6.1. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN - DOCRPIJM 1504188736BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR KAB HUMBANG ok (4)

BAB VI. ASPEK TEKNIS Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya direncanakan untuk mencakup empat

  sektor yaitu Pengembangan Kawasan Permukiman, BinaPenataan Bangunan, Pengembangan Air Minum, Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman yang terdiri dari Air Limbah, Persampahan dan Drainase Lingkungan Pada tahapan perencanaan usulan-usulan kegiatannya dimulai dengan penjabaran aspek-aspek teknis untuk tiap-tiap sektornya yang meliputi:

  Pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi,

    Penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan; Permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi; dan

    Analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral,

  Analisis kebutuhan kegiatan tersebut dilaksankan dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan untuk selanjutnya dapat dirumuskan usulan-usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standart Pelayanan Minimal (SPM)

  Berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah bidang PU-PR merupakan Urusan Wajib yang Bersifat Pelayanan Dasar yang pelaksanaannya berpedoman pada SPM Gambar6.1.

  Arahan Kebijakan Bidang Permukiman

B. Lingkup Kegiatan

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah: a.

  Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b.

  Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c.

  Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana d.

  Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

  

Gambar 6.2.

Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman

6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

6.1.2.1. Isu Strategis

  Berbagai isu strategis lintas daerah dan sektoral yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman di Kabupaten Humbang Hasundutan saat ini, antara lain:

  1. Penataan kawasan ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan yang baru, sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan sosial budaya skala Kabupaten

  2. Implementasi konsepsi pembangunan berkelanjutan serta serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

  3. Perlu dilakukan pendataan pencapaian SPM setiap tahunnya sebagai dasar bagi perencanaan pembangunan dan penyusunan strategi pembangunan pada tahun yang akan datang.

  4. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

  5. Kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

  6. Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan permukiman masih kurang

  

Tabel 6.1.

Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman

Skala Kabupaten

  No

  ISU STRATEGIS KETERANGAN [1] [2] [3]

  1 Penataan kawasan ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan, sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan sosial budaya skala Kabupaten

  Dolok Sangul merupakan ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah nendapat persetujuan DPRD dan Gubernur Sumatera Utara

Gambar 6.3. Isu Strategis dan Tantangan Skala Nasional

6.1.2.2. Kondisi Eksisting

A. Kawasan Permukiman

  

Tabel 6.2.

Perkembangan Capaian Indikasi Pembangunan Perumahan

di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011-2015

  Tahun No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  1 Rumah tinggal berakses sanitasi 60,81 60,81 60,81 60,81 60,81

  (%)

  2 Rumah tinggal menggunakan 55,00 56,00 57,00 58,00 59,00 listrik (%)

  3 Rumah tinggal menggunakan 7,16 7,40 7,63 7,86 8,10 air bersih (%)

  4 Rumah tinggal menggunakan 22,00 20,00 18,00 16,00 14,00 lantai (semen dan papan) (%)

  5 Rumah tinggal (unit) 39.900 39.950 40.000 40.300 40.346

  6 Rumah tinggal layak huni (unit) 34.856 34.900 34.944 35.206 35.246

  7 Luas permukiman layak huni 25.400 25.350 25.300 25.200 25.140

  (Ha)

  2

  8 Luas wilayah permukiman (km ) 410 413 415 417 419

  9 Rasio Rumah ber IMB per 0,005 0,006 0,007 0,008 0,01 satuan bangunan

  Sumber: Dinas Tarukim Kabupaten Humbang Hasundutan, 2015

B. Kawasan Strategis Kabupaten Humbang Hasundutan

  Dalam Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN) ditetapkan kawasan Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Nasional. Aspek strategisnya pada lingkungan hidup dengan penanganan: rehabilitasi/revitalisasi kawasan dengan sudut kepentingan lingkungan hidup. Kawasan

  Berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Utara, ditetapkan kawasan strategis sebagai berikut:

  1. Kawasan Danau Toba, dengan nilai strategis pada aspek lingkungan hidup. Sosial buadaya dan ekonomi. Isu penanganannya yaitu, pada aspek lingkungan hidup dengan penataan lingkungan, pada aspek sosial budaya dengan pengembangan kualitas kawasan cagar budaya, serta pada aspek ekonomi dengan pengembangan pariwisata.

  2. Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi, yang meliputi Doloksanggul dan Humbang Hasundutan. Nilai strategisnya adalah pada aspek ekonomi dan penanganannya dikembangkan melalui sinergitas antar daerah.

  Dengan melihat fakta dalam perkembangan Kabupaten Humbang Hasundutan serta potensi dan keunggulan yang bernilai strategis yang dimiliki maka ditetapkan Kawasan Strategis Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai berikut:

  1. Kawasan strategis ekonomi, berada di Kecamatan Doloksanggul dan kawasan agropolitan meliputi 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Doloksanggul, Baktiraja, Lintong Nihuta, Paranginan, dan Pollung

  2. Kawasan strategis Sosio-Kultural dan Budaya, berada di Kecamatan Baktiraja dan Sibulbulon. Selanjut gambaran Kawasan Strategis Kabupaten dapat dilihat pada tabel 6.4.

