217594461 AMDAL METODE docx
MAKALAH ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
METODE AMDAL
OLEH
KELOMPOK 1
DANANG PUJO SANTOSO
ELI MATUSADIAH
RAVIKA PRIMASARI
RISDA YANTI
BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menetapkan suatu proyek itu wajib terkena AMDAL atau tidak
terkena AMDAL perludilakukan dalam beberapa tahapan. Dalam setiap tahapan
ada bebrapa hal atau metode yang harus diperhatikan. Metode yang digunakan
sangat menentukan tingkat dampak dari suatu lingkungan.
Jika tidak digunakan metode yang cocok dalam menganalisis dampak
lingkungan, maka akan banyak sekali dampak lingkungan yang berbahaya bagi
masyarakat. Dalam setiap metode yang digunakan akan dikaitkan antara proyek
yang akan dilaksanakan dengan dampaknya pada kehidupan. Dalam metode
AMDAL juga akan dikaitkan hubungan antara masyarakat dengan lingkungan
seperti daampak proyek terhadap pemukiman dan lahan sekitarnya.
Dalam menganalisis daampak lingkungan dari suatu proyek dapat dilakukan
pemilihan terhadap metode mana yang paling baik digunakan oleh para
menyelidik dampak lingkungan. Metode yang terbaik untuk suatu proyek akan
memudahkan siapa saja untuk mengetahui dampak yang akan ditimbulkan oleh
suatu proyek. Setiap metode yang digunakan akan dibentuk oleh orang-orang
yang telah ahli dalam bidangnya.
Metode AMDAL merupak salah satu fasilitas yang dapat dugunakan untuk
mengenalisis dampak lingkungan oleh suatu proyek. Dengan adanya metode
AMDAL maka setiap orang yang akan membangun sebuah poyek harus dituntut
untuk memperhatikan semua komponen lingkungan yang mungkin akan
terganggu sehingga kemungkinan dampak yang merugikan akan mudah teratasi.
Selain itu, jika berdampak negatif maka akan mudah dalam pencarian solusinya.
Oleh karena itu, dalam menganalisis dampak lingkungan digunakan metode
AMDAL untuk memudahkan dalam proses amdal. Dalam metode AMDAL,
banyak sekali metode yang dapat digunakan untuk mengalisis lingkungan.
AMDAl akan berjalan dengan lancar jika dalam pelaksanaannya melibatkan
metode AMDAL. Untuk itulah penulis pembuat makalah yang bertema tentang
Metode-Metode AMDAL yang bertujuan supaya kiat dapat mengetahuinya,
mempelajarin, dan menerapkan dalam menganalisis dampak lingkungan jika
terjadi disekitar kita.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a. Apakah penting adanya metode AMDAL?
b. Apakah macam-macam metode AMDAL?
C. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui pentingnya metode AMDAL.
b. Untuk mengetahui macam-macam metode AMDAL.
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa metode AMDAL yaitu:
1. Ad-hoc (wscc)
2. Overlay (mcharg),
3. Checklist (adkins, dee, georgia, little, rau & wooten, smith),
4. Matrik (leopold, fisher & davies, jain, moore),
5. Network analysis (sorensen),
6. Cost-benefit analysis,
7. Ecological-economic input-output (isard),
8. Kombinasi (jain & urban),
9. Pendugaan cepat (rapid assessment, antara lain who, lohani),
10. Incidence analysis
(siapa yang menanggung risiko dan siapa yang
memperoleh manfaat),
11. Adaptive enviromental assessment and management (aem) essa,
environment canada, dst)
12. Analisis dan pengelolaan kualitas lingkungan (enviromental quality
analysis and management, ppsml ui).
Syarat Metode AMDAL
Metode AMDAL yang baik harus :
a. Memenuhi syarat pendekatan secara ilmiah.
b. Meyakinkan pemakai bahwa tidak ada komponen lingkungan penting yang
terlewatkan.
c. Dapat digunakan untuk menetapkan data dan informasi apa yang
diperlukan dalam pendugaan dampak.
d. Dapat digunakan untuk mengevaluasi seluruh dampak yang akan terjadi.
e. Dapat menunjukkan usaha-usaha apa yang diperlukan untuk dapat
menekan dampak negatif.
f. Metode yang baik memudahkan siapa saja untuk dengan cepat mengatahui
dampak apa yang akan terjadi dan usaha apa yang harus dilakukan.
Kegunaan dari Metode AMDAL
Metodologi AMDAL yang baik harus dapat memenuhi kegunaan-kegunaan
sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat pendekatan secara ilmiah;
2. Meyakinkan pemakai bahwa tidak ada komponen lingkungan penting yang
harus dipertimbangkan terlewatkan;
3. Dapat digunakan untuk menetapkan data dan informasi apa yang
diperlukan dalam pendugaan dampak;
4. Dapat digunakan untuk mengevaluasi seluruh dampak yang akan terjadi
dan sejauh mana dampak akan terjadi serta untuk melakukan evaluasi dari
alternatif-alternatif aktivitas yang diusulkan;
5. Dapat menunjukkan usaha-usaha apa yang diperlukan untuk dapat
menekan dampak negatif;
6. Metode yang baik akan memudahkan siapa saja untuk dengan cepat
mengetahui dampak apa yang akan terjadi dan usaha apa yang harus
dilakukan.
Klasifikasi metode AMDAL berdasarkan fungsi
1. Fungsi identifikasi : AMDAL Berfungsinya dalam membantu menentukan
atau mengidentifikasi aktivitas-aktivitas proyek yang dapat menimbulkan
dampak dan menentukan komponen-komponen lingkungan yang akan terkena
dampak.
2. Fungsi pendugaan : Berfungsi dalam menentukan perubahan kuantitatif yang
meliputi dimensi waktu dan ruang yang akan terjadi (untuk biologi, sosialekonomi dan sosial budaya belum banyak dikembangkan ).
3. Fungsi evaluasi : Berfungsi dalam mengevaluasi secara terpadu kelompokkelompok komponen dan secara keseluruhan dampak, dapat menunjukkan
biaya dan keuntungan setiap dampak dan besarnya masyarakat yang akan
terkena dampak.
Hal- hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode amdal
a. Memahami kelebihan dan kelemahan dari tiap metode baik dalam fungsi
maupun cara kerja.
b. Penguasaan tipe aktivitas proyek yang akan di Amdal
c. Penguasaan ciri dan sifat umum dan khusus dari rona lingkungan
d. Pemahaman dampak penting yang akan terjadi melalui skoping. Makin
besar dan makin kompleks dampak harus menggunakan metode yang
lebih kompleks pula
e. Pedoman yang diberikan oleh instansi yang bertanggung jawab mengenai
bagaimana bentuk informasi yang diperlukan dan cara penyajiannya
f. Batasan-batasan waktu, keahlian, biaya, peralatan dan data serta teknik
analisis yang diperlukan
g. Mempelajari metode yang digunakan tim-tim lain dan pustaka mengenai
proyek yang sejenis.
Dickert telah melakukan klasifikasi metode AMDAL berdasar fungsinya
dalam analisis dampak lingkungan, yaitu:
1. Fungsi identifikasi;
2. Fungsi pendugaan
3. Fungsi evaluasi
Setiap metode umumnya memiliki keistimewaan dalam salah satu fungsi
tersebut tetapi kurang begitu baik di dalam fungsi lainnya. Begitu pula setiap
proyek sangat cocok menggunakan suatu metode disbanding metode lain.
Metode-metode yang telah dibuat orang biasanya pada permulaan dibuat khusus
untuk proyek yang sedang dikerjakan, sehingga dianggap sangat cocok untuk
proyek yang sedang dikerjakan sewaktu menciptakan metode tersebut.
Mengingat tiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan dari
fungsinya dari ketiga hal tersebut, maka penggunaan metode tersebut dapat
disesuaikan atau dimodifikasi agar lebih sesuai dengan proyek yang akan
dikerjakan. Banyak pula tim yang akan mengkombinasikan beberapa metode dan
memodifikasinya sesuai dengan kehendak dari tim dan proyeknya.
Warner dan Bromley (1974) membuat klasifikasi metode AMDAL
berdasarkan caranya dampak ditetapkan menjadi lima sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Ad Hoc
Overlays
Checklists
Matrices
Networks
1. Metode Ad Hoc
Metode ad hoc adalah metode yang sedikit sekali memberikan pedomanpedoman kepada tim dan tidak membagi lingkungan ke dalam komponenkomponen lingkungan yang mendetail tetapi membagi lingkungan kedalam
bidang dampak yang lebih luas atau membaginya kedalam ekosistem. Misalnya,
dianalisis dampaknya pada danau, areal hutan, areal pertanian dan seterusnya.
Dapat pula membagi lingkungan ke dalam aspek flora, fauna, tanah, drainase, air
bumi, tempat dan lain sebagainya.
Cara yang paling sederhana dalam melakukan evaluasi dampak keseluruhan
dari proyek pada lingungan adalah dengan menyusun matriks hubungan antara
pembagian dari lingkungan dengan keadaan dampaknya. Tim yang dibentuk
terdiri dari ahli yang sesuai dengan pembagian aspek lingkungan yang akan
digunakan.
Metode Ad-Hoc merupakan metode yang sangat sederhana dan tidak
menunjukkan keistimewaan di samping tidak mempunyai acuan tertentu sehingga
hasilnya tidak konsisten antara satu penelitian dengan penelitian lainnya. Cara ini
tidak memberikan petunjuk yang terinci tentang penilaian dampak, yang
disarankan adalah hal-hal umum tentang kemungkinan dampak, yakni dampak
pada tumbuhan, binatang, danau, hutan,dsb. Cara ini tidak menganjurkan suatu
pengkajian terhadap parameter khusus. Misalnya tentang keadaan masyarakat
pada umumnya dan pengaruh meningkatnya urbanisasi.
Prosedur ad-hoc melibatkan suatu tim ahli yang pendugaannya mengenai
suatu dampak menurut keahliannya masing-masing digabungkan. Misalnya untuk
suatu rencana pembuatan jalan raya, maka kemungkinan dampak yang perlu
diperhatikan dan ahli yang mengkajinya.
2. Metode Averlays
Tehnik overlay merupakan pendekatan yang sering dan baik digunakan
dalam perencanaan tata guna lahan / landscape. Teknik ini dibentuk melalui
pengunaan secara secara tumpang tindih (seri) suatu peta yang masing-masing
mewakili faktor penting lingkungan atau lahan. Pendekatan tehnik overlay efektif
digunakan untuk seleksi dan identifikasi dari berbagai jenis dampak yang muncul.
Kekurangan dari tehnik ini adalah ketidakmampuan dalam kuantifikasi serta
identifikasi dampak (relasi) pada tingkat sekunder dan tersier. Perkembangan
teknik overlay saat ini mengarah pada teknik komputerisasi. (Canter,1977)
Shopley dan Fuggle (1984) termasuk Mcharg (1969) berjasa dalam
pengembangan peta overlay. Overlay dibentuk oleh satu set peta transparan yang
masing-masing
mempresentasikan
distribusi
spasial
suatu
karakteristik
lingkungan (contoh : kepekaan erosi). Informasi untuk variabel acak harus
dikumpulkan terlebih dahulu sebagai standar unit geografis di dalam suatu area
studi, dan dicatat pada satu rangkaian peta (satu untuk masing-masing variabel).
Peta ini kemudian di overlay untuk menghasilkan suatu peta gabungan (lihat
gambar). Hasil peta gabungan memperlihatkan karakter fisik area, sosial,
ekologis, tata guna lahan dan karakteristik lain yang relevan dan berkaitan dengan
tujuan pengembangan lokasi yang diusulkan. Untuk menyelidiki derajat/tingkatan
dari dampak, alternatif proyek yang lain dapat ditempatkan pada peta akhir.
Validitas dari analisa tergantung pada jenis dan jumlah parameter yang
dipilih. Untuk suatu peta gabungan yang layak, jumlah parameter di dalam suatu
overlay transparan dibatasi sekitar sepuluh. Sedikitnya terdapat dua cara dari
metode ini yang di digunakan dalam penilaian dampak. Yang pertama adalah
menggunakan peta sebelum dan sesudah proyek untuk menilai secara visual
perubahan yang terjadi pada tata guna lahan. Cara yang lain adalah dengan
mengkombinasikan pemetaan yang disertai suatu analisa sensitivitas area atau
daya dukung ekologis. Pada penggunaan yang terakhir, batasan pengembangan
diatur berdasarkan batas dasar dari lokasi yang merupakan area sensitif serta
penilaian daya dukung. Metoda memiliki orientasi spasial dan mampu untuk
mengkomunikasikan aspek spasial dari suatu dampak komulatif. Pembatasan
tersebut berhubungan dengan: 1) ketiadaan penjelasan jalur munculnya dampak;
dan 2) ketiadaan kemampuan memprediksi berkenaan dengan efek terhadap
populasi.
Metoda overlay membagi area studi ke dalam unit geografis berdasar pada
keseragaman titik-titik grid dalam ruang, bentuk topografis atau perbedaan
penggunaan lahan. Survai lapangan, peta inventori topografi lahan, pemotretan
udara dan lain-lain, digunakan untuk merangkai informasi yang dihubungkan
dengan faktor lingkungan dan manusia di dalam unit yang geografis tersebut.
Melalui penggunaan teknik overlay, berbagai kemungkinan penggunaan lahan dan
kelayakan teknik dapat ditentukan secara visual. (Mcharg, 1968). Skala peta dapat
divariasikan mulai dari skala besar (untuk perencanaan regional) sampai skala
kecil untuk identifikasi yang bersifat spesifik. Overlay juga digunakan pada
pemilihan rute untuk proyek bidang datar (dua dimensi) seperti jalan dan jalur
transmisi. Pada tahap awal dilakukan screening dari berbagai alternati rute
(pengurangan beberapa rute) untuk mengurangi beban kebutuhan detail
analisis.Mcharg (1968) memperkenalkan teknik ini dengan orientasi spesifik
kearah pembangunan jalan raya. Metoda yang digunakan terdiri dari transparansi
karakteristik lingkungan yang dipresentasikan ke dalam peta dasar regional.
Dibuat sekitar 11-16 peta yang menggambarkan karakteristik dari lingkungan dan
tata guna lahan. Peta tersebut mempresentasikan tiga tingkatan dari karakteristik
lingkungan dan tata guna lahan berdasar pada “kecocokan dengan pembangunan
jalan raya”. Pendekatan ini bermanfaat untuk menyaring alternatif lokasi proyek
atau rute sebelum penyelesaian analisa dampak yang lebih terperinci. Metoda ini
juga telah digunakan untuk mengevaluasi pilihan pengembangan dalam kawasan
pantai, rute saluran dan jalur transmisi. (EIA for Developing Countries).
Overlay merupakan suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang
dibentuk dari penggabungan berbagai peta individu (memiliki informasi/database
yang spesifik). Agregat dari kumpulan peta individu ini, atau yang biasa disebut
peta komposit, mampu memberikan informasi yang lbih luas dan bervariasi.
Masing-masing peta tranparansi memberikan informasi tentang komponen
lingkungan dan sosial. Peta komposit yang terbentuk akan memberikan gambaran
tentang konflik antara proyek dan fakto lingkungan. Metode ini tidak menjamin
akan mengakomodir semua dampak potensial, tetapi dapat memberikan damapak
potensial pada spasial tertentu. Sebagai contoh, peta suatu reservoir dalam poyek
DAM akan memperlihatkan potensi terhadap terjadinya banjir, yang kemudian
dapat di-overlay dengan peta habitat binatang, aktivitas manusia dan sebagainya.
(EIA : What are the available methods)
3. Metode Checklist
1. Check List merupakan suatu daftar yang mengandung atau mencakup faktorfaktor yang ingin diselidiki (Bimo Walgito, 1985).
2. Menurut Sutrisno Hadi (1990) check list adalah suatu daftar yang berisi namanama subjek dan faktor-faktor yang akan diselidiki.
3. Check list merupakan daftar yang berisi unsur-unsur yang mungkin terdapat
dalam situasi atau tingkah laku atau kegiatan individu yang diamati
(Depdikbud : 1975).
4. Dengan memungut beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa check list adalah salah satu alat observasi, yang ditujukan untuk
memperoleh data, berbentuk daftar berisi faktor-faktor berikut subjek yang
ingin diamati oleh observer, di mana observer dalam pelaksanaan observasi di
lapangan tinggal memberi tanda check (cek, atau biasanya dicentang) pada list
faktor-faktor sesuai perilaku subjek yang muncul, di lembar observasi,
sehingga memungkinkan observer dapat melakukan tugasnya secara cepat dan
objektif, sebab observer sudah “membatasi diri” pada ada – tidaknya aspek
perbuatan subjek, sebagaimana telah dicantumkan didalam list.
5. Namun menurut Sutrisno Hadi (1990), akan lebih baik bagi observer untuk
“menyediakan kolom kosong” (di samping atau di bawah pada lembar
observasi itu) yang sengaja disiapkan untuk mencatat komentar yang
dipandang observer perlu, guna menambah informasi berkenaan dengan
aspek-aspek kelakuan yang mungkin belum termasuk (dimasukkan) dalam
perumusan check list tersebut.
Metode Checklist merupakan metode yang lebih baik dibandingkan dengan
metode Ad-Hoc karena telah ada susunan aktivitas kegiatan proyek dan komponen
lingkungan. Metode ini telah berkembang dari yang paling sederhana hingga yang
paling kompleks. Mula-mula dibuat dulu daftar dari berbagai macam dampak
yang mungkin terjadi berkaitan dengan kegiatan yang direncanakan dan rencana
alternatifnya. Hal ini dapat diambil dari faktor lingkungan seperti : air, udara,
tumbuhan, hewan, manusia, dll. Dapat juga melalui daftar kegiatan yang
direncanakan dan dampak yang mungkin terjadi, misalnya : jual beli
tanah,pengambilan bahan (batu), pengangkutan barang, prsiapan/perubahan
bentuk tanah, dst.
Metode Checklist adalah salah satu metode informal observasi dimana
observer sudah menentukan indikator perilaku yang akan di observasi dari subjek
dalam satu tabel. Checklist merupakan metode dengan dua cara pencatatan yaitu
tebuka dan tertutup. Metode ini memiliki derajat selektivitas yang tinggi karena
perilaku yang diamati sudah sangat selektif, juga memiliki derajat inferensi yang
tinggi karena observer hanya fokus pada kategori perilaku yang sudah ditentukan
saja.
Untuk memulai observasi dengan metode ini, terlebih dahulu observer
harus menentukan indikator perilaku yang didapat melalui sumber-sumber baik
berupa buku, jurnal, artikel ilmiah, maupun literatur-literatur lain sebagai dasar
teori. Setelah itu, observer menjadikan satu seluruh indikator tersebut dalam satu
tabel indikator dan menambahkan tabel diskripsi, serta tabel koding di
sampingnya. Tabel diskripsi berfungsi sebagai tempat pencatatan perilaku anak
secara spesifik. Pada saat observasi berlangsung, observer hanya memberikan
tanda berupa plus (+) yang berarti perilaku muncul, atau minus (-) yang berarti
perilaku tidak muncul pada tabel koding setiap kali perilaku yang tercantum
dalam tabel indikator muncul dari subjek. Alasan dipilihnya metode ini adalah
karena mudah dan simple serta mampu fokus hanya pada perilaku yang
diinginkan terjadi. Prosedur umum untuk membuat checklist adalah sebagai
berikut:
1. Tentukan sasaran dari checklist. Apa tujuannya, di mana akan digunakan,
dan hasil akhir apa yang diharapkan? Yang paling penting adalah hal-hal
apa saja yang tidak dapat dicapai dengan hanya menggunakan metode ini,
dan metode apa lagi yang diperlukan? Kenali keterbatasan tersebut
sebelum memulai.
2. Identifikasi cakupan wilayah keahlian yang diperlukan dalam checklist,
dan pilih orang-orang yang berkompetensi dalam masing-masing bidang.
3. Mulailah kembangkan checklist. Kemudian bagilah project tersebut ke
dalam beberapa subsistem untuk memudahkan analisis
4. Ambillah penilaian independen dari manajer atau project engineer
berpengalaman. Langkah ini sangat krusial untuk mengidentifikasi
kemungkinan kelebihan prediksi atau bahkan kelalaian menentukan
prediksi.
5. Perbaharui
checklist
jika
diperlukan,
ketika
informasi-informasi
tamabahan tentang project terebut diproleh.
Secara garis besar metode checklist dapat dibagi menjadi:
a. Checklist sederhana (simple checklist)
Checklist sederhana (simple checklist)merupakan suatu bentuk metode
checklist yang paling sederhana. Pada dasarnya berbentuk sebagai daftar dari
komponen lingkungan yang akan diduga dampaknya baik yang menguntungkan
ataupun merugikan terhadap tiga tingkat atau fase pembangunan yaitu:
1. Tingkat perencanaan atau desain proek.
2. Tingkat konstruksi proyek.
3. Tingkat proyek berjalan.
Metode ini menjadi sederhana karena dalam mengidentifikasi berbagai
potensi dampak tidak disajikan informasi dalam bentuk ukuran dan interpretasi.
Untuk mendapatkan interpretasi dampak ditempuh dengan membentuk tim yang
interdisiplin untuk mengevaluasi dampak proyek yang nyata dengan memberi
skala dari nol sampai sepuluh.
Dapat pula disertakan keterangan yang berhubungan dengan potensi
dampak lingkungan dari proyek yang disusun berdasarkan batasan ruang atau
tempat misalnya sebagai berikut:
1. Areal yang langsung terkena proyek yaitu pemukiman,
perdagangan,industri, fasilitas umum, dan seterusnya.
2. Wilayah pelayanan hukum dan lintasannya karena adanya fasilitas
3. Dalam wilayah mana proyek dibangun.
b. Checklist dengan uraian (descriptive checklist)
Komponen lingkungan yang diamati ekologi, kesehatan, kualitas udara, air
permukaan, air bumi, sosiologi, ekonomi, bumi, penggunaan tanah,kebisingan,
dan transportasi. Tiap kelompok komponen lingkungan tersebut terdiri dari
banyak pembagian komponen kira-kira 1000 komponen lingkungan. Tanda tiap
dampak interaksi dapat digolongkan ke dalam empat kategori sebagai berikut:
1) Kategori menunjukkan bahwa potensi dampak harus dinilai atau
diperkiraansetiap kali aktivitas dilakaukan.
2) Dampak yang biasa timbul tetapi mungkinjiga tidak ada, hal ini tergantung
padakeadaan masing-masing.
3) Dampaknya kecil tetapi dapat diduga masalahnya dan timbulnya akan
ditetapkan berdasrkan kedaan masing-masing.
4) Tidak ada indikasi mengenai potensi dampak, sehingga aktivitas tertentu
dapat ditetapkan sebagai aktivitas yang tidak menimbulkan dampak
lingkungan.
c. Checklist berskala ( scaling checklist)
Metode ini dikembangkan oleh Adkins dan burke untuk melakukan
pendugaan dampak lingkungan dari beberapa alternatif dari proyek. Metode
merupakan teknik pendugaan dampak lingkungan dengan skala yang dibuat mulai
dari minus lima sampai positif lima. Komponen dampak dari proyek yang
digunakan oleh Adkins dan Burke dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Transportasi
Lingkungan
Sosiologi
Ekonomi
Untuk setiap kelompok tersebut dapat dibuat checklist terdiri untuk
menentukaan dampak daari beberapaa alternatif dari proyek. Gabungan checklist
ringkasan keempat kelompok komponen terhadap alternatif-alternatif proyek
disusun bersama menjadi nilai komprehensif keseluruhan dari dampak.
d. Checklist berskala dengan pembobotan (sclaling wighling checklinst)
Metode ini telah dikembangkan oleh Biro Reklamasi. Laboratorium
Battelde Columbus pada tahun 1972 untuk proyek bangunan air dan juga
dikembangkan oleh Odum pada tahuntahun 1971 untuk proyek jalan raya di
Atlanta Utara, Amerika Serikat. Metode ini berisi uraian mengenai komponen-
komponen lingkungan yang tersusun dalam cheklist seperti cara penyusunan
checklist berskala, yang memberi penilaian dari tiap parameter dan kepentinan
yang telah ditetapkan.
Keuntungan metode Checklist adalah sederhana untuk dilakukan. Selain
itu, metode dengan adanya pencatatan pada diskripsi memungkinkan observer
mengetahui konteks perilaku secara lengkap. Namun, kelemahan dari metode ini
adalah metode ini sedikit menguras energi, karena selain observer mencantumkan
koding pada tabel yang sudah disediakan, observer juga harus memberikan
diskripsi perilakunya.
Namun checklist juga memiliki kekurangan:
a. Karena tidak memiliki standard khusus, item-item dalam checklist sangat
tergantung pada pengetahuan dan pengalaman para penyusun checklist. Oleh
karena itu, pemilihan personel penuyusun checklist sangat menentukan
keberhasilan projuct.
b. Checklist hanya merupakan “yes or no question” yang tidak dapat
menggambarkan secara detil efisiensi dari suatu subsistem dalam project yang
dilaksanakan.
c. Checklist tidak dapat mengurutkan skala prioritas (rangking) suatu hazard.
d. Apabila checklist disusun oleh orang yang kurang berpengalaman,
kemungkinan terlewatnya suatu hazard menjadi lebih besar.
4. Metode Matrices
Metode matriks adalah metode yang menggunakan daftar uji (checklist) dua
dimensi, yaitu daftar horizontal yang memuat acuan kegiatan pembangunan yang
potensial menimbulkan dampak dan daftar vertikal yang memuat daftar
komponen lingkungan hidup yang mungkin terkena dampak.
Beberapa metode matriks interaksi yang sangat terkenal antara lain: matrik
interaksi Leopold, Fisher and Davies, Moore, Philips and Defilipi, Welch and
Lewis, Lohani and Thank, Ad-hoc, dan checklist.
a) Metode Leopold
Metode Leopold ini juga dikenal sebagai Matriks Leopold atau Matriks
interaksi dari Leopold. Matriks yang diperkenalkan adalah matriks dari 100
(seratus) macam aktivitas dari suatu proyek dengan 88 (delapan puluh delapan)
komponen lingkungan. Identifikasi dampak lingkungan dari proyek ditulis dalam
interaksi antara aktivitas dan komponen lingkungan.
Langkah pertama setelah matriks dibuat ialah menentukan dampak dari
tiap aktivitas proyek pada komponen lingkungan. Apabila diduga akan terjadi
dampak pada suatu komponen lingkungan dari suatu aktivitas maka kotak
pertemuan pada matriks dari keduanya diberi tanda diagonal.
Langkah kedua adalah dari tiap kotak yang berdiagonal ditetapkan besar
(magnitude) dan tingkat kepentingan (importance) dampaknya. Bersama dari
dampak yang diduga dinyatakan dalam nilai angka atau skala dari satu sampai
sepuluh serta diberikan catatan uraian atau kriteria yang jelas dari tiap nilai
tersebut. Nilai satu merupakan besaran terkecil sedang sepuluh merupakan
terbesar. Penyusunan skala sebaiknya didasarkan pada evaluasi nilai yang objektif.
Dampak yang positif diberi tanda ‘+’, yang negative diberi tanda ‘-‘. Metode
Leopold yang asli tidak memasukkan dampak positif.
b) Metode Matriks dampak dari Moore
Keistimewaan dari metode Moore ini adalah dampak lingkungan dilihat
dari sudut dampak pada kelompok-kelompok daerah yang sudah atau sedang
dimanfaatkan manusia atau dapat digambarkan pula sebagai proyek-proyek
pembangunan manusia lainnya.
Filosofi dasar metode Moore adalah analisis dari penyebab atau pembuat
dampak lingkungan yang nyata, yang didasarkan pada determinasi dari dampak
langsung dan tidak langsung pada sumberdaya lain yang sedang dimanfaatkan
manusia atau daerah pemanfaatan lain.
Matriks Moore dibagi menjadi empat kategori yang berbeda yaitu:
a. Pembentuk timbulnya aktivitas dan aktivitas lainnya berhubungan;
b. Potensi perubahan lingkungan;
c. Pengaruh pada lingkungan yang utama;
d. Pemanfaatan oleh manusia yang terkena.
e. Potensi kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas;
f. Besaran umum dari potensi pengurangan daripemanfaatan manusia.
c) Metode Sorenson
Metode yang dikembangkan Sorenson pada tahun 1971 merupakan
Analysis Network yang pertama, disusun untuk digunakan pada proyek
pengerukan dasar laut (dredging). Bentuk jaringan kerja ini lebih cocok kalau
diberi nama sebagai aliran dampak.
Dalam analisis jaringan kerja ini diidentifikasikan berbagai hubungan
timbal-balik atau sebab-akibat antara factor-faktor penyebab yang timbul akibat
adanya aktivitas dari proyek pengerukan, yang berarti pula suatu usaha
pemindahan bahan dari suatu lapisan bawah, dan aktivitas tersebut akan
menghasilkan
bahan-bahan
galian,
sehingga
ada
komponen-komponen
lingkungan yang terkena dampaknya.
Sorenson juga telah mengembangkan metode pendekatan tipe aliran
dampak untuk menentukan dampak lingkungan dari berbagai pembangunan
proyek di pantai. Sorenson juga telah mengembangkan bentuk matriks interaksi
untuk proyek di daerah.
d) Metode MacHarg
Metode yang dikembangkan tahun 1968 oleh MacHarg juga dikenal
sebagai metode Overlay atau teknik Overlay. Metoda ini menggunakan berbagai
peta yang digambarkan dalam lembar-lembar transparansi.
Daerah yang akan dianalisis dibagi dalam beberapa satuan. Satuan tersebut
dapat disusun berdasarkan topografi atau penggunaan lahan atau dasar-dsar
lainnya. Untuk tiap satuan dikumpulkan keterangan mengenai keadaan
lingkungannya dengan berbagai cara, baik dengan survei lapangan (wawancara,
pengamatan, pengukuran dan lain sebagainya) maupun dengan potret udara dan
peta-peta yang telah ada.
Langkah berikut melakukan identifikasi dari dampak yang diduga akan
terjadi pada berbagai komponen lingkungan dari setiap satuan daerah. Setiap
komponen lingkungan dan dampaknya digambarkan dalam satu transparansi
tersendiri.
Transparansi-transparansi dari berbagai dampak yang telah tergambar
saling ditumpukkan atau ditampalkan (dari satuan geografis yang sama). Maka
akan dapat dilihat daerah tataguna lahan yang cocok, aktivitas yang cocok dan
pembangunan rekayasa yang dapat dilaksanakan. Dengan demikian kombinasi
yang berbaik dari keadaan-keadaan tersebut dapat diidentifikasi.
Metode banyak digunakan dalam menganalisis dampak lingkungan proyek
pembangunan jalan mobil, jaringan pipa-pipa, jalan kereta api dan lain
sebagainya.
Kelemahan metode ini ialah apabila komponen lingkungan yang
digunakan terlalu banyak sehingga hasil penampalan dari peta-peta menjadi gelap
dan dampaknya tak dapat terlihat. Metode ini dapat digunakan dengan komponen
lingkungan yang banyak setelah diketemukan mesin computer.
Dengan bantuan komputer penampalan peta dampak dan penggabungan
peta dapat dilakukan oleh komputer dengan mudah. Masalah lain yang dihadapi
kemudian ialah cara memindahkan peta ke dalam komputer, cara manual yang
telah dikenal akan memerlukan waktu yang lama sekali. Penggunaan komputer ini
akan dapat cepat apabila dibantu dengan mesin untuk membantu memindahkan
peta ke dalam komputer yang pada tahun 1986 telah mulai ada yang
menggunakan, yang dikenal sebagai sistem scanning. Metode ini biasanya
digunakan untuk proyek pembangunan jalan, pipa dan lain sebagainya.
Penggunaan komputer biasanya akan lebih mahal dan lebih lama dibanding
dengan penampalan dari peta-peta transparansi.
e. Metode Fisher dan Davies
Metode yang dikembangkan oleh Fisher dan Davis pada tahun 1973 juga
dikenal sebagai Matriks dari Fisher dan Davies. Kekhususan dari metode ini ialah
tiga macam matriks yang disusun secara bertahap. Tahap-tahap tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Tahap pertama: Matriks mengenai evaluasi lingkungan sebelum proyek
dibangun atau disebut keadaan lingkungan awal (Envirtonmental baseline)
b. Tahap kedua: Matriks dampak lingkungan (Environmental compatibility
matriks)
c. Tahap ketiga: Matriks keputusan (Decision matriks)
Dalam tahap pertama disusun matriks dari komponen-komponen lingkungan
yang dinilai penting, kemudian dievaluasi dan diberi nilai skala tingkat
kepentingannya pada waktu penelitian dan kepekaannya terhadap pengelolaan.
Tim multidisiplin yang dibentuk harus melakukan orientasi lapangan terlebih
dahulu untuk menetapkan batas-batas penelitian karena baik secara langsung atau
tidak langsung batas wilayah yang diorientasi akan terkena dampak.
Pada tahap matriks yang disusun adalah matriks dampak lingkungan.
Bentuk matriksnya hampir sama dengan matriks Leopold,
hanya saja dalam
matriks ini komponen lingkungan dan macam aktivitas yang dimasukkan lebih
sederhana bentuknya. Dampak dari setiap aktivitas pada suatu komponen
lingkungan diberi tanda plus (+) untuk dampak yang menguntungkan dan diberi
tanda (-) untuk yang berdampak merugikan. Periode dampak diberi tanda S (short)
untuk yang berdampak dalam periode waktu pendedk dan L (long) untuk periode
waktu yang berdampak panjang.
Pada tahap ketiga dalam penyusunan matriks keputusan. Matriks disusun
berdasarkan hubungan antara kriteria komponen lingkungan yang akan terkena
dampak bernilai skala 4 dan 5 baik yang menguntungkan maupun yang merugikan
dari matriks tahap kedua alternatif yaitu kedaaan lingkungan tanpa proyek dan
keadaan lingkungan dengan adanya proyek. Dalam penyusunan kolom kriteria
pengambilan keputusan haruslah dipertimbangkan kriteria pengambilan keputusan
seperti siapa yang akan terkena damapak, ketidakpastian, kompensasi, keperluan
pengelolaan, keanekaragaman dan lain sebagainya.
5. Metode Netwoks
Metode Network ( skema aliran / flowchart / bagan alir): Metode berupa
susunan daftar aktivitas proyek yang saling berhubungan dan komponenkomponen lingkungan yang terkena dampak. Kemudian dari kedua daftar tersebut
disusun lagi hingga dapat menunjukkan aliran dampak yang dimulai dari suatu
aktivitas proyek. Susunan aliran dampak ini menggambarkan adanya dampak
langsung dan tidak langsung serta hubungan antara
komponen-komponen
lingkungan, sehingga dapat mengevaluasi dampak secara keseluruhan, dapat
dicari aktivitas pokok mana yang harus dikendalikan. Merupakan pengembangan
dari metode matriks sehingga kelemahan matriks dapat dihilangkan.
6. Metode Modifikasi dan Kombinasi
Bentuk modifikasi dan kombinasi dari kelima metode tersebut untuk
mengurangi kelemahan tim maupun metode Amdal , disesuaikan dengan proyek
yang akan dikerjakan, hasil penilaian tim dan pertimbangan-pertimbangan lain.
(Metoda Sorenson) (Adiwibowo : matriks dan bagan alir).
7. Metode Checklist
Metode checklis merupakan metode dasar yang digunakan dalam
melakukan
pendugaan
dampak
lingkungan.
Metode
ini
telah
banyak
dikembangkan oleh para ahli. Secara garis besar metode checklist dapat dibagi
menjadi:
a. Checklist sederhana (simple checklist)
Checklist sederhana (simple checklist)merupakan suatu bentuk metode
checklist yang paling sederhana. Pada dasarnya berbentuk sebagai daftar dari
komponen lingkungan yang akan diduga dampaknya baik yang menguntungkan
ataupun merugikan terhadap tiga tingkat atau fase pembangunan yaitu:
4. Tingkat perencanaan atau desain proek.
5. Tingkat konstruksi proyek.
6. Tingkat proyek berjalan.
Metode ini menjadi sederhana karena dalam mengidentifikasi berbagai
potensi dampak tidak disajikan informasi dalam bentuk ukuran dan interpretasi.
Untuk mendapatkan interpretasi dampak ditempuh dengan membentuk tim yang
interdisiplin untuk mengevaluasi dampak proyek yang nyata dengan memberi
skala dari nol sampai sepuluh.
Dapat pula disertakan keterangan yang berhubungan dengan potensi
dampak lingkungan dari proyek yang disusun berdasarkan batasan ruang atau
tempat misalnya sebagai berikut:
1. Areal yang langsung terkena proyek yaitu pemukiman,
perdagangan,industri, fasilitas umum, dan seterusnya.
2. Wilayah pelayanan hukum dan lintasannya karena adanya fasilitas
3. Dalam wilayah mana proyek dibangun.
b. Checklist dengan uraian (descriptive checklist)
Komponen lingkungan yang diamati ekologi, kesehatan, kualitas udara, air
permukaan, air bumi, sosiologi, ekonomi, bumi, penggunaan tanah,kebisingan,
dan transportasi. Tiap kelompok komponen lingkungan tersebut terdiri dari
banyak pembagian komponen kira-kira 1000 komponen lingkungan. Tanda tiap
dampak interaksi dapat digolongkan ke dalam empat kategori sebagai berikut:
1) Kategori menunjukkan bahwa potensi dampak harus dinilai atau
diperkiraansetiap kali aktivitas dilakaukan.
2) Dampak yang biasa timbul tetapi mungkinjiga tidak ada, hal ini
tergantung padakeadaan masing-masing.
3) Dampaknya kecil tetapi dapat diduga masalahnya dan timbulnya akan
ditetapkan berdasrkan kedaan masing-masing.
4) Tidak ada indikasi mengenai potensi dampak, sehingga aktivitas
tertentu dapat ditetapkan sebagai aktivitas yang tidak menimbulkan
dampak lingkungan.
c. Checklist berskala ( scaling checklist)
Metode ini dikembangkan oleh Adkins dan burke untuk melakukan
pendugaan dampak lingkungan dari beberapa alternatif dari proyek. Metode
merupakan teknik pendugaan dampak lingkungan dengan skala yang dibuat mulai
dari minus lima sampai positif lima.
Komponen dampak dari proyek yang digunakan oleh Adkins dan Burke
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Transportasi
Lingkungan
Sosiologi
Ekonomi
Untuk setiap kelompok tersebut dapat dibuat checklist terdiri untuk
menentukaan dampak daari beberapaa alternatif dari proyek. Gabungan checklist
ringkasan keempat kelompok komponen terhadap alternatif-alternatif proyek
disusun bersama menjadi nilai komprehensif keseluruhan dari dampak.
d. Checklist berskala dengan pembobotan (sclaling wighling checklinst)
Metode ini telah dikembangkan oleh Biro Reklamasi. Laboratorium
Battelde Columbus pada tahun 1972 untuk proyek bangunan air dan juga
dikembangkan oleh Odum pada tahuntahun 1971 untuk proyek jalan raya di
Atlanta Utara, Amerika Serikat.
Metode ini berisi uraian mengenai komponen-komponen lingkungan yang
tersusun dalam cheklist seperti cara penyusunan checklist berskala, yang memberi
penilaian dari tiap parameter dan kepentinan yang telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Metode AMDAL yang terkenal adalah overlay, checklist, matrik (leopold,
fisher & davies, jain, moore), network analysis (sorensen), cost-benefit
analysis, ecological-economic input-output (isard), kombinasi (jain & urban).
2. Dalam menganalisis dampak lingkungan yang terjadi perlu dilakukan
pemilihan metode yang cocok.
3. Dalam metode AMDAL dilakukan pengaitan antara komponen lingkungan
yang akan terkena dampak dengan masyarakat.
4. Metode AMDAL memudahkan dalam menganalisis lingkungan.
B. Saran
Saran penulis kepada para pembaca adalah bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dalam menncontohkan setiap metode yang ada dalam
AMDAL. Untuk itu, penulis menyarankan supaya pembaca dapat melanjutkan
pembuatan makalah tentang contoh penerapan makalah AMDAL.
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, mursid. 2007. Memahami AMDAL. Yogyakarta: Graha Ilmu
Soemarwoto, otto. 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Suratmo, F. gunawan. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
METODE AMDAL
OLEH
KELOMPOK 1
DANANG PUJO SANTOSO
ELI MATUSADIAH
RAVIKA PRIMASARI
RISDA YANTI
BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menetapkan suatu proyek itu wajib terkena AMDAL atau tidak
terkena AMDAL perludilakukan dalam beberapa tahapan. Dalam setiap tahapan
ada bebrapa hal atau metode yang harus diperhatikan. Metode yang digunakan
sangat menentukan tingkat dampak dari suatu lingkungan.
Jika tidak digunakan metode yang cocok dalam menganalisis dampak
lingkungan, maka akan banyak sekali dampak lingkungan yang berbahaya bagi
masyarakat. Dalam setiap metode yang digunakan akan dikaitkan antara proyek
yang akan dilaksanakan dengan dampaknya pada kehidupan. Dalam metode
AMDAL juga akan dikaitkan hubungan antara masyarakat dengan lingkungan
seperti daampak proyek terhadap pemukiman dan lahan sekitarnya.
Dalam menganalisis daampak lingkungan dari suatu proyek dapat dilakukan
pemilihan terhadap metode mana yang paling baik digunakan oleh para
menyelidik dampak lingkungan. Metode yang terbaik untuk suatu proyek akan
memudahkan siapa saja untuk mengetahui dampak yang akan ditimbulkan oleh
suatu proyek. Setiap metode yang digunakan akan dibentuk oleh orang-orang
yang telah ahli dalam bidangnya.
Metode AMDAL merupak salah satu fasilitas yang dapat dugunakan untuk
mengenalisis dampak lingkungan oleh suatu proyek. Dengan adanya metode
AMDAL maka setiap orang yang akan membangun sebuah poyek harus dituntut
untuk memperhatikan semua komponen lingkungan yang mungkin akan
terganggu sehingga kemungkinan dampak yang merugikan akan mudah teratasi.
Selain itu, jika berdampak negatif maka akan mudah dalam pencarian solusinya.
Oleh karena itu, dalam menganalisis dampak lingkungan digunakan metode
AMDAL untuk memudahkan dalam proses amdal. Dalam metode AMDAL,
banyak sekali metode yang dapat digunakan untuk mengalisis lingkungan.
AMDAl akan berjalan dengan lancar jika dalam pelaksanaannya melibatkan
metode AMDAL. Untuk itulah penulis pembuat makalah yang bertema tentang
Metode-Metode AMDAL yang bertujuan supaya kiat dapat mengetahuinya,
mempelajarin, dan menerapkan dalam menganalisis dampak lingkungan jika
terjadi disekitar kita.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a. Apakah penting adanya metode AMDAL?
b. Apakah macam-macam metode AMDAL?
C. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui pentingnya metode AMDAL.
b. Untuk mengetahui macam-macam metode AMDAL.
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa metode AMDAL yaitu:
1. Ad-hoc (wscc)
2. Overlay (mcharg),
3. Checklist (adkins, dee, georgia, little, rau & wooten, smith),
4. Matrik (leopold, fisher & davies, jain, moore),
5. Network analysis (sorensen),
6. Cost-benefit analysis,
7. Ecological-economic input-output (isard),
8. Kombinasi (jain & urban),
9. Pendugaan cepat (rapid assessment, antara lain who, lohani),
10. Incidence analysis
(siapa yang menanggung risiko dan siapa yang
memperoleh manfaat),
11. Adaptive enviromental assessment and management (aem) essa,
environment canada, dst)
12. Analisis dan pengelolaan kualitas lingkungan (enviromental quality
analysis and management, ppsml ui).
Syarat Metode AMDAL
Metode AMDAL yang baik harus :
a. Memenuhi syarat pendekatan secara ilmiah.
b. Meyakinkan pemakai bahwa tidak ada komponen lingkungan penting yang
terlewatkan.
c. Dapat digunakan untuk menetapkan data dan informasi apa yang
diperlukan dalam pendugaan dampak.
d. Dapat digunakan untuk mengevaluasi seluruh dampak yang akan terjadi.
e. Dapat menunjukkan usaha-usaha apa yang diperlukan untuk dapat
menekan dampak negatif.
f. Metode yang baik memudahkan siapa saja untuk dengan cepat mengatahui
dampak apa yang akan terjadi dan usaha apa yang harus dilakukan.
Kegunaan dari Metode AMDAL
Metodologi AMDAL yang baik harus dapat memenuhi kegunaan-kegunaan
sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat pendekatan secara ilmiah;
2. Meyakinkan pemakai bahwa tidak ada komponen lingkungan penting yang
harus dipertimbangkan terlewatkan;
3. Dapat digunakan untuk menetapkan data dan informasi apa yang
diperlukan dalam pendugaan dampak;
4. Dapat digunakan untuk mengevaluasi seluruh dampak yang akan terjadi
dan sejauh mana dampak akan terjadi serta untuk melakukan evaluasi dari
alternatif-alternatif aktivitas yang diusulkan;
5. Dapat menunjukkan usaha-usaha apa yang diperlukan untuk dapat
menekan dampak negatif;
6. Metode yang baik akan memudahkan siapa saja untuk dengan cepat
mengetahui dampak apa yang akan terjadi dan usaha apa yang harus
dilakukan.
Klasifikasi metode AMDAL berdasarkan fungsi
1. Fungsi identifikasi : AMDAL Berfungsinya dalam membantu menentukan
atau mengidentifikasi aktivitas-aktivitas proyek yang dapat menimbulkan
dampak dan menentukan komponen-komponen lingkungan yang akan terkena
dampak.
2. Fungsi pendugaan : Berfungsi dalam menentukan perubahan kuantitatif yang
meliputi dimensi waktu dan ruang yang akan terjadi (untuk biologi, sosialekonomi dan sosial budaya belum banyak dikembangkan ).
3. Fungsi evaluasi : Berfungsi dalam mengevaluasi secara terpadu kelompokkelompok komponen dan secara keseluruhan dampak, dapat menunjukkan
biaya dan keuntungan setiap dampak dan besarnya masyarakat yang akan
terkena dampak.
Hal- hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode amdal
a. Memahami kelebihan dan kelemahan dari tiap metode baik dalam fungsi
maupun cara kerja.
b. Penguasaan tipe aktivitas proyek yang akan di Amdal
c. Penguasaan ciri dan sifat umum dan khusus dari rona lingkungan
d. Pemahaman dampak penting yang akan terjadi melalui skoping. Makin
besar dan makin kompleks dampak harus menggunakan metode yang
lebih kompleks pula
e. Pedoman yang diberikan oleh instansi yang bertanggung jawab mengenai
bagaimana bentuk informasi yang diperlukan dan cara penyajiannya
f. Batasan-batasan waktu, keahlian, biaya, peralatan dan data serta teknik
analisis yang diperlukan
g. Mempelajari metode yang digunakan tim-tim lain dan pustaka mengenai
proyek yang sejenis.
Dickert telah melakukan klasifikasi metode AMDAL berdasar fungsinya
dalam analisis dampak lingkungan, yaitu:
1. Fungsi identifikasi;
2. Fungsi pendugaan
3. Fungsi evaluasi
Setiap metode umumnya memiliki keistimewaan dalam salah satu fungsi
tersebut tetapi kurang begitu baik di dalam fungsi lainnya. Begitu pula setiap
proyek sangat cocok menggunakan suatu metode disbanding metode lain.
Metode-metode yang telah dibuat orang biasanya pada permulaan dibuat khusus
untuk proyek yang sedang dikerjakan, sehingga dianggap sangat cocok untuk
proyek yang sedang dikerjakan sewaktu menciptakan metode tersebut.
Mengingat tiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan dari
fungsinya dari ketiga hal tersebut, maka penggunaan metode tersebut dapat
disesuaikan atau dimodifikasi agar lebih sesuai dengan proyek yang akan
dikerjakan. Banyak pula tim yang akan mengkombinasikan beberapa metode dan
memodifikasinya sesuai dengan kehendak dari tim dan proyeknya.
Warner dan Bromley (1974) membuat klasifikasi metode AMDAL
berdasarkan caranya dampak ditetapkan menjadi lima sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Ad Hoc
Overlays
Checklists
Matrices
Networks
1. Metode Ad Hoc
Metode ad hoc adalah metode yang sedikit sekali memberikan pedomanpedoman kepada tim dan tidak membagi lingkungan ke dalam komponenkomponen lingkungan yang mendetail tetapi membagi lingkungan kedalam
bidang dampak yang lebih luas atau membaginya kedalam ekosistem. Misalnya,
dianalisis dampaknya pada danau, areal hutan, areal pertanian dan seterusnya.
Dapat pula membagi lingkungan ke dalam aspek flora, fauna, tanah, drainase, air
bumi, tempat dan lain sebagainya.
Cara yang paling sederhana dalam melakukan evaluasi dampak keseluruhan
dari proyek pada lingungan adalah dengan menyusun matriks hubungan antara
pembagian dari lingkungan dengan keadaan dampaknya. Tim yang dibentuk
terdiri dari ahli yang sesuai dengan pembagian aspek lingkungan yang akan
digunakan.
Metode Ad-Hoc merupakan metode yang sangat sederhana dan tidak
menunjukkan keistimewaan di samping tidak mempunyai acuan tertentu sehingga
hasilnya tidak konsisten antara satu penelitian dengan penelitian lainnya. Cara ini
tidak memberikan petunjuk yang terinci tentang penilaian dampak, yang
disarankan adalah hal-hal umum tentang kemungkinan dampak, yakni dampak
pada tumbuhan, binatang, danau, hutan,dsb. Cara ini tidak menganjurkan suatu
pengkajian terhadap parameter khusus. Misalnya tentang keadaan masyarakat
pada umumnya dan pengaruh meningkatnya urbanisasi.
Prosedur ad-hoc melibatkan suatu tim ahli yang pendugaannya mengenai
suatu dampak menurut keahliannya masing-masing digabungkan. Misalnya untuk
suatu rencana pembuatan jalan raya, maka kemungkinan dampak yang perlu
diperhatikan dan ahli yang mengkajinya.
2. Metode Averlays
Tehnik overlay merupakan pendekatan yang sering dan baik digunakan
dalam perencanaan tata guna lahan / landscape. Teknik ini dibentuk melalui
pengunaan secara secara tumpang tindih (seri) suatu peta yang masing-masing
mewakili faktor penting lingkungan atau lahan. Pendekatan tehnik overlay efektif
digunakan untuk seleksi dan identifikasi dari berbagai jenis dampak yang muncul.
Kekurangan dari tehnik ini adalah ketidakmampuan dalam kuantifikasi serta
identifikasi dampak (relasi) pada tingkat sekunder dan tersier. Perkembangan
teknik overlay saat ini mengarah pada teknik komputerisasi. (Canter,1977)
Shopley dan Fuggle (1984) termasuk Mcharg (1969) berjasa dalam
pengembangan peta overlay. Overlay dibentuk oleh satu set peta transparan yang
masing-masing
mempresentasikan
distribusi
spasial
suatu
karakteristik
lingkungan (contoh : kepekaan erosi). Informasi untuk variabel acak harus
dikumpulkan terlebih dahulu sebagai standar unit geografis di dalam suatu area
studi, dan dicatat pada satu rangkaian peta (satu untuk masing-masing variabel).
Peta ini kemudian di overlay untuk menghasilkan suatu peta gabungan (lihat
gambar). Hasil peta gabungan memperlihatkan karakter fisik area, sosial,
ekologis, tata guna lahan dan karakteristik lain yang relevan dan berkaitan dengan
tujuan pengembangan lokasi yang diusulkan. Untuk menyelidiki derajat/tingkatan
dari dampak, alternatif proyek yang lain dapat ditempatkan pada peta akhir.
Validitas dari analisa tergantung pada jenis dan jumlah parameter yang
dipilih. Untuk suatu peta gabungan yang layak, jumlah parameter di dalam suatu
overlay transparan dibatasi sekitar sepuluh. Sedikitnya terdapat dua cara dari
metode ini yang di digunakan dalam penilaian dampak. Yang pertama adalah
menggunakan peta sebelum dan sesudah proyek untuk menilai secara visual
perubahan yang terjadi pada tata guna lahan. Cara yang lain adalah dengan
mengkombinasikan pemetaan yang disertai suatu analisa sensitivitas area atau
daya dukung ekologis. Pada penggunaan yang terakhir, batasan pengembangan
diatur berdasarkan batas dasar dari lokasi yang merupakan area sensitif serta
penilaian daya dukung. Metoda memiliki orientasi spasial dan mampu untuk
mengkomunikasikan aspek spasial dari suatu dampak komulatif. Pembatasan
tersebut berhubungan dengan: 1) ketiadaan penjelasan jalur munculnya dampak;
dan 2) ketiadaan kemampuan memprediksi berkenaan dengan efek terhadap
populasi.
Metoda overlay membagi area studi ke dalam unit geografis berdasar pada
keseragaman titik-titik grid dalam ruang, bentuk topografis atau perbedaan
penggunaan lahan. Survai lapangan, peta inventori topografi lahan, pemotretan
udara dan lain-lain, digunakan untuk merangkai informasi yang dihubungkan
dengan faktor lingkungan dan manusia di dalam unit yang geografis tersebut.
Melalui penggunaan teknik overlay, berbagai kemungkinan penggunaan lahan dan
kelayakan teknik dapat ditentukan secara visual. (Mcharg, 1968). Skala peta dapat
divariasikan mulai dari skala besar (untuk perencanaan regional) sampai skala
kecil untuk identifikasi yang bersifat spesifik. Overlay juga digunakan pada
pemilihan rute untuk proyek bidang datar (dua dimensi) seperti jalan dan jalur
transmisi. Pada tahap awal dilakukan screening dari berbagai alternati rute
(pengurangan beberapa rute) untuk mengurangi beban kebutuhan detail
analisis.Mcharg (1968) memperkenalkan teknik ini dengan orientasi spesifik
kearah pembangunan jalan raya. Metoda yang digunakan terdiri dari transparansi
karakteristik lingkungan yang dipresentasikan ke dalam peta dasar regional.
Dibuat sekitar 11-16 peta yang menggambarkan karakteristik dari lingkungan dan
tata guna lahan. Peta tersebut mempresentasikan tiga tingkatan dari karakteristik
lingkungan dan tata guna lahan berdasar pada “kecocokan dengan pembangunan
jalan raya”. Pendekatan ini bermanfaat untuk menyaring alternatif lokasi proyek
atau rute sebelum penyelesaian analisa dampak yang lebih terperinci. Metoda ini
juga telah digunakan untuk mengevaluasi pilihan pengembangan dalam kawasan
pantai, rute saluran dan jalur transmisi. (EIA for Developing Countries).
Overlay merupakan suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang
dibentuk dari penggabungan berbagai peta individu (memiliki informasi/database
yang spesifik). Agregat dari kumpulan peta individu ini, atau yang biasa disebut
peta komposit, mampu memberikan informasi yang lbih luas dan bervariasi.
Masing-masing peta tranparansi memberikan informasi tentang komponen
lingkungan dan sosial. Peta komposit yang terbentuk akan memberikan gambaran
tentang konflik antara proyek dan fakto lingkungan. Metode ini tidak menjamin
akan mengakomodir semua dampak potensial, tetapi dapat memberikan damapak
potensial pada spasial tertentu. Sebagai contoh, peta suatu reservoir dalam poyek
DAM akan memperlihatkan potensi terhadap terjadinya banjir, yang kemudian
dapat di-overlay dengan peta habitat binatang, aktivitas manusia dan sebagainya.
(EIA : What are the available methods)
3. Metode Checklist
1. Check List merupakan suatu daftar yang mengandung atau mencakup faktorfaktor yang ingin diselidiki (Bimo Walgito, 1985).
2. Menurut Sutrisno Hadi (1990) check list adalah suatu daftar yang berisi namanama subjek dan faktor-faktor yang akan diselidiki.
3. Check list merupakan daftar yang berisi unsur-unsur yang mungkin terdapat
dalam situasi atau tingkah laku atau kegiatan individu yang diamati
(Depdikbud : 1975).
4. Dengan memungut beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa check list adalah salah satu alat observasi, yang ditujukan untuk
memperoleh data, berbentuk daftar berisi faktor-faktor berikut subjek yang
ingin diamati oleh observer, di mana observer dalam pelaksanaan observasi di
lapangan tinggal memberi tanda check (cek, atau biasanya dicentang) pada list
faktor-faktor sesuai perilaku subjek yang muncul, di lembar observasi,
sehingga memungkinkan observer dapat melakukan tugasnya secara cepat dan
objektif, sebab observer sudah “membatasi diri” pada ada – tidaknya aspek
perbuatan subjek, sebagaimana telah dicantumkan didalam list.
5. Namun menurut Sutrisno Hadi (1990), akan lebih baik bagi observer untuk
“menyediakan kolom kosong” (di samping atau di bawah pada lembar
observasi itu) yang sengaja disiapkan untuk mencatat komentar yang
dipandang observer perlu, guna menambah informasi berkenaan dengan
aspek-aspek kelakuan yang mungkin belum termasuk (dimasukkan) dalam
perumusan check list tersebut.
Metode Checklist merupakan metode yang lebih baik dibandingkan dengan
metode Ad-Hoc karena telah ada susunan aktivitas kegiatan proyek dan komponen
lingkungan. Metode ini telah berkembang dari yang paling sederhana hingga yang
paling kompleks. Mula-mula dibuat dulu daftar dari berbagai macam dampak
yang mungkin terjadi berkaitan dengan kegiatan yang direncanakan dan rencana
alternatifnya. Hal ini dapat diambil dari faktor lingkungan seperti : air, udara,
tumbuhan, hewan, manusia, dll. Dapat juga melalui daftar kegiatan yang
direncanakan dan dampak yang mungkin terjadi, misalnya : jual beli
tanah,pengambilan bahan (batu), pengangkutan barang, prsiapan/perubahan
bentuk tanah, dst.
Metode Checklist adalah salah satu metode informal observasi dimana
observer sudah menentukan indikator perilaku yang akan di observasi dari subjek
dalam satu tabel. Checklist merupakan metode dengan dua cara pencatatan yaitu
tebuka dan tertutup. Metode ini memiliki derajat selektivitas yang tinggi karena
perilaku yang diamati sudah sangat selektif, juga memiliki derajat inferensi yang
tinggi karena observer hanya fokus pada kategori perilaku yang sudah ditentukan
saja.
Untuk memulai observasi dengan metode ini, terlebih dahulu observer
harus menentukan indikator perilaku yang didapat melalui sumber-sumber baik
berupa buku, jurnal, artikel ilmiah, maupun literatur-literatur lain sebagai dasar
teori. Setelah itu, observer menjadikan satu seluruh indikator tersebut dalam satu
tabel indikator dan menambahkan tabel diskripsi, serta tabel koding di
sampingnya. Tabel diskripsi berfungsi sebagai tempat pencatatan perilaku anak
secara spesifik. Pada saat observasi berlangsung, observer hanya memberikan
tanda berupa plus (+) yang berarti perilaku muncul, atau minus (-) yang berarti
perilaku tidak muncul pada tabel koding setiap kali perilaku yang tercantum
dalam tabel indikator muncul dari subjek. Alasan dipilihnya metode ini adalah
karena mudah dan simple serta mampu fokus hanya pada perilaku yang
diinginkan terjadi. Prosedur umum untuk membuat checklist adalah sebagai
berikut:
1. Tentukan sasaran dari checklist. Apa tujuannya, di mana akan digunakan,
dan hasil akhir apa yang diharapkan? Yang paling penting adalah hal-hal
apa saja yang tidak dapat dicapai dengan hanya menggunakan metode ini,
dan metode apa lagi yang diperlukan? Kenali keterbatasan tersebut
sebelum memulai.
2. Identifikasi cakupan wilayah keahlian yang diperlukan dalam checklist,
dan pilih orang-orang yang berkompetensi dalam masing-masing bidang.
3. Mulailah kembangkan checklist. Kemudian bagilah project tersebut ke
dalam beberapa subsistem untuk memudahkan analisis
4. Ambillah penilaian independen dari manajer atau project engineer
berpengalaman. Langkah ini sangat krusial untuk mengidentifikasi
kemungkinan kelebihan prediksi atau bahkan kelalaian menentukan
prediksi.
