TINGKAT AKTUALISASI DIRI PARA SUSTER JUNIOR DAN APLIKASINYA TERHADAP PROGRAM FORMASI JUNIORES KONGREGASI FIGLIE DELLA CARITA CANOSSIANA (FdCC) DI KOMUNITAS JAKARTA, JOGJAKARTA, DAN KUPANG PROVINSI DIVINE MERCY, INDONESIA 2010 SKRIPSI

  

TINGKAT AKTUALISASI DIRI PARA SUSTER JUNIOR DAN

APLIKASINYA TERHADAP PROGRAM FORMASI JUNIORES

KONGREGASI FIGLIE DELLA CARITA  CANOSSIANA (FdCC)

  

DI KOMUNITAS JAKARTA, JOGJAKARTA, DAN KUPANG

PROVINSI DIVINE MERCY, INDONESIA

2010

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Oleh

Theresia Saulina

NIM : 041114006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

TINGKAT AKTUALISASI DIRI PARA SUSTER JUNIOR DAN APLIKASINYA TERHADAP PROGRAM FORMASI JUNIORES KONGREGASI FIGLIE DELLA CARITA

   CANOSSIANA (FdCC)

DI KOMUNITAS JAKARTA, JOGJAKARTA, DAN KUPANG PROVINSI DIVINE MERCY, INDONESIA 2010 SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Oleh Theresia Saulina NIM : 041114006 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

…. " Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,

sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."

Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku,

supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan,

di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan

oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”.

  (II Korintus: 12 : 9-10)

  

Abbiamo grandi motive per ringraziare il Signore che,

nella sua bonta’ benedice le nostre piccolo fatiche.

  

Sta. Magdalene of Canossa

  Dengan sepenuh hati kupersembahkan skripsiku ini dalam rasa syukur yang terdalam kepada Allahku yang mencintaiku tanpa batas melalui : Institutku yang tercinta,

  Para susterku yang terkasih di dalam Provinsi Divine Mercy, Keluargaku yang memberi perhatian dan mencintaiku, serta semua sahabat dan teman yang mendukungku melalui doa dan perhatian mereka.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta,

  27 Januari 2010 Penulis

  Theresia Saulina

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta : Nama : Theresia Saulina NIM : 041114006 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : TINGKAT

  

AKTUALISASI DIRI PARA SUSTER JUNIOR DAN APLIKASINYA

TERHADAP PROGRAM FORMASI JUNIORES KONGREGASI FIGLIE DELLA CARITA’ CANOSSIANA

   (FDCC) DI KOMUNITAS JAKARTA,

JOGJAKARTA, DAN KUPANG PROVINSI DIVINE MERCY, INDONESIA 2010.

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikanntya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Jogjakarta Pada tanggal 22 Februari 2010 Yang menyatakan Theresia Saulina

  ABSTRAK TINGKAT AKTUALISASI DIRI PARA SUSTER JUNIOR DAN APLIKASINYA TERHADAP PROGRAM FORMASI JUNIORES KONGREGASI FIGLIE DELLA CARITA’ CANOSSIAN (FdCC) DI KOMUNITAS JAKARTA, JOGJAKARTA, DAN KUPANG

  PROVINSI DIVINE MERCY, INDONESIA 2010

  Theresia Saulina Universitas Sanata Dharma, 2010

  Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang seberapa tinggi aktualisasi diri para Suster Junior Canossian Provinsi Indonesia tahun 2008-2009 secara khusus di komunitas Jakarta, Jogjakarta dan Kupang serta usulan program- program pembinaan atau formasi yang dapat diberikan untuk meningkatkan aktualisasi diri. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survai. Subjek penelitian adalah para Suster Junior Canossian Provinsi Indonesia tahun 2008-2009. Jumlah subjek penelitian adalah 30 orang.

  Instrumen   penelitian  berbentuk  kuesioner  yang  disusun  sendiri  oleh  penulis  dan dikonsultasikan dengan beberapa dosen (expert judgement). Dalam  mendeskripsikan   tingkat  aktualisasi  diri  para  Suster  Junior  digunakan kuesioner  berjumlah   86  item  sebagai  penjabaran  dari  tujuh  aspek  yang  terdapat  dalam  aktualisasi  diri. Aspek‐aspek yang diteliti dari aktualisasi diri yaitu, (A) Otonom,  (B)   Kreatif,  (C)  Fleksibel,  (D)  Perluasan  Diri,  (E)  Kematangan  Berelasi,  (F)  Berpegang  pada Nilai‐nilai Hidup, dan (G) Keseimbangan Diri Pibadi. Pengukuran  validitas   dan  reliabilitas  menggunakan  program  SPSS  dan  teknik  analisis  data  yang   digunakan  adalah  kategori  aktualisasi  diri  berdasarkan  Penilaian  Acuan  Patokan  (PAP) Tipe I.  Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa aktualisasi diri para Suster Junior Canossian Provinsi Indonesia tahun 2008-2009 tergolong dalam kategori sedang. Kategori sedang dimiliki oleh suster junior dengan jumlah 25 orang (83 %). Para suster yang memiliki kategori tinggi ada 3 orang (9%) dan kategori rendah ada 2 orang (8%). Sedangkan hasil penelitian berdasarkan tiap- tiap aspeknya dapat dilihat dari pemberian skor dari tiap item. Aspek-aspek yang memperoleh nilai paling rendah adalah aspek kreatif, otonom, kematangan berelasi, fleksibel, dan keseimbangan diri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disusunlah usulan program-program pembinaan atau formasi untuk meningkatkan aktualisasi diri para Suster Junior Canossian Provinsi Indonesia tahun 2008-2009. Usulan program disusun berdasarkan aspek-aspek aktualisasi diri yang memiliki persentase terendah dan diharapkan dapat membantu meningkatkan aktualisasi diri para Suster Junior Canossian Provinsi Indonesia tahun 2008-2009.

