PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN KONSENTRASI ZPT ATONIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) SKRIPSI
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN KONSENTRASI
ZPT ATONIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
(Glycine max (L.) Merril) SKRIPSI DEWI TRIANA08C10407046
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L) Merril) merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting dalam penyedia an bahan pangan, pakan dan bahan baku industri. Selain itu juga kedelai merupakan bahan pangan yang penting salah satu tanaman sumber protein dan lemak yang memadai juga minyak kedelai kaya akan vitamin E. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan berkembangnya perdagangan antar negara yang menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai Negara, Seperti Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau- pulau lainnya (Sunarto, 2000).
Peningkatan produksi kedelai di Indonesia belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan masyarakat dan industri sehingga jumlah impor kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat. Permintaan kedelai untuk konsumsi dalam negeri meningkat, pada tahun 2001 mencapai 1.962.163 ton, namun produksi di dalam negeri terus menurun yaitu sebesar 1.36 juta ton pada tahun 1997 dan menurun menjadi 826.932 ton pada tahun 2001. Produktivitas kedelai Nasional 3 tahun terakhir terjadi peningkatan sebesar 3.75% atau 1.3 ton/ha dengan total produksi 0.8 juta ton/tahun sedangkan potensi hasilnya dapat mencapai 2.5 sampai 3.0 ton/ha. Namun kenaikan ini tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai 2 juta ton/tahun sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri Indonesia harus melakukan impor pada tahun 2005 sebesar 1. 2 juta ton (Anonymous, 2006).
Untuk mengurangi ketergantungan pada impor, peningkatan produksi kedelai perlu terus diupayakan. Peningkatan produksi dapat ditempuh melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikas. Dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman kedelai, maka perlu usaha pemakaian pupuk sebagai sumber hara. Hal ini disebabkan pemupukan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Salah satu ketersediaan unsur hara dalam tanah dan pada tanaman dapat dilakukan dengan cara pemberian bahan organik (Lingga dan Marsono, 2001).
Dalam usaha budidaya tanaman kedelai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah unsur hara yang terkandung pada tanah.
Penggunaan bahan organik akan memberikan kondisi tanah menjadi gembur dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman menjadi optimal bagi pertumbuhannya.
Pupuk kandnag memiliki kemampuan menyediakan air dan udara yang optimum, komposisi tekstur, struktur dan kandungan bahan organik di dalam suatu proses mikroorganisme pengurai (Abdurrahman et al., 2001).
Oleh karena itu, salah satu upaya dalam meningkatkan produksi kedelai dan pendapatan petani yaitu dengan menggunakan pemupukan yang seimbang yang mampu meningkatkan produktifitas kedelai dan pendapatan petani dari perkembangan teknologi. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman maupun hewan yang dapat dirombak menjadi hara dan tersedia bagi tanaman. Pupuk organik terdiri dari keseluruhan bahan organik yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat maupun cair (Anonymous, 2011).
Selain menggunakan pupuk kandang, juga diperlukan pemupukan yang tepat dan seimbang untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman kedelai dengan menggunakan ZPT atonik. Penggunaan ZPT bertujuan untuk memenuhi tersedianya unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian ZPT harus memperhatikan konsentrasi yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian ZPT melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah (Hanolo, 1997).
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam prinsip pengaplikasi pupuk melalui daun dalam konsentrasi dan waktu pemberian pupuk. Pemupukan melalui daun dengan konsentrasi yang tepat akan menentukan manfaat dari pupuk daun tersebut. Apabila konsentrasi pupuk kurang atau berlebihan dari konsentrasi anjuran maka pertumbuhan tanaman kemungk inan akan semakin buruk (Lingga dan Marsono, 2001).
Dari penjelasan diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Dosis Pupuk kandang dan konsentrasi ZPT Atonik yang tepat agar mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
2. Apakah ZPT Atonik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
3. Apakah pupuk kandang dan ZPT Atonik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk kandang dan ZPT atonik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai, serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.4. Hipotesis 1.
Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
2. Konsentrasi ZPT Atonik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang dan konsentrasi ZPT Atonik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai 2.1.1. Sistematik
Semua varietas kedelai merupakan tanaman semusim, dan termasuk tanaman basah. Klasifikasi botani tanaman kedelai sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales Famili : Leguminosae Sub- famili : Papilionoidae Genus : Glycine Spesies : Glycine max (L.) Merril (AAK, 1989).
