Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (Imb) Terhadap Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

BAB I
PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
atau mutu hidup manusia dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia
di sekitar lingkungan hidupnya. Pendayagunaan sumber alam untuk kegiatan
pembangunan yang tidak disertai dengan upaya untuk melestarikan lingkungan
hidup yang serasi dan seimbang cenderung mengarah kepada perubahan
lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup,
dalam hal ini pembangunan dapat mempercepat perubahan kualitas lingkungan.
Kebijakan nasional penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan
dengan diundangkannya undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang, yang kemudian diperbaharui dengan undang-undang nomor 32 tahun 2009.
Kebijakan tersebut ditujukan untuk mewujudkan kualitas tata ruang nasional yang
semakin baik, yang oleh undang-undang dinyatakan dengan kriteria aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan. Namun, setelah lebih dari 25 tahun
diberlakukannya kebijakan tersebut, kualitas tata ruang masih belum memenuhi
harapan. Bahkan cenderung sebaliknya, justru yang belakangan ini sedang
berlangsung adalah indikasi dengan penurunan kualitas dan daya dukung
lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan bahkan makin terlihat secara

kasat mata baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan.
Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang tersebut,
maka tidak ada lagi tata ruang wilayah yang tidak direncanakan. Tata ruang menjadi produk dari rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang

1

Universitas Sumatera Utara

dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penegasan sanksi atas
pelanggaran tata ruang sebagaimana diatur dalam UU 32 Tahun 2009 menuntut
proses perencanaan tata ruang harus diselenggarakan dengan baik agar
penyimpangan pemanfaatan ruang bukan disebabkan oleh rendahnya kualitas
rencana tata ruang wilayah.
Peningkatan aktivitas pembangunan membutuhkan ruang yang semakin
besar dan dapat berimplikasi pada perubahan fungsi lahan/kawasan secara
signifikan. Euphoria otonomi daerah yang lebih berorientasi pada peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD) juga memotivasi pertumbuhan penyediaan sarana
dan prasarana di daerah, yang faktanya menyebabkan peningkatan pengalihan
fungsi ruang dan kawasan dalam jangka panjang. Di antara kenyataan perubahan
lahan dapat ditemui pada pembangunan kawasan perkotaan yang membutuhkan

ruang yang besar untuk menyediakan lahan untuk sarana dan prasarana
permukiman, perkantoran, perindustrian, pusat-pusat perdagangan (central
business district, CBD) dan sebagainya.
Demikian halnya pada pola perubahan kawasan seperti kawasan hutan
menjadi lahan pertanian atau perkebunan, yang menyebabkan penurunan fungsi
hutan sebagai kawasan penyangga, pemelihara tata air, pengendali perubahan
iklim mikro dan sebagainya. Perubahan fungsi ruang kawasan meyebabkan
menurunnya kualitas lingkungan, seperti terjadinya pencemaran, kemacetan,
hilangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau, serta terjadinya berbagai bencana
alam seperti banjir, longsor, kekeringan dan sebagainya. Pemanfaatan sumberdaya
ruang juga dapat memicu perbedaan persepsi dan persengketaan tentang ruang,
seperti munculnya kasus-kasus persengketaan batas wilayah pada berbagai daerah

Universitas Sumatera Utara

dan juga internasional. Hal tersebut seolah-olah menunjukkan adanya trede off
antara perkembangan ekonomi dengan kelestarian lingkungan.
Permasalahan konflik antara perkembangan ekonomi dengan kelestarian
lingkungan semakin jelas terlihat dewasa ini pada hal dalam penataan ruang
kebijakan-kebijakan


telah

mengakomodasi

prinsip-prinsip

utama

menuju

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) seperti prinsip-prinsip
keterpaduan, keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
Pembangunan di satu pihak menunjukkan dampak positif terhadap
lingkungan dan masyarakat seperti tersedianya jaringan jalan, telekomunikasi,
listrik, air, kesempatan kerja serta produknya sendiri memberi manfaat bagi
masyarakat luas dan juga meningkatkan pendapatan bagi langsung dapat
menikmati sebagian dari hasil pembangunannya. Di pihak lain apabila
pembangunan ini tidak diarahkan akan menimbulkan berbagai masalah seperti
konflik kepentingan, pencemaran lingkungan, kerusakan, pengurasan sumberdaya

