Analisis Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan di Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Teori Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi oleh seluruh

pemerintahan yang ada di dunia ini. Kemiskinan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Faktor tersebut antara lain
tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, lokasi goegrafis dan kondisi
lingkungan.
Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan
uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas. Chambers
(dalam Chriswardani Suryawati, 2005) mengatakan bahwa kemiskinan adalah
suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan
(proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi
darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan
(isolation), baik secara geografis maupun sosiologis.
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan
tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan

dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap
ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya
sendiri (Chriswardani Suryawati, 2005).
Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber
daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup, serta meningkatkan
kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari

Universitas Sumatera Utara

tingkat akses terhadap kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang sistem
politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau
dan menggunakan sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan dapat dilihat
dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam
mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas.
World Bank (2010) mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan dalam
kesejahteraan, dan terdiri dari banyak dimensi. Ini termasuk berpenghasilan
rendah dan ketidakmampuan untuk mendapatkan barang dasar dan layanan yang
diperlukan untuk bertahan hidup dengan martabat. Kemiskinan juga meliputi
rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan, akses masyarakat miskin terhadap
air bersih dan sanitasi, keamanan fisik yang tidak memadai, kurangnya suara, dan

kapasitas memadai dan kesempatan untuk hidup yang lebih baik itu.
Castells (1998) mengemukakan kemiskinan adalah suatu tingkat
kehidupan yang berada di bawah standard kebutuhan hidup, minimum agar
manusia dapat bertahan hidup. Adapun standard kebutuhan minimum dimaksud
pada umumnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan.
United Nations Development Programme (UNDP) mendefinisikan
kemiskinan sebagai kelaparan, ketiadaan tempat berlindung, ketidakmampuan
berobat ke dokter jika sakit, tidak mempunyai akses ke sekolah dan buta huruf,
tidak mempunyai pekerjaan, takut akan masa depan, hidup dalam hitungan harian,
ketidakmampuan

mendapatkan

air

bersih,

ketidakberdayaan,

tidak


ada

keterwakilan dan kebebasan.

Universitas Sumatera Utara

Kemiskinan terkait dengan masalah kekurangan pangan dan gizi,
keterbelakangan pendidikan, kriminalisme, pengangguran, prostitusi, dan maslahmasalah lain yang bersumber dari rendahnya tingkat pendapatan perkapita
penduduk. Kemiskinan merupakan masalah yang amat kompleks dan tidak
sederhana penangananya. Menurut Mulyono (2006), kemiskinan berarti ketiadaan
kemampuan dalam seluruh dimensinya (BAPPENAS, 2010).
Dengan

demikian,

kemiskinan

adalah


keadaan

dimana

terjadi

ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan.
Matias Siagian dalam bukunya yang berjudul “Kemiskinan dan Solusi”
membagi kemiskinan menjadi sepuluh jenis. Jenis-jenis kemiskinan tersebut
yakni:
1.

Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok
orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut
memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai
dengan harkat martabat sebagai manusia.


2.

Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif didasarkan pada eksisitensi manusia sebagai makhluk
sosial yang dibatasi oleh wilayah atau lingkungan.

3.

Kemiskinan Massa

Universitas Sumatera Utara

Kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang dialami secara
massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah.
4.

Kemiskinan Non Massa
Kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir atau
sebagian kecil dari penduduk di suatu wilayah.


4. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah diidentifikasikan sebagai kemiskinan yang terjadi
sebagai konsekuensi dari kondisi alam, dimana seseorang atau sekelompok
orang tersebut bermukim.
5. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural muncul karena faktor budaya atau mental masyarakat
yang mendorong orang hidup miskin, seperti perilaku malas bekerja,
rendahnya kreativitas dan tidak ada keinginan hidup lebih maju.
6. Kemiskinan Terinvolusi
Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dan kondisi khusus dari
kemiskinan

kultural.