2.1.2. Morfologi Tanaman Kedelai a. Akar
Susunan akar kedelai pada umunya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar –akar cabang terdapat bintil-bintil akar berisi bakteri Rhyzobium Japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N
2 ) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tana h (AAK, 1989).
b. Batang
Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua bagian. Bagian batang di bawah keping biji atau bagian batang bawah disebut
epycotyl , sedangkan bagian atas keping biji atau bagian tempat tumbuhnya daun
awal disebut hypocotyl. Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (AAK, 1989).
c. Daun
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun berwarna hijau muda atau hijau kekuning
- –kuningan. Bentuk daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai tergantung pada varietas masing
- –masing dan juga Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua, maka daun –daunnya mulai rontok (AAK, 1989).
d. Bunga
Bunga kedelai disebut bunga kupu
- –kupu dan mempunyai dua mahkota dan dua kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Bunga tumbuh pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada setiap ketiak daun biasanya terdapat 3 –15 kuntum bunga, namun sebagian besar rontok, hanya beberapa yang dapat membentuk polong (AAK, 1989).
Bunga kedelai mempunyai 10 buah benang sari. Sembilan buah diantaranya bersatu pada bagian pangkal dan membentuk seludang yang mengelilingi putik. Sedangkan benang sari yang kesepuluh terpisah pada bagian pangkalnya dan seolah
- – olah menjadi penutup seludang. Bila putik dibelah, di dalamnya terdapat tiga bakal biji. Penyerbukannya termasuk penyerbukan sendiri dengan tepung sari sendiri karena pembuahan terjadi sebelum bunga mekar (terbuka) (AAK, 1989).
e. Polong dan Biji
Banyaknya polong tergantung pada jenisnya. Ada jenis kedelai yang menghasilkan banyak polong, ada pula yang sedikit. Berat masing –masing biji pun berbeda
- –beda, ada yang bisa mencapai berat 50–500 gram per 1000 butir biji, warna biji pun berbeda
- –beda. Perbedaan warna biji dapat dilihat pada belahan biji ataupun pada selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan (tembus cahaya). Disamping itu ada pula biji yang berwarna gelap keco
- –coklatan sampai hitam (AAK, 1989).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai
2.2.1 Iklim Secara umum tanaman kedelai dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi kurang dari 1500 meter dari pemukaan laut (dpl), dan pada saat musim kemarau maupun musim hujan, tapi dengan curah hujan yang baik untuk tanaman kedelai sekitar 500-3000 mm/tahun (Anonymous, 2012).
Suhu rata-rata yang optimal terhadap pertumbuhan kedelai berkisar antara
25 C , untuk fase pembungaan dibutuhkan suhu antara 65-70 % (AAK,
- – 35 1989).
2.2.2 Tanah Keadaan tanah yang baik untuk tanaman kedelai adalah lempung, lempung berpasir, dan lempung berliat, dan juga memiliki bahan organic tinggi agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Dengan keasaman tanah (PH) 6,0 - 6,5. Apabila PH tanah kurang dari 5,5 maka harus melakukan pengapuran, jika tidak akan menghasilkan produksi yang sedikit atau tidak optimum (Muhidin, 2000).
2.3. Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan hasil pelapukan sisa-sisa kotoran hewan baik padat maupun cair. Pupuk kandang merupakan pupuk lengkap yang mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro meskipun dalam jumlah sedikit. Walaupun demikian, pupuk kandang lebih unggul dibandingkan dengan pupuk anorganik, antara lain dapat memperbaiki struktur tanah, menggemburkan tanah, menaikan daya serap terhadap air, meningkatkan kondisi kehidupan di dalam tanah (Jasad renik pengurai) dan memberikan sumber makanan bagi tanaman (Musmanar, 2006)
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan ketersediaan hara dalam keadaan cukup dan seimbang dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk menambahkan unsur hara pada tanah agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang lebih baik serta untuk mengganti unsur hara yang ada dalam tanah yang terangkut bersama hasil dan limbah tanaman (Murni dan Faodji, 1990).
Pemberian Pupuk kandang pada tanaman kedelai sangatlah baik, yang penting pupuk telah matang. karena pupuk kandang yang belum matang akan berbahaya bagi tanaman, karena masih mengeluarkan gas-gas dalam proses dekomposisi (Prajnanta, 2008).
Pupuk kandang merupakan sumber bahan orga nik yang cukup dikenal dikalangan masyarakat. Bahan organik yang berupa pupuk kandang apabila terdekomposisi dengan baik akan memperbaiki kondisi tanah, mengurangi erosi, dibenamkan ke dalam tanah dapat memperbaiki lingkungan sifat fisik tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan bahkan dilaporkan dapat memperbaiki produktivitas tanah selama dua musim tanam (Erfandi et al., 2001).
Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak jenis pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kandang berbeda satu sama lain. Hal ini sangat berkaitan denga n berbagai faktor seperti takaran pupuk, jenis pupuk, tingkat kematangan pupuk, cara pemberian pupuk di samping kesuburan tanahnya. Jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi mengandung N, P, K dan unsur hara penting lainnya yang tinggi dibanding dengan pupuk kandang lain untuk pertumbuhan tanaman (Manan, 1992).
Dari segi fisik bahan organik dapat memperbaiki agregat tanah, aerasi dan perkolasi, serta merangsang pembentukan struktur tanah lebih remah dan mudah diolah. Perombakan bahan organik oleh jasad renik akan mempercepat terbentuknya humus. Humus yang berinteraksi dengan partikel tanah akan membentuk granulasi dan menjadi pengikat antar partikel tanah. Pemberian bahan organik mempunyai manfaat ganda, yaitu selain memperbaiki sifat fisik tanah, hasil pelapukan bahan organik juga merupakan sumber hara yang cukup potensial walaupun kadarnya relatif kecil. Bahan organik sebagai komponen massa padat tanah mempengaruhi sifat fisik maupun kimia tanah (Abdurrahman at all., 2001)
Selain itu, bahan organik meningkatkan kapasitas tukar kation, kapasitas menahan air, sehingga mampu mengurai senyawa beracun seperti pestisida.
Bahan organik juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah dengan meningkatkan kandungan hara tanah terutama kandungan N dan S. Selain itu berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan akar tanaman. Secara biologi, bahan organik merupakan sumber makanan dan energi utama bagi organisme tanah. Populasi mikro organisme tanah akan menurun seiring dengan penurunan kandungan bahan organik tanah. Tanpa kehadiran mikroorganisme tanah reaksi-reaksi biokimia akan terhenti. Dengan dosis anjuran pupuk kandang untuk tanaman kedelai adalah 15 - 20 ton per hektar untuk mendapatkan hasil kedelai yang optimal (Musmanar, 2006).
2.4. ZPT Atonik
Dalam kegiatan budidaya tanaman ZPT sangat penting dalan pertumbuhan tanaman baik pada pembentukan akar, batang, daun, dan buah. Pengetahuan dasar mengenai ZPT sangat diperlukan supaya pemakaian efektif dan menguntungkan, karena pengaruh ZPT terletak pada cara pemakaianya. Pada kadar rendah tertentu ZPT akan mendorong pertumbuhan, sedangkan pada kadar terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni bahkan mematikan tanaman (Rismunandar, 1999)
Zat pengatur tumbuh atau disingkat ZPT merupakan senyawa bahan organik selain unsur-unsur hara, yang mempunyai sifat seperti hormon tumbuhan, dan dalam jumlah kecil dapat mendorong, menghambat ataupun memodifikasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Anonymous, 2011).
Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organik yang disintesis di salah
satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian yang lain, pada konsentrasi
yang sangat rendah mampu menimbulkan respon fisiologis. Hormon
pucuk, dan pembungaan. Respon tersebut tergantung pada spesies, bagian
tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, dan
berbagai factor lingkungan.Seperti yang kita ketahui ZPT atonik yang mengandung hormon auksin berperan dalam menghambat peluruhan atau perontokan daun, bunga dan buah sehingga mendukung pertumbuhan bunga dan buah. Hal ini disebabkan karena auksin dapat bereaksi pada tanaman dengan menghasilkan inhibitor bagi senyawa tertentu. Inhibitor yang terbentuk dapat berfungsi sebagai penghambat terbentuknya zat etilen. Pembentukan etilen dalam jumlah besar pada tanaman yang sedang tumbuh akan merangsang terjadinya imbibisi keseluruhan perontokan dari berbagai macam organ tanaman (Rismunandar, 1999).
Konsentrasi ZPT Atonik yang anjuran untuk tanaman kedelai adalah 0,5- 1,0 cc/l air untuk mendapatkan hasil tanaman kedelai yang optimal (Anonymous.
2011)
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat dari 09 Desember 2013 sampai dengan 21 Februari 2014.
3.2. Bahan Dan Alat 1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Benih
Benih Kedelai yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Grobogan yang diperoleh dari Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.
b.
Pupuk Kandang Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini berupa kotoran sapi yang sudah terdekomposisi dengan sempurna, diambil di Gampong Peunaga Cut Ujong Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
c.
Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam penelitian ini adalah ZPT Atonik yang diproduksi oleh PT. Mastalin Mandiri. Jakarta.
d.
Pupuk Dasar Pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea (50 kg/ha), SP-36 (75 kg/ha) dan KCl (75 kg/ha). e.
