50506162 Tugas Makalah Peradaban Dan Keb
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
2
Bab. I. Pendahuluan
3
Bab.II. Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW.
4
A. Arab Sebelum Islam
B. Riwayat Hidup Nabi Muhammad: Dakwah dan Perjuangan
1. Sebelum Masa Kerasulan
2. Masa Kerasulan
3. Pembentukan Negara Madinah
Bab. III Masa Kemajuan Islam I (650-1000M)
8
1. Khilafah Rasyidah
2. Khilafah Bani Umayyah
3. Dinasti Bani Abbas
BAB. IV. Masa Disintegrasi (1000-1250M)
1. Dinasti-dinasti yang memerdekakan Diri dari Baghdad
2. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
3. Perang Salib
4. Sebab-sebab Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas
Lampiran : Pembidangan Ilmu Agama Islam
1
12
Kata Pengantar
Makalah kali ini berisi rangkuman mata kuliah ”Sejarah
Peradaban Islam ” yang disusun secara berkelompok.
Sejarah Islam mulai dari kemunculannya di jazirah Arab dari
wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw. diringkas dan
disarikan dalam makalah ini untuk mengambil hal-hal yang penting
mengenai perkembangan, kejayaan serta kemundurannya. Banyak
pelajaran yang dapat diteladani oleh mahasiswa terutama mahasiswa
ilmu sosial. Nilai-nilai
Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadist serta kepemimpinan Rasulullah Saw. merupakan inspirasi dari
kebudayaan dan peradaban Islam.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat berupa pengetahuan
tentang sejarah kebudayaan dan peradaban Islam, bagi pembaca dan
menjadi rahmat bagi kami. Amin.
Banda Aceh, Januari
2011
Tim Penyusun
2
Bab. I. Pendahuluan
Definisi Peradaban dan kebudayaan Islam hampir bersinonim,
namun terdapat perbedaan yakni pada manifestasi-manifestasi
ataupun produk yang dihasilkannya. Jika kebudayaan merupakan
bentuk ungkapan semangat yang mendalam dari sebuah yang
diwujudkan dalam seni, sastra, religi dan moral. Sedangkan
manifestasi peradaban adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
kemajuan mekanis dan teknologis.
Peradaban Islam adalah peradaban yang lahir dari Islam,
agama yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Telah membawa bangsa Arab yang semula terkebelakang, bodoh,
tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain menjadi
bangsa yang maju pada masa itu. Kekaguman dari kalangan Barat
muncul dari H.A.R Gibb dalam bukunya yang berjudul Whitter Islam
menyatakan “ Islam is indeed much more than a system of theology,
it is a complete civilization”(Islam sesungguhnya lebih dari sekedar
sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Mengapa
demikian, karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulmya
kebudayaan adalah Agama Islam.
Ungkapan-ungkapan dalam budaya Islam menggunakan
bahasa Arab, sebagai bahasa administrasi, namun selanjutnya pada
pemerintahan Islam semakin berkembang dan menggunakan bahasa
lain seperti Persia, Turki, Urdu di India, dan Melayu di Asia Tenggara.
Kajian peradaban Islam tidak lagi menganut pendapat bahwa
Islam adalah satu, namun terdapat pendapat ia sudah terbagi dalam
beberapa “peradaban Islam”. Saat ini peradaban Islam sudah terbagi
dalam empat kelompok dominan yaitu:
1. Kawasan pengaruh kebudayaan Arab yakni; Timur Tengah,
Afrika Utara, termasuk Spanyol Islam.
2. Kawasan pengaruh kebudayaan Persia yaitu; Iran dan
negara-negara Islam Asia Tengah.
3. Kawasan pengaruh Kebudayaan Turki
4. Kawasan pengaruh kebudayaan India Islam.
Jika pada periode Klasik, peran Arab sangat dominan
dikarenakan Islam lahir di sana, maka pada periode pertengahan
muncul tiga kerajaan besar Islam yang mewakili tiga kawasan
3
budaya, yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan
kerajaan Mughal di India.
Sejarah politik dunia Islam terbagi menjadi tiga periode, pertama
Periode Klasik (650-1250 M), kedua periode pertengahan (1250-1800
M), ketiga periode modern (1800 sampai sekarang).
Bab.II. Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW.
A. Arab Sebelum Islam
Jazirah Arab pada tahun 570 M merupakan jalur perdagangan
yang ramai karena menghubungkan Yaman Selatan dengan Syria di
utara. Ka’bah merupakan tempat berziarah dan pusat keagamaan,
terdapat 360 berhala. Suku Badui yang hidup dengan cara nomadik,
berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air dan
padang rumput untuk binatang gembalaan mereka yakni kambing
dan onta.
Dari asal-usul kehidupan penduduk jazirah Arab terbagi atas
dua golongan besar yaitu; Qathaniyun (Keturunan Qathan) dan
Adnaniyun (keturunan Ismail Ibn Ibrahim). Masyarakatnya baik yang
hidup nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya suku
Badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan
dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa
keluarga membentuk kabilah atau clan. Mereka suka berperang dan
nilai perempuan menjadi sangat rendah, akibatnya kebudayaan
mereka tidak berkembang. Ahmad Syalabi menyebutkan sejarah
mereka hanya dapat diketahui 150 tahun menjelang lahirnya agama
Islam. Adapun pengetahuan tersebut diperoleh dari syair-syair suku
Badui. Suku Badui berkarakter bersemangat tinggi dalam mencari
nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, juga dikenal sebagai
masyarakat yang cinta kebebasan.
Kebudayaan luar yang berkembang menjelang Islam lahir
masuk ke Arab melalui beberapa jalur; yang terpenting diantaranya
adalah: (1) melalui hubungan dagang dengan bangsa lain,(2) melalui
kerajaan-kerajaan protektorat, Hirah dan Ghassan,(3) masuknya misi
Yahudi dan Kristen. Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk
ke jazirah Arab, namun bangsa Arab masih menganut agama asli
mereka yaitu paganisme dengan menyembah berhala yang di
letakkan di sekeliling Ka’bah.
B. Riwayat
Perjuangan
Hidup
Nabi
4
Muhammad:
Dakwah
dan
1. Sebelum Masa Kerasulan
Nabi Muhammad Saw. dilahirkan dalam Bani Hasyim yang
terhormat namun miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul
Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang berpengaruh. Ibunya
bernama Siti Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun
kelahirannya dikenal dengan Tahun Gajah (570 M), kala itu pasukan
gajah Abrahah gubernur kerajaan Habsyi di Ethiopia, menunggang
gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Muhammad lahir dalam keadaan
yatim karena ayahnya Abdullah meninggal dunia tiga bulan setelah
dia menikahi Aminah.
Kemudian Muhammad di susui dan besarkan sampai berumur
empat tahun oleh Halimah Sa’diyyah dan kemudian dikembalikan
kepada ibunya. Dua tahun dalam pengasuhan, ibunya meninggal
dunia dan ia kemudian diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib. Setelah
kakeknya meninggal pengasuhan Muhammad digantikan oleh
pamannya Abu Thalib.
Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya
dan kambing penduduk Mekkah. Melalui kegiatan ini ia menemukan
tempat untuk berpikir dan merenung. Nabi Muhammad untuk
pertama kali ikut dalam kafilah dagang ke Syria yang dipimpin oleh
Abu Thalib saat ia berusia 12 tahun. Diusianya 25 tahun ia sudah
membawa barang dagangan Khadijah seorang janda dan saudagar
kaya yang kemudian menjadi istrinya. Perbedaan usia mereka cukup
jauh karena Khadijah sudah berusia 40 tahun.
Peristiwa penting yang menunjukan kebijaksanaan Muhammad
terjadi ketika beliau berusia 35 tahun. Terjadi perselisihan sewaktu
pemugaran Ka’bah, ketika itu para kepala suku Quraisy berselisih
mengenai peletakan Hajar Aswad, mereka kemudian mengundi siapa
yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa maka ialah yang
dipilih menjadi hakim. Muhammad yang bergelar Al-Amin kebetulan
adalah orang pertama yang masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, ia
menggelar kain dan hajar aswad di letakkan di tengah-tengah kain
dan ujung kain dipegang oleh tiap-tiap kepala suku. Semua kepala
suku kemudian puas dengan penyelesaian yang bijaksana itu.
2. Masa Kerasulan
Memasuki usia 40 tahun Muhammad sering memisahkan diri
dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke Gua Hira, yang
jaraknya beberapa kilometer
di utara Mekah. Pada tanggal 17
Ramadhan
611
M,
malaikat
Jibril
muncul
dihadapannya,
5
menyampaikan wahyu Allah yang pertama: Bacalah dengan
menyebut nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu maha mulia. Dia
mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak
mereka ketahui (Q.S 96: 1-5). Dengan turunnya wahyu pertama ini, ia
telah dipilih sebagai nabi. Namun ia belum diperintahkan untuk
menyeru manusia kepada suatu agama.
