6f79c 06 konsep awal pengembangan metropolitan bandung raya juni 2013 a22

DAFTAR ISI
Hal.
2

DELINEASI WILAYAH
ISU DAN PERMASALAHAN

6

KEUNGGULAN WILAYAH

24

KONSEP AWAL PENGEMBANGAN

26

KETERANGAN COVER:
Asia Afrika dan Gedung Merdeka – indonesia .travel
Auditorium Sasana Budaya Ganesha – www.sabugacenter.com
Tari Merak – www.aerowisatahotels.com

Factory Outlet di Bandung – www.kamarbaca.com

1

DELINEASI WILAYAH
Perkembangan metropolitan yang pesat harus diantisipasi dengan perencanaan
dan pengelolaan pembangunan. Dalam lingkup metropolitan, terlebih dahulu
dilakukan delineasi wilayah yang mempunyai ciri metropolitan sebagai basis
perencanaan dan pengelolaan pembangunan metropolitan. Delineasi dilakukan
berdasarkan jumlah penduduk, luas kawasan terbangun, serta karakteristik
ekonomi.
Berdasarkan analisis delineasi, pada tahun 2010, terdapat 56 kecamatan yang
telah mempunyai ciri perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian
Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten Bandung Barat, dan sebagian Kabupaten
Sumedang. 56 kecamatan tersebut termasuk ke dalam delineasi Metropolitan
Bandung Raya dengan jumlah penduduk sebesar 5.813.269 jiwa dan luas wilayah
sebesar 106.015 Ha. Sementara itu, pada tahun 2010 luas kawasan terbangun
mencapai 26.142 Ha atau sekitar 25 persen dari luas wilayah keseluruhan.
Delineasi Metropolitan Bandung Raya pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar
1.


GAMBAR 1 METROPOLITAN BANDUNG RAYA 2010
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010
2

Analisis delineasi juga dilakukan dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk
pada tahun 2015, 2020, dan 2025.
Wilayah Metropolitan Bandung Raya berdasarkan proyeksi tahun 2015 mencakup
61 kecamatan di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang dengan jumlah penduduk sebesar 9,9
juta jiwa. Delineasi kawasan Metropolitan Bandung Raya tahun 2015 digambarkan
pada gambar berikut.

GAMBAR 2 METROPOLITAN BANDUNG RAYA 2015
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010

Wilayah Metropolitan Bandung Raya berdasarkan proyeksi tahun 2020 mencakup
68 kecamatan di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang dengan jumlah penduduk sebesar 11,4
juta jiwa. Delineasi kawasan Metropolitan Bandung Raya tahun 2020 digambarkan

pada Gambar 3.

3

GAMBAR 3 METROPOLITAN BANDUNG RAYA 2020
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010

Wilayah Metropolitan Bandung Raya berdasarkan proyeksi tahun 2025 mencakup
71 kecamatan di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang dengan jumlah penduduk sebesar 12,8
juta jiwa. Delineasi kawasan Metropolitan Bandung Raya tahun 2025 digambarkan
pada Gambar 4.

4

GAMBAR 4 METROPOLITAN BANDUNG RAYA 2025
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010

Perkembangan karakteristik metropolitan ini diharapkan dapat tumbuh dengan
terkendali. Delineasi ini menjadi acuan untuk penyusunan konsep pengembangan

Metropolitan Bandung Raya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan 12,8 juta
penduduk di 71 kecamatan. Implementasi konsep pengembangan diupayakan
untuk menyelesaikan isu dan permasalahan di wilayah ini serta mengoptimalan
berbagai keunggulan dan potensi metropolitan.

5

ISU DAN PERMASALAHAN
Perkembangan penduduk di Metropolitan Bandung Raya diikuti dengan munculnya
isu dan permasalahan dari berbagai aspek, terutama dalam hal ketersediaan
infrastruktur. Isu dan permasalahan infrastruktur transportasi, perumahan,
jaringan air bersih, fasilitas pengelolaan persampahan akan menjadi pertimbangan
dalam penyusunan konsep pengembangan Metropolitan Bandung Raya.

TRANSPORTASI
Sistem transportasi merupakan hal yang penting dalam pengembangan
metropolitan yang mempunyai intensitas pergerakan penduduk yang tinggi.
Transportasi berperan sebagai penghubung pusat kegiatan penduduk. Isu dan
permasalahan transportasi akan muncul ketika ketersediaan infrastruktur
transportasi tidak seimbang dengan tingginya permintaan perjalanan.

Salah satu permasalahan transportasi yang kerap muncul adalah kemacetan lalu
lintas. Setidaknya terdapat 32 titik kemacetan di Kota Bandung yang disebabkan
oleh kegiatan ekonomi (pasar, pedagang kaki lima, pusat perbelanjaan, dan lainlain), ruas jalan yang sempit, dan persimpangan (Masterplan Transportasi Kota
Bandung, 2009). Titik-titik kemacetan tersebut akan bertambah pada waktu
puncak dan pada hari libur. Kemacetan juga terjadi di wilayah sekitar Kota
Bandung, terutama di wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung.
Prediksi Permintaan Perjalanan dan Kinerja Jaringan Jalan
Berdasarkan studi Penyusunan Rencana Induk Angkutan Umum di PKN Bandung
(Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2012), total produksi perjalanan di
Metropolitan Bandung Raya pada tahun 2012 mencapai 1,53 juta smp per hari
(keterangan: smp = satuan mobil penumpang). Dengan asumsi okupansi setiap
kendaraan adalah 2,34 orang per kendaraan, diperkirakan total pergerakan
penumpang di Metropolitan Bandung pada tahun adalah 2012 sebesar 3,57 juta
orang/hari.
Diperkirakan dalam waktu 20 tahun ke depan (tahun 2032), akan terdapat 2,46
juta smp/hari kendaraan yang akan beroperasi atau sebanyak 5,75 juta orang/hari
yang akan melakukan perjalanan di Metropolitan Bandung Raya. Dengan kata lain,
tingkat perjalanan dalam kurun waktu 20 tahun ke depan akan meningkat 1,61 kali
lipat dibandingkan dengan kondisi tahun 2012.
6


