Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia di Desa Tuhemberua Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Hidup
2.1.1 Definisi Kualitas Hidup
Masing-masing individu mempunyai kualitas hidup yang berbeda-beda
tergantung cara pandang mereka menanggapi sesuatu. Kualitas hidup menurut
WHO adalah persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai
dengan tempat hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan,
standard dan kepedulian selama hidupnya.
Kualitas hidup menurut Bowling, dkk(2009) adalah dapat diartikan
secara subjektif tergantung pada persepsi individu mengenai kesejahteraanya dan
kualitas hidup dimasa tua merupakan kesehatan, merasa cukup secara pribadi dan
masih merasa berguna, partisipasi dalam kehidupan sosial, dan baik dalam sosial
ekonominya. Instrument yang digunakan yaitu OPQOL-35 yang memiliki 8
domain yaitu dimensi petama keseluruhan hidup, dimensi kedua kesehatan,
dimensi ketiga hubungan sosial /waktu luang dan kegiatan sosial, dimensi
keempat kemerdekaan, kontrol atas kehidupan, dan kebebasan, dimensi kelima
rumah dan tetangga sekitar, dimensi keenam psikologis dan kesejahteraan
emosional, dimensi ketujuh keadaan keuangan, dan dimensi kedelapan agama/
kebudayaan.
Kualitas hidup menurut Nofitri adalah penilaian individu terhadap posisi

mereka didalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana
9
Universitas Sumatera Utara

10

mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa
yang menjadi perhatian individu. Moons, Marquet, Budst, dan de Geest(2004,
dalam Nofitri 2009) menyebutkan hal-hal penting dalm konseptualisasi kualitas
hidup: (1) kualitas hidup tidak boleh disamakan dengan status kesehatan ataupun
kemampuan fungsional, (2) kualitas hidup lebih didasarkan oleh evaluasi
subjektif daripada parameter objektif, (3) tidak terdapat perbedaan yang jelas
antara indikator-indikator kualitas dengan faktor-faktor yang menntukan kualitas
hidup, (4) kualitas hidup dapat berubah seiring waktu, namun tidak banyak, (5)
kualitas hidup dapat dipengaruhi secara positif maupun negatif.
2.1.2 Pengukuran Kualitas Hidup
Felce dan Perry (1995, dalam Nofitri2009) menyebutkan ada tiga cara
dalam pengukuran kualitas hidup ini yaitu komponen objektif adalah data objektif
dari aspek kehidupan individu, komponen subjektif yaitu penilaian adari individu
tentang


kehidupannya

sendiri,

sedangkan

komponen

kepentingan

yaitu

menyatakan keterkaitan hal-hal yang penting baginya dalam mempengaruhi
kualitas hidupnya dan juga mengatakan bahwa kondisi kehidupan tertentu tidak
menghasilkan reaksi yang sama pada setiap individu, karena tiap-tiap individu
memiliki definisi masing-masing mengenai hal-hal yang mengindikasikan
kualitas hidup yang baik dan buruk. Secara logis dapat diasumsikan bahwa
beberapa aspek kehidupan adalah relevan bagi semua orang (universal), namun
seberapa penting aspek-aspek tersebut bagi tiap-tiap individu akan bervariasi

dalam budaya yang berbeda-beda sedangkan aspek-aspek lainya mungkin hanya

Universitas Sumatera Utara

11

dianggap penting oleh individu tertentu saja. Peneliti menyimpulkan bahwa
pengukuran kualitas hidup sebaiknya dilakukan secara individual dan subjektif
sehingga aspek-aspek kehidupan yang diukur dalam kualitas hidup sebaiknya
ditentukan sendiri oleh responden karena aspek kehidupan yang relevan bagi
seseorang belum tentu relevan bagi orang orang lain. Ada beberapa cara
pengukuran kualitas hidup, ada yang menggunakan WHOQOL ( world health
organization quality of life) dan OPQOL ( Older People Quality Of Life). Namun
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner OPQOL-35 yang
mempunyai 8 dimensi.
2.1.2.1 Dimensi-dimensi OPQOL
Penelitian ini dilakukan dengan melihat seberapa baiknya kualitas
hidup seorang individu yang dinilai dengan menggunakan OPQOL-35
(Older People Quality Of Life – 35) yang terdiri dari 8 dimensi dan 35
pernyataan. Dimensi