Ciri

khusus

kemiskinan


ini

adalah

telah

terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau sekelompok
orang dalam memandang diri dan kehidupannya, sehingga mereka
menganggap kehidupan dengan segala kondisinya sebagai sesuatu yang tidak
dapat berubah.
7. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural disebabkan oleh kondisi struktur perekonomian yang
timpang dalam masyarakat, baik karena kebijalan ekonomi pemerintah,

Universitas Sumatera Utara

penguasaan faktor-faktor produksi oleh segelintir orang, monopoli, kolusi
antara pengusaha dan penjabat dan lain-lain.
8. Kemiskinan Situasional

Kemiskinan situasioanl adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak
layak yang disebabkan oleh situasi yang ada.
9.

Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan terjadi karena kelembagaan-kelembagaan yang ada
melibatkan anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana
ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.
Menurut Todaro dan Smith (2006), tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di

suatu negara tergantung pada dua faktor utama, yakni: tingkat pendapatan
nasional rata-rata, dan lebar sempitnya kesenjangan distribusi pendapatan.
Setinggi apapun tingkat pendapatan nasional perkapita yang dicapai oleh suatu
negara, selama distribusi pendapatannya tidak merata, maka tingkat kemiskinan di
negara tersebut pasti akan tetap parah. Demikian pula sebaliknya, semerata
apapun distribusi pendapatan di suatu negara, jika tingkat pendapatan nasional
rata-ratanya rendah, maka kemiskinan juga akan semakin luas.
Menurut Sharp (dalam mudrajat Kuncoro, 2006), terdapat tiga faktor
penyebab kemiskinan jika dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, kemiskinan
muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang

menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya
memiliki sumberdaya yang terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan
muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas

Universitas Sumatera Utara

sumberdaya manusia yang rendah berarti produktifitasnya rendah, yang pada
gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena
rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau
keturunan ketiga kemiskinan muncul karena perbedaan akses dalam modal.
Banyak ukuran yang menentukan angka kemiskinan, salah satunya adalah
garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan
besarnya pengeluaran (dalam rupiah), untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum
makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang menyatakan batas
seseorang dikatakan miskin, bila dipandang dari sudut konsumsi. Garis
kemiskinan digunakan untuk mengetahui batas seseorang dikatakan miskin atau
tidak, sehingga garis kemiskinan dapat digunakan untuk mengukur dan
menentukan jumlah kemiskinan. Untuk provinsi Sumatera Utara, menurut laporan
Badan Pusat Statistik pada September 2013 garis kemiskinan Sumatera Utara
secara total sebesar Rp 311.063,- per kapita per bulan.

Menurut Todaro dan Smith (2006), kemiskinan yang terjadi di negaranegara berkembang akibat dari interaksi antara 6 karakteristik berikut:
1.

Tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang terbilang rendah,
dan laju pertumbuhan ekonominya tergolong lambat.

2.

Pendapatan perkapita negara-negara Dunia Ketiga juga masih rendah dan
pertumbuhannya amat sangat lambat, bahkan ada beberapa yang mengalami
stagnasi.

3.

Distribusi pendapatan amat sangat timpang atau sangat tidak merata

Universitas Sumatera Utara

4.


Mayoritas penduduk di negara-negara Dunia Ketiga harus hidup dibawah
tekanan kemiskinan absolut.

5.

Fasilitas dan pelayanan kesehatan buruk dan sangat terbatas, kekurangan gizi
dan banyaknya wabah penyakit, sehingga tingkat kematian bayi di negaranegara Dunia Ketiga sepuluh kali lebih tinggi dibanding dengan yang ada di
negara maju.

6.

Fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang maupun isi
kurikulumnya relatif masih kurang relevan, maupun kurang memadai.

2.1.1 Ukuran Kemiskinan
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat kemiskinan didasarkan pada
jumlah rupiah konsumsi berupa makanan, yaitu 2100 kalori per orang per hari
(dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang
berada dilapisan bawah), dan konsumsi nonmakanan (dari 45 jenis komoditi
makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah
pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk semua
umur, jenis kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta
perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering disebut dengan garis
kemiskinan. Penduduk yang memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan
dikatakan dalam kondisi miskin.
Ukuran kemiskinan yang sering digunakan untuk melihat fenomena
kemiskinan disuatu daerah adalah insiden kemiskinan. Insiden kemiskinan dapat
diartikan sebagai persentase penduduk yang memiliki pendapatan (atau proksi
pendapatan) kurang dari jumlah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