  ABSTRACT SELF-ACTULIZATION LEVEL OF JUNIOR SISTERS

  AND ITS APPLICATION TOWARDS JUNIORES FORMATION PROGRAM

  

FIGLIE DELLA CARITA’ CANOSSIANA (FDCC) CONGREGATION

  IN JAKARTA, JOGJAKARTA, AND KUPANG COMMUNITIES DIVINE MERCY PROVINCE, INDONESIA

  2010 Theresia Saulina

  Universitas Sanata Dharma, 2010 The objective of this research was to obtain the description of how high the self-actualization level of Canossian Junior Sisters of Indonesia Province year

  2008-2009 especially in Jakarta, Yogyakarta, and Kupang Communities was and the programs suggested to improve it. This was a descriptive research with a survey method. The subjects of this research were the Canossian Junior Sisters of Indonesia Province year 2008-2009. The number of the research subject was 30 Sisters.

  The research instrument was the writer’s self-made questionnaire and had been consulted with some expert judgments. In describing the self-actualization level of Canossian Junior Sisters, the writer applied a questionnaire of 86 items as the exposition of seven aspects in self-actualization.The aspects of self- actualization are (A) Autonomous, (B) Creative, (C) Flexible, (D) Self-Expansion, (E) Relationship Maturity, (F) Hold on to Life Values, and (G) Self Balance.The writer applied SPSS program as the validity and reliability measurement, and self- actualization categories based on Standardized Referential Grading “Penilaian Acuan Patokan” (PAP) Type 1 as the data analysis technique.

  General result showed that the self-actualization level of Canossian Junior Sisters year 2008-2009 was in the middle category. 25 Sisters (83%) had middle category. 3 Sisters (9%) were in high category and 2 Sisters (8%) were in low category. The research result of each aspect was available in the grading of each item. Aspects with the lowest achievement were creative, autonomous, relationship maturity, flexible, and self-balance. Based on the result of that research, the writer suggested some programs to increase the level of self- actualization of Canossian Junior Sisters of Indonesia Province year 2008-2009. The proposed programs were arranged based on self-actualization aspects with the lowest achievements, and they were expected to enhance the quality of self- actualization of Canossian Junior Sisters of Indonesia Province year 2008-2009.

KATA PENGANTAR

  Syukur kepada Tuhan Allah sumber segala kekuatan dan pengharapan, yang telah melimpahkan rahmat selama penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini oleh penulis.

  Skripsi ini telah disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling. Skripsi ini disusun berkat bantuan, dukungan dan perhatian dari berbagai pihak yang telah memberi masukan-masukan yang berharga bagi penulis. Oleh karena itu, ucapan terimakasih disampaikan kepada :

  1. Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si, dosen pembimbing yang telah mendukung, memberi saran-saran dan masukan, dorongan dengan segala kesabaran bagi penulis hingga tersusunnya skripsi ini.

  2. Fajar Santoadi, S.Pd, dosen yang membantu untuk memberi masukan dan dukungan bagi penulis dalam bentuk penilaian validitas isi (expert

  judgement ).

  3. A. Setyandari, S.Pd. Psi., M.A, dosen yang membantu untuk memberi masukan dan dukungan bagi penulis dalam bentuk penilaian validitas isi (expert judgement).

  4. Drs. Thomas Aq. Prapancha Hary, M.Si, dosen yang membantu untuk memberi masukan dan dukungan bagi penulis dalam bentuk penilaian validitas isi (expert judgement).

5. Para dosen penguji, Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. dan Dra. Ignatia Esti

  Sumarah, M.Hum yang memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mempertanggungjawabkan dan mempertahankan skripsi ini.

  6. Madre Iolanda Vezzoli, Pemimpin Provinsial Divine Mercy, Indonesia, yang telah memberi dukungan, perhatian, doa-doa, dan cinta selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma hingga penyelesaian skripsi ini.

  7. Sr. Aquelina, da Costa, FdCC beserta para suster Canossian di Komunitas Yogjakarta yang telah mendukung dengan sepenuh hati melalui cinta, perhatian, pengorbanan, doa-doa, dan dengan masing-masing cara yang membantu dan mendukung yang diberikan kepada penulis selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini, khususnya di saat-saat sulit yang dialami penulis.