5. Perbaharui
checklist
jika
diperlukan,
ketika
informasi-informasi
tamabahan tentang project terebut diproleh.
Secara garis besar metode checklist dapat dibagi menjadi:
a. Checklist sederhana (simple checklist)
Checklist sederhana (simple checklist)merupakan suatu bentuk metode
checklist yang paling sederhana. Pada dasarnya berbentuk sebagai daftar dari
komponen lingkungan yang akan diduga dampaknya baik yang menguntungkan
ataupun merugikan terhadap tiga tingkat atau fase pembangunan yaitu:
1. Tingkat perencanaan atau desain proek.
2. Tingkat konstruksi proyek.
3. Tingkat proyek berjalan.
Metode ini menjadi sederhana karena dalam mengidentifikasi berbagai
potensi dampak tidak disajikan informasi dalam bentuk ukuran dan interpretasi.
Untuk mendapatkan interpretasi dampak ditempuh dengan membentuk tim yang
interdisiplin untuk mengevaluasi dampak proyek yang nyata dengan memberi
skala dari nol sampai sepuluh.
Dapat pula disertakan keterangan yang berhubungan dengan potensi
dampak lingkungan dari proyek yang disusun berdasarkan batasan ruang atau
tempat misalnya sebagai berikut:
1. Areal yang langsung terkena proyek yaitu pemukiman,
perdagangan,industri, fasilitas umum, dan seterusnya.
2. Wilayah pelayanan hukum dan lintasannya karena adanya fasilitas
3. Dalam wilayah mana proyek dibangun.
b. Checklist dengan uraian (descriptive checklist)
Komponen lingkungan yang diamati ekologi, kesehatan, kualitas udara, air
permukaan, air bumi, sosiologi, ekonomi, bumi, penggunaan tanah,kebisingan,
dan transportasi. Tiap kelompok komponen lingkungan tersebut terdiri dari
banyak pembagian komponen kira-kira 1000 komponen lingkungan. Tanda tiap
dampak interaksi dapat digolongkan ke dalam empat kategori sebagai berikut:
1) Kategori menunjukkan bahwa potensi dampak harus dinilai atau
diperkiraansetiap kali aktivitas dilakaukan.
2) Dampak yang biasa timbul tetapi mungkinjiga tidak ada, hal ini tergantung
padakeadaan masing-masing.
3) Dampaknya kecil tetapi dapat diduga masalahnya dan timbulnya akan
ditetapkan berdasrkan kedaan masing-masing.
4) Tidak ada indikasi mengenai potensi dampak, sehingga aktivitas tertentu
dapat ditetapkan sebagai aktivitas yang tidak menimbulkan dampak
lingkungan.
c. Checklist berskala ( scaling checklist)
Metode ini dikembangkan oleh Adkins dan burke untuk melakukan
pendugaan dampak lingkungan dari beberapa alternatif dari proyek. Metode
merupakan teknik pendugaan dampak lingkungan dengan skala yang dibuat mulai
dari minus lima sampai positif lima. Komponen dampak dari proyek yang
digunakan oleh Adkins dan Burke dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Transportasi
Lingkungan
Sosiologi
Ekonomi
Untuk setiap kelompok tersebut dapat dibuat checklist terdiri untuk
menentukaan dampak daari beberapaa alternatif dari proyek. Gabungan checklist
ringkasan keempat kelompok komponen terhadap alternatif-alternatif proyek
disusun bersama menjadi nilai komprehensif keseluruhan dari dampak.
d. Checklist berskala dengan pembobotan (sclaling wighling checklinst)
Metode ini telah dikembangkan oleh Biro Reklamasi. Laboratorium
Battelde Columbus pada tahun 1972 untuk proyek bangunan air dan juga
dikembangkan oleh Odum pada tahuntahun 1971 untuk proyek jalan raya di
Atlanta Utara, Amerika Serikat. Metode ini berisi uraian mengenai komponen-
komponen lingkungan yang tersusun dalam cheklist seperti cara penyusunan
checklist berskala, yang memberi penilaian dari tiap parameter dan kepentinan
yang telah ditetapkan.
Keuntungan metode Checklist adalah sederhana untuk dilakukan. Selain
itu, metode dengan adanya pencatatan pada diskripsi memungkinkan observer
mengetahui konteks perilaku secara lengkap. Namun, kelemahan dari metode ini
adalah metode ini sedikit menguras energi, karena selain observer mencantumkan
koding pada tabel yang sudah disediakan, observer juga harus memberikan
diskripsi perilakunya.
Namun checklist juga memiliki kekurangan:
a. Karena tidak memiliki standard khusus, item-item dalam checklist sangat
tergantung pada pengetahuan dan pengalaman para penyusun checklist. Oleh
karena itu, pemilihan personel penuyusun checklist sangat menentukan
keberhasilan projuct.
b. Checklist hanya merupakan “yes or no question” yang tidak dapat
menggambarkan secara detil efisiensi dari suatu subsistem dalam project yang
dilaksanakan.
c. Checklist tidak dapat mengurutkan skala prioritas (rangking) suatu hazard.
d. Apabila checklist disusun oleh orang yang kurang berpengalaman,
kemungkinan terlewatnya suatu hazard menjadi lebih besar.
4. Metode Matrices
Metode matriks adalah metode yang menggunakan daftar uji (checklist) dua
dimensi, yaitu daftar horizontal yang memuat acuan kegiatan pembangunan yang
potensial menimbulkan dampak dan daftar vertikal yang memuat daftar
komponen lingkungan hidup yang mungkin terkena dampak.
Beberapa metode matriks interaksi yang sangat terkenal antara lain: matrik
interaksi Leopold, Fisher and Davies, Moore, Philips and Defilipi, Welch and
Lewis, Lohani and Thank, Ad-hoc, dan checklist.
a) Metode Leopold
Metode Leopold ini juga dikenal sebagai Matriks Leopold atau Matriks
interaksi dari Leopold. Matriks yang diperkenalkan adalah matriks dari 100
(seratus) macam aktivitas dari suatu proyek dengan 88 (delapan puluh delapan)
komponen lingkungan. Identifikasi dampak lingkungan dari proyek ditulis dalam
interaksi antara aktivitas dan komponen lingkungan.
Langkah pertama setelah matriks dibuat ialah menentukan dampak dari
tiap aktivitas proyek pada komponen lingkungan. Apabila diduga akan terjadi
dampak pada suatu komponen lingkungan dari suatu aktivitas maka kotak
pertemuan pada matriks dari keduanya diberi tanda diagonal.
Langkah kedua adalah dari tiap kotak yang berdiagonal ditetapkan besar
(magnitude) dan tingkat kepentingan (importance) dampaknya. Bersama dari
dampak yang diduga dinyatakan dalam nilai angka atau skala dari satu sampai
sepuluh serta diberikan catatan uraian atau kriteria yang jelas dari tiap nilai
tersebut. Nilai satu merupakan besaran terkecil sedang sepuluh merupakan
terbesar. Penyusunan skala sebaiknya didasarkan pada evaluasi nilai yang objektif.
Dampak yang positif diberi tanda ‘+’, yang negative diberi tanda ‘-‘. Metode
Leopold yang asli tidak memasukkan dampak positif.
b) Metode Matriks dampak dari Moore
Keistimewaan dari metode Moore ini adalah dampak lingkungan dilihat
dari sudut dampak pada kelompok-kelompok daerah yang sudah atau sedang
dimanfaatkan manusia atau dapat digambarkan pula sebagai proyek-proyek
pembangunan manusia lainnya.
Filosofi dasar metode Moore adalah analisis dari penyebab atau pembuat
dampak lingkungan yang nyata, yang didasarkan pada determinasi dari dampak
langsung dan tidak langsung pada sumberdaya lain yang sedang dimanfaatkan
manusia atau daerah pemanfaatan lain.
Matriks Moore dibagi menjadi empat kategori yang berbeda yaitu:
a. Pembentuk timbulnya aktivitas dan aktivitas lainnya berhubungan;
b. Potensi perubahan lingkungan;
c. Pengaruh pada lingkungan yang utama;
d. Pemanfaatan oleh manusia yang terkena.
e. Potensi kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas;
f. Besaran umum dari potensi pengurangan daripemanfaatan manusia.
c) Metode Sorenson
Metode yang dikembangkan Sorenson pada tahun 1971 merupakan
Analysis Network yang pertama, disusun untuk digunakan pada proyek
pengerukan dasar laut (dredging). Bentuk jaringan kerja ini lebih cocok kalau
diberi nama sebagai aliran dampak.
Dalam analisis jaringan kerja ini diidentifikasikan berbagai hubungan
timbal-balik atau sebab-akibat antara factor-faktor penyebab yang timbul akibat
adanya aktivitas dari proyek pengerukan, yang berarti pula suatu usaha
pemindahan bahan dari suatu lapisan bawah, dan aktivitas tersebut akan
menghasilkan
bahan-bahan
galian,
sehingga
ada
komponen-komponen
lingkungan yang terkena dampaknya.
Sorenson juga telah mengembangkan metode pendekatan tipe aliran
dampak untuk menentukan dampak lingkungan dari berbagai pembangunan
proyek di pantai. Sorenson juga telah mengembangkan bentuk matriks interaksi
untuk proyek di daerah.
d) Metode MacHarg
Metode yang dikembangkan tahun 1968 oleh MacHarg juga dikenal
sebagai metode Overlay atau teknik Overlay. Metoda ini menggunakan berbagai
peta yang digambarkan dalam lembar-lembar transparansi.
Daerah yang akan dianalisis dibagi dalam beberapa satuan. Satuan tersebut
dapat disusun berdasarkan topografi atau penggunaan lahan atau dasar-dsar
lainnya. Untuk tiap satuan dikumpulkan keterangan mengenai keadaan
lingkungannya dengan berbagai cara, baik dengan survei lapangan (wawancara,
pengamatan, pengukuran dan lain sebagainya) maupun dengan potret udara dan
peta-peta yang telah ada.
Langkah berikut melakukan identifikasi dari dampak yang diduga akan
terjadi pada berbagai komponen lingkungan dari setiap satuan daerah. Setiap
komponen lingkungan dan dampaknya digambarkan dalam satu transparansi
tersendiri.
Transparansi-transparansi dari berbagai dampak yang telah tergambar
saling ditumpukkan atau ditampalkan (dari satuan geografis yang sama). Maka
akan dapat dilihat daerah tataguna lahan yang cocok, aktivitas yang cocok dan
pembangunan rekayasa yang dapat dilaksanakan. Dengan demikian kombinasi
yang berbaik dari keadaan-keadaan tersebut dapat diidentifikasi.
Metode banyak digunakan dalam menganalisis dampak lingkungan proyek
pembangunan jalan mobil, jaringan pipa-pipa, jalan kereta api dan lain
sebagainya.
Kelemahan metode ini ialah apabila komponen lingkungan yang
digunakan terlalu banyak sehingga hasil penampalan dari peta-peta menjadi gelap
dan dampaknya tak dapat terlihat. Metode ini dapat digunakan dengan komponen
lingkungan yang banyak setelah diketemukan mesin computer.
Dengan bantuan komputer penampalan peta dampak dan penggabungan
peta dapat dilakukan oleh komputer dengan mudah. Masalah lain yang dihadapi
kemudian ialah cara memindahkan peta ke dalam komputer, cara manual yang
telah dikenal akan memerlukan waktu yang lama sekali. Penggunaan komputer ini
akan dapat cepat apabila dibantu dengan mesin untuk membantu memindahkan
peta ke dalam komputer yang pada tahun 1986 telah mulai ada yang
menggunakan, yang dikenal sebagai sistem scanning. Metode ini biasanya
digunakan untuk proyek pembangunan jalan, pipa dan lain sebagainya.
Penggunaan komputer biasanya akan lebih mahal dan lebih lama dibanding
dengan penampalan dari peta-peta transparansi.
e. Metode Fisher dan Davies
Metode yang dikembangkan oleh Fisher dan Davis pada tahun 1973 juga
dikenal sebagai Matriks dari Fisher dan Davies. Kekhususan dari metode ini ialah
tiga macam matriks yang disusun secara bertahap. Tahap-tahap tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Tahap pertama: Matriks mengenai evaluasi lingkungan sebelum proyek
dibangun atau disebut keadaan lingkungan awal (Envirtonmental baseline)
b. Tahap kedua: Matriks dampak lingkungan (Environmental compatibility
matriks)
c. Tahap ketiga: Matriks keputusan (Decision matriks)
Dalam tahap pertama disusun matriks dari komponen-komponen lingkungan
yang dinilai penting, kemudian dievaluasi dan diberi nilai skala tingkat
kepentingannya pada waktu penelitian dan kepekaannya terhadap pengelolaan.
Tim multidisiplin yang dibentuk harus melakukan orientasi lapangan terlebih
dahulu untuk menetapkan batas-batas penelitian karena baik secara langsung atau
tidak langsung batas wilayah yang diorientasi akan terkena dampak.
Pada tahap matriks yang disusun adalah matriks dampak lingkungan.
Bentuk matriksnya hampir sama dengan matriks Leopold,
hanya saja dalam
matriks ini komponen lingkungan dan macam aktivitas yang dimasukkan lebih
sederhana bentuknya. Dampak dari setiap aktivitas pada suatu komponen
lingkungan diberi tanda plus (+) untuk dampak yang menguntungkan dan diberi
tanda (-) untuk yang berdampak merugikan. Periode dampak diberi tanda S (short)
untuk yang berdampak dalam periode waktu pendedk dan L (long) untuk periode
waktu yang berdampak panjang.
Pada tahap ketiga dalam penyusunan matriks keputusan. Matriks disusun
berdasarkan hubungan antara kriteria komponen lingkungan yang akan terkena
dampak bernilai skala 4 dan 5 baik yang menguntungkan maupun yang merugikan
dari matriks tahap kedua alternatif yaitu kedaaan lingkungan tanpa proyek dan
keadaan lingkungan dengan adanya proyek. Dalam penyusunan kolom kriteria
pengambilan keputusan haruslah dipertimbangkan kriteria pengambilan keputusan
seperti siapa yang akan terkena damapak, ketidakpastian, kompensasi, keperluan
pengelolaan, keanekaragaman dan lain sebagainya.
5. Metode Netwoks
Metode Network ( skema aliran / flowchart / bagan alir): Metode berupa
susunan daftar aktivitas proyek yang saling berhubungan dan komponenkomponen lingkungan yang terkena dampak. Kemudian dari kedua daftar tersebut
disusun lagi hingga dapat menunjukkan aliran dampak yang dimulai dari suatu
aktivitas proyek. Susunan aliran dampak ini menggambarkan adanya dampak
langsung dan tidak langsung serta hubungan antara
komponen-komponen
lingkungan, sehingga dapat mengevaluasi dampak secara keseluruhan, dapat
dicari aktivitas pokok mana yang harus dikendalikan. Merupakan pengembangan
dari metode matriks sehingga kelemahan matriks dapat dihilangkan.
6. Metode Modifikasi dan Kombinasi
Bentuk modifikasi dan kombinasi dari kelima metode tersebut untuk
mengurangi kelemahan tim maupun metode Amdal , disesuaikan dengan proyek
yang akan dikerjakan, hasil penilaian tim dan pertimbangan-pertimbangan lain.
(Metoda Sorenson) (Adiwibowo : matriks dan bagan alir).
7. Metode Checklist
Metode checklis merupakan metode dasar yang digunakan dalam
melakukan
pendugaan
dampak
lingkungan.
Metode
ini
telah
banyak
dikembangkan oleh para ahli. Secara garis besar metode checklist dapat dibagi
menjadi:
a. Checklist sederhana (simple checklist)
Checklist sederhana (simple checklist)merupakan suatu bentuk metode
checklist yang paling sederhana. Pada dasarnya berbentuk sebagai daftar dari
komponen lingkungan yang akan diduga dampaknya baik yang menguntungkan
ataupun merugikan terhadap tiga tingkat atau fase pembangunan yaitu:
4. Tingkat perencanaan atau desain proek.
5. Tingkat konstruksi proyek.
6. Tingkat proyek berjalan.
Metode ini menjadi sederhana karena dalam mengidentifikasi berbagai
potensi dampak tidak disajikan informasi dalam bentuk ukuran dan interpretasi.
Untuk mendapatkan interpretasi dampak ditempuh dengan membentuk tim yang
interdisiplin untuk mengevaluasi dampak proyek yang nyata dengan memberi
skala dari nol sampai sepuluh.
Dapat pula disertakan keterangan yang berhubungan dengan potensi
dampak lingkungan dari proyek yang disusun berdasarkan batasan ruang atau
tempat misalnya sebagai berikut:
1. Areal yang langsung terkena proyek yaitu pemukiman,
perdagangan,industri, fasilitas umum, dan seterusnya.
2. Wilayah pelayanan hukum dan lintasannya karena adanya fasilitas
3. Dalam wilayah mana proyek dibangun.
b. Checklist dengan uraian (descriptive checklist)
Komponen lingkungan yang diamati ekologi, kesehatan, kualitas udara, air
permukaan, air bumi, sosiologi, ekonomi, bumi, penggunaan tanah,kebisingan,
dan transportasi. Tiap kelompok komponen lingkungan tersebut terdiri dari
banyak pembagian komponen kira-kira 1000 komponen lingkungan. Tanda tiap
dampak interaksi dapat digolongkan ke dalam empat kategori sebagai berikut:
1) Kategori menunjukkan bahwa potensi dampak harus dinilai atau
diperkiraansetiap kali aktivitas dilakaukan.
2) Dampak yang biasa timbul tetapi mungkinjiga tidak ada, hal ini
tergantung padakeadaan masing-masing.
3) Dampaknya kecil tetapi dapat diduga masalahnya dan timbulnya akan
ditetapkan berdasrkan kedaan masing-masing.
4) Tidak ada indikasi mengenai potensi dampak, sehingga aktivitas
tertentu dapat ditetapkan sebagai aktivitas yang tidak menimbulkan
dampak lingkungan.
c. Checklist berskala ( scaling checklist)
Metode ini dikembangkan oleh Adkins dan burke untuk melakukan
pendugaan dampak lingkungan dari beberapa alternatif dari proyek. Metode
merupakan teknik pendugaan dampak lingkungan dengan skala yang dibuat mulai
dari minus lima sampai positif lima.
Komponen dampak dari proyek yang digunakan oleh Adkins dan Burke
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Transportasi
Lingkungan
Sosiologi
Ekonomi
Untuk setiap kelompok tersebut dapat dibuat checklist terdiri untuk
menentukaan dampak daari beberapaa alternatif dari proyek. Gabungan checklist
ringkasan keempat kelompok komponen terhadap alternatif-alternatif proyek
disusun bersama menjadi nilai komprehensif keseluruhan dari dampak.
d. Checklist berskala dengan pembobotan (sclaling wighling checklinst)
Metode ini telah dikembangkan oleh Biro Reklamasi. Laboratorium
Battelde Columbus pada tahun 1972 untuk proyek bangunan air dan juga
dikembangkan oleh Odum pada tahuntahun 1971 untuk proyek jalan raya di
Atlanta Utara, Amerika Serikat.
Metode ini berisi uraian mengenai komponen-komponen lingkungan yang
tersusun dalam cheklist seperti cara penyusunan checklist berskala, yang memberi
penilaian dari tiap parameter dan kepentinan yang telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Metode AMDAL yang terkenal adalah overlay, checklist, matrik (leopold,
fisher & davies, jain, moore), network analysis (sorensen), cost-benefit
analysis, ecological-economic input-output (isard), kombinasi (jain & urban).
2. Dalam menganalisis dampak lingkungan yang terjadi perlu dilakukan
pemilihan metode yang cocok.
3. Dalam metode AMDAL dilakukan pengaitan antara komponen lingkungan
yang akan terkena dampak dengan masyarakat.
4. Metode AMDAL memudahkan dalam menganalisis lingkungan.
B. Saran
Saran penulis kepada para pembaca adalah bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dalam menncontohkan setiap metode yang ada dalam
AMDAL. Untuk itu, penulis menyarankan supaya pembaca dapat melanjutkan
pembuatan makalah tentang contoh penerapan makalah AMDAL.
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, mursid. 2007. Memahami AMDAL. Yogyakarta: Graha Ilmu
Soemarwoto, otto. 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Suratmo, F. gunawan. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press