keseluruhan hidup meliputi pernyataan saya

menikmati hidup kelangsungan hidup saya seutuhnya, saya sangat bahagia
disetiap waktu, saya menatap untuk hal-hal di masa depan, dan kehidupan
membuat saya jatuh.
Dimensi kesehatan meliputi pernyataan berikut saya memiliki fisik
yang kuat, sakit mempengaruhi kesejahteraan saya, kesehatan membatasi
saya untuk merawat diri atau rumah saya , saya cukup sehat untuk
beraktivitas melakukan apa saja. Kesehatan merupakan salah satu domain
penting dari kualitas hidup. Konsep kualitas kesehatan yang berhubungan

Universitas Sumatera Utara

12

dengan kehidupan dan faktor-faktor penentu yang mulai dikenal dan
dikembangkan sejak tahun 1980 untuk mencakup aspek-aspek kualitas
hidup yang dapat sangat jelas mempengaruhi kesehatan baik fisik maupun
mental, persepsi tentang kesehatan termasuk resiko kondisi kesehatan, status

fungsional, dukungan sosial dan ekonomi. Kesehatan secara aktif terlibat
dalam pengukuran kualitas hidup salah satunya dalam hal penuaan. Status
kesehatan adalah merupakan salah satu penentu kualitas hidup karena
merupakan salah satu komponen yang terlibat dalam membangun
kesejahteraan psikologis. Ini lebih daripada kesehatan objektif seperti
gangguan fisik atau kondisi medis, individu akan lebih menafsirkan
kesehatan secara subjektif yang akan mempengaruhi keadaan emosional
mereka.
Dimensi hubungan sosial/ waktu luang dan kegiatan sosial meliputi
pernyataan yaitu Keluarga, teman dan tetangga saya akan menolong saya
jika dibutuhkan, saya ingin berteman atau berhubungan dengan lebih
banyak orang lagi, saya memiliki seseorang yang memberi saya cinta dan
pengaruh, saya suka berbagi dengan sesama menikmati hidup, anak-anak
disekitar saya itu penting, saya mempunyai kegiatan/ aktifitas/ hobi yang
saya sukai,saya mencoba bertahan dengan berbagai hal, saya mengerjakan
pekerjaan/ kegiatan yang dibayar atau tidak dibayar yang memberi saya
peran dalam hidup, dan saya mempunyai tanggungjawab kepada orang lain
yang membatasi kegiatan sosial dan waktu luang saya. Keterlibatan dengan

Universitas Sumatera Utara


13

kegiatan sosial serta kualitas hidup menunjukkan hubungan yang positif
dimana terlibat dalam kehidupan sosial bisa membangun kualitas hidup
yang aktif.
Hubungan sosial meliputi hubungan interpersonal, dukungan sosial,
kepuasan kehidupan seks dan perasaan dihormati dan diterima. Lansia yang
terlibat dalam kegiatan sosial akan memperoleh kepuasan fisik dan mental
sehingga kualitas hidupnyapun meningkat. Dukungan sosial memberi efek
positif pada lansia, dimana dapat mengurangi dampak dari keadaan stress
seperti kehilangan keluarga atau teman-teman atau perpindahan rumah dan
mencegah dampak negatif dari isolasi sosial seperti peningkatan depresi.
Dimensi kemerdekaan, kontrol atas hidup dan kebebasan dengan
menyetujui beberapa pernyataan berikut saya cukup sehat untuk mempunyai
kebabasan, saya senang dengan apa yang saya lakukan, biaya hidup
dibandingkan gaji membatasi hidup saya, saya sangat memperhatikan halhal penting dalam hidup. Kemandirian fungsional pada lansia merupakan
indikator penting dari status kesehatan mereka. Hal ini diketahui bahwa
hilangnya kemerdekaan adalah salah satu kekhawatiran terbesar para lansia.
Kemerdekaan dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi hal yang

penting untuk pengembangan hidup para lansia yang merupakan
pengaplikasian dari konsep success aging.
Dimensi rumah dan sekitar meliputi penyataan berikut saya merasa
aman ditempat saya tinggal, toko-toko lokal serta pelayan dan fasilitas