  8. Para Suster Junior Canossian di komunitas Yogyakarta, Jakarta, dan Kupang atas kesediaan dan kesempatan untuk diadakannya pengumpulan data dengan menjawab kuesioner yang diberikan.

  9. Sr. Maria Rosalia Navera, FdCC, susterku yang membantu dengan doa dan kesabaran serta penuh dukungan memberi penilaian validitas isi (expert judgement) dan teman diskusi selama penulis berproses dalam pengerjaan skripsi.

  10. Para suster Canossian di Provinsi Indonesia, Timor, dan Provinsi lain yang mendukung dengan doa dan perhatian demi selesainya skripsi ini.

  11. Mama dan Bapak tercinta, adik-adikku, Iin, Frans, Irin, dan Bolit Tari, atas cinta, perhatian dan dukungan serta tawa canda dalam kehangatan memberi semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  12. Semua teman-teman Prodi BK angkatan 2004, Sr Brigitta, SCMM, Sr.Hilaria, ADM, Ocha, Prisca, Phimpon, ‘Cimbah’ Sigit, Yashinta Fitri, Yacinta Lopes, Elshinta, Tree-us, Tyo, Leni, Marcellus, Cepri, Chris, Tina, Wusana Natalia, Erna, Ayu, Dwee, Pikal, Ria, Br.Yulius, CSA, Rm Agus, Pr. Sr.Evarista, ADM, Sr Yustisia, CB, Irna, Lasibey, Anting, Ardi, Yayuk, dan semua teman lain yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah bersama-sama berjuang dalam persaudaraan dan persahabatan yang menyenangkan untuk mendukung dan maju bersama hingga terselesaikannya skripsi ini.

13. Untuk semua sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang mendukungku dari jauh dengan perhatian, cinta , dan doa-doa mereka.

  Tulisan dalam karya ini disadari penulis masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik terhadap karya ini sangat disyukuri dan dihargai demi membantu perkembangan penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

  Penulis

   DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………….……………………......….. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………….………………………ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………..……………..iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………….………iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN …………….…….………….………v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………….vi ABSTRAK……………………………………………………………………….vii

  

ABSTRACT …………………………………………….…………………….…..viii

  KATA PENGANTAR ………………………………….…………..……......…..ix DAFTAR ISI ……………………………………………..……………....……...xii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….…..….…xiv DAFTAR TABEL …………………………………………..…………...…..…..xv

  BAB I PENDAHULUAN ………………………………..………………..……..1 A. Latar Belakang Masalah ………………………….………………….........1 B. Rumusan Masalah ………………………………………….……………..8 C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………8 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….……….8 E. Batasan Istilah …………………………………………………….………9 BAB II KAJIAN TEORITIS ……………………………..……….……...……..11 A. Aktualisasi Diri …………………………………………….….………...11 1. Pengertian Aktualisasi Diri …………………………………………...11 2.

  3. Aspek-aspek dalam Aktualisasi Diri …………..……………..…...….23 B. Bimbingan………………………………………………………………..41 1.

  Pengertian Bimbingan ………………………………………………..41 2. Tujuan Bimbingan ……………………………………………………42 3. Peran Bimbingan dalam Aktualisasi Diri …………………………….44

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………..50 A. Jenis Penelitian ………………………………………....………………..50 B. Populasi Penelitian ………………………………………………………50 C. Instrumen Pengumpul Data …………………………...……….………...51 D. Validitas dan Reliabilitas …………….……………..……………….…..54 E. Pengumpulan Data …………………………………..…………….…….56 F. Analisis Data ……………………………………..……………….……..58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………..……………60 A. Hasil Penelitian ……………………………………………..…………...60 B. Pembahasan ………………………………………………..…….………63 C. Aspek-aspek yang Perlu Mendapat Prioritas …………….………….…..69 BAB V USULAN PROGRAM……………. ……………………..…….…..….70 A. Latar Belakang Program ………………………………………………...70 B. Tujuan Pembuatan Program ………………………………………..……71 C. Usulan Program-program ………………………………………….…….72

  BAB VI PENUTUP …………………………………………….………..…….. 78 A. Ringkasan …………………………………………….………….……....78 B. Kesimpulan …………………………………………….………………..79 C. Saran …….…………………………………………….………………....80 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….......83 LAMPIRAN ……………….………………………………..…………….……. 86

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Kisi-kisi Aspek Kuesioner dan Rincian Item Aktualisasi Diri …...87 Lampiran 2 : Kuesioner Para Suster Junior Canossian………………………….93 Lampiran 3 : Hasil Pengolahan Data …………………………………………..100 Lampiran 4 : Hasil Tabulasi Skor ……………………………………………...103