Tabel 6.4. Kawasan Strategis Kabupaten Humbang Hasundutan No Kawasan Kode Nilai/Aspe Isu Penanganan . Strategis Tahapan k Strategis

  1 Doloksangg I/A/2 Ekono pembangunan antar  Sinergitas ul mi kecamatan  Sinergitas pelayanan umum

  2 Baktiraja I/C/1 Sosial Rehabilitasi/revitalisasikualitas kawasan Buday sebagai pusat budaya Batak dan situs a bersejarah pengembangan kota agar dapat memberikan efek terhadap percepatan pembangunan daerah, maka kota ini ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten. Kabupaten Humbang Hasundutan yang merupakan pusat peradaban Batak, pusat budaya Batak, pusat Kerajaan Batak yakni Raja Sisingamangaraja, serta merupakan tempat perjuangan Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII, dengan tujuan pelestarian budaya, serta membangun situs-situs budaya dan sejarah, sekaligus memanfaatkan peluang tersebut untuk pengembangan pariwisata dan pembangunan perekonomian daerah maka ditetapkan Baktiraja sebagai pusat Kerajaan Batak dan Sibulbulon sebagai tempat perjuangan dan gugurnya Raja Sisingamangaraja XII menjadi kawasan strategis kabupaten. Gambaran Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat pada Gambar 6.4.

  Laporan Akhir Bab - VI - 9 Gambar 6.4.

  Peta Kawasan Strategis Kabupaten Humbang Hasundutan

C. Kawasan Agropolitan

  Sesuai RTRW Propinsi Sumatera Utara bahwa kawasan Dataran Tinggi Toba ditetapkan sebagai kawasan agropolitan. Penetapan kawasan ini bertujuan dalam rangka membangun kawasan dengan berbasis pada sektor pertanian. Kabupaten Humbang Hasundutan termasuk dalam kawasan ini yang meliputi 5 (lima) kecamatan yaitu : Doloksanggul, Baktiraja, Lintong Nihuta, Paranginan, dan Pollung.

  Pertanian lahan kering, di Kabupaten Humbang Hasundutan, pada umumnya adalah pertanian dengan tanaman palawija dan hortikultura seperti jagung, padi gogo, sayur- sayuran, kacang-kacangan dan lain-lain. Tanaman ini pada umumnya cocok pada areal yang relatif datar atau ditanam secara bergantian dengan padi di areal sawah. Lahan untuk pertanian lahan kering tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan pada kemiringan lahan yang sesuai yaitu dengan kemiringan yang relatif landai ataupun datar. Rencana peruntukan lahan untuk kawasan pertanian lahan kering di Kabupaten Humbang Hasundutan seluas 85.394,84 Ha. Lahan potensial yang menjadi prioritas pengembangan komoditas unggulan adalah seluas 42.521 Ha. Adapun jenis tanaman yang dapat ditanam dalam pertanian lahan kering antara lain : jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar luas serta beberapa jenis tanaman holtikultura lainnya. Lokasi dan luasan areal pertanian tanaman kering dapat dihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Luas Lahan Potensial Pengembangan Komoditas Unggulan

  

di Kabupaten Humbang Hasundutan

Kelas Kemiringan dan Luasan (Ha) Nama

  Total No Kecamatan A B C D E F (Ha)

  1 Pakkat 6.693 335 1.759 -

  • 9.148

  361

  2 Onan Ganjang 2.378 - - - 512 3.421 531

  • 3
  • Sijamapolang 283 1.653 1.052 3.791

D. Kawasan Peruntukan Perikanan (Minapolitan)

  Karena Kabupaten Humbang Hasundutan tidak memiliki laut, maka usaha perikanan yang ada hanyalah perikanan darat (ikan air tawar). Berdasarkan karakteristik daerahnya maka di Kabupaten ini ada 3 (tiga) media pengembangan perikanan yaitu : Kolam, danau dan sungai. Pengusahaan perikanan ini oleh penduduk dapat berupa mata pencaharian utama ataupun sebagai tambahan penghasilan rumah tangga. Masing-masing lokasi pengusahaan perikanan tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Kecamatan Pakkat, Onan ganjang, Paranginan, Dolok Sanggul, dan Pollung sebagai sentra perikanan air tawar.

  2. Kecamatan Lintong Nihuta, Paranginan, Parlilitan, Tarabintang, dan Baktiraja sebagai sentra perikanan mina padi.

  3. Kecamatan Bakti Raja sebagai sentra perikanan keramba jaring apung.

  4. Kecamatan Parlilitan khususnya desa Pusuk I sebagai sentra pembenihan ikan.

  5. Seluruh aliran sungai sebagai tempat pengusahaan ikan air tawar.

  Laporan Akhir Bab - VI - 12

  Gambar 6.5.Peta Potensi Rawan Bencana Gempa Bumi

  Laporan Akhir Bab - VI - 13

  Gambar 6.6.Peta Potensi Rawan Bencana Longsor

  E. Kawasan Kumuh Kabupaten Humbang Hasundutan Tabel 6.8. Kawasan Kumuh Kabupaten Humbang Hasundutan KAWASAN KUMUH

  Nomor / Tahun 144/2015

  :

