Perubahan tradisi Rasulan di Gunung Kidul setelah 1998 - USD Repository

  

SKRIPSI

PERUBAHAN TRADISI RASULAN DI GUNUNGKIDUL SETELAH 1998

Oleh :

Nama : Markus Yuwono

  

Nim :024314025

JURUSAN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Kupersembahkan Buat :

Almamaterku tercinta, dan Kebangganku : FAkultas Sastra, Prodi Ilmu Sejarah Universitas Sanatha Dharma Yoyakarta

Kedua orang tuaku : (alm) Al. Sumadi dan Sutinem, serta Adik-adikku Bimo

dan Deta , yang telah memberikan yang terbaik untukku, Sahabat-sahabatku Semua

  MOTTO

  Tidak Ada Kata Usai Untuk Meraih Mimpi

  

ABSTRAK

Markus Yuwono

  UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Penulisan skripsi dengan Judul “Perubahan Tradisi Rasulan Di

  Gunungkidul setelah 1998” ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisa perkembangan tradisi Rasulan di Gunungkidul, ketika masyarakat menghadapi perubahan setelah krisis ekonomi 1997, secara umum merupakan bagian dari sejarah Kebudayaan dengan melihat perkembangan sebelum terjadinya Krisis dan setelahnya. Sebagai sebuah penulisan sejarah maka metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ialah, tahap menentukan lokasi atau wilayah penelitian, dan responden yang digunakan pengumpulan sumber pustaka dan wawancara lisan. Pengumpulan sumber tertulis maupun lisan harus dipilih sumber yang kredibel dan otentik, untuk di analisa untuk merekonstruksi peristiwa yang akan dibahas.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Gunungkidul merupakan masyarakat yang majemuk dan terbuka bagi suatu kebudayaan baru. Masyarakat Gunungkidul yang sebagian besar petani, namun memiliki sikap terbuka terhadap arus informasi setelah krisis 1997, dan berpengaruh terhadap pola pikirnya, masyarakat lebih mengedepankan nilai ekonomis. Perubahan dari budaya dan pola pikir ini mempengaruhi tradisi Rasulan yang sudah turun temurun di ajarkan di masyarakat. Meski bersifat praktis ekonomis, namun kemriahan akibat dari budaya luar menjadikan tradisi rasulan lebih menarik semakin di minati masyarakat. Ada hal-hal yang dihilangkan namun juga di tambahkan dalam tradisi ini, misalnya sesaji di untuk nenek moyang sudah dihilangkan, memaska makanan tradisional dalam perkembangannya sudah jarang ditemui, dan perkembangan tradisi yang hanya berupa simbol namun pemaknaannya berkurang solah menjadi budaya baru dalam masyarakat Gunungkidul. Perkemabangan dalam Tradisi rasulan dalam masyarakat Gunungkidul ada beberapa yang mendasar, perkembangan bentuk, perkembangan nilai dalam memaknai Tradisi Rasulan.

  

ABSTRACT

Markus Yuwono

SANATA DHARMA UNIVERSITY

  YOGYAKARTA Writing thesis with title "Development of Tradition rasulan In

  Gunungkidul after 1998" aims to describe and analyze developments in Gunungkidul Rasulan tradition, when people deal with changes after the 1997 economic crisis, is generally a part of cultural history by looking at the development before the crisis and afterwards. As a writing of history, so the methods of research used in writing this essay is, the stage of determining the location or area of research, and respondents who used the collection of literature and oral interview. The collection of written and oral sources should be chosen in a credible and authentic source, for analysis to reconstruct the eventsthatwillbediscussed.

  The results showed that the society is a pluralistic society Gunungkidul and open to a new culture. Community Gunungkidul mostly farmers, but has an open attitude towards the flow of information after the 1997 crisis, and influence the pattern of thought, society tends to emphasize the economic value. The change of culture and mindset affects Rasulan tradition that has been handed down in teaching in the community. Although economically practical, but kemriahan a result of foreign cultures made more attractive rasulan tradition increasingly in the interest of the community. There are things that are eliminated but also add in this tradition, such as offerings to ancestors on already eliminated, memaska traditional food is rarely encountered in its development, and Development of the tradition that only a symbol but pemaknaannya reduced solah into a new culture in society Gunungkidul. Development in Tradition Gunungkidul rasulan in society there are some fundamental, growth form, the development of understanding of Tradition Rasulan value.

KATA PENGANTAR

  Dengan mengucapkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan keselamatan, kesehatan dan karunia, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi Perkembangan tradisi Rasulan Digunungkidul Setelah 1998.

  Penulis mengucapkan terimaksih yang tidak terhingga terhadap Drs Silverio.R.L Aji Sampurna. M.Hum sebagai pembimbing tunggal, yang telah mau meluangkan waktu, kesempatan, dan memberikan masukan serta bimbingan terhadap penulis. Tidak lupa beliau juga memberikan kritikan, dan motivasi yang luar biasa, sehingga penulis mampu melanjutkan kembali dan sampai skripsi ini selesai.

  Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak melibatkan bantuan baik berupa dukungan matriil dan moril, bimbingan, bantuan, baik langsung maupun tidak langsung. Maka sepantasnya Penulis mengucapkan terimaksih terhadap: 1.

  Dekan fakultas Sastra, Dr.I.Praptomo Baryadi, M.Hum 2. Drs Hery Santosa. M.Hum yang telah memberikan motivasi dan pengalaman yang luar biasa besarnya bagi penulis, masukan dan kritikan mampu mmemberikan semangat.

