Materi Kuliah Pengantar Kajian Sastra, Hartono, MHum

(1)

Hartono, M.Hum. -- PBSI FBS UNY


(2)

PENGERTIAN SASTRA

Rene Wellek dan Austin Warren

segala sesuatu yang tertulis

atau tercetak

dibatasi pada mahakarya

(great books)

yaitu buku-buku

yang dianggap menonjol karena

bentuk dan ekspresi sastranya


(3)

PENGERTIAN SASTRA

(lanjutan)

Luxemburg dkk.

teks-teks yang tidak melulu disusun

atau dipakai untuk suatu tujuan

komunikatif yang praktis dan yang

hanya berlangsung untuk

sementara waktu saja

unsur fiksionalitas

diolah secara istimewa

dapat dibaca menurut tahap-tahap


(4)

PENGERTIAN SASTRA

(lanjutan)

Abrams

Teori objektif ---- karya seni yang otonom, berdiri

sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca

Teori mimetik ---- tiruan alam atau kehidupanTeori ekspresif ---- ekspresi sastrawan sebagai

curahan atau luapan perasaan dan pikiran

sastrawan sebagai produk imajinasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, atau perasaan-perasaannya

Teori pragmatik ---- sarana untuk menyampaikan

tujuan tertentu, misalnya nilai-nilai atau ajaran kepada pembaca


(5)

SASTRA:

ANTARA KONVENSI DAN

INOVASI

KONVENSI : Aturan yang sudah disepakati,

diterima banyak orang, dan sudah menjadi tradisi. Artinya, kebiasaan itu dilakukan orang secara terus menerus dari waktu ke waktu.

INOVASI : Pembaharuan dari sesuatu yang telah

ada sebelumnya

TEEUW : Perkembangan karya sastra selalu

berada dalam ketegangan antara konvensi dan pembaharuan, antara keterikatan pada genre, konvensi, dan kebebasan mencipta.


(6)

JENIS SATRA

NARATIF / PROSA

Adalah cabang teori sastra yang membahas

teks naratif, maka disebut juga naratologi atau teori fiksi

DRAMATIK

Berbentuk drama dengan dialog

sebagai ciri khasnya

PUISI

Berbentuk puisi dengan tipografi


(7)

JENIS


(8)

(9)

1. T O K O H

 Para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi  3 dimensi tokoh :

dimensi fisiologis : usia, jenis kelamin,

keadaan tubuh, ciri muka, dan sebagainya

dimensi sosiologis : status sosial, pekerjaan,

jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, agama, pandangan hidup, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi, bangsa, suku, keturunan

dimensi psikologis : mentalitas, ukuran moral,

keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan (temperamen), intelektual (IQ)


(10)

Pembagian tokoh

Berdasar keterlibatannya dalam cerita :

Tokoh utama (sentral) : paling terlibat dengan

makna atau tema, paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, paling banyak memerlukan waktu penceritaan

Tokoh tambahan (periferal)

Berdasar watak tokoh :

Tokoh sederhana : tokoh yang kurang mewakili

keutuhan personalitas manusia dan hanya ditonjolkan satu sisi karakternya saja

Tokoh kompleks : menggambarkan keutuhan

personalitas manusia yang mempunyai sisi baik dan buruk secara dinamis


(11)

Pembagian Tokoh

Berdasarkan sifatnya

Tokoh protagonis : tokoh yang baik

Tokoh antagonis : tokoh yang jahat


(12)

Penokohan

(cara menggambarkan

tokoh)

Langsung (

telling,

analitik)

Tidak langsung (

showing,


(13)

Penokohan Tidak

langsung

 penamaan tokoh (naming)  cakapan

 penggambaran pikiran tokoh

 arus kesadaran (steam of consciousness)  pelukisan perasaan tokoh

 perbuatan tokoh  sikap tokoh

 pandangan seorang atau banyak tokoh terhadap

tokoh tertentu

 pelukisan fisik  pelukisan latar


(14)