  Nama Luas Keterangan No

  Detail Lokasi Tingkat Kekumuhan Kawasan (ha) (KK) Kecamatan Kelurahan/Desa

  1

  2

  5

  4

  6

  3

  1 Kawasan A Dolok Sanggul Kel. Pasar Dolok Sanggul 10,20 Buruk 726 Desa Pasaribu 1,90 Sedang 653

  2 Kawasan B Pollung Desa Hutajulu 1,04 Sedang 422 Desa Ria-ria 2,20 Sedang 406

  3 Kawasan C Lintong Nihuta Desa Pergaulan 3,34 Sedang 329 Desa Sibuntuon Parpae 4,94 Buruk 454

  4 Kawasan D Bakti Raja Desa Tipang 2,32 Buruk 402 Desa Marbun Tonga Marbun Dolok 1,30 Sedang 372

  5 Kawasan E Onang Ganjang Desa Parbotihan 4,72 Sedang 668 Desa Sibuluan 2,60 Buruk 502

  6 Kawasan F Pakkat Desa Pakkat Hauagong 5,80 Buruk 646 Desa Rura Tanjung 3,40 Sedang 444

  7 Kawasan G Parlilitan Desa Sion Selatan 2,60 Sedang 556 Desa Sihas Tonga 4,80 Buruk 418

  51,16 Jumlah Luas Kawasan (ha)

  Laporan Akhir Bab - VI - 14

6.1.2.3. Permasalahan Beberapa permasalahan sektor pengembangan permukiman dilihat secaraumum :

  • Permasalahan Kawasah Kumuh di tinjau dari bidang infrastruktur Cipta Karya:
    • tersebut tidak teratur dan tidak tertata Kondisi Bangunan Terdiri Dari Bangunan Kontemporer dan memiliki kerapatan yang - tinggi

  Kepadatan bangunan pada kawasan relatif tinggi, >80 unit/ha, sehingga kawasan

  • Kebutuhan air baku tidak terpenuhi,sebagian besar mencuci dan mengkonsumsi air menggunakan air sumur Sampah tidak terangkut menyebabkan tumpukan sampah pada lokasi lahan pinggiran - sungai nou Seluruh masyarakat pada kawasan ini tidak menggunakan kloset leher angsa, yang
  • adadi toilet individual/komunal Pelayanan air minum/baku berasal dari sungai atau membeli air kemasan maupun air
  • ledeng Sebagian kawasan telayani oleh jalan beton. dengan lebar 1 – 2 meter -
    • • Wilayah permukiman penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan sebagian besar

  belum memiliki infrastruktur dasar yang memadai. Sebagian besar permukiman penduduk belum merupakan permukiman yang layak sebagaimana di daerah perkotaan pada umumnya. Hal ini sangat berdampak pada peningkatan akses masyarakat terhadap lingkungan permukiman yang sehat dan berkualitas, untuk mendukung upaya peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik dalam berbagai aspek dan tatanan kehidupan.

  • • Penyediaan prasarana dan sarana dasar oleh pemerintah terhadap kawasan perumahan

  Masyarakat Berpendapatan Rendah dilakukan untuk menurunkan harga jual rumah di kawasan tersebut. Diharapkan MBR mempunyai kemampuan untuk memiliki rumah yang layak huni dalam kawasan yang sehat. Namun demikian dengan terbatasnya kemampuan pemerintah maka faktor ini menjadi salah satu penghambat dalam penyediaan perumahan untuk MBR serta memicu menurunnya kualitas kawasan yang dihuni MBR. Kondisi

6.1.2.4. Tantangan Pengembangan Permukiman

  Tantangan yang dijumpai dalam pembangunan permukiman di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah : 1. Terbatasnya jangkauan pelayanan prasarana dan sarana permukiman.

  2. Belum ada program yang berkaitan dengan penataan dan peningkatan lingkungan permukiman.

  3. Terbatasnya pendanaan daerah bagi upaya peningkatan kualitas permukiman masyarakat.

  4. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan rumah dan lingkungan masih rendah

  5. Pertumbuhan permukiman yang belum sesuai dengan tata ruang baru mencakup di daerah pusat kota .

Tabel 6.9. Identifikasi Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Humbang Hasundutan

  Permasalahan yang Tantangan Alternatif No Aspek dihadapi Pengembangan Solusi

  [2] [3] [4] [5] [1]

  I LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  1. Aspek Teknis Belum memiliki Dokumen SPPIP dan Dengan belum tersusunya dokumen SPPIP dan Perlu disusun Dokumen SPPIP RPKPPKabupaten Humbang Hasundutan RPKPP mengakibatkan sulitnya dalam membuat suatu program dan anggaran pembangunan bidang Penpgembangan Kawasan Permukiman

  2. Aspek Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM aparatur Dengan keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM Pelatihan SDM aparatur Kelembagaan aparatur daerah akan sulit untuk mengembangan kawasan tersebut

  3. Aspek Terbatasnya kemampuan keuangan daerah Kebutuhan pendanaan terbatas dalam APBN - Pembiayaan penyusunan Dokumen SPPIP dan RPKPP

  • 4. Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta

  APBD

  II Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

  1 Aspek Teknis Belum memiliki Dokumen RKP-KP Kabupaten Belum tersusunya Dokumen RKP-KP Perlu disusun Dokumen RKP-KP Humbang Hasundutan mengakibatkan lambat pembangunan/peningkatan pada kawasan kumuh karena RKP-KP adalah readiness criteria khusus dalam penangan kawasan kumuh.

  Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh di Lambatnya pembangunan/peningkatan kawasan Dilakukan Pendataan Bangunan Gedung Kabupaten Humbang Hasundutan belum kumuh diakibatkan dokumen RKP-KP belum segera disampaikan ke DPRD tertangani secara menyeluruh ditinjau dari aspek tersedia untuk dijadikan sebagai acuan

  Laporan Akhir Bab - VI - 17 Permasalahan yang Tantangan Alternatif No Aspek dihadapi Pengembangan Solusi

  [2] [3] [4] [5] [1] pembangunan/peningkatannya seperti terdapat pembangunan di : Kel. Pasar Dolok Sanggul Kec. Dolok Sanggul (10,2 Ha), Desa Sibuntuon Parpae Kec. Lintong Nihuta (4,94 Ha), Desa Tipang Kec. Bakti Raja (2,32 Ha, Desa Sibuluan Kec. Onang Ganjang (2,60) dan Desa Pakkat Hauagong Kec. Pakkat (5,80 Ha, Desa Sihas Tonga Kec. Parlilitan (2,80 Ha

  2 Aspek Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM aparatur Dengan keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM Pelatihan SDM aparatur Kelembagaan aparatur daerah akan sulit untuk mengembangan kawasan tersebut

  3 Aspek Terbatasnya kemampuan keuangan daerah Kebutuhan pendanaan terbatas dalam APBN - Pembiayaan peningkatan/pembangunan kawasan kumuh di -

  APBD Kabupaten Humbang Hasundutan

  4 Aspek Peran Kurangnya kesadaran peran serta masyarakat Dilakukan penyuluhan dan sosialisasi

  Serta dalam menjaga kelestarian lingkungan Masyarakat / Swasta

  III Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

  1 Aspek Teknis Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Dilaksanakan Pembangunan/Peningkatan

  Kawasan Potensial untuk Agropolitan dan Infrastruktur Kawasan Potensial untuk

  Minapolitan belum dilaksanakan secara Agropolitan menyeluruh seperti terdapat di : Kec. Dolok

  Sanggul, Kec. Lintong Nihuta Kec. Baktiraja, Kec. Paranginan, Kec. Pollung

  2 Aspek Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM aparatur Pelatihan SDM aparatur

  Kelembagaan

  3 Aspek Terbatasnya kemampuan keuangan daerah Kebutuhan pendanaan terbatas dalam

  − APBN

  Pembiayaan peningkatan/pembangunan Infrastruktur

  APBD

  −

  Kawasan Potensial

  − CSR

  Laporan Akhir Bab - VI - 18

  Laporan Akhir Bab - VI - 19 No Aspek

  Pelatihan SDM aparatur

  − KPS

  Peran serta masyarakat

  −

  PHLN

  −

  CSR

  −

  APBD

  − APBN −

  Terbatasnya kemampuan keuangan daerah Kebutuhan pendanaan untuk program Kawasan tersebut cukup besar

  3. Aspek Pembiayaan

  Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM aparatur Dengan keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM aparatur daerah akan rsulit untuk melaksankan pembangunan kawasan tersebut

  Permasalahan yang dihadapi Tantangan

  2. Aspek Kelembagaan

  Dilaksanakan Peningkatan Infrastrukstur Kawasan Permukiman Rawan Bencana Longsor

  1. Aspek Teknis Peningkatan Infrastrukstur Kawasan Permukiman Rawan Bencana Longsor belum dilaksanakan secara menyeluruh seperti terdapat di : Kec Baktiraja (sekeliling Danau), Kec. Doloksanggul yang dilalui jalur patahan Semangko dan Renun dan Onan, Kec. Pakkat (sekitar bukit terjal, Kec. Parlilitan (sekitar bukit terjal, Kec. Tarabintang (sekitar bukit terjal

  IV. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman KhususKawasan Rawan Longsor

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta

  − KPS

  Peran serta masyarakat

  − PHLN −

  [2] [3] [4] [5]

  Solusi [1]

  Pengembangan Alternatif

  V Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Strategis

  Permasalahan yang Tantangan Alternatif No Aspek dihadapi Pengembangan Solusi

  [2] [3] [4] [5] [1]

  1. Aspek Teknis Belum memiliki Data Base Bid Kecipta Karyaan Dengan belum tersusunya Data BaseBid Kecipta Perlu disusun Data Base Bidang pada Kawasn Strategis Kabupaten Humbang Karyaan pada Kawasn Strategis Kabupaten Keciptakaryaan Hasundutan Humbang Hasundutan ini akan menghambat pembangunan/pengembangan pada kawasan tersebut. Belum sepenuhnya tertangani pada kawasan

  Dilakukan penangaan kawasan strategis strategis di Kabupaten Humbang Hasundutan di Kabupaten Humbang Hasundutan seperti diKecamatan : Baktiraja Luas 2.231,91 Ha, secepatnya untuk meningkatkan

  Doloksanggul Luas 20.929,53 Ha, Lintong Nihuta pertumbuhan ekonomi masyarakat

  Luas 8.126,03 Ha, Paranginan Luas 4.778,06 Ha, Pollung Luas 2.736,46 Ha.