alam, masyarakat konsumtif serta dampak sosial lainnya yang pada dasarnya
merugikan masyarakat.
Pembangunan industri pada gilirannya membentuk suatu lingkungan
kehidupan zona industri. Dalam zona industri kehidupan masyarakat makin
berkembang, zona industri secara bertahap dilengkapi pembangunan sektor
ekonomi lain seperti peternakan, perikanan, home industry, dan pertanian
sehingga diperlukan rencana pembangunan wilayah berdasarkan konsep tata
ruang.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan rencana tata ruang ini untuk meningkatkan asas manfaat berbagai
sumberdaya

yang

ada

dalam


lingkungan

seperti

meningkatkan

fungsi

perlindungan terhadap tanah, hutan, air, flora, fungsi industri, fungsi pertanian,
fungsi pemukiman dan fungsi lain. Peningkatan fungsi setiap unsur dalam
lingkungan artinya meningkatkan dampak positif semaksimum mungkin
sedangkan

dampak

negatif

harus

ditekan


sekecil

mungkin.

Konsepsi

pembangunan wilayah dengan dasar tata ruang sangat dibutuhkan dalam upaya
pembangunan industri berwawasan lingkungan.
Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari
alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan (misalnya udara dan iklim, air dan tanah).
Wardhana (2001) menyampaikan bahwa aktifitas pembangunan akan
menghasilkan dampak, baik pada manusia ataupun lingkungan hidup. Dampak
terhadap manusia yakni meningkat atau menurunnya kualitas hidup manusia,
sedangkan dampak bagi lingkungan yakni meningkat atau menurunnya daya
dukung alam yang akan mendukung kelangsungan hidup manusia.
Bintaro dalam Khairuddin (2000) memaparkan dampak dari upaya
pengembangan suatu kota yang dilakukan berdasarkan pada peran dan fungsi kota
melalui suatu kebijakan pembangunan kota pada aspek fisik dapat meliputi

meningkatnya intesitas penggunaan lahan kota, meningkatknya penyediaan sarana
dan prasarana kota, serta menurunnya kualitas lingkungan kota.
Perkembangan kota menurut Bintarto dalam Khairuddin (2000),
mempunyai dua aspek pokok yakni aspek yang menyangkut perubahan-perubahan
yang dikehendaki oleh warga kota dan kemudian menyangkut perluasan kota.

Universitas Sumatera Utara

Aspek perubahan yang dikehendaki oleh warga kota lebih merupakan pemenuhan
kebutuhan prasarana dan fasilitas hidup di kota. Pembangunan kota umumnya
sangat menekankan pada segi fisik, seperti pembangunan prasarana kota dan
perluasan wilyah kota.
Chappin (1979), menyatakan bahwa pada dasarnya penggunaan lahan
berkaitan dengan sistem aktivitas manusia (individu dan rumah tangga) dan
aktivitas institusi (swasta dan lembaga pemerintah) yang masing-masing berbeda
dalam kepentingan sehingga mengakibatkan terciptanya pola-pola keruangan
dalam suatu kota. Perkembangan kota secara fisik dapat dicirikan dari
pertambahan penduduknya yang semakin padat, bangunan yang semakin rapat
dan wilayah terbangun, terutama pemukiman yang cenderung meluas, serta
lengkapnya fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial ekonomi.

Kuncoro (2003) menyampaikan pembangunan merupakan upaya sadar
untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya, guna meningkatkan mutu
kehidupan rakyat. Sedangkan menurut Tadaro dalam Munir (2002) menyatakan
bahwa pembangunan merupakan proses menuju perbaikan taraf kehidupan
masyarakat secara menyeluruh dan bersifat dinamis.
Birokrasi perizinan hingga saat ini dirasakan belum sepenuhnya berjalan
efisien dan efektif. Padahal perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang
atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar
usaha sangat dibutuhkan oleh setiap pelaku usaha.Permasalahan birokrasi
perizinan yang tidak efektif dan efisien ini, disinyalir dapat mengancam dan
menghambat kegiatan investasi atau pembangunan ekonomi nasional maupun

Universitas Sumatera Utara

daerah, karena investasi merupakan kunci pembangunan nasional dan daerah serta
memiliki kontribusi penting dalam perekonomian daerah.
Wijoyo

(2012)


memaparkan

sebagai

konsekuensi

dari

adanya

pertumbuhan penduduk yang pesat, diperlukan adanya pembangunan berbagai
sarana dan prasarana untuk melayani kepentingan masyarakat yang terus
meningkat. Karena itu, pelaksanaan pembangunan di segala sektor kehidupan,
sangatlah penting dalam menunjang perkembangan pembangunan suaru daerah.
Berhubungan dengan hal tersebut, pemerintah dituntut dapat mengatur jalannya
pembangunan, khususnya pembangunan fisik dengan menetapkan peraturanperaturan tentang cara pelaksanaan pembangunan guna terciptanya kondisi yang
dinamis.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara
yang


sedang

mengalami

perkembangan

pesat

dalam

pembangunan.

Perkembangan tersebut terlihat pada pertumbuhan pembangunan fisik seperti
gedung dan perumahan penduduk. Melihat kondisi ini, Pemerintah Daerah
Kabupaten Deli Serdang membuat Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2011 tentang
Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Pasal 3 ayat (1) Perda No.6 Tahun 2011 ini
menjelaskan bahwa Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB
adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan
untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan merawat
bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang

berlaku.

Universitas Sumatera Utara

IMB merupakan salah satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan
tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan,
sekaligus kepastian hukum. IMB akan melegalkan suatu bangunan yang
direncanakan sesuai dengan Tata Ruang yang telah ditentukan. Selain itu, adanya
IMB menunjukkan bahwa rencana kostruksi bangunan tersebut juga dapat
dipertanggung jawabkan dengan maksud untuk kepentingan bersama.
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam Pengurusan IMB ini telah
menunjuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) Kabupaten
Deli Serdang sebagai instansi pelaksananya. Dalam implementasi di lapangan,
banyak masalah yang terjadi dalam penegakan Perda tersebut. Tidak jarang aturan
yang telah disepakati dilanggar oleh aparatur yang bertugas. Pelayanan yang
diberikan oleh aparat dinilai lambat dan tidak adanya ketepatan dalam
penyelesaian pengurusan. Waktu pengurusan yang seharusnya diberikan
berjangka 3-4 minggu, namun yang terjadi sampai tiga bulan lamanya. Jika
masyarakat jika ingin pengurusan cepat selesai, maka masyarakat harus
mengeluarkan biaya yang lebih. Maka terjadilah apa yang disebut sebagai
pungutan liar. Ditambah lagi sanksi yang dikenakan pun belum maksimal
diterapkan.
Pelayanan dianggap berkualitas apabila tidak menimbulkan keluhan dari
masyarakat yang di layani. Tjiptono (2009) memaparkan, setiap organisasi jasa
harus mendefinisikan kualitas berdasarkan tujuan, harapan, budaya, dan
pelanggannya masing-masing. Artinya suatu pelayanan yang berkualitas apabila
di dalam pelayanan itu terdapat kesesuian dengan persyaratan yang telah
ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara

Moenir (2001) menyampaikan pelayanan berkualitas adalah pelayanan
yang bebas dari kerusakan yang pada akhirnya dapat memuaskan penerima
pelayanan.
Dewasa ini, bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan, karena pembangunan yang kita laksanakan itu jelas merupakan
rangkaian gerak perubahan menuju kepada kemajuan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan

mayarakat

baik

materil

maupun

sprituil.

Realisasi

dari

pembangunan yang telah dilaksanakan di Indonesia dapat kita temui dari adanya
pembangunan sarana dan prasarana seperti pembangunan perumahan rakyat,
jembatan, jalan raya, pelabuhan dan lain sebagainya. Pembangunan ini juga
menghendaki adanya hukum yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
terwujudnya usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Indonesia adalah negara hukum, maka pembangunan yang sedang dilaksanakan
tidaklah terlepas dari peraturan hukum yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Dalam kenyataannya peraturan hukum yang berkaitan dengan masalah
pembagunan terdapat didalam banyak peraturan, sehingga menimbulkan kurang
adanya kepastian hukum.
Untuk melaksanakan pembangunan tempat tinggal baik yang dilakukan
oleh pribadi maupun pihak swasta yang mempunyai bidang usaha di bidang
pembangunan diperlukan izin yang dikenal dengan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB). Namun kenyataannya dapat kita lihat khususnya di Kabupaten Deli
Serdang khususnya Kecamatan Sunggal banyak masyarakat yang belum
menyadari pentingnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari instansi yang
berwenang.

Universitas Sumatera Utara

Kadang-kadang sebagian masyarakat itu mendirikan, menambah atau
mengurangi suatu bangunan tanpa mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
dengan alasan yang bermacam-macam seperti tingginya biaya pengurusan,
prosedur yang berbelit-belit dan sebagainya.
Tjahyadi
pembangunan

dalam
tentu

Supriyatna
akan

(2002)

mempengaruhi

menyampaikan

setiap

keseimbangan

proses

lingkungan.

Pembangunan yang semakin meningkat akan mendesak sumber daya dan ruang,
akibatnya dalam penggunaan ruang dan lahan untuk kegiatan pembangunan
banyak menimbulkan berbagai masalah seperti :
1. Menurunnya mutu lingkungan hidup karena pemanfaatan lahan yang tidak
sesuai dengan kemampuan daya dukung alam atau pemanfaatan yang
berlebihan dan bahkan merusak, baik dalam jangka pendek maupun
panjang.
2. Banyak kawasan yang seharusnya berfungsi lindung dimanfaatkan untuk
kegiatan-kegiatan yang mengganggu fungsi lindung tersebut.
3. Adanya benturan kepentingan dalam penggunaan lahan, karena beberapa
pihak sama-sama merasa lebih berhak menggunakan kawasan tersebut.
4. Adanya perkembangan kota dan pemukiman baru yang tak terkendali telah
menimbulkan permasalahan di kawasan itu maupun kawasan lain.
Sehubungan dengan hal di atas, berbagai macam usaha pembangunan di
kota telah dilaksanakan di Indonesia selama ini. Namun secara umum diketahui
pula bahwa di balik hasil pembangunan fisik kota yang menunjang kesejahteraan
masyarakat, tidak sedikit pula dampak pembangunan yang dirasa merugikan
kehidupan fisik dan psikhis masyarakat seperti runtuhnya bangunan ruko yang

Universitas Sumatera Utara

mengenai rumah warga sehingga menyebabkan korban terluka parah ,namun
dibalik itu juga dibangunnya pembangunan ruko di daerah tanah-tanah resapan
sehingga pada saat hujan turun menyebabkan terjadinya banjir di lingkungan
masyarakat.
Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang tampaknya memang lebih senang
membangun pusat kota dengan berbagai fasilitas modern yang tidak berdampak
langsung pada masyarakat di pinggiran kota. Pembangunan yang terfokus di pusat
kota hanya akan memperluas kesenjangan sosial antara warga di inti dan warga
pinggiran kota. Minimnya perencanaan Pemkab Deli Serdang untuk membangun
Desa yang berkesinambungan akan menimbulkan persoalan di kemudian hari.
Kalau paradigma pembangunan Deli Serdang tidak segera diubah, apa yang
menjadi persoalan di Jakarta sekarang pasti akan segera terjadi di Deli Serdang,
sehingga sangat tidak sebanding pembangunan kota dengan nilai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2016 sudah
mencapai Rp 3,5 triliun.
Namun hingga kini masih saja terdapat berbagai permasalahan dalam Izin
Mendirikan Bangunan, masyarakat masih kebanyakan tidak tahu menahu dengan
yang dinamakan IMB, karena mungkin kurangnya penggerak atau penyadar dari
pemerintah itu sendiri. Mungkin di indonesia ini, khususnya di Kecamatan
Sunggal, IMB belum terlalu di disiplinkan sehingga banyak masyarakat yang
membangun bangunan dengan tanpa IMB tersebut akhirnya yang dirugikan adalah
pihak ke-2 ke-3 dan seterusnya.

Universitas Sumatera Utara

Kerugian tersebut yaitu dengan tanpa disadari oleh si pembuat bangunan
tersebut, seperti contohnya dalam penataan denah bangunan yang menimbulkan
akses jalan atau saluran paret juga saluran listrik terganggu dan masih banyak
yang lainnya. Lain halnya jika masyarakat mengajukan IMB dengan disiplin,
maka bisa jadi penataan kota di tempat tersebut bisa berjalan dengan baik, dan
sedikit kemungkinan kerugian dapat di timbulkan.
Dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang,
sebagai daerah dalam upaya mewujudkan Deli Serdang yang maju, berdaya saing,
religius, dan bersatu dalam kebhinnekaan.

1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada latar belakang diatas,

memperlihatkan bahwa kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan kegiatan
pelayanan publik masih lemah. Peran Birokrasi dalam pemberian pelayanan
publik yang efisien belum dapat dilakukan, apa kendala yang muncul dalam
Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan terhadap Lingkungan Hidup yang
terjadi di kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dan solusi apa yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.
Melihat hal tersebut maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana

Proses

Pemberian

dan

Persyaratan-persyaratan

untuk

memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB) terhadap Lingkungan
Hidup di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang ?

Universitas Sumatera Utara

2. Apa hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) baik bagi masyarakat maupun Pemerintah Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang ?
3. Bagaimana hubungan antara Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang ?
4. Bagaimana Dampak Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang ?

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran utama yang ingin dicapai seorang

peneliti melalui kegiatan penelitian. Sebab tanpa tujuan, kegiatan yang ingin
dilaksanakan tidak akan mempunyai arah yang jelas. Maka berdasarkan rumusan
masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa sejauh mana Proses Pemberian dan
Persyaratan-persyaratan dalam memperoleh Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang.
2. Untuk mengkaji sejauhmana hambatan-hambatan yang timbul dalam
pelaksanaan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) baik bagi
masyarakat maupun Pemerintah Kecamatan Sunggal sebagai pemberi
keputusan sehingga dapat diterbitkannya Izin Mendirikan Bangunan.

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui dan menganalisa hubungan antara Izin Mendirikan
Bangunan dengan pengelolaan Lingkungan Hidup di Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang ?
4. Untuk mengetahui dan menganalisa Dampak Pemberian Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang ?

1.4.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan sejumlah manfaat kepada beberapa pihak, baik

secara teoritis maupun secara praktis, manfaat tersebut adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut untuk
melahirkan beberapa konsep ilmiah yang pada gilirannya diharapkan dapat
memberi manfaat dalam bidang ilmu pengetahuan umumnya, terutama yang
berhubungan dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Lingkungan
Hidup.
2. Secara praktis
a. Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang sebagai pemberi Keputusan di jajaran Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang terutama dari segi pemberian izin mendirikan
bangunan (IMB) kepada perusahaan dan masyarakat yang akan
mendirikan bangunan.
b. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang untuk memahami proses
pemberian dan persyaratan-persyaratan utuk memperoleh Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) dalam hubungannya dengan Lingkungan Hidup.

Universitas Sumatera Utara

c. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah wawasan ilmu
terutama dalam bidang pembangunan, khususnya mengenai aspek
pembangunan dari pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) terhadap
Lingkungan Hidup.
3. Bagi Peneliti
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Magister
Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara