KASIDMS GURUMI PAI SFAKULTASTARBI YAHDANKEGURUAN UNI VERSI TASI SLAM NEGERI( UI N)ALAUDDI N MAKASSAR 2011

  

DAMPAK PERILAKU GURU TERHADAP MUTU

PENDIDIKAN DI MIN DAMPANG

KAB. BANTAENG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

Gelar Sarjana

  

Pendidikan Islam (S. Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama

Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

  

Oleh:

HAJERAH

NIM. 27.04.10.000574

  

PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI DMS

GURU MI/PAIS FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN

MAKASSAR

  

2011

  PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusunan sendiri, jika dikemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat dari orang lain secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

  Makassar, 05 Maret 2011 HAJERAH NIM. 27.04.10.000574

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Pembimbing penulisan skripsi saudara Hajerah, Nim: 27.04.10.000574 , mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul: “Dampak Perilaku Guru Terhadap Mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng”, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.

  Makassar, 5 Maret 2011 Pembimbing Prof.Dr.H.Mappanganro, M.A

  

PENGESAHAN SKRIPSI

  Skripsi yang berjudul “ Peranan Guru PAI Dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar Murid di MIS Ma’arif Borongkapala Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng. ” yang disusun oleh Saudara Muh

  Saleh NIM 20100107-00925 Mahasiswa Program Peningkatan Kualifikasi Guru MI/PAIS melalui Dual Mode Sistem pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang dilaksanakan pada hari Rabu 27 Juli 2011 M bertetapan dengan 25 Sya’ban 1432 H. dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan beberapa perbaikan.

  27 Juli 2011 M

  Samata-Gowa,

  25 Sya’ban 1432 H DEWAN PENGUJI

  (SK Dekan Nomor. 038/Kw-DMS/2011) Sekretaris : Drs. Hasanuddin, M.Pd.I (………………...) Munaqis I : Prof. Dr. H. Mappanganro, MA (………………...) Munaqis II : Drs. Hasanuddin, M.Pd.I (………………...) Pembimbing : Prof. Dr. H. Mappanganro, MA (………………...)

  Disahkan : Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar DR. H. Salehuddin, M.Ag Nip. 19541212 198503 1 001

  

ﺀ ﻷﺍ ﻴﺎ ﻧﺒ ﻑ ﺮ ﺷ ﺍ ﻰ ﻡﻼ ﺍﻟ ﻠ ﻋ ﺴ ﻭ ﺓﻼ ﺍﻟ ﺼ ﻭ ﻦ ﻴ ﻤ ﺎﻟ ﻌ ﺍﻟ ﺏ ﻟﻠ ﺭ ﻪ ﺪ ﻤ ﺤ ﺍﻟ

ﻦ ﻴ ﻌ ﻤ ﺟ ﺍ ﻪ ﺎﺑ ﺤ ﺻ ﻭﺍ ﻪ ﺍﻟ ﻰ ﻠ ﻋ ﻭ ﺪ ﻤ ﺤ ﻣ ﻧﺎ ﺳ ﺪ ﻴ ﻦ ﻠﻴ ﺳ ﺮ ﻤ ﺍﻟ ﻭ

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Demikian pula, salam dan shalawat penulis peruntukkan kepada Nabi Muhammad saw.

  Dengan selesainya penyusunan skripsi yang berjudul "Dampak Perilaku Guru Terhadap Mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab.

  Bantaeng", penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak. Karena sedikit atau banyaknya bantuan mereka itu, dengan itu, ucapan terima kasih dan perhargaan yang setinggi-tingginya penulis patut ucapkan kepada:

  1. Prof. DR. H.A. Qadir Gassing HT, MS. selaku Rektor UIN Alauddin Makassar.

  dengan penuh kasih sayang memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

  3. Bapak Dr. H.Salehuddin, M.Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

  4. Bapak, Dr. Susdiyanto, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar dan sekaligus juga sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

  5. Prof.Dr.H.Mappanganro, M.A, dosen pembimbing penulis, karena beliaulah yang telah meluangkan waktunya membimbing penulis sehingga karya tulis ini dapat terwujud.

  6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang telah banyak membimbing dan membantu penulis selama kuliah di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

  7. Kepada seluruh rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah, pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

  Makassar, 28 Juli 2011 Penyusun

  HAJERAH Nim. 27.04.10.000574

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL i

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

  HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI iv KATA PENGANTAR v

  DAFTAR ISI vii

  ABSTRAK ix

  BAB I PENDAHULUAN

  1 A. Latar Belakang Masalah

  1 B. Rumusan Masalah

  3 C. Pengertian Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

  4 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  10 A. Pengertian Perilaku Guru