  3. Drs H. Purwanta. M.A yang telah memberikan cara berpikir kritis terhadap situasi dalam kehidupan

  4. Drs Ign. Sandiwan Suharso yang telah mengajarkan cara berpikir logis dan sistematis

  5. Rm Baskara T Wardaya, yang telah mengajarkan penulisan yang benar dan sistematis, serta kedisiplinan.

  6. Drs Manu Jaya Atmaja, Dra Juningsih M.Hum, Drs Anton Haroyono M.Hum, St Sunardi, DR Budiyawan yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang berguna, serta kedisiplinan dalam hidup.

  7. Karyawan Upt Perpustakaan Sanata Dharma yang telah membantu memberikan literature terhadap penulis.

  8. Seluruh responden masyarakat Gunungkidul yang telah membantu memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

  9. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Perpustakaan Daerah, BPS, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunungkidul yang mau memberikan data.

  10. Saudara-saudaraku Pakde Man, alm Bude Jirah, Bude Nani, Bude Sut, Bude Sri dan seluruh kakakku yang telah memberikan bantuan.

  11. Seluruh Teman-teman angkatan 2002 Hananto, Eka , Gusti, Karno, Mamik, Filla, Yosi, Elang, Rogger, Fenny, Agus, Ida, Herida, Eko, Nana, Biba, Yuhan, kalian semua orang hebat!

  12. Sahabat-sahabatku Dono, Anton, Joko, Didit, Anam, Candra, Anang, Hendri kalian semua terbaik.

  13. Teman-teman Wartawan Gunungkidul, Pak Tar, Pak Bambang, Pak Awa, Pak Jono, Endro, Didit, Erwin,Muji, Setya, Gun, Aan, mari memajukan Gunungkidul 14.

  Teman-teman ojek di Prapatan Playen semuanya terima kasih 15. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan

  Penulis menyadari banyak sekali kekurangan yang ada dalam skripsi ini, maka dari itu mohon saran dan kritikan, agar karya ini menjadi lebih baik. Semoga karya ini berguna bagi masyarakat dan pembaca.

  Yogyakarta Markus Yuwono

  DAFTAR ISI

  15 A. Sejarah Singkat Gunungkidul ....................................................................... 15 1. Sejarah Gunungkidul ...........................................................................

  25 9. Tradisi Masyarakat................................................................. ...............

  25 8. Kesenian............................................................. ...................................

  6. Adat Istiadat Masyarakat.............................................................. ......... 24 7. Sosial Budaya Masyarakat Gunungkidul .................. ...........................

  24

  19 5. Pendidikan ................................................................. ...........................

  18 4. Perekonomian................................................................. .......................

  17 3. Pemerintahan ......................................................................................

  15 2. Letak Geografis ..................................................................................

  13 BAB II. SEJARAH BERDIRINYA KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAN BUDAYA RASULAN ..................................................................................

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ........................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................................. vii ABSTRAK .................................................................................................................. ix ABSTRACT ............................................................................................................... x DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................

  11 I. Sistematika Penulisan .....................................................................................

  10 H.Metode Penulisan ..........................................................................................

  8 G. Landasan Teori .............................................................................................

  7 F. Kajian Pustaka ...............................................................................................

  7 E. Manfaat Penulisan .........................................................................................

  6 D. Tujuan Penulisan ...........................................................................................

  6 C. Perumusan Masalah........................................................................................

  1 B. Identifikasi Permasalahan ..............................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................................

  26

  B. TRADISI RASULAN ............................................................................................

  27 1. Maksud dan Tujuan .............................................................................

  27 2. Gambaran Umum ................................................................................

  28 BAB III. KRISIS EKONOMI DAN PENGARUHNYA ...........................................

  39 A. Krisis Ekonomi Di Indonesia ........................................................................

  39 1. Dampak Krisis Ekonomi Bagi Indonesia ...........................................

  40 2. Dampak Krisis Ekonomi Bagi Masyarakat Gunungkidul ....................

  42 B. Perubahan Rasulan ........................................................................................

  44 BAB IV. PERUBAHAN BAGI MASYARAKAT DAN TRADISI ...........................

  51 A. Dampak Perubahan Bagi Masyarakat ............................................................

  51 B. Pergeseran Rasulan .......................................................................................

  53 1. Pergeseran Fungsi Sosial ....................................................................

  53 2. Peralatan Dan teknologi ......................................................................

  54 3. Religi .................................................................................................

  54 4. Kesenian .............................................................................................

  56 C. Perkembangan Fungsi Rasulan Bagi Masyarakat Gunungkidul ......................

  56 1. Rasulan Dalam Fungsi Religi .............................................................

  56 2. Rasulan Dalam Fungsi Sosial........................................................ .......

  57 3. Rasulan Dalam FungsiBudaya............................................... ..............

  58 BAB V. PENUTUP ...................................................................................................

  61 A. Kesimpulan ...................................................................................................

  63 B. Rekomendasi ..................................................................................................

  64 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

  66

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Penulisan Sejarah pada masa sekarang ini banyak didominasi penulisan

  sejarah orang-orang besar dan politik. Penulisan sejarah politik dan kisah perjuangan sesorang yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa memang banyak diminati oleh banyak sejarawan di dunia termasuk Indonesia, banyak sekali tulisan-tulisan atau buku yang mengungkapkannya misalnya The

  

Indonesian Killings; Pembantaian PKI Di Jawa dan Bali 1965-1966 yang

disunting oleh Robert Cribb dan Bung Karno Menggugat yang ditulis oleh Dr.