Universitas Sumatera Utara

14

disekitarnya semuanya bagus, saya memperoleh kesenangan dari rumah
saya, dan saya mendapatkan tetangga yang ramah. Interaksi lingkungan
meliputi keselamatan fisik, lingkungan sekitas, kesempatan memperoleh
informasi, berpatisipasi dalam kegiatan hiburan atau rekreasi, terbebas dari
pencemaran lingkungan dan kebisingan. Salah satu bagian dari pengukuran
kualitas hidup adalah tinggal di rumah dan lingkungan yang aman,
hubungan bertetangga yang harmonis dan memiliki akses akan fasilitas dan
layan lokal dan tersedianya transportasi.
Dimensi psikologis dan kesejahteraan emosional dengan menjawab
pernyataan yaitu saya menerima hidup sebagai anugerah dan melakukan
yang terbaik, saya merasa beruntung dibandingkan orang lain, saya

cenderung melihat sisi yang baik, jika kesehatan membatasi saya melakukan
kegiatan

sosial

dan

waktu

luang

saya,

saya

maka

saya

akan


menggantikannya dan menemukan hal lain yang bisa saya lakukan.
Psikologis meliputi kepuasan hidup, pencapaian tujuan hidup, kontrol atas
kehidupan, kepercayaan diri dan persepsi akan penampilan. Prespektif
psikologis dalam kualitas hidup dapat didefinisikan sebagai ukuran
kesejahteraan secara subjektif. Pandangan terhadap psikologis adalah bahwa
kesejahteraan berarti memiliki kesehatan emosional dan mental sebagai pilar
mengukur kualitas hidup individu. Prespektif kesejahteraan psikologis ini
meliputi cara individu untuk mengevaluasi kehidupan mereka di masa
sekarang dan di masa lalu, yang masa penilaian ini mencakup reaksi

Universitas Sumatera Utara

15

emosional individu, suasana hati dan penilaian individu berkaitan dengan
cara mereka menjalani kehidupan mereka sendiri.
Dimensi keadaan keuangan dengan menjawab pernyataan yaitu
saya memiliki cukup uang untuk membiayai kebutuhan rumah tangga, saya
memiliki cukup uang untuk membiayai perbaikan rumah atau bantuan yang

dibutuhkan dirumah, saya dapat berusaha membeli apa yang saya inginkan,
dan saya tidak dapat mengusahakan hal-hal yang ingin saya nikmati. Pada
penelitian

gerontological

mengenai

kepuasan

pada

finansial

lebih

difokuskan kepada pengamatan dimana meskipun tingkat pendapatan lebih
rendah namun kepuasan finansial lebih baik dari pada orang yang lebih
muda. Hal ini dikarenakan salah satu yaitu kesadaran akan keterbatasan dan
kesempatan untuk meningkatkan ekonomi, para lansia ini cenderung

menyesuaikan kebutuhan dengan pendapatan untuk tetap mempertahankan
kesejahteraan. Pendapat lain mengatakan bahwa orang yang lebih tua
tampaknya segan untuk mengeluh atau mengekspresikan ketidakpuasan
meskipun ketika kenyataan kebutuhan untuk melakukannya ada.
Dimensi agama atau kebudayaan meliputi pernyataan yaitu agama,
keyakinan atau filsafat hidup penting untuk kualitas hidup saya, dan
kebudayaan/ kegiatan keagamaan atau perayaan-perayaannya penting untuk
kualitas hidup saya. Penelitian menujukkan bahwa orang-orang yang
religius lebih puas dengan kehidupan mereka karena mereka secara teratur
menghadiri kegiatan keagamaan dan sembari membangun jaringan atau