2. ALUR (PLOT)

Adalah (rangkaian peristiwa yang

disusun berdasar hubungan kausalitas)

Pembagian alur :

awal (eksposisi yang mengandung

instabilitas dan konflik)

tengah (klimaks)


(15)

Kaidah alur

1. plausibilitas (kemasukakalan)

jika tokoh-tokoh cerita dan dunianya dapat

diimajinasikan (imajinable)

jika memiliki kebenaran untuk dirinya

sendiri

deus ex machina (dewa dari langit)

2. suspense

membangkitkan rasa ingin tahu

ketidaktentuan harapan atau perasaan

kurang pasti terhadap peristiwa yang akan terjadi


(16)

Kaidah alur

3. surprise

(kejutan)

jika sesuatu yang dikisahkan atau

kejadian-kejadian yang ditampilkan

menyimpang atau bahkan bertentangan

dengan harapan pembaca

memperlambat ataumempercepat

klimaks

4. unity

(keutuhan)

seluruh aspek cerita berhubungan

membentuk satu kesatuan yang utuh dan

padu


(17)

Jenis alur

1. Berdasar penyusunan peristiwa:

alur progresif/kronologis/ maju: alur yang

peristiwa-peristiwanya disusun secara kronologis

alur regresif/flash back/sorot balik/mundur: alur yang

peristiwa-peristiwanya disusun secara tidak kronologis

alur campuran: alur yang merupakan perpaduan alur

progresif dan regresif

2. Berdasar kualitasnya:

alur rapat: alur yang alur utamanya tidak dapat

disisipi alur lain

alur longgar: alur yang alur utamanya masih dapat


(18)

Jenis alur

3. Berdasar akhir cerita:

alur terbuka: alur yang memiliki penyelesaian

yang tidak jelas atau menggantung

alur tertutup: alur yang memiliki penyelesaian

yang jelas

4. Berdasar kuantitasnya:

alur tunggal: alur yang rangkaian peristiwanya

mengandung satu peristiwa primer

alur jamak: alur yang rangkaian peristiwanya


(19)

3. LATAR

(SETTING)

Adalah unsur fiksi sesuatu yang

mengacu pada tempat, hubungan

waktu, dan kondisi sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa


(20)

3. LATAR

(SETTING)

Dilihat dari kedetilannya dalam cerita:

Latar netral: latar yang disebutkan

secara tidak detil (misalnya hanya

menyebut nama tempat saja)

Latar tipikal: latar yang dideskripsikan

secara detil, memiliki dan menonjolkan

sifat khas latar tertentu, baik yang

menyangkut latar tempat, waktu,

maupun sosial


(21)

Unsur latar

1.

latar tempat: latar yang mengacu pada

tempat atau lokasi terjadinya peristiwa

yang diceritakan dalam karya fiksi

2.

latar waktu: latar yang mengacu pada

waktu kapan terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam karya fiksi

3.

latar sosial: latar yang mengacu pada

kondisi sosial masyarakat yang

diceritakan dalam karya fiksi


(22)

4. J U D U L

Judul menjadi daya tarik pertama bagi

pembaca.

Kriteria judul:

singkat (agar mudah diingat)

menarik (bersifat eye-catching atau menangkap

mata begitu orang memandangnya

menggambarkan isi

bersifat konotatif (bukan denotatif)

mampu menggugah pembaca terhadap

keinginannya mencari makna dari cerita yang dibacanya/memunculkan rasa ingin tahu


(23)

J U D U L (lanjutan)

Judul yang berhasil banyak ditentukan

oleh sensitivitas pengarang terhadap

kekuatan kata-katanya atau kepekaan

rasa bahasa.