  10 B. Peranan dan Kedudukan Guru

  22 C. Mutu Pendidikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

  27 BAB III METODE PENELITIAN

  33 A. Populasi dan Sampel

  33 B. Instrumen Penelitian

  35 C. Prosedur Pengumpulan Data

  37 D. Teknik Analisis Data

  38 BAB IV HASIL PENELITIAN

  41 A. Gambaran Tentang Lokasi Penelitian

  41 B. Perilaku Guru dalam Proses belajar mengajar di MIN Dampang Kab. Bantaeng

  47 C. Upaya yang dilakukan Guru terhadap Mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng

  52 D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Guru terhadap mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng

  59 BAB V PENUTUP

  65 A. Kesimpulan

  65 B. Saran-saran

  66 DAFTAR PUSTAKA

  68 LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

ABSTRAK

NAMA : HAJERAH NIM : 27.04.10.000574

JUDUL SKRIPSI : Dampak Perilaku Guru terhadap Mutu Pendidikan Di MIN

  Dampang Kab. Bantaeng. Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan permasalahan,

bagaimana perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN DampangKab.

Bantaeng, upaya-upaya apa yang dilakukan guru terhadap mutu pendidikan di

MIN DampangKab. Bantaeng, serta apa pengaruh perilaku guru terhadap

mutu pendidikan di MIN DampangKab. Bantaeng.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara

terinci tentang perilaku guru dalam proses belajar mengajar di MIN

DampangKab. Bantaeng, untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru

terhadap mutu pendidikan di MIN DampangKab. Bantaeng, serta untuk

mengetahui apakah ada pengaruh perilaku guru terhadap mutu pendidikan di

MIN DampangKab. Bantaeng.

  Populasi dalam penelitian ini adalah Guru dan siswa yang berjumlah

103 orang siswa, dengan menggunakan sampel jenuh. Pengumpulan data

dilakukan melalaui penelitian lapangan dengan metode angket atau kuesioner,

interview, observasi, dan dokumentasi. Untuk memecahkan masalah tersebut

penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan metode penelitian yaitu

berupa penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan

( Field Research). Data mengenai perilaku guru serta upaya-upaya yang

dilakukan guru terhadap mutu pendidikan dan pengaruh perilaku guru

terhadap mutu pendidikan MIN DampangKab. Bantaeng, diperoleh dari hasil

wawancara dan lembaran angket, masing-masing angket diolah dengan

persentase .

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak perilaku guru terhadap

mutu pendidikan di MIN DampangKab. Bantaeng dapat dikatakan sangat

besar. Karena guru mempunyai tugas dan tanggung jawab di sekolah

terhadap mutu pendidikan. Membentuk kepribadian anak, memberi

bimbingan khusus, memanfaatkan semua sarana yang ada di sekolah dan

keteladanan dari guru adalah upaya-upaya yang dilakukan guru terhadap

mutu pendidikan, walaupun masih ada yang ditemukan beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku guru misalnya kualifikasi akademik keguruan,

sertifikasi guru tapi kesemunya itu ins ya Allah akan dapat di atasi dengan

upaya peningkatan mutu pendidikan di MIN DampangKab. Bantaeng.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya pembangunan potensi-potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia, seperti pengembangan

  pikiran, penataan perilaku, pengaturan hubungan manusia dengan Tuhannya manusia dengan manusia serta hubungannya dengan alam ini. Tujuannya agar manusia mampu memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada pada dirinya dengan baik.

  Pendidikan dapat berlangsung dalam tiga dimensi yakni:lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam pelaksanaan pendidikan ada beberapa komponen yang saling berhubungan antara lain, kepala sekolah, guru, dan siswa.

  Kemampuan guru sangat mempengaruhi kualitas siswa. Apabila guru mampu mengajar dan mendidik secara profesional, maka siswa pun termotivasi dalam mengikuti materi pelajaran dan patuh 1 terhadap petunjuk yang diberikan guru.

  1

  Kondisi seperti ini menyebabkan lulusan lembaga pendidikan khususnya jurusan pendidikan dipertanyakan oleh masyarakat yang intinya difokuskan kepada guru. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa guru adalah orang yang menentukan keberhasilan dalam

  1 pelaksanaan pendidikan.

  Sejalan dengan itu sebagai tenaga pengajar yang profesional dalam melaksanakan tugasnya, guru merupakan inti, dari pelaksanaan proses pendidikan. Konsep ini berlatar belakang dari anggapan bahwa yang secara langsung berhadapan dengan peserta didik adalah guru, sebagaimana yang dikemukakan dalam buku CBSA dan proses belajar mengajar bahwa:

  Guru adalah ujung tombak pendidikan, sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia cerdas, terampil

  2 dan bermoral tinggi.

  Dari uraian di atas, terlihat bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan difokuskan pada penataan proses belajar mengajar dengan asumsi bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya metode mengajar perlu dibenahi secara khusus.

  h. 67 2 Nana Sudjana, Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran, (Jakarta: F.F. Universitas, 1980),

  Pencapaian hasil yang optimal akan diraih bila pengolahan pengajaran di sekolah dilakukan secara profesional, termasuk kemampuan para guru melakukan banyak variasi mengajar.

  Hal tersebut di atas, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Drs. Wens Fanlein bahwa: Rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh pemrosesan pendidikan yang jarang mendapat penanganan secara seksama, mutu pendidikan itu hanya mungkin meningkat jika pemrosesan pendidikan (PBM) juga mendapat pembenahan 3 yang seksama. Begitu pula rendahnya mutu pendidikan itu sangat berkaitan erat dengan kesesuaian motivasi belajar siswa. Diduga bahwa minat belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kurang sesuainya materi pengajaran yang diberikan dengan kebutuhan siswa.

  B. Rumusan Masalah Dari uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang di atas, maka terdapat beberapa permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana Perilaku Guru terhadap mutu pendidikan di MIN 3 Wens Tenlein, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

  Dampang Kab. Bantaeng?

  2. Upaya-upaya apa yang dilakukan guru terhadap mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng?

  3. Apa ada pengaruh perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng?

  Dari rumusan masalah diatas maka yang menjadi hipotesis adalah ada dampak yang signifikan antara perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng .

  C. Pengertian Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

  1. Pengerian Operasional Secara operasional skripsi yang berjudul “Dampak perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN Dampang Kab.

  Bantaen g ”. ini memiliki pengertian bahwa terdapat Hubungan Dampak perilaku guru terhadap mutupendidikan di MIN Dampang kabupaten Bantaeng. maka penulis dapat mendefinisikan secara operasional beberapa variabel dalam ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

  a. Dampak Perilaku Guru Dampak Perilaku adalah tingkahlaku atau yang berkaitan dengan kepribadian Guru sebagai pendidik, atau yang mengajar dalam lingkungan formal (sekolah) juga dalam lingkungan non formal.jadi perilaku guru adalah tingkah laku atau kepribadian seorang pengajar dalam lingkungan formal (sekolah).

  b. Peningkatan Mutu Pendidikan Mutu adalah Tingkat Pengetahuan, kemampuan atau Sering di kenal dengan kualitas. Pendidikan adalah proses pembentukan kepribadian yang di tanamkan kepada anak didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari demi terwujudnya generasi yang berkualitas. Jadi mutu pendidikan adalah kualitas pengetahuan yang diterapkan dalam pembentukan kepribadian anak didik.

  c. MIN Dampang Yakni sebuah Madrasah Ibtidaiyah yang berstatus Negeri yang dikelola berdasarkan peraturan pemerintah, dibawah naungan Kementerian Agama.

  Madrasah ini berdiri sejak tahun 2000, dan hingga kini telah berhasil menamatkan lulusan sebanyak 87 orang yang tersebar kebeberapa sekolah menengah dan Tsanawiyah. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Dampang terletak di Dampang Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten bantaeng yang berjarak 20 km dari Kota Bantaeng.

  2. Ruang Lingkup penelitian

  a. Batasan dan cakupan penelitian Agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, maka penulis memberikan batasan dan cakupan sebagai berikut : 1) Batasan penelitian dan cakupannya

  • Siswa: Meliputi keadaan perkembangannya sejak tahun berdiri madrasah hingga sekarang.
  • Guru: Meliputi keadaan guru tenaga pendidik pada madrasah tersebut priode 2010-2011.
  • Tenaga kependidikan: Meliputi keadaan organisasi penunjang proses pembelajaran di madrasah tersebut

  Sarana: Meliputi keadaan sarana penunjang - pelaksanaan proses belajar mengajar di MIN tersebut.

  2) Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 21 hari efektif dari 2 s/d 25 Nopember 2010.

  3) Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Dampang Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke kabupaten Bantaeng, sebagaimana telah digambarkan diatas.

  4) Tehnik yang dipergunakan. 5) Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehnik pengolahan data secara dedukatif, induktif dan komparatif.

  D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  1. Tujuan penelitian Bahwa lazimnya suatu usaha dan kegiatan didasarkan pada tujuan tertentu. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Mengetahui perilaku guru dalam proses belajar mengajar di MIN Dampang Kab. Bantaeng.

  b. Mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan guru terhadap mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng.

  c. Mengetahui pengaruh perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng

  2. Kegunaan penelitian Adapun kegunaan penelitiaan skripsi ini, dihapkan supaya:

  a. Dapat memperjelas dan mengembangkan cakrawala berpikir ilmiyah dalam bidang pendidikan khususnya masalah yang berkaitan dengan perilaku guru terhadap mutu pendidikan utamanya di MIN Dampang Kab. Bantaeng.

  b. Dapat menjadi bahan informasi guru dan calon guru terutama bagi guru MIN Dampang Kab. Bantaeng supaya lebih memahami bagaimana mutu pendidikan dan perilaku guru dalam mencapai proses belajar yang dapat bersaing ataupun sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

  c. Dapat dijadikan sebagai sumber bagi peneliti-peniliti selanjutnya yang bermaksud mengandalkan penelitian yang relevan dengan judul skripsi ini untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan yang memiliki nilai penuh terhadap objek yang diteliti tersebut.

  E. Garis Besar Isi.

  Pada bab pertama, penulis mengemukakan sekilas tentang pentingnya meningkatkan dan mempertahankan kualitas serta aktivitas pendidikan di Indonesia. Selanjutnya penulis mengemukakan hipotesis sebagai jawaban sementara dari permasalahan di mana diduga bahwa ada dampak yang signifikan antara perilaku guru dan mutu pendidikan di MIN Dampang Kab.

  . Sub bab selanjutnya penulis mengetengahkan batasan

  Bantaeng pembahasan skripi ini yang menjadi ruang lingkup penelitian.

  Bab kedua, membahas tentang tinjauan pustaka, di dalamnya disajikan pengertian perilaku guru dan perilaku guru dalam mengajar dengan mengutip pendapat para ahli dari berbagai buku yang ada kaitannya dengan pembasan tersebut.

  Bab ketiga, dalam bab ini dibahas tentang metode-metode yang di gunakan dalam penelitian meliputi, angket, observasi, dan dokumentasi, selanjutnya penulis menjelaskan tentang cara pengumpulan data dengan mempergunakan metode tersebut. Kemudian diakhiri dengan uraian tentang tehnik yang digunakan untuk mengelola dan menganalisis data.

  Pada bab keempat, dikemukakan hasil penelitian dengan rincian pembahasan tentang, Bagaimana perilaku guru dalam proses belajar mengajar di lanjutkan dengan pembahasan tentang bagaimana mutu pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng yang tertera pada nilai rapor. Pada sub bab selanjutnya hubungan antara perilaku guru dengan mutu pendidikan di MIN Dampang Kab.

  Bantaeng.

  Bab kelima, sebagai bab penutup berisi kesimpulan- kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian yakni Mutu pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng tergolong baik, serta ada hubungan signifikan (Memiliki keterkaitan yang erat antara guru dan siswa di MIN Dampang Kab. Bantaeng)

  Terakhir adalah implikasi penelitian yakni dengan hasil penelitian ini diharapkan agar guru dan siswa terus dapat mempertahankan keberhasilan proses belajar mengajar khususnya perilaku guru dan mutu pendidikan dalam proses belajar mengajar, serta semua pihak kepala sekolah agar menambah guru-guru yang propesional dalam bidangnya masing-masing.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku Guru Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia Pendidikan. Figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Hal itu tidak dapat disangkal, karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di 4 masyarakat.

  Di sekolah, guru hadir untuk mengabdikan diri kepada umat manusia dalam hal ini adalah anak didik. Negara menuntut generasinya yang memerlukan pembinaan dan bimbingan guru. Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. 4 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu

  Pendekatan Teoritis Psikologis, (Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 1

  Kualitas manusia indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru 5 mempunyai fungsi, peran dan kedudukannya yang sangat strategis.

  Pada hakikatnya guru dan anak didik itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu sebagai “ DWI TUNGGAL ” yang kokoh bersatu. Posisi mereka boleh berbeda, tetapi tetap seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujan. kesatuan jiwa guru dengan anak didik tidak dapat dipisahkan oleh deminsi ruang, jarak, dan waktu. Tidak pula dapat di cerai beraikan oleh, daratan dan udara. Guru tetap guru dan anak didik. Tidak ada istilah “bekas guru” dan “bekas anak didik” meski pun suatu waktu guru telah pensiun dari pengabdiannya di sekolah atau anak didik telah menamatkan sekolah di lembaga tempat guru tersebut mengabdikan diri.

  Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu perbuatan mudah, tetapi menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan hati nurani adalah tidak, karena kepadanya lebih banyak di tuntut suatu pengabdian kepada anak didik daripada karena tuntutan pekerjaan dan material oriented. Guru yang 5 berdasarkan pengabdiannya karena panggilan jiwa merasakan jiwanya lebih dekat dengan anak didik ketiadaan anak didiknya di kelas menjadi pemikirannya, kenapa anak didiknya tidak hadir di kelas, apa yang menyebabkan, dan berbagai pertanyaan yang mungkin guru ajukan ketika itu.

  Uraian di atas adalah gambaran figur guru dan segala kemuliaannya, yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, bukan karena kerjaan sampingan. Oleh karena itu wajarlah bila dikatakan cerminan pribadi yang mulia. Figur guru yang demikian itulah yang di harapkan dari siapa pun yang ingin menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan di sekolah. Figur guru yang mulia adalah sosok guru yang rela hati yang menyisihkan waktunya demi kepentingan anak didik, demi membimbing anak didik, mendengarkan keluhan anak didik, menasehati anak didik, membantu kesulitan anak didik dalam segala hal yang bisa menghambat aktivitas belajarnya, merasakan kedudukan anak didik, bersama-sama dengan anak didik pada waktu senggang berbicara dan bersenda gurau, di luar jam kegiatan interaksi edukatif di kelas, bukan hanya duduk di kantor dengan dewan guru, dan membuat jarak dengan anak didik.