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 : Rincian Aspek-aspek Aktualisasi Diri dan Item……..……….….……51 Tabel 2 : Pemberian Skor pada Kuesioner ………………………………..……..53 Tabel 3 : Tempat dan Waktu Pengumpulan Data ………………………....….…58 Tabel 4 : PAP Tipe I dan Kualifikasi Tingkat Aktualisasi Diri ……….………...61 Tabel 5 : Aspek-aspek dan Perolehan Skor Terendah ……………………..……62 Tabel 6 : Data Responden dan Skor Tingkat Aktualisasi Diri…………………...67 Tabel 7 : Usulan-usulan Program Pembinaan …………………………………...73

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hidup religius atau hidup membiara adalah suatu panggilan khusus di dalam Gereja Katolik dan dunia yang dipilih oleh sekelompok umat baik laki-laki

  maupun perempuan untuk mengamalkan nilai-nilai Injil dan bermaksud mengikuti Kristus secara lebih bebas dan meneladani-Nya dengan lebih setia. Dengan maksud mengikuti Kristus inilah mereka mendirikan keluarga-keluarga religius dan dengan kewibawaannya Gereja dengan suka hati menyambut dan menyetujui cara hidup mereka (PC art.1). Suatu bentuk hidup yang memiliki ciri khas sebagai suatu jalan hidup untuk mengejar nilai sejati di masa kehidupan yang mendatang.

  Panggilan hidup religius atau membiara ditandai secara khusus dan khas oleh pengikraran ketiga kaul, yaitu kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan. Para religius meninggalkan dunia dan menguduskan diri kepada Allah melalui pengikraran nasehat-nasehat Injili menurut suatu karisma yang khas untuk melaksanakan berbagai bentuk pelayanan kerasulan kepada umat Allah secara total, radikal, dan konsekuen dengan hati yang tidak terbagi dan terpusat pada Tuhan.

  Panggilan menjadi seorang religius merupakan suatu tanggung jawab yang diwujudkan dalam cara hidup yang dijiwai oleh iman. Iman mendapat perwujudannya dalam usaha terus menerus mengarahkan diri pada Allah yang dalam hidupnya segala nilai yang diterima dari Allah. Pengambilan keputusan untuk memilih suatu corak hidup ini dipandang penting meski berbeda dari kebanyakan orang. Konsekuensinya adalah nilai-nilai yang hadir dan selalu mengiringi perjalanan hidup seorang religius diantaranya tanggung jawab, kesetiaan, ketekunan, dan sebagainya sebagai perwujudan dalam penghayatan ketiga kaul.

  Para anggota religius yang diharapkan dapat menjadi manusia yang memiliki pribadi yang sehat secara psikologis dan rohani dibina melalui pembinaan dalam bidang religius maupun kerasulan, begitu pula pendidikan pengetahuan maupun kejuruan dan juga penyesuaian dengan tuntutan jaman ini.

  Melalui masa pembinaan inilah para anggota kongregasi atau tarekat melalui perpaduan unsur-unsur yang serasi sedemikian rupa, sehingga diharapkan mampu untuk membantu para anggota mencapai keutuhan hidup (Dokument Konsili Vatikan II : 1993, PC art 18).

  Keutuhan hidup seorang religius hendaknya mencakup aspek-aspek hidup yang dipersiapkan selama masa formasi atau pembinaan yang mencakup segi manusiawi, budaya, rohani, dan pastoral. Pembinaan para religius mengindahkan dimensi manusiawi dan kristiani demi mencapai keseimbangan perkembangan dan kematangan individu secara manusiawi dan juga secara rohani. Tujuan pembinaan adalah merubah seluruh pribadi calon religius, maka jelaslah komitmen

  

terhadap pembinaan tidak pernah berakhir. Pembinaan para religius ini

  merupakan proses yang terus menerus dan melibatkan keseluruhan pribadi yang mencakup dan mengungkap sifat keutuhan. (Dokument Konsili Vatikan II : 1993,

  VC art 65). Dalam mencapai keutuhan hidup inilah, ditemukan dorongan- dorongan atau kebutuhan untuk mengenali diri dengan lebih mendalam sehingga mampu meningkatkan kemampuan atau potensi-potensi diri.

  Peneliti mengadakan pengamatan atau observasi terhadap para suster Junior Canossian. Hasil pengamatan menarik perhatian peneliti untuk mengungkap seberapa tinggi proses aktualisasi diri para suster Junior Canossian.

  Pengembangan diri dalam hal aktualisasi diri ini adalah suatu proses yang tampaknya belum optimal dan dapat dilihat dari kemampuan para suster junior yang beragam dan berbakat dalam beberapa bidang. Ketiga kaul yang diikrarkan oleh para religius khususnya para suster junior tidaklah menjadi batasan dalam mengembangkan diri, melainkan dapat dijadikan sarana pengembangan diri baik sebagai seorang pribadi yang sehat secara psikologis dan juga secara rohani.

  Berdasarkan pengamatan peneliti inilah tampaknya para suster junior belum menunjukkan usaha-usaha yang optimal dalam mengembangkan diri dan semua potensi yang dimilikinya.