dasar hidup. Walaupun demikian, kemiskinan memiliki banyak dimensi selain
dimensi pendapatan. Dimensi lain kemiskinan dapat dilihat dari peluang
memperoleh kesehatan dan umur panjang, peluang memiliki pengetahuan dan
keterampilan, dan lain-lain. Intinya adalah kemiskinan sangat terkait dengan
sempitnya kesempatan seseorang dalam menentukan pilihan-pilihannya dalam
hidup.
Jika kemiskinan berkaitan dengan semakin sempitnya kesempatan yang
dimiliki, maka pembangunan manusia adalah sebaliknya. Konsep pembangunan
manusia adalah memperluas pilihan manusia (enlarging choice), terutama untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya
beli. Dengan hubungan yang berkebalikan tersebut, suatu daerah dengan kualitas
pembangunan manusia yang baik idealnya memiliki persentase penduduk miskin
yang rendah (IPM, 2007).
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1997), penyebab dan terjadinya
penduduk miskin di negara yang berpenghasilan rendah adalah karena dua hal
pokok, yaitu rendahnya tingkat kesehatan dan gizi, dan lambatnya perbaikan mutu
pendidikan. Oleh karena itu, upaya pertama yang dilakukan pemerintah adalah
melakukan pemberantasan penyakit, perbaikan kesehatan dan gizi, perbaikan
mutu pendidikan, pemberantasan buta huruf, dan peningkatan keterampilan
penduduknya. Kelima hal itu adalah upaya untuk memperbaiki kualitas sumber
daya manusia (SDM).

Universitas Sumatera Utara

2.2

Angka Melek Huruf
Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang

merata adalah dengan melihat tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek
huruf. Tingkat melek huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa.
Menurut UNESCO definisi dari melek huruf adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, mengkomunikasikan, membuat, dan
mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan
tulisan yang berkaitan dengan berbagai situasi. Kemampuan baca tulis dianggap
penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang, sehingga
orang tersebut dapat mencapai tujuannya. Kemampuan baca tulis ini juga
berkaitan langsung dengan cara seseorang untuk memperoleh pengetahuan,
menggali potensi, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang luas.
Angka Melek Huruf (AMH) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis, dengan jumlah penduduk
usia 15 tahun ke atas. Batas maksimum untuk angka melek huruf, adalah 100
sedangkan batas minimum 0 (standar UNDP). Hal ini menggambarkan kondisi
100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis, dan nilai nol
mencerminkan sebaliknya.
Salah satu indikator terlaksananya dengan baik pendidikan untuk
masyarakat dapat diketahui dengan meningkatnya angka melek huruf atau
kemampuan baca tulis dalam masyarakat tersebut. Indikator ini juga dapat
menggambarkan mutu dari SDM yang ada di suatu wilayah yang diukur dalam

Universitas Sumatera Utara

aspek pendidikan, karena semakin tinggi angka kecakapan baca tulis maka
semakin tinggi pula mutu dan kualitas SDM (BPS, 2011).
Menurut Meier dan Baldwin (dalam Jhingan, 1992), negara terbelakang
umumnya terjerat ke dalam apa yang disebut “lingkaran setan kemiskinan”. Di
dalam Gambar 2.1 dijelaskan bahwa lingkaran setan ini disebabkan karena
keterbelakangan manusia dan sumber daya alam. Pengembangan sumber daya
alam pada suatu negara tergantung pada kemampuan produktif manusianya. Jika
penduduk negara tersebut terbelakang dan buta huruf, langka akan keterampilan
teknik, pengetahuan dan aktivitas kewiraswastaan, maka sumber daya alam yang
ada akan tetap terbengkalai, kurang atau bahkan salah guna. Di lain pihak,
keterbelakangan sumber daya alam ini menyebabkan keterbelakangan manusia.
Keterbelakangan sumber daya alam merupakan sebab sekaligus akibat
keterbelakangan manusia.
Ketidaksempurnaan Pasar

Keterbelakangan Sumber Daya Alam

Keterbelakangan Manusia
Sumber : Jhingan (1992)