  Baskara T Wardaya, S.J. Kedua buku itu menunjukkan penulisan sejarah peristiwa politik diminati masyarakat, penulisan sejarah local terutama bidang kebudayaan belum banyak ditulis sejarawan masa kini.

  Sementara itu penulisan sejarah lokal masih belum begitu banyak ditulis oleh sejarawan. Hal ini disebabkan oleh karena minimnya sumber atau data yang ada. Penulisan sejarah kebudayaan menambah pilihan masyarakat untuk mengetahui sejarah bangsanya sendiri dari sisi yang lain. Penulisan sejarah kebudayaan sebenarnya sudah lama contohnya Darsiti Suratman yang menulis

  

kehidupan dunia keraton Surakarta (1930-1939), dan G Moedjanto Suksesi dalam

Sejarah Jawa

  Bangsa Indonesia memiliki kelebihan dibanding dengan Negara lain didunia, Diantaranya memiliki berbagai macam suku, agama, bahasa, ras, dan adat ini hingga memunculkan berbagai tradisi ucapan rasa syukur terhadap limpahan rejeki yang diberikan oleh Tuhan. Ungkapan masyarakat mempunyai keunikan tersendiri, karena setiap daerah memiliki perbedaan. Hal ini menarik untuk di kaji karena bisa menambah wawasan tentang budaya Indonesia. Perkembangan budaya dapat dikategorikan sejarah budaya. Budaya menjadi bagian hidup dari masyarakat, sedangkan masyarakat ialah pembentuk Negara. Jadi Negara dan budaya ialah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan.

  Negara menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya, Jika tidak dipelajari maka menyebabkan bangsa ini kehilangan jati dirinya. Keterkaitan antara budaya dengan Negara pernah tertulis dalam sebuah buku The Civilization

  

of the Renaissance in Italy jilid I karangan Burchardt. Disitu ditulis Negara

  sebagai pendorong dan bagian system budaya. Negara menjadi salah satu bagian terpenting dari kelangsungan kebudayaan dalam masyarakat.

  Kebudayaan sebagai salah satu alat pengukur tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa. Peradaban dan kebudayaan di turunkan dari generasi kegenerasi sehingga, berkembang sesuai dengan jaman. Namun jika dalam suatu kebudayaan tidak ditulis, maka akan hilang. Penulisan Sejarah lokal sebagai upaya untuk melesatarikan budaya masyarakat.

  Sejarah lokal sebagai hasil dari pengembangan sejarah yang selama ini bertumpu pada sejarah politik. Sejarah lokal atau kebudayaan perlu dikaji karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah nasional, seperti diungkapkan Joseph H. Greenberg mengatakan bahwa sejarah kebudayaan

  1

  merupakan bagian dari sejarah umum . Pernyataan Joseph semakin menguatkan bahwa sejarah kebudayaan merupakan salah satu pilar penting sejarah nasional, dan tidak boleh ditinggalkan. Sejarah lokal ialah kisah lampauan dari kelompok atau kelompok-kelompok masyarakat yang berada pada “daerah geografis” yang

  2 terbatas . Sejarah kebudayaan hanya memiliki ruang lingkup daerah tertentu.

  Tujuan dari sejarah budaya tidaklah berbeda dengan sejarah pada umumnya yaitu

  3

  melihat secara umum tentang perkembangan kebudayaan. Sejarah kebudayaan memiliki tujuan untuk merekonstruksi tentang perkembangan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini membuat sejarah budaya melihat tentang tradisi masyarakat serta melihat perubahan yang terjadi didalamnya. Dalam tradisi masyarakat ungkapan rasa syukur terhadap sang Pencipta dan alam dilakukan berbagai macam. Mitos memiliki kaitan dengan alam disekitar masyaraat itu tinggal. Agama dan Mitos menjadi bagian budaya masyarakat, yang tidak bisa

  4

  dijelaskan dengan rasional namun berdasarkan pengalaman iman. Dalam

  1

  . Greenberg”sejarah kebudayaan” dalam Taufik Abdullah dan Abdul Soerjomiharjo, Ilmu Sejarah Historiografi Arah dan Perspektif, Jakarta, PT Gramedia, 1985, hal. 213.

  2 Taufik Abdullah, Sejarah Lokal di Indonesia. Gajah Mada University

  Press, Yogyakarta, 1985 hal 15

  3 Ibid. hal 214

  4 Alo Liliweri, Gatra Komuniasi Antar budaya, sunt. Kamdani ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan karena panen yang telah

  5 berhasil, kepada hyang-hyang yang menunggu sungai dan pohon besar di desa.

  Salah satu budaya yang sampai kini masih ada di dalam masyarakat adalah Tradisi Rasulan atau bersih desa ialah tradisi yang dilaksanakan oleh seluruh masyarakat di Gunungkidul. Tradisi ini memaknai kapan nenek moyang atau leluhur membuka hutan untuk mendirikan sebuah desa, serta ungkapan syukur masyarakat atas hasil panen yang berlimpah. Disebut Rasul karena di dalam upacara tersebut tokoh yang dihormati dan dimintakan berkah ialah Nabi

  

6

Muhammad yang menjadi rasul Tuhan . Tradisi rasulan semakin berkembang sesuai dengan perkembangan situasi daerah atau Negara.

  Upacara Rasulan yang di gelar hampir seluruh masyarakat di Gunungkidul, sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas rejeki yang diterima masyarakat, berupa panen bagi petani. Misalnya memberikan hasil pertanian untuk sesaji, atau dipersembahkan bagi Tuhan. Selain itu untuk memperingati hari dimana desa atau dusun itu didirikan.