Universitas Sumatera Utara

16

hubungan sosial dengan sesama. Penelitian lain mengungkapkan adanya
hubungan antara kesejahteraan spiritual dan kesehatan umum seseorang,
sehingga disimpulkan bahwa agama dan spiritualitas merupakan sumber
penting mengatasi kondisi stress.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Hidup
Moons, dkk (2004, dalam Nofitri 2009) menyatakan bahwa gender, usia,
dan pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.
Riff dan Singer (1998, dalam Nofitri 2009) mengatakan bahwa kesejahteraan lakilaki dan perempuan tidak jauh berbeda, dimana perempuan kesejahteraannya
lebih ke aspek hubungnya yang positif sedangkan laki-laki lebih ke aspek
pendidikan dan pekerjaan. Usia salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup.
Rugerri, dkk (2001 dalam Nofitri 2009) mengatakan bahwa responden yang
berusia tua cenderung akan mengevaluasi hiupnya dengan hal yang postif
dibandingkan saat mudanya. pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup. Wahl, dkk (2004 dalam Nofitri 2009) menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin meningkatnya
kualitas hidupnya.
Moons, dkk (2004, dalam Nofitri 2009) mengatakan bahwa pekerjaan
status pernikahan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.
Dimana terdapat perbedaan kualitas hidup seorang pelajar, individu yang bekerja
maupun yang tidak bekerja, serta penduduk yang tidak mampu bekerja dan
terdapat perbedaan kualitas hidup antara seseorang yang tidak menikah, individu

Universitas Sumatera Utara

17

yang bercerai atau janda / duda , dan individu yang sudah menikah. Wahl, dkk
(2004, dalam Nofitri 2009)mengatakan bahwa pria dan wanita dengan satus
menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggal. Noghani, dkk (2007, dalam
Nofitri 2009) mengatakan bahwa adanya faktor penghasilan terhadap kualitas
hidup subjektif namun tidak banyak dan hubungan dengan orang lain merupakan
salah satu faktor yang berkonstribusi dalam menentukan kualitas hidup secara
subjektif.
2.2 Lansia
2.2.1 Definisi Lansia
Lansia menurut Johs Madani dan Nugroho (2000, dalam Azizah 2011)
mengatakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Dan Surini
dan Utomo (2003, dalam Azizah 2011) mengatakan bahwa lanjut usia bukan
suatu penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress linkungan.
2.2.2 Klasifikasi Lansia
Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Lansia resiko tinggi
yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atu lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan. Lansia potensial yaitu lansia yang masih
mampu melakukan pekerjaan atau

kegiatan

yang

dapat

menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

18

barang/ jasa. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (DEPKES, 2009)
Lansia menurut WHO yaitu Elderly : 60 - 74 tahun, Old: 75 – 89 tahun,
Very old

: > 90 tahun. Proses menua yang terjadi bersifat individual yang

berarti, tahap prosesmenua terjadi pada orang dengan usia berbeda, setiap lansia
memiliki kebiasaan yang berbeda, tidak ada satu faktor pun yang dapat mencegah
proses menua. Lansia memiliki karakteristik yaitu berusia lebih dari 60 tahun,
kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptive dan lingkungan tempat tingga yang bervariasi (WHO, 2015).
2.2.3 Teori Proses Menua
2.2.3.1 Teori Biologis
a. Teori Genetik dan Mutasi
Teori genetik merupakan teori intrinsic yang menjelaskan bahwa
di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan
proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram
secara genetik untuk spesies tertentu. Teori mutasi somatic menyatakan
bahwa penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik

akibat pengaruh

lingkungan yang buruk (Nugroho, 2008)

Universitas Sumatera Utara

19

b. Teori Nongenetik
Teori ini terdiri dari teori penurunan system imun tubuh, teori
ini menyatakan adanya mutasi yang berulang dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri.
Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori menua akibat metabolim, teori
rantai silang yang menjelaskan menua disebabkan oleh lemak, protein,
karbohidrat dan asam nukleat bereaksi dengan zat kimia dan radiasi. Teori
fisiologis yang terdiri dari teori intrinsik dan ekstrinsik.
2.2.3.2 Teori Sosiologi
Teori sosiologi terdiri dari teori interaksi social yang menjelaskan
mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu yaitu atas dasar
hal-hal yang dihargai masyarakat dan menjaga interaksi sosial menjadi
kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuaannya
bersosialisasi. Teori aktivitas atau kegiatan, teori kepribadian berlanjt dan
teori pembebas/ penarikan diri (Nugroho, 2008).
2.2.4 Perubahan-perubahan Pada Lansia
Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia yaitu mudah
jatuh lansia yang digolongkan dua golongan, faktor intrinsik antara lain gangguan
jantung dan sirkulasi darah, gangguan system anggota gerak, misalkan kelemahan
otot ekstremitas bawah dan kekakuan sendi, gangguan sistem susunan saraf,
misalnya neuropati perifer, gangguan penglihatan, gangguan psikologis, infeksi
telinga, gangguan adaptasi gelap, pengaruh obat-oabatan yang dipakai, (misal:

Universitas Sumatera Utara

20

diazepam, antidepresi, dan antihipertensi),vertigo, arthritis lutut, pusing dan
penyakit-penyakit sistemik. Faktor ekstrinsik yaitu: cahaya ruangan yang kurang
terang, lantai yang licin, tersandung benda-benda, alas kaki kurang pas, tali
sepatu, kursi roda yang tidak terkunci dan turun tangga.
Mudah lelah disebabkan oleh faktor psikologis(perasaan bosan, keletihan,
atau perasaan depresi), gangguan organis(anemia, kekurangan vitamin, perubahan
pada tulang, gangguan pencernaan, kelainan metabolism, gangguan ginjal dengan
uremia/gangguan faal hati dan gangguan sistem peredaran darah dan jantung),
pengaruh obat-obatan misalnya obat penenang, obat jantung. Berat badan
menurun disebabkan oleh kurang adanya gairah hidup tau kelesuan, adanya
penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan
makanan terganggu, dan faktor sosioekonomis(pensiun). Sukar menahan buang
air besar disebabkan oleh obat pencahar, keadaan diare, kelainan pada usus besar,
kelainan pada ujung saluran pencernaan. Gangguan pada ketajaman penglihatan
disebabkan oleh presbiopi, kelainan lensa mata, kekeruhan pada lensa, tekanan
dalam mata yang meninggi (glaukoma), dan radang saraf mata.
Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia yaitu Kardiovaskuler
(berkurangnya pengisian ventrikel kiri, menurunnya curah jantung maksimal,
penurunan frekuensi jantung maksimum), paru-paru (meningkatnya volume
residual, penurunan masa jaringa paru, kekakuan dinding dada, berkurangnya
difusi CO), Otot (masa otot berkurang karena berkurangnya serat otot),
tulang(melambatnya penyembuhan fraktur, berkurangnya massa tulang pada pria

Universitas Sumatera Utara

21

dan wanita), penglihatan (pengeruhan pada lensa, ketidakmampuan untuk fokus
pada benda-benda jarak dekat atau presbiopi, berkurangnya sensitivitas terhadap
kontras), penghidu(deteksi penghidu berkurang 50 %), pendengaran(kesulitan
untuk membedakan sumber bunyi, terganggunya kemampuan membedakan target
dari suara).
2.3 Kualitas Hidup Pada Lansia
2.3.1 Hasil Penelitian
Penelitian kualitas hidup di Tirana, ibu kota Albania Eropa oleh Eris
Dhamo dan Dr. Doc. Nevila Kocollari. Penelitian ini dilakukan pada lansia pada
usia >65 tahun, dimana usia rata-rata sampel adalah 74 tahun. Setiap tahunnya
terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia sebesar 2 %. Jumlah penduduk
keseluruhan menurut data sensus 2011 yaitu 749.365 jiwa dan dari jumlah
tersebut, jumlah lansia sebesar 25.187 jiwa yang berumur 59-65 tahun. Jumlah
lansia yang akan dijadikan sampel yaitu 120 orang dengan umur >65 tahun dan
dipilih secara acak dan sudah ditentukan beberapa kriteria dalam pengambilan
sampel. Peneliti menggunakan kuesioner OPQOL-35 yang terdiri dari 35
pernyataan yang akan dinilai dengan skor 1-5. Skor yang lebih tinggi
menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 22,5% (27/120) yang
menyatakan kualitas hidup dengan penilaian positif, sedangkan 50% (60/120)
memiliki penilaian negatif tentang kulitas hidup mereka. Selebihnya, 27,5%
(33/120) mempersepsikan kulitas hidup yang sedang. Dapat disimpulkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

