Analisis Yuridis Tentang Tanggung Jawab Pengurusan Harta Kekayaan Orang Hilang Menurut Hukum Islam (Studi Penetapan 137 Pdt.P 2013 Ms-Bnd)

ABSTRAK

Mafqud adalah orang yang terputus beritanya sehingga tidak diketahui hidup
atau meninggal dunia. Dalam kajian fikih Islam, penentuan status mafqud, apakah
yang bersangkutan masih hidup atau sudah meninggal dunia sangat penting karena
menyangkut banyak aspek, antara lain dalam hukum kewarisan. Sebagai ahli waris,
mafqud berhak mendapatkan bagian sesuai statusnya, apakah ia sebagai dzawil furud
atau sebagai dzawil asobah. Sedangkan sebagai pewaris, tentu ahli warisnya
memerlukan kejelasan status meninggal dunianya, karena status ini merupakan salah
satu syarat untuk dapat dikatakan bahwa kewarisan mafqud bersangkutan sebagai
telah terbuka. Dalam menetapkan status bagi mafqud (apakah ia masih hidup atau
meninggal dunia), para ulama fikih cenderung memandangnya dari segi positif, yaitu
dengan menganggap orang yang hilang itu masih hidup, sampai dapat dibuktikan
dengan bukti-bukti bahwa ia telah meninggal dunia
Jenis penelitian tesis ini menggunakan penelitian yuridis normatif, yang
bersifat deskriptif analitis, Sumber data yang diperoleh dengan mengumpulkan data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara
sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah studi kepustakaan dan wawancara, yang selanjutnya dianalisis
secara kualitatif.

Dari hasil penelitian diketahui, Apabila seseorang mafqud meniggalkan harta
kekayaan, maka ahli waris yang ditinggalkan tidak dapat langsung membagi-bagi
harta kekayaan tersebut, ahli waris bertanggung jawab untuk mengurus, memelihara,
menjaga, merawat harta kekayaan yang ditinggalkan mafqud, harta tersebut
dibekukan atau di mafquf kan sampai mendapatkan kepastian hukum mafqud. Upaya
hukum yang dapat dilakukan ahli waris terhadap harta kekayaan mafqud adalah ahli
waris dapat mengajukan permohonan penetapan ke Peradilan Agama untuk
mendapatkan penetapan ahli waris. Selanjutnya apabila seorang mafqud
meninggalkan harta kekayaan tetapi tidak diketahui pemilik dan ahli warisnya , maka
semua harta dikelola oleh Badan Amil Zakat Nasional, khusus di Aceh oleh Baitul
Mal ( QanunNomor 10 Tahun 2007). Pertimbangan hukum hakim menetapkan ahli
waris dalam penetapan Mahkamah Syariah Nomor 137/Pdt.P/2013/Ms-Bna
berdasarkan bukti surat keterangan ahli waris yang di sahkan oleh Geucihik Gampong
Lampaseh Aceh Nomor 470/LPS/MRX/2013 dan pemohon memiliki hubungan nasab
dengan pewaris berdasarkan Pasal 174 ayat 1 huruf a Kompilasi Hukum Islam sudah
tepat, pewaris dengan ahli waris memiliki hubungan nasab Al-Hawasiy ( kerabat
samping ), karena selain bukti-bukti tersebut penetapan ahli waris dapat dilihat dari
syarat mewarisi. Syarat mewarisi yang salah satunya yaitu meninggalnya seseorang
(pewaris) baik secara hakiki maupun secara hukum (misalnya dianggap telah
meninggal dunia). Selanjutnya dalam hal menetapkan anak kandung keempat

meninggal dunia akibat gempa bumi dan gelombang tsunami, hakim dengan
i

Universitas Sumatera Utara

pertimbangan hukumnya berdasarkan surat keterangan meninggal dunia Nomor :
12/IV/LPS/MRX/2013, selain bukti tersebut hakim berijtihad berdasarkan keterangan
para saksi serta melihat kepergian yang bersangkutan dilatar belakangi atau
bersamaan dengan suatu peristiwa yang sangat memungkinkan meninggalnya yang
bersangkutan dan patut di duga yang bersangkutan tidak dapat menyelamatkan diri
yaitu dengan adanya bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami.

Kata Kunci : Tanggung Jawab, Harta Kekayaan, Orang Hilang

ii

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT


Mafqud is a missing person who is not known whether he is still alive or dead.
In the Islamic fiqh, determining the status of mafqud is very important since it is
related to many aspects, and one of them is inheritance law. As an heir, a maqfud has
the right to have his share according to his status, as a dzawil furud or a dzawil
asobah. Meanwhile, the testator, of course, needs to know whether his heir is really
dead because it is one of the requirements for a mafqud to get inheritance. In
determining the status of a mafqud (whether he is dead or still alive), fiqh scholars
tend to consider it positively that the missing person is still alive until it can be
proved that he is already dead.
The research used judicial normative and descriptive analytic methods. The
data consisted of primary and secondary data. Primary data were gathered by
conducting interviews and library study and secondary data were obtained from
primary, secondary, and tertiary legal materials. The gathered data were analyzed
qualitatively.
The result of the research showed that when a maqfud left an inheritance, his
heirs could not directly distribute it; they had to take care of it and it was ‘frozen’ or
mafquf until there was a certainty in mafqud law. Legal remedy which could be
attempted by heirs to get mafqud inheritance was by filing a request for a ruling from
the Religious Court for their status as heirs. When a mafqud leaves an inheritance
but the heirs are unknown, it will be managed by BAZNAS (the National Tithe Board,

particularly in Aceh, it is managed by Baitul Mal or State Treasury (Qanun No.
10/2007). Judge’s legal consideration in determining an heir in the Ruling of Sharia
Court No 137/Pdt.P/2013/Ms-Bna, based on the testimony and was validated
byGeucihik of Gampong Lampaseh No 470/LPS/MRX/2013 and the petitioner who
had Al-Hawasiy lineage (next of kin) with the testator because besides the evidence,
determining an heir can be seen from the requirements for being an heir which one of
them is the death of a person (testator), either in reality or in legality (for example, he
is considered to be dead). In determining the fourth biological child dies because of
earthquake and tsunami, the judge , in his legal consideration based on the Death
Certificate No 12/IV/LPS/MRX/2013, the judge interprets according to the witnesses’
testimony which stated that the child had gone or died since they assumed that the
child could not save his life from the earthquake or the tsunami.

Keywords: Responsibility, Property, Missing Person

iii

Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

TINJAUAN HUKUM TENTANG PENETAPAN WALI ADHAL MENURUT HUKUM PERKAWINAN Tinjauan Hukum Tentang Penetapan Wali Adhal Menurut Hukum Perkawinan (Studi tentang Penetapan Nomor 005/Pdt.P/2012/PA.Skh).

0 7 17

Tanggung Jawab Balai Harta Peninggalan dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998.

0 4 6

PEWARISAN HARTA KEKAYAAN ORANG YANG TIDAK DIKETAHUI KEBERADAANNYA KARENA HILANGNYA PESAWAT MENURUT HUKUM ISLAM DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.

0 1 1

Analisis Yuridis Tentang Tanggung Jawab Pengurusan Harta Kekayaan Orang Hilang Menurut Hukum Islam (Studi Penetapan 137 Pdt.P 2013 Ms-Bnd)

0 1 17

Analisis Yuridis Tentang Tanggung Jawab Pengurusan Harta Kekayaan Orang Hilang Menurut Hukum Islam (Studi Penetapan 137 Pdt.P 2013 Ms-Bnd)

0 0 22

Analisis Yuridis Tentang Tanggung Jawab Pengurusan Harta Kekayaan Orang Hilang Menurut Hukum Islam (Studi Penetapan 137 Pdt.P 2013 Ms-Bnd)

1 2 29

Analisis Yuridis Tentang Tanggung Jawab Pengurusan Harta Kekayaan Orang Hilang Menurut Hukum Islam (Studi Penetapan 137 Pdt.P 2013 Ms-Bnd)

0 0 4

ANALISIS YURIDIS TENTANG HARTA BERSAMA (GONO GINI) DALAM PERKAWINAN MENURUT PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

0 0 12

BAB II PENGURUSAN HARTA KEKAYAAN MILIK ANAK ANGKAT DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PERDATA A. Status dan Kedudukan Anak Angkat Menurut KUH Perdata - Analisis Yuridis Pengurusan Harta Kekayaan Anak Angkat Dibawah Umur pada WNI Keturunan Tionghoa (Studi Kasus P

0 0 23

PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB BALAI HARTA PENINGGALAN SEMARANG SEBAGAI KURATOR DALAM MELAKUKAN PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA KEKAYAAN DEBITOR PAILIT - Unika Repository

0 0 12