  2. Aspek Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM aparatur Dengan keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM Pelatihan SDM aparatur Kelembagaan aparatur daerah akan sulit untuk mengembangan kawasan tersebut

  3. Aspek Terbatasnya kemampuan keuangan daerah Kebutuhan pendanaan untuk program Kawasan

  − APBN

  Pembiayaan tersebut cukup besar

  APBD

  −

  CSR

  −

  PHLN

  −

  Peran serta masyarakat

  −

  • 4. Aspek Peran Kurangnya kesadaran peran serta masyarakat

  KPS

  Dilakukan penyuluhan dan sosialisasi Serta dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Masyarakat / Daerah.

  Swasta Laporan Akhir Bab - VI - 20

6.1.3. Analisa Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Untuk mencapai pengembangan pemukiman yang baik di Kabupaten Humbang Hasundutan, maka mengacu kepada kondisi eksisting, sasaran RPJMD 2016 – 2021 dan SPM serta proyeksi kecenderungan 5 tahun kedepan (jumlah penduduk) maka perkiraan kebutuhan program pengembangan permukiman di Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 – 2021.

  Gambar. 6.7. Target Capaian 0% Kota Tanpa Kumuh2019

  Desa Sibuluan Kel. Pasar Desa Kec. Onang

  Sasaran Dolok Sibuntuon Desa Tipang Ganjang Desa Sihas

  Penurunan

  2 Sanggul Kec. Parpae Kec. Kec. Bakti (2,60) dan Tonga Kec.

  KawasanKumuh Ha

  • Dolok Lintong Raja (2,32 Desa Pakkat Parlilitan(2,80

  Sanggul (10,2 Nihuta (4,94 Ha) Hauagong Ha) Ha) Ha) Kec. Pakkat

  (5,80 Ha) Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Humbang Hasundutan di kembangkan di kawasan perkotaan di Kecamatan Dolok Sanggul, Kecamatan Lintong Nihuta, Kecamatan Bakti Raja dan Kecamatan Pakkat. Kawasan kumuh dengan tingkat kekumuhan tinggi berada pada Kel. Pasar Dolok Sanggul Kec. Dolok Sanggul (10,2 Ha), Desa Sibuntuon Parpae Kec. Lintong Nihuta (4,94 Ha), Desa Tipang Kec. Bakti Raja (2,32 Ha), Desa Sibuluan Kec. Onang Ganjang (2,60) dan Desa Pakkat Hauagong Kec. Pakkat (5,80 Ha) dan Desa Sihas Tonga Kec. Parlilitan (2,80 Ha).

  

Tabel 6.11.

Perkiraan KebutuhanProgram Pengembangan KawasanPermukiman

diPerdesaanUntuk5Tahunan

  Kebutuhan Uraian Unit Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Ket No

  Jumlah

  1

  • Jiwa 276.238 279.507 282.815 645.196 652.831 Penduduk
Kecama Kecamat tan

  KecamatanP an Kecamatan Kecamatan

  Lintong Kawasan aranginan Pollung

  5

  • Kawasan : Baktiraja Doloksangg Nihuta Luas Lu Strategis Luas ul Luas Luas

  4.778,06 Ha, 2.736,46 2.231,91 Ha, 20.929,53

  8.126,03 Ha.

  Ha, Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Sesuai RTRW Propinsi Sumatera Utara bahwa kawasan Dataran Tinggi Toba ditetapkan sebagai kawasan agropolitan. Penetapan kawasan ini bertujuan dalam rangka membangun kawasan dengan berbasis pada sektor pertanian. Kabupaten Humbang Hasundutan termasuk dalam kawasan ini yang meliputi 5 (lima) kecamatan yaitu : Doloksanggul, Baktiraja, Lintong Nihuta, Paranginan, dan Pollung. Pengembangan perikanan yaitu : Kolam, danau dan sungai. Pengusahaan perikanan ini oleh penduduk dapat berupa mata pencaharian utama ataupun sebagai tambahan penghasilan rumah tangga. Masing-masing lokasi pengusahaan perikanan ada Kecamatan Pakkat, Onan ganjang, Paranginan, Dolok Sanggul, dan Pollung sebagai sentra perikanan air tawar. Kawasan rawan bencana, yaitu wilayah yang sesuai dengan kondisi geografisnya sangat rentan mengalami bencana alam geologi seperti gerakan tanah, longsoran, runtuhan, banjir, dan lain- lain. Areal yang termasuk dalam kawasan ini adalah lahan-lahan terjal sekeliling Danau Toba (Kecamatan Baktiraja) bukit-bukit terjal di kecamatan Onan Ganjang, Pakkat, Parlilitan dan Tarabintang serta daerah Doloksanggul yang dilalui jalur patahan Semangko dan Renun

6.1.3.1. Proyeksi Kebutuhan Perumahan dan Permukiman

  Pemerintah telah menyadari pentingnya suatu pendekatan yang terintegrasi untuk perumahan dan lingkungannya melalui beberapa program yang meliputi penanganan permukiman kumuh.