Tanah Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lapisan atas (top soil ) yang di ambil di Gampong Peunaga Rayeuk.
f.
Polybag Polybag yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag yang berukuran besar berkisar 35 cm x 40 cm.
g.
Pestisida Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah pestisida anorganik Decis 2,5 EC.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, garu, parang, hand spayer, meteran, ember, timbangan, pamplet nama, tali, alat tulis dan lain- lain.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 3, dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti meliputi pupuk kandang dan ZPT Atonik.
Faktor Pupuk kandang (K) terdiri atas 3 taraf, yaitu : K
1 = 140 gram/polybag (15 ton/ha)
K
2 = 180 gram/polybag (20 ton/ha)
K
3 = 220 gram/polybag (25 ton/ha) K j = pengaruh faktor dosis pupuk kandang ke-j ( j = 1,2 dan 3) A k = Pengaruh faktor ZPT Atonik ke-k ( k = 1, 2 dan 3)
i = pengaruh ulangan ke- i ( i = 1,2 dan 3)
3 A
3
180 gram/polybag 180 gram/polybag 180 gram/polybag
0,5 cc/l air 1,0 cc/l air 1,5 cc/l air
7
8
9 K
3 A
1 K
3 A
2 K
3
2 K
220 gram/polybag 220 gram/polybag 220 gram/polybag
0,5 cc/l air 1,0 cc/l air 1,5 cc/l air
Model Matematis yang digunakan adalah: Y
ijk
= + i
j
k
jk
Keterangan:
Y ijk = Nilai pengamatan untuk faktor dosis pupuk kandang taraf ke-j, faktor ZPT Atonik taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
2 A
2 A
Faktor ZPT Atonik terdiri atas 3 taraf, yaitu : A
3 K
1 = 0,5 cc/l air
A
2 = 1,0 cc/lair
A
3 = 1,5 cc/lair
Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Dosis Pupuk Kandang dan ZPT Atonik
No KombinasiPerlakuan
Dosis Pupuk Kandang ZPT Atonik
1
2
1 A
1 K
1 K
1 A
2 K
1 A
3
140 gram/polybag 140 gram/polybag 140 gram/polybag
0,5 cc/l air 1,0 cc/l air 1,5 cc/l air
4
5
6 K
2 A
- K
- A
- (KA)
- ijk
(KV) jk = Interaksi dosis pupuk kandang dan ZPT Atonik kedelai pada taraf pupuk organik ke-j, dan taraf ZPT Atonik kedelai ke-k
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke- i, faktor dosis pupuk kandang
taraf ke-j, faktor ZPT Atonik taraf ke-k.
Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dengan persamaan sebagai berikut:
( KT g )
BNJ 0,05 = q
0.05 (p;dbg) x
rDimana :
BNJ 0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 % q 0,05 ( p;db g ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; ( jumlah perlakuan p dan derajat bebas galat )
KT g = Kuadrat tengah galat r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian 1.
Penyiapan Media Tanam Persiapan media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lapisan atas (top soil) yang telah dikering anginkan. Sebelum tanah dimasukkan ke polibag terlebih dahulu tanah di ca mpur pupuk kandang sesuai dengan yang dicobakan. Kemudian tanah yang telah tercampur dimasukkan ke dalam polibag dengan jumlah polybag yang dipersiapkan adalah 81 buah. Polybag tersebut disusun sesuai dengan bagan percobaan seperti terdapat pada lampiran.
2. Pupuk Dasar Pupuk dasar diberikan 2 hari sebelum tanam. Pupuk dasar yang diberikan Urea 0,45 gram/tanaman, SP-36 0,68 gram/tanaman dan KCl 0,68 gram/tanaman.
Aplikasi pupuk dasar ditabur dipermukaan tanah dalam polybag, kemudian diaduk hingga tercampur rata dengan tanah.
3. Penanaman Penanaman dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang tanam dengan cara penugalan (ditugal) sedalam 1,5 cm di bagian tengah polibag. Setelah itu dimasukkan 2 benih tiap lubang, penanaman dilakukan pada sore hari. Setelah tumbuh dan berumur 10 HST tanaman digunting 1 tanaman dan ditinggalkan 1 tanaman.
4. Aplikasi ZPT Atonik Aplikasi ZPT Atonik dilakukan dengan cara penyemprotan kesetiap tanaman. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari dengan interval waktu 10 hari sekali. Pemberian pertama dilakukan pada tanaman berumur 10 HST dan sampai tanaman berumur 42 HST.