Judul mengacu pada tokoh (misalnya

Siti Nurbaya, Saman, Larung)

, latar

(Senja di Jakarta),

tema

(Jalan

Menikung, Belenggu, Ziarah),

atau


(24)

5. SUDUT PANDANG

(POINT OF VIEW)

Adalah cara dan pandangan yang

dipergunakan pengarang sebagai

sarana untuk menyajikan tokoh,

tindakan, latar, dan berbagai peristiwa

yang membentuk cerita dalam sebuah

cerita fiksi lepada pembaca, atau unsur

fiksi yang mempersoalkan siapa yang

menceritakan atau dari posisi mana

(siapa) peristiwa atau tindakan itu

dilihat.


(25)

Jenis-jenis sudut

pandang

1. Sudut pandang orang pertama “aku”

first person central atau akuan sertaan :

pencerita adalah “aku” tokoh utama

first person peripheral atau aguan taksertaan :

pencerita adalah “aku” tokoh tambahan

 Sudut pandang orang ketiga “dia”

third person omniscient atau diaan maha tahu :

pencerita berada di luar cerita dan menjadi

pengamat yang mengetahui banyak hal tentang tokoh-tokoh lain

third person limited atau diaan terbatas :

pencerita hanya tahu dan menceritakan tokoh yang menjadi tumpuan cerita saja


(26)

Jenis-jenis sudut

pandang

2

. Sudut pandang orang pertama “aku”

first person central

atau akuan

sertaan : pencerita adalah “aku”

tokoh utama

first person peripheral

atau aguan

taksertaan : pencerita adalah “aku”

tokoh tambahan


(27)

7. GAYA DAN NADA

Gaya (gaya bahasa) : cara

pengungkapan seorang yang khas bagi

seorang pengarang, meliputi

penggunaan diksi (pilihan kata), imajeri

(citraan), dan sintaksis (pilihan pola

kalimat)

Nada berhubungan dengan pilihan

gaya untuk mengekspresikan sikap

tertentu.


(28)

8. T E M A

Tema disebut juga ide utama

(central idea)

dan tujuan

utama

(central purpose).

Tema merupakan makna

cerita atau pokok masalah

sebuah cerita.


(29)

Penggolongan tema

menurut Shipley

1.

tema jasmaniyah atau fisik, yaitu tema yang

lebih menonjolkan aktivitas fisik atau

jasmaniyah

2.

tema organik, yaitu tema yang berkaitan

dengan moral manusia (termasuk di

dalamnya masalah seksual)

3.

tema sosial, yaitu tema yang berhubungan

dengan kehidupan bermasyarakat,

termasuk di dalamnya masalah politik,

ekonomi, pendidikan, kebudayaan,

perjuangan, cinta, hubungan manusia, dan

sebagainya


(30)

Penggolongan tema

menurut Shipley

4.

tema egoik, yaitu tema yang

berhubungan dengan reaksi-reaksi

pribadi (individualitas) yang pada

umumnya menentang pengaruh

sosial

5. tema ketuhanan, yaitu tema yang

berhubungan dengan masalah

spiritual atau kekuatan yang lebih

tinggi di luar manusia


(31)

Cara menafsirkan tema

(Stanton)

mempertimbangkan tiap detil cerita yang

dikedepankan

tidak bertentangan dengan tiap detil

cerita

tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti

yang tidak dinyatakan, baik secara

langsung maupun tidak langsung

mendasarkan pada bukti yang secara

langsung ada atau yang disyaratkan

dalam cerita


(32)

(33)

JENIS DRAMATIK

Yang membedakan jenis dramatik

dengan yang lainnya adalah dialog.

Teks drama dimaksudkan untuk

dipentaskan. Pementasan ini

merupakan penafsiran kedua.

Penafsiran pertama dilakukan oleh

sang sutradara. Penafsiran kedua

dilakukan oleh penonton


(34)

(35)

1. TEMA DAN AMANAT

Tema merupakan rumusan

intisari cerita sebagai landasan

idiil dalam menentukan arah

tujuan cerita.