  Seorang religius, secara khusus para suster junior akan menghadapi arus kehidupan di jaman ini. Pribadi para junior akan menghadapi aneka ragam tantangan terutama dalam penghayatan ketiga kaul. Hedonisme dan kesenangan diri sendiri menjadi tantangan bagi kaul kemurnian; dunia yang menarik orang untuk menjadi konsumerisme, materialisme yang haus akan harta-milik, tanpa mengindahkan keperluan-keperluan dan penderitaan-penderitaan rakyat kecil menjadi tantangan bagi kaul kemiskinan; dan juga kebebasan individu dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan kehendak pribadi seringkali menjadi tantangan dalam menaati kaul ketaatan. Oleh karena itu diperlukan suatu pribadi yang berani untuk meluncurkan diri sendiri sepenuhnya ke dalamnya dan bukan untuk tenggelam dan menjadi satu dengan arus tersebut, namun kepribadian yang tangguh dan memiliki nilai-nilai Injili sebagai sumber kekuatan untuk menjadi pribadi yang aktual bagi perkembangan diri sendiri dalam menghadapi dunia kerasulan atau karya.

  Suatu kepribadian yang sehat dan matang ditandai dengan adanya keberanian dan kemampuan untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal.

  Aktualisasi diri ini sangat penting dalam perkembangan kepribadian setiap orang untuk menjadi pribadi yang matang dan seimbang.

  Bagi seorang religius, secara khusus Junior Canossian, aktualisasi diri adalah pengenalan diri dan penggunaan semua potensi, bakat, dan semua kemampuan diri yang terdapat di dalam dirinya sebagai bentuk syukur atas rahmat Allah dalam rupa talenta-talenta, kemampuan, potensi diri, kepribadian dan sebagainya. Aktualisasi diri ditandai dengan penerimaan diri, orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan dengan orang lain yang relatif dekat, demokratis, kreativitas, humoris, dan mandiri pada dasarnya, memiliki kesehatan mental yang bagus atau sehat secara psikologis.

  Perjalanan proses pembinaan para suster junior menghadapi tantangan pula dalam mewujudnyatakan bakat dan kemampuan yang terkandung di dalam diri.

  Bila semua kemampuan diri dan semua rahmat yang diberikan Allah itu tidak diolah dan dikembangkan, aktualisasi diri menjadi terhambat. Akibatnya ada ketidakseimbangan dalam perkembangan diri dan rohani. Penghayatan ketiga kaul hanya menjadi sebatas peraturan yang harus ditaati; dalam menyikapi peristiwa- peristiwa baik dalam hidup berkomunitas atau karya hanya selintas tanpa mengambil makna atau suatu pelajaran; dan juga pengolahan diri seperti afeksi, pengambilan keputusan, kebebasan berelasi, dan lain sebagainya yang menuntut kreativitas akan menjadi kesulitan karena tidak berani bertindak. Bila seorang religius kurang mengenal diri dan kurang mengaktualisasikan diri, maka hidupnya hanya akan terasa cepat membosankan, menjemukan, kering, takut dalam mengambil keputusan, takut berdialog dengan pimpinan, tidak berani menyumbangkan bakat-bakat yang dimilikinya, akibat lainnya, individu tersebut akan mencari kompensasi di tempat lain sebagai penghibur diri sendiri, tidak lagi menyatukan hati dengan suster-suster di dalam komunitas, minder, dan tidak lagi mengingat motivasi awal panggilan hidup membiara.

  Menurut Maslow, aktualisasi diri sendiri adalah kebutuhan paling tinggi manusia setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan lain menjadi landasan dasar dorongan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri. Oleh Maslow, kebutuhan manusia dibagi dalam dua besar, Kebutuhan Dasar yaitu kebutuhan akibat kekurangan, seperti kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman atau perlindungan; dan juga Kebutuhan untuk Tumbuh (Being values); cinta, rasa memiliki-dimiliki, harga diri, penghargaan dari orang lain, keadilan, ketertiban, dan sebagainya. Pemenuhan kebutuhan fisiologis tidaklah menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda untuk dipikirkan, melainkan membawa sesesorang pada dorongan pemenuhan aktualisasi diri. Pemenuhan semua kebutuhan dasar tersebut diharapkan membawa kecenderungan pribadi untuk mengaktualisasikan kemampuan dan ideal diri (Prasetyo, 2000 : 135).

  Maslow juga mengembangkan visi tentang kepribadian yang sehat melalui pemenuhan diri. Pemenuhan diri ini didukung oleh dua kecenderungan untuk

  

survive yang dapat menurunkan ketegangan organisme dan kecenderungan untuk

aktualisasi diri yang memacu dan memperkaya pertumbuhan hidup.

  Kecenderungan untuk survive berciri mempertahankan hidup, sedangkan kecenderungan aktualisasi diri berciri meningkatkan mutu hidup. Kalau semua potensi itu dapat berfungsi penuh, maka tercapailah pengalaman puncak (Prasetya, 2000 : 136). Pengalaman puncak adalah kesempatan-kesempatan di mana orang- orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman keagamaan yang mendalam (Schultz, 1991 : 105). Setiap pengalaman tentang keunggulan sejati, kesempurnaan sejati atau setiap gerak ke arah keadilan yang seadil-adilnya atau ke arah nilai-nilai yang tertinggi cenderung melahirkan suatu pengalaman puncak (Goble, 1987 : 98).