  Upacara bersih desa, atau rasulan ini merupakan keyakinan masyarakat bahwa jika tidak dilaksanakan maka desa tersebut akan mengalami malapetaka berupa kekurangan pangan, dan penyakit yang menyerang masyarakatnya. Mereka akan menghubungkan antara baik atau tidaknya kegiatan bersih desa yang dilaksanakan sebelumnya.

5 Fred Wibowo, Kebudayaan Menggugat, Yogyakarta, Pinus Boo

  Publisher, 2007, hlm 220

  6

  Perkembangan manusia semakin maju dan modern, tidak hanya menyebabkan kemajuan teknologi, tetapi semakin melebar kearah pola pikir manusia. Perembangan bangsa Indonesia semakin pesat, banyaknya arus informasi yang masuk setelah krisis ekonomi 1997 menyebabkan semakin terbukanya masyarakat. Setelah reformasi bergulir era keterbukaan muncul di sini. Pemerintahan orde baru membatasi arus informasi bagi masyarakat Indonesia. Informasi yang diperolah harus sesuai ijin pemerintah.

  Pasca jatuhnya rejim orde baru membuka peluang bagi masyaraat untuk bisa mengespresikan diri masing-masing. Keterbukaan masyarakat mempengaruhi pola pikirnya, masa krisis ekonomi menjadi masa sulit bagi masyarakat dari segi ekonomi, namun dari segi yang lain munculnya kebebasan berekspresi.

  Perkembangan masyarakat mempengaruhi tradisi masyarakat, perubahan sampai tingkat sosial budaya termasuk tradisi rasulan. Arus modernitas masyarakat semakin membuat masyarakat berani melawan tradisi yang sudah ada. Masyarakat sudah mulai menggunakan adat tradisi yang berasal dari luar untuk diterapkan dan sebagai pelangkap budaya yang sudah lama berkembang di masyarakat. Perkembangan budaya termasuk dalam sejarah perkembangan budaya local atau sejarah budaya.

B. Identifikasi Permasalahan

  Perubaahan tata cara rasulan masyarakat Gunungkidul merupakan tema yang akan di angkat sebagai salah satu permasalahan tentang sejarah Kebudayaan dan perkembangan masyarakat. Masyarakat Gunungkidul sebagai masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi dan reformasi.

  Seperti masyarakat lain di Indonesia, Gunungkidul mendapat dampak baik langsung maupun tidak langsung dari krisis ekonomi1997. Krisis ekonomi tidak hanya mempengaruhi perekonomian masyarakat tetapi juga social budaya masyarakat. Pasca turunnya pemerintah orde baru masyarakat Indonesia semain terbuka dengan dunia luar. Hal ini menyebakan semakin banyakanya arus budaya luar yang masuk.

  Namun dalam tulisan ini tidak akan membahas benturan budaya luar dan asli masyarakat, tetapi melihat perkembangan tradisi Rasulan dalam masyarakat Gunungkidul pasca krisis ekonomi.

C. Perumusan Permasalahan

  Berdasarkan dari latar belakang dapat dilihat beberapa permasalahan 1. Mengapa masyarakat di Gunungkidul melaksanakan Rasulan? 2.

  Bagaimana masyarakat melihat tradisi Rasulan dan seberapa besar pengaruhnya bagi masyarakat?

3. Mengapa Rasulan mengalami perkembangan pasca krisis ekonomi?

D. Tujuan Penulisan

1. Teoretis

  Penulisan skripsi ini bisa digunakan untuk memberikan data mengenai perubahan tradisi rasulan di di Gunungkidul setelah krisis Moneter 1997, berkaitan mengenai penulisan sejarah budaya. Krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 menjadi awal untuk melihat dampaknya bagi kehidupan masyarakat, baik dari segi sosial, ekonomi, dan budaya. Penulisan Skripsi ini semoga menjadi titik tolak untuk penulisan sejarah lokal didaerah lain.

2. Praktis

  Tulisan ini berguna untuk memperoleh gelar S1 Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian dan tulisan ini semoga berguna bagi masyarakat.

E. Manfaat Penelitian

  1. Teoritis

  Penulisan ini dapat digunakan untuk membrikan data dan gambaran terhadap perkembangan tradisi rasulan seltelah 1998, yang secara umum dalam sejarah Kebudayaan Indonesia

  2. Praktis

  Sebagai sarat untuk memperoleh gelar Sarjan Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma, dan menambah penulisan sejarah Kebudayan Indonesia khususnya Jawa

F. Kajian Pustaka

  Penulisan skripsi ini mencoba mengangkat topik yang berbeda dibanding dengan sejarawan lain, data yang diperoleh melalui studi pustaka, sebagai penunjang penulisan dan wawancara dengan masyarakat maupun pemerintah. Sumber yang lain melalui media cetak dan elektronik serta internet sebagi literatur.

  Topik yang dibahas tergolong baru sehingga masih sangat minim data atau tulisan yang pernah membahasnya. Penulis belum menemukan tulisan yang membahas secara mendalam mengenai tradisi rasulan. Penelitian dilakukan di sebagian besar kecamatan di Gunungkidul, untuk menutup kekurangan data yang dimiliki.

  Dalam webside www.gunungkidul.go.id, menulis tentang rasulan dibeberapa tempat di Gunungkidul, digunakan untuk mengetahui gambaran masyarakat Gunungkidul, dan untuk mengetahui obyek penelitian.

  Dalam www.jurnalekonomirakyat.com, dalam judul artikel Dampak Krisis

  

Ekonomi Bagi Perajin Kecil untuk mengetahui seberapa besar pengaruh krisis

  ekonomi bagi masyarakat di Gunungkidul. Disana dibahas dampak krisis ekonomi secara umum di wilayah Gunungkidul dan khususnya wilayah kecamatan Wonosari.

  Pembahasan rasulan hanya terdapat dalam website www.testeofjogja.com dan www.forumdesa.com keduanya hanya melihat bentuk budaya rasulan tanpa melihat perkembangannya lebih jauh. Dalam situs testofjogja, hanya memberikan gambaran singkat rasulan, misalnya gambaran arak-arakan yang dilaksanakan oleh masyarakat, tanpa melihat latar belakang dilaksanakannya rasulan.

  Di situs www.kompas.com, dengan judul Rasulan Bisa Menjadi Aset

  

Budaya hampir sama dalam penggambaran rasulan, memberikan gambaran

  rasulan sebagai aset budaya yang harus dilestarikan dan dijadikan aset pariwisata

  Gunungkidul. Rasulan sebagai bentuk pertunjukan sehingga layak “dijual” oleh pemerintah kabupaten sebagai aset budaya, tanpa melihat hal yang lebih luas, bagaimana perkembangan di dalam masyarakatnya.

  Perkembangan rasulan juga dapat dilihat di media Indonesia online, dengan judul Tradisi Rasulan Dalam Lima Bahasa disana di terangkan proses perkembangan rasulan yang telah menggunakan 5 bahasa yaitu Jawa, Indonesia, Inggris, Jepang dan Perancis, sebagai perkembangan proses perubahan makna dimana rasulan dibuat lebih menarik, sebagai aset pariwisata baik dalam maupun luar negri, merupakan strategi baru pemerintah kabupaten yang di mulai oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk menarik pengunjung untuk menyaksikan kegiatan budaya,

  Karya tulis ilmiah ini sebuah karya deskripsi dan analisis untuk mengetahui budaya asli Gunungkidul, dan latar belakang perubahan nilai makna Rasulan bagi masyarakat Gunungkidul.

G. Landasan Teori

  Penulisan skripsi ini berdasarkan atas teori sejarah yang mengatakan bahwa peristiwa sejarah hanya sekali terjadi dan unik. Budaya Rasulan dan pengaruh krisis moneter menggunakan pendekatan Antropologi untuk melihat situasi masyarakat.

  Budaya dalam suatu masyarakat adalah apa yang terekam pada ingatan mereka (masyarakat), dengan begitu budaya juga termasuk segala sesuatu yang telah mereka (masyarakat) lakukan pada masa yang lampau (tradisi). Budaya juga merupakan petunjuk bagi masyarakat tersebut dalam menghadapi lingkungannya dan juga dirinya sendiri (proses belajar/adaptasi). Dengan begitu budaya menjadikan tiap-tiap individu dalam masyarakat bagian dari lingkunganya

  7

  tersebut. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu yang dimaksud merupakan bagian dari budaya tersebut.

  Dari permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa, budaya timbul sebagai proses adaptasi atau belajar manusia terhadap lingkungan sekitarnya (ecology) yang kemudian mengakibatkan atau memunculkan prilaku sosial (Social

  8 behavior).

  Masuknya bentuk “budaya baru” didalam masyarakat sedikit demi sedikit membawa perubahan. Bentuk budaya baru yang masuk dua macam yaitu obyektif yang berupa benda misalnya telepon genggam, televisi, dll. Kebudayaan Subyetif contohnya pemikiran/ideologi. Kebudayaan Subyektif lebih mudah diterima masyarakat (menyesuaikan diri). Hal ini mampu merubah pola pikir masyarakat. masyarakat sudah berani berinovasi dengan menggabungkan budaya asing yang

  9 baru bagi masyarakatnya.

  Munculnya arus moderinitas tidak mampu menggeser budaya rasulan yang berkembang di Gunungkidul, meskipun masuknya kebudayaan baru yang berkembang dalam masyarakat.

  7 Lihat Harry C. Triandis. Culture and Social Behavior.( Urbana-

  Champaign:University of Illinois, 1994). Hlm 1

  8 Ibid. Hlm 15

H. Metode Penelitian

  Penulisan ini menggunakan metode deskriptip analisis yaitu menggambarkan suatu masyarakat dan menganalisis masalah yang timbul dari krisis ekonomi terhadap Rasulan. Ada beberapa tahap yang digunakan dalam penelitian ini.

  Tahap Pertama: Pengumpulan Sumber Penulisan sejarah kebudayaan sebagian besar harus percaya terhadap

  10

  sumber non dokumenter . Pengumpulan sumber yang pertama kali dilakukan ialah wawancara. Wawancara ialah cara yang dipergunakan seseorang yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan keterangan dari

  11

  responden. Pengumpulan responden dilakukan di wilayah Gunungkidul dan responden harus mengetahui Rasulan dan maknanya.

  Pengumpulan sumber juga berasal dari sumber buku,data yang diperoleh dari tiap-tiap kecamatan mengenai pendapatan sebelum dan sesudah krisis, artikel koran, serta webside.

  Tahap kedua : Analisis Data Analisis data ialah menguraikan data yang telah ada yang digunakan untuk memperoleh data yang di percaya atau interpetasi. Dan menyatukan data yang diperoleh untuk mendapatkan data(sintesis)

  10

  . Taufik Abdullah dan Abdul Soerjomiharjo, Ilmu Sejarah Historiografi Arah dan Perspektif , Jakarta, PT Gramedia, 1985, hal. 213.

11 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta,

  Tahap ketiga : penulisan (Historiografi) Setelah diperoleh fakta dilakukan penulisan berdasarkan apa yang diperoleh dilapangan dan hasil analisis penulis.

I. Sistematika Penulisan

  Penulisan ini dibagi dalam beberapa bab : Bab I : Pendahuluan, yang berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tijauan pustaka, landasan teori, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II : melihat lokasi pembahasan antara lain wilayah-wilayah Gunungkidul mengenai letak geografis dan masyarakat di dalamnya, membahas mengenai tradisi rasulan.

  Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana tradisi rasulan dan apa yang melatar belakangi masyarakat melaksanaalan. Bab III : Menjelaskan secara umum mengenai krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan dampak krisis moneter bagi perekonomian masyarakat Gunungkidul. Dalam bab ini akan di bahas bagaimana dampak langsung masyarakat atas munculnya krisis moneter.. Serta munculnya gejala modernitas dalam masyarakat setelah reformasi. Bab IV : Mendiskripsikan dan menganalisa mengenai perkembangan nilai dalam Pelaksanaan Tradisi Rasulan. Dalam bentuk apa saja dan bagaimana perkembangan nilai dalam rasulan. Bab V : Kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan dari penelitian ini.

BAB II SEJARAH BERDIRINYA KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAN BUDAYA RASULAN A. Kabupaten Gunungkidul

1. Sejarah Singkat Kabupaten Gunungkidul

  Menurut cerita turun temurun masyarakat di Gunungkidul, Masyarakat Gunungkidul pada awal perkembangannya merupakan pelarian dari kerajaan majapahit. Desa yang pertama kali muncul ialah desa pongangan, kemudian berkembang menjadi dua desa yaitu katong. Desa Pongangan pertama kali dipimpin oleh pelarian majapahit saudara Brawijaya, R Dewa Katong, setelah berkembang ia meninggalkan desa pongangan, mendirikan desa baru yang disebut Katong. Dan karena terus berkembang desa R Suromejo anak dari Dewa Katong

  1 pindah ke daerah lain yang disebut Karangmojo.

  Perkembangan, serta semakin bertambahnya jumlah penduduk daerah gunungkidul didengar oleh raja Mataram waktu itu ialah Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di Kartosuro. Kemudian mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso yang berkedudukan di kartosuro, untuk mendatangi Gunungkidul. Ia menemui R. Suromejo untuk meminta ijin ke raja mataram tinggal karena daerah tersebut merupakan daerah kekuasaan Mataram.

  1

  www.gunungkidul.go.id R. Suromejo tidak mau meminta ijin kerajaan Mataram, Gunungkidul diserang yang mengakibatkan R.Suromejo, kedua anaknya, dan menantunya meninggal. Ki Pontjodirjo salah satu anak R. Suromejo menyerahkan diri kepada Pangeran Sambernyowo, dan diangkat menjadi bupati pertama, jabatan sebagai bupati tidak lama karena adanya penentuan batas daerah Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei 1831. Dalam perjanjian itu mengatakan bahwa Gunungkidul (selain Ngawen) menjadi kabupaten dibawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta. Pontjodirjo diganti Tumenggung Prawirosetiko, yang mengalihkan kedudukan kota kabupaten dari Ponjong ke Wonosari.

  Ada tiga buku yang ditulis pada tahun penerbitan 1831 yang mengatakan berdirinya Kabupaten Gunungkidul setahun setelah meletusnya perang Diponegoro. Pertama buku yang ditulis Mr RM Suryodiningrat yang berjudul ”Peprentahan Praja Kejawen, kedua buku ”de Vortenlanden” ditulis G.P Rouffaer, dan buku ”en Groi Van het Mangkoenegorosche Rijk” B.M.Mr.A.K Pringgodigdo. Yang menyebutkan

2 Goenoengkidoel, wewengkon pareden wetan lepen opak. Poeniko siti

  maosan dalem sami kaliyan Montjanagari ing jaman kino, dados bawah ipun Pepatih Dalem. Ing tahoen 1831 Nagoragung sarta Mantjanagari- nipoen Ngajogjakarta sampoen dipoen perang-perang, Mataram dados 3 wewengkon, dene Pangagengipoen wewengkon satoenggal- satoenggalipoen dipoen wastani Boepati Wadono Distrik kaparingan sesebatan Toemenggoeng, inggih poeniko Sleman (Roemijin Denggong), Kalasan serta Bantoel. Siti maosan dalem ing Pengasih dipoen koewaosi dening Boepati Wedono Distrik Pamadjegan Dalem. Makanten oegi ing Sentolo wonten pengageng distrik ingkang kaparingan sesebatan Riya.

  2

  Goenoengkidoel ingkang nyepeng siti maosan dalem sesebatan nipoen Riya. Gunungkidul merupakan wilayah pegunungan sebelah timur kali opak,ini adalah tanah peninggalan Kraton sama dengan mancanegara di jaman dahulu jadi dibawah kekuasaan raja Kraton. Pada tahun 1831 negara Yogyakarta di pecah menjadi tiga, penguasa setiap wilayah disebut bupati wadono disebut Tumenggung, yaitu Sleman (Roemijin Denggong), kalasan, serta Bantul. Tanah peninggalan Sultan itu dikuasai oleh bupati wedono, demikian juga ada penguasa wilayah disebut ria. Gunungkidul yang merupakan tanah peninggalan disebut nipon ria.

  Tahun 1984 beberapa peneliti melacak fakta sejarah berdirinya Gunungkidul, pengumpulan data serta kepustakaan bahwa Gunungkidul dengan ibukota kabupaten Wonosari lahir pada Jumat Legi tanggal 27 Mei 1831, dan dikuatkan dengan keputusan Bupati Gunungkidul Drs KRT Sosro Hadiningrat pada 14 Juni 1985 dengan keputusan Bupati No : 70 /188.45/6/1985 tentang hari,

  3 tanggal dan tahun lahirnya Kabupaten Gunungkidul.

  Secara yuridis status kabupaten Gunungkidul Sebagai salah satu Kabupaten yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri dalam Daerah Istimewa Yogyakarta, ditetapkan pada 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 jo Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Bupati Gunungkidul KRT Labaningrat.

2. Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Gunungkidul terletak di sebelah selatan timur kota Yogyakarta.

  Ibu kota kabupaten Wonosari. Memiliki luas 1.485, 35 km2. Gunungkidul terbagi

  3 menjadi 18 kecamatan, Jarak dengan Yogyakarta +/- 39 kilometer. 46% Luas Daerah Istimewa Yogyakarta.

  Batas Wilayah Menurut Garis Lintang

  Letak ujung ` Bujur lintang Derajat letak geografis

  1. Barat Bujur timur 110derajat21’

  2. Timur Bujur timur 110 derajat 50’

  3. Utara Lintang selatan 7 derajat 46 ‘

  4 Selatan Lintang selatan 8 derajat 09’ Barat : Kabupaten tingkat II Bantul dan Kabupaten Daerah tingkat II Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

  Utara : Kabupaten Daerah Tingkat II Klaten dan kabupaten Daerah tingkat II Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.

  Timur : Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Selatan : Samudra Hindia

3. Pemerintahan

  Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memiliki 18 Kecamatan, 144 desa, 1416 dusun, 1483 Rukun Warga, 6844 Rukun Tetangga. Kecamatan yang ada di Gunungkidul antara lain Playen, Wonosari, Semanu, Karangmojo, Semanu, Girisobo, Rongkop, Paliyan, Saptosari, Panggang, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, Tepus, Tanjungsari, dan Ponjong. a. Gunungkidul zona utara disebut zona batur agung dengan ketinggian 200-700 m diatas permukaan laut meliputi kecamatan patuk, nglipar, Gedangsari, ngawen, semin dan ponjong bagian utara.

  b. Zona Tengah disebut ledoksari dengan ketinggian 150-200m diatas permukaan laut meliputi kecamatan playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong dan semanu bagian utara.

  c. Zona selatan disebut zona pegunungan seribu dengan ketinggian 100- 300 m diatas permukaan laut, meliputi kecamatan panggang, Plaiyan, tepus, saptosari, rongkop, semanu bagian selatan dan ponjong bagian

  4 selatan.

4. Perekonomian

  Struktur Perekonomian masyarakat Gunungkidul masih dipegang oleh pertanian, yang hampir setiap tahun berubah. Gunungkidul merupakan daerah lahan kritis atau daerah yang mengandalkan air hujan sebagai irigasinya, hal ini disebabkan Gunungkidul berada diatas ketinggian 30-300m diatas permukaan laut, kebutuhan air menjadi masalah kompleks daerah ini kerena harus mencukupi untuk pertanian dan perumahan. Masa tanam padi di sebagian besar daerah Gunungkidul hanya sekali dalam setahun, tanaman palawija seperti kacang- kacangan, dan sayur-sayuran menjadi solusinya.

  Pertanian di Gunungkidul memiliki karekteristik berbeda-beda, karena daerahnya terbagi dalam tiga zona yaitu Utara, Tengah, dan Selatan.

  1) Zona Utara, memiliki kawasan berbukit lebih mengandalkan pertanian

  5

  yang didominasi lahan disela-sela perbukit , karena system pertanian mengandalkan tadah hujan dan tanah garapan relativ sedikit maka tingkat kesejahteraan penduduknya juga agak berkurang. Makanan masih mengandalkan tiwul.

  2) Zona Tengah, Memiliki daerah paling baik karena berada di ledokan, masyarakatnya lebih dinamis, terdidik, dan rasional. Masyarakat sekitar tidak lagi mengandalkan pertanian karena sebagai pusat kota dan

  6 pemerintahan, masyarakatnya sebagian besar kaum urban.

  3) Zona Selatan miliki karateristik petani dan nelayan, sering mengalami kekeringan. Akses jalan kurang begitu baik sehingga menyebabkan

  7 masyarakat disini agak tertinggal dibanding daerah lainnya.

  Kabupaten Gunungkidul memiliki berbagai macam potensi dari pertanian, perikanan dan peternakan. Hal ini dikarenakan luas wilayah dan memiliki garis pantai sepanjang 75 km. dan pertambangan batu karst.

  Untuk lahan pertanian yaitu dengan menggunakan sistem sawah tadah hujan, karena sebagian besar lahan berada di daerah kapur dan hanya sedikit tersedianya air dipermukaan. Gunungkidul memiliki banyak tanaman palawija dan ubi kayu yang digunakan sebagai bahan pembuatan thiwul makanan khas Gunungkidul, sentra penghasil ubikayu di Gunungkidul terdapat di daerah

5 Krisdianto dkk, Pembangunan Yang meminggirkan desa, Institut for

  Research and Empowerment, Yoyakarta, 2006, hlm 153

  6

  ibid

  7 Saptosari, Rongkop, Girisobo dan Semanu, hal ini dikarenakan daerah

  8 berbukit.103.303 ha lahan kering.

  Perencanaan untuk mengatasi tanah kering di Gunungkidul dilakukan sejak jaman penjajahan. Pada tahun 1943 pemerintah Yogyakarta melalui Sri Sultan Hamengkubuwono IX dengan dana sekitar f 14.550,00 untuk menanggulangi lahan kritis di Gunungkidul dengan memperbaiki dan membuat saluran irigasi persawahan. Karena ada hambatan program tersebut tidak selesai

  9 hanya sebatas wacana.

  Pertanian di Gunungkidul memiliki padi unggulan yaitu padi jenis Gogo yang menurut kepercayaan memang padi ini dikembangkan oleh masyarakat sejak dahulu. Padi Gogo merupakan padi berwarna merah ditanam pertama kali didesa Mejosari, Kecamatan Semanu, oleh pemuka masyrakat pada Tahun 1940. Padi yang tahan terhadap lahan kering ini dikembangkan di Gunungkidul mulai berkembang tahun 1946, hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat sudah mulai menanamnya. Dan tahun 2004 pemerintah daerah mengembangkan padi jenis ini mencapai 1987 hektar, setahun kemudian dikukuhkan menjadi komoditas

  10 unggulan Gunungkidul.

  

Produksi Padi Sawah dan Ladang

  8 F Hariyanto, Profil Daerah jilid 3, Penerbit Kompas, 2003 hlm 259

  9 Suwarno P.J, Hamengkubuwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan

  Yogyakarta 1942-1974, Kanisius, Yogyakarta 1994, Hlm 111

  11

1997-2001

  Tahun Sawah m2 Ladang m2 1997 46.266 120.858 1998 31.498 121.978 1999 47. 222 146.491 2000 55.751 146.706

  Data tabel diatas menunjukkan bahwa, dari tahun 1997 sampai tahun 2000 produksi hasil produksi padi sawah dan ladang di Gunungkidul menunjukkan peningkatan. Produksi pertanian mengalami peningkatan, karena semakin baiknya saluran irigasi yang dibangun oleh pemerintah.

  Sumberdaya Tambang yang di miliki kabupaten Gunungkidul termasuk Golongan C yaitu berupa batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras,

  12

  kalolin dan pasir kuarsa Untuk lautan panjang lautan di sepanjang kabupaten Gunungkidul memiliki pantai yang panjangnya hampir sepanjang 65 km. dari kecamatan

  Purwosari sampai kecamatan Girisobo. Pantai Sadeng di Kecamatan Girisubo menjadi pelabuhan satu-satunya di Gunungkidul, yang bisa disandari perahu

  13 nelayan yang berbobot 10 GroosTon.

  11

  data BPS Gunungkidul 2003

  12

  . Ibid

  13

  Pariwisata sebagai salah satu andalan mendapatkan Pendapatan Asli Daerah di Gunungkidul didominasi wisata laut, seperti Pantai Baron, Krakal, dan Sundak. Selain itu ada wisata Goa yang banyak tersebar di seluruh wilayah Gunungkidul, misalnya Goa Maria Tritis sebagai tempat ziarah umat Katolik

  5. Kependudukan

  Penduduk Gunungkidul berdasarkan sensudu penduduk 2000 dan sensus penduduk antar Sensus 2005 dan 2007 berjumlah 685.210 jiwa yang tersebar di 18 kecamatan. Dengan jumlah penduduk terbanyak di kecamatan Wonosari dengan 75.517 jiwa. Secara keseluruhan jumlah perempuan 349.799 jiwa dan laki- laki 334.411 jiwa.

  6. Pendidikan

  Berdasarkan data Sensus Penduduk Nasional tahun 2003 menyebutkan jenjang pendidikan yang ditamatkan penduduk usia 10 tahun keatas di kabupaten Gunungkidul ialah :

  

Jenjang Pendidikan di Gunungkidul Tahun 2003

  Jenjang pendidikan Besaran Tidak punya ijazah 39,36% Tamtan SD 33,39% Tamat SMP 17,48%

  Tamat SMA 8,18% Tamat PT 1,55%

  Angka melek huruf dikabupaten Gunungkidul mencapai 73,31% dan buta

  14

  huruf 26,18% . Masih tingginya angka buta huruf di Gunungkidul karena masih kurang meratanya fasilitas pendidikan.

7. Sosial Budaya Masyarakat Gunungkidul

  Budaya universal tidak bisa dilepaskan dalam perkembangan kebudayaan

  15

  daerah. Kebudayaan daerah sebagai pilar kebudayaan nasional hendaknya dijaga keberadaannya, hal ini untuk memperoleh satu kebudayaan utuh dan menjadi aset suatu bangsa.

  Kebudayaan masyarakat Gunungkidul memiliki perkembangan yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kebudayaan yang berada diluar masyarakat.

  Kebudayaan asli mulai luntur sesuai perkembangan jaman. Media komunikasi massa memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat,

  16

  termasuk di Gunungkidul. Budaya jawa yang dahulu dipegang teguh oleh masyarakat, misalnya anak muda saat ini sudah tidak mengenal unggah ungguh terhadap orang tuanya.

  14

  opcit

15 Koentjaraningrat, metode antropologi Dalam Pendidikan Masyarakat

  dan kebudayaan di Indonesia. UI, Jakarta 1980 hlm 21

  16