Amanat merupakan pesan yang

ingin disampaikan pengarang


(36)

2. ALUR (PLOT)

Dalam teks drama, alur tidak diceritakan,

tetapi akan divisualkan dalam panggung.

Bagian terpenting dari sebuah alur drama

adalah dialog dan lakuan.

Penyajian alur dalam drama diwujudkan dalam

urutan babak (bagian terbesar dalam sebuah

lakon) dan adegan (bagian dari babak yang

menggambarkan satu suasana). Pergantian

babak ditandai dengan layar yang diturunkan

atau ditutup, atau lampu panggung dimatikan

sejenak. Pergantian babak biasanya

menandai pergantian latar, baik latar tempat,

ruang, maupun waktu.


(37)

Alur dramatik

Protais

(permulaan): dijelaskan

peran dan motif lakon

Epitasio

(jalinan kejadian)

Catastasis

(klimaks): peristiwa

mencapai titik kulminasi


(38)

3. PENOKOHAN

Cara mengemukakan watak di

dalam drama lebih banyak

bersifat tidak langsung, yaitu

melalui dialog (yang

diucapkan sendiri oleh tokoh

yang bersangkutan ataupun

tokoh lain) dan lakuan

(action)


(39)

4. LATAR

(SETTING)

Dalam teks drama, latar terlihat

pada keterangan tempat, waktu,

dan suasana yang terdapat pada

teks samping atau teks

nondialog. Pada pementasan,

latar terlihat pada penataan


(40)

5. CAKAPAN (DIALOG)

1. Dialog : cakapan dua orang atau

lebih tokoh

2. Monolog : cakapan satu orang tokoh

dengan dirinya sendiri

Monolog yang membicarakan hal-hal yang

sudah lampau

Soliloqui yang membicarakan hal-hal yang

akan datang

Aside (sampingan) untuk menyebut

percakapan seorang diri yang ditujukan

kepada penonton

(audience)


(41)

6. LAKUAN

(ACTION)

Lakuan harus berhubungan

dengan plot dan watak tokoh

Lakuan badaniah (melalui

gerak-gerik tubuh) dan batiniah

(melalui dialog yang

menggambarkan suasana

emosinya)


(42)

(43)

(44)

1. BUNYI

Peran unsur bunyi dalam

puisi :

Agar puisi itu merdu

Pendukung arti atau makna

tertentu


(45)

Klasifikasi unsur

bunyi

 Dilihat dari bunyi :

 sajak sempurna : ulangan bunyi yang timbul

sebagai akibat ulangan kata tertentu

sajak paruh : ulangan bunyi yang terdapat

pada sebagian baris dan kata-kata tertentu

asonansi : persamaan bunyi berupa vokal

yang berjarak dekat

aliterasi : persamaan bunyi berupa konsonan


(46)

Klasifikasi unsur

bunyi

Dilihat dari perannya sebagai

pendukung makna :

Efoni : kombinasi vokal-konsonan

yang merdu, yang mendukung

suasana yang menyenangkan

Kakofoni : kombinasi bunyi-bunyi

konsonan yang tidak merdu, yang

menggambarkan suasana yang

muram dan tidak menyenangkan


(47)

Klasifikasi unsur

bunyi

Dilihat dari posisi kata yang

mendukungnya :

Sajak awal (anafora) : ulangan pola bunyi

di awal baris

Sajak tengah : persamaan bunyi yang

terdapat di tengah baris pada baris yang

berbeda (berupa kata atau suku kata)

Sajak dalam : persamaan bunyi kata yang

terdapat dalam satu baris

Sajak akhir : persamaan bunyi di akhir


(48)

Klasifikasi unsur

bunyi

Dilihat dari hubungan antarbaris

dalam tiap bait :

sajak merata (terus) : ulangan bunyi

a-a-a-a

sajak berselang : ulangan bunyi

a-b-a-b

sajak berangkai : ulangan bunyi

a-a-b-b

sajak berpeluk : ulangan bunyi


(49)

2. DIKSI

Fungsí diksi dalam puisi :

sarana yang menghubungkan pembaca

dengan gagasan penyair dan dunia

intuisi penyair

menciptakan kesan hidup dalam puisi

Setiap penyair memiliki ciri khas

dalam diksi yang dipilihnya.