  Akhirnya, guru dan anak didik adalah sebagai dwitunggal. Kemuliaan guru tercermin pada pengabdiannya kepada anak didik dalam interaksi edukatif di sekolah dan di luar sekolah.

  Di sekolah, guru adalah orang tua kedua bagi ank didik. Sebagai orang tua, guru harus menganggapnya sebagai “peserta didik”. Istilah peserta didik lebih pas diberikan kepada mereka yang mengikuti kegiatan-kegiatan latihan dan pendidikan yang waktunya relatif singkat, yakni sebulan atau tiga bulan atau bahkan seminggu.

  Misalnya seperti kursus-kursus kilat, kursus menjahit, kursus montir, kursus mengetik, latihan kepemimpinan, kursus tata rias pengantin, penataran P-4, pendidikan jurnalistik, dan sebagainya dalam masyarakat.

  Penyebutan istilah anak didik lebih pas digunakan sebagai mitra guru di sekolah. Guru adalah orang tua. Anak didik adalah anak.

  Orang tua dan anak adalah dua sosok insani yang diikat oleh tali jiwa. Belaian kasih dan sayang adalah naluri jiwa orang tua yang sangat diharapkan oleh anak, sama halnya belaian kasih dan sayang seorang guru anak didiknya.

  Ketika guru hadir bersama-sama anak didik di sekolah, di dalam jiwanya seharusnya sudah tertanam niat untuk mendidik anak didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan, mempunyai sikap dan watak yang baik, yang cakap dan terampil, besusila dan berakhlak mulia.

  Kebaikan seorang guru tercermin dari kepribadiannya dalam bersikap dan berbuat, tidak saja ketika di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Guru memang harus menyadari bahwa dirinya adalah figur yang diteladani oleh semua pihak, terutama oleh oleh anak didiknya di sekolah. Guru adalah bapak rohani bagi anak didiknya. Hal ini berarti, bahwa guru sebagai arsitek bagi rohani anak didiknya.

  Kebaikan rohani anak didik tergantung dari pembinaan dan bimbingan guru. Di sini tugas dan tanggung jawab guru adalah meluruskan tingkah laku dan perbuatan anak didik yang kurang baik, yang dibawanya dari lingkungan keluarga dan masyarakat.

  Pendidikan rohani untuk membentuk kepribadian anak didik lebih dipentingkan. Anak didik yang berilmu dan berketerampilan belum tentu berakhlak mulia. Cukup banyak orang yang berilmu dan berketerampilan belum tentu berakhlak mulia. Cukup banyak orang yang berilmu dan berketerampilan, tetapi karena tidak mempunyai akhlak yang mulia, mereka terkadang menggunakannya untuk hal- hal yang negatif. Namun demikian, bukan berarti orang yang berilmu dan berketerampilan tidak diharapkan, tetapi yang sangat diperlukan tentu saja adalah orang yang berilmu dan berketerampilan, serta yang berakhlak mulia. Pembinaan anak didik mengacu pada tiga aspek di atas, yakni anak didik yang berakhlak mulia/bersusila, cakap, dan terampil.

  Sebagai mana telah disebutkan sebelumnya bahwa guru bagi murid berfungsi sebagai contoh oleh karenanya dalam menghadapi siswa-siswanya guru harus menilai kemampuan, persepsi, motivasi, perasaannya dan kekuatan-kekuatan jiwa maupun kelemahan- kelemahannya. Atau Dengan kata lain guru harus selalu menyadari perilakunya dalam mengajar agar dapat memberi arti bagi siswa.

  Karena mustahil bagi guru mengharapkan siswa memahami perasaan, kebutuhan, dan perilakunya jika guru itu tidak mengenal dirinya sendiri.

  Guru adalah pembimbing, pengajar, pelatih, dan juga sebagai contoh atau cermin tempat anak didik dapat berkaca dalam relasi interpersonal. Antara guru dan anak didik diharapkan tercipta situasi yang memungkingkan anak didik dapat belajar menerapkan nilai- nilai yang dapat dijadikan pembentukan pribadi anak. Guru dalam perilaku mengajar hendaknya memberi contoh dan menjadi contoh 6 bagi ciri anak didik. Karena kepribadian guru itulah yang akan menentukan apakah ia akan menjadi pendidik dan pembina-pembina dengan baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didiknya.

  Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti 7 akan bahan yang diberikan guru.

  Dalam jumlah siswa yang besar atau banyak biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Maka seharusnya dalam pemberian materi, para guru harus mengetahui karakteristik siswa 6 Abdul Rahman, Pengelolaan Pengajaran (Ujung Pandang: CV. Bintang Selatan,

  1990), h. 50 7 Syaiful Bahri Djamarah, & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. II; Jakarta: atau murid yang diajarnya atau yang dihadapinya, karena di dalam kelas atau ruangan tidak semua siswa sama tingkat pengetahuan, pemahamannya di dalam menerima pelajaran atau materi yang 8 disampaikan guru. Maka dari itu, guru juga harus mengetahui kepribadin siswanya.

  Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif para muridnya agar dalam merangcang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada 9 maknanya bagi siswa.

  J. Mursell & S. Nasution dalam buku Mengajar Dengan Sukses bahwa, “Guru harus mengetahui intelegensi anak agar dapat 10 megajar dengan baik”.

  Sebagaimana Roestiyah N.K, mengemukakan bahwa: Guru harus pandai menyesuaikan diri dengan murid, karena tiap murid tidak sama, setiap siswa mempunyai kepribadian yang berbeda satu sama lainnya; dalam waktu yang sama memberikan pengajaran kepada tiap murid yang tak sama, karena tiap murid berbeda daya serapnya; tiap guru harus memerlukan waktu untuk 11 8 menyesuaikan dengan tiap pribadi yang unik itu. 9 Ibid, h. 82 Asri Budiningsih,

  Belajar dan Pembelajaran, (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h.

  40 10 J. Mursell & S Nasution, Mengajar Dengan Sukses (Successful Teaching), (Ce. II; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), h. 68 11 Rostiyah N.K., Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Cet. III; Jakarta: Rineka

  E. Mulyasa, mengemukakan bahwa: Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam 12 aktivitas, kreativitas, intelegensi, dan kompetensinya.

  Supaya anak didik tidak bosan dalam mengikuti pelajaran, maka guru harus memberikan materi yang menantang bagi siswa, karena kondisi yang tidak menantang bagi para siswa berarti siswa tidak berkonsentrasi dalam belajar atau mengikuti pelajaran karena tidak menarik dan dianggap bahwa kurang bermanfaat.

  Perilaku guru yang dimaksud mencakup dua hal yaitu:

  1. Perilaku guru yang berhubungan langsung dengan mengajar, mengajar pada hakekatnya bermaksud mengantarkan siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dan di dalam praktek, perilaku, mengajar yang dipertunjukkan guru sangat beraneka ragam meski pun sama. Perilaku guru yang berhubungan langsung dengan mengajar meliputi: 12

  a) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

  Maksudnya ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental mau pun perhatianyya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan kemampuan menutup pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar, ini dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.

  b) Keterampilan mengajarkan pertanyaan maksudnya ialah keterampilan guru mengajukan pertanyaan yang tersusun dengan baik dan keterampilan mengantarkan pertanyaan- pertanyaan kelancaran yang baik dan keterampilan melontarkan pertanyaan-pertanyaan kelancaran bertanya dari guru ini perlu dilatih dengan baik dari pertanyaanya maupun teknik pertanyaannya. c) Keterampilan menjelaskan pertanyaanya dalam hal ini ialah kemampuan guru menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya.

  d) Keterampilan menggunakan penguatan. Keterampilan guru di sini dimaksudkan untuk mengajar atau membesarkan hati siswa, agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar, misalnya, dengan kata-kata pujian, penghargaan dan acungan jempol, wajah cerah dan sebagainya.

  e) Keterampilan membuat variabel dan improvisasi dalam mengajar maksudnya ialah kemampuan guru untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi proses belajar mengajar murid menunjukkan ketekunan, antusiasme serta terus berpartisipasi

  f) Keterampilan menggunakan media atau teknologi intruksional maksudnya ialah kemampuan guru memahami media dan sumber yang digunakan kemampuan ini pada dasarnya kemampuan menciptakan kondisi belajar yang merangsang proses belajar-mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

  g) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil maksudnya ialah kemampuan guru untuk membimbing siswanya berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil untuk memberikan informasi, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan dalam suasana terbuka. Yang mana setiap siswa bebas mengemukakan ide-idenya karena merasa tanpa merasa ada tekanan dari teman siswa harus mentaati peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya.

  h) Keterampilan mengajar perorangan dan kelompok.

  Keterampilan mengajar dengan gaya ini dimaksudkan untuk memungkingkan guru memberikan perhatian terhadap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa mau pun antara siswa dan siswa. Dan pengajaran ini memberikan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. i) Keterampilan mengelolah kelas maksudnya adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembangkannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu penyelesaian tugas siswa, dan lain-lain.

  2. Perilaku guru yang berhubungan dengan pribadinya Prilaku guru yang biasa ditampilkan yang berhubungan dengan pribadi/dirinya mencakup beberapa hal yaitu: a) Penampilan (gaya mengajar). Dalam hal penampilan atau gaya mengajar guru di sini mencakup gaya mengajar klasik, personalisasi, teknologis dan interaksional.

  b) Keterbukaan. Kesiapan mendiskusikan setiap permasalahan merupakan salah satu tujuan seorang guru. Ia diharapkan mampu menampung aspirasi siswa dan siswa dan bersedia mendukungnya. Ia akan terus berusaha meningkatkan serta memperbaiki suasana kehidupan siswa berdasarkan kebutuhan dan tuntunan siswa. Dengan demikian sikap terbuka oleh guru maka demokrasi dalam proses belajar mengajar akan terlaksana. Sebab demokrasi dalam belajar akan mendidik dan melatih siswa untuk bersikap terbuka pula, tidak menutupi kesalahan atau mau dikritik untuk memperbaiki pada masa mendatang.

  c) Kerja sama dalam mencapai cita-cita, guru diharapkan akan selalu meningkat, pengetahuan umum yang dimilikinya selalu bertambah sehingga dapat mengelola proses belajar mengajar dengan baik pula. Untuk itu ia juga akan mempertahankan dedikasi dan loyalitas yang tinggi. Sehingga perilaku mengajar yang ditampakkannya akan memberikan hasil yang baik dan memuaskan.

  d) Sederhana dalam bertindak, sifat kesederhanaan dari guru baik itu dari segi bahasa mau pun dari segi tindakannya akan menjadi keterkaitan batin guru dengan siswa, dengan adanya terikatan tersebut guru akan mampu mengendalikan proses belajar mengajar yang diselenggarakannya dan menunjukkan 13 perilaku mengajar yang menarik dan menyenangkan.

  B. Peranan dan Kedudukan Guru

  1. Peranan Guru 13 Peranan guru ini akan menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi, baik dengan siswa atau sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dan berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru hanya dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dan siswanya, sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing maka diperlukan adanya peranan pada diri guru. Mengenai apa peranan guru ada beberapa pendapat antara lain. “FREY KATS” Menggambarkan peranan guru sebagai komunikator sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dan pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai orang 14 yang akan menguasai bahan yang diajarkan.

  Menurut James W. Brown yang dikutip oleh Sardiman A.M bahwa: Peranan guru antar lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, dan merencanakan dan mempersiapkan 14 pelajaran sehari-hari mengontrol dan mengevaluasi kegiatan

  Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), h. 141 .

  15 siswa.

  Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai motivator dan oleh karena itu penting artinya dalam meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa “reinforcement” untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya dan daya cipta, sehingga akan terjadi di dalam mengajar. Dengan demikian seorang guru itu harus mampu menumbuhkembangkan potensi yang ada pada diri anak didik supaya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

  2. Kedudukan guru.

  Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya yakni mengajar dan mendidik. Tugas ini merupakan faktor yang penting dalam terlaksananya proses pendidikan, namun untuk 15 dapat menunaikan tugasnya ini banyak tantangan dan tuntutan yang menghiasi kedudukannya sebagai guru sehinga akibatnya tidak sembarangan orang berhak menjadi guru.

  Mengajar atau menjadi guru adalah jabatan yang bersifat profesi, karena itu tanggung jawab guru dewasa ini adalah bagaimana mengembangkan proses balajar agar lebih berdaya guna dan berhasil guna serta lebih bertanggung jawab. Tanggung jawab guru memang sangat besar pekerjaannya manakala ia lalai dan sengaja salah menjalankan kewajibannya, maka ia bersama- sama dengan dosa orang yang disesatkann dan akan memikul dosanya. Sebagaimana dalam (Q.S. Al-Ankabut [29]:13).

  

ﻡَ ﻮ ْ ﻳ َ ﻦ ّ َ ﻟ ُ ﺄ َ ﺴ ْ ﻴ ُ ﻟ َ ﻭ َ ﻢْ ﻬ ِ ﺍﻟ ِ ﻘَ ﻣ َ ﺛ ْ ﺃ َ ﻊَ َ ﻻﺍ ﻭ َ ﻘَ ﺛ ْ ﺃ َ ﻢْ ﻬ ُ ﺍﻟ َ ﻘَ ﺛ ْ ﺃ َ َ ّ ﻦ ُ ﻠ ِ ﻤ ﺤ ْ ﻴ َ ﻟ َ ﻭ َ

ﻥَ ﻭ ﺮ ُ ﺘ َ ﻔ ْ ﻳ َ ﻮﺍ ﺎﻧ ُ ﻛ َ ﺎ ﻤ ّ َ ﻋ َ ﺔ ِ ﺎﻣ َ ﻴ َ ﻘ ِ ﺍﻟ ْ

  Terjemahnya: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban

  (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada- 16 adakan .

  Demikian pula persyaratan dan tugas para guru/pengajar adalah: 16 Bahwa kesempurnaan ilmu, hendaklah si guru mengamalkan

  Departemen Agama R.I. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan ilmu, jadi ilmu itu harus dapat dipraktekkan, lebih-lebih oleh guru itu sendiri. Janganlah perkataan bertentangan dengan perbuatannya, sedangkan amal perbuatannya dilihat hanya 17 dengan mata kepala jumlahnya jauh lebih banyak.

  Bertolak dari uraian tersebut di atas, maka bagi guru merupakan tenaga profesional di bidang pendidikan, bukan berarti tugasnya menjadi ringan tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat.

  Menurut Ahmad Tafsir mengenai syarat-syarat dan sifat guru adalah: a. Guru harus mengetahui karakter murid.

  b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya. 18 c. Guru harus mengamalkan ilmunya.

  3. Persyaratan Guru Menurut Sardiman A.M. Guru dalam melaksanakan tugas, serta tanggung jawabnya memerlukan syarat-syarat tertentu, 17 untuk dapat melakukan peranan dan tugasnya serta tanggung 18 H. B. Hamdan Ali, Filsafat Pendidikan (Cet. III; Jogyakarta: PT. 1986), h. 3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Prespektif Islam (Cet. I; Bandung: PT. Remaja

  Rosdakarya, 1997), h. 79 jawab, maka guru memerlukan syarat-syarat sebagai berikut; 19 syarat administratif, teknik, psikis dan fisik.

  a. Persyaratan administrasi, ini antara lain meliputi: soal kewarganegaraan (warga negara Indonesia) umur (sekurang- kurangnya 18 tahun) berkelakuan baik, mengajukan permohonan.

  b. Persyaratan tehnis, dalam persyaratan tehnis ini ada yang bersifat formal, yakni harus berijazah pendidikan guru, hal ini mempunyai konotasi bahwa seseorang yang memiliki ijazah pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar. Kemudian syarat-syarat yang lain adalah mengusai cara dan tehnik mengajar, terampil mendesain program pengajaran serta memiliki motivasi dan cita-cita memajukan pendidikan/pengajaran.

  c. Persyaratan psikis yang berkaitan dengan kelompok masyarakat psikis, antara lain: sehat rohani, dewasa dalam berpikir dan bertindak, mau pun mengendalikan emosi, sabar, ramah dan sopan memiliki jiwa kepimimpinan, konsekuen dan 19 berani bertanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian di samping itu guru juga dituntut untuk bersifat pragmatis tetapi juga memiliki pandangan dan mendasar dan filosofis, guru juga harus mematuhi norma dan nilai yang berlaku serta memiliki semangat membangun, inilah pentingnya bahwa guru itu harus memiliki panggilan hati nurani untuk mematuhi pengabdian.

  d. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual mau pun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.

C. Mutu Pendidikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

  Meski pun barangkali di antara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan tersebut diartikan dalam satu batasan tertentu, maka terdapatlah macam-macam pengertian yang diberikan.

  Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai- nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 20 Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meski pun secara esensial tidak jauh berbeda.

  Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian pendidikan. 1) Ahmad D. Marimba

  Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 21 Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan dalam hal ini adalah: a. Usaha (kegiatan), usaha itu bersikap bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar.

  b. Ada pendidik, pembimbing atau penolong.

  c. Ada yang dididik atau si terdidik 20 Sudirman N., dkk, Ilmu Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya: 1992), h. 4 21 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Ma’arif 1987), h. 19 d. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan 22

  e. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan 2) Ki Hajar Dewantara

  Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai 23 keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

  3) Menurut UUD Nomor 2 Tahun 1989

  a) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  b) Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap 24 tuntutan perubahan zaman.

  4) Menurut UUD Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya 22 memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, 23 Ibid.,h. 20 24 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1985), h. 2 Departemen Agama RI, Himpunan Perundang-undangan Sistem Pendidikan kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia serta keterampilan yang 25 dipelukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.

  Dari beberapa pengertian dan batasan pendidikan tersebut, meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidikan, anak didik, tujuan dan sebagainya.

  Karena itu, dengan memperhatikan batasan-batasan pendidikan tersebut, ada beberapa pengertian dasar yang perlu dipahami sebagai berikut.

  a. Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pribadi dewasa susila, maka ia sepenuhnya mampu bertindak sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya.

  b. Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi, pendidikan lahir 25 dari pergaulan antar orang dewasa dan orang yang belum dewasa dalam suatu kesatuan hidup. Tindakan mendidik yang dilakukan oleh orang dewasa dengan sadar dan sengaja didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan, dan hidup nilai-nilai tersebut.

  Kedewasaan diri merupakan tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui perbuatan atau tindakan pendidikan.

  c. Pendidikan merupakan hubungan antarpribadi pendidik dan anak didik. Dalam pergaulan terjadi kontak atau komunikasi antara masing-masing pribadi. Hubungan ini jika meningkat ke taraf hubungan pendidikan, maka menjadi hubungan antarpribadi pendidik dan pribadi si anak didik, yang pada akhirnya melahirkan tanggung jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan.

  Pendidikan bertindak demi kepentingan dan keselamatan anak didik, dan anak didik mengakui kewibawaan pendidikan dan bertanggung jawab.

  d. Tindakan atau perbuatan mendidik, menuntun anak didik mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan hal ini tampak pada perubahan-perubahan dalam diri anak didik. Perubahan sebagai hasil pendidikan merupakan gejala kedewasaan yang secara terus menerus mengalami peningkatan sampai penentuan diri atas tanggung jawab sendiri oleh anak didik atau terbentuknya 26 pribadi dewasa susila.