5. Pemeliharaan a.
Penyulaman Penyulaman dilakukan pada saat tanaman dalam keadaan tidak tumbuh atau mati. Penyulaman ini dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam. b.
Penyiraman Penyiraman dilakukan seetiap hari pada pagi hari tergantung juga dengan kondisi lingkungan setempat. Penyiraman ini dilakukan apabila media tanam dalam polybag kering.
c.
Penyiangan Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu.
Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 6 minggu setelah
tanam.d.
Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat tanaman terdeteksi gejala serangan pada batas ambang ekonomi dikendalikan dengan penyemprotan pestisida anorganik. Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda- beda tergantung jenis hama dan pola penyerangannya . Hama yang terdeteksi pada tanaman kedelai adalah Ulat pemakan daun dikendalikan dengan Decis 2,5 EC.
3.5. Pengamatan
Ada beberapa pengamatan yang diamati dalam penelitian ini antara lain : a.
Tinggi tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman diukur saat umur 21, 35 dan 49 HST.
Pengukuran tinggi dilakukan dari pangkal tanaman sampai titik tumbuh (pucuk tanaman).
b.
Jumlah polong berisi Jumlah polong berisi dihitung setelah dilakukan pemanenan.
c.
Jumlah polong hampa d.
Bobot 100 biji (g) Bobot 100 biji dihutung setelah proses pengeringan dilakukan, perhitungannya dilakukan dengan timbangan analitik.
e.
Produksi Per Hektar Produksi per hektar diambil dari konversikan data 100 biji kering.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 12) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 49 hari setelah tanam (HST). Berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji kering. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 21 dan 35 HST, jumlah polong berisi serta jumlah polong hampa.
4.1.1. Tinggi Tanaman
Rata-rata tinggi tanaman kedelai pada umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagai dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman kedelai pada umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagai dosis pupuk kandang.
Dosis Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm) (gram/polybag)
21 HST
35 HST
49 HST 140 (K1) 16,26 41,36 41,44 a 180 (K2) 15,94 40,76 45,68 b 220 (K3) 15,66 40,87 44,20 ab BNJ
2,99 - - 0,05
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05 ).
Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi umur 21 dan 35 HST dijumpai pada dosis pupuk kandang 140 g/polybag (K
1 ) namun tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada umur 49 HST tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada dosis pupuk kandang 180 g/polybag (K
2 ) yang
19 berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang 140 g/polybag (K
1 ) namun tidak berbeda
10
35 HST
21 HST
T in ggi T an am an ( cm ) Dosis Pupuk Kandang (g/polybag)
50 140 180 220
40
30
20
45,68 44,2
nyata dengan dosis pupuk kandang 220 g/polybag (K 3 ).
40,87 41,44
41,36 40,76
16,26 15,94 15,66
Idris (2008) menyatakan bahwa berkembangnya pertumbuhan tanaman akibat pemberian pupuk kandang disebabkan oleh fungsi bahan pupuk kandang dalam menyumbangkan unsur hara seperti N, P dan K yang dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah dalam membentuk senyawa komplek dengan mengurangi proses
Hasill penelitian ini diduga pada dosis pupuk kandang tersebut ketersediaan hara dan air yang memadai sehingga mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Widjojo (1999) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh baik dan subur apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan kondisi cukup tersedia bagi tanaman.
Gambar 1 tinggi tanaman umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagai dosis pupuk kandang.
Adapun hubungan tinggi tanaman kedelai dengan dosis pupuk kandang pada umur 21, 35 dan 49 HST dapat dilihat pada gambar 1.
49 HST pencucian unsur hara. Disamping itu Hakim et all., (1986) menjelaskan bahwa pupuk kandang juga akan meningkatkan mikro organisme dan struktur tanah yang baik juga mengakibatkan perkembangan perakaran dengan baik dan semakin luas bidang penyerapan terhadap unsur hara. Kelancaran proses penyerapan unsur hara oleh tanaman terutama tergantung dari persediaan air tanah yang berhubungan erat dengan kapasitas tanah menahan air.
Wibawa (1998) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang ke dalam tanah dapat memperbaiki keadaan fisik tanah menjadi gembur, aerasi tanah menjadi lebih baik, sehingga absorbsi unsur hara oleh tanaman akan lebih mudah. Pemberian pupuk kandang di samping memperbaiki sifat fisik tanah juga menyediakan unsur hara dalam waktu yang lama, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik
4.1.2. Jumlah Polong Berisi
Rata-rata jumlah polong berisi pada berbagai dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata jumlah polong berisi pada berbagai dosis pupuk kandang.