(50)

3. BAHASA KIAS

Bahasa kias =

figurative language

=

majas

Menurut Abrams, bahasa kias

adalah penyimpangan dari

pemakaian bahasa yang biasa, yang

makna katanya atau rangkaian

katanya digunakan dengan tujuan

untuk mencapai efek tertentu


(51)

Macam-macam bahasa kias

(menurut Alternbernd)

simile-metafora (pembandingan)

simile : membandingkan satu hal dengan hal lain dengan kata-kata

pembanding, yaitu seperti, bagai, laksana, semisal,seumpama, sepantun, sebagai, serupa, bak, dan sebagainya.

metafora : menyatakan sesuatu sebagai hal yang sebanding dengan hal lain

yang sesungguhnya tidak sama secara implisit

metonimi-sinekdok (penggantian)

metonimi : pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu hal

atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat, dengan dasar kaitan yaitu hubungan kausal, logika, hubungan dalam waktu dan ruang, atau

pemanfaatan ciri atau sifat suatu hal yang erat hubungannya

sinekdok : bahasa viguratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari

suatu benda atau hal itu sendiri. Ada 2: pars prototo (penyebutan sebagian dari suatu hal untuk menyebutkan keseluruhan) dan totum pro parte

(penyebutan keseluruhan dari suatu benda atau hal untuk sebagiannya)

personifikasi (pemanusiaan)


(52)

Macam-macam bahasa kias

(menurut Alternbernd)

simile-metafora (pembandingan)

simile : membandingkan satu hal dengan hal

lain dengan kata-kata pembanding, yaitu

seperti, bagai, laksana, semisal,seumpama, sepantun, sebagai, serupa, bak, dan

sebagainya.

metafora : menyatakan sesuatu sebagai hal

yang sebanding dengan hal lain yang

sesungguhnya tidak sama secara implisit

personifikasi (pemanusiaan)

mempersamakan benda atau hal dengan

manusia


(53)

Macam-macam bahasa kias

(menurut Alternbernd)

metonimi-sinekdok (penggantian)

metonimi : pemindahan istilah atau nama suatu

hal atau benda ke suatu hal atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat, dengan dasar kaitan yaitu hubungan kausal, logika, hubungan dalam waktu dan ruang, atau pemanfaatan ciri atau sifat suatu hal yang erat hubungannya

sinekdok : bahasa viguratif yang menyebutkan

suatu bagian penting dari suatu benda atau hal itu sendiri. Ada 2: pars prototo (penyebutan

sebagian dari suatu hal untuk menyebutkan

keseluruhan) dan totum pro parte (penyebutan keseluruhan dari suatu benda atau hal untuk


(54)

4. CITRAAN

Yaitu rangkaian kata yang

mampu menggugah

pengalaman keindraan

(membentuk gambaran

angan-angan)


(55)

Jenis-jenis citraan

 Citraan visual (visual imagery) ---- berhubungan

dengan indera penglihatan

 Citraan auditif (auditory imagery) ----

berhubungan dengan indera pendengaran

 Citraan kinestetik/gerak (kinaesthetic/movement

imagery) ---- berhubungan dengan indera gerak

 Citraan peraba (thermal imagery)

----berhubungan dengan indera peraba

 Citraan penciuman ---- berhubungan dengan

indera penciuman

 Citraan pencecapan ---- berhubungan dengan


(56)

5. SARANA RETORIKA

Sarana kepuitisan yang berupa

muslihat pikiran untuk

memunculkan ketegangan puitis

karena pembaca harus

memikirkan efek apa yang

ditimbulkan dan dimaksudkan

oleh penyairnya


(57)

Jenis sarana retorika

(menurut Altenbernd dan Lewis)

1.

hiperbola : gaya bahasa yang

menyatakan sesuatu secara

berlebihan

2. ironi : bentuk pengucapan kata-kata

yang bertentangan dengan maksud

sebenarnya, dan biasanya

dimaksudkan untuk menyindiri atau

mengejek

3. ambiguitas : pernyataan yang


(58)

Jenis sarana retorika

(menurut Altenbernd dan Lewis)

4

. paradoks : sarana retorik yang

mengungkapkan sesuatu secara

berlawanan

5. litotes : pernyataan yang

menganggap sesuatu lebih kecil dari

realitas yang ada (kebalikan dari

hiperbola)

6. elipsis : pernyataan yang tidak

diselesaikan, tetapi ditandai dengan

… (titik-titik)


(59)

6. WUJUD VISUAL

tipografi (bentuk visual puisi yang

berupa tata hubungan dan tata

baris, atau disebut juga ukiran

bentuk)

susunan baris (pembaitan)

enjambement (perloncatan baris)


(60)

7. MAKNA

Makna merupakan wilayah isi

sebuah puisi yang bisa dipahami

setelah pembaca mampu

mengungkap unsur-unsur puisi yang

mendukungnya.

Dapat dipahami setelah pembaca

mampu membongkar unsur-unsur

fisik yang ada dalam puisi


(61)

Selamat Belajar …. !!!!

selamat Anda menjadi orang yang

SMART

 Percaya bahwa sesuatu dapat dilakukan!  Hapuskan kata tidak mungkin dari pikiran

anda!

 Pikirkan sesuatu yang istimewa!  Berpikirlah ke depan lebih baik!  Ingatlah: tidak ada yang tumbuh di dalam es!


(1)

5. SARANA RETORIKA

Sarana kepuitisan yang berupa

muslihat pikiran untuk

memunculkan ketegangan puitis

karena pembaca harus

memikirkan efek apa yang

ditimbulkan dan dimaksudkan

oleh penyairnya


(2)

Jenis sarana retorika

(menurut Altenbernd dan Lewis)

1. hiperbola : gaya bahasa yang

menyatakan sesuatu secara berlebihan

2. ironi : bentuk pengucapan kata-kata yang bertentangan dengan maksud sebenarnya, dan biasanya

dimaksudkan untuk menyindiri atau mengejek

3. ambiguitas : pernyataan yang


(3)

Jenis sarana retorika

(menurut Altenbernd dan Lewis)

4. paradoks : sarana retorik yang

mengungkapkan sesuatu secara berlawanan

5. litotes : pernyataan yang

menganggap sesuatu lebih kecil dari realitas yang ada (kebalikan dari

hiperbola)

6. elipsis : pernyataan yang tidak

diselesaikan, tetapi ditandai dengan … (titik-titik)


(4)

6. WUJUD VISUAL

 tipografi (bentuk visual puisi yang

berupa tata hubungan dan tata baris, atau disebut juga ukiran bentuk)

 susunan baris (pembaitan)

 enjambement (perloncatan baris)


(5)

7. MAKNA

 Makna merupakan wilayah isi

sebuah puisi yang bisa dipahami setelah pembaca mampu

mengungkap unsur-unsur puisi yang mendukungnya.

 Dapat dipahami setelah pembaca

mampu membongkar unsur-unsur fisik yang ada dalam puisi


(6)

Selamat Belajar …. !!!!

selamat Anda menjadi orang yang SMART

 Percaya bahwa sesuatu dapat dilakukan!  Hapuskan kata tidak mungkin dari pikiran

anda!

 Pikirkan sesuatu yang istimewa!  Berpikirlah ke depan lebih baik!