Gambar 2.1
Lingkaran Setan Keterbelakangan Manusia
Menurut Simmons (dikutip dari Todaro dan Smith, 2006), pendidikan
merupakan cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Selanjutnya Todaro
dan

Smith

(2006)

menyatakan,

bahwa

pendidikan

merupakan

tujuan

Universitas Sumatera Utara

pembangunan yang mendasar. Yang mana pendidikan memainkan peranan kunci
dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern
dan untuk

mengembangkan kapasitas

agar

tercipta pertumbuhan serta

pembangunan yang berkelanjutan. Dalam penelitian Hermanto dan Dwi (2007),
diketahui bahwa pendidikan mempunyai pengaruh paling tinggi terhadap
kemiskinan dibandingkan variabel pembangunan lain seperti jumlah penduduk,
PDRB, dan tingkat inflasi.
2.3

Inflasi
Boediono (1996), mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan dari

harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus. Inflasi juga diartikan
sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli
yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu
negara (Khalwaty, 2000). Inflasi dalam perekonomian disatu sisi selalu menjadi
hal yang relatif menakutkan, karena inflasi dapat melemahkan daya beli dan dapat
melumpuhkan kemampuan produksi yang mengarah pada krisis produksi dan
konsumsi. Akan tetapi, disisi lain ketiadaan inflasi menandakan tidak adanya
pergerakan positif dalam perekonomian karena relatif harga-harga tidak berubah
dan kondisi ini dapat melemahkan sektor industri.
Boediono (1998) mengelompokkan teori mengenai inflasi menjadi beberapa
kelompok:
1. Teori Kuantitas, teori ini menyoroti masalah dalam proses inflasi dari (a)
jumlah uang yang beredar, dan (b) psikologi (harapan) masyarakat mengenai
kenaikan harga-harga (expectations).

Universitas Sumatera Utara

2. Teori Keynes, teori ini didasarkan atas teori makronya dan menyoroti aspek
lain dari inflasi, yaitu karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas
kemampuan ekonominya. Keadaan permintaan masyarakat akan barangbarang selalu melibihi jumlah barang-barang yang tersedia.
3. Teori Struturalis, teori ini mengenai tekanan pada ketegaran dari struktur
perekonomian negara-negara sedang berkembang, karena yang dapat
menyebab inflasi:
a) Ketidakelastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor yang tumbuh
secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain.
b) Ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan tidak tumbuh
secepat pertumbuhan penduduk dan penghasilan perkapita, sehingga harga
bahan makanan di dalam negeri cendrung untuk naik melebihi kenaikan
harga-harga barang lain.
Inflasi dapat digolongkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
1. Inflasi berdasarkan parahnya atau tidak, inflasi ini melihat dari kondisi
keseluruhan inflasi yang terjadi yang melihat dari persentase perubahan hargaharga. Inflasi ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
a) Inflasi ringan (≤ 10% setahun)
b) Inflasi sedang (antara 10% - 30% setahun)
c) Inflasi berat (antara 30% - 100% setahun)
d) Hiperinflasi (≥ 100% setahun)
2. Inflasi berdasarkan asalnya, inflasi ini melihat kenaikan harga barang-barang
yang disebabkan oleh suatu wilayah/tempat karena alasan tertentu. Menurut

Universitas Sumatera Utara

Sinungan (1995), berdasarkan asalnya inflasi dapat dibagi menjadi beberapa
bagian seperti:
a) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi yang yang berasal dari dalam negeri timbul, misalnya karena
adanya defisit anggaran belanja yang di biayai dengan pencetakan uang
baru, panen yang gagal dan sebagainya.
b) Inflasi yang berasal dari luar negeri (inported inflation)
Inflasi yang berasal dari luar negri adalah inflasi yang timbul karena
kenaikan harga-harga diluar negeri atau di negara-negara langganan kita
berdagang.
Berdasarkan sebabnya inflasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
a) Demand full Inflation
Inflasi ini disebabkan karena kenaikan permintaan masyarakat akan berbagai
barang dan jasa terlalu besar (kenaikan permintaan). Hal ini terjadi apabila
dalam perekonomian terjadi peningkatan pengeluaran agregat melebihi
barang yang diproduksi dan tersedia di pasar. Kelebihan permintaan ini akan
mengakibatkan kenaikan tingkat harga. Kenaikan harga ini akan semakin
bertambah cepat bila perekonomian sudah mencapai full employment.
b) Cost Push Inflation
Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan biaya produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa. Kenaikan ongkos produksi tersebut bisa terjadi karena upah
buruh, kenaikan bahan bakar, tarif listrik, ongkos pengangkutan atau