  Momen-momen yang menandai pengalaman puncak dialami sebagai hasil dari penyatuan kreativitas, penemuan, dan pemahaman terhadap alam dan juga tidak perlu berupa pengalaman keagamaan atau pengalaman spiritual, melainkan bisa dialami melalui buku, musik, kegiatan-kegiatan intelektual, dan dari kegiatan berhubungan dengan sesama (Koeswara, 1989 : 234).

  Carl Rogers melukiskan pengalaman puncak sebagai keadaan berfungsi secara penuh. Selama masa yang ditandai oleh integrasi dan keterpaduan ini sang pribadi akan lebih spontan, lebih ekspresif, dan diliputi perasaan bebas dari ikatan masa lampau maupun masa mendatang (Goble, 1987 : 98).

  Pengalaman puncak ini lebih sering terjadi dalam kehidupan orang yang beraktualisasi diri. Seseorang yang memiliki aktualisasi diri akan mampu mengalami realisasi dari potensi diri yang terbesar.

  Salah satu ciri lain dan umum dari orang yang mengaktualisasikan diri adalah kreativitas dalam menjalankan hidup. Maslow mengemukakan bahwa sifat kreatif nyaris memiliki arti sama dengan kesehatan, aktualisasi diri dan sifat manusiawi yang penuh. Sifat-sifat yang dikaitkan dengan kreativitas ini adalah fleksibilitas, spontanitas, keberanian, berani membuat kesalahan, keterbukaan, dan kerendahan hati (Goble, 1987 : 53). Kreativitas menuntut keberanian, kemampuan untuk bertahan, mampu mengolah kritik atau cemoohan, mampu menolak pengaruh dari luar diri, dan juga memiliki kemampuan totalitas dalam melakukan sesuatu. Beberapa ciri orang yang teraktualisasi ini diharapkan dapat ditemukan di dalam diri para Suster Junior Canossian.

  Berdasarkan latar belakang inilah, melalui penelitian ini, ingin diketahui sejauh mana para Suster Junior Canossian berproses mengaktualisasikan diri.

  Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para formator junior sebagai bahan refleksi mengenai program pembinaan yang selama ini telah mereka jalankan dan juga sebagai masukan demi perkembangan diri para Suster Junior Canossian untuk semakin mengaktualisasikan diri dalam penghayatan hidup panggilan sebagai seorang religius Canossian, baik dalam penghayatan ketiga kaul, hidup rohani, hidup berkomunitas, maupun dalam karya kerasulan.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Penelitian ini bermaksud untuk menjawab : a) Seberapa tinggi tingkat aktualisasi diri para Suster Junior Canossian dan; b) Usulan Program-program pembinaan untuk peningkatan aktualisasi diri sebagai aplikasinya terhadap program formasi junior.

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini dibuat untuk melihat seberapa tinggi tingkat aktualisasi diri yang dimiliki para Suster Junior Canossian dan usulan program-program pembinaan untuk meningkatkan aktualisasi diri sebagai aplikasinya terhadap program formasi junior.

  D. MANFAAT PENELITIAN 1.

  Penelitian ini diharapkan dapat membantu para Junior agar berani mengaktualisasikan diri mereka dalam internalisasi dengan penghayatan nilai-nilai Injili yang telah mereka ikrarkan.

  2. Penelitian ini membantu para formator untuk selalu mengolah dan mengevaluasi program-program pembinaan religius yang mereka tangani demi perkembangan para calon religius secara khusus dalam mengembangkan proses aktualisasi diri mereka dalam mencari atau menjalani panggilan hidup yang khas dan khusus ini.

  3. Penelitian ini membantu peneliti sendiri untuk menyadari dan meningkatkan aktualisasi diri dalam bentuk peningkatan kemampuan diri dan segala potensi-potensi yang dimiliki dan dihayati dalam nilai- nilai Kristiani secara khusus nilai-nilai Injili demi perkembangan diri dan karya kerasulan yang dipercayakan kongregasi.

  4. Penelitian ini diharapkan menarik minat dan memberi manfaat bagi peneliti lain agar menggali lebih dalam mengenai aktualisasi diri dan program-program yang berkaitan dengan aktualisasi diri untuk membantu orang lain berkembang utuh baik terutama dalam hal peningkatan kepribadian.

E. BATASAN ISTILAH

  Istilah-istilah yang perlu mendapatkan batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi, dan sebagainya dari diri pribadi.

  2. Formasi atau pembinaan awal religius adalah suatu masa atau waktu yang ditetapkan sebagai persiapan bagi para calon religius dalam memasuki hidup panggilan religius. Dalam masa formasi religius ini dituntut adanya gerak dinamis disposisi dari yang kurang dewasa menuju manusia dewasa kristiani yang memadai dan siap untuk mengikrarkan kaul kekal. Formasi ini dimulai dari tahap postulant, novis, dan juniores.

  3. Junior adalah tahapan hidup membiara para suster setelah mengikrarkan kaul sementara sampai sebelum mengikrarkan kaul kekal di dalam kongregasi.

BAB II KAJIAN TEORITIS A. AKTUALISASI DIRI

1. Pengertian Aktualisasi Diri

  Maslow menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan dasariah yang terpenuhi akan mendorong adanya kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Dalam Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling, kebutuhan adalah keadaan yang ditandai perasaan kekurangan atau keinginan untuk memperoleh sesuatu atau keinginan untuk mewujudkan tindakan tertentu (Thantawy, 2005 : 49). Menurut teori motivasi dari Maslow, aktualisasi diri adalah kebutuhan psikologi yang paling tinggi tingkat hierarkinya dan ditem

  рatkan paling atas pada piramida kebutuhan manusia. Kebutuhan Psikologis adalah kecenderungan tindakan yang diakibatkan oleh kekurangan dalam organisme fisik atau kemampuan alamiah dalam diri manusia yang ingin dipenuhi atau diwujudkan (Prasetya, 1992 : l72).

  Tidak hanya sebagai dorongan dari kebutuhan, dalam kehidupan yang dialami aktualisasi diri juga diperlukan manusia untuk menghadapi masalah, kebutuhan, ataupun tantangan. Manusia menghadapi tantangan, yaitu halangan-halangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan dalam kehidupan. Tantangan-tantangan itu dapat berupa hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah;

  (Dept. Pendidikan dan Kebudayaan. 1996). Untuk menghadapi masalah, kebutuhan, ataupun tantangan diperlukan kemampuan setiap pribadi untuk bertumbuh dan berproses menghadapi situasi yang dihadapinya.

  Aktualisasi diri adalah suatu bagian dari diri manusia dalam bentuk proses yang dijalani oleh setiap manusia secara sadar ataupun tidak sadar.

  Aktualisasi diri tampak dalam diri seseorang yang berani mengekspresikan diri atau mengerahkan diri dan segala kemampuan baik inteligensi, bakat- bakat, talenta, minat-minat dan semua potensi dirinya yang dimiliki sejak lahir atau diperoleh dari hasil belajar. Secara bebas pula, Maslow melukiskan bahwa pribadi yang teraktualisasi mengunakan dan memanfaatkan bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi, dan sebagainya dari diri pribadi tersebut secara penuh (Goble, 1987 : 48).

  Aktualisasi diri (self-actualization) adalah kecenderungan untuk mengembangkan bakat dan kapasitas sendiri. Definisi aktualisasi ini bersinonim dengan self-realization, yaitu pemenuhan atau penyelesaian potensialitas individu sendiri; aktualisasi dari bakat, kecerdasan, ketangkasan sendiri, dan seterusnya (Chaplin, 2008 : 451). Menurut kamus Pendidikan, aktualisasi diri juga merupakan upaya seseorang untuk mewujudkan potensi yang dimilikinya, selain itu menjadi kebutuhan untuk mewujudkan potensi tersebut (Vembriarto, 1994 : 2 ).

  Menurut Rogers, aktualisasi diri adalah suatu kondisi yang berjalan terus; tidak merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis (Schultz, 1991 :

  50). Meski ia tidak menyinggung-nyinggung hubungan Allah dengan manusia, namun ia menggarap ide bahwa dalam proses hidupnya, manusia memiliki ide dasariah yaitu aktualisasi diri, kepercayaan pada diri sendiri (positif self-regard), dan kebebasan untuk melakukan apa yang “dirasa benar”. Pribadi seharusnya berkembang untuk terus dalam proses, dan kemampuannya terus-menerus berubah tanpa harus diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses terus-menerus seorang individu untuk berusaha merealisasikan potensi-potensi yang ada pada dirinya sendiri dalam setiap kesempatan yang terbuka baginya dinyatakan oleh Goldstein sebagai dorongan utama yang disebut pula sebagai aktualisasi diri atau realisasi diri (Hall dkk, 1993 : 75).

  Bagi Rogers, orang yang teraktualisasi dan memiliki kepribadian yang sehat adalah orang yang berproses terus menerus, meski tidak mudah dan seringkali menyakitkan, namun orang yang teraktualisasi diri juga hidup menjadi dirinya sendiri, tidak memakai atau bersembunyi di balik topeng (Schultz, 1991 : 50) dan memiliki ciri-ciri tertentu, seperti keterbukaan terhadap pengalaman, tidak adanya sikap defensif, kesadaran yang cermat, penghargaan diri tanpa syarat, dan hubungan yang harmonis dengan orang- orang lain (Hall dkk, 1993 : 128).

  Maslow menyatakan bahwa proses aktualisasi diri adalah perkembangan atau penemuan jati diri dan mekarnya potensi yang ada atau yang terpendam (Goble, 1987 : 51). Pemenuhan semua kapasitas diri dan melahirkan potensi hingga menghasilkan sesuatu menurut Fromm adalah orang yang memiliki kepribadian yang sehat (Schultz, 1991 : 12). Fromm juga memaparkan, kepribadian sehat dan produktif benar-benar menghasilkan sesuatu dan merupakan hasil yang sangat penting dari orang, yakni diri. Orang-orang sehat menciptakan diri mereka dengan melahirkan semua potensi mereka, dengan menjadi semua menurut kesanggupan mereka, dengan memenuhi semua kapasitas mereka (Schultz, 1991 : 72).

  Orang-orang yang sehat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi; memenuhi potensi-potensi mereka dan mengetahui serta memahami dunia sekitar mereka. Penelitian menunjukkan bahwa orang sehat paling menyatu saat menghadapi tantangan kreatif besar, menghadapi tujuan tertentu yang bermakna, menghadapi ancaman serius ataupun keadaan darurat (Goble, 1987 : 57). Aktualisasi diri adalah bagian yang menjadi suatu kebutuhan penting dalam proses perkembangan manusia menjadi dewasa dan juga memiliki kepribadian yang sehat.

  Dilihat dari beberapa definisi mengenai aktualisasi diri seperti aktualisasi diri sebagai suatu kebutuhan tertinggi setelah

  рemenuhan kebutuhan dasariah yang lainnya, kemudian berproses menjadi kecenderungan mengembangkan diri, aktualisasi diri sebagai upaya,

  aktualisasi diri sebagai penggunaan dan pemanfaatan secara penuh potensi

  diri, aktualisasi diri sebagai proses yang terus menerus dalam merealisasikan diri, dan aktualisasi diri sebagai kondisi yang berjalan terus secara sadar ataupun tidak sadar; maka melalui tulisan ini yang akan

  diungkap adalah aktualisasi diri sebagai proses pengembangan diri individu yang mengembangkan atau memanfaatkan seluruh potensi diri yang dimiliki individu tersebut. Proses ini akan diungkap melalui penelitian untuk melihat seberapa tinggi proses aktualisasi diri dalam diri seseorang.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktualisasi Diri

  Aktualisasi diri adalah proses yang berdinamika dalam diri manusia dan tidak berhenti, namun tidak berarti proses itu selalu berjalan mulus. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya aktualisasi diri, diantaranya :

  a.

   Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Kebutuhan akan aktualisasi diri

  adalah kebutuhan yang paling tinggi dalam teori kebutuhan bertingkat dari Maslow. Teori hierarki kebutuhan Maslow berkembang dari kebutuhan fisiologis dasar, melalui kebutuhan psikologis yang lebih kompleks, memuncak pada kebutuhan aktualisasi diri (Atkinson dkk, 1996 : 171). Maslow menyusun teori kebutuhan yang di dalamnya mencakup lima kebutuhan universal ;

  kebutuhan dasar fisiologis adalah kebutuhan biologis utama seperti

  makanan, air, seks, dan tempat tinggal ; kebutuhan akan rasa aman mencakup kebutuhan yang umumnya bisa diprediksi, yang membuat dunia menjadi masuk akal ; kebutuhan akan cinta dan

  rasa memiliki mencakup hubungan psikologis yang mendalam

  dengan orang lain ; kebutuhan akan rasa harga diri atau

  penghargaan mencakup penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain ; dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Menurut Maslow, lima kebutuhan dasar universal tersusun dalam tingkatan, yaitu kebutuhan yang ada di bawah pemuasannya lebih mendesak daripada kebutuhan yang ada di atasnya (Koeswara, 1989 : 224).

  Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan ada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

  Menurut Rogers, keadaan lapar, haus, dan seks adalah ekspresi-ekspresi yang tampil dan bersumber pada tendensi pengaktualisasian yang berhubungan dengan pemeliharaan diri (Koeswara, 1989 : 217).

  b.

   Pengalaman Masa Kanak-kanak. Pengalaman masa kanak-kanak

  yang malang dapat menghambat aktualisasi diri seseorang. Maslow menjelaskan bahwa salah satu penyebab aktualisasi diri dapat terhambat, kebanyakan disebabkan oleh pengalaman masa kanak- kanak yang kurang baik. Maslow menekankan pentingnya dua tahun pertama kehidupan seorang anak dalam mengalami cinta dari orang-orang terdekatnya secara khusus ibu (Schultz, 1991 : 99).

   Rogers juga menekankan pentingnya penghargaan positif

  yang dialami mempengaruhi konsep diri seseorang. Seorang individu dapat berkembang tergantung dari cinta yang diterima pada masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini

  “penghargaan positif”(positif regard). Namun bila anak sering mendapat celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya, ia akan kecewa dan akan melakukan apa saja menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan (Schult, 1991 : 47.) Aktualisasi diri sangat penting dalam perkembangan kepribadian anak menjadi pribadi yang matang dan seimbang (Thantawy, 2005 : 3). Jadi, aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar, khususnya dalam masa kanak-kanak (Schultz, 1991 : 46).