Dosis Pupuk Kandang Jumlah Polong Berisi (buah) (gram/polybag) 140 (K1) 69,19 180 (K2) 69,37 220 (K3) 71,44
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah polong berisi tertinggi dijumpai pada dosis pupuk kandang 220 g/polybag (K
3 ) meskipun secara statistik tidak menumjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil penelitian ini diduga karena pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai tidak terpenuhi dalam keadaan yang berimbang. Hal ini sesuai dengan pendapat Idris (2008) menyatakan bahwa pupuk kandang yang lebih banyak dapat meningkatkan mikro organisme tanah dan unsur hara tanaman sangat menentukan peningkatan laju fotosintesis. Proses fotosintesa ini digunakan tanaman untuk proses pertumbuhan dan proses pada fase generatif akan dialokasikan untuk pembentukan pati (karbohidrat) pada suatu tanaman. Serta dapat juga dipengaruhi sifat genetik tanaman yang tidak sesuai pada tempat tumbuhnya. Secara tidak langsung dalam pengisian polong, tanaman memerlukan unsur hara yang cukup serta sinar matahari dalam proses fotosintesa untuk pembentukan pati atau karbohidrat.
4.1.3. Jumlah Polong Hampa
Rata-rata jumlah polong hampa pada berbagai dosis pupuk kandang yang telah diuji BNJ dapat dilihat pada Tabel 4.
0,05 Tabel 4. Rata-rata jumlah polong hampa pada berbagai dosis pupuk kandang.
Dosis Pupuk Kandang Jumlah Polong Hampa (buah) (gram/polybag) 140 (K1)
2,56
180 (K2) 2,15 220 (K3) 2,37
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah polong hampa tertinggi dijumpai pada dosis pupuk kandang 140 g/polybag (K
1 ) namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil penelitian ini diduga karena pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak tercukupi dalam keadaan yang berimbang serta faktor lingkungan yang tidak mendukung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowogeno (2007) yang menyatakan bahwa unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang tidak tercukupi dalam keadaan yang berimbang walaupun dengan dosis yang tinggi karena faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan tempat tumbuhnya tanaman. sehingga pengisian polong tidak maksimal.
Hakim et al. (1986) menambahkan bahwa pemberian pupuk kandang pada tanah
akan meningkatkan mikroorganisme dan struktur tanah akan lebih baik juga
mengakibatkan perkembangan perakaran dengan baik dan semakin luas bidang
penyerapan terhadap unsur hara. Proses penyerapan unsur hara oleh tanaman tergantung
dari persediaan air tanah yang berhubungan erat dengan kapasitas tanah menahan air.4.1.4. Bobot 100 Biji Kering
Rata-rata bobot 100 biji kering pada berbagai dosis pupuk kandang yang telah diuji lanjut dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata bobot 100 biji kering tanaman kedelai pada berbagai dosis pupuk kandang.
Produksi Per Hektar Dosis Pupuk Kandang Bobot 100 Biji Ke ring (ton/ha) (gram/polybag) (g) 140 (K1) 23,54 a 0,26 180 (K2) 24,11 ab 0,27 220 (K3) 25,33 b 0,28
- - BNJ 0,05 1,39
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05 ).
Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering dijumpai pada dosis pupuk kandang 220 g/polybag (K
3 ) yang berbeda nyata dengan perlakuan 140 g/polybag
(K 1 ) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 180 g/polybag.
Adapun hubungan bobot 100 biji kering tanaman kedelai pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 bobot 100 biji kering pada berbagai dosis pupuk kandang Hal ini diduga karena salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman kedelai terpenuhi seperti unsur fosfor yang merangsang pembungaan dan pembuahan sehingga pemberian pupuk kandang berpengaruh terhadap bobot 100 biji kering. Parman (2007) menyatakan unsur hara makro dan unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang menyediakan unsur phosfor dan kalium berperan dalam mengaktifkan enzim yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
23,54 24,11
25,33
22
23
24
25
26 140 180 220
B ob ot 100 B ij i K er in g Dosis Pupuk Kandang (g/polybag)
Djuniwati et all., (2003) menyatakan bahwa semakin tingginya tanaman menyerap unsur P- menyebabkan proses metabolisme semakin baik sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Unsur phosfor pada tanaman berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, berfungsi dalam transfer energi, penyusun protein sehingga menjamin lebih baiknya proses metabolisme dalam tanaman seperti proses transportasi dan alokasi fotosintesis. Selanjutnya Idris (2008) menyatakan bahwa bahan kandang menghasilkan asam-asam kandang sehingga P dan K menjadi tersedia dalam tanah sehingga dapat diserap oleh tanaman dalam proses pembentukan biji.
