e1148 08 konsep awal pengembangan metropolitan cirebon raya juni 2013 a22

DAFTAR ISI
Hal.
2

DELINEASI WILAYAH
ISU DAN PERMASALAHAN

6

KEUNGGULAN WILAYAH

19

KONSEP AWAL PENGEMBANGAN

22

KETERANGAN COVER:
Tari Topeng Cirebon - http://indonesia-heritage.net
Keraton di Cirebon - http://sudutnusantara.com
Paksi Naga Liman - http://www.yptravel.com/wisata/kraton-kanoman

Tari Buyung Kab. Kuningan - http://diditds.wordpress.com/

1

DELINEASI WILAYAH
Cirebon Raya merupakan salah satu Wilayah Metropolitan yang sedang dan akan
terus berkembang di Provinsi Jawa Barat. Seperti Bodebek Karpur dan Bandung
Raya, Wilayah Metropolitan ini memiliki ciri aglomerasi jumlah penduduk, aktivitas
sosial dan ekonomi, serta persentase lahan terbangun yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wilayah lain di sekitarnya.
Berdasarkan data-data empiris, pada tahun 2010, Metropolitan Cirebon Raya
memiliki jumlah penduduk sebesar 1,58 juta jiwa di 29 kecamatan yang terdapat di
tiga Kabupaten/Kota (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Kuningan)
dengan luas lahan terbangun sekitar 25%.
Berdasarkan proyeksi tahun 2015, 2020, 2025 dan 2040, jumlah penduduk di
Metropolitan Cirebon Raya akan meningkat dengan pesat, begitu pula dengan luas
wilayah urban dan suburbannya. Mulai tahun 2015, ciri metropolitan telah
beraglomerasi hingga ke Kabupaten Majalengka. Pada tahun 2040, Metropolitan
Cirebon Raya diprediksikan akan meluas hingga ke Kabupaten Indramayu.







3 kabupaten/kota
29 kecamatan
1.58 juta penduduk
Luas area 57.369 Ha

Urban
Suburban

GAMBAR 1 WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA TAHUN 2010
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010

2







4 kabupaten/kota
30 kecamatan
2.4 juta penduduk
Luas area 60.425 Ha
Urban
Suburban

GAMBAR 2 WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA TAHUN 2015
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010






4 kabupaten/kota
34 kecamatan

3.9 juta penduduk
Luas area71.775 Ha
Urban
Suburban

GAMBAR 3 WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA TAHUN 2020
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010

3






4 kabupaten/kota
41 kecamatan
6.58 juta penduduk
luas area 98.722 Ha
Urban

Suburban

GAMBAR 4 WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA TAHUN 2025
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010

 5 kabupaten/kota
 43 kecamatan
 Luas area 106.554 Ha
Urban
Suburban

GAMBAR 5 WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA TAHUN 2040
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010

4

Peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi masyarakat mendorong
peningkatan kebutuhan akan berbagai infrastruktur perkotaan, seperti
infrastruktur transportasi, air bersih, persampahan, listrik dan energi,
telekomunikasi, dan infrastruktur pendukung lainnya. Infrastruktur transportasi

strategis seperti jalan tol, jalur kereta api, serta pelabuhan laut dan udara juga
menjadi semakin penting untuk diperhatikan, karena ketersediaannya mampu
memberikan akses penghubung yang lebih baik antara Wilayah Metropolitan
Cirebon Raya dengan wilayah lain di sekitarnya.
Fenomena metropolitan yang terjadi di Wilayah Cirebon Raya memberikan
peluang sekaligus tantangan tersendiri. Fenomena ini memungkinkan Wilayah
Cirebon Raya berperan sebagai penghela pembangunan ekonomi, kesejahteraan,
modernisasi dan keberlanjutan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat. Namun pada
saat bersamaan, pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan aktivitas sosial
ekonomi masyarakat di wilayah ini juga bisa memunculkan berbagai isu dan
permasalahan, seperti misalnya kemacetan, kurangnya ketersediaan perumahan
bagi masyarakat, pengelolaan persampahan dan air limbah, banjir, kerusakan
lingkungan, kriminalitas dan masalah-masalah lainnya yang segera membutuhkan
solusi pemecahan. Dalam rangka mengatasi isu dan permasalahan tersebut dan
dalam upaya mengoptimalkan potensi dan peluang pengembangan yang dimiliki
oleh Wilayah Metropolitan Cirebon Raya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui
tim WJPMDM menyusun konsep awal pengembangan Wilayah Metropolitan
Cirebon Raya untuk menghela percepatan pembangunan di Wilayah Jawa Barat.

5


ISU DAN PERMASALAHAN
Dalam mengembangkan metropolitan, terdapat beberapa isu dan permasalahan
yang menjadi perhatian. Beberapa isu dan permasalahan yang terdapat di
Metropolitan Cirebon Raya antara lain terkait masalah transportasi, sosial dan
kependudukan, masalah lingkungan, dan juga ketersediaan infrastruktur. Isu dan
permasalahan tersebut sebaiknya menjadi suatu pertimbangan dalam
pengembangan Metropolitan Cirebon Raya sebagai salah satu metropolitan di
Jawa Barat.
A. Transportasi
Isu dan permasalahan transportasi yang muncul antara lain kemacetan lalu lintas
yang kerap kali terjadi di beberapa ruas jalan. Ruas jalan yang sering mengalami
kemacetan yaitu jalan pantura yang menghubungkan Metropolitan Cirebon Raya
dengan wilayah lain di bagian utara dan barat. Kenyamanan dan keamanan berlalu
lintas juga menjadi salah satu perhatian karena beberapa wilayah masih rawan
kecelakaan. Begitu pula dengan sistem transportasi publik dan simpul-simpul
transportasi lainnya yang belum sepenuhnya dapat melayani para pengguna dan
mengakomodir kebutuhan masyarakat sepenuhnya.

6


GAMBAR 6 INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI METROPOLITAN CIREBON RAYA 2010
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010

GAMBAR 7 GUNA LAHAN METROPOLITAN CIREBON RAYA 2010
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010

7

Penggunaan lahan di Metropolitan Cirebon Raya tahun 2010 yaitu seluas
13.786.478 Ha. Kawasan terbangun ini akan terus bertambah seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di Metropolitan Cirebon Raya. Kawasan
terbangun ini sebagian besar mengikuti infrastruktur jalan yang ada di
Metropolitan Cirebon Raya.

GAMBAR 8 KAWASAN TERBANGUN METROPOLITAN CIREBON RAYA 2010
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, GIS Bappeda Jabar 2010

Transportasi berperan sebagai penghubung pusat kegiatan atau pusat aktivitas
penduduk seperti pusat pelayanan pendidikan, permukiman penduduk, pusat

kesehatan, pusat perdagangan, dan pusat-pusat lainnya, termasuk
menghubungkan antara pusat kegiatan internal dengan wilayah yang lebih luas
(lingkup eksternal), yang dapat dicapai dengan adanya ketersediaan bandar udara,
stasiun KA, pelabuhan, terminal, dan jalan tol. Transportasi dikatakan layak apabila
transportasi tersebut dapat menghubungkan pusat-pusat aktivitas tersebut dan
saling terintegrasi satu sama lain.
Rencana transportasi di masa yang akan datang dibuat berdasarkan proyeksi yang
dilakukan terhadap data-data yang ada sesuai dengan kondisi pada masa tersebut.
8

Proyeksi terhadap jumlah penduduk dijadikan acuan dalam membuat rencana
transportasi agar sesuai dengan kebutuhan penduduk di masa yang akan datang.
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2015, 2020, 2025 dan 2040,
Metropolitan Cirebon Raya akan mengalami perkembangan area metropolitan.
Adanya perkembangan wilayah tersebut tentunya akan berimplikasi pada
kebutuhan infrastruktur transportasi di Metropolitan Cirebon. Infrastruktur
transportasi yang ada saat ini belum sepenuhnya mengakomodir perluasan
perkembangan wilayah urban sehingga masih perlu dilakukan penambahan
infrastruktur transportasi yang menunjang.
Berdasarkan rencana pengembangan infrastruktur baik di tingkat provinsi maupun

di tingkat pusat, terdapat beberapa rencana pengembangan yang berpotensi
memberikan tarikan yang besar pada peningkatan jumlah pendatang dan aktivitas
perekonomian di Metropolitan Cirebon Raya. Dapat dikatakan bahwa peningkatan
jumlah penduduk pada tahun 2025 akan berpotensi lebih besar dibandingkan
dengan proyeksi penduduk 2025 yang telah disebutkan sebelumnya.

GAMBAR 9 KINERJA LALU LINTAS DI PKN CIREBON 2012
Sumber: Perencanaan Transportasi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2012

Disisi lain, ketersediaan dan kondisi infrastruktur internal dan eksternal di
Metropolitan Cirebon Raya masih jauh dari kata mencukupi. Dari sisi eksternal,
terdapat beberapa koridor yang menjadi akses menuju Metropolitan Cirebon Raya,
9

antara lain jalan raya Kadipaten yang menghubungkan Cirebon dengan Bandung
dan jalan raya Cadas-Pangeran sebagai koridor utama yang menghubungan
Metropolitan Cirebon Raya dengan daerah lainnya, sementara koridor lainnya
hanya berupa jalan-jalan kecil. Sementara itu, kondisi koridor-koridor utama
tersebut sudah tidak mampu menampung pergerakan yang besar antara
Metropolitan Cirebon Raya dengan daerah sekitarnya. Sebagai contoh, jalan raya

Cadas-Pangeran sebagai koridor utama, dengan demand yang besar, tingkat
kemacetan di jalan raya tersebut sudah cukup memprihatinkan. Hal ini juga
diperparah dengan kondisi infrastruktur yang jauh dari ideal. Akibatnya, setiap
terdapat gangguan yang terjadi di jalan tersebut, maka aktivitas pergerakan akan
sepenuhnya terhambat.
Sementara itu, dari sisi internal, kondisi infrastruktur transportasi di Metropolitan
Cirebon Raya semakin lama semakin mengalami penurunan kualitas. Berdasarkan
hasil survei dari Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat di beberapa ruas jalan,
sebanyak 48% ruas jalan utama di Metropolitan Cirebon Raya memiliki level of
service B, 44% dengan level of service C, 8% dengan level of service C, dan tidak ada
ruas jalan dengan level of service A. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat
potensi peningkatan pergerakan dan aktivitas perekonomian di Metropolitan
Cirebon Raya juga harus didukung dengan peningkatan kualitas dan kuantitas
infrastruktur transportasi di dalamnya.
Secara umum, terdapat beberapa isu strategis transportasi yang menjadi perhatian
khusus di wilahan BKPP III Cirebon terutama dalam lingkup Metropolitan Cirebon
Raya. Isu tersebut yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perbaikan Jalan Kabupaten/Kota bersama dunia usaha
Jalan menuju Sentra Industri, Sentra Wisata, dan Sentra Pertanian
Pengembangan Transportasi Massal Perkotaan dan Terminal
Pembangunan Bandara Kertajati
Pembebasan Lahan Kertajati Sisi Darat dan Udara
Pembebasan Lahan Segmen: Jalan Tol Sumedang-Kertajati dan Tol
Cikopo – Palimanan
7. Transportasi Multi Moda dan Reaktivasi Kereta Api
GAMBAR 10 ISU STRATEGIS SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH BKPP III CIREBON
Sumber: Musrenbang Provinsi Jawa Barat, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Barat, 2013

10

B. Infrastruktur Permukiman
Kebutuhan Perumahan: Perhitungan kebutuhan infrastruktur perumahan
dilakukan untuk mengetahui besarnya kebutuhan perumahan dibandingkan
dengan ketersediaannya saat ini. Adapun secara umum, perhitungan kebutuhan
perumahan di wilayah Metropolitan Cirebon Raya dilakukan secara sederhana,
dengan mempertimbangkan:
1.
2.
3.
4.

Jumlah rumah tangga yang ada di Metropolitan Cirebon Raya
Jumlah penduduk yang ada di Metropolitan Cirebon Raya
Jumlah rata-rata anggota keluarga di Metropolitan Cirebon Raya
Jumlah rumah yang telah tersedia di Metropolitan Cirebon Raya

Penentuan besar kebutuhan perumahan didasarkan pada jumlah penduduk
Metropolitan Cirebon Raya saat ini yang kemudian dihitung dalam satuan rumah
tangga. Pada tahun 2010, jumlah rumah tangga di Metropolitan Cirebon Raya
adalah sebesar 395.530 jiwa yang tersebar di 3 (tiga) Kabupaten/Kota. Adapun
jumlah rumah tangga Metropolitan Cirebon Raya dihitung dengan formula:

Jumlah Rumah
Yang Dibutuhkan

=

Jumlah penduduk – Jumlah rumah yang tersedia
4

Dengan mengasumsikan bahwa satu rumah tangga terdiri dari 4 (empat) jiwa,
maka berdasarkan data jumlah penduduk eksisting akan dapat diketahui perkiraan
jumlah rumah tangga di Metropolitan Cirebon Raya. Berikut adalah hasil perkiraan
jumlah rumah tangga di Metropolitan Cirebon Raya beserta jumlah penduduk
eksisting tahun 2010.
TABEL 1
JUMLAH PENDUDUK DAN RUMAH TANGGA DI METROPOLITAN CIREBON RAYA 2010
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
Kota Cirebon
304.152
76.038
Kab. Cirebon
1.253.337
313.334
Kab. Kuningan
24.630
6.158
JUMLAH

1.528.119
Sumber: Hasil Analisis, 2012

11

395.530

Sementara itu, jumlah rumah yang tersedia di Metropolitan Cirebon Raya dihitung
berdasarkan persentase jumlah rumah di Jawa Barat. Jumlah rumah di Jawa Barat
sebesar 75,67% dari jumlah rumah tangga di Jawa Barat, sehingga didapatkan
angka sebesar 8.133.251 rumah. Selanjutnya, jumlah rumah di masing-masing
Kabupaten/Kota dihitung berdasarkan persentase jumlah penduduk. Adapun
jumlah rumah yang tersedia pada masing-masing Kabupaten/Kota di Metropolitan
Cirebon Raya yaitu:
TABEL 2
JUMLAH RUMAH YANG TERSEDIA DI METROPOLITAN CIREBON RAYA 2010
Jumlah Rumah di Jawa
Jumlah Rumah
Kabupaten/Kota
Persentase
Barat*)
yang Tersedia
Kota Cirebon
0,71
57.538
Kabupaten Cirebon
8.133.251
2,92
237.100
Kabupaten Kuningan
0,06
4.659
JUMLAH
299.297
*) 75,67%*jumlah rumah tangga di Jawa Barat
Rumah tangga di Jawa Barat = 42.993.267/4
Sumber: Hasil Analisis, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dengan membandingkan jumlah kebutuhan rumah
dengan jumlah rumah yang tersedia, maka didapat backlog perumahan di
Metropolitan Cirebon Raya. Adapun besarnya backlog perumahan di Metropolitan
Cirebon Raya adalah sebagai berikut:
TABEL 3
BACKLOG RUMAH DI METROPOLITAN CIREBON RAYA TAHUN 2010
Jumlah Kebutuhan
Jumlah Rumah
Kabupaten/Kota
Backlog
Rumah
yang Tersedia
Kota Cirebon
76.038
57.538
18.500
Kabupaten Cirebon
313.334
237.100
76.234
Kabupaten Kuningan
6.158
4.659
1.499
JUMLAH
96.233
Sumber: Hasil Analisis, 2012

Jumlah backlog perumahan di Metropolitan Cirebon Raya pada tahun 2010
sebesar 96.233. Artinya bahwa terdapat 96.233 keluarga yang belum memiliki
rumah pada tahun 2010 dan perlu segera untuk dipenuhi. Dengan menghitung
selisih antara jumlah permukiman eksisting dengan jumlah kebutuhan rumah
12

tersebut, maka akan dapat dilakukan analisis lebih lanjut terhadap luas kebutuhan
lahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan permukiman di Metropolitan
Cirebon Raya.
Untuk menghitung jumlah tambahan lahan yang dibutuhkan dalam pemenuhan
kebutuhan rumah secara keselutuhan, maka digunakan asumsi untuk membangun
satu unit rumah sebesar 36 m2. Dasar perhitungan yang digunakan dalam asumsi
tersebut yaitu bahwa satu orang membutuhkan 9 m2 lahan. Nilai ini merupakan
nilai yang ditetapkan oleh International Covenant on Economic, Social, and Cultural
Rights (ICESCR) pasal 2 ayat (1) serta dalam UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman. Adapun jumlah kebutuhan lahan tambahan
untuk menutupi backlog perumahan adalah sebesar 3.464.388 m2 atau 346,4 Ha.
Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, maka jumlah backlog perumahan
akan terus bertambah pula. Sementara itu, lahan untuk pengembangan
perumahan semakin terbatas. Dengan demikian, perumahan baru harus
dikembangkan secara vertikal untuk meminimalisasi penggunaan lahan. Selain itu,
dapat dilakukan pula redevelopment pada beberapa kawasan perumahan yang
tidak tertata dengan baik, misalnya permukiman kumuh dan padat. Dengan
penataan kembali menjadi perumahan vertikal, maka akan tersedia lahan untuk
perumahan yang lebih banyak sehingga dapat mengatasi backlog perumahan.
Kebutuhan Air Bersih: Sistem penyediaan air bersih merupakan salah satu
infrastruktur penunjang Perumahan dan Permukiman. Infrastruktur ini memegang
peranan penting bagi kelangsungan hidup penduduk yang mendiami suatu
kawasan perumahan dan permukiman.
Dalam upaya pemenuhan air bersih di Metropolitan Cirebon Raya, pemerintah
memiliki peran yang besar. Melalui perusahaan penyedia air minum, pemerintah
berupaya untuk memenuhi segala kebutuhan terhadap air bersih yang ada di
masyarakat. PDAM Tirta Dharma, PDAM Tirta Kamuning, dan PDAM Kabupaten
Cirebon merupakan PDAM yang mengelola air bersih di wilayah Metropolitan
Cirebon. Namun, pemanfaatan air bersih di wilayah Metropolitan Cirebon Raya
tidak hanya berasal dari PDAM, melainkan juga dari air tanah serta dari mata air.
Untuk melihat kondisi pemenuhan kebutuhan air bersih di Metropolitan Cirebon
Raya, perlu untuk menghitung bagaimana kebutuhannya saat ini, sehingga dapat
diprediksi bagaimana kebutuhan tersebut di masa akan datang. Dalam proses

13

perhitungan kebutuhan air bersih tersebut, digunakan tiga standar perhitungan
kebutuhan minimum. Adapun standar minimum air bersih tersebut antara lain:
1. Berdasarkan kesepakatan Konferensi Air PBB di Mal del Plata Argentina tahun
1977, kebutuhan dasar air bersih disarankan bagi setiap orang adalah
sebanyak 50 liter/hari;
2. Berdasarkan Permendagri no.23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata
Cara Pengaturan Air Minum pada Perusahaan Air Minum, kebutuhan dasar air
bersih disarankan bagi setiap orang adalah 60 liter/hari;
3. Berdasarkan standar kebutuhan air bersih menurut Ditjen Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum, kebutuhan dasar air bersih disarankan bagi
setiap orang adalah sebanyak 160 liter/hari.
Dengan memperhatikan jumlah penduduk di Metropolitan Cirebon Raya tahun
2010, maka kebutuhan air bersih untuk perumahan dan permukiman tahun 2010
adalah:
TABEL 4
KEBUTUHAN AIR BERSIH DOMESTIK METROPOLITAN CIREBON RAYA TAHUN 2010
Kebutuhan Air Bersih Domestik (l/hari)
Kabupaten/Kota
Konferensi Air PBB
Permendagri 23/2006
PU Cipta Karya
Kota Cirebon
15.207.600
18.249.120
48.664.320
Kabupaten Cirebon
62.666.850
75.200.220
200.533.920
Kabupaten Kuningan
1.231.500
1.477.800
3.940.800
JUMLAH
79.105.950
94.927.140
253.139.040
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012

Selain perhitungan kebutuhan air pada tahun 2010, dilakukan pula prediksi
kebutuhan air bersih pada tahun 2010, 2020, dan 2025 dengan menggunakan
standar kebutuhan air bersih menurut Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum, yaitu sebanyak 160 liter/hari.

14

TABEL 5
KEBUTUHAN AIR BERSIH DOMESTIK DI WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA
BERDASARKAN DPU CIPTA KARYA (160 LITER/ ORANG/ HARI)
Kebutuhan Air Bersih Domestik Berdasarkan DPU Cipta Karya
(Liter/ Orang/ Hari)
Kabupaten/ Kota
2010

2015

2020

2025

Kab. Cirebon

200.533.920

304.832.218

484.314.572

753.191.373

Kota Cirebon

48.664.320

71.503.854

105.062.615

153.547.351

Kab. Majalengka

-

-

29.645.321

71.951.972

Kab. Kuningan

3.940.800

5.790.328

8.507.891

74.196.984

TOTAL

253.139.040

382.126.400

627.530.400

1.052.887.680

Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012

Selain itu, dilakukan pula perhitungan kebutuhan air bersih non domestik dengan
menggunakan standar yang sama. Kebutuhan air bersih non domestik dihitung
berdasarkan asumsi sebesar 20 persen dari kebutuhan air bersih domestik.
TABEL 6
KEBUTUHAN AIR BERSIH NON DOMESTIK DI WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA
Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Proxy 20 Persen
(liter/ orang/ hari)
Kabupaten/ Kota
2010
2015
2020
2025
Kab. Cirebon

40.106.784

60.966.444

96.862.914

150.638.275

Kota Cirebon

9.732.864

14.300.771

21.012.523

30.709.470

Kab. Majalengka

-

-

5.929.064

14.390.394

Kab. Kuningan

788.160

1.158.066

1.701.578

14.839.397

TOTAL

50.627.808

76.425.280

125.506.080

210.577.536

Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012

Total kebutuhan air bersih di Metropolitan Cirebon Raya yang terdiri atas
kebutuhan air bersih domestik dan non domestik dapat dilihat pada Tabel 7.

15

TABEL 7
TOTAL KEBUTUHAN AIR BERSIH DOMESTIK DAN NON DOMESTIK DI WILAYAH
METROPOLITAN CIREBON RAYA
Kebutuhan Air Bersih Domestik dan Non Domestik Proxy 20 Persen
(liter/ orang/ hari)
Kabupaten/ Kota
2010

2015

2020

2025

Kab. Cirebon

240.640.704

365.798.662

581.177.487

903.829.648

Kota Cirebon

58.397.184

85.804.624

126.075.138

184.256.821

Kab. Majalengka

-

-

35.574.386

86.342.366

Kab. Kuningan

4.728.960

6.948.394

10.209.470

89.036.381

TOTAL

303.766.848

458.551.680

753.036.480

1.263.465.216

Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012

Setelah mendapatkan jumlah produksi air bersih ideal berdasarkan perhitungan,
maka perlu untuk membandingkannya dengan kondisi eksisting, sehingga dapat
diketahui bagaimana kondisi pemenuhan kebutuhan air tahun 2010 di
Metropolitan Cirebon Raya. Adapun kondisi pemenuhan kebutuhan air bersih
Metropolitan Cirebon Raya adalah sebagai berikut:
TABEL 8
PERBANDINGAN KAPASITAS PRODUKSI EKSISTING DAN PRODUKSI AIR BERSIH
BERDASARKAN PERHITUNGAN METROPOLITAN CIREBON RAYA
Kapasitas Termanfaatkan
Produksi Air Bersih Domestik (l/hari)
Kabupaten/Kota
l/det
l/hr
2010
2025
Kabupaten Cirebon
347,5
29.980.800
240.640.704
903.829.648
Kota Cirebon
830
71.712.000
58.397.184
184.256.821
Kabupaten
141
12.182.400
86.342.366
Majalengka
Kabupaten
216
18.662.400
4.728.960
89.036.381
Kuningan
TOTAL
132.537.600
303.766.848
1.263.465.216
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012

Berdasarkan Tabel 8, dapat disimpulkan bahwa terdapat kelebihan kapasitas
produksi eksisting dibandingkan perhitungan ideal pada dua daerah di
Metropolitan Cirebon Raya yaitu Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan. Apabila
dihitung secara keseluruhan, masih terdapat surplus pada produksi air bersih di
kedua wilayah tersebut pada tahun 2010. Namun, pada tahun 2025, kebutuhan air
bersih telah melebihi kondisi eksistingnya, sehingga terdapat defisit pada
16

pemenuhan kebutuhan air bersih yang cukup signifikan di Metropolitan Cirebon
Raya. Dengan melihat hal tersebut, maka perlu adanya penyediaan dan
pemeliharaan air bersih yang lebih baik lagi, termasuk pencarian sumber air bersih
alternatif lainnya, sehingga segala kebutuhan air, termasuk kebutuhan untuk
perumahan dan permukiman dapat terpenuhi dengan baik.
Kebutuhan Infrastruktur Pengelolaan Sampah: Produksi sampah di wilayah
Metropolitan Cirebon Raya diakibatkan dari adanya kegiatan industri,
perdagangan, pertanian, rumah tangga, dan sebagainya. Peningkatan produksi
sampah per harinya terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk
Metropolitan Cirebon Raya serta meningkatnya aktivitas masyarakat setempat.
Untuk melihat bagaimana kebutuhan akan fasilitas pengelolaan sampah di
Metropolitan Cirebon Raya, maka dilakukan perhitungan terhadap besarnya
produksi sampah per harinya. Nilai tersebut merupakan nilai pendekatan yang
diperoleh melalui kalkulasi antara jumlah penduduk eksisting dengan nilai rata-rata
produksi sampah per jiwa per hari. Adapun nilai rata-rata standar yang digunakan
merupakan nilai yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia, dimana ditentukan bahwa setiap orang rata-rata menghasilkan 0,8 kg
sampah domestik perhari.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh besarnya produksi
sampah domestik per hari di Metropolitan Cirebon Raya. Adapun besar produksi
sampah domestik tersebut adalah sebagai berikut:
TABEL 9
TOTAL PRODUKSI SAMPAH METROPOLITAN CIREBON RAYA TAHUN 2010
Kabupaten/ Kota
Volume Sampah (ton/ hari)
Kota Cirebon
243,3
Kab. Cirebon
1.002,7
1.265,7
Kab. Kuningan
19,7
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012

Dengan tingginya volume sampah di Metropolitan Cirebon Raya tersebut, maka
dibutuhkan pengelolaan sampah yang baik di tingkat lokal maupun regional. Selain
itu, diperlukan juga penyediaan fasilitas pengelolaan sampah yang lebih memadai
seperti penyediaan gerobak sampah atau bak sampah kecil di tingkat RW,

17

penyediaan gerobak sampah atau bak sampah besar di tingkat kelurahan, dan
seterusnya, serta pemanfaatan yang lebih efektif TPS dan TPA yang telah tersedia.
C. Kependudukan
Penduduk menjadi salah satu isu dan permasalahan yang muncul di Metropolitan
Cirebon Raya. Jumlah penduduk yang terus bertambah menyebabkan kebutuhan
akan infrastruktur pun meningkat. Selain itu, banyaknya jumlah penduduk ini
tidaklah merata satu sama lainnya sehingga kepadatan penduduk tinggi hanya
berfokus di beberapa wilayah padahal di wilayah lain kepadatan penduduknya
rendah. Jumlah penduduk yang banyak juga dapat menimbulkan pengangguran
ketika mereka tidak memiliki pekerjaan sehingga memicu tindakan kriminalitas dan
juga munculnya masyarakat miskin perkotaan.
Isu dan permasalahan kependudukan di Metropolitan Cirebon juga dapat dilihat
dari kualitas penduduknya, yang dicerminkan dalam Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). Apabila dibandingkan dengan IPM Jawa Barat, sebagian besar
kabupaten/kota di Metropolitan Cirebon Raya memiliki IPM yang lebih rendah
dibandingkan dengan IPM Jawa Barat, yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan, sementara hanya Kota
Cirebon yang memiliki IPM lebih tinggi dari rata-rata IPM Jawa Barat. Hal ini perlu
mendapat perhatian, karena IPM mempengaruhi tingkat daya saing Metropolitan
Cirebon Raya baik dalam lingkup Jawa Barat maupun Indonesia dan Internasional.

82
80
78
76
74
72
70 68,18
68
66
64
62

79,49

Kab. Indramayu
Kab. Cirebon
Kab. Cianjur
Kab. Karawang
Kab. Majalengka
Kab. Sukabumi
Kab. Kuningan
Kab. Subang
Kab. Purwakarta
Kab. Garut
Kota Banjar
Kab. Ciamis
Kab. Bogor
Kab. Tasikmalaya
Kab. Sumedang
JAWA BARAT
Kab. Bekasi
Kab. Bandung B
Kab. Bandung
Kota Tasikmalaya
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Cimahi
Kota Bogor
Kota Bandung
Kota Bekasi
Kota Depok

72,82

GAMBAR 11 IPM KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT TAHUN 2011
Sumber: TNP2K, 2011

18

KEUNGGULAN WILAYAH
METROPOLITAN CIREBON RAYA
Metropolitan Cirebon Raya sebagai salah satu metropolitan di Provinsi Jawa Barat
memiliki keunggulan yang berbeda dengan Metropolitan Bodebek Karpur dan
Metropolitan Bandung Raya. Keunggulan yang dimiliki tersebut juga berbeda antar
Kota dan Kabupaten yang termasuk ke dalam Metropolitan Cirebon Raya.
Metropolitan Cirebon Raya terdiri dari Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka. Meskipun demikian, keunggulan
setiap Kota/Kabupaten tersebut tentunya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan Metropolitan Cirebon Raya secara keseluruhan.
Dalam mengindentifikasi keunggulan-keunggulan yang dimiliki masing-masing
daerah, dapat dilihat berdasarkan keunggulan absolut (absolute advantage),
keunggulan komparatif (comparative advantage), dan keunggulan kompetitif
(competitive advantage). Masing-masing keunggulan tersebut dapat berbeda satu
sama lainnya.
Secara umum, karakteristik antar Kota dan Kabupaten yang termasuk ke dalam
wilayah Metropolitan Cirebon Raya memiliki beberapa persamaan. Jika dilihat
sebagai satu wilayah metropolitan, dapat dikatakan bahwa keberadaan objek
wisata sejarah, wisata alam dan wisata budaya dapat menjadi keunggulan absolut
dari Metropolitan Cirebon Raya. Hal tersebut terlihat dari persebaran objek-objek
wisata yang cukup banyak.
Setiap potensi yang dimiliki Kota/Kabupaten di Metropolitan Cirebon Raya, dapat
pula mencerminkan keunggulan dari wilayah Metropolitan Cirebon Raya secara
umum. Untuk itu dapat dirumuskan bahwa keunggulan absolut, keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif untuk Metropolitan Cirebon Raya adalah
sebagai berikut.

19










TABEL 10
KEUNGGULAN WILAYAH METROPOLITAN CIREBON RAYA
Absolute Advantage
Comparative Advantage
Competitive Advantage
(Keunggulan Absolut)
(Keunggulan Komparatif)
(Keunggulan Kompetitif)
Daerah iklim tropis berupa
 Letak geografis
 Pelabuhan Cirebon
dataran rendah,
strategis berada di Jalur
untuk pengangkutan
pegunungan dan pantai
Pantura
batu bara
Budaya Nadran (pesta
 Bandara Cakrabuwana,
 Warisan budaya
laut), Syawalan Gunung
Stasiun Kejaksan,
Keraton
Jati, Topeng Cirebon,
Pelabuhan Perikanan
 Pengrajin batik
Tarling, Sintren, Sandiwara
Kejawanan
berpengalaman selama
Cirebonan, Debus,
bertahun-tahun
 Ketersediaan tenaga
Kesenian Gembyung,
 Pengrajin rotan
kerja yang terampil
Tayuban, Wayang Golek,
berkelas dunia
dalam memproduksi
Kuda Lumping, Ngarot, Tari
batik dan rotan
Topeng Dermayon,
 SDA melimpah berupa
Genjring Akrobat, dll
hasil laut, kayu, bahan
Keraton, Situs sejarah,
galian, energi panas
Bumi Perkemahan, Taman
bumi, minyak dan gas
Nasional Gunung Ciremai,
Gedung Perjanjian, dll
Perkampungan batik
Trusmi
Sungai, situ, dan waduk
Sumber: Analisis Tim WJPMDM, 2011

Metropolitan Cirebon Raya merupakan daerah iklim tropis berupa dataran rendah
dan pegunungan dengan kekhasan budaya dan sejarah yang berbeda dengan
wilayah lain. Budaya menjadi salah satu ciri khas dari Metropolitan Cirebon Raya
seperti tari topeng, kuda lumping, tayuban dan budaya-budaya lainnya.
Keanekaragaman budaya tersebut menjadi keunggulan absolut dari Metropolitan
Cirebon Raya. Selain itu, keberadaan kampung batik Trusmi juga menjadi
keunggulan absolut dari nilai segi budaya karena wilayah-wilayah lain tidak
memiliki perkampungan batik Trusmi.
Perkampungan batik di Trusmi merupakan salah satu potensi wilayah tempat
dihasilkannya produk batik. Batik yang dihasilkan memiliki ciri khas yang sangat
tinggi nilainya, baik nilai seni maupun nilai ekonomisnya. Hal tersebut sejalan
dengan adanya pengakuan dunia internasional terhadap batik sebagai salah satu
produk asli Indonesia. Batik-batik yang dihasilkan dari perkampungan batik di
20

Trusmi dapat mewakili budaya Cirebon yang mampu bersaing dengan batik hasil
produksi wilayah lain seperti Batik Tasik, Batik Pekalongan, Batik Solo, dan Batik
Yogya.
Metropolitan Cirebon Raya memiliki letak yang strategis dengan tersedianya lahan
yang cukup luas untuk investasi. Letaknya yang strategis tersebut akan
memberikan keuntungan antara lain kemudahan akses keluar dan masuk wilayah
tersebut karena berada di jalur pantura dan terhubung dengan kota lainnya seperti
Jakarta dan Bandung. Keberadaan Metropolitan Cirebon Raya yang strategis ini
dapat dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain yang berada pada lokasi strategis
pula.
Adanya industri-industri skala kecil sampai industri besar serta ketersediaan
sumber daya alam menyebabkan munculnya tenaga kerja-tenaga kerja yang
terampil. Tenaga kerja di Metropolitan Cirebon Raya sangat terampil dalam
membuat kerajinan rotan dan juga perabot rumah tangga. Selain itu, tenaga kerja
di Metropolitan Cirebon Raya terampil dalam hal membatik baik buatan tangan
ataupun dengan bantuan alat.
Keberadaaan pelabuhan laut dan bandar udara di Metropolitan Cirebon Raya telah
menjadi simpul pergerakan transportasi. Pelabuhan Cirebon merupakan pelabuhan
yang memiliki peranan yang penting sebagai akses barang dan penumpang dengan
skala pelayanan nasional. Sedangkan keberadaan Bandara Cakrabhuwana
merupakan bandara dengan fungsi khusus seperti sekolah penerbangan atau
militer dan pusat penyebaran tersier. Selain itu, adanya rencana pengembangan
Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati yang dilengkapi dengan Aerocity
Majalengka di Kabupaten Majalengka juga dapat menjadi salah satu keunggulan
yang dapat bermanfaat bagi pengembangan Metropolitan Cirebon Raya.

21

KONSEP AWAL PENGEMBANGAN
METROPOLITAN CIREBON RAYA
Pengembangan Metropolitan Cirebon Raya diharapkan dapat sejalan dengan
konsep pengembangan metropolitan dan growth center sebagai penghela
percepatan pembangunan di Jawa Barat. Untuk itu diperlukan konsep
pengembangan masing-masing metropolitan di Jawa Barat dengan
mengoptimalkan pemanfaatan komponen atau faktor-faktor produksi yang
terdapat di wilayah metropolitan masing-masing. Berdasarkan potensi dan
perkembangan jumlah penduduk serta aktivitas perekonomian di Metropolitan
Cirebon Raya, maka pengembangunan Metropolitan Cirebon Raya akan diarahkan
sebagai Metropolitan Budaya dan Sejarah dengan sektor unggulan pariwisata,
industri, dan kerajinan.
Pengembangan Metropolitan Cirebon Raya sebagai Metropolitan Budaya dan
Sejarah
Budaya dan sejarah menjadi hal yang sangat melekat dengan Metropolitan Cirebon
Raya. Berdasarkan keunggulan yang dimiliki Metropolitan Cirebon Raya, terdapat
berbagai macam budaya yang berkembang di metropolitan tersebut. Budaya yang
berkembang telah menjadi ciri khas Metropolitan Cirebon Raya sebagai
Metropolitan Budaya dan Sejarah.
Untuk dapat mengembangkan konsep Metropolitan Cirebon Raya sebagai
penghela percepatan pembangunan di Jawa Barat, diperlukan strategi
pengembangan yang sesuai dengan keunggulan dan permasalahan yang dimiliki
wilayah tersebut. Dalam mengembangkan konsep pengembangan Metropolitan
Cirebon Raya sebagai metropolitan budaya dan sejarah, pelestarian warisan
budaya dan kawasan cagar budaya sebagai daya tarik wisata baik skala lokal,
regional, nasional dan internasional diperlukan. Hal tersebut dilakukan mengingat
keberadaan warisan budaya tersebut perlu dijaga sebagai aset wilayah yang akan
menghela pembangunan wilayah tersebut.
Selain pelestarian budaya, prioritas pengembangan budaya dan kesenian dengan
penyediaan fasilitas memadai seperti gedung kesenian sebagai tempat pameran
dan festival, padepokan seni dan sanggar seni budaya, pusat kebudayaan serta
museum dan galeri juga diperlukan. Penyediaan fasilitas-fasilitas tersebut harus
22

pula didukung oleh penyediaan infrastruktur dasar untuk pengembangan
metropolitan secara menyeluruh seperti penyediaan perumahan vertikal skala
besar di Kota Cirebon, penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan,
peparkiran dan fasilitas dasar lainnya sesuai dengan hirarki skala pelayanan yang
melayani pusat-pusat kegiatan masyarakat serta penyediaan infrastruktur
permukiman, energi, transportasi, telekomunikasi, dan sumber daya air.
Pengembangan Metropolitan Cirebon Raya dengan Sektor Unggulan Wisata
Wisata menjadi salah satu sektor yang dapat mendorong pencapaian Metropolitan
Cirebon Raya sebagai metropolitan budaya dan sejarah. Prioritas pengembangan
produk wisata dan strategi pemasaran juga perlu dilakukan sebagai salah satu
upaya preservasi warisan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi yang juga dapat
dijadikan potensi wisata dan penggerak pembangunan untuk meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan potensi wisata
tersebut juga harus disertai dengan peningkatan sarana dan prasarana penunjang
seperti aksesibilitas jalan yang terintegrasi antar kawasan wisata, optimalisasi
sarana dan prasarana transportasi, penyediaan hotel dan restoran di sekitar
tempat wisata, penyediaan pusat informasi wisata dan rekreasi serta fasilitas
perdagangan sebagai bagian dari pengembangan wisata.
Wisata alam, wisata budaya dan wisata budaya merupakan bagian dari wisata yang
ada di Metropolitan Cirebon Raya. Keragaman jenis wisata tersebut telah
mencirikan budaya dan sejarah di Metropolitan Cirebon Raya. Pengembangan
terhadap sektor wisata tersebut akan mendorong perekonomian Metropolitan
Cirebon Raya sehingga sektor wisata tersebut perlu dikembangkan secara optimal.
Pengoptimalan sektor wisata di Metropolitan Cirebon Raya dapat dilakukan
dengan berbagai cara mulai dari pemeliharaan, peningkatan, serta pengawasan
terhadap objek-objek wisata yang telah tersedia.
Pengembangan Metropolitan Cirebon Raya dengan Sektor Unggulan Industri
Berdasarkan potensi yang dimiliki Metropolitan Cirebon Raya, sektor industri
memiliki peranan yang cukup penting dalam mengembangkan metropolitan
tersebut. Keberadaan berbagai jenis industri seperti penggalian, kimia, sampai
industri pengolahan makanan dapat menjadi sektor unggulan dalam
pengembangan Metropolitan Cirebon Raya, serta didukung pula oleh tenaga kerja
yang kompeten.

23

Untuk mengarahkan agar sektor industri dapat berperan optimal, maka
selanjutnya akan dibentuk kawasan industri yang terintegrasi di wilayah
Metropolitan Cirebon Raya, tepatnya di Aerocity Kabupaten Majalengka. Aerocity
merupaan bagian yang tidak terpisahkan dari Bandara Internasional Jawa Barat di
Kertajati. Pengembangan industri di kawasan Aerocity tersebut akan meningkatkan
perekonomian dan menyerap tenaga kerja.
Pengembangan Metropolitan Cirebon Raya dengan Sektor Unggulan Kerajinan
Pengembangan kerajinan berupa kerajinan batik dan rotan yang menjadi ciri khas
Metropolitan Cirebon Raya akan menjadi salah satu ikon budaya di metropolitan
tersebut. Dalam mengembangkan konsep pengembangan Metropolitan Cirebon
Raya sebagai metropolitan budaya dan sejarah dengan sektor unggulan kerajinan,
prioritas terhadap peningkatan dan pertumbuhan kegiatan kerajinan batik dan
kerajinan rotan diperlukan sebagai bagian dari budaya Cirebonan. Selain itu,
pengembangan kegiatan kerajinan batik dan rotan sebaiknya dilakukan secara
terintegrasi, ramah lingkungan, berteknologi tinggi dan mampu membangkitkan
kegiatan ekonomi wilayah.
Pengembangan kerajinan perlu juga ditunjang dengan ketersediaan infrastruktur
yang memadai bagi kegiatan industri seperti penyediaan air baku, sistem
pengelolaan limbah yang baik dan aksesibilitas untuk jalur distribusi bahan baku
serta pemasaran hasil produksi. Keberadaan industri kerajinan yang menyerap
tenaga kerja dalam jumlah besar pun perlu ditunjang dengan penyediaan
perumahan vertikal skala besar untuk dapat menampung jumlah penduduk
metropolitan yang terus meningkat. Pengembangan perumahan vertikal skala
besar tersebut juga perlu ditunjang dengan penyediaan infrastruktur permukiman
yang memadai.
Konsep pengembangan metropolitan tersebut harus dapat meminimalisasi dan
mengantisipasi permasalahan yang kerap kali muncul di kota-kota metropolitan.
Dalam mengembangkan Metropolitan Cirebon Raya, adanya keunggulan yang
dimiliki Metropolitan Cirebon Raya tentunya harus dapat dimanfaatkan secara
optimal. Hal tersebut untuk mewujudkan pengembangan Metropolitan Cirebon
Raya sebagai penghela ekonomi, kesejahteraan, modernisasi, dan keberlanjutan
bagi seluruh Jawa Barat.

24

Pengembangan Metropolitan Cirebon Raya Sebagai Penghela Ekonomi
Pada dasarnya, sebagai penghela ekonomi, pengembangan metropolitan
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, menambah lapangan
kerja, dan memperluas pasar bagi produk-produk Jawa Barat. Keberadaan
kegiatan-kegiatan seperti pariwisata, hotel dan restoran, perdagangan yang
berkembang di Metropolitan Cirebon Raya juga akan menyerap tenaga kerja,
membuka peluang investasi serta meningkatkan pendapatan masyarakat.
Industri batik merupakan salah satu industri yang berkembang di Metropolitan
Cirebon Raya yang akan dapat memperluas pasar bagi produk-produk batik yang
dihasilkan dengan ciri khas tersendiri. Sama halnya dengan industri batik, industri
kerajinan rotan di Metropolitan Cirebon Raya akan dapat menyerap tenaga kerja
yang cukup banyak sehingga produk kerajinan yang dihasilkan dalam jumlah yang
besar pula. Produk kerajinan yang dihasilkan dapat diekspor sehingga akan
mempengaruhi pendapatan daerah apalagi jika nilai ekspornya terus meningkat.
Dengan kondisi tersebut tentunya keberadaan industri kerajinan rotan ini akan
menjadi penghela ekonomi bagi Jawa Barat.
Rencana pembangunan Aerocity Kertajati di Kabupaten Majalengka akan menarik
investasi baik dalam dan luar negeri serta meningkatkan efisiensi ekonomi karena
adanya aglomerasi kegiatan industri di kawasan tersebut. Melalui kebijakan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan memanfaatkan potensi industri dan
mengembangkan industri rumah tangga menjadi skala industri lebih tinggi,
penyerapan tenaga kerja menjadi semakin tinggi dan produksi pun semakin
meningkat. Hal tersebut tentunya akan dapat mendorong pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi di wilayah Metropolitan Cirebon Raya secara khusus dan
Jawa Barat secara keseluruhan.
Selain dari segi industri, warisan budaya keraton, wisata sejarah dan wisata alam
berupa situs-situs dan taman wisata alam akan mendorong perkembangan
ekonomi wilayah. Budaya keraton ini nantinya akan menjadi daya tarik tersendiri
bagi para wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Selain itu, Kawasan Makam
Sunan Gunungjati yang diakui secara nasional maupun internasional akan menarik
wisatawan dalam dan luar negeri sehingga akan meningkatkan pendapatan
masyarakat lokal dan pendapatan daerah jika dikelola dengan baik.

25

Kawasan pesisir dengan hasil laut, tambang mineral, serta minyak dan gas yang
cukup melimpah dapat pula menjadi penghela ekonomi masyarakat. Selain dari
hasil pengolahan yang dilakukan, laut dapat menjadi sumber mata pencaharian
masyarakat pesisir yang menjadi sumber pendapatan mereka sehari-hari. Jika
sumber daya alam tersebut dapat dikelola dengan baik dan benar pasti dapat
memberikan manfaat yang nyata secara ekonomi, sehingga menarik investor
domestik dan mancanegara.
Pengembangan Metropolitan Cirebon Raya Sebagai Penghela Kesejahteraan
Pengembangan metropolitan akan berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
dasar masyarakat dan juga pada pertumbuhan wilayah sekitar metropolitan.
Keberadaan industri-industri baik skala kecil, menengah, dan besar akan
mempengaruhi kebutuhan fasilitas-fasilitas dasar seperti kebutuhan air bersih
untuk industri. Pengembangan kawasan industri di Metropolitan Cirebon Raya
tidak semata-mata hanya mengembangkan industrinya saja tetapi juga dibutuhkan
ketersediaan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Infrastruktur strategis di
wilayah Metropolitan Cirebon Raya harus dapat terpenuhi agar pengembangan
metropolitan ini dapat menghela kesejahteraan bagi masyarakat.
Sebagai penghela kesejahteraan, pengembangan metropolitan ini akan dapat
memberikan pengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Misalnya saja, adanya
kebutuhan bahan baku untuk industri yang berada di Metropolitan Cirebon Raya
akan mendorong keterkaitan wilayah metropolitan dengan wilayah sekitarnya
sebagai penyedia bahan baku untuk industri. Hal tersebut akan memberikan
benefit tidak hanya untuk wilayah metropolitan tetapi juga untuk wilayah
hinterland-nya yang pada akhirnya dapat memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat.
Letak Metropolitan Cirebon Raya yang strategis berada di jalur pantura dan
didukung dengan infrastruktur memadai dapat memberikan kelancaran kegiatan
ekonomi masyarakat sehingga membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Masyarakat dapat melakukan kegiatan ekonomi yang bersifat regional dengan
adanya akses keluar dan masuk Metropolitan Cirebon Raya sehingga cakupan
aktivitas kegiatan ekonomi mereka meluas.
Penyerapan tenaga kerja yang besar dari sektor industri tentunya dapat menghela
kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Kebutuhan tenaga kerja untuk industri

26

biasanya tidak hanya menarik tenaga kerja lokal tetapi juga tenaga kerja luar
wilayah Metropolitan Cirebon Raya. Peluang kerja ini juga sekaligus dapat
mengatasi salah satu permasalahan yang kerap kali muncul di metropolitan yaitu
masalah pengangguran yang dapat menyebabkan kriminalitas. Dengan
berkurangnya pengangguran, kesejahteraan masyarakat akan meningkat dari segi
kualitas hidup. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan juga akan terjadi
dengan pengembangan metropolitan.
Pengembangan Metropolitan Cirebon Raya Sebagai Penghela Modernisasi
Konsep pengembangan Metropolitan Cirebon Raya harus dapat menjadi penghela
modernisasi yang setidaknya akan mampu membawa perubahan dalam diri
masyarakat ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian,
pengembangan metropolitan ini akan dapat meningkatkan kualitas good
governance dan meningkatkan efisiensi serta efektivitas penggunaan sumber daya.
Dalam konteks pengembangan Metropolitan Cirebon Raya, modernisasi dapat
diterapkan melalui penggunaan alat-alat dan teknologi canggih dalam kegiatan
industri. Penggunaan alat-alat tersebut dinilai mampu meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dari kegiatan produksi serta modernisasi penyediaan infrastruktur.
Selain itu, melalui pemahaman dan keahlian dari setiap individu yang mau berpikir
secara rasional, kegiatan industri dapat lebih dikembangkan dengan adanya
inovasi-inovasi baru dari setiap kegiatan yang dilakukan sehingga dapat pula
mengembangkan produktivitas masyarakat.
Pemikiran terhadap peninggalan budaya juga tentunya jangan sampai menjadi
penghalang modernisasi. Adanya pemikiran yang luas untuk mengembangkan
potensi warisan budaya dengan menghubungkan modernisasi dengan kearifan
lokal juga menjadi salah satu cara mempromosikan modernisasi di kalangan
masyarakat. Masyarakat seharusnya dapat lebih membuka wawasan untuk dapat
menggali potensi diri agar dapat bersaing dengan wilayah lain. Sebagai contoh,
pelestarian budaya membatik akan dapat menghela modernisasi dengan
penggunaan alat-alat berteknologi dalam produksinya.
Pengembangan Metropolitan Cirebon Raya Sebagai Penghela Keberlanjutan
Potensi-potensi yang terdapat di Metropolitan Cirebon Raya juga harus dapat
menghela pembangunan secara keberlanjutan baik secara fisik maupun secara
finansial. Keberlanjutan dapat diartikan keberlangsungan dari pengembangan
metropolitan agar nantinya dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

27

Taman Nasional Gunung Ciremai merupakan salah satu daerah konservasi dan
dimanfaatkan pula sebagai kawasan wisata skala regional. Keberadaan taman
nasional ini di wilayah Metropolitan Cirebon Raya telah memberikan keuntungan
bagi peningkatan ekonomi wilayah metropolitan. Dengan kebijakan pemerintah
menjadikan taman nasional tersebut menjadi salah satu daerah konservasi, akan
mendukung pula terciptanya pembangunan yang berkelanjutan sehingga dapat
meningkatkan peluang mencapai target 45% kawasana lindung di Jawa Barat.
Konsep pembangunan berkelanjutan yang selama ini selalu dikaitkan dengan
lingkungan sekitar dapat pula terwujud dalam Metropolitan Cirebon Raya sehingga
pengembangannya dapat menjadi penghela keberlanjutan bagi pembangunan
Jawa Barat secara menyeluruh. Selain Taman Nasional Gunung Ciremai, kawasan
wisata alam lainnya akan dimanfaatkan sebagai daerah konservasi untuk turut
menjaga keberlanjutan pembangunan.
Masuknya para investor yang berinvestasi di Metropolitan Cirebon Raya akan
memungkinkan terjadinya kelayakan finansial bagi penyediaan infrastruktur
perkotaan dan kondisi fiskal yang berkelanjutan. Sebagai contoh, rencana
pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati dan Aerocity Majalengka
merupakan salah satu bentuk kelayakan finansial bagi penyediaan infrastruktur
yang dapat menghela keberlanjutan bagi seluruh Jawa Barat.
Konsep Pengembangan Infrastruktur dan Prasarana Wilayah Metropolitan
Cirebon Raya
Secara umum, karakteristik antar Kota dan Kabupaten yang termasuk ke dalam
wilayah Metropolitan Cirebon Raya memiliki beberapa persamaan. Jika dilihat
dalam satu wilayah metropolitan, dapat dikatakan bahwa keberadaan objek wisata
sejarah, wisata alam dan wisata budaya dapat menjadi keunggulan dari
Metropolitan Cirebon Raya.
Untuk itu, disusunlah konsep pengembangan Infrastruktur dan Prasarana Wilayah
yang sesuai dengan arah pengembangan Metropolitan Cirebon Raya, sehingga
berbagai aktvitas pergerakan dan aktivitas penduduk dapat terakomodasi dengan
optimal. Konsep pengembangan infrastruktur dan prasarana wilayah tersebut
terdiri atas 7 (tujuh) sektor, yaitu sektor transportasi, sektor perumahan, sektor
jaringan air bersih, sektor air limbah, sektor persampahan, sektor jaringan
drainase, dan sektor jaringan energi.

28

A. Sektor Transportasi
Transportasi merupakan proses pergerakan orang dan/atau barang dari satu lokasi
ke lokasi lain. Untuk mengakomodasi pergerakan yang terjadi, maka perlu
ditunjang oleh fasilitas dan layanan transportasi yang memadai, seperti fasilitas
jalan, layanan angkutan umum, bandar udara, serta fasilitas dan layanan
transportasi lainnya. Secara umum, konsep pengembangan sektor transportasi di
Metropolitan Cirebon Raya dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian utama, yaitu
sistem transportasi internal dan sistem transportasi eksternal.
1. Sistem Transportasi Internal
Pergerakan internal merupakan pergerakan yang terjadi di dalam lingkup
metropolitan Cirebon Raya. Pergerakan tersebut dapat dilihat dari, 1) pergerakan
antar pusat-pusat kegiatan; 2) pergerakan antara pusat-pusat kegiatan dengan
daerah layanannya; dan 3) pergerakan ke objek-objek pariwisata.
Pergerakan baik antar pusat kegiatan maupun pergerakan antara pusat kegiatan
dengan daerah layanannya mempengaruhi bagaimana hirarki jaringan jalan yang
sesuai untuk mengakomodasinya, Seperti dapat dilihat dalam struktur ruang,
semakin tinggi hirarki struktur ruang suatu pusat kegiatan, maka akan semakin
tinggi pula hirarki jaringan prasarana transportasi dan jenis transportasi yang dapat
digunakan, karena mempertimbangkan seberapa luas skala pelayanannya.
Berdasarkan PP 22/2009 tentang LLAJ, Kriteria Hirarki Angkutan Umum dan KM
35/2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang, kriteria hirarki jaringan
angkutan dapat dilihat sebagai berikut:

29

TABEL 11
KRITERIA HIRARKI JARINGAN ANGKUTAN UMUM
No
1

PKN

Fungsi Hubungan
PKN

2

PKN

PKW

3

PKN

PKL

4

PKW

PKW

5

PKW

PKL

6
7
8
9
10

PPK
PPK
sPPK
sPPK
sPPK

11
12

PL
PL

13

PL
(perumahan)

PPK
sPPK
sPPK
PL
PL
(perumahan)
PL
PL
(perumahan)
PL
(perumahan)

Kelas Trayek
Trayek utama (lintas
batas)
Trayek utama (lintas
batas)
Trayek utama (lintas
batas)
Trayek utama (lintas
batas)
Trayek utama (lintas
batas)
Trayek utama
Trayek utama
Trayek utama
Trayek feeder
Trayek feeder

Syarat Jalan
Jalan arteri primer

Trayek feeder
Trayek feeder

Jalan lokal sekunder
Jalan lokal sekunder

Trayek lingkungan

Jalan lokal sekunder

Jenis Armada
Kereta api
Bus besar

Jalan arteri primer
Jalan kolektor primer
Jalan kolektor primer
Jalan kolektor primer
Jalan arteri sekunder
Jalan arteri sekunder
Jalan arteri sekunder
Jalan arteri sekunder
Jalan lokal sekunder

Kereta api
Bus besar

Bus besar/
sedang

Bus sedang/
kecil

Sumber: UU no 22/2009 dan KM 35/2003

Tabel di atas menunjukkan bahwa penentuan hirarki jalan dan jenis angkutan
umum sangat dipengaruhi oleh fungsi hubungan antara hirarki pusat kegiatan.
Berdasarkan rencana tata ruang Kabupaten/Kota di Metropolitan Cirebon Raya,
maka konsep hirarki jaringan transportasi di Metropolitan Cirebon Raya tahun
2025 adalah sebagai berikut:

30

GAMBAR 12 RENCANA PUSAT KEGIATAN METROPOLITAN CIREBON RAYA
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011

31

TABEL 12
KONSEP HIRARKI JARINGAN TRANSPORTASI DI KOTA CIREBON
No.

Hubungan
Pusat
Kegiatan
PPK-sPPK
PPK-sPPK
PPK-sPPK
PPK-sPPK
PPK-sPPK
PPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK-sPPK
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL
sPPK – PL

Deskripsi lokasi Pusat Kegiatan

1.

Sebagian Kel.
Kejaksan

2.

Kel. Panjunan

Kel. Pekiringan
3.
Kel. Kecapi
Kel. Karyamulya

Kel. Panjunan
4.

Kel. Larangan
dan Kecapi
Kel. Karyamulya

Kel. Panjunan
Kel. Pekiringan
Kel. Larangan
Kel. Kecapi
Kel. Karyamulya
Kel. Argasunya
Kel. P