Ia mulai berdakwah setelah turun wahyu kedua setelah agak lama
menunggu kedatangan Jibril. Wahyu tersebut berbunyi: Hai orang
yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah engkau
besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan
perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu bersabarlah(Al-Mudatsir: 1-7). Sejak itulah beliau
mulai berdakwah.
Dakwah mulanya dilakukan secara diam-diam di lingkungan
sendiri dan rekan-rekannya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah,
kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur
10 tahun. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak kanak-kanak.
Kemudian setelah turun wahyu untuk menyiarkan secara umum, ia
mengajak kerabatnya untuk masuk Islam. Setelah berdakwah secara
terang-terangan, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi
dakwah rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut rasul, maka
semakin keras tantangan dilancarkan oleh kaum Quraisy. Segala cara
diupayakan oleh mereka untuk menyingkirkan Muhammad. Setelah
Abu Thalib meninggal, maka tidak ada lagi pelindung rasul dari
kekejian suku Quraisy. Dan di tahun kesedihan itu Khadijah istrinya
juga meninggal dunia. Kemudian Allah mengisra’ dan memi’rajkan
rasul di 10 tahun kenabiannya.
Penduduk Yastrib yakni suku ‘Aus dan Khazraj yang berhaji ke
Mekah minta didamaikan oleh nabi karena selalu berperang, dan
terjadilah perjanjian Aqabah. Di perjanjian Aqabah yang kedua
mereka meminta nabi untuk pindah ke Yastrib. Karena suku
mengetahui perjanjian tersebut maka mereka berniat membunuhnya,
hal inilah yang mendorong nabi untuk segera Hijrah ke Yastrib, kurang
lebih 150 orang muslimin meninggalkan kota Mekah.
Nabi memasuki kota Yastrib dan penduduknya sangat mengeluelukan kedatangannya. Sejak itu sebagai penghormatan terhadap
nabi, nama kota Yastrib dirubah menjadi Madinatul Munawwarah
(Kota yang bercahaya) atau lebih dikenal dengan sebutan Madinah.
6
3. Pembentukan Negara Madinah
Di Madinah nabi sudah memperoleh kedudukan tidak hanya
sebagai pemimpin dalam urusan agama namun juga politik. Ia
dipercaya sebagai kepala negara. Di sanalah nabi mulai meletakkan
dasar-dasar kehidupan bernegara antara lain:
a. Pembangunan masjid, selain sebagai tempat shalat ia juga
sebagai sarana penting untuk menyatukan umat Islam
b. Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama muslim. Nabi
mempersaudarakan golongan Muhajirin yaitu orang-orang yang
hijrah dari Makkah ke Madinah, dan Anshar yaitu penduduk
Madinah yang sudah memeluk Islam dan membantu kaum
Muhajirin.
c. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam. Di Madinah selain orang-orang Arab Islam, juga
terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang
masih memeluk agama nenek moyang. Nabi mengadakan ikatan
perjanjian dengan mereka yang disebut dengan Konstitusi
Madinah. Kedudukan Islam semakin kuat dengan pendirian negara
Madinah, hal ini meresahkan orang-orang Quraisy untuk terus
memerangi kaum muslimin.
Kaum muslimin diizinkan berperang dengan dua alasan: (1) untuk
mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya dan (2)menjaga
keselamatan dalam mempertahankannya dari orang-orang yang
menghalanginya. Perang-perang tersebut antara lain:
1. Perang Badar: kaum muslim menang atas kaum musyrik Quraisy.
Pasukan nabi hanya menggunakan perlengkapan sederhana,
dengan 305 prajurit. Namun orang –orang Yahudi Madinah tidak
senang dan sebenarnya mereka juga tidak sepenuh hati menerima
perjanjian yang dibuat dengan nabi. Setelahnya nabi memerangi
mereka karena berkomplot dengan orang Makkah memerangi
kaum
muslimin
di
Madinah.
Akhirnya
mereka
memilih
meninggalkan Madinah menuju Adhri’at di perbatasan Syria.
2. Perang Uhud: Kaum Quraisy ingin membalas kekalahan mereka
dalam perang Badar. Perang ini terjadi di bukit Uhud. Kaum
muslimin kalah dalam perang ini karena dua hal yaitu; ketika
kemenangan sudah di ambang pintu tiba-tiba prajurit Islam
memungut harta rampasan perang sehingga dua lalai akan gerakgerik musuh dan penghianatan dari Abdullah Ibn Ubay, seorang
munafik dengan 300 orang Yahudi membelot dan kembali ke
7
Madinah sehingga berkuranglah kekuatan kaum muslimin tinggal
700 prajurit. Akhirnya mereka mengungsi ke Khaibar.
3. Perang Khandaq: masyarakat Yahudi yang mengungsi ke Khaibar
bersekutu dengan Makkah untuk menyerang Madinah. Mereka
membentuk pasukan yang berjumlah hingga 24.000 orang tentara
hendak mengepung Madinah. Atas usul Salman Al-Farisi, nabi
memerintahkan umat Islam untuk menggali parit untuk
pertahanan. Akhirnya prajurit Makkah kembali tanpa hasil apapun.
Para penghianat Yahudi Bani Quraizah akhirnya dijatuhi hukuman
berat, hukuman mati.
Perjanjian Hudaibiyah adalah kesepakatan yang antara kaum
muslimin dengan penduduk Mekah. Awalnya tahun 6 Hijriah nabi
dengan seribu kaum muslimin datang ke Mekah mengenakan
pakaian ihram hendak umrah bukan berperang. Karena penduduk
Mekah tidak mengizinkan mereka masuk, mereka mendirikan
kemah di Hudaibiyah. Maka kemudian dibuatlah perjanjian
Hudaibiyah yang isinya:
1. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini namun
ditangguhkan sampai tahun depan.
2. Lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja
3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang
melarikan diri ke Madinah sedang sebaliknya, pihak Quraisy tidak
harus menolak mengembalikan orang-orang Madinah untuk
kembali ke Mekah
4. Selama sepuluh tahun ditangguhkan gencatan senjata antara
masyarakat Madinah dan Mekah
5. Setiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum
Quraisy atau kaum Muslimin, bebas melakukannya tanpa ada
rintangan.
Ternyata perjanjian Hudaibiyah menjadi senjata kaum
muslimin, setelah dua tahun perjanjian tersebut dakwah Islam
sudah menjangkau seluruh jazirah Arab, termasuk suku-suku di
selatan. Orang-orang Quraisy semakin terpojok. Nabi Muhammad
tidak mengalami kesukaran apa-apa dan memasuki kota Mekah
tanpa perlawanan. Beliau tampil sebagai pemenang. Sejak itu,
Makkah berada kekuasaan kaum muslimin.
Pada tahun ke-9 dan 10 H (630-632 M) banyak suku dari
berbagai pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi
Muhammad menyatakan ketundukan mereka. Seluruh Arab
8
dipersatukan dalam persaudaraan Islam. Dalam ibadah Haji Wada,
10 H, Nabi menyampaikan kotbah yang sangat bersejarah.
Kotbahnya berisi prinsip-prinsip kemanusiaan, persamaan, keadilan
sosial, keadilan ekonomi, kebajikan dan solidaritas. Dua bulan
sesudah itu nabi jatuh sakit, kemudian wafat tanggal 12 Rabi’ul
Awal 11 H/ 8 Juni 632 M di rumah istrinya Aisyah.
Bab. III Masa Kemajuan Islam I (650-1000M)
1. Khilafah Rasyidah
Tidak lama setelah Rasulullah Saw. wafat; belum lagi
jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar
berkumpul di balai kota Bani Sai’dah, Madinah untuk
memusyawarahkan siapa yang akan menjadi pemimpin. Setelah
musyawarah yang cukup alot maka terpilihlah Abu Bakar, sebagai
pengganti Nabi. Ia selanjutnya dipanggil dengan sebutan Khalifah
yaitu pemimpin pengganti nabi.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun, pada tahun 634
M ia meninggal dunia. Kekuasaan yang dijalankan oleh khalifah
bersifat sentral; legislatif, eksekutif dan yudikatif. Meskipun
demikian, beliau juga selalu mengajak para sahabat besarnya
untuk bermusyawarah. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya
sudah dekat, ia bermusyawarah dengan pemuka sahabat,
kemudian, mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan
maksud mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan
perpecahan di kalangan umat Islam. Umar menyebut dirinya
Khalifah Khilafati Rasulillah (pengganti dari pengganti rasulullah).
Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mukminin (komandan
orang-orang yang beriman). Pada masa kepemimpinan Umar Islam
berkembang sangat pesat, dalam masa sepuluh tahun kekuasaan
Islam sudah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Syria, sebagian
wilayah Persia, dan Mesir. Dan ia mengatur sistem administrasi
mencontoh sistem yang sudah berkembang di Persia. Masa
jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang
budak dari Persia yang bernama Abu Lu’lu’ah.
Sebelum wafat ia menunjuk enam orang yaitu Utsman, Ali,
Thalhah, Zubair, Sa’ad Ibn Abu Waqas, dan Abdurrahman Ibn ‘Auf.
Setelah ia wafat tim ini bermusyawarah dan menunjuk Usman
sebagai Khalifah melalui persaingan yang ketat dengan Ali Ibn Abi
Thalib. Dimasa kekhalifahan Usman (664-655 M) Armenia, Tunisia,
Cyprus, Rhodesdan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania,
9
dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti
disini.
Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, dan
diakhir pemerintahan beliau muncul perasaan tidak puas dan
kecewa di kalangan umat Islam. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M,
Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari kaum
yang kecewa tersebut. Usman berjasa membangun bendungan
untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian
air ke kota-kota. Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai
membaiat Ali bin Abi Thalib.
Ali hanya memerintah selama 6 tahun dan terjadi pergolakan.
Ia memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman dan
memberlakukan distribusi pajak tahunan diantara orang-orang
Islam. Tidak lama Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair
dan Aisyah, dengan alasan mereka menuntut bela terhadap darah
Usman yang telah dibunuh. Ali ingin menghindari perang, dan
meminta perkara tersebut diselesaikan secara damai. Dan
perangpun berkobar. Perang ini disebut dengan perang Jamal
(unta) karena Aisyah menunggang unta dalam pertempuran
tersebut. Ali menang dalam pertempuran tersebut, Zubair dan
Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali
ke Madinah.
Muawiyah sudah membangun kekuatan untuk menjatuhkan
kekhalifahan Ali, ia didukung oleh sejumlah pejabat yang
kehilangan kedudukan dan jabatan. Ali bergerak dari Kufah menuju
Damaskus dengan sejumlah tentara besar. Pasukannya berpapasan
dengan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi, ini disebut
dengan perang Shiffin. Karena penyelesaian melalui takhim tidak
berhasil malah menghasilkan golongan ketiga yaitu golongan
Khawarij yaitu orang keluar dari barisan Ali. Maka semakin
lemahlah kedudukan Ali, dan Ia terbunuh oleh salah satu anggota
Khawarij.
Kedudukan Ali kemudian dijabat oleh anaknya Hasan, namun
karena kepemimpinannya lemah maka kedudukannya digantikan
oleh Mu’awiyah Ibn Abu Sufyan. Maka berakhirlah masa Khulafa’ur
Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah.
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan
periode Khilafah Rasyidah. Khalifahnya disebut al-Khulafa’ur
Rasyidun (Khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri-ciri
masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi.
Mereka dipilih secara musyawarah. Setelah periode ini,
10
pemerintahan Islam berbentuk kerajaan, dan pemimpinnya bersifat
otoriter.
2. Khilafah Bani Umayyah
Kekhalifahan Bani Umayyah diperoleh dengan cara kekerasan,
diplomasi dan tipu daya, tidak dengan cara musyawarah ataupun
pemilihan. Meskipun ia menggunakan istilah khalifah dalam
pengertian “penguasa yang diangkat oleh Allah”. Kekuasaan Bani
Umayyah berumur kira-kira 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan
oleh Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa
sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti ini adalah; Muawiyah Ibn
Abi Sufyan (661-680M), Abd Al-Malik Ibn Marwan (685-705M), Umar
Ibn Abd al-Aziz (717-720M) dan Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724-743M).
Dinasti Bani Umayyah melakukan ekspansi daerah kekuasaan
Islam antara ke Asia Tengah, serta berjasa melakukan pembangunan
di segala bidang. Meskipun demikian keadaan politik juga bukan
berarti stabil. Muawiyah tidak menaati perjanjiannya dengan Hasan
Ibn Ali. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid
sebagai putra
mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di
kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara
beberapa kali dan berkelanjutan. Salah satunya datang dari Husein
Ibn Ali, pada tahun 680 M, ia pindah dari Mekah ke Kufah atas
permintaan golongan Syiah yang ada di Irak. Umat Islam di sini tidak
mengakui Yazid. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela,
tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya
dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedangkan tubuhnya dikubur di
Karbela. Namum perlawanan kaum Syiah tidak padam sampai disini.
Selain itu gerakan-gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok
Khawairij dan Abdullah Ibn Zubair di Mekah namun semuanya dapat
diredakan.
Dinasti Bani Umayyah berakhir di tangan khalifah Hasyim Ibn
Abdul Malik, karena khalifah-khalifah sesudahnya bukan hanya lemah
tetapi juga bermoral buruk. Hal tersebut memperkuat gerakan
oposisi. Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan
Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani.
3. Khilafah Bani Abbas
Kekhalifahan Abbasiyah didirikan oleh penguasa yang
merupakan keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. yaitu
11
Al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Dinasti ini
berlangsung cukup panjang 750-1258M. Ia terdiri atas lima periode:
1.
Periode pertama 750-847M, disebut pengaruh Persia pertama.
2. Periode kedua (232H/847M-334H/945M), disebut sebagai pengaruh
Turki pertama.
3. Periode ketiga (334 H/945M-447/1055M), masa kekuasaan dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
4. Periode keempat (447H/1055M-590H/1194M), masa kekuasaan
Bani Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, disebut masa
pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima (590H/1194M-656H/1258M), masa khalifah bebas
dari pengaruh dinasti lain, namun efektif kekuasaannya hanya
sebatas kota Baghdad.
Daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah
Harun Al-Rasyid (786-809M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833M).
Kekayaan banyak dimanfaatkan untuk keperluan sosial seperti rumah
sakit, lembaga pendidikan, dan farmasi. Dan tingkat kemakmuran
paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.
Imam-imam mahzab hukum yang empat lahir pada masa
pemerintahan Abbasiyah yang pertama. Imam-imam tersebut antara
lain yaitu; (1)Imam Abu Hanifah (700-767M), pendapat hukumnya
banyak dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, yang
kental dengan kebudayaan Persia (2) Imam Malik (713-795 M) banyak
menggunakan hadist dan tradisi masyarakat Madinah (3) Imam Syafi’i
(767-820M) dan (4) Imam Ahmad Ibn Hanbal (780-855M).
Aliran theologi seperti Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah
berkembang di masa dinasti Abbasiyah. Mu’tazilah adalah aliran yang
menggunakan rasionalitas karena ia dipengaruhi oleh pemikiran
Yunani yang di bawa ke dalam Islam. Ilmu pengetahuan berkembang
dengan pesat dan melahirkan filsuf dan ilmuwan seperti; (1)Al-Farazi,
astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe dan AlFargani, menulis ringkasan Ilmu astronomi,(2) Al-Razi dan Ibnu Sina
ahli ilmu kedokteran, ia menulis ensiklopedia kedokteran paling besar
dalam sejarah,(3)Al-Khawarizmi dalam ilmu matematika, ia pencipta
ilmu Aljabar, (4) Al-Mas’udi, ahli di bidang sejarah dan geografi, (5) AlFarabi, ibn Sina dan Ibnu Rusyid adalah ilmuwan dibidang filsafat
mereka menginterpretasi filsafat Yunani seperti Aristoteles, Socrates
dan Plato.
12
BAB. IV. Masa Disintegrasi (1000-1250M)
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta
kemajuan besar yang dicapai
dinasti Abbasiyah pada periode
pertama mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan
cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin hidup lebih
mewah dari pendahulunya. Pejabat dan hartawan mencontoh gaya
hidup tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan runtuhnya dinasti
Abbasiyah selain gangguan yang terjadi pada roda pemerintahan dan
rakyat menjadi miskin. Kondisi ini membuka peluang kepada tentara
Turki yang semula dipilih oleh khalifah Al-Mu’tashim untuk mengambil
alih pemerintahan. Khalifah melakukan hal tersebut karena
dilatarbelakangi persaingan antara golongan Arab dan Persia.
Kemunduran politik Bani Abbas terjadi pada masa khalifah AlMutawakkil, pemerintahannya lemah karenanya berhasil direbut oleh
orang-orang Turki. Inilah permulaan masa disintegrasi dalam sejarah
politik Islam.
1. Dinasti-dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad
Meskipun dinasti Bani Abbas memperoleh kejayaan namun
tidak pernah diakui oleh Spanyol dan seluruh Afrika Utara bahkan
banyak daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah. Alasannya antara
lain;(1) mungkin para khalifah tidak cukup kuat menundukkan
mereka, (2) penguasa Bani Abbas lebih menitikberatkan pembinaan
peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi. Akibatnya
satu-persatu provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari
genggaman penguasa Bani Abbas.
Menurut Watt sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas
mulai terlihat sejak abad ke-9. Fenomena tersebut bersamaan dengan
datangnya pemimpin-pemimpin militer di provinsi-provinsi tertentu
yang membuat mereka benar-benar independen sementara kekuatan
militer Bani Abbas mengalami kemunduran. Pengangkatan anggota
militer Turki, ternyata kemudian menjadi ancaman besar bagi
13
kekuasaan khalifah. Terlebih lagi muncul gerakan fanatisme
kebangsaan, berupa gerakan Syu’ubiah (kebangsaan Arab).
Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan
Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, diantaranya adalah:
1. Yang berbangsa Persia; Thahiriyah di Khurasan, Shafariyah di Fars,
Samaniyah di Transoxania, Sajiyyah di Azerbaijan, dan Buwaihiyah di
Baghdad.
2. Yang berbangsa Turki; Thuluniyah di Mesir, Ikhsyidiyah di Turkistan,
Ghaznawiyah di Afghanistan, dan dinasti Saljuk.
3. Yang berbangsa Kurdi; Al-Barzuqani, Abu Ali, Ayubiyah.
4. Yang berbangsa Arab; Idrisiyyah di Marokko, Aglabiyah di Tunisia,
Dulafiyah di Kurdistan, Alawiyah di Tabaristan, Hamdaniyah di Aleppo
dan Maushil.
5. Yang mengaku dirinya khilafah:
a. Umawiyah di Spanyol
b. Fathimiyah di Mesir.
Persaingan antar bangsa sangat jelas menjadi pemicu
disintegrasi dan perbedaan pandangan antara pemeluk Syiah dan
Sunni. Adapun faktor-faktor lainnya antara lain:
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah
komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan
2.
Semakin
profesionalnya
angkatan
bersenjata
ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi
sementara
sehingga
3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk
tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun,
khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
2. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan
sering terjadi terutama di awal berdirinya. Namun pada masa-masa
berikutnya walaupun khalifah tidak berdaya, namun tidak ada usaha
perebutan kekuasaan dari tangan mereka. Namun kekhalifahan
dibiarkan sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa
diganggu gugat. Kekuasaan didirikan jauh dari pusat pemerintahan
dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Turki berhasil
14
merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan
boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang
memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik
mereka.
Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada
periode kedua, pada periode ketiga (334H/945M-447H/1055M) daulat
Abbasiyah berada di bawah berada di bawah kekuasaan Bani Buwaih.
Jasa Bani Buwaih terlihat dari pembangunan kanal-kanal, mesjidmesjid, beberapa rumah sakit, dan sejumlah bangunan umum lainnya
serta darinya perhatian pengembangan ilmu pengetahuan dan
kesusastraan. Namun politik Bani Buwaih tidak bertahan lama ,
karena setelah generasi pertama tiga bersaudara Ali, Hasan dan
Ahmad diperebutkan oleh anak-anak mereka, dan hal ini
menyebabkan ketidakstabilan politik. Akhirnya kekuasaannya jatuh ke
tangan dinasti Bani Seljuk yang berasal dari suku Ghuz di wilayah
Turkistan. Dinasti Seljuk kuat pengaruhnya terutama secara militer
mereka sangat tangguh, bani Seljuk menganut paham sunni.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk
berkuasa, setidaknya mereka mampu mengembalikan wibawa yang
lama dirampas oleh Syiah.
Tughrul Bek pemimpin kala itu
memindahkan pusat pemerintahan ke Naisabur dan Ray. Dinastidinasti kecil yang sebelumnya memisahkan diri akhirnya mengakui
kedudukan Bani Abbasiyah untuk membendung paham Syiah dan
mengembangkan mahzab Sunni yang mereka anut.
Kejayaan Bani Seljuk terjadi pada masa Alp Arselan, selain ia
melakukan ekspansi Islam sampai ke Byzantium, yang dikenal dengan
Manzikart ia juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan agama
yang mencapai puncaknya pada zaman Sultan Malik-syah. Maliksyah
dibantu oleh perdana menterinya Nizham Al-Mulk, yang kemudian
memprakarsai berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065M) dan
Madrasah Hanafiah di Baghdad. Sesudah mereka terjadi kemunduran
pemerintahan, dinasti-dinasti kecil kembali memisahkan diri.
Kekuasaan terakhir berada di tangan Khawarizm Syah pada 1199 M.
3. Perang Salib
Latar belakang dari perang salib adalah peristiwa Manzikart
461 H (1071 M) dimana Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000
prajurit, berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah
200.000 yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr,
Prancis dan Armenia. Perang ini menimbulkan benih permusuhan dan
kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam. Dan kebencian
tersebut bertambah ketika dinasti Seljuk berhasil merebut Bait AlMaqdis pada tahun 471 H dari dinasti Fathimiyah di Mesir dan
15
menetapkan peraturan bagi umat Kristen yang hendak berziarah ke
sana. Hal ini menyulitkan mereka. Pada tahun 1095 M, Paus Urbanus
II berseru kepada umat kristen di Eropa untuk melakukan perang suci.
Perang ini dikenal dengan nama perang salib.
Perang Salib terjadi dalam tiga periode:
1. Periode Pertama: tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey,
Bohemond, dan Raymond memperoleh kemenangan besar, dengan
150.000 tentara mereka berhasil merebut Bait Al-Maqdis, 15 Juli 1099
M.
2. Periode kedua: Salhah Al-Din Al-Ayyubi menggantikan Nuruddin
Zanki melanjutkan perang salib kedua yang dicetuskan oleh Paus
Eugenius karena jatuhnya Edessa ke tangan kaum muslimin pada
tahun 1144 M. Salhah Al-Din berhasil merebut kembali Bait Al-Maqdis.
Namun kemudian dibuat perjanjian antara tentara salib dengan
Salhah Al-Din yang disebut dengan Shul al-Ramlah dalam perjanjian
ini, orang-orang Kristen yang berziarah ke bait Al-maqdis tidak akan
diganggu.
3. Periode ketiga: Raja Jerman Frederik II berusaha merebut kembali
Bait Al-maqdis namun ia hendak merebut Mesir terlebih dahulu.
Tentara muslim di bawah dinasti Mamalik berhasil mempertahankan
Palestina. Disamping itu Perang Salib berkobar di Timur, dan di Barat
sampai akhirnya Islam terusir dari Spanyol.
D. Sebab-sebab Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas
1. Persaingan Antarbangsa: dinasti Abbasiyah cenderung memilih
orang-orang Persia daripada orang Arab, dan dengan adanya
‘assyabiyah kesukuan dan perpecahan di bangsa Arab sendiri.
Masing-masing bangsa ingin mendominasi sehingga akhirnya pada
masa kekhalifahan Al-Mutawakil yang lemah tentara Turki naik dan
menguasai Bani Abbas.
2. Kemerosotan Ekonomi: setelah khalifah mengalami masa
kemunduran, pendapatan negara menurun, yang disebabkan oleh
menyempitnya wilayah kekuasaan.
3. Konflik Keagamaan: datang dari golongan Zindiq dari Persia dengan
kaum muslim, Islam Syiah dan Sunni, serta aliran theologis
mu’tazillah yang cenderung rasional dituduh bid’ah oleh golongan
salaf (pengikut Hanbali).
16
4.
Ancaman dari Luar: perang salib yang berlangsung dalam
beberapa gelombang menelan banyak korban dan serangan tentara
Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.
Daftar Pustaka :
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban
Islamiyah II”, Rajawali Press, Jakarta, 2010
Islam
“Dirasah
Dari segi ajaran paling dasar dalam Islam muncullah ilmu
akidah yang membahas soal iman, kufr dan sebagainya. Ilmu ini
kemudian dengan masuknya logika dari Yunani ke dalam Islam
17
berkembang menjadi ilmu kalam yang sekarang dikenal dengan
nama teologi Islam. Didalamnya terdapat lima aliran, Khawarij,
Mur’jiah, Mu’tazilah, Asy’ariah dan Maturidiyah.
Sejarah perkembangan ilmu kalam;
Ilmu kalam kalau diterjemahkan ke dalam bahasa
sekarang adalah teologi Islam. Ilmu kalam membahas tentang
Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan, seperti iman,
kufur, perbuatan manusia, perbuatan dan sifat Tuhan, serta
membahas soal akidah.
Masalah akidah muncul sebagai akibat dari masalah
politik. Setelah terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, umat
Islam di Madinah mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah
ke-empat, sebagai penggantinya. Pengangkatannya ditentang
oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Gubernur Damsyik, dengan
alasan bahwa Ali ikut bertanggung jawab atas pembunuhan
utsman bin Affan. Akibat pertentangan inilah terjadi perang
Shiffin.
18
Kata Pengantar
2
Bab. I. Pendahuluan
3
Bab.II. Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW.
4
A. Arab Sebelum Islam
B. Riwayat Hidup Nabi Muhammad: Dakwah dan Perjuangan
1. Sebelum Masa Kerasulan
2. Masa Kerasulan
3. Pembentukan Negara Madinah
Bab. III Masa Kemajuan Islam I (650-1000M)
8
1. Khilafah Rasyidah
2. Khilafah Bani Umayyah
3. Dinasti Bani Abbas
BAB. IV. Masa Disintegrasi (1000-1250M)
1. Dinasti-dinasti yang memerdekakan Diri dari Baghdad
2. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
3. Perang Salib
4. Sebab-sebab Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas
Lampiran : Pembidangan Ilmu Agama Islam
1
12
Kata Pengantar
Makalah kali ini berisi rangkuman mata kuliah ”Sejarah
Peradaban Islam ” yang disusun secara berkelompok.
Sejarah Islam mulai dari kemunculannya di jazirah Arab dari
wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw. diringkas dan
disarikan dalam makalah ini untuk mengambil hal-hal yang penting
mengenai perkembangan, kejayaan serta kemundurannya. Banyak
pelajaran yang dapat diteladani oleh mahasiswa terutama mahasiswa
ilmu sosial. Nilai-nilai
Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadist serta kepemimpinan Rasulullah Saw. merupakan inspirasi dari
kebudayaan dan peradaban Islam.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat berupa pengetahuan
tentang sejarah kebudayaan dan peradaban Islam, bagi pembaca dan
menjadi rahmat bagi kami. Amin.
Banda Aceh, Januari
2011
Tim Penyusun
2
Bab. I. Pendahuluan
Definisi Peradaban dan kebudayaan Islam hampir bersinonim,
namun terdapat perbedaan yakni pada manifestasi-manifestasi
ataupun produk yang dihasilkannya. Jika kebudayaan merupakan
bentuk ungkapan semangat yang mendalam dari sebuah yang
diwujudkan dalam seni, sastra, religi dan moral. Sedangkan
manifestasi peradaban adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
kemajuan mekanis dan teknologis.
Peradaban Islam adalah peradaban yang lahir dari Islam,
agama yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Telah membawa bangsa Arab yang semula terkebelakang, bodoh,
tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain menjadi
bangsa yang maju pada masa itu. Kekaguman dari kalangan Barat
muncul dari H.A.R Gibb dalam bukunya yang berjudul Whitter Islam
menyatakan “ Islam is indeed much more than a system of theology,
it is a complete civilization”(Islam sesungguhnya lebih dari sekedar
sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Mengapa
demikian, karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulmya
kebudayaan adalah Agama Islam.
Ungkapan-ungkapan dalam budaya Islam menggunakan
bahasa Arab, sebagai bahasa administrasi, namun selanjutnya pada
pemerintahan Islam semakin berkembang dan menggunakan bahasa
lain seperti Persia, Turki, Urdu di India, dan Melayu di Asia Tenggara.
Kajian peradaban Islam tidak lagi menganut pendapat bahwa
Islam adalah satu, namun terdapat pendapat ia sudah terbagi dalam
beberapa “peradaban Islam”. Saat ini peradaban Islam sudah terbagi
dalam empat kelompok dominan yaitu:
1. Kawasan pengaruh kebudayaan Arab yakni; Timur Tengah,
Afrika Utara, termasuk Spanyol Islam.
2. Kawasan pengaruh kebudayaan Persia yaitu; Iran dan
negara-negara Islam Asia Tengah.
3. Kawasan pengaruh Kebudayaan Turki
4. Kawasan pengaruh kebudayaan India Islam.
Jika pada periode Klasik, peran Arab sangat dominan
dikarenakan Islam lahir di sana, maka pada periode pertengahan
muncul tiga kerajaan besar Islam yang mewakili tiga kawasan
3
budaya, yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan
kerajaan Mughal di India.
Sejarah politik dunia Islam terbagi menjadi tiga periode, pertama
Periode Klasik (650-1250 M), kedua periode pertengahan (1250-1800
M), ketiga periode modern (1800 sampai sekarang).
Bab.II. Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW.
A. Arab Sebelum Islam
Jazirah Arab pada tahun 570 M merupakan jalur perdagangan
yang ramai karena menghubungkan Yaman Selatan dengan Syria di
utara. Ka’bah merupakan tempat berziarah dan pusat keagamaan,
terdapat 360 berhala. Suku Badui yang hidup dengan cara nomadik,
berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air dan
padang rumput untuk binatang gembalaan mereka yakni kambing
dan onta.
Dari asal-usul kehidupan penduduk jazirah Arab terbagi atas
dua golongan besar yaitu; Qathaniyun (Keturunan Qathan) dan
Adnaniyun (keturunan Ismail Ibn Ibrahim). Masyarakatnya baik yang
hidup nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya suku
Badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan
dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa
keluarga membentuk kabilah atau clan. Mereka suka berperang dan
nilai perempuan menjadi sangat rendah, akibatnya kebudayaan
mereka tidak berkembang. Ahmad Syalabi menyebutkan sejarah
mereka hanya dapat diketahui 150 tahun menjelang lahirnya agama
Islam. Adapun pengetahuan tersebut diperoleh dari syair-syair suku
Badui. Suku Badui berkarakter bersemangat tinggi dalam mencari
nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, juga dikenal sebagai
masyarakat yang cinta kebebasan.
Kebudayaan luar yang berkembang menjelang Islam lahir
masuk ke Arab melalui beberapa jalur; yang terpenting diantaranya
adalah: (1) melalui hubungan dagang dengan bangsa lain,(2) melalui
kerajaan-kerajaan protektorat, Hirah dan Ghassan,(3) masuknya misi
Yahudi dan Kristen. Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk
ke jazirah Arab, namun bangsa Arab masih menganut agama asli
mereka yaitu paganisme dengan menyembah berhala yang di
letakkan di sekeliling Ka’bah.
B. Riwayat
Perjuangan
Hidup
Nabi
4
Muhammad:
Dakwah
dan
1. Sebelum Masa Kerasulan
Nabi Muhammad Saw. dilahirkan dalam Bani Hasyim yang
terhormat namun miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul
Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang berpengaruh. Ibunya
bernama Siti Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun
kelahirannya dikenal dengan Tahun Gajah (570 M), kala itu pasukan
gajah Abrahah gubernur kerajaan Habsyi di Ethiopia, menunggang
gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Muhammad lahir dalam keadaan
yatim karena ayahnya Abdullah meninggal dunia tiga bulan setelah
dia menikahi Aminah.
Kemudian Muhammad di susui dan besarkan sampai berumur
empat tahun oleh Halimah Sa’diyyah dan kemudian dikembalikan
kepada ibunya. Dua tahun dalam pengasuhan, ibunya meninggal
dunia dan ia kemudian diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib. Setelah
kakeknya meninggal pengasuhan Muhammad digantikan oleh
pamannya Abu Thalib.
Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya
dan kambing penduduk Mekkah. Melalui kegiatan ini ia menemukan
tempat untuk berpikir dan merenung. Nabi Muhammad untuk
pertama kali ikut dalam kafilah dagang ke Syria yang dipimpin oleh
Abu Thalib saat ia berusia 12 tahun. Diusianya 25 tahun ia sudah
membawa barang dagangan Khadijah seorang janda dan saudagar
kaya yang kemudian menjadi istrinya. Perbedaan usia mereka cukup
jauh karena Khadijah sudah berusia 40 tahun.
Peristiwa penting yang menunjukan kebijaksanaan Muhammad
terjadi ketika beliau berusia 35 tahun. Terjadi perselisihan sewaktu
pemugaran Ka’bah, ketika itu para kepala suku Quraisy berselisih
mengenai peletakan Hajar Aswad, mereka kemudian mengundi siapa
yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa maka ialah yang
dipilih menjadi hakim. Muhammad yang bergelar Al-Amin kebetulan
adalah orang pertama yang masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, ia
menggelar kain dan hajar aswad di letakkan di tengah-tengah kain
dan ujung kain dipegang oleh tiap-tiap kepala suku. Semua kepala
suku kemudian puas dengan penyelesaian yang bijaksana itu.
2. Masa Kerasulan
Memasuki usia 40 tahun Muhammad sering memisahkan diri
dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke Gua Hira, yang
jaraknya beberapa kilometer
di utara Mekah. Pada tanggal 17
Ramadhan
611
M,
malaikat
Jibril
muncul
dihadapannya,
5
menyampaikan wahyu Allah yang pertama: Bacalah dengan
menyebut nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu maha mulia. Dia
mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak
mereka ketahui (Q.S 96: 1-5). Dengan turunnya wahyu pertama ini, ia
telah dipilih sebagai nabi. Namun ia belum diperintahkan untuk
menyeru manusia kepada suatu agama.
Ia mulai berdakwah setelah turun wahyu kedua setelah agak lama
menunggu kedatangan Jibril. Wahyu tersebut berbunyi: Hai orang
yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah engkau
besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan
perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu bersabarlah(Al-Mudatsir: 1-7). Sejak itulah beliau
mulai berdakwah.
Dakwah mulanya dilakukan secara diam-diam di lingkungan
sendiri dan rekan-rekannya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah,
kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur
10 tahun. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak kanak-kanak.
Kemudian setelah turun wahyu untuk menyiarkan secara umum, ia
mengajak kerabatnya untuk masuk Islam. Setelah berdakwah secara
terang-terangan, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi
dakwah rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut rasul, maka
semakin keras tantangan dilancarkan oleh kaum Quraisy. Segala cara
diupayakan oleh mereka untuk menyingkirkan Muhammad. Setelah
Abu Thalib meninggal, maka tidak ada lagi pelindung rasul dari
kekejian suku Quraisy. Dan di tahun kesedihan itu Khadijah istrinya
juga meninggal dunia. Kemudian Allah mengisra’ dan memi’rajkan
rasul di 10 tahun kenabiannya.
Penduduk Yastrib yakni suku ‘Aus dan Khazraj yang berhaji ke
Mekah minta didamaikan oleh nabi karena selalu berperang, dan
terjadilah perjanjian Aqabah. Di perjanjian Aqabah yang kedua
mereka meminta nabi untuk pindah ke Yastrib. Karena suku
mengetahui perjanjian tersebut maka mereka berniat membunuhnya,
hal inilah yang mendorong nabi untuk segera Hijrah ke Yastrib, kurang
lebih 150 orang muslimin meninggalkan kota Mekah.
Nabi memasuki kota Yastrib dan penduduknya sangat mengeluelukan kedatangannya. Sejak itu sebagai penghormatan terhadap
nabi, nama kota Yastrib dirubah menjadi Madinatul Munawwarah
(Kota yang bercahaya) atau lebih dikenal dengan sebutan Madinah.
6
3. Pembentukan Negara Madinah
Di Madinah nabi sudah memperoleh kedudukan tidak hanya
sebagai pemimpin dalam urusan agama namun juga politik. Ia
dipercaya sebagai kepala negara. Di sanalah nabi mulai meletakkan
dasar-dasar kehidupan bernegara antara lain:
a. Pembangunan masjid, selain sebagai tempat shalat ia juga
sebagai sarana penting untuk menyatukan umat Islam
b. Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama muslim. Nabi
mempersaudarakan golongan Muhajirin yaitu orang-orang yang
hijrah dari Makkah ke Madinah, dan Anshar yaitu penduduk
Madinah yang sudah memeluk Islam dan membantu kaum
Muhajirin.
c. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam. Di Madinah selain orang-orang Arab Islam, juga
terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang
masih memeluk agama nenek moyang. Nabi mengadakan ikatan
perjanjian dengan mereka yang disebut dengan Konstitusi
Madinah. Kedudukan Islam semakin kuat dengan pendirian negara
Madinah, hal ini meresahkan orang-orang Quraisy untuk terus
memerangi kaum muslimin.
Kaum muslimin diizinkan berperang dengan dua alasan: (1) untuk
mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya dan (2)menjaga
keselamatan dalam mempertahankannya dari orang-orang yang
menghalanginya. Perang-perang tersebut antara lain:
1. Perang Badar: kaum muslim menang atas kaum musyrik Quraisy.
Pasukan nabi hanya menggunakan perlengkapan sederhana,
dengan 305 prajurit. Namun orang –orang Yahudi Madinah tidak
senang dan sebenarnya mereka juga tidak sepenuh hati menerima
perjanjian yang dibuat dengan nabi. Setelahnya nabi memerangi
mereka karena berkomplot dengan orang Makkah memerangi
kaum
muslimin
di
Madinah.
Akhirnya
mereka
memilih
meninggalkan Madinah menuju Adhri’at di perbatasan Syria.
2. Perang Uhud: Kaum Quraisy ingin membalas kekalahan mereka
dalam perang Badar. Perang ini terjadi di bukit Uhud. Kaum
muslimin kalah dalam perang ini karena dua hal yaitu; ketika
kemenangan sudah di ambang pintu tiba-tiba prajurit Islam
memungut harta rampasan perang sehingga dua lalai akan gerakgerik musuh dan penghianatan dari Abdullah Ibn Ubay, seorang
munafik dengan 300 orang Yahudi membelot dan kembali ke
7
Madinah sehingga berkuranglah kekuatan kaum muslimin tinggal
700 prajurit. Akhirnya mereka mengungsi ke Khaibar.
3. Perang Khandaq: masyarakat Yahudi yang mengungsi ke Khaibar
bersekutu dengan Makkah untuk menyerang Madinah. Mereka
membentuk pasukan yang berjumlah hingga 24.000 orang tentara
hendak mengepung Madinah. Atas usul Salman Al-Farisi, nabi
memerintahkan umat Islam untuk menggali parit untuk
pertahanan. Akhirnya prajurit Makkah kembali tanpa hasil apapun.
Para penghianat Yahudi Bani Quraizah akhirnya dijatuhi hukuman
berat, hukuman mati.
Perjanjian Hudaibiyah adalah kesepakatan yang antara kaum
muslimin dengan penduduk Mekah. Awalnya tahun 6 Hijriah nabi
dengan seribu kaum muslimin datang ke Mekah mengenakan
pakaian ihram hendak umrah bukan berperang. Karena penduduk
Mekah tidak mengizinkan mereka masuk, mereka mendirikan
kemah di Hudaibiyah. Maka kemudian dibuatlah perjanjian
Hudaibiyah yang isinya:
1. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini namun
ditangguhkan sampai tahun depan.
2. Lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja
3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang
melarikan diri ke Madinah sedang sebaliknya, pihak Quraisy tidak
harus menolak mengembalikan orang-orang Madinah untuk
kembali ke Mekah
4. Selama sepuluh tahun ditangguhkan gencatan senjata antara
masyarakat Madinah dan Mekah
5. Setiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum
Quraisy atau kaum Muslimin, bebas melakukannya tanpa ada
rintangan.
Ternyata perjanjian Hudaibiyah menjadi senjata kaum
muslimin, setelah dua tahun perjanjian tersebut dakwah Islam
sudah menjangkau seluruh jazirah Arab, termasuk suku-suku di
selatan. Orang-orang Quraisy semakin terpojok. Nabi Muhammad
tidak mengalami kesukaran apa-apa dan memasuki kota Mekah
tanpa perlawanan. Beliau tampil sebagai pemenang. Sejak itu,
Makkah berada kekuasaan kaum muslimin.
Pada tahun ke-9 dan 10 H (630-632 M) banyak suku dari
berbagai pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi
Muhammad menyatakan ketundukan mereka. Seluruh Arab
8
dipersatukan dalam persaudaraan Islam. Dalam ibadah Haji Wada,
10 H, Nabi menyampaikan kotbah yang sangat bersejarah.
Kotbahnya berisi prinsip-prinsip kemanusiaan, persamaan, keadilan
sosial, keadilan ekonomi, kebajikan dan solidaritas. Dua bulan
sesudah itu nabi jatuh sakit, kemudian wafat tanggal 12 Rabi’ul
Awal 11 H/ 8 Juni 632 M di rumah istrinya Aisyah.
Bab. III Masa Kemajuan Islam I (650-1000M)
1. Khilafah Rasyidah
Tidak lama setelah Rasulullah Saw. wafat; belum lagi
jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar
berkumpul di balai kota Bani Sai’dah, Madinah untuk
memusyawarahkan siapa yang akan menjadi pemimpin. Setelah
musyawarah yang cukup alot maka terpilihlah Abu Bakar, sebagai
pengganti Nabi. Ia selanjutnya dipanggil dengan sebutan Khalifah
yaitu pemimpin pengganti nabi.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun, pada tahun 634
M ia meninggal dunia. Kekuasaan yang dijalankan oleh khalifah
bersifat sentral; legislatif, eksekutif dan yudikatif. Meskipun
demikian, beliau juga selalu mengajak para sahabat besarnya
untuk bermusyawarah. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya
sudah dekat, ia bermusyawarah dengan pemuka sahabat,
kemudian, mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan
maksud mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan
perpecahan di kalangan umat Islam. Umar menyebut dirinya
Khalifah Khilafati Rasulillah (pengganti dari pengganti rasulullah).
Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mukminin (komandan
orang-orang yang beriman). Pada masa kepemimpinan Umar Islam
berkembang sangat pesat, dalam masa sepuluh tahun kekuasaan
Islam sudah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Syria, sebagian
wilayah Persia, dan Mesir. Dan ia mengatur sistem administrasi
mencontoh sistem yang sudah berkembang di Persia. Masa
jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang
budak dari Persia yang bernama Abu Lu’lu’ah.
Sebelum wafat ia menunjuk enam orang yaitu Utsman, Ali,
Thalhah, Zubair, Sa’ad Ibn Abu Waqas, dan Abdurrahman Ibn ‘Auf.
Setelah ia wafat tim ini bermusyawarah dan menunjuk Usman
sebagai Khalifah melalui persaingan yang ketat dengan Ali Ibn Abi
Thalib. Dimasa kekhalifahan Usman (664-655 M) Armenia, Tunisia,
Cyprus, Rhodesdan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania,
9
dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti
disini.
Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, dan
diakhir pemerintahan beliau muncul perasaan tidak puas dan
kecewa di kalangan umat Islam. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M,
Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari kaum
yang kecewa tersebut. Usman berjasa membangun bendungan
untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian
air ke kota-kota. Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai
membaiat Ali bin Abi Thalib.
Ali hanya memerintah selama 6 tahun dan terjadi pergolakan.
Ia memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman dan
memberlakukan distribusi pajak tahunan diantara orang-orang
Islam. Tidak lama Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair
dan Aisyah, dengan alasan mereka menuntut bela terhadap darah
Usman yang telah dibunuh. Ali ingin menghindari perang, dan
meminta perkara tersebut diselesaikan secara damai. Dan
perangpun berkobar. Perang ini disebut dengan perang Jamal
(unta) karena Aisyah menunggang unta dalam pertempuran
tersebut. Ali menang dalam pertempuran tersebut, Zubair dan
Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali
ke Madinah.
Muawiyah sudah membangun kekuatan untuk menjatuhkan
kekhalifahan Ali, ia didukung oleh sejumlah pejabat yang
kehilangan kedudukan dan jabatan. Ali bergerak dari Kufah menuju
Damaskus dengan sejumlah tentara besar. Pasukannya berpapasan
dengan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi, ini disebut
dengan perang Shiffin. Karena penyelesaian melalui takhim tidak
berhasil malah menghasilkan golongan ketiga yaitu golongan
Khawarij yaitu orang keluar dari barisan Ali. Maka semakin
lemahlah kedudukan Ali, dan Ia terbunuh oleh salah satu anggota
Khawarij.
Kedudukan Ali kemudian dijabat oleh anaknya Hasan, namun
karena kepemimpinannya lemah maka kedudukannya digantikan
oleh Mu’awiyah Ibn Abu Sufyan. Maka berakhirlah masa Khulafa’ur
Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah.
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan
periode Khilafah Rasyidah. Khalifahnya disebut al-Khulafa’ur
Rasyidun (Khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri-ciri
masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi.
Mereka dipilih secara musyawarah. Setelah periode ini,
10
pemerintahan Islam berbentuk kerajaan, dan pemimpinnya bersifat
otoriter.
2. Khilafah Bani Umayyah
Kekhalifahan Bani Umayyah diperoleh dengan cara kekerasan,
diplomasi dan tipu daya, tidak dengan cara musyawarah ataupun
pemilihan. Meskipun ia menggunakan istilah khalifah dalam
pengertian “penguasa yang diangkat oleh Allah”. Kekuasaan Bani
Umayyah berumur kira-kira 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan
oleh Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa
sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti ini adalah; Muawiyah Ibn
Abi Sufyan (661-680M), Abd Al-Malik Ibn Marwan (685-705M), Umar
Ibn Abd al-Aziz (717-720M) dan Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724-743M).
Dinasti Bani Umayyah melakukan ekspansi daerah kekuasaan
Islam antara ke Asia Tengah, serta berjasa melakukan pembangunan
di segala bidang. Meskipun demikian keadaan politik juga bukan
berarti stabil. Muawiyah tidak menaati perjanjiannya dengan Hasan
Ibn Ali. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid
sebagai putra
mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di
kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara
beberapa kali dan berkelanjutan. Salah satunya datang dari Husein
Ibn Ali, pada tahun 680 M, ia pindah dari Mekah ke Kufah atas
permintaan golongan Syiah yang ada di Irak. Umat Islam di sini tidak
mengakui Yazid. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela,
tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya
dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedangkan tubuhnya dikubur di
Karbela. Namum perlawanan kaum Syiah tidak padam sampai disini.
Selain itu gerakan-gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok
Khawairij dan Abdullah Ibn Zubair di Mekah namun semuanya dapat
diredakan.
Dinasti Bani Umayyah berakhir di tangan khalifah Hasyim Ibn
Abdul Malik, karena khalifah-khalifah sesudahnya bukan hanya lemah
tetapi juga bermoral buruk. Hal tersebut memperkuat gerakan
oposisi. Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan
Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani.
3. Khilafah Bani Abbas
Kekhalifahan Abbasiyah didirikan oleh penguasa yang
merupakan keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. yaitu
11
Al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Dinasti ini
berlangsung cukup panjang 750-1258M. Ia terdiri atas lima periode:
1.
Periode pertama 750-847M, disebut pengaruh Persia pertama.
2. Periode kedua (232H/847M-334H/945M), disebut sebagai pengaruh
Turki pertama.
3. Periode ketiga (334 H/945M-447/1055M), masa kekuasaan dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
4. Periode keempat (447H/1055M-590H/1194M), masa kekuasaan
Bani Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, disebut masa
pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima (590H/1194M-656H/1258M), masa khalifah bebas
dari pengaruh dinasti lain, namun efektif kekuasaannya hanya
sebatas kota Baghdad.
Daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah
Harun Al-Rasyid (786-809M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833M).
Kekayaan banyak dimanfaatkan untuk keperluan sosial seperti rumah
sakit, lembaga pendidikan, dan farmasi. Dan tingkat kemakmuran
paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.
Imam-imam mahzab hukum yang empat lahir pada masa
pemerintahan Abbasiyah yang pertama. Imam-imam tersebut antara
lain yaitu; (1)Imam Abu Hanifah (700-767M), pendapat hukumnya
banyak dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, yang
kental dengan kebudayaan Persia (2) Imam Malik (713-795 M) banyak
menggunakan hadist dan tradisi masyarakat Madinah (3) Imam Syafi’i
(767-820M) dan (4) Imam Ahmad Ibn Hanbal (780-855M).
Aliran theologi seperti Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah
berkembang di masa dinasti Abbasiyah. Mu’tazilah adalah aliran yang
menggunakan rasionalitas karena ia dipengaruhi oleh pemikiran
Yunani yang di bawa ke dalam Islam. Ilmu pengetahuan berkembang
dengan pesat dan melahirkan filsuf dan ilmuwan seperti; (1)Al-Farazi,
astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe dan AlFargani, menulis ringkasan Ilmu astronomi,(2) Al-Razi dan Ibnu Sina
ahli ilmu kedokteran, ia menulis ensiklopedia kedokteran paling besar
dalam sejarah,(3)Al-Khawarizmi dalam ilmu matematika, ia pencipta
ilmu Aljabar, (4) Al-Mas’udi, ahli di bidang sejarah dan geografi, (5) AlFarabi, ibn Sina dan Ibnu Rusyid adalah ilmuwan dibidang filsafat
mereka menginterpretasi filsafat Yunani seperti Aristoteles, Socrates
dan Plato.
12
BAB. IV. Masa Disintegrasi (1000-1250M)
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta
kemajuan besar yang dicapai
dinasti Abbasiyah pada periode
pertama mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan
cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin hidup lebih
mewah dari pendahulunya. Pejabat dan hartawan mencontoh gaya
hidup tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan runtuhnya dinasti
Abbasiyah selain gangguan yang terjadi pada roda pemerintahan dan
rakyat menjadi miskin. Kondisi ini membuka peluang kepada tentara
Turki yang semula dipilih oleh khalifah Al-Mu’tashim untuk mengambil
alih pemerintahan. Khalifah melakukan hal tersebut karena
dilatarbelakangi persaingan antara golongan Arab dan Persia.
Kemunduran politik Bani Abbas terjadi pada masa khalifah AlMutawakkil, pemerintahannya lemah karenanya berhasil direbut oleh
orang-orang Turki. Inilah permulaan masa disintegrasi dalam sejarah
politik Islam.
1. Dinasti-dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad
Meskipun dinasti Bani Abbas memperoleh kejayaan namun
tidak pernah diakui oleh Spanyol dan seluruh Afrika Utara bahkan
banyak daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah. Alasannya antara
lain;(1) mungkin para khalifah tidak cukup kuat menundukkan
mereka, (2) penguasa Bani Abbas lebih menitikberatkan pembinaan
peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi. Akibatnya
satu-persatu provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari
genggaman penguasa Bani Abbas.
Menurut Watt sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas
mulai terlihat sejak abad ke-9. Fenomena tersebut bersamaan dengan
datangnya pemimpin-pemimpin militer di provinsi-provinsi tertentu
yang membuat mereka benar-benar independen sementara kekuatan
militer Bani Abbas mengalami kemunduran. Pengangkatan anggota
militer Turki, ternyata kemudian menjadi ancaman besar bagi
13
kekuasaan khalifah. Terlebih lagi muncul gerakan fanatisme
kebangsaan, berupa gerakan Syu’ubiah (kebangsaan Arab).
Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan
Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, diantaranya adalah:
1. Yang berbangsa Persia; Thahiriyah di Khurasan, Shafariyah di Fars,
Samaniyah di Transoxania, Sajiyyah di Azerbaijan, dan Buwaihiyah di
Baghdad.
2. Yang berbangsa Turki; Thuluniyah di Mesir, Ikhsyidiyah di Turkistan,
Ghaznawiyah di Afghanistan, dan dinasti Saljuk.
3. Yang berbangsa Kurdi; Al-Barzuqani, Abu Ali, Ayubiyah.
4. Yang berbangsa Arab; Idrisiyyah di Marokko, Aglabiyah di Tunisia,
Dulafiyah di Kurdistan, Alawiyah di Tabaristan, Hamdaniyah di Aleppo
dan Maushil.
5. Yang mengaku dirinya khilafah:
a. Umawiyah di Spanyol
b. Fathimiyah di Mesir.
Persaingan antar bangsa sangat jelas menjadi pemicu
disintegrasi dan perbedaan pandangan antara pemeluk Syiah dan
Sunni. Adapun faktor-faktor lainnya antara lain:
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah
komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan
2.
Semakin
profesionalnya
angkatan
bersenjata
ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi
sementara
sehingga
3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk
tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun,
khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
2. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan
sering terjadi terutama di awal berdirinya. Namun pada masa-masa
berikutnya walaupun khalifah tidak berdaya, namun tidak ada usaha
perebutan kekuasaan dari tangan mereka. Namun kekhalifahan
dibiarkan sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa
diganggu gugat. Kekuasaan didirikan jauh dari pusat pemerintahan
dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Turki berhasil
14
merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan
boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang
memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik
mereka.
Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada
periode kedua, pada periode ketiga (334H/945M-447H/1055M) daulat
Abbasiyah berada di bawah berada di bawah kekuasaan Bani Buwaih.
Jasa Bani Buwaih terlihat dari pembangunan kanal-kanal, mesjidmesjid, beberapa rumah sakit, dan sejumlah bangunan umum lainnya
serta darinya perhatian pengembangan ilmu pengetahuan dan
kesusastraan. Namun politik Bani Buwaih tidak bertahan lama ,
karena setelah generasi pertama tiga bersaudara Ali, Hasan dan
Ahmad diperebutkan oleh anak-anak mereka, dan hal ini
menyebabkan ketidakstabilan politik. Akhirnya kekuasaannya jatuh ke
tangan dinasti Bani Seljuk yang berasal dari suku Ghuz di wilayah
Turkistan. Dinasti Seljuk kuat pengaruhnya terutama secara militer
mereka sangat tangguh, bani Seljuk menganut paham sunni.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk
berkuasa, setidaknya mereka mampu mengembalikan wibawa yang
lama dirampas oleh Syiah.
Tughrul Bek pemimpin kala itu
memindahkan pusat pemerintahan ke Naisabur dan Ray. Dinastidinasti kecil yang sebelumnya memisahkan diri akhirnya mengakui
kedudukan Bani Abbasiyah untuk membendung paham Syiah dan
mengembangkan mahzab Sunni yang mereka anut.
Kejayaan Bani Seljuk terjadi pada masa Alp Arselan, selain ia
melakukan ekspansi Islam sampai ke Byzantium, yang dikenal dengan
Manzikart ia juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan agama
yang mencapai puncaknya pada zaman Sultan Malik-syah. Maliksyah
dibantu oleh perdana menterinya Nizham Al-Mulk, yang kemudian
memprakarsai berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065M) dan
Madrasah Hanafiah di Baghdad. Sesudah mereka terjadi kemunduran
pemerintahan, dinasti-dinasti kecil kembali memisahkan diri.
Kekuasaan terakhir berada di tangan Khawarizm Syah pada 1199 M.
3. Perang Salib
Latar belakang dari perang salib adalah peristiwa Manzikart
461 H (1071 M) dimana Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000
prajurit, berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah
200.000 yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr,
Prancis dan Armenia. Perang ini menimbulkan benih permusuhan dan
kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam. Dan kebencian
tersebut bertambah ketika dinasti Seljuk berhasil merebut Bait AlMaqdis pada tahun 471 H dari dinasti Fathimiyah di Mesir dan
15
menetapkan peraturan bagi umat Kristen yang hendak berziarah ke
sana. Hal ini menyulitkan mereka. Pada tahun 1095 M, Paus Urbanus
II berseru kepada umat kristen di Eropa untuk melakukan perang suci.
Perang ini dikenal dengan nama perang salib.
Perang Salib terjadi dalam tiga periode:
1. Periode Pertama: tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey,
Bohemond, dan Raymond memperoleh kemenangan besar, dengan
150.000 tentara mereka berhasil merebut Bait Al-Maqdis, 15 Juli 1099
M.
2. Periode kedua: Salhah Al-Din Al-Ayyubi menggantikan Nuruddin
Zanki melanjutkan perang salib kedua yang dicetuskan oleh Paus
Eugenius karena jatuhnya Edessa ke tangan kaum muslimin pada
tahun 1144 M. Salhah Al-Din berhasil merebut kembali Bait Al-Maqdis.
Namun kemudian dibuat perjanjian antara tentara salib dengan
Salhah Al-Din yang disebut dengan Shul al-Ramlah dalam perjanjian
ini, orang-orang Kristen yang berziarah ke bait Al-maqdis tidak akan
diganggu.
3. Periode ketiga: Raja Jerman Frederik II berusaha merebut kembali
Bait Al-maqdis namun ia hendak merebut Mesir terlebih dahulu.
Tentara muslim di bawah dinasti Mamalik berhasil mempertahankan
Palestina. Disamping itu Perang Salib berkobar di Timur, dan di Barat
sampai akhirnya Islam terusir dari Spanyol.
D. Sebab-sebab Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas
1. Persaingan Antarbangsa: dinasti Abbasiyah cenderung memilih
orang-orang Persia daripada orang Arab, dan dengan adanya
‘assyabiyah kesukuan dan perpecahan di bangsa Arab sendiri.
Masing-masing bangsa ingin mendominasi sehingga akhirnya pada
masa kekhalifahan Al-Mutawakil yang lemah tentara Turki naik dan
menguasai Bani Abbas.
2. Kemerosotan Ekonomi: setelah khalifah mengalami masa
kemunduran, pendapatan negara menurun, yang disebabkan oleh
menyempitnya wilayah kekuasaan.
3. Konflik Keagamaan: datang dari golongan Zindiq dari Persia dengan
kaum muslim, Islam Syiah dan Sunni, serta aliran theologis
mu’tazillah yang cenderung rasional dituduh bid’ah oleh golongan
salaf (pengikut Hanbali).
16
4.
Ancaman dari Luar: perang salib yang berlangsung dalam
beberapa gelombang menelan banyak korban dan serangan tentara
Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.
Daftar Pustaka :
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban
Islamiyah II”, Rajawali Press, Jakarta, 2010
Islam
“Dirasah
Dari segi ajaran paling dasar dalam Islam muncullah ilmu
akidah yang membahas soal iman, kufr dan sebagainya. Ilmu ini
kemudian dengan masuknya logika dari Yunani ke dalam Islam
17
berkembang menjadi ilmu kalam yang sekarang dikenal dengan
nama teologi Islam. Didalamnya terdapat lima aliran, Khawarij,
Mur’jiah, Mu’tazilah, Asy’ariah dan Maturidiyah.
Sejarah perkembangan ilmu kalam;
Ilmu kalam kalau diterjemahkan ke dalam bahasa
sekarang adalah teologi Islam. Ilmu kalam membahas tentang
Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan, seperti iman,
kufur, perbuatan manusia, perbuatan dan sifat Tuhan, serta
membahas soal akidah.
Masalah akidah muncul sebagai akibat dari masalah
politik. Setelah terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, umat
Islam di Madinah mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah
ke-empat, sebagai penggantinya. Pengangkatannya ditentang
oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Gubernur Damsyik, dengan
alasan bahwa Ali ikut bertanggung jawab atas pembunuhan
utsman bin Affan. Akibat pertentangan inilah terjadi perang
Shiffin.
18