  Tingkat kepadatan penduduk terbesar pada Tahun 2015 ada di Kecamatan Baktiraja yaitu 320

  2 2 jiwa/km dan terkecil adalah di Kecamatan Parlilitan yaitu 25 jiwa/km .

  Adanya pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kebutuhan akan rumah, kebutuhan akan rumah dapat dihitung dengan menggunakan asumsi 1 unit rumah dihuni oleh 5 (lima) jiwa penduduk. Jika pada tahun 2021 jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar198.699jiwa, maka perkiraan kebutuhan akan rumah di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 39.740Unit.

  Untuk lebih jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan perumahan yang dibutuhkan di Kabupaten Humbang Hasundutan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.12.

Tabel 6.12 Proyeksi Kebutuhan Perumahan Tahun 2016-2021 Kab. Humbang Hasundutan

  Rata- Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan Perumahan Luas Luas rata No Kecamatan Wilayah Unit Anggota 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2016 2017 2018 2019 2020 2021 (Ha) RT

  1 5 24.599 24.939 25.284 25.633 25.987 26.346

  Pakkat 38.168

  45 2.952 2.993 3.034 3.076 3.118 3.162

  70 1.476 1.496 1.517 1.538 1.559 1.581

  95 492 499 506 513 520 527

  2 5 10.485 10.630 10.777 10.926 11.077 11.230

  Onanganjang 22.256

  45 1.258 1.276 1.293 1.311 1.329 1.348

  70 629 638 647 638 665 674

  95 210 213 216 213 222 225

  3 Sijamapolang 14.018

  70 5 5.412 5.487 5.563 5.639 5.717 5.796

  45 649 658 668 677 686 696

  70 325 329 334 338 343 348

  95 108 110 111 113 114 116

  4 Doloksanggul 20.930

  95 5 48.388 49.057 49.735 50.422 51.119 51.825

  45 5.807 5.887 5.968 5.887 6.134 6.219

  70 2.903 2.943 2.984 2.943 3.067 3.110

  95 968 981 995 981 1.022 1.037

  5 5 31.420 31.854 32.294 32.741 33.193 33.652

  Lintongnihuta 18.126

  45 3.770 3.823 3.875 3.929 3.983 4.038

  70 1.885 1.911 1.938 1.964 1.992 2.019

  95 628 637 646 655 664 673

  Laporan Akhir Bab - VI - 25

  6 5 13.201 13.383 13.568 13.756 13.946 14.139

  Paranginan 4.778

  45 1.584 1.606 1.628 1.651 1.674 1.697

  70 792 803 814 825 837 848

  95 264 268 271 275 279 283

  7 Baktiraja 2.232 5 7.209 7.309 7.410 7.512 7.616 7.721

  45 865 877 889 901 914 927

  70 433 439 445 451 457 463

  95 144 146 148 150 152 154

  8 Pollung 32.736 5 19.047 19.310 19.577 19.848 20.122 20.400

  45 2.286 2.317 2.349 2.382 2.415 2.448

  70 1.143 1.159 1.175 1.191 1.207 1.224

  95 381 386 392 397 402 408

  9 Parlilitan 72.775 5 18.160 18.411 18.665 18.923 19.185 19.450

  45 2.179 2.209 2.240 2.271 2.302 2.334

  70 1.090 1.105 1.120 2.271 1.151 1.167

  95 363 368 373 378 384 389

  10 Tarabintang 24.252 5 7.599 7.704 7.810 7.918 8.028 8.139

  45 912 924 937 950 963 977

  70 456 462 469 475 482 488

  95 152 154 156 158 161 163

  Jumlah 250.271 185.520 188.084 190.683 193.318 195.990 198.699 37.104 37.617 38.137 1.194 39.198 39.740

  Laporan Akhir Bab - VI - 26

  

6.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Humbang

Hasundutan

Gambar 6.8.

Satker Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman

  

6.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Humbang

Hasundutan

Gambar 6.8.

Satker Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman

  

6.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Humbang

Hasundutan

Gambar 6.8.

Satker Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman

  Lintong Nihuta (4,94 Ha), Desa Tipang Kec. Bakti Raja (2,32 Ha), Desa Sibuluan Kec. Onang Ganjang (2,60) dan Desa Pakkat Hauagong Kec. Pakkat (5,80 Ha) dan Desa Sihas Tonga Kec. Parlilitan (2,80 Ha).

  b. Penyediaan infrastruktur Rusunawa Kec. Dolok Sanggul (2TB), Kec. Lintong Nihuta (1TB)

B. Permukiman Perdesaan

  Program pengembangan permukiman perdesaan Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 – 2021 terdiri dari :

  1. Pembinaan Pelaksanaan Permukiman, yang ditujukan untuk menyiapkan dokumen perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman meliputi kegiatan : a. Penyusunan Master Plan Agropolitan

  b. Penyusunan Master Plan Minapolitan

  2. Pengembangan Permukiman Kawasan Perdesaan

  a. Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan) di Kecamatan Doloksanggul, Lintong Nihuta, Bakti Raja, Paranginan, Pollung

  b. Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Minapolitan) di Kecamatan Doloksanggul,Bakti Raja, Lintong Nihuta, Paranginan, Pollung.

  c. Peningkatan Infrastrukstur Kawasan Permukiman Rawan Bencana di Kecamatan Baktiraja (sekeliling Danau Toba), Doloksanggul yang dilalui jalur patahan Semangko dan Renun dan Onan, Pakkat (sekitar bukit terjal), Parlilitan (sekitar bukit terjal), Tarabintang (sekitar bukit terjal) d. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman di desa tertinggal sebanyak ± 60 Desa.