22

dua kali lipat dari sampel yang mempersepsikan kualitas hidupnya buruk. Sehat
menurut para lansia di Albania yaitu mampu memenuhi kebutuhan mereka. Para
lansia merasa harus bertanggungjawab dengan diri mereka sendiri karena tidak
adanya tempat untuk bergantung bahkan anak-anak mereka sendiri. Para lansia
merasa kesulitan menemukan transportasi umum untuk mengatarkan mereka.
Cara pandang masyarakat terhadap mereka juga sangat rendah, dimana
mereka seperti diacuhkan dan merasa tidak dihormati. Dalam hak sebagai warga
Negara mereka merasa bahwa hanya diperlukan dan dilibatkan pada saat pemilu
saja. Untuk masalah finansial juga para lansia yang pensiun hanya diberi upah
140 USD. Mereka mengatakan bahwa pendapatan dari pensiun tidak cukup untuk
membiayai kebutuhan mereka untuk mendapatkan pelayanan medis terkait
dengan kondisi kesehatan mereka. Cara para lansia ini diperlakukan dan
keterbatasan mereka untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis, serta
kurangnya dukungan dari keluarga membuat para lansia di Tirani Albania
mempersepsikan kualitas hidup mereka rendah.
Penelitian selanjutnya dilakukan di daerah siliguru Kabupaten Darjeeling,
Benggala Barat dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREEF. Sensus
penduduk menunjukkan jumalah lanjut usia yang berusia diats 60 tahun keatas
sebesar 7,7% dari total penduduk, dan diproyeksikan naik sekitar 324 juta. Dalam
beberapa tahun terakhir di India para lansia mengalami masalah kesehatan baik
fisik, psikologis dan keuangan. Tujuan utama dalam penelitian ini yaitu untuk
menilai kualitas hidup lansia dan hubnungan nya dengan jenis kelamin. Penelitian

Universitas Sumatera Utara

23

ini dengan desain cross sectional yang dilakukan di daerah Siliguri Kabupaten
Darjeeling, Benggala Barat. populasi pada penelitian ini yaitu lansia berusia 60
tahun keatas yang berada di daerah Siliguri. Jumlah sampel pada peneitian ini
sebanyak 263 lansia. Prosedur pengambilan sampel secara bertahap yang
dilakukan dengan mendata sampel terlebih dahulu dan diambil secara acak dari
dua kelompok yaitu lansia perkotaan diambil dari 33 kota dengan total sampel 91
lansia dan lansia di perdesaan diambil dari 8 desa dengan total sampel 172 lansia.
Kuesioner WHOQOL-BREF dialih bahasakan ke bahasa Hindi dan Bengali untuk
mempermudah pengkajian kualitas hidup pada lansia di daerah ini. Data
dikumpulkan dengan kuesioner awal atau demografi yang terdiri dari usia, tempat
tanggal tahir, agama, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan dan
jumlah pendapatan keluarga/kapita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk keempat domain dengan nilai
untuk domain fisik 51,44 (SD ± 11,21), domain psikologis 50,46 (SD ± 9,52),
domain hubungan social 52,09 (SD ± 13,46), dan domain lingkungan 49,50 ( SD
± 11,76). Populasi di perkotaan memiliki skor yang lebih tinggi untuk domain
fisik, hubungan sosial, dan domain lingkungan dibandingkan lansia di perdesaan
yang mana lebih tinggi pada domain psikologis. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan pada faktor sosio demografis, sumber daya, gaya hidup dan faktor
ekonomi atau pendapatan. Menggambarkan kualitas hidup berdasarkan gender
didapatkan bahwa laki-laki memiliki skor yang lebih tinggi pada domain fisik,
psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan disbanding perempuan. Namun

Universitas Sumatera Utara

24

untuk domain hungan sosial perbedaan signifikan yang dapat diamati yaitu lakilaki 54,62 dan perempuan 50,00.

Universitas Sumatera Utara