Universitas Sumatera Utara

kenaikan harga barang impor yang masih akan digunakan dalam proses
produksi dalam negeri.
Inflasi yang terjadi dalam suatu perekonomian memiliki beberapa dampak
atau akibat sebagai berikut :
1. Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota
masyarakat, dan inilah yang dinamakan efek redistribusi dari inflasi
(redistribution effect of inflation). Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan
ekonomi dari anggota masyarakat, sebab redistribusi pendapatan yang terjadi
akan menyebabkan pendapatan riil satu orang meningkat tapi pendapatan riil
orang lain akan jatuh. Namun parah atau tidaknya dampak inflasi terhadap
retribusi pendapatan dan kekayaan tersebut adalah sangat tergantung pada
apakah inflasi itu bersifat dapat diantisipasi atau tidak dapat diantisipasi.
Inflasi yang tidak dapat diantisipasi akan mempunyai dampak yang jauh lebih
serius terhadap redistribusi pendapatan dan kekayaan, dibandingkan dengan
inflasi yang dapat diantisipasi.
2. Inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi (economic
efficiency). Hal ini dapat terjadi karena inflasi dapat mengalahkan sumberdaya
dari investasi yang produktif (productive investment) ke investasi yang tidak
produktiv (unproductive investment) sehingga mengurangi kapasitas ekonomi
produktif. Ini disebut sebagai efficiency effect of inflation.
3. Inflasi

dapat

menyebabkan

perubahan-perubahan

dalam

output

dan

kesempatan kerja, dengan cara lebih langsung dengan memotivasi perusahaan

Universitas Sumatera Utara

untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah dilakukan selama ini. Ini
disebut “output and employment effect of inflation”.
2.4

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk

mengukur prestasi ekonomi suatu negara. Dalam kegiatan ekonomi sebenarnya,
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fisik. Beberapa perkembangan
ekonomi fisik yang terjadi di suatu negara adalah pertambahan produksi barang dan
jasa, dan perkembangan infrastruktur. Semua hal tersebut biasanya diukur dari
perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara dalam periode
tertentu.
Robert Solow (dikutip oleh Todaro dan Smith, 2006), mengembangkan model
pertumbuhan ekonomi yang disebut sebagai Model Pertumbuhan Solow. Model
tersebut berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut:
�=



−�

dimana Y adalah pendapatan domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal
manusia (akumulasi pendidikan dan pelatihan), L adalah tenaga kerja, dan A
merupakan produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara
eksogen. Faktor penting yang mempengaruhi modal fisik adalah investasi. Adapun
simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal (atau persentase kenaikan
GDP yang bersumber dari 1 persen penambahan modal fisik dan modal manusia).

Menurut Mankiw (2004), suatu negara yang memberikan perhatian lebih
kepada pendidikan terhadap masyarakatnya ceteris paribus akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada tidak melakukannya. Dengan kata
lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Apabila investasi tersebut dilaksanakan secara relatif merata, termasuk terhadap
golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang.
Menurut Simon Kuznets (dikutip dari Boediono,1999), pertumbuhan
ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.
Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian
teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologi terhadap berbagai tuntutan
keadaan yang ada. Hal tersebut menjadikan pertumbuhan ekonomi dicirikan
dengan 3 hal pokok, antara lain:
1.

laju pertumbuhan perkapita dalam arti nyata (riil).

2.

persebaran atau distribusi angkatan kerja menurut sektor kegiatan produksi yang
menjadi sumber nafkahnya.

3.

Pola persebaran penduduk.

