kelainan gerak atau sistem lokomosi di p

LAPORAN OBSERVASI
“SISTEM LOKOMOSI ATAU SISTEM GERAK”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Fisiologi Hewan
Dosen Pengampu : Djohar Maknun, M. Si

Disusun Oleh:
Kelas Biologi-C/VI
Kelompok 7
Fitri Ratnasari

(1413163074)

Bahrul Ilmi

(1413161127)

Nopiya

(1413162034)


Atiah Nurhasanah

(1413163054)

Nursyahidah Sumayah (1413161014)

JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SYEKH NURJATI
CIREBON
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman maka gaya hidup manusiapun semakin
mengikutinya dan manusia cenderung ingin segala sesuatunya secara praktis dan mudah.
Karena pola hidup manusia seperti halnya ketika ingin makan tapi tidak ingin repot maka
kita dapat memesan dan makanan tersebut akan diantarkan, contoh gaya hidup seperti
itulah yang menyebabkan manusia jarang bergerak atau cenderung lebih menyukai hal

yang praktis.
Perlu kita ketahui bahwa bergerak itu penting salah satunya yaitu untuk melancarkan
peredaran darah dan melemaskan otot-otot sehingga mengurangi resiko kram atau
kesemutan. Menurut Fiona (2014), fungsi sistem gerak adalah mendukung tubuh manusia
untuk bergerak, sehingga manusia dapat melakukan aktivitas, seperti berjalan, berlari,
menari dan lain-lain. Hal tersebut merupakan hasil kerjasama yang serasi antar organ
sistem gerak seperti rangka (tulang), persendian dan otot. Namun bergerak secara
berlebihan melebihi kemampuannyapun kurang baik karena dapat menyebabkan otot
terlalu tegang sehingga dapat timbul penyakit seperti nyeri sendi, sakit pinggang, pegalpegal dan lainnya, penyekit seperti itu timbul biasanya karena aktifitas bergerak yang
terlalu berlebihan seperti pekerja bangunan yang bekerja hingga larut malam.
Rangka berfungsi sebagai tempat melekatnya otot, seperti sebatang pohon yang
digunakan oleh tanaman menjalar sebagai tempat bertumpuhnya, begitulah fungsi rangka
bagi otot untuk dapat berfungsi dengan baik, otot harus melekat pada rangka. Fungsi otot
adalah menggerakan rangka, sedang fungsi rangka adalah sebagai tempat melekatnya otot,
hingga begitu dalam sistim mobilisasi, rangka dan otot bekerja sama melakukan suatu
gerakan, misalnya gerakan lengan dipengaruhi oleh kontaksi otot bisep dan trisep yang
melekat pada tulang lengan atas (Tobita, 2015). Pada dasarnya tubuh kitapun butuh
istirahat untuk merelaksasikan otot-otot agar elastisitasnya tetap terjaga.
Otot-otot dalam tubuh manusia melakukan beberapa fungsi penting. Fungsi utama otot
tersebut adalah berupa gerakan, baik sengaja dan tidak sengaja dan mendukung tubuhnya

serta membantu menjaga postur. Otot yang kuat mampu menstabilkan tubuh banyak sendi
dan menentukan kekuatan tubuh secara keseluruhan. Fungsi tambahan adalah untuk
menghasilkan panas sebagai produk sampingan dari proses lainnya. Otot disebut alat
gerak aktif karena memiliki kemampuan berkontraksi sehingga dapat menggerakkan
tulang.

Manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas, kemampuan
ini didukung oleh adanya sistem gerak, yang merupakan hasil kerja sama yang serasi antar
organ sistem gerak, seperti rangka (tulang), otot, dan persendian. Sebagaimana yang telah
dikutip Fiona (2014), bahwa fungsi rangka (tulang) adalah sebagai alat gerak pasif, yang
hanya dapat bergerak jika dibantu oleh otot. Fungsi otot adalah sebagai alat gerak aktif,
yang dapat menggerakkan tulang sehingga terjadi suatu gerakan. Fungsi persendian adalah
sebagai penghubung antara tulang satu dengan tulang lainnya.
Latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka pada laporan hasil observasi ini
akan dipaparkan mengenai beberapa penyakit maupun kelainan yang biasa terjadi pada
sistem gerak manusia yang didapatkan dari data salah satu tempat pengobatan di salah
satu puskesmas kota Cirebon. Observasi yang dilakukan dengan mendapatkan data jumlah
pasien yang terkait sistem gerak serta penanganan yang dilakukan pihak puskesmas
terhadap sistem gerak pasien tersebut yang terjadi kelainan maupun kesalahan pada sistem
geraknya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang mendasari dari observasi ini adalah:
1. Bagaimanakah penyakit atau kelainan yang terjadi pada sistem gerak manusia?
2. Apakah penyebab dari penyakit atau kelainan pada sistem gerak manusia?
3. Bagaimanakah cara menanggulangi penyakit atau kelainan pada sistem gerak
manusia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari observasi ini adalah:
1. Mengetahui beragam penyakit atau kelainan yang biasa terjadi pada sistem gerak
manusia.
2. Mengetahui faktor yang menyebabkan kelainan pada sistem gerak manusia.
3. Mengetahui cara menanggulangi penyakit atau kelainan pada sistem gerak manusia.

BAB II
KELAINAN ATAU PENYAKIT SISTEM GERAK

Kelainan pada sistem gerak manusia merupakan keadaan yang mengganggu sistem gerak
pada manusia dan hanya berlangsung sementara. Kelainan pada sistem gerak manusia dapat
berupa bawaan sejak lahir maupun kelainan yang disebabkan karena kecelakaan, kelainan
pada sistem gerak ini terbagi menjadi tiga yaitu :

1.

Kelainan pada tulang
Gangguan pada sistem rangka manusia dapat terjadi karena ada gangguan secara
fisiologis, gangguan persendian, dan gangguan kedudukan tulang belakang yang meliputi :
a.

Kelainan fisik
Gangguan yang paling umum adalah kerusakan fisik
tulang seperti patah atau retak tulang (fisura). Apabila terjadi
fraktula (patah tulang) akan terbentuk zona fraktula yang
runcing dan tajam. Berdasarkan jenis fraktura yang
terbentuk, fraktura dapat dibedakan menjadi 4 kelompok
sebagai berikut: 1) Fraktura sederhana, merupakan fraktura
yang tidak melukai otot ataupun sekitarnya, 2) Fraktura kompleks, merupakan fraktura
yang melukai otot ataupun sekitarnya, bahkan terkadang dapat muncul ke permukaan
kulit, 3) Greenstick, merupakan fraktura sebagian yang tidak memisahkan tulang
menjadi dua bagian, 4) Comminuted, merupakan fraktura yang mengakibatkan terbagi
menjadi beberapa bagian, tetapi masih berada dalam otot (Prawirohartono, 2003).
Ciri-ciri fraktura diantaranya situasi sekitar menimbulkan dugaan bahwa telah

terjadi cedera (tulang mencuat keluar kulit). Terasa nyeri menusuk pada daerah cendra.
Terjadi pembengkakan, ini disebabkan oleh darah dan cairan tubuh lain yang
mengumpul di sekitar area cedera. Kelainan bentuk, kadang-kadang kepatahan tulang
menyebabkan bentuk yang tidak biasa atau pembengkokan dari bagian tubuh dan
hilangnya kemampuan gerak, penderita mungkin bisa sedikit menggerakkan secara
penuh
Cara pengobatan dari fraktura yaitu dapat dilakukannya dengan cara pembiadaian
dengan benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang, pemasangan gips
merupakan bahan kuat yang dibungkus disekitar tulang yang patah. Penarikan (traksi)
mengguanakan beban untuk menahan sebuah anggoata gerak pada tempatnya.

Sekarang juga jarang digunakan, tetapi dulu menjadi pengobatan utama untuk
penyakit fraktura dan fiksasi internal diilakukan pembedahan untuk menempatkan
piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang yang merupakan pengobatan
terbaik untuk patah tulang.
Selain fraktula (patah tulang) adapun retak tulang (fisura) dapat diperbaiki oleh
periosteum dengan membentuk kalus. Tulang pada anak-anak berbeda dengan tulang
pada orang dewasa, perbedaannya ialah adanya lempeng pertumbuhan pada masingmasing jenis tulang dan penutupan lempeng pertumbuhan masing-masing tulang
berbeda-beda. Fungsi dari lempeng pertumbuhan adalah membuat tulang menjadi
lebih besar dan lebih panjang seiring dengan kepadatan tulang yang juga meningkat.

Selain itu tulang pada anak-anak dilengkapi dengan lapisan pembungkus tulang
yang lebih tebal dan lebih kuat dan bila terjadi patah tulang, patahan tulangnya masih
dalam pembungkus tulangnya sehingga penyambungannya akan kembali ke bentuk
semula, walaupun bentuk patahannya tumpang tindih. Proses penyambungan patah
tulang pada anak-anak lebih baik dari orang dewasa karena lapisan pembungkus
tulang masih tebal, pendarahan lebih baik dan daya remodellingnya juga baik (hal ini
tidak terdapat pada proses penyambungan tulang pada orang dewasa), hal inilah yang
membuat tulang pada anak-anak lebih mudah menyambung dan hasilnya baik
siapapun yang menanganinya (Saktiyono, 2004).
b.

Kelainan Fisiologis
Kelainan fisiologis pada tulang dapat disebabkan oleh kelainan fungsi hormon dan
vitamin. Gangguan fisiologis pada tulang dapat terjadi pada beberapa kelainan sebagai
berikut:
1) Osteoforosis
Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang rapuh,
keropos dan mudah patah. Umumnya osteoporisis
disebabkan oleh hormon jantan atau betina yang kurang
sempurna atau akibat kekurangan asupan kalsium untuk

tulang.
Faktor-faktor

yang

menyebabkan

terjadinya

osteoporosis, yaitu genetis yang diperkirakan hampir sekitar 80% kepadatan tulang itu
diwariskan secara genetik sehingga dengan kata lain osteoporosis itu dapat diturunkan.
Wanita diatas 40 tahun lebih banyak terkena osteoporosis dibandingkan dengan pria,
wanita yang memasuki masa menopause mengalami pengurangan hormon esterogen,
orang yang berbadan ramping serta bertulang kecil. Kurang olahraga dapat

menyebabkan

kepadatan

tulang


berkurang.

Olahraga

atau

aktivitas

dapat

meningkatkan kepadatan tulang. Faktor lain seperti merokok, banyak mengkonsumsi
minuman yang mengandung alkohol, kafein tinggi seperti teh, kopi serta cola,
kekurangan gizi, akibat penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid atau
penyakit kronis lainnya seperti penyakit hati, gagal ginjal kronis dan usia lanjut
Ciri-ciri penyakit osteoporosis yaitu terjadinya patah tulang secara tiba-tiba
karena trauma yang ringan atau tanpa trauma, timbulnya rasa nyeri yang hebat
sehingga penderita tidak dapat melakukan pergerakan dan berkurangnya tinggi badan
dan bongkok. Cara-cara pencegahan osteoporosis diantaranya dengan cara melakukan
aktivitas fisik yang teratur seperti olah raga, diet dengan menambah kalsium dan

vitamin D, memperbaiki gaya hidup dan menghilangkan kebiasaan seperti merokok,
minum alkohol dan penggunaan HRT (Hormon Replacement Therapy) atau terapi
esterogen khususnya bagi wanita baru memasuki masa menopause.
Cara mengobati penyakit osteoporosis dapat dilakukan dengan cara pengobatan
osteoporosi yang bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan seperti Kalsitonin dan
bisphosphonates yang tentu saja harus sesuai anjuran dokter. Kalsitonin, merupakan
penemuan hormon yang dapat menurunkan konsentrasi kalsium darah dimulai pada
tahun 1960 oleh seorang profesor asal Kanada yang bernama Harold Copp. Ia
menyebut zat itu sebagai 'calcitonin' karena dapat mengontrol konsentrasi kalsium
(calcium tonus) didalam plasma. Zat ini banyak didapatkan terutama dari ikan salmon.
Pada

tahun

1969,

Dr.

Stephan


Guttmann

seorang

peneliti

dari

Sandoz

menyempurnakan penemuan calcitonin dengan keberhasilan memproduksi salmon
calcitonin secara sintetis. Zat kalsitonin dapat mengurangi aktivitas dari sel osteoclast
(sel yang bertugas menyerap tulang), memperlambat proses resorpsi dan
meningkatkan peresapan kalsium oleh tulang, dengan pemakaian kalsitonin, kepadatan
dan kekuatan tulang dapat ditingkatkan sehingga tulang menjadi tidak lagi rapuh dan
mengurangi rasa sakit.
2) Rakhitis
Rakhitis adalah pelunakan dan melemahnya tulang pada anak-anak, biasanya
karena kekuranga vitamin D yang ekstrimdan
berkepanjangan. Vitamin D sangat penting dalam
penyerapan

kalsium

pencernaan,

yang

dan

dibutuhkan

fosfordari
anak-anak

saluran
untuk

membangun tulang yang kuat. Ciri-ciri penyakit
rakhitis yaitu anak-anak akan lebih rentan terkena

patah tulang, yaitu pertumbuhan tertunda; nyeri pada tulang belakang, panggul dan
kaki.
Cara mengobati rakhitis yaitu diet dan sinar matahari pengobatan meliputi
peningkatan asupan makanan kalsium, fosfat dan vitamin D. Paparan terhadap cahaya
ultraviolet B (sinar matahari ketika matahari tertinggi di langit), minyakikan
cod,minyak ikan pecak-hati dan viosterol adalah sumber vitamin D. Sebuah jumlah
yang cukup cahaya ultraviolet B sinar matahari setiap hari dan persendian yang
memadai kalsium dan fosfor dalam makan dapat mencegah rakhitis.
3) Mikrosefalus
Mikrosefalus adalah suatu kondisi medis
dimana lingkaran kepala lebih kecil dari ukuran
normal karena otak tidak berkembang dengan
baik atau telah berhenti tumbuh. Mikrosefalus
nampak pada saat kelahiran atau mungkin
berkembang dalam beberapa tahu pertama kehidupan.
Ciri-ciri mikrosefalus diantaranya keterbelakangan mental, tertunda fungsi
motorik dan bicara, kelainan wajah, perawakan pendek, hiperaktif, kejang-kejang, sulit
dengan koordinasi dan keseimbangan.Cara mengobati mikrosefalus yaitu tidak ada
pengobatan untuk penyakit mikrosefalus yang dapat mengembalikan kepala anak ke
ukuran normal. Namun perawatan berfokus pada cara-cara untuk mengurangi dampak
neurologis terkait dengan cacat. Anak-anak dengan keterlambatan perkembangan
mikrosefalus dan biasanya dievaluasi oleh pediatrik neurolog dan diikuti oleh tim
manajemen medis.
c. Kelainan pada sendi
Gangguan persendian dapat terjadi karena sendi tidak berfungsi dengan normal.
Jenis gangguan sendidikelompokkan menjadi 4 yaitu sebagai berikut :
1) Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan
tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat
yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang
yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya, dengan kata lain sendi rahangnya
telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi
macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan,
secara anatomis (tulang lepas dari sendi), dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang
membutuhkan pertolongan segera, (Arif Mansyur, 2000). Patah tulang di dekat sendi
atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang
disebut fraktur dislokasi. Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot,
kontraksi cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang
dari kesatuan sendi.
Ciri-ciri Dislokasi yaitu nyeri pada daerah cedera, pada bagian cedera tidak dapat
digerakkan secara aktif, terjadi pembengkakan. Cara mengobati Dislokasi dengan cara
terapi, terapi adalah dengan mengembalikan si tulang yang lepas (reposisi) itu ke
persendiannya kembali lalu biasanya pasien setelah di reposisi akan dilakukan
imobilisasi atau fiksasi dalam rentan waktu tertentu agar si tulang ini tidak lepas
kembali.
2) Terkilir (keseleo)
Terkilir merupakan tertariknya ligamen sendi karena
gerakan tiba-tiba atau gerakan yang tidak biasa
dilakukan. Terkilir menyebabkan timbulnya rasa sakit
disertai peradangan pada daerah sendi. Ciri-ciri terkilir
diantaranya nyeri, spasme otot kehilangan kekuatan,
keterbatasan lingkup gerak sendi, bengkak atau memar, tidak stabil dan hilangnya
kemampuan untuk menggerakkan sendi.
Cara mengobati terkilir yaitu REST ( Istirahat). Tindakan Rest artinya pasien harus
mengistirahatkan dan melindungi wilayah otot yang cedera. Jika terasa sakit saat
menahan beban, gunakanlah penopang, dan jika terasa sakit untuk menggerakan
bagian

yang

cedera,

lindungi

dengan

splint

atau

kayu

belat.

Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin. Jangan menaruh beban pada tempat yang
cedera selama 48 jam, dapat digunakan alat bantu seperti crutch (penopang/penyangga
tubuh yang terbuat dari kayu atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang
cedera.

Aktivitas yang berlebih pada bagian tubuh yg terkena akan memicu terjadinya
komplikasi lebih lanjut, misal ligamen yang robek akan semakin parah, bahkan
seringkali terkilir disertai pula dengan fraktur/patah/retak pada tulang. Selain itu, ICES
( Es ) merupakan kompres dingin atau es akan menghasilkan vasokontriksi untuk
mengurangi pembengkakan dengan meletakkan di bagian yang terluka selama 2-3
menit tiga kali sehari dalam 24 jam pertama. Menempatkan kain di atas daerah yang
cedera dengan kantong es untuk menghindari luka akibat suhu rendah. Terapi dengan
kompres dingin ini harus dimulai dengan segera dan diteruskan sampai 24-36 jam
setelah luka terjadi.
Adapun cara yang lan dapat dilakukan dengan COMPRESS ( Kompres atau
penekanan pada daerah yang cedera) artinya menekan bagian yang mengalami cedera
dengan menggunakan perban khusus (ace bandage). Perban ini di harapkan juga dapat
mengikatkan kantong es di tempatnya dan tetap di lanjutkan setelah terapi dingin ingin
menghindari serta mengurangi pembengkakan. Meskipun balutan ini harus rapi,
pastikan bahwa perban ini tidak terlalu ketat karena dapat menimbulkan mati rasa, geli
atau bahkan menambah rasa sakit dan dapat dilakukan juga dengan ELEVATION
(Posii,) artinya pasien sebisa mungkin harus mengangkat bagian cedera lebih tinggi di
atas jantung atau dada selama 24-36 jam pertama untuk memudahkan kembalinya
darah dan untuk mengurangi pembengkakan, misalnya jika yang cedera lutut,
upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian lutut diangkat atau ditopang dengan alat
supaya posisinya lebih tinggi dari jantung. Teknik ini mengacu pada prinsip bejana
berhubungan dan berguna untuk mengurangi pembengkakan pada bagian cedera
(Ahmad, 2003).
3) Artritis
Artritis adalah peradangan pada satu atau lebih
persendian,

yang

disertai

dengan

rasa

sakit,

kebengkakan, kekakuan, dan keterbatasan bergerak.
Artrhitis dapat terjadi akibat infeksi maupun tanpa
infeksi. Pelepasan mediator inflamasi dari leukosit,
kondrosit,

sinoviosit

menyebabkan

kehilangan

proteoglikan dan matriks ektraselular kartilago, sehingga terjadi kerusakan tulang.
Kerusakan dan hilangnya kolagen dan kondrosit dapat menyebabkan perubahan yang
tidak dapat kembali.
Arthritis mengacu pada lebih dari 100 penyakit berbeda yang menyebabkan rasa
sakit dan bengkak pada sendi, dan membatasi gerakan persendian dan jaringan ikat.

Jenis umum radang sendi atau arthritis ini antara lain: a) Osteoarthritis yang
disebabkan oleh hilangnya jaringan tulang dari sendi dan dikenal juga sebagai arthritis
degeneratif. Hal ini kebanyakan terjadi sejak usia sebelumnya. b) Rheumatoid
Arthritis, radang sendi jenis ini banyak mempengaruhi orang-orang di atas usia 40
tahun, ini lebih berbahaya daripada osteoarthritis karena mempengaruhi ligamen dan
tendon yang bergabung dengan tulang dan otot. c) Gout disebabkan oleh kelebihan
penumpukan asam urat dalam ruang antar sendi yang menyebabkan rasa sakit dan
radang sendi.
Ciri-ciri artritis yaitu adanya rasa sakit, panas dan pembengkakan pada persendian
lutut (gejala panca radang), terasa adanya fluktuasi, sakit, panas, kemerahan. Penderita
menjadi demam jika sakit sudah menjadi sepsis. Frekuensi dan nafas frekuen dan
pincang yang hebat bahkan kadang sampai penderita tidak dapat berdiri, (Pratiwi,
2000).
Cara mengobati artritis dengan cara selain pengobatan secara medis, terapi fisik,
perubahan gaya hidup (mencakup latihan fisik dan mengontrol berat badan), diet juga
memainkan peranan penting dalam pengobatan arthritis dan sakit sendi. Suplemen
merupakan salah satu terapi yang sangat membantu, mengkonsumsi suplemen
glucosamine diikuti dengan chondroitin dan methylsulfonylmethane (MSM), seperti
pada suplemen Glucosamine & Chondroitin & MSM dari Ultimate Nutrition, dapat
memberikan hasil yang lebih optimal. Kombinasi ketiganya akan membantu mengatasi
nyeri sendi, menambah elastisitas sendi, mengurangi peradangan pada sendi,
membentuk tulang rawan dan menjaga kesehatan sendi, (Kadaryanto, 2006).
2.

Kelainan pada ruas tulang belakang
Kelainan pada tulang belakang terjadi karena adanya perubahan posisi tulang
belakang, sehingga menyebabkan perubahan kelengkungan batang tulang belakang.
Gangguan yang disebabkan oleh kelainan tulang belakang dikelompokkan menjadi empat
kelompok, yaitu sebagai berikut :
a. Lordosis
Lordosis

merupakan

merupakan

gangguan

yang

mengakibatkan ruas-ruas tulang belakang terlalu bengkok
kearah depan sehingga posisi kepala tampak seperti tertarik ke
belakang.
b. Kifosis
Kifosis merupakan gangguan ang mengakibatkan ruas-ruas tulang bnelakang terlalu
bengkok ke arah belakang sehingga badan penderita menjadi begkok.

c. Skoliosis
Skoliosis merupakan gangguan yang mengakibatkan ruasruas tulang belakang melengkung ke kanan atau ke kiri.
d. Sublikasi
Sublikasi merupakan gangguan yang terjadi pada ruas-ruas tulang belakang di daerah
leher akibat posisi kepala mengalami perubahan sehingga kepala tertarik ke arah kiri
atau kanan. Sublikasi dapat terjadi karena kecelakaan atau gerakan yag melebihi batas
(Furqonita, 2007).
Cara mengobati skoliosis, kifosis, lordosis dan subluksasi yaitu Jenis terapi yang
dibutuhkan tergantung pada banyak faktor. Sebelum menentukan jenis terapi yang
digunakan, dilakukan observasi terlebih dahulu. Terapi disesuaikan dengan
etiologi,umur skeletal, besarnya lengkungan, dan ada tidaknya progresivitas dari
deformitas. Keberhasilan terapi sebagian tergantung pada deteksi dini dari skoliosis.
Pengobatan ada yang dengan obat, fisioterapi dan tindakan pembedahan.
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati
skoliosis. Obat yang digunakan antara lain analgesik meliputi asam asetil Salisilat 3 x
500 mg, Paracetamol 3 x 500 mg dan Indometacin 3 x 25 mg adapun selain analgesik
yaitu NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug.
Fisioterapi dapat dilakukan dengan terapi panas, dengan cara mengompres kemudian
alat penyangga, digunakan untuk skoliosis dengan kurva 25°-40° dengan skeletal yang
tidak matang (immature). Alat penyangga tersebut antara lain “Penyangga
Milwaukee” alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus,
tetapi alat ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk
menyokong dan mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus dipakai
23 jam sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan terus sampai ada bukti
objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan berhentinya pertumbuhan
tulang belakang selanjutnya.
“Penyangga Boston”Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan
lumbal atau torakolumbal yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari
sampai skeletalnya matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas
yang tidak dikehendaki oleh pasien
Tindakan Pembedahan umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien
skeletalnya imatur, operasi direkomendasikan. Lengkung dengan sudut besar tersebut,
progresivitasnya meningkat secara bertahap, bahkan pada masa dewasa. Tujuan terapi bedah

dari skoliosis adalah memperbaiki deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut
sampai terjadi fusi vertebra. Beberapa tindakan pembedahan untuk terapi skoliosis
antara lain : Penanaman Harrington rods (batangan Harrington) adalah bentuk
peralatan spinal yang dipasang melalui pembedahan yang terdiri dari satu atau
sepasang batangan logam untuk meluruskan atau menstabilkan tulang belakang
dengan fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini terdiri dari pengait yang terpasang
pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang vertebrata yang letaknya di atas dan di
bawah lengkungan tulang belakang.
Keuntungan utama dari penggunaan batangan Harrington adalah dapat mengurangi
kelengkungan tulang belakang ke arah samping (lateral), pemasangannya relatif
sederhana dan komplikasinya rendah. Kerugian utamanya adalah setelah pembedahan
memerlukan pemasangan gips yang lama. Seperti pemasangan pada spinal lainnya,
batangan Harrington tidak dapat dipasang pada penderita osteoporosis yang signifikan.
Selain itu ada juga menggunakan Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset meliputi
pemasangan beberapa batangan dan pengait untuk menarik, menekan, menderotasi
tulang belakang. Alat yang dipasang melintang antara kedua batangan untuk menjaga
tulang belakang lebih stabil. Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset spinal
dikerjakan oleh dokter ahli bedah yang berpengalaman dan asistennya, (Ahmad,
2003).
3.

Kelainan pada otot
Beberapa kelainan atau penyakit pada otot antara lain :
a. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang menyebabkan otot menjadi
tegang secara terus menerus karena adanya infeksi bakteri
tetanus (clostridium tetani) yang berbentuk basil. Bakteri ini
masuk melalui luka yang terdapat pada tubuh.
b. Polio
Polio yaitu suatu kondisi mengecilnya otot karena adanya
infeksi virus polio. Penyakit ini dapat dicegah dengan
memberikan imunisasi polio pada bayi.
c. Sakit Pinggang

Sakit pinggang dapat disebabkan oleh penyakit alat dalam
di sekitar pinggang, perubahan kedudukan tulang pinggan,
fraktura, dan infeksi tumor pada tulang pinggang dan tulang
kelangkang. Akan tetapi, sakit pinggang sering disebabkan
karena otot-otot dan ligamen di sekitar pinggang meregang.
Peregangan otot-otot dan ligamen terjadi karena mengangkat
beban terlalu berat, kehamilan dan obesitas.
d. Kram (Kejang otot)
Kram (kejang otot) terjadi karena kontraksi otot yang terus
menerus atau bekerja terlalu berat sehingga otot mengejang
dan terasa sakit. Kram juga dapat terjadi karena cuaca dingin
atau gejala ketidak seimbangan air dan ion di dalam tubuh.
e. Hipertrofi otot
Hipertrofi otot merupakan kebalikan dari atrofi otot,
yaitu otot menjadi besar dan lebih kuat. Hipertrofi otot
dapat disebabkan oleh aktivitas otot yang berlebihan
seperti bekerja dan berolahraga.
f. Distrofi otot
Distrofi otot yaitu penyakit kronis pada otot yang
terjadi sejak anak-anak, diduga merupakan penyakit
bawaan (genetis).
g. Atrofi Otot
Atrofi otot yaitu terjadinya penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau
kehilangan kemampuan untuk berkontraksi. Otot yang
mengalami atrofi akan mengalami pengurangan ukuran
sampai 25% dari ukuran semula. Atrofi dapat
disebabkan

oleh

penyakit

poliomielitis

yang

merusakkan syarag yang mengkoordinasi otot dan
keadaan tertentu, misalnya sakit yang membuat seseorang harus istirahat di tempat
tidur dalam waktu yang lama.

h. Kaku leher (stiff)
Kaku leher terjadi karena adanya peradangan pada
otot leher akibat gerakan yang sala atau hentakan
secara mendadak. Leher menjadi sakit dan kaku.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Observasi
Waktu
Tempat

: Selasa, 17 Mei 2016
: Jl. Pramuka No. 1 Kel. Argasunya, Kec. Harjamukti kabupaten.
Cirebon, Jawa Barat. Puskesmas Sitopeng Cirebon (Puskesmas
Faskes Tingkat Pertama BPJS Kesehatan di Cirebon)

B. Metode
1. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung
antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk
mendapatkan informasi dimana sang pewawancara melontarkan pertanyaanpertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Pada observasi ini
narasumber yang dapat kami wawancarai yaitu bapak yanto selaku kepala TU di
Puskesmas Sitopeng dan Dr. Yoga Rusdianto N. dokter Umum Puskesmas Sitopeng
Cirebon.
2. Observasi
Observasi merupakan metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati
individu atau kelompok secara langsung.
3. Transkip Wawancara

No
1

Narasumber 1

: Bpk Yanto

Jabatan

: Kepala TU Puskesmas Sitopeng

Pertanyaan
Jawaban
Apa saja penyakit yang biasa di Penyakit yang dikeluhkan pasien itu
keluhkan pasien pada saat periksa?

bermacam-macam, tetapi yang paling
sering yaitu penyakit ISPA. Yang
lainnya

juga

diantaranya

yaitu

Penyakit saluran pencernaan, penyakit

kulit, penyakit sistem muskulokleat
dan jaringan ikat atau kelainan pada
sistem gerak, diare, penyakit saluran
kemih penyakit saluran saraf dan
2.

Siapakah

masyarakat

berkunjung
3.

yang

untuk

defisiensi gizi
sering Biasanya yang

berobat

puskesmas ini ?
Bagaimana
dalam

sering

berkunjung

di untuk berobat itu masih masyarakat

sekitar puskesmas sitopeng.
memberi Sebelumnya kami tanyakan keluhan

pencegahan kepada pasien terhadap pasien setelah itu kami memberi obat,
penyakit yang dideritanya ?

akan

tetapi

apabila

belum

ada

perubahan setelah di periksa, pihak
puskesmas memberikan surat rujukan
kepada pasien untuk berobat ke rumah
sakit agar di beri penanganan yang
lebih
4

Apakah

banyak

masyarakat

lanjut

untuk

kesembuhan

penyakit yang diderita oleh pasien.
yang Tentu ada, disini keluhan masyarakat

mengeluhkan sakit pada bagian sistem terhadap sistem gerak, didapatkan
gerak?

datanya

sebanyak

1907,

yang

merupakan penyakit keempat terbesar
yang biasa dikeluhkan di masyarakat
4

Apakah

mayoritas

merasakan keluhan
5

pasien

daerah Sitopeng.
yang Biasanya orang dewasa dan juga anak-

anak-anak atau anak, namun kebanyakan dari orang

orang dewasa ?
dewasa.
Penyakit kelainan sistem gerak apakah Pasien yang

biasa

mengeluhkan

yang sering dikeluhkan oleh para penyakit pada sistem gerak, biasanya
pasien?

itu anak-anak yang jatuh sehingga
terdapat kesleo bisa juga karena
penyakit bawaan sejak lahir. Dan juga
orang dewasa biasanya sakit pinggang
karena masyarakat sekitar Sitopeng
paling banyak profesinya sebagai kuli
panggul jadi banyak yang sering
berobat mengeluhkan sakit pinggang
atau kesleo. Beberapa kelainan pada

sistem gerak ini, ada juga akibat
penyakit polio yang terjadi pada anak6

anak.
Bagaimana menangani pasien yang Biasanya korban kecelakaan itu rentan
mengalami kelainan pada tulang di patah tulang, karenanya pada saat
karenakan kecelakaan?

kecelakaan korban harus di bawa
dengan

menggunakan

tandu

agar

kondisi tulang pasien tidak semakin
kritis ditakutkan ada patak tulang atau
7

tulang yang retak.
Apakah tulang yang retak atau patah Tentu bisa, karena apabila ada pasien
tulang itu bisa pulih kembali?

yang mengalami patah tulang biasanya
pengobatannya dengan menggunakan
pet, dan untuk itu harus juga adanya
asupan

8

kalsium

dengan

mengkonsumsi susu murni.
Bagaimana untuk mengetahui bahwa Patah tulang itu ada dua jenis patah
seseorang

tersebut

kelainan tulang ?

mengalami tulang

terbuka

dan patah

tulang

tertutup. Puskesmas kami, mendeteksi
tulang

tersebut,

tangannya

bengkok

seperti

terlihat

atau

terdapat

warna kehitaman dan bengkak, maka
terjadi patah tulang tertutup, jika
dirumah sakit akan dilakukan dengan
menggunakan alat rongsen. Dengan
ini kita bisa mengetahui kelainan pada
pasien. Namun, jika terjadi patah
tulang terbuka, dimana terlihat tulang
yang keluar ke permukaan kulit yang
berarti patah tulang terbuka, maka
harus dirujuk ke rumah sakit yang
memiliki fasilitas lebih lengkap untuk
menangani patah tulang tersebut.

No
1

Narasumber 2

: Dr. Yoga Rusdianto N

Jabatan

: Dokter Umum

Pertanyaan
Jawaban
Apa saja penyakit yang biasa di Penyakit yang biasa dikeluhkan oleh
keluhkan pasien pada saat periksa, para warga yaitu keluhan gerak yang
khususnya pada bagian sistem gerak?

cukup tinggi karena warga sekitar
mayoritas
bekerja

sebagai
keras,

bisa

pegawai
juga

yang
karena

kekurangan kalsium dengan keadaan
ekonomi mereka, ada juga faktor usia
biasanya itu struk dan osteoforosis.
Selain itu banyak pula pasien yang
mengeluh akibat terjadi atrofi pada
tulang
terjatuh
2

Apa

yang menyebabkan

lengannya,
saat

terkilir

bekerja

karena
maupun

berkendara.
penyakit atrofi itu rentan karena biasanya

atrofi dan bagaimana penanganan seseorang yang pekerja keras, dan
untuk

seseorang

yang

mengalami pernah mengalami salah tulang atau

keluhan tersebut?

kesalahan otot dan pada akhirnya
pasien yang biasa bekerja menjadi
lebih diam dan akhirnya otot dan
tulang tidak di fungsikan secara baik,
jadi yang biasanya bergerak dan
setelah itu lebih diam maka otot akan
mengkerut dan berdampak otot akan
lemah akhirnya seseorang itu tidak

3

penanganan

bisa bergerak aktif kembali.
seseorang Biasanya untuk seseorang yang lebih

yang mengalami terkilir ?

paham hanya dengan di urut untuk

Bagaimana

merelaksasikan
4

Apakah

penggunaan

berpengaruh

untuk

salep

atau

membenarkan

otot yang salah agar pulih kembali.
dapat cream atau salep itu hanya untuk

pengobatan memberikan

atau

memudahkan

terhadap kaki terkilir?

seseorang ketika mengurut pasien,
karena dapat meminimalisir rasa sakit

5

yang dialami oleh pasien.
Bagaimana penanganan terhadap anak Biasanya kalau anak muda kondisi
muda atau anak kecil yang sering tulang masih bagus, apabila ada anak
berobat untuk mengeluhkan penyakit kecil yang terkilir itu sebaiknya harus
kelainan pada tulang ?

segera ditangani, karena apabila tidak
itu akan berdampak hingga dewasa,
dan biasanya ketika keluhan penyakit
tulang orang tua itu karena kondisi
tulang nya yang sudah tidak kuat
artinya bisa saja kekurangan kalsium
dan

6

memang

keropos.
Bagaimana menangani pasien yang Biasanya
mengalami kelainan pada tulang di ronsen
karenakan kecelakaan?

tulang

dengan
di

rumah

cara

nya

sudah

melakukan

sakit,

jadi

di

puskesmas hanya memberikan surat
rujukan saja untuk berobat lebih lanjut

7

Apakah

ada

di rumah sakit.
pemeriksaan Kami lakukan pisioterapi artinya terus

berkelanjutan pada pasien yang tak kami berikan perawatan yang intensif
kunjung membaik ?

untuk para pasien.

BAB IV
ANALISIS
Observasi yang telah dilakukan di salah satu puskesmas kota Cirebon, yang tepatnya
Jl. Pramuka No. 1 Kel. Argasunya, Kec. Harjamukti

kabupaten. Cirebon, Jawa Barat.

Puskesmas Sitopeng Cirebon (Puskesmas Faskes Tingkat Pertama BPJS Kesehatan di
Cirebon). Puskesmas tersebut merupakan puskesmas yang berada dipinggiran kota Cirebon,
dengan fasilitas dan pembangunan yang cukup baik, melayani masyarakat daerah Sitopeng
dalam memeriksa segala penyakit, dengan bantuan adanya kartu kesehatan BPJS. Tersedianya
kartu tersebut, karena mayoritas masyarakat daerah Sitopeng merupakan masyarakat
menengah ke bawah, sehingga dengan adanya bantuan kartu kesehatan tersebut dapat
meringkan pengeluar financial dalam memeriksakan kesehatan masyarakat sekitar.
Lokasi puskesmas tersebut, berada di lingkungan Desa yang kondisi lingkungannya
kurang baik, dimana saluran air baik sungai maupun selokan, tampak berwarna kehitaman dan
dipenuhi sampah organik dna anorgnik. Banyaknya sampah disekitar daerah tersebut terjadi
karena tidak tersedianya TPA atau tempat pembuangan akhir, sehingga masyarakat sekitar
dengan leluasa membuang sampah di sekitar sungai dan selokan, sehingga menimbulkan bau
yang menyengat. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung diwilayah tersebut,
menyebabkan beragam penyakit yang terjadi terhadap masyarakat sekitar, untuk mengetahui
beragam penyakit tersebut, maka dilakukan observasi dengan dilakukannya wawacara serta
pengumpulan data yang mendukung untuk mengetahui beragam penyakit yang terjadi
terhadap masyarakat sekitar, terutama penyakit pada sistem lokomosi atau sistem gerak.
Menurut Kadaryanto (2006), salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak, yang
secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau
seluruh bagian tubuh makhluk hidup, yang terjaid apabila ada impuls atau rangsangan yang
mengenai sebagian atau atau seluruh bagian dari tubuh makhluk hidup, dimana pada manusia
terdapat dua alat gerak, yaitu alat gerak aktif berupa otot dan alat gerak pasif berupa tulang,
dimana keduanya akan bekerjasama sehingga membentuk suatu sistem yang disebut sistem
gerak. Berdasarkan teori tentang sistem gerak yang terjadi jika ada impuls dan kerjasama
antar otot dan tulang, maka pada observasi mengenai kelainan atau pun keluhan terhadap
sistem gerak di puskesmas tersebut, dibuktikan dengan pengumpulan data dan wawancara
kepada dokter yang bersangkutan mengenai cirri, penyebab maupun penanganan yang harus
dilakukan pada masyarakat yang mengalami keluhan maupun kelainan pada sistem geraknya.

Data masyarakat yang telah berobat maupun konsultasi di puskesmas tersebut, bisa
didapatkan setelah mendapatkan surat dari dinas kesehatan Kota Cirebon yang berada di
daerah Kesambi. Hal tersebut wajib dilakukan, karena data puskesmas maupun rumah sakit
merupakan data privasi, selain itu terdapat sebuah aturan yang mengemukakan bahwa setiap
pengambilan data yang dilakukan mahasiswa manapun untuk kegiatan belajar, harus
mendapatkan persetujuan dinas kesehatan, sebagai pewenang terbesar dari puskesmas.
Puskesmas Sitopeng merupakan puskesmas yang berada dibawah tanggung jawab dinas
kesehatan kota Cirebon, sehingga apapun yang terjadi pada puskesmas tersebut menjadi
tanggung jawab dinas kesehatan terkait.
Pengeluaran surat izin dari dinas kesehatan tersebut diberikan pada kepala tata usaha
(TU) puskesmas Sitopeng yang bernama Bapak Yanto. Beliau merupakan kepala TU yang
salah satunya mengurus segala data yang didapatkan pada puskesmas Sitopeng tersebut,
tremasuk data masyarakat yang telah berobat serta penyakit yang seirng dikeluhkan
masyarakat khususnya masyarakat Desa Sitopeng. Banyak penyakit yang terjadi kepada
masyarakat sekitar, bahkan didata penyakit yang termasuk ke dalam 10 besar yang seirng
dikeluhkan masyarakat Sitopeng, terutama penyakit pada sistem lokomosi atau sistem gerak.
Sistem lokomosi atau sistem gerak pada data, tidak tertulis dengan jelas bahwasannya
data tersebut menunjukan kelainan ataupun penyakit sistem gerak, sebagaimana pernyataan
dari Bapak Yanto “Keluhan yang biasa diungkapkan masyarakat Sitopeng yang berobat ke
puskesmas pada sistem gerak, disini termasuk ke dalam penyakit muskulokleat dan jaringan
ikat, yang didalamnya terdiri dari kelainan pada otot, syaraf, dan tulang, dimana didapatkan
sebanyak 1907 warga yang telah mengeluhkan sakit pada sistem gerak tersebut, terutama pada
bagian otot”. Berdasarkan pernyataan Bapak Yanto tersebut, bahwasannya sistem lokomosi
atau sistem gerak termasuk ke dalam muskuloskleat, dijelaskan dalam teori bahwa
muskuloskleat adalah sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh, dan
termasuk sendi, ligament, tendon, dan saraf. Sistem muskuloskeletal merupakan jantung
kedua dari manusia karena sistem tersebut sebagai alat gerak, (Susilawati, 2015).
Penyakit atau kelainan yang biasa dikeluhkan masyarakat terhadap sistem gerak
disekitar puskesmas tersebut termasuk kedalam penyakit sepuluh besar, pada urutan keempat.
Sebagaimana data tahun 2015 pada table dibawah ini:
N

Penyakit

Jumlah

%

o
1
2

ISPA
Penyakit saluran pencernaan

10277
5215

43,2
21,9

3
4

Kulit
Penyakit

sistem

4660
1907

19,6
8

1496
748
739

6,3
3,1
3,1

muskulokleat dan jaringan
5
6
7
8
9
10

ikat
Diare
Penyakit pernafasan lainnya
Penyakit sistem pembuluh

darah
Penyakit saluran kemih
464
1,9
Penyakit susunan syaraf
456
1,9
Defisiensi gizi
448
1,8
Data Table masyarakat yang berobat di puskesmas Sitopeng
Data keluhan dari masyarakat sekitar, lebih banyak terjadi pada ISPA atau pada

pernafasan. Hal tersebut terjadi karena kondisi lingkungan Sitopeng yang cukup kumuh serta
banyaknya sampah yang membusuk, sehingga menyebabkan polusi udara dan polusi air,
sehingga berpengaruh pada kesehatan sistem pernafasan masyarakat sekitar. Sedangkan
keluhan yang dirasakan pada sistem gerak, biasa terjadi karena aktifitas masyarakat sekitar
yang cukup membutuhkan tenaga ekstra, namun penyakit pada sistem gerak yang terjadi pada
masyarakat tersebut bukanlah penyakit besar, namun hanya penyakit biasa, seperti sakit otot
karena kesalahan tidur, terkilir saat bekerja, orangtua yang sudah osteoporosis dan beberapa
masyarakat yang mengalami kecelakaan sehingga terjadi patah tulang.
Penanganan yang dilakukan pihak rumah sakit terhadap keluhan masyarakat pada
beberapa penyakit tersebut, terutama pada sistem gerak dikemukakan oleh dokter umu yaitu
Dr. Yoga, “Mayoritas masyarakat yang mengeluh sakit pada sistem gerak biasanya telah
berusia dewasa hingga lanjut, dimana pada masyarakat dewasa mengeluhkan sakit pinggang
karena terlalu lama mengangkat beban berat, kaki terkilir ketika bekerja, sakit pada bagian
otot lengan sehingga kaku ketika digerakan (disebut dengan atrofi), pada usia renta biasanya
mengeluhkan pada sakit bagian kaki karena telah terjadinya osteoforosis, sedangkan beberpa
pada usia anak-anak hanya mengeluhkan sakit pada bagian leher akibat salah posisi ketika
tertidur atau kebiasaan anak tersebut selalu diurut, bahkan yang terparah pada anak kecil
biasanya akibat penyakit polio”.
Keluhan masyarakat yang merasa sakit pada bagian sistem gerak di wilayah Sitopeng
tersebut, masih bisa diobati oleh puksesmas Sitopeng dengan pemberian obat sesuai anjuran
dan cream pereda rasa sakit, sealain itu dokter senantiasa menganjurkan pasiennya untuk lebih
banyak mengkonsumsi susu murni untuk meningkatkan asupan kalsium dalam tubuh yang
sangat berperan terhadap tulang. Selain itu dokter menyarankan pasien untuk mengurangi

kegiatan pekerjaan yang memberatkan, karena akan sangat mempengaruhi bagian sistem
gerak yang sakit sehingga akan menjadi lebih parah. Pengobatan pada pasien yang mengalami
patah tulang, akibat kecelakaan biasanya ada yang bisa diobati di puskesmas tersbeut namun
ada juga yang tidak bisa diobati sehingga harus di rujuk ke rumah sakit.
Patah tulang atau fraktula tidak bisa diobati di puskesmas tersebeut, karena
ketersediaan obat dan alat yang sangat terbatas. Fraktula atua patah tulang yang biasa terjadi
tersebut, diantaranya patah tulang luar dan patah tulang dalam, dimana keduanya hanya bisa
diobati di tempat kesehatan yang lebih lengkap laat maupun obatnya. Namun bukan berarti
puskesmas Sitopeng tersebut tidak bisa melakukan apapun terhadap pasien yang patah tulang
tersebut, puskesmas hanya bisa membantu sementara dengan memasangkan papan yang
diletakan pada bagian kanan maupun kiri bagian tubuh yang tulangnya patah, untuk
meminimalisir akan terjadinya patah tulang yang lebih parah, sebelum pasien tersebut diobati
di tempeat pengobatan yang lebih baik.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.

Penyakit pada sistem gerak akan mengganggu pada sistem pergerakan, baik pada tulang

2.

sebgai alat gerak pasif maupun pada otot sebagai alat gerak aktif.
Penyakit yang terjadi pada sistem gerak atau sistem lokomosi yang termasuk kedalam
sistem muskulokleat, mayoritas terjadi akibat aktivitas yang dilakukan serta beberapa ada

3.

yang disebabkan karena keturunan atau genetik.
Pengobatan penyakit yang terjadi pada sistem gerak, dapat dilakukan dengan
mmemperbanyak mengkonsumsi kalsium dan berolahraga, serta mengurangi kegiatan
yang menyebabkan tulang maupun otot mengangkut beban berat.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi.Surabaya:Gita Media Press.

Amien, M. 1995. Biologi 2 untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 2.Jakarta : Penerbit Balai
Pustaka.
Furqonita,D. 2007. Seri IPA-BIOLOGI 3 SMP Kelas IX. Jakarta : Quadra-Penerbit Yuhistira.
Kadaryanto et al. 2006. Biologi 2. Penerbit Yudhistira, Jakarta. h. 53, 56.
Pratiwi, D.A. et al. 2000. Buku Penuntun Biologi untuk SMU kelas 2. Jakarta : Penerbit
Erlangga..
Prawirohartono, S. dan Kuncorowati. 2003. Biologi 2 Untuk Kelas 2 SLTPKurikulum 1994
Semester 1 dan Semester 2. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
Saktiyono. 2004. Sains : Biologi SMP 2 Untuk Kelas VIII. Jakarta : Esis-Penerbit Erlangga
Fiona. 2014. Fungsi Sistem Gerak Pada Manusia: http://nonfiona.blogspot.co.id, diakses pada
28 mei 2016 pukul 11:55 WIB.
Susilawati, desy. 2015. Sistem Gerak: http://www.sistemgerak.com, diakses pada 28 Mei 2016
pukul 12:00 WIB.
Tobita, O. 2015. Materi: http://tobi-tobita.blogspot.co.id, diakses pada 28 Mei 2016 pukul
10:22 WIB.

LAMPIRAN

Bapak Yanto
(Kepala TU)

Wawancara dengan kepala
TU

Dr. Yoga Rusdianto N.

Data Pasien yang berobat
tahun 2015

Pengambilan Dat

Dokumentasi bersama

(DokterUmum)

kepala TU

Wawancara dengan dokter

Dokumentasi bersama

umum

Dr. Yoga

Dokumentasi puskesmas
Sitopeng