Sementara itu, rata-rata jarak perjalanan di Metropolitan Bandung Raya adalah
13,85 km. Pada tahun 2012, kecepatan perjalanan rata-rata di Metropolitan
Bandung Raya mencapai 12,5 km/jam (waktu perjalanan rata-rata sekitar 1,1
jam/trip). Berdasarkan prediksi tahun 2032, kecepatan perjalanan rata-rata akan
turun hingga sekitar 4,5 km/jam (waktu perjalanan rata-rata 3,2 jam/trip).
Kondisi Infrastruktur Transportasi
Metropolitan Bandung Raya memiliki infrastruktur transportasi yang lengkap yaitu
transportasi darat dan transportasi udara. Metropolitan Bandung Raya dilalui oleh
jalan arteri primer, rel kereta api, dan beberapa ruas jalan tol. Selain itu, terdapat
pula terminal tipe A yaitu Terminal Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang di Kota
Bandung. Untuk transportasi udara, terdapat Bandara Husein Sastranegara.

GAMBAR 5 INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI METROPOLITAN BANDUNG RAYA 2010
Sumber: Analisis Tim WJP-MDM, 2011, Data: SP 2010, GIS Bappeda Jabar 2010

Walaupun demikian, kapasitas jaringan jalan di Metropolitan Bandung Raya saat
ini sudah hampir mencapai titik jenuh, ditandai dengan nilai perbandingan volume
dan kapasitas yang hampir mendekati 1. Hal inilah yang mengakibatkan kemacetan
di beberapa ruas di waktu puncak. Jika hal ini dibiarkan, maka transportasi

Metropolitan Bandung Raya akan lumpuh dalam waktu yang singkat.
7

Kondisi tersebut juga dialami oleh simpul-simpul transportasi seperti terminal.
Volume pergerakan di terminal dan bandara juga sudah melebihi kapasitasnya
sehingga sering terjadi penumpahan kendaraan ke jalan di sekitarnya yang
mengakibatkan kemacetan.
Saat ini Metropolitan Bandung Raya masih mengandalkan transportasi publik
utama berupa minibus (dikenal dengan angkutan kota atau angkot) yang
mempunyai kapasitas kecil dan bus dengan jumlah moda dan jalur yang terbatas.
Sementara itu, angkutan umum berbasis rel hanya melayani pergerakan dengan
jalur barat-timur dan tidak berperan secara signifikan dalam melayani kebutuhan
pergerakan masyarakat. Terlebih lagi, kualitas angkutan umum yang terus
menurun mengakibatkan banyaknya masyarakat yang beralih ke kendaraan
pribadi. Sementara itu, jumlah dan kualitas jalan eksisting tidak memadai untuk
menampuny besarnya peningkatan jumlah kendaraan pribadi pada beberapa
tahun terakhir. Akibatnya, terjadi kemacetan lalu lintas, terutama di waktu puncak.
Oleh karena itu, dibutuhkan sistem transportasi publik yang dapat melayani
pergerakan penduduk di Metropolitan Bandung Raya.


PERUMAHAN
Kondisi Perumahan
Kondisi perumahan di Metropolitan Bandung Raya dapat digambarkan melalui luas
lantai tempat tinggal yang ditempati oleh rumah tangga. Hasil Sensus Penduduk
2010 menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga di wilayah perkotaan
dengan luas lantai tempat tinggal di bawah standard kelayakan.
Kriteria wilayah perkotaan ini merupakan klasifikasi yang digunakan oleh BPS RI
berdasarkan skor yang dihitung dari kepadatan penduduk, presentase rumah
tangga yang bekerja di bidang pertanian, dan tersedianya fasilitas kota seperti
sekolah, pasar, rumah sakit, jalan aspal, dan listrik. Berikut merupakan jumlah
rumah tangga yang tersebar di wilayah perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang.

8

TABEL 1
JUMLAH RUMAH TANGGA DI WILAYAH PERKOTAAN BANDUNG RAYA TAHUN 2010

Kabupaten/ Kota
Kota Bandung

Kota Cimahi
Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung Barat
Kabupaten Sumedang

Jumlah Rumah Tangga di Wilayah Perkotaan
684.812
135.884
242.010
639.366
145.555

Sumber: Sensus Penduduk, 2010; Analisis WJPMDM, 2013

Kondisi perumahan dapat digambarkan melalui luas lantai tempat tinggal yang
ditempati rumah tangga. Luas lantai adalah jumlah luas lantai dari setiap bagian
bangunan (sebatas atap) yang dihuni dan digunakan untuk keperluan sehari-hari,
termasuk teras, garasi, tempat mencuci, WC, dan gudang. Luas lantai tempat
tinggal rumah tangga tidak termasuk ruangan khusus untuk usaha.
Berikut jumlah rumah tangga berdasarkan luas tempat tinggal di Wilayah

Perkotaan Bandung Raya tahun 2010.
TABEL 2
JUMLAH RUMAH TANGGA BERDASARKAN LUAS TEMPAT TINGGAL
DI WILAYAH PERKOTAAN BANDUNG RAYA TAHUN 2010

Kab/Kota