Boediono (1999) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah salah
satu proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dimana
penekanannya pada 3 aspek, antara lain:
1. proses, yaitu pertumbuhan ekonomi bukan merupakan suatu gambaran dari
suatu

perekonomian

yang

melihat,

bagaimana

suatu

perekonomian

berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
2. output per kapita, yaitu pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya
kenaikan output per kapita dalam hal ini ada dua unsur yang penting, seperti
output total dan jumlah penduduk.

Universitas Sumatera Utara

3. jangka waktu, yaitu kenaikan output per kapita selama 1 – 2 tahun lalu diikuti
penurunan output per kapita, bukan merupakan pertumbuhan ekonomi.
Dikatakan tumbuh bila dalam jangka waktu yang lama (5 tahun atau lebih)
mengalami kenaikan output per kapita.
Menurut Todaro dan Smith (2006), ada tiga faktor utama dalam
pertumbuhan ekonomi, yaitu :
1. Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah
(lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources).
Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan sekarang di
tabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk
memperbesar output di masa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai
dengan investasi infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air bersih, fasilitas
sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi produktif.
Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitas
modal manusia, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif yang
sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih besar lagi mengingat terus
bertambahnya jumlah manusia. Pendidikan formal, program pendidikan dan
pelatihan kerja perlu lebih diefektifkan untuk mencetak tenaga-tenaga terdidik
dan sumber daya manusia yang terampil.
2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan halhal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angka kerja (labor force)
secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja

Universitas Sumatera Utara

semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan
meningkatkan potensi pasar domestiknya.
3. Kemajuan Teknologi. Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi caracara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaanpekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi, yakni:
a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output yang
dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang
sama.
b. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja (labor saving) atau
hemat modal (capital saving), yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa
dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama.
c. Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika penggunaan
teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang
ada secara lebih produktif.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Untuk lebih
jelas dalam menghitung angka-angka Produk Domestik Regional Bruto, ada tiga
pendekatan yang cukup sering digunakan dalam melakukan suatu penelitian:
1.

Menurut Pendekatan Produksi
Dalam pendekatan produksi, Produk Domestik Regional Bruto adalah
menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksikan oleh suatu

Universitas Sumatera Utara

kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya antara masing-masing total
produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu.
Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya, antara lain
yaitu bahan baku/penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi
(Robinson Tarigan, 2005).

2. Menurut Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi
diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor
produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak
langsung neto pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak
mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi
bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan keuntungan. Metode
pendekatan pendapatan banyak dipakai pada sektor jasa, tetapi tidak dibayar
setara harga pasar, misalnya sektor pemerintahan. Hal ini disebabkan kurang
lengkapnya data dan tidak adanya metode yang akurat yang dapat dipakai
dalam mengukur nilai produksi dan biaya antara dari berbagai kegiatan jasa,
terutama kegiatan yang tidak mengutip biaya (Robinson Tarigan, 2005).
3. Menurut Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan
akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Jika dilihat dari
segi penggunaan maka total penyediaan/produksi barang dan jasa itu
digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang
tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto
(investasi), perubahan stok dam ekspor neto.

Universitas Sumatera Utara

Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto disusun dalam dua
bentuk, yaitu :
1.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
Menurut BPS pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
konstan, yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran atau pendapatan yang
dihitung menurut harga tetap. Dengan cara menilai kembali atau mendefinisikan
berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar dengan menggunakan indeks harga
konsumen. Dari perhitungan ini tercermin tingkat kegiatan ekonomi yang
sebenarnya melalui Produk Domestik Regional Bruto riilnya.

