Dampak Pembentukan Kota Gunungsitoli Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Madula Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari masa ke masa. Pembangunan merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan pada warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri sehingga dapat memperbaiki kualitas hidupnya dan pada akhirnya mengalami perubahan ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan juga merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam rangka menunjang kesejahteraan rakyat baik dalam bidang sosial maupun dalam bidang ekonomi.

Pembangunan nasional tidak dapat dipisahkan kaitannya dengan pembangunan daerah, demikian halnya di Indonesia. Di Indonesia pembangunan daerah merupakan bagian yang penting dari pembangunan nasional, karena pembangunan daerah menjadi salah satu indikator dalam terwujudnya pembangunan nasional. Namun sistem pembangunan terpusat yang telah lama dilakukan di Indonesia dianggap sebagai penyebab lambannya pembangunan daerah terutama daerah – daerah yang terisolir dan membesarnya ketimpangan antar daerah. Oleh karena itu, pemerintah pusat membuat kebijakan tentang pemerintah daerah dimana pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Kebijakan tersebut dimuat dalam Undang-undang No.


(2)

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagai revisi dari Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah.

Pada Undang-undang No. 32 tahun 2004 dikatakan bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggara pemerintahan daerah perlu ditingkatkan. Penyelenggara tersebut dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah serta dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerah wilayahnya kemudian diatur dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, tentang otonomi daerah yakni adanya hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah tersebut merupakan jalan terbaik yang ditempuh dalam rangka mendorong pembangunan daerah, menggantikan sistem pembangunan terpusat yang menyebabkan ketidakmerataan dan ketimpangan perlakuan antar daerah. Dengan adanya otonomi daerah, kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan semakin besar sehingga tanggung jawab yang diemban juga akan bertambah banyak.

Terkait dengan hal tersebut peranan pemerintah daerah sangat menentukan berhasil tidaknya menciptakan kemandirian pemerintah daerah. Di dalam


(3)

pusat kepada pemerintah daerah yakni desentralisasi. Apabila pemerintah daerah melakukanfungsinya secara efektif, maka harus didukung sumber-sumber keuangan yang memadai baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), maupun dari subsidi atau bantuan dari pemerintah pusat.

Implikasi dari adanya kewenangan urusan pemerintah yang begitu luas yang diberikan kepada daerah dalam rangka otonomi daerah dapat menjadi suatu berkah bagi suatu daerah. Namun disisi lain bertambahnya kewenangan daerah tersebut juga merupakan beban yang menuntut kesiapan daerah untuk pelaksanaannya, karena semakin bertambah urusan pemerintah yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Oleh karena itu perlu adanya kesiapan sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sarana dan prasarana daerah (Udjianto, 2005:59).

Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 hingga revisinya pada Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, menjadikan pemekaran wilayah administratif menjadi peminatan baru dalam struktur pemerintahan di Indonesia. Pemekaran daerah kabupaten, kota dan provinsi menjadi suatu fenomena sehingga jumlah daerah terus bertambah. Undang-undang No. 22 tahun 1999 membuka peluang kepada daerah provinsi, kabupaten dan kota untuk melakukan pemekaran daerah atau menciptakan kemandirian pemerintahannya sendiri.

Dari hal tersebut juga memberikan peluang kepada wilayah Nias untuk memekarkan wilayah dan memunculkan Kota Gunungsitoli sebagai kota baru yang dimekarkan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Gunungsitoli


(4)

mencatat beberapa tanggal penting dalam proses pembentukan Kota Gunungsitoli, yakni :

1. Tanggal 26 November 2008 : keluarnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsitoli di Provinsi Sumatera Utara,

2. Tanggal 29 Oktober 2008 : peresmian Kota Gunungsitoli oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia,

3. Tanggal 25 Mei 2009 : pelantikan Walikota Gunungsitoli bersama dua daerah otonom baru lainnya di Kepulauan Nias yakni, Kabupaten Nias Utara dan Kabupaten Nias Barat oleh Menteri Dalam Negeri di Jakarta, 4. Tanggal 13 April 2011 : pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Kota

Gunungsitoli masa jabatan 2011 – 2016 oleh Plt. Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho

Dengan landasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2008 tertanggal 26 November 2008 dan diresmikan pada tanggal 25 Mei 2009 bersamaan dengan beberapa kabupaten di Kepulauan Nias, Kota Gunungsitoli sah dimekarkan dan menjadi satu Kota Madya. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2012 (SP2012), Kota Gunungsitoli memilik jumlah penduduk sebesar 128.337 jiwa menurut data Badan Pusat Statistik Kota Gunungsitoli. Pada awal pembentukan Kota Gunungsitoli hanya terdiri atas 98 desa, namun seiring perkembannya hingga tahun 2012 berkembang menjadi 101 desa.