  Untuk mendukung implementasi rencana program pengembangan permukiman khususnya dalam memperoleh dukungan alokasi anggaran APBN dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan berkomitmen untuk memenuhi kriteria kesiapan yang telah ditetapkan. Kesiapan Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam pengembangan permukiman

  

Gambar6.9.

Alur Fungsi dan Program Pengembangan Permukiman

6.1.5. Usulan Program dan Anggaran

  Kegiatan Pengembangan Permukiman meliputi Pengembangan Permukiman Kawasan

6.2. BINAPENATAAN BANGUNAN

  Bina Penataan Bangunan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara yang merupakan kewenangan Pemerintah Pusat. Selainitu, Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  A. Arahan Kebijakan 1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  2. Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015 tentang Penataan Bangunan.

  3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  4. Permen PU No.06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

  5. Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

  B. Lingkup kegiatan

1. Bangunan Gedung

  • Bangunan Gedung Negara
    • Secara umum merupakan kegiatan pembinaan yang berupa peningkatan
    • Menangani Bangunan Gedung Negara yang statusnya ditetapkan sebagai benda cagar budaya (ditetapkan dengan SK);

  • Bangunan gedung ini harus berada di kab/kota yang telah memiliki Perda
  • Hanya dilaksanakan setelah mendapatkan komitmen K/L atau

  gubernur/bupati/walikota dalam hal:

  • Kesanggupan menerima hibah hasil pekerjaan/BMN/asset;
  • Kesiapan pengelolaan hasil pekerjaan/BMN/asset;
  • Kejelasan status kepemilikan BMN dan lahan
    • Bangunan Gedung Mitigasi Bencana

    >Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan BG Mitigasi Bencana untuk lokasi-lokasi prioritas yang mengacu pada masterplan dan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang dikeluarkan B
  • Melaksanakan pembangunan BG Mitigasi Bencana sesuai dengan

  dokumen perencanaan yang disusun;

  • Bangunan gedung ini harus berada di kab/kota yang telah memiliki Perda
  • Memiliki peraturan walikota/bupati tentang RTBL Kawasan Rawan

  Bencana;

  • Hanya dilaksanakan setelah bupati/walikota menyatakan komitmen dalam hal:
  • Kesanggupan menerima hibah hasil pekerjaan/BMN/asset;
  • Kesiapan pengelolaan hasil pekerjaan/BMN/asset;
  • Kejelasan status kepemilikan lahan.
    • Bangunan Gedung Perbatasan

  • Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan BG Perbatasan di kawasan perbatasan yang mengacu pada masterplan kawasan perbatasan yang disusun bersama BNPP;
  • Bangunan gedung ini harus berada di kab/kota yang telah memiliki Perda

  • Target: kota/kabupaten yang termasuk kategori rawan bencana mengacu pada Masterplan dan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) B
  • Kab/kota yang telah memiliki Perda BG;
  • - Memiliki Perda RTRW dan menunjuk Zona Kawasan Rawan Bencana;

  • Memiliki peraturan walikota/bupati tentang RTBL Kawasan Rawan

  Bencana;

  • Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan Penataan Kawasan Rawan Bencana;
    • Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata

  • - Mendukung kebijakan nasional untuk mengembangkan simpul-simpul

  pengembangan kawasan tujuan wisata untuk memacu pertumbuhan ekonomi regional;

  • Lokasi pelaksanaan mengikuti direktif pimpinan;
  • Kab/kota yang telah memiliki Perda BG;
  • Memiliki Perda RTRW;
  • Memiliki peraturan walikota/bupati tentang RTBL Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata (pendampingan penyusunan RTBL bila diperlukan);
  • Melaksanakan pendampingan penyusunan
    • Kawasan Hijau

  Target:

  • Kab/Kota yang sudah menjadi anggota P2KH
  • Kab/Kota anggota baru P2KH
  • Kab/Kota yang menjadi lokasi RTH Tematik
  • Kab/kota yang telah memiliki Perda BG;
  • Memiliki Perda RTRW dan menunjuk Zona Kawasan Hijau;
  • Memiliki peraturan walikota/bupati tentang RTBL Kawasan Hijau;
  • Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan Penataan

  Kejelasan status kepemilikan lahan.