Selanjutnya pendapat Frankklin et al. (1992) terpenuhinya unsur hara pada proses fisiologis dalam rangka menyusun organ struktural buah dapat lebih dipacu.
Ketersediaan unsur hara yang cukup saat berkembangnya buah serta faktor penunjang mekanisme dari hasil fotosintesis yang ditranslokasi lebih cepat dari daun kepembentukan buah dan dapat meningkatnya hasil produksi.
4.2. Pengaruh Konsentrasi ZPT Atonik
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 12) menunjukkan bahwa ZPT Atonik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong hampa. Berpengruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 49 HST dan jumlah polong berisi. Namun pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 21 dan 35 HST, serta bobot 100 biji kering.
4.2.1. Tinggi Tanaman
Rata-rata tinggi tanaman kedelai pada umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata tinggi tanaman kedelai pada umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik.
Konsentrasi ZPT Tinggi Tanaman (cm) Atonik (cc/l air)
21 HST
35 HST
49 HST 0.5 (A 1 ) 15,79 40,74 41,81 a
1.0 (A 2 ) 15,89 40,28 43,69 ab
1.5 (A ) 3 16,18 41,97 45,83 b
- - - BNJ 0,05
2,99
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05 ).
Tabel 6 menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai tertinggi umur 21, 35 dan
49 HST dijumpai pada konsentrasi ZPT Atonik 1,5 cc/l air (A
3 ) namun secara statistik tidak menunjukan perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya.
Sedangkan pada umur 49 HST tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan konsentrasi 1,5 cc/ l air (A
3 ) yang berbeda nyata dengan konsentrasi 0,5 cc/l air (A 1 ) namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 1,0 cc/l air (A ).
2 Adapun hubungan tinggi tanaman kedelai terhadap berbagai konsentrasi ZPT Atonik pada umur 21, 35 dan 49 HST dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3 tinggi tanaman umur 21, 35 dan 49 HST pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik
Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi ZPT tersebut unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam seimbang serta dapat memicu pertumbuhan tanaman dengan baik. Hal ini sesuai dengan pedapat Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa pemberian ZPT pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan cepat. Pemberian ZPT yang tepat akan dapat menjaga keseimba ngan unsur hara yang tersedia bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Laude (2007), menambahkan bahwa pemakaian ZPT paling baik apabila tanaman pada tahap pertumbuhannya dan dapat hidupnya mikro organisme serta memperoleh pemberian unsur hara yang cukup bagi tanaman. Persediaan unsur hara pada setiap fase pertumbuhan dimana kondisi perakaran yang cukup hara akan mengguntungkan pertumbuhan karena dapat meningkatkan proses fotosintesis sehingga mempengaruhi fase pertumbuhan .
15,79 15,89 16,18 40,74
40,28 41,97
41,81 43,69 45,83
10
20
30
40
50 0,5 1,0 1,5
T in ggi T an am an ( cm ) Konsentrasi ZPT Atonik (cc/l air)
21 HST
35 HST
49 HST
4.2.2. Jumlah polong berisi
Atonik 1,5 cc/l air (A 3 ).
Ju m lah P ol on g B er is i Konsentrasi ZPT Atonik (cc/l air)
76 0,5 1,0 1,5
72
68
64
60
71,37
65,00 73,63
Gambar 4 jumlah polong berisi pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik
Adapun hubungan jumlah polong berisi tanaman kedelai dengan konsentrasi ZPT Atonik dapat dilihat pada gambar 4.
Rata-rata jumlah polong berisi tanaman kedelai umur pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata polong berisi tanaman kedelai pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik.
ZPT Atonik 0,5 cc/l air (A
2 ) yang berbeda nyata dengan konsentrasi
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah polong berisi tanaman kedelai tertinggi dijumpai pada konsentrasi 1,0 cc/l air (A
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05 ).
BNJ 0,05 8,52
71,37 ab
3 )
1.5 (A
1.0 (A 2 ) 73,63 b
Konsentrasi ZPT Atonik (cc/l air) Jumlah Polong Berisi (buah) 0.5 (A 1 ) 65,00 a
1 ) namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT Meningkatnya persentase polong berisi diduga karena pada konsentrasi tersebut unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai tersedia dalam keadaan yang berimbang serta dapat memicu pertumbuhan tanaman dan juga dalam proses terjadinya fotosintesis yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dachlan et
al., (2008) yang menyatakan bahwa ZPT salah satu unsur yang sangat esensial bagi
makhluk hidupdan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak sebagai komponen utama dari asam amino, asam nukleat, nukleotida, klorofil dan komponen selular lainnya apada tanaman. Dalam jumlah yang cukup, ZPT mendorong terjadinya pembelahan, pemanjangan dan pembesaran sel-sel dengan pesat pada daerah meristem apikal, sehingga tanaman tumbuh lebih tinggi.
Unsur hara P selain berfungsi untuk mempercepat pemasakan buah, juga berfungsi dalam pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristem. Unsur hara P merupakan bagian baru inti sel, yang penting dalam pembelahan sel, perkembangan jaringan meristem serta merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda. Selain itu penggunaan ZPT dalam budidaya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selain jenis ZPT yang digunakan, kandungan hara pada ZPT dan konsentrasi larutan yang diberikan serta waktu aplikasinya (Tripama, 2008).
4.2.3. Jumlah Polong Hampa
Rata-rata jumlah polong hampa tanaman kedelai pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik yang telah diuji BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 9. Rata-rata jumlah polong hampa tanaman kedelai pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik
Konsentrasi ZPT Jumlah Polong Hampa (buah) Atonik (cc/l air) 0.5 (A 1 ) 2,85 b
1.0 (A 2 ) 2,00 a
1.5 (A 3 ) 2,22 ab
BNJ 0,05 0,63
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05 ).
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah polong hampa tanaman kedelai terbanyak dijumpai pada konsentrasi ZPT Atonik 0,5 cc/l air (A
1 ) yang berbeda nyata
dengan konsentrasi ZPT Atonik 1,0 cc/l air (A
2 ) namun tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi ZPT Atonik 1,5 cc/l air (A 3 ).
Adapun hubungan jumlah polong hampa tanaman kedelai pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik dapat dilihat pada gambar 5.
3 2,85
a
2,5
p
2,22 2,00
am
2
g H on
1,5
ol P
1
lah m
0,5
Ju
0,5 1,0 1,5
Konsentrasi ZPT Atonik (cc/l air) Gambar 5 jumlah polong hampa pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik.
Hal ini diduga karena meningkatnya aktivitas mikroorganisme dengan adanya konsentrasi ZPT Atonik yang rendah, sehingga mengakibatkan jumlah Nitrogen tersedia meningkat dalam tanah, akan tetapi pengisian polong tidak sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Parman (2007) menyatakan bahwa pemberian ZPT yang rendah menjadi N tersedia bagi tanaman dan merangsang pertumbuhan tanaman sehingga pengisian polong tidak maksimal serta terjadinya laju fotosintesis yang kurang maksimal dalam pembentukan pati.
Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Selain itu, unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat diambil tanaman akan tetapi dapat mengganggu proses fotosintesis sehingga pembentukan pati atau karbohidrat akan lambat.
4.2.4. Bobot 100 Biji Kering
Rata-rata bobot 100 biji kering tanaman kedelai pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik yang telah diuji lanjut dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata bobot 100 biji kering tanaman kedelai pada berbagai konsentrasi ZPT Atonik.
Konsentrasi ZPT Produksi Per Hektar
Bobot 100 Biji Ke ring (g)
Atonik (cc/l air)(ton/ha) 0.5 (A 1 ) 23,85 0,265
1.0 (A 2 ) 24,41 0,271
1.5 (A 3 ) 24,72 0,275
Tabel 9 menunjukkan bahwa biji kering tanaman kedelai terbobot dijumpai pada konsentrasi ZPT Atonik 1,5 cc/l air (A
3 ) namun secara statistic tidak menunjukan perbedaan dengan perlakuan lainnya. Faktor lingkungan yang kurang sesuai dengan kondisi ideal atau habitat aslinya, walaupun ketersediaan haranya cukup tetapi karena kondisi lingkungan kurang menguntungkan tanaman menjadi kerdil. Hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan dari Mustikawati (2007) yang menyatakan bahwa walaupun ketersediaan hara bagi tanaman cukup tetapi kondisi lingkungan sekitar tidak sesuai dengan kondisi yang diinginkan oleh tanaman maka pertumbuhan tanaman tidak akan tumbuh dengan sempurna.
4.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor 2 sampai 12) menunjukkan bahwa tidak terdapatnya interaksi yang nyata antara dosis pupuk kandang dan konsentrasi ZPT Atonik terhadap kesemua peubah pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang diamati.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1.
Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 49 hari setelah tanam (HST). Berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji kering. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 21 dan 35 HST, jumlah polong bernas serta jumlah polo ng hampa. Produksi tanaman kedelai terbaik dijumpai pada dosis pupuk kandang 220 g/polybag atau 20 ton/ha.
2. ZPT Atonik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong hampa.