercengkrama langsung bersama keluarga pasien, pendekatan ini bertujuan agar
penderita mendapatkan respon dan membantu penulis untuk berkomunikasi
dengan informan.
D.

Data Sekunder
Merupakan data yang berhubungan dengan aspek yang di teliti bersumber

dari buku, majalah, jurnal, artikel (baik media massa maupun elektronik) yang
dianggap sinkron dan relevan dengan pembahasan dalam penelitian tersebut.
Selama proses pengumpulan data, peneliti akan menggunakan alat bantu untuk
merekam dan memotret serta catatan lapangan ( fieldnote ), untuk membantu
mendokumentasikan hal-hal yang diteliti untuk memperkecil kemungkinan ada
bagian dari pengumpulan data yang terlewat.

32

Universitas Sumatera Utara

1.8

Pengalaman Pribadi
Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan,

Kabupaten Humbang Hansundutan yang merupakan kota kelahiran alm. Bapak
penulis. Sebelum melakukan penelitian ini saya sering datang berkunjung sendiri
dan juga datang bersama keluarga ke daerah penelitian ini. Sebelum melakukan
penelitian ini saya sering melihat kegiatan di daerah tersebut, apa lagi daerah ini
merupakan lingkungan tempat tinggal keluarga saya sehingga sedikit banyak
kegiatan yang dilakukan sedikit banyak saya sudah mengetahuinya.
Ketika saya mengajukan judul kepada departemen, judul yang disetujui
oleh Departemen Antropologi Sosial adalah Datu Batak(Studi Etnografi
Penyembuh Tradisional di Desa Tegar Duri) dengan dosen pembimbing Bapak
Drs. Agustrino, Msp. Saya dan dosen pembimbing mendiskusikan fokus terhadap
penelitian.Pengambilan judul dan lokasi penelitian yang cukup jauh dari MedanDuri pada awalnya saya dasari karena saya sendiri pernah melihat langsung
pengobatan yang dilakukan oleh dukun yang berada di lokasi tersebut dan
pengobatan tersebut membuat saya merasa sangat tertarik untuk mengetahuinya
lebih lanjut. Dalam awal melihat pengobatan yang dilakukan oleh dukun tersebut,
saya sangat penasaran bagaimana cara pengobatan yang dilakukan oleh sang
dukun, sehingga dapat mengetahui setiap latar belakang hidup sang pasien dan
penyakit pasien yang selalu datang untuk berobat. Selanjutnya, saya juga
mendengar dari beberapa pengakuan pasien bahwa penyakit yang disembuhkan
dukun adalah penyakit yang menurut pasien tidak dapat disembuhkan oleh dokter.

33

Universitas Sumatera Utara

Akhirnya, karena melihat pengobatan awal yang dilakukan dukun tersebut saya
tertarik untuk mengetahui lagi cara dari pengobatan tradisional Dukun Batak
Toba. Setelah pengajuan skripsi dengan judul Datu Batak yang berlokasi di Desa
Tegar Duri, saya kemudian menulis laporan proposal sebelum pergi ke lapangan
dan setelah mendapatkan acc dari dosen pembimbing agar dapat ke lapangan, saya
akhirnya mencoba menghubungi kembali dukun yang berada di Duri untuk
memastikan bahwa saya akan datang 3 hari lagi karena harus menunggu
mempersiapkan segala urusan di kampus seperti surat lapangan dan lainnya. Pada
saat memberi kabar kepada dukun melalui telepon, saya sangat dikagetkan oleh
kabar bahwa dukun yang hendak menjadi informan kunci saya sudah meninggal
duniasekitar seminggu akibat kecelakaan, hal ini saya ketah