  • Syarat Umum Penyelenggaraan Penataan Bangunan
  • Memiliki Perda RTRW dan menetapkan Kawasan Perbatasan;

  Kab/kota yang telah memiliki Perda BG;

  • Memiliki peraturan walikota/bupati tentang RTBL Kawasan; - Memiliki Dok. perencanaan Penataan Kawasan; - Hanya dilaksanakan setelah gubernur/bupati/walikota menyatakan - komitmen dalam hal: Kesanggupan menerima hibah hasil pekerjaan/BMN/asset; Kesiapan pengelolaan hasil pekerjaan/BMN/asset; - Kejelasan status kepemilikan lahan. -
    • Kategori Kawasan Prioritas RTBL

  Kawasan dengan pertumbuhan sangat cepat -

  • Pertumbuhan cepat disertai perubahan fungsi, perlu dikendalikan pertumbuhannya

  Kawasan dengan pertumbuhan sangat lambat

  Pertumbuhan lambat, kegiatan ekonomi sangat lemah, perlu dipacu pertumbuhannya

  • Kawasan Bersejarah

  Terdapat situs dan/atau bangunan bersejarah, pertumbuhan bisa

  • cepat bisa lambat perlu dikendalikan pertumbuhannya, agar tidak merusak kandungan
  • sejarah yang ada

  Kawasan Rawan Bencana -

  • Memiliki potensi kerawanan terhadap bencana (banjir, longsor, tsunami, gempa, dsb.) perlu dikendalikan pertumbuhannya agar dapat mengantisipasi bila datang bencana.

  Gambar 6.10.Peran Bidang BPB dalam Pelestarian Cagar Budaya dan Permukiman Tradisional

Gambar 6.11. Indikator Kinerja Utama Bina Penataan Bangunan

6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

6.2.2.1. Isu Strategis

  Pertumbuhan kota dapat terjadi melalui 2 (dua) proses, pertama kota yang tumbuh tanpa perencanaan dan kedua kota yang tumbuh dan berkembang dengan perencanaan. Kota yang tumbuh tanpa perencanaan dan terbangun secara alamiah pada akhirnya akan menimbulkan dampak yang luas. Kota yang tumbuh dengan perencanaan relatif lebih teratur dan tertata dengan dampak yang lebih minimal. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota merupakan dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan yang mempunyai jangka waktu rencana

  1 Penataan Lingkungan Permukiman d.Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi local e.Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan

  Minimal;

  f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunandan lingkungan g.Isustrategis PBL ini terkait dengan dokumen- dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yangdisusun berdasar skala prioritas dan manfaat darir encana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarahdan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktifdan berkelanjutan

  2 penyelenggaraan bangunan Gedung dan Rumah Negara a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan)

  b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di Kabupaten Humbang Hasundutan

  c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan

  d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung danrumah Negara

  • • Penyelenggaraan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat

  memberikan nilai tambah fisik, social dan ekonomi

  • • Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan dan

  melestarikan arsitektur dan cirri khas budaya local

  • • Pengembangan teknologi dan rekayasa arsitektur untuk menunjang investasi dan

  pembangunan yang berkelanjutan

A. Penataan Bangunan

  Konsep penataan bangunan dilakukan melalui pendekatan perbaikan kawasan tertinggal dan kumuh dengan peningkatan kualitas bangunan permukiman yang terdiri dari 2 (dua) model yakni:

  a. Konsep preventif (pencegahan), dengan mengurangi/ menghambat bertambahnya bangunan di lokasi perumahan kumuh, yang mencakup:

  ∗ Pengendalian migrasi dari desa ke kota dengan mendorong pembangunan dan

  penciptaan lapangan kerja di pedesaan

  ∗ Penegakan hukum / regulasi yang terkait dengan IMB ∗ Penertiban, revitalisasi dan pemindahan dengan cara yang manusiawi dan partisipatif

  b. Konsep kuratif (penanggulangan), dengan memecahkan persoalan bangunan pada permukiman kumuh secara fisik maupun sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat (TRIDAYA), yang mencakup:

  ∗ Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan ∗ Pemberdayaan usaha pengembangan ekonomi lokal dan penciptaan lapangan kerja.

  Penataan bangunan dilakukan dengan tetap mempertahankan jati diri beberapa bangunan bernilai historis. Penyelenggaraaan penataan bangunan dan lingkungan untuk merevitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, social, dan ekonomi masyarakat agar tercapai kesejahteraan yang lebih baik. Penataan bangunan dan gedung masih banyak dilaksanakan tidak menurut aturan yang berlaku terutama di daerah bencana. Sebagian bangunan gedung yang berdiri di Kabupaten Humbang Hasundutan saat ini merupakan bangunan peninggalan masa kolonial belanda dan

  Dengan melihat fakta dalam perkembangan Kabupaten Humbang Hasundutan serta potensi dan keunggulan yang bernilai strategis yang dimiliki maka ditetapkan Kawasan Strategis Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai berikut:

  3. Kawasan strategis ekonomi, berada di Kecamatan Doloksanggul dan kawasan agropolitan meliputi 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Doloksanggul, Baktiraja, Lintong Nihuta, Paranginan, dan Pollung

  4. Kawasan strategis Sosio-Kultural dan Budaya, berada di Kecamatan Baktiraja dan Sibulbulon.

C. Kawasan Destinasi Wisata

  Potensi kepariwisataan yang dimiliki Kabupaten Humbang Hasundutan adalah keindahan dan daya tarik panorama alam seperti kawasan Danau Toba serta budaya dan sejarah seperti pusat Kerajaan Batak (Istana Sisingamangaraja). Oleh karena itu bidang kepariwisataan yang dapat berkembang adalah wisata alam, wisata budaya dan wisata sejarah. Dalam upaya pengembangan kepariwisataan di daerah ini, maka perlu mengembangkan objek-objek wisata yang ada.