Teknik-Teknik Dasar Memanah Bagi Pemula

(1)

4 BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG MEMANAH

2.1 Sejarah Olahraga Memanah Di Jepang

Olahraga memanah merupakan seni belah diri di Jepang. Pada awalnya fungsi memanah sebagai alat untuk bertahan hidup (berburu) dan alat untuk berperang, tetapi seni memanah ini berubah fungsinya sesuai dengan zamannya menjadi seni olahraga. Pada zaman pra-sejarah dulu, manusia sudah mulai mengenal panah di daerah Afrika sebagai alat berburu mereka. Namun, sampai saat ini belum ada yang mengetahui dengan pasti sejak kapan panah mulai digunakan. Data dari buku-buku kuno menunjukkan panahan mulai digunakan 2100 SM dibuktikan dengan ditemukannya seorang prajurit mesir kuno yang mati karena tertembus anak panah. Selain itu, sekitar 1600 SM panah sudah mulai berkembang dalam pemakaiannya. Tak hanya sebagai alat berburu, pada saat itu alat ini juga sudah digunakan sebagai senjata perang, bahkan hingga sat ini ada ada suku-suku primitif yang menggunakan busur dan panah dalam mempertahankan kehidupannya. Di abad ke-6 pada periode samurai jepang Cina memperkenalkan olahraga memanah ke Jepang, di Jepang olahraga memanah disebut sebagai seni. Seni memanah dalam bahasa Jepang adalah kyujutsu. Pada saat itu banyak orang Jepang mulai berlatih dan meningkatkat ketrampilannya pada seni ini, alasannya adalah untuk membantu pertahanan negara.


(2)

5

2.2 Perkembangan Olahraga Memanah Di Jepang 2.2.1 Periode Prasejarah

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa penduduk Jepang awalnya mengenal budaya pemburu-pengumpul makanan sebagai pertahanan hidup mereka disebut Jomon. Ketika zaman Jomon Jepang dulu menggunakan peralatan primitive, di zaman ini pula sudah di kenal pembuatan alat-alat dari batu dan besi sebagai alat berburu, seperti busur. Masyarakat zaman ini yang bergantung pada penggunaan busur. Tetapi kemungkinan bahwa mereka menggunakan busur untuk melindungi diri mereka ketika ada musuh menyerang.

Pada waktu itu busur adalah alat yang paling canggih yang awalnya di miliki oleh pria Jepang. Dan pada zaman jomon, tempat tinggal mereka di daratan tinggi. Rumahnya didirikan dengan cara menggali tanah dan di tengah-tengahnya dibuat tiang penyangga atap. Atap yang terbuat dari rerumputan yang di sebut dengan tate ana shiki jukyo. Mereka tinggal dalam kelompok kecil dan hidup dari hasil berburu serta menangkap ikan.

2.2.2 Periode Kuno

Seiring dengan zaman, Jepang mulai mengadopsi panahan bukan hanya sebagai berburu tetapi sebagai ritual mereka pada saat upacara-upacara kebudayaan mereka dan juga sebagai alat perang mereka. Kemudian periode ini Jepang didominasi oleh budaya Yayoi, zaman Yayoi ditandai dengan lahirnya masyarakat petani yang dibawa dari budaya Cina. Akibat adanya teknologi pertanian, maka di zaman ini sudah dikenal peralatan pertanian dari logam. Dengan di kenalnya kebudayaan pertanian, akibatnya terjadi perubahan pola


(3)

6

kehidupan masyarakat. Pada masyarakat hidup di Jomon yang hidup berkelompok-kelompok kecil kini masyarakat tidak lagi bisa hidup berkelompok karena akan mengalami kesulitan memenuhi nafkah, sementara pertanian dapat menjamin pendapatan yang tetap sehingga memungkinkan masyarakatnya untuk tinggal bersama dengan jumlah kelompok besar yang bersifat kotong royong. Hal mengakibatkan semakin berkembangnya strata social dalam masyarakat dengan perkembangan ini melahirkan adanaya orang kaya dan oranag miskin, orang berkuasa dan orang tidak berkuasa.

Pada zaman yayoi ini sudah ditemuakan pemerintah pusat di Jepang yang di sebut Yamato Chotei, dan rajanya di sebut dengan Tenno. Akan tetapi seiring waktu masa pemerintahannya telah berkhir ia meninggal dunia dan kekuasaannya di gantikan oleh anaknya Nakatomi Nokamatari. Pada perkembangan periode ini busur sebagai alat berburu kini menjadi sistem politik, jelas terlihat bahwa para penduduk desa yang bertani kini di paksa untuk menghabiskan waktu untuk bekerja, seperti bertani dan memancing untuk mengumpulkan upeti upaya membantu ekonomi negara mereka. Hal ini jelas menggambarkan bahwa bahkan dalam tahap awal pengembangan negara Jepang adalah dari busur, hingga sampai digunakan sebagai simbol otoritas dan kesatuan politik.

2.2.3 Periode Feodal

pada tahun 1180-1185) penggunaan busur meningkat secara dramatis menjadi sebagai ajang alat perang yang semakin banyak menciptakan prajurit-prajurit hebat. Dan sampai terjadinya perang Gempei anatara Minamoto no Yoritomo dan nasu no Yoichi. Ada banyak cerita waktu itu yang menceritakan


(4)

7

tentang eksploitasi pemanah prajurit menyangkut Minamoto no Tametomo dan nasu no Yoichi yang membuat terjadinya pertikaian antara dua keluarga tersebut. Minamoto no Tametomo dikatakan sebagai orang yang sangat besar dan kuat dengan adanya panah yang hebat dan bagus ia mampu mengalahkan prajurit Nasu no Yoichi.

Pada 1192 Minamoto no Yoritomo ini ia berhasil mengkonsolidasikan kekuasaannya sehingga ia menguasai seluruh negeri dari Markas besar di Kamakura dan mempengaruhi seluruh masyarakat Jepang saat itu. Pada saat itu Yoritomo mulai memulai latihan memanah ketat untuk prajurit dan menambah prajurit baru untuk di latih, hingga sampai di ajarkannya prajurit pemanah berkuda untuk persiapan berperang ketika musuh menyerang. Dari signifikasi ini membu ktikan bahwa pengembangan panahan Jepang yang semakin meluas di Jepang.

2.2.4 Periode Transisi

Dari zaman yang semakin berubah masyarakat umum Jepang menambah praktek memanah dengan jumlah yang semakin meningkat. Menurut beberapa sumber, Morikawa Kozan pendiri modern Yamato Ryu, pertama kali menciptakan kata "kyudo", pada saat itu kyujutsu di ubah menjadi kata Kyudo (seni panahan Jepang).

Era Meiji (1868-1912) melihat Jepang memulai program modernisasi dengan semakin pekanya masyarakat Jepang pada seni memanah. Dengan menambahkan di sekolah-sekolah tradisional berlatih memanah dan dan mengajarkan meode-metode baru. Dari abad ke abad yang sudah berlalu, seorang Honda Toshizane instruktur kyudo di Universitas Kekaisaran Tokyo, menciptakan


(5)

8

metode gaya cepat penembakan kepada murid-murid agar menjadi prajurit yang tangguh di kemudian hari. Tentu saja, sekolah-sekolah tradisional mendukung metode baru. Dan pada saat itu, ajaran-ajarannya menyebar di luar sistem sekolah. Honda Toshizane diakui sebagai salah satu master kyudo paling berpengaruh dari zaman modern. Beberapa orang mengatakan bahwa ia tidak hanya bertanggung jawab untuk mengubah arah panahan Jepang tetapi juga untuk memastikan kelangsungan hidup masyarakat Jepang.

2.2.5 Periode Modern

Sejarah seni pahanan Jepang terus menjadi subjek pembahasan, sekarang pada zaman ini penggunaan busur telah berubah fungsi, tidak lagi di gunakan sebagai alat pertempulan akan tetapi, sebagai seni olahraga. Masyarakat Jepang mendapat julukan dari berbagi penjuruh sebagai negara modern di bidang olahraga. Oleh karena itu masyarakat Jepang banyak mendirikan sekolah-sekolah untuk belajar mengetahui tentang seni memanah dengan tujuan berbagai macam, seperti di ajarkan sebagi militer, sebagi untuk upacara-apacara tertentu, sebagai atlet dunia dan ada juga hanya sebagi hobbi semata, baik pria maupun kaum wanita. Tidak hanya sekolah pada zaman ini masyarakat Jepang juga banyak mendirikan sebuah Dojo (tempat berlatih memanah) sebagai tempat latihan mereka. Dan bahkan beberapa dari murid-murid ini menciptakan clup-clup berlatih, karena mereka antusias ingin ikut di ajang perlombaan seni olahraga memanah, bahkan tingkat internasional hingga pada saat ini.


(6)

9

2.3 Peralatan Dan Aksesoris memanah

Dalam seni memanah ada beberapa peralatan dan aksesoris yang di pergunakan di antaranya adalah:

A. Busur Jepang (Yumi)

Yumi merupakan busur tradisional yang berasal dari Jepang. Yumi digunakan dalam seni memanah, dan pada zamannya senjata ini digunakan oleh Jepang dalam berperang dan berburu. Busur jepang memiliki bentuk yang khas, berbeda dengan busur di seluruh dunia karena berbentuk asimetrik dan memiliki dimensi yang sangat panjang yaitu sekitar 2 meter. Busur ini ada beberapa variasi tergantung pada busurnya. Ada yang terbuat dari jeroan rusa, kayu,dan bambu yang berkualitas dan ada juga terbuat dari besi agar lebih tahan lama dalam penggunaannya.

B. Tali Busur

Pada dasarnya pilihan tsuru yang baik adalah tergantung pada pilihan individu pemanah, jenis tsuru mana yang sesui dengan kebutuhan dan keamanan pemanah, karena jenis tali busur ini ada bermacam-macam jenis. Dan panjang tali busur ini di tentukan panjang pada busur.

C. Kepala Panah (Yajiri)

Mata panah ini dibuat dari besi, kaca, batu, tulang maupun bahan keras lainnya. fungsi dari kepala panah ini adalah untuk melindungi batang atau badan


(7)

10

anak panah dalam mengenai target sasaran. Kepala panah ini di runcingkan di ujungnya agar lebih mudah menancapkan target.

D. Nock (Hazu)

Nock ini digunakan untuk tempat penyimpanan anak panah dengan penutup bulu. Nock ini terbuat dari tanduk rusa dan bambu yang berkualitas, berguna untuk melindungi anak panah agar tetap pada tempatnya. Dulu prajurit Jepang nock ini digunakan sebagai tempat penyimpanan anak panah, juga di gunakan untuk penyimpanan bekal seperti, kepalan nasi, sake dan jenis makanan lain, sebelum pertempuran di mulai.

E. Bulu (Hane)

Bulu ini biasanya bervariasi dan menurut kualitasnya. Sebagian bulu berasal dari bulu elanng, rajawali, angsa, dan kalkun. Kualitas bulu ini sangat bervariasi berdasarkan jenis burung dan jenis bulu. Yang sangat baik adalah bulu ekor luar elang. Fungsinya untuk melindungi anak panah di dalam nock, untuk menjaga keseimbangan pada panah, dan juga untuk member hiasan pada anak panah dan lain-lain.

F. Sarung Tangan (Yugake)

Seorang pemanah membutuhkan sarung tangan untuk melingdungi tangan jari-jari baik ibu jari telunjuk saat memegang busur, terutama di gunakan untuk tangan kanan karena tangan kanan di gunakan untuk menarik busur. Sarung tangan ini dibuat dari kulit rusa. Pada dasarnya ada tiga jenis yugake yang biasa


(8)

11

di gunakan yaitu: Mitsugake (sarung tanagn tiga jari), Yotsugake (sarung tangan emapat jari), dan Morogake (sarung tangan lima jari) akan tetapi memliki fungsi yang sama.

2.4 Peraturan Olahraga Memanah

1. Ketentuan Umum

• Perlombaan diatur oleh pengatur pemanah

• Latihan penembakan diperkenankan dilakukan setiap hari

• Lima belas menit latihan penembakan dihentikan sebelum perlombaan dimulai.

• Kompetisi olahraga dapat di lakaukan di dalam ruangan atau diluar ruangan.

2. Ketentuan Khusus

• Pemanah dapat menembakan 3 anak panah dengan 2 menit atau 6 anak panah dengan 4 menit setiap rambahan tergantung pada peraturan yang di tentukan.

• Jarak yang ditentukan adalah 30 meter atau 40 meter.

• Apabila ditembak oleh 3 pemanah (ABC), maka dapat dilakukan secara bersamaan dengan ketentuan yang ada.

• Penempatan pemanah di garis tembak ditentukan sebagai berikut: A (sebelah kiri), B (tengah), C (sebelah kanan).

• Apabila ditembak oleh 4 pemanah (A, B, C, D), maka pelaksanaannya dilakukan secara bergantian yaitu: AB – CD, CD – AB, AB – CD, CD –


(9)

12

AB dan seterusnya, dengan ketentuan hanya menembak 3 anak panah setiap rambahan.

• Setiap pemanah harus menembak dalam sikap berdiri tanpa alat bantu, garis tembak berada diantara kedua kaki atau di bawah kedua telapak kaki kecuali untuk orang-orang cacat.

3. Peraturan Perlombaan

• Apabila Seorang pemanah sudah berdiri digaris tembak tidak boleh menerima bantuan atau petunjuk, baik dengan kata-kata maupun cara-cara lain dari siapapun, kecuali untuk ada hal yang penting. Jika terjadi kecelakaan maka komisi wasit (KW) akan menentukan tindakan selanjuntnya atau apabila tembakan merosot, maka terserah pada KW tindakan apa yang di tentukan.

• Nilai-nilai yang di nilai dari setiap pemain dicacat pada lembar skor yang gol. Sebelum penilaian tidak diperbolehkan untuk menyentuh panah. Ketika konflik timbul dalam penilaian, seorang hakim dipanggil dan ia akan memerintah di mana panah kebohongan.


(1)

7

tentang eksploitasi pemanah prajurit menyangkut Minamoto no Tametomo dan nasu no Yoichi yang membuat terjadinya pertikaian antara dua keluarga tersebut. Minamoto no Tametomo dikatakan sebagai orang yang sangat besar dan kuat dengan adanya panah yang hebat dan bagus ia mampu mengalahkan prajurit Nasu no Yoichi.

Pada 1192 Minamoto no Yoritomo ini ia berhasil mengkonsolidasikan kekuasaannya sehingga ia menguasai seluruh negeri dari Markas besar di Kamakura dan mempengaruhi seluruh masyarakat Jepang saat itu. Pada saat itu Yoritomo mulai memulai latihan memanah ketat untuk prajurit dan menambah prajurit baru untuk di latih, hingga sampai di ajarkannya prajurit pemanah berkuda untuk persiapan berperang ketika musuh menyerang. Dari signifikasi ini membu ktikan bahwa pengembangan panahan Jepang yang semakin meluas di Jepang.

2.2.4 Periode Transisi

Dari zaman yang semakin berubah masyarakat umum Jepang menambah praktek memanah dengan jumlah yang semakin meningkat. Menurut beberapa sumber, Morikawa Kozan pendiri modern Yamato Ryu, pertama kali menciptakan kata "kyudo", pada saat itu kyujutsu di ubah menjadi kata Kyudo (seni panahan Jepang).

Era Meiji (1868-1912) melihat Jepang memulai program modernisasi dengan semakin pekanya masyarakat Jepang pada seni memanah. Dengan menambahkan di sekolah-sekolah tradisional berlatih memanah dan dan mengajarkan meode-metode baru. Dari abad ke abad yang sudah berlalu, seorang Honda Toshizane instruktur kyudo di Universitas Kekaisaran Tokyo, menciptakan


(2)

8

metode gaya cepat penembakan kepada murid-murid agar menjadi prajurit yang tangguh di kemudian hari. Tentu saja, sekolah-sekolah tradisional mendukung metode baru. Dan pada saat itu, ajaran-ajarannya menyebar di luar sistem sekolah. Honda Toshizane diakui sebagai salah satu master kyudo paling berpengaruh dari zaman modern. Beberapa orang mengatakan bahwa ia tidak hanya bertanggung jawab untuk mengubah arah panahan Jepang tetapi juga untuk memastikan kelangsungan hidup masyarakat Jepang.

2.2.5 Periode Modern

Sejarah seni pahanan Jepang terus menjadi subjek pembahasan, sekarang pada zaman ini penggunaan busur telah berubah fungsi, tidak lagi di gunakan sebagai alat pertempulan akan tetapi, sebagai seni olahraga. Masyarakat Jepang mendapat julukan dari berbagi penjuruh sebagai negara modern di bidang olahraga. Oleh karena itu masyarakat Jepang banyak mendirikan sekolah-sekolah untuk belajar mengetahui tentang seni memanah dengan tujuan berbagai macam, seperti di ajarkan sebagi militer, sebagi untuk upacara-apacara tertentu, sebagai atlet dunia dan ada juga hanya sebagi hobbi semata, baik pria maupun kaum wanita. Tidak hanya sekolah pada zaman ini masyarakat Jepang juga banyak mendirikan sebuah Dojo (tempat berlatih memanah) sebagai tempat latihan mereka. Dan bahkan beberapa dari murid-murid ini menciptakan clup-clup berlatih, karena mereka antusias ingin ikut di ajang perlombaan seni olahraga memanah, bahkan tingkat internasional hingga pada saat ini.


(3)

9

2.3 Peralatan Dan Aksesoris memanah

Dalam seni memanah ada beberapa peralatan dan aksesoris yang di pergunakan di antaranya adalah:

A. Busur Jepang (Yumi)

Yumi merupakan busur tradisional yang berasal dari Jepang. Yumi digunakan dalam seni memanah, dan pada zamannya senjata ini digunakan oleh Jepang dalam berperang dan berburu. Busur jepang memiliki bentuk yang khas, berbeda dengan busur di seluruh dunia karena berbentuk asimetrik dan memiliki dimensi yang sangat panjang yaitu sekitar 2 meter. Busur ini ada beberapa variasi tergantung pada busurnya. Ada yang terbuat dari jeroan rusa, kayu,dan bambu yang berkualitas dan ada juga terbuat dari besi agar lebih tahan lama dalam penggunaannya.

B. Tali Busur

Pada dasarnya pilihan tsuru yang baik adalah tergantung pada pilihan individu pemanah, jenis tsuru mana yang sesui dengan kebutuhan dan keamanan pemanah, karena jenis tali busur ini ada bermacam-macam jenis. Dan panjang tali busur ini di tentukan panjang pada busur.

C. Kepala Panah (Yajiri)

Mata panah ini dibuat dari besi, kaca, batu, tulang maupun bahan keras lainnya. fungsi dari kepala panah ini adalah untuk melindungi batang atau badan


(4)

10

anak panah dalam mengenai target sasaran. Kepala panah ini di runcingkan di ujungnya agar lebih mudah menancapkan target.

D. Nock (Hazu)

Nock ini digunakan untuk tempat penyimpanan anak panah dengan penutup bulu. Nock ini terbuat dari tanduk rusa dan bambu yang berkualitas, berguna untuk melindungi anak panah agar tetap pada tempatnya. Dulu prajurit Jepang nock ini digunakan sebagai tempat penyimpanan anak panah, juga di gunakan untuk penyimpanan bekal seperti, kepalan nasi, sake dan jenis makanan lain, sebelum pertempuran di mulai.

E. Bulu (Hane)

Bulu ini biasanya bervariasi dan menurut kualitasnya. Sebagian bulu berasal dari bulu elanng, rajawali, angsa, dan kalkun. Kualitas bulu ini sangat bervariasi berdasarkan jenis burung dan jenis bulu. Yang sangat baik adalah bulu ekor luar elang. Fungsinya untuk melindungi anak panah di dalam nock, untuk menjaga keseimbangan pada panah, dan juga untuk member hiasan pada anak panah dan lain-lain.

F. Sarung Tangan (Yugake)

Seorang pemanah membutuhkan sarung tangan untuk melingdungi tangan jari-jari baik ibu jari telunjuk saat memegang busur, terutama di gunakan untuk tangan kanan karena tangan kanan di gunakan untuk menarik busur. Sarung tangan ini dibuat dari kulit rusa. Pada dasarnya ada tiga jenis yugake yang biasa


(5)

11

di gunakan yaitu: Mitsugake (sarung tanagn tiga jari), Yotsugake (sarung tangan emapat jari), dan Morogake (sarung tangan lima jari) akan tetapi memliki fungsi yang sama.

2.4 Peraturan Olahraga Memanah

1. Ketentuan Umum

• Perlombaan diatur oleh pengatur pemanah

• Latihan penembakan diperkenankan dilakukan setiap hari

• Lima belas menit latihan penembakan dihentikan sebelum perlombaan dimulai.

• Kompetisi olahraga dapat di lakaukan di dalam ruangan atau diluar ruangan.

2. Ketentuan Khusus

• Pemanah dapat menembakan 3 anak panah dengan 2 menit atau 6 anak panah dengan 4 menit setiap rambahan tergantung pada peraturan yang di tentukan.

• Jarak yang ditentukan adalah 30 meter atau 40 meter.

• Apabila ditembak oleh 3 pemanah (ABC), maka dapat dilakukan secara bersamaan dengan ketentuan yang ada.

• Penempatan pemanah di garis tembak ditentukan sebagai berikut: A (sebelah kiri), B (tengah), C (sebelah kanan).

• Apabila ditembak oleh 4 pemanah (A, B, C, D), maka pelaksanaannya dilakukan secara bergantian yaitu: AB – CD, CD – AB, AB – CD, CD –


(6)

12

AB dan seterusnya, dengan ketentuan hanya menembak 3 anak panah setiap rambahan.

• Setiap pemanah harus menembak dalam sikap berdiri tanpa alat bantu, garis tembak berada diantara kedua kaki atau di bawah kedua telapak kaki kecuali untuk orang-orang cacat.

3. Peraturan Perlombaan

• Apabila Seorang pemanah sudah berdiri digaris tembak tidak boleh menerima bantuan atau petunjuk, baik dengan kata-kata maupun cara-cara lain dari siapapun, kecuali untuk ada hal yang penting. Jika terjadi kecelakaan maka komisi wasit (KW) akan menentukan tindakan selanjuntnya atau apabila tembakan merosot, maka terserah pada KW tindakan apa yang di tentukan.

• Nilai-nilai yang di nilai dari setiap pemain dicacat pada lembar skor yang gol. Sebelum penilaian tidak diperbolehkan untuk menyentuh panah. Ketika konflik timbul dalam penilaian, seorang hakim dipanggil dan ia akan memerintah di mana panah kebohongan.