(5)

Pemekaran Kabupaten Nias yang menghasilkan Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias Utara dan Kabupaten Nias Barat diharapkan secara konkrit dan universal membawa dampak positif bagi masyarakat terutama dalam aspek sosial dan ekonomi. Pelayanan kepada masyarakat semakin dekat dan dilakukan oleh petugas lokal yang memahami bahasa masyarakat lokal. Pusat-pusat pelayanan masyarakat yang dekat mempercepat berbagai urusan dan mengurangi biaya pengurusan. Proses rekonstruksi dan rehabilitasi yang tersebut sedang berlangsung diharapkan relatif lebih merata dirasakan masyarakat.

Proses yang dijalani setelah pemekaran yang bertujuan untuk kemajuan dan peningkatan kesejahteraan, bagi daerah-daerah lain mungkin tidak dapat dilihat hasilnya dalam waktu cepat. Hal tersebut membutuhkan proses sekitar beberapa tahun kedepan untuk terus membuatnya menjadi satu pemerintahan yang benar-benar mapan. Semuanya itu berkaitan dengan penataan pemerintah dan kemudian dana yang masih belum terlalu mapan dalam melaksanakan segala sesuatu kegiatan daerah karena daerah tersebut masih baru memulai kemandiriannya. Namun bagi masyarakat Kota Gunungsitoli hal tersebut tidak terlalu menjadi beban karena proses pembentukan Kota Gunungsitoli secara kebetulan terjadi setelah rekonstruksi dan rehabilitasi yang masif sebagai akibat gempa yang terjadi tanggal 28 Maret 2005 yang membuat pembangunan semakin mudah dan cepat. Proses pembentukan sejumlah desa baru juga belangsung dalam suasana kelanjutan rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa. Kondisi tersebut mengakibatkan secara tidak langsung biaya-biaya yang tadinya harus diusahakan secara khusus untuk membantu percepatan proses pemekaran dan membiayai


(6)

keberlangsungan pembangunan akibat dari pemekaran menjadi seperti telah tersedia dengan sendirinya.

Dengan terjadinya hal tersebut sudah dapat dipastikan proses pembangunan di Kota Gunungsitoli bukan lah hal yang terlalu sulit lagi. Dari segi pembangunan ekonomi, prasarana, fasilitas baik pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lainnya sudah dapat dilaksanakan dengan mudah sebab kebutuhan financial akan hal tersebut seperti sudah tersedia akibat manfaat dari kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi akibat tsunami tahun 2004 dan gempa tahun 2005. Semua daerah yang masih tertinggal diprediksi pasti mendapat jangkauan pembangunan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Gunungsitoli tahun 2012, terjadi peningkatan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Gunungsitoli dibandingkan ketika masih menjadi kecamatan yang berada dibawah pemerintahan Kabupaten Nias. Melalui tabel berikut dipaparkan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Gunungsitoli.


(7)

Tabel 1.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Gunungsitoli Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2012

Lapangan Usaha 2007

(sebelum pemekaran)

2012

(setelah pemekaran)

1. Pertanian 151 065.54 318 101.55

2. Pertambangan dan penggalian

5 357.51 7 671.64

3. Industri Pengolahan 50 466.89 85 297.10

4. Listrik Gas dan Air bersih

9 166.69 11 953.21

5. Bangunan 172 259.41 331 732.84

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran

592 127.44 844 831.13

7. Pengangkutan dan Komunikasi

226 962.25 428 261.40

8. Keuangan Real Estate dan Jasa Perusahaan

125 509.66 325 005.16

9. Jasa-jasa 64 668.43 191 140.74

PDRB 1 397 583.82 2 543 994.78


(8)

Tabel 1.2

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Gunungsitoli Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2012

Lapangan Usaha 2007

(sebelum pemekaran)

2012

(setelah pemekaran)

1. Pertanian 76 389.20 88 021.99

2. Pertambangan dan penggalian

1 954.95 2 928.97

3. Industri Pengolahan 20 947.37 23 616.48

4. Listrik Gas dan Air bersih

2 912.20 4 374.08

5. Bangunan 21 768.09 140 915.68

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran

287 919.01 417 425.12

7. Pengangkutan dan Komunikasi

98 850.34 171 465.87

8. Keuangan Real Estate dan Jasa Perusahaan

3 738.33 13 537.96

9. Jasa-jasa 37 283.89 60 749.51

PDRB 551 763.38 982 089.97


(9)

Data tersebut menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Gunungsitoli mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan ketika masih berstatus kecamatan atau satu pemerintahan dengan Kabupaten Nias yaitu dengan selisih peningkatanProduk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlakudari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 sebesar 1.146.410.96 juta rupiah dan selisih peningkatan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 sebesar 430 326.59 juta rupiah.

Keberlangsungan pemerintahan Kota Gunungsitoli kurang lebih 7 tahun terhitung sejak tahun dikeluarkannya Undang-undang tentang pembentukan Kota Gunungsitoli. Melihat tempo waktu yang sudah ditempuh dan berbagai proses yang sudah terjadi dalam pemerintahan Kota Gunungsitoli sudah layaklah terlihat apa dampak yang sudah terjadi setelah pemekaran bagi setiap kecamatan, kelurahan, maupun desa di wilayah Kota Gunungsitoli.

Dalam Kota Gunungsitoli, banyak desa yang memiliki potensi luar biasa baik dari sektor pertanian terlebih sektor pariwisata. Desa Madula merupakan suatu desa yang memiliki potensi luar biasa dari segi pertanian ,maupun sosial budayanya dan letaknya cukup dekat dengan pusat pasar Kota Gunungsitoli.

Pembangunan di desa tersebut masih tergolong buruk, sempit dan banyaknya pengangguran yang masih berusia produktif disana. Padahal jarak desa tersebut dengan pusat Kota Gunungsitoli berjarak 11 kilometer. Jalan utama menuju desa tersebut sekarang memang mudah diakses, tapi kurangnya fasilitas dari pihak pemerintah untuk mendukung mata pencaharian yang mayoritas petani pada desa tersebut membuat mereka sulit melakukan pekerjaan karena


(10)

keterbatasan alat dalam bertani. Kekurangan pinjaman modal juga menjadi salah satu kendala bagi mereka untuk membeli alat-alat dalam bertani, seperti mesin penggarap sawah dan alat-alat lainnya yang jarang sekali petani di desa ini memilikinya.

Kondisi tersebut jika ditilik pada masa sebelum Kota Gunungsitoli dibentuk mungkin dianggap wajar karena akibat dari keterbatasan jangkauan atau rentang kendali pemerintahan Kabupaten Nias. Perhatian pemerintah terbagi dalam melakukan pembangunan di daerah-daerah, dimana membuat tidak maksimal dan tidak meratanya pembangunan di beberapa daerah. Dengan terlaksananya pemekaran Kabupaten Nias membentuk Kota Gunungsitoli, menjadikan rentang kendali pemerintah terhadap daerah-daerah menjadi lebih terfokus, sehingga daerah-daerah tersebut bisa mendapat perhatian pemerintah yang jauh lebih besar dibandingkan sebelum pembentukan Kota Gunungsitoli, termasuk Desa Madula yang wilayahnya dekat dengan pusat pemerintahan Kota Gunungsitoli.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti seberapa jauh “Dampak Pembentukan Kota Gunungsitoli terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Madula Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : "Bagaimana dampak


(11)

pembentukan Kota Gunungsitoli terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Madula Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli".

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pembentukan Kota Gunungsitoli terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Madula Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Untuk membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

c. Dapat digunakan sebagai karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Dapat memberi masukan bagi para pihak yang berkepentingan dan referensi bagi penelitian berikutnya.

3. Manfaat Akademis

Adalah pengembangan konsep dan teori-teori yang berkenaan dengan penelitian ini.


(12)

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :

BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian,populasi, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : Analisis Data

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : Penutup


(1)

Tabel 1.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Gunungsitoli Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2012

Lapangan Usaha 2007

(sebelum pemekaran)

2012

(setelah pemekaran)

1. Pertanian 151 065.54 318 101.55

2. Pertambangan dan penggalian

5 357.51 7 671.64

3. Industri Pengolahan 50 466.89 85 297.10

4. Listrik Gas dan Air bersih

9 166.69 11 953.21

5. Bangunan 172 259.41 331 732.84

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran

592 127.44 844 831.13

7. Pengangkutan dan Komunikasi

226 962.25 428 261.40

8. Keuangan Real Estate dan Jasa Perusahaan

125 509.66 325 005.16

9. Jasa-jasa 64 668.43 191 140.74

PDRB 1 397 583.82 2 543 994.78


(2)

Tabel 1.2

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Gunungsitoli Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2012

Lapangan Usaha 2007

(sebelum pemekaran)

2012

(setelah pemekaran)

1. Pertanian 76 389.20 88 021.99

2. Pertambangan dan penggalian

1 954.95 2 928.97

3. Industri Pengolahan 20 947.37 23 616.48

4. Listrik Gas dan Air bersih

2 912.20 4 374.08

5. Bangunan 21 768.09 140 915.68

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran

287 919.01 417 425.12

7. Pengangkutan dan Komunikasi

98 850.34 171 465.87

8. Keuangan Real Estate dan Jasa Perusahaan

3 738.33 13 537.96

9. Jasa-jasa 37 283.89 60 749.51

PDRB 551 763.38 982 089.97


(3)

Data tersebut menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Gunungsitoli mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan ketika masih berstatus kecamatan atau satu pemerintahan dengan Kabupaten Nias yaitu dengan selisih peningkatanProduk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlakudari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 sebesar 1.146.410.96 juta rupiah dan selisih peningkatan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 sebesar 430 326.59 juta rupiah.

Keberlangsungan pemerintahan Kota Gunungsitoli kurang lebih 7 tahun terhitung sejak tahun dikeluarkannya Undang-undang tentang pembentukan Kota Gunungsitoli. Melihat tempo waktu yang sudah ditempuh dan berbagai proses yang sudah terjadi dalam pemerintahan Kota Gunungsitoli sudah layaklah terlihat apa dampak yang sudah terjadi setelah pemekaran bagi setiap kecamatan, kelurahan, maupun desa di wilayah Kota Gunungsitoli.

Dalam Kota Gunungsitoli, banyak desa yang memiliki potensi luar biasa baik dari sektor pertanian terlebih sektor pariwisata. Desa Madula merupakan suatu desa yang memiliki potensi luar biasa dari segi pertanian ,maupun sosial budayanya dan letaknya cukup dekat dengan pusat pasar Kota Gunungsitoli.

Pembangunan di desa tersebut masih tergolong buruk, sempit dan banyaknya pengangguran yang masih berusia produktif disana. Padahal jarak desa tersebut dengan pusat Kota Gunungsitoli berjarak 11 kilometer. Jalan utama menuju desa tersebut sekarang memang mudah diakses, tapi kurangnya fasilitas dari pihak pemerintah untuk mendukung mata pencaharian yang mayoritas petani


(4)

keterbatasan alat dalam bertani. Kekurangan pinjaman modal juga menjadi salah satu kendala bagi mereka untuk membeli alat-alat dalam bertani, seperti mesin penggarap sawah dan alat-alat lainnya yang jarang sekali petani di desa ini memilikinya.

Kondisi tersebut jika ditilik pada masa sebelum Kota Gunungsitoli dibentuk mungkin dianggap wajar karena akibat dari keterbatasan jangkauan atau rentang kendali pemerintahan Kabupaten Nias. Perhatian pemerintah terbagi dalam melakukan pembangunan di daerah-daerah, dimana membuat tidak maksimal dan tidak meratanya pembangunan di beberapa daerah. Dengan terlaksananya pemekaran Kabupaten Nias membentuk Kota Gunungsitoli, menjadikan rentang kendali pemerintah terhadap daerah-daerah menjadi lebih terfokus, sehingga daerah-daerah tersebut bisa mendapat perhatian pemerintah yang jauh lebih besar dibandingkan sebelum pembentukan Kota Gunungsitoli, termasuk Desa Madula yang wilayahnya dekat dengan pusat pemerintahan Kota Gunungsitoli.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti seberapa jauh “Dampak Pembentukan Kota Gunungsitoli terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Madula Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : "Bagaimana dampak


(5)

pembentukan Kota Gunungsitoli terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Madula Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli".

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pembentukan Kota Gunungsitoli terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Madula Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Untuk membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

c. Dapat digunakan sebagai karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Dapat memberi masukan bagi para pihak yang berkepentingan dan referensi bagi penelitian berikutnya.

3. Manfaat Akademis


(6)

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :

BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian,populasi, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : Analisis Data

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.