2.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut
BPS adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud nilai tambah, yaitu merupakan
nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi
dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama
dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan digunakan
untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Sadono Sukirno,
2005). Laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat diukur dengan
menggunakan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Berikut

ini

adalah

rumus

untuk

menghitung

tingkat

pertumbuhan

ekonomi (Sukirno, 2007):

�=

���

− ���
���

×

%

Universitas Sumatera Utara

G = Laju pertumbuhan ekonomi
PDRB1 = PDRB ADHK pada suatu tahun
PDRB0 = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya

2.5

Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian

dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
N Nama, Tahun,
o
Judul
1 Adit Agus
Prastyo, 2010,
Analisis Faktorfaktor yang
Mempengaruhi
Tingkat
Kemiskinan
(Studi kasus 35
kapubaten/kota
di Jawa Tengah
tahun 20032007)

2

Merna Kumala
Sari, 2011,
Analisis
Pertumbuhan
Ekonomi, angka
Harapan Hidup,
Rata-rata Lama
Sekolah,
Pengeluaran
Perkapita, dan
Jumlah

Variabel
X1 = Pertumbuhan
Ekonomi
X2 = Upah Minimum
X3 = Pendidikan
X4 = Tingkat
Pengangguran
Y = Tingkat Kemiskinan

X1
=
Pertumbuhan
Ekonomi
X2 = Angka Harapan
Hidup
X3 = Angka Melek Huruf
X4 = Rata-rata Lama
Sekolah
X5
=
Pengeluaran
Perkapita
X6 = Jumlah Penduduk
Y = Tingkat Kemiskinan

Metode
Hasil
Analisis
Fixed Effect 1. Pertumbuhan ekonomi
Model
berpengaruh negatif
(FEM)
terhadap tingkat
kemiskinan.
2. Upah minimum
berpengaruh negatif
terhadap tingkat
kemiskinan.
3. Pendidikan
berpengaruh negatif
terhadap tingkat
kemiskinan.
4. Pengagguran
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kemiskinan.
Fixed Effect Angka harapan hidup,
Model
pengeluaran perkapita, dan
(FEM) atau jumlah penduduk
Least
berpengaruh negatif dan
Square
signifikan terhadap tingkat
Dummy
kemisikinan.
(LSDV)

Universitas Sumatera Utara

3

4

Penduduk
terhadap Tingkat
Kemiskinan di
Jawa Tengah
Samsubar Saleh,
2002, Faktorfaktor penentu
Tingkat
Kemiskinan
Regional Di
Indonesia

Reni Mustika

X1 = Tingkat Pendapatan Estimasi
Perkapita
data cross
X2
=
Pengeluaran section
Pemerintah Sumber Daya
Manusia
X3
=
Pengeluaran
Pemerintah
Fisik
Perkapita
X4 = Angka Harapan
Hidup
X5 = Angka Melek Huruf
X6 = Rata-rata Lama
Sekolah
X7 = IPM
X8 = Indeks Partisipasi
Wanita
X9 = Rasio Gini
X10 = Populasi tanpa
Akses Kesehatan
X11 = Populasi tanpa
Akses Air Bersih
Y = Tingkat Kemiskinan

X1 = Angka Harapan Metode

1. Pendapatan
berpengaruh negatif
terhadap tingkat
kemiskinan
2. Rasio Gini berpengaruh
positif terhadap tingkat
kemiskinan
3. Angka harapan hidup
mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan
4. Rata-rata lama sekolah
berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan
5. IPM berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan
6. Investasi SDM tidak
berpengaruh signifikan
7. Investasi fisik
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan
8. Tingkat partisipasi
wanita berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan
9. Populasi tanpa akses
kesehatan berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan
10. Populasi tanpa akses air
bersih berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan
1. Angka harapan hidup

Universitas Sumatera Utara

Hidup
ordinary
berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
X2 = Angka Melek Huruf least square
X3
=
Pertumbuhan (OLS)
tingkat kemiskinan
ekonomi
2. Angka melek huruf
X4 = Rasio Gender
berpengaruh negatif
Y = Tingkat Kemiskinan
dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan
3. Pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan
4. Rasio gender
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan
Widiatma
X1 = PDRB
Metode
PDRB , Agrishare, RataNugroho, 2012,
X2 = Agrishare
fixed effect rata lama sekolah
Analisis
X3 = Rata-rata Lama model
berpengaruh signifikan
Pengaruh PDRB, Sekolah
(FEM)
terhadap jumlah penduduk
Agrishare, dan
X4 = Angka Melek Huruf
miskin.
Angka Melek
Y = Jumlah Penduduk
Angka melek huruf
Huruf terhadap
Miskin
berpengaruh tidak
Jumlah
signifikan terhadap jumlah
Penduduk
penduduk miskin
Miskin di
Indonesia
Apriliyah S.
X1 = Angka Harapan Metode
1. Angka harapan hidup
Napitupulu,
Hidup
ordinary
berpengaruh negatif
X2 = Angka Melek Huruf least square
2007, Pengaruh
dan signifikan terhadap
Indikator
X3 = Konsumsi Perkapita (OLS)
jumlah penduduk
Komposit Indeks Y = Jumlah Penduduk
miskin
Pembangunan
Miskin
2. Angka melek huruf
Manusia
berpengaruh negatif
terhadap
dan signifikan terhadap
Penurunan
jumlah penduduk
Jumlah
miskin
Penduduk
3. Konsumsi perkapita
Miskin di
berpengaruh negatif
Sumatera Utara
dan signifikan terhadap
jumlah penduduk
miskin
Hasporo, Dody
X1 = PDRB
Metode
1. PDRB berpengaruh
Nursetyo Yekti, X2 = Pengangguran
fixed effect
negatif dan signifikan
201, Analisis
model
terhadap kemiskinan
X3 = Inflasi
Pengaruh
Y = Kemiskinan
(FEM)
2. Pengangguran
Variabel
berpengaruh positif dan
Fitri, 2012,
Pengaruh
Kualitas SDM,
Pertumbuhan
Ekonomi, dan
rasio Gender
terhadap Tingkat
Kemiskinan di
Provinsi
Sumatera Barat

5

6

7

Universitas Sumatera Utara

Makroekonomi
Regional
Terhadap
Tingkat
Kemiskinan
Perkotaan

2.6

signifikan terhadap
kemiskinan
3. Inflasi berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kemiskinan

Kerangka Konseptual
Pengentasan penduduk miskin saat ini masih merupakan salah satu

prioritas pembangunan nasional, karena di dalam permasalahan kemiskinan
terdapat beberapa aspek yang berkaitan di dalamnya. Kemiskinan merupakan
masalah mutidimensi dan lintas sektor yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses
terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan
(Bappenas, 2010).
Pendidikan merupakan cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan.
Pendidikan memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah
negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas
agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Semakin tinggi
angka kecakapan baca tulis, semakin tinggi pula mutu dan kualitas sumber daya
manusia (SDM) (Todaro,2006).
Kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana orang tidak mempunyai
cukup pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan minimum
(makanan dan non makanan) (BPS: 2004). Ini mengartikan inflasi mengakibatkan
harga terhadap barang-barang naik secara menyeluruh dan terus-menerus, yang
mengakibatkan turunnya nilai mata uang terhadap barang-barang, sehingga

Universitas Sumatera Utara

mengakibatkan konsumsi masyarakat turun, ini juga berarti bahwa dengan
penurunan daya beli maka akan berakibat naiknya tingkat kemiskinan. Pola
konsumsi yang turun bukan diakibatkan minimnya jumlah produksi barangbarang, tetapi karena daya untuk membeli barang tidak ada, sehingga sangat sulit
untuk memenuhi kebutuhan minimum. Kondisi ini mengakibatkan orang yang
tadinya berada pada garis mendekati miskin menjadi miskin dengan adanya
inflasi, secara otomatis ini meningkatkan tingkat kemiskinan.
Pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat,
karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung
meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang
miskin berangsur-angsur berkurang. Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat
keharusan (necessary condition) bagi pengurangan kemiskinan. Adapun syarat
kecukupannya (sufficient condition) ialah bahwa pertumbuhan tersebut efektif
dalam mengurangi kemiskinan. Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah
menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin
(Siregar, 2006).
Angka Melek
Huruf (X1)

Inflasi (X2)

Tingkat
Kemiskinan
(Y)

Pertumbuhan
Ekonomi (X3)
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

2.7

Hipotesis

1. Angka Melek Huruf berpengaruh negatif terhadap Tingkat Kemiskinan di
Sumatera Utara.
2. Inflasi berpengaruh positif terhadap Tingkat Kemiskinan di Sumatera Utara.
3. Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif terhadap Tingkat Kemiskinan di
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara