DOCRPIJM ac0fb7a72f BAB IIBAB II KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH

2.1.

Konsep Perencanaan Dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan dan Pengendalian sesuai
dengan definisinya terdiri atas 2 kegiatan besar yaitu perencanaan dan pengendalian.
Cakupan Perencanaan

Penyusunan Program dan Perencanaan Anggaran

Cakupan Pengendalian

Pemantauan dan Evaluasi

Implementasi perencanaan dan pengendalian merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta Karya. Sejalan dengan implementasi otonomi daerah,
penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta Karya sudah dibagi berdasarkan Pembagian Urusan

pemerintah yang diatur dalam PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembangunan Urusan Pemerintah
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Selanjutnya
pembagian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

Pemerintah Pusat

memegang peranan mengatur, membina, mengawasi pembangunan bidang
Cipta Karya, serta melaksanakan pembangunan (konstruksi) untuk
fasilitas yang menjadi kewenangannya (seperti: penyediaan air minum lintas
provinsi, pengelolaan persampahan lintas provinsi, dll)

Pemerintah
Provinsi

memegang peranan dalam pembinaan dan pengawasan pembangunan
Bidang Cipta Karya sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota, serta
melaksanakan pembangunan lintas Kabupaten/Kota. Pemerintah
Provinsi memegang peranan untuk mengatur penyelenggaraan Bidang
Cipta Karya sebagai tindak lanjut dari aturan pelaksananaan di tingkat
nasional (PP maupun Permen)


Pemerintah
Kabupaten/Kota

memegang peranan dalam pembangunan dan pengawasan Bidang Cipta
Karya di lingkungan wilayah Kabupaten/Kota, serta melaksanakan
pengaturan penyelenggaran bidang Cipta Karya sebagai tindak lanjut dari
aturan pelaksanaan di tingkat Provinsi

Pembentukan jejaring perencanaan dan pengendalian, terutama dengan dibentuknya Satker Perencanaan
dan Pengendalian di tingkat Provinsi, diharapkan mampu meningkatkan efektivitas pendampingan dan
fasilitasi pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya. Ruang lingkup Perencanaan dan Pengendalian
terdiri dari 4 (empat) bagian yang saling berkaitan dan berkesinambungan, yaitu perencanaan,
penganggaran, pemantauan, dan evaluasi. Stakeholder utama perencanaan dan pengendalian terdiri atas

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 1

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

MENENGAH
Satgas Perencanaan dan Pengendalian (sebelumnya bernama Satgas RPIJM) dan Satker Perencanaan dan
Pengendalian (yang memfasilitasi biaya pelaksanaan kegiatan Satgas Perencanaan dan Pengendalian).
Secara skematis lingkup Perencanaan dan Pengendalian dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar

2.

Ruang Lingkup Perencanaan dan Pengendalian

Proses perencanaan dan pengendalian di awali dengan tahapan perencanaan yaitu kegiatan perencanaan
program dengan keluaran yang dihasilkan yaitu :
1. Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota, dan
2. Kegiatan penyusunan anggaran/penganggaran dengan melakukan penyusunan dokumen
Memorandum Program (MP) dan RKA-K/L sebagai keluaran.
Untuk mendorong Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat melaksanakan pembangunan prasarana dan
sarana khususnya bidang keciptakaryaan melalui proses yang terpadu/terintegrasi, partisipatif dan
terkendali diperlukan adanya kerjasama Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Salah satu proses yang harus diperkuat adalah proses perencanaan yang menjadi salah

satu pondasi dan komitmen dalam pelaksanaan pembangunan. Proses Perencanaan tersebut meliputi :
฀ Penyusunan program yang terdiri dari review RPIJM (termasuk mengidentifikasi kegiatankegiatan yang berpotensi dapat didanai diluar APBN rupiah murni melalui mekanisme PHLN,
CSR atau sumber pendanaan lainnya), rencana tindak MDGs dan DAK;
฀ Perencanaan anggaran meliputi penyusunan Memorandum Program (MP) dan sinkronisasi
program. Adapun didalam review RPIJM.

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 2

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
A. Penyusunan Program
Penyusunan program adalah suatu rangkaian aktivitas kegiatan keciptakaryaan di tingkat
Kabupaten/Kota/Provinsi yang diambil dari kegiatan identifikasi, formulasi dan sinkronisasi yang
selaras dengan pencapaian sasaran kinerja Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur
Permukiman, peningkatan kualitas kegiatan, dan penanganan isu-isu strategis Bidang Cipta Karya.
Penyusunan program dalam lingkup Perencanaan dan Pengendalian Cipta Karya lebih difokuskan
untuk menghasilkan Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
sebagai keluaran. Dokumen RPIJM disusun oleh Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan di

masing-masing daerah. Dengan adanya RPIJM diharapkan Kabupaten/Kota dapat menggerakan
semua sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (livable).
RPIJM disusun dengan memperhatikan aspek :
þ
þ
þ

Kelayakan program masing-masing sektor;
Kelayakan spasial sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang ada; serta
Kelayakan sosial dan lingkungannya.

Sebagai dokumen teknis, RPIJM perlu dikerjakan secara profesional, dengan tetap menekankan
proses partisipasi melalui dialog kebijakan dengan seluruh stakeholder, masyarakat, profesional
dan lain-lain pada tahap penyusunan rencana pembangunan Kabupaten/Kota dan melalui dialog
investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak lain yang terkait dengan penyusunan
prioritas program/kelayakan program investasi. Dengan demikian RPIJM merupakan dokumen
perencanaan yang multi sektoral, sebagaimana terlihat pada Gambar berikut ini yang menjelaskan
mekanisme penyusunan RPIJM yang tidak terlepas dari dokumen perencanaan lain, serta
keterkaitan antar sektor yang menjadi dasar penyusunannya.


KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 3

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH

Gambar

3.

Kedudukan RTRW, KSPN, SPPIP, dan RPIJM

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 4

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH


Gambar

4.

Proses Penyusunan Program dan Anggaran Bidang Cipta Karya dalam Kerangka
Memorandum Program

Mekanisme Pelaksanaan Perencanaan Program menjelaskan proses pelaksanaan Perencanaan
dan Pengendalian (Randal), yang mencakup dari perencanaan, penganggaran, pemantauan dan
evaluasi. Masing-masing bagian akan dijabarkan secara terinci agar pengguna pedoman dapat
melaksanakan kegiatan sesuai dengan tahapan dan urutan kegiatan dengan rinci dan terarah. Dalam
hal ini, khususnya mekanisme pelaksanaan perencanaan program, seperti yang sudah dijabarkan
sebelumnya, terdiri atas :
1. Review/pemutakhiran RPIJM Kabupaten/Kota;
2. Review Substansi RPIJM;
3. Konsolidasi RPIJM.

B. Perencanaan Anggaran
Perencanaan anggaran adalah suatu rangkaian aktivitas penyiapan rencana alokasi anggaran di

Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pemerintah Pusat. Keluaran dari perencanaan anggaran dalam
lingkup perencanaan dan pengendalian adalah Memorandum Program (MP) dan Sinkronisasi
Program. MP merupakan dokumen kesepakatan pendanaan program pembangunan bidang Cipta
Karya antara Pemerintah Kabupaten/Kota, swasta/masyarakat, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah (Direktorat Jenderal Cipta Karya) dari hasil penyaringan usulan RPIJM bidang Cipta
Karya Kabupaten/Kota. Dokumen MP sangat penting karena kelanjutan dan titik temu hasil

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 5

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
sinkronisasi antara usulan RPIJM Kabupaten/ Kota (proses bottom up) dengan sasaran output
Renstra Ditjen Cipta Karya yang merupakan sasaran output Menteri PU (proses top down). Posisi
dokumen MP dalam kerangka penyusunan program dan anggaran di lingkungan Ditjen Cipta Karya
merupakan proses perwujudan dan integrasi pendanaan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, swasta, dan masyarakat.
Penyusunan anggaran di Provinsi lebih diarahkan pada sinkronisasi program dan pendanaan antar
sektor dan antar wilayah (termasuk Kabupaten/Kota) di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta

Karya. Sinkronisasi dilakukan sebelum pelaksanaan konsultasi regional Kementerian Pekerjaan
Umum. Hasil dari kegiatan sinkronisasi akan menjadi masukan untuk penyusunan program.
Kegiatan penyusunan program selanjutnya mengacu pada pedoman penyusunan anggaran Bidang
Cipta Karya.
Mekanisme Pelaksanaan Penganggaran terdiri dari :
1. Memorandum Program (MP)
Proses penyusunan MP dimulai dengan penyusunan long list prioritas program RPIJM oleh
Satgas Randal Kabupaten/Kota. Pada tingkat provinsi proses penjaringan dilakukan oleh
Satker Sektor yang dikoordinir Satgas Randal Provinsi dibantu oleh Konsultan Individual
Perencanaan Provinsi dengan bimbingan Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat dalam hal ini
adalah Direktorat Sektoral dan Direktorat Bina Program (Satgas Randal Pusat). Hasil
penyaringan usulan RPIJM Kabupaten/Kota tersebut kemudian dituangkan ke dalam
dokumen MP yang merupakan kesepakatan pendanaan bersama antara Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota. Berikut ini adalah alur mekanisme penyusunan MP
:

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 6


RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH

Gambar

5.

Standar Prosedur Operasional Perencanaan Program dan Penganggaran

Adapun Pokok-pokok Dokumen MP antara lain :
þ

Merupakan dokumen hasil kesepakatan, yang merupakan cerminan pembagian
tugas/wewenang dan pendanaan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya;

þ

Memorandum Program disusun dengan mempertimbangkan kemampuan

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Baik dari aspek teknis, biaya, waktu,
kesiapan Readiness Criteria dan kelayakan suatu kegiatan.

2. Sinkronisasi Program
Keluaran dari pelaksanaan sinkronisasi program bidang cipta karya adalah tersusunnya
rencana program untuk penyusunan Rencana Kerja (Renja) yang menjadi masukan dalam
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah. Rencana Kerja Pemerintah akan menjadi dasar
dalam Penyusunan RKA-KL dan DIPA Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Sinkronisasi program termasuk ke dalam proses penganggaran yaitu di antara proses
penyusunan MP sampai dengan penyusunan RKAKL. Proses sinkronisasi program secara
efektif dapat dimulai pada pra konsultasi regional Kementerian PU (pra-konreg) yaitu awal
Bulan Februari sampai dengan sebelum penyusunan RKA-KL (Bulan Juni). Sinkronisasi
KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 7

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
program dilakukan untuk memperoleh perencanaan anggaran yang optimal yang sesuai
dengan program prioritas nasional dan juga mengakomodasi prioritas daerah dan pagu
indikatif per provinsi. Subdit Program dan Anggaran memegang peranan penting dalam
proses sinkronisasi program ini. Sinkronisasi Program dilakukan di tiap provinsi dengan
stakeholder yang terlibat yaitu Direktorat Bina Program, Direktorat Sektoral, Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Satker Randal Provinsi dapat memfasilitasi kegiatan
sinkronisasi program di wilayahnya. Penentuan skala prioritas program merupakan hasil
iterasi antara analisis yang dilakukan terhadap rencana pembangunan Kabupaten/Kota dan
analisis kebutuhan dan rencana pengembangan sektor/komponen, kemampuan keuangan,
maupun kemampuan kelembagaan. Penentuan skala prioritas program secara explisit perlu
dituangkan di dalam Skenario Pembangunan Perkotaan (bagian dari Rencana
Pembangunan Kabupaten/Kota).
Rencana program investasi, yang diwujudkan dalam ringkasan eksekutif, harus
menjabarkan secara singkat mengenai :
a. Skenario pengembangan kota dan pengembangan sektor bidang Cipta Karya;
b. Usulan Kebutuhan investasi yang disusun dengan berbasis demand ataupun target
pencapaian sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan daerah;
c. Mekanisme pendanaan, dan kemungkinan pembiayaan pembangunan;
d. Skala prioritas penanganan dan rencana pelaksanaan program investasi.
3. Jejaring Kerja Pemrograman dan Penganggaran
Proses Perencanaan yang meliputi perencanaan program dan penganggaran dalam kegiatan
Perencanaan dan Pengendalian melibatkan beberapa pelaku. Para pelaku yang terlibat
dalam proses perencanaan adalah Subdit. Kebijakan dan Strategi, Subdit. Kerjasama Luar
Negeri, Subdit. Program dan Anggaran, Satgas Perencanaan dan Pengendalian Pusat,
Satgas Perencanaan dan Pengendalian Provinsi, Satker Perencanaan dan Pengendalian
Provinsi, Satker Sektor Provinsi, Satgas Perencanaan dan Pengendalian Kabupaten dan
Satker Kabupaten/Kota. Jejaring kerja pada Proses Perencanaan dapat di lihat pada gambar
berikut ini.

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 8

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH

Gambar

6.

Jejaring Kerja pada Proses Perencanaan

Jejaring kerja pada proses perencanaan dijabarkan sebagai berikut :
1. Subdit. Jakstra bertugas menyusun kebijakan dan strategi pembangunan bidang
Cipta Karya jangka panjang dan menengah;
2. Subdit. KLN melaksanakan pengembangan dan penyiapan administrasi
pinjaman/Hibah luar negeri;
3. Subdit Program dan Anggaran bertugas menyusun program dan anggaran Bidang
Cipta Karya;
4. Dalam kegiatan pembinaan perencanaan program, Subdit tersebut di atas
berkoordinasi dengan Subdit. Rentek Sektor;
5. Subdit. Perencanaan Teknis (Rentek) bertugas membina Satker Sektor Provinsi
dalam mendukung pelaksanaan perencanaan Bidang Cipta Karya;
6. Dalam melaksanakan tugasnya, Satgas Perencanaan dan Pengendalian Pusat dapat
dibantu oleh Konsultan Individual Perencanaan Pusat;
7. Satgas Perencanaan dan Pengendalian provinsi berkoordinasi dengan Satgas
Perencanaan dan Pengendalian Pusat melakukan pembinaan dan pendampingan

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 9

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
kepada Satgas Perencanaan dan Pengendalian Kabupaten/Kota, misanya
pembinaan penyusunan/review RPIJM dan MP;
8. Dalam melakukan pembinaan dan pendampingan kepada Satgas Perencanaan dan
Pengendalian Kabupaten/Kota, Satgas Perencanaan dan Pengendalian provinsi
dapat dibantu oleh Konsultan Individual Perencanaan provinsi yang difasilitasi
oleh Satker Perencanaan dan Pengendalian Provinsi.

2.2.
2.2.1.

Amanat Pembangunan Nasional
RPJP Nasional 2005-2025 (UU. No 17 Tahun 2007)
1. Pengertian dan Tujuan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah dokumen
perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya
Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan
nasional untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun
2005 hingga tahun 2025.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, selanjutnya disebut
RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua
puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan
maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa
(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga
seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan
saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

2. Visi dan Misi
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan
mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan
amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dalam mewujudkan
visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) Misi pembangunan
nasional sebagai berikut :
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila;
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu;
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;
KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 10

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional;
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa yang
maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju
masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Arah Pembangunan
Adapun arah pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025
antara lain :
1. Mewujudkan Masyarakat Yang Berakhlak Mulia, Bermoral, Beretika, Berbudaya,
Dan Beradab;
2. Mewujudkan Bangsa Yang Berdaya-Saing :
a. Membangun Sumber Daya Manusia yang Berkualitas;
b. Memperkuat Perekonomian Domestik dengan Orientasi dan Berdaya Saing
Global;
c. Penguasaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi;
d. Sarana dan Prasarana yang Memadai dan Maju;
e. Reformasi Hukum dan Birokrasi;
3. Mewujudkan Indonesia yang Demokratis Berlandaskan Hukum;
4. Mewujudkan Indonesia yang Aman, Damai dan Bersatu;
5. Mewujudkan Pembangunan yang Lebih Merata dan Berkeadilan;
6. Mewujudkan Indonesia yang Asri dan Lestari;
7. Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat, dan
berbasiskan kepentingan Nasional;
8. Mewujudkan Indonesia yang Berperan Aktif dalam Pergaulan Internasional.

4. Tahapan dan Skala Prioritas
Berdasarkan kondisi dan kebutuhan pembangunan Indonesia, maka tahapan dan skala
prioritas pembangunan diklasifikasikan ke dalam 4 tahap jangka menengah, yaitu :
฀ RPJM I (2005-2009)
Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya, RPJM
I diarahkan untuk menata kembali dan membangun Indonesia di segala
bidang yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang
adil dan demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat.
฀ RPJM II (2010-2014)
KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 11

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1,
RPJM ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di
segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan
daya saing perekonomian.
฀ RPJM III (2015-2019)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-2,
RPJM ke-3 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara
menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing
kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber
daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus
meningkat.
฀ RPJM IV (2020-2025)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-3,
RPJM ke-4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM
berkualitas dan berdaya saing.

2.2.2.

RPJM Nasional 2010-2014 (Perpres No. 05 Tahun 2010)
1. Visi dan Misi
Adapun visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah II (tahun 2010-2014) adalah
“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN
BERKEADILAN”.
Sedangkan, Misi pembangunan 2010-2014 adalah rumusan dari usaha-usaha yang
diperlukan untuk mencapai visi Indonesia 2014, yaitu terwujudnya Indonesia Sejahtera,
Demokratis dan Berkeadilan, namun tidak dapat terlepas dari kondisi dan tantangan
lingkungan global dan domestik pada kurun waktu 2010-2014 yang mempengaruhinya.
Usaha-usaha Perwujudan visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi pemerintah tahun
2010-2014 sebagai berikut :
1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang

2. Agenda Pembangunan
Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014, ditetapkan lima
agenda utama pembangunan nasional tahun 2010-2014, yaitu :
KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 12

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
฀ Agenda I
฀ Agenda II
฀ Agenda III
฀ Agenda IV
฀ Agenda V

:
:
:
:
:

Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat;
Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan;
Penegakan Pilar Demokrasi;
Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi;
Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan.

3. Sasaran Pembangunan
Persoalan dan dimensi pembangunan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia selalu berubah
dan makin kompleks. Permasalahan dan tuntutan pembangunan yang dihadapi akan
bertambah banyak, sedangkan kemampuan dan sumber daya pembangunan yang tersedia
cenderung terbatas. Pemerintah harus mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk memenuhi tuntutan yang tidak terbatas dengan membuat pilihan dalam
bentuk skala prioritas.. Berikut merupakan sasaran utama dalam RPJMN Tahun 2010-2014.
Tabel

1.

Matriks Sasaran Utama dalam RPJMN Tahun 2010-2014

No
I.

1.

Pembangunan

Sasaran

SASARAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Ekonomi
Rata-rata 6,3 – 6,8 persen per tahun

a)

Pertumbuhan Ekonomi
Sebelum tahun 2014 tumbuh 7%

b)

Inflasi

Rata-rata 4-6 persen per tahun

c)

Tingkat Pengangguran (Terbuka)

5 – 6 persen pada akhir tahun 2014

d)

Tingkat Kemiskinan

8 – 10 persen pada akhir tahun 2014

2.

Pendidikan
Status Awal (tahun 2008)

Target tahun 2014

a)

Meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk berusia
15 tahun ke atas (tahun)

7,50

8,25

b)

Menurunnya angka buta aksara penduduk berusia 15
tahun ke atas (persen)

5,97

4,18

c)

Meningkatnya APM SD/SDLB/MI/ Paket A (persen)

95,14

96,0

72,28

76,0

64,28

85,0

21,26

30,0

d)

e)

Meningkatnya APM SMP/SMPLB/
MTs/Paket B (persen)
Meningkatnya APK SMA/SMK/
MA/Paket C (persen)

f)

Meningkatnya APK PT usia 19-23 tahun (persen)

g)

Menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan antarwilayah, gender, dan sosial ekonomi, serta
antarsatuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 13

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
No
3.

Pembangunan

Sasaran

Kesehatan
Status Awal (tahun 2008)

Target tahun 2014

a)

Meningkatnya umur harapan hidup (tahun)

70,7

72,0

b)

Menurunnya angka kematian ibu melahirkan per
100.000 kelahiran hidup

228

118

c)

Menurunnya angka kematian bayi per 1.000 kelahiran
hidup

34

24

d)

Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang
dan gizi buruk) pada anak balita (persen)

18,4

< 15,0

4.

Pangan

a)

Produksi Padi

Tumbuh 3,22 persen per tahun

b)

Produksi Jagung

Tumbuh 10,02 persen per tahun

c)

Produksi Kedelai

Tumbuh 20,05 persen per tahun

d)

Produksi Gula

Tumbuh 12,55 persen per tahun

e)

Produksi Daging Sapi

Tumbuh 7,30 persen per tahun

5.

Energi

a)

Peningkatan kapasitas pembangkit listrik

3.000 MW per tahun

b)

Meningkatnya rasio elektrifikasi

Pada tahun 2014 mencapai 80 persen

c)

Meningkatnya produksi minyak bumi

Pada tahun 2014 mencapai 1,01 juta barrel per hari

d)

Peningkatan pemanfaatan energi panas bumi

Pada tahun 2014 mencapai 5.000 MW

6.
a)

b)

Infrastruktur
Pembangunan Jalan Lintas Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua
Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan
sarana transportasi antar-moda dan antar-pulau yang
terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional
dan Cetak Biru Transportasi Multimoda

Hingga tahun 2014 mencapai sepanjang 19.370 km

Selesai tahun 2014

c)

Penuntasan pembangunan Jaringan Serat Optik di
Indonesia Bagian Timur

Selesai sebelum tahun 2013

d)

Perbaikan sistem dan jaringan transportasi di 4 kota
besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan)

Selesai tahun 2014

II.

SASARAN PERKUATAN PEMBANGUNAN DEMOKRASI
1)

1.

Meningkatnya kualitas demokrasi
Indonesia

Semakin terjaminnya peningkatan iklim politik
kondusif bagi berkembangnya kualitas kebebasan
sipil dan hak-hak politik rakyat yang semakin
seimbang dengan peningkatan kepatuhan terhadap

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 14

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
No

Pembangunan

Sasaran
pranata hukum;
2)

Meningkatnya kinerja lembagalembaga demokrasi,
dengan indeks rata-rata 70 pada akhir tahun 2014;

3)

Menyelenggarakan pemilu tahun 2014 yang dapat
dilaksanakan dengan adil dan demokratis, dengan
tingkat partisipasi politik rakyat 75% dan
berkurangnya diskriminasi hak dipilih dan memilih;

4)

Meningkatnya layanan informasi dan komunikasi

Pada tahun 2014:
► Indeks Demokrasi Indonesia: 73

III. SASARAN PEMBANGUNAN PENEGAKAN HUKUM

1.

Tercapainya suasana dan kepastian keadilan melalui
penegakan hukum (rule of law) dan terjaganya
ketertiban umum.

1)

Persepsi masyarakat pencari keadilan untuk
merasakan kenyamanan, kepastian, keadilan dan
keamanan dalam berinteraksi dan mendapat
pelayanan dari para penegak hukum

2)

Tumbuhnya kepercayaan dan penghormatan publik
kepada aparat dan lembaga penegak hukum

3)

Mendukung iklim berusaha yang baik sehingga
kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan pasti dan
aman serta efisisen

Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2014 sebesar 5,0
yang meningkat dari 2,8 pada tahun 2009
Sumber

:

Perpres No. 05 Tahun 2010.

4. Arah Kebijakan Umum
Arah kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut:
1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia
yang sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan
pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang
diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya
manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya
lingkungan hidup secara berkelanjutan;
2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan
penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban
umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak
asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab;
3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua
bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan
pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender. Keadilan

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 15

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
juga `hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih,
adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan pemberantasan korupsi
secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang
bersih.

5. Prioritas Nasional
Visi dan Misi pemerintah 2010-2014, perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional
ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur
tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas Nasional di bawah ini bertujuan untuk sejumlah
tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang.
Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin
implementasi dari 11 prioritas nasional yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

2.2.3.

Reformasi birokrasi dan tata kelola
Pendidikan;
Kesehatan;
Penanggulangan kemiskinan;
Ketahanan pangan;
Infrastruktur;
Iklim investasi dan usaha;
Energi;
Lingkungan hidup dan bencana;
Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik;
Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(Perpres No. 32 Tahun 2011)
Masterplan Percepatan dan Perluasan pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan
arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk
periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam
rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan
melengkapi dokumen perencanaan. Kedudukan MP3EI dalam Konteks Perencanaan
Pembangunan di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut ini.

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 16

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH

Gambar

2.2.4.

7.

Keterkaitan RPI2-JM Bidang Cipta Karya dengan RPI2-JM Bidang Pekerjaan Umum dan
Dokumen Perencanaan Pembangunan di Daerah

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan (MP3KI)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan (MP3KI) merupakan
affirmative action, sehingga pembangunan ekonomi yang terwujud tidak hanya Pro-growth,
tetapi juga Pro-Poor, Pro-job dan Pro-environment; termasuk penyediaan lapangan kerja
bagi masyarakat miskin. Substansi yang melatarbelakangi perluasan pengurangan kemiskinan
melalui MP3KI dapat dirangkum dalam 9 alasan, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pertumbuhan penduduk yang besar (bisa jadi potensi, bisa juga jadi tantangan);
Lahan usaha petani dan nelayan makin terbatas;
Peluang dan pengembangan usaha si miskin amat terbatas;
Urbanisasi memperparah kemiskinan perkotaan (slum and squatter);
Rendahnya kualitas SDM usia muda;
Rendahnya penyerapan kerja sector industri;
Masih banyak daerah terisolir dengan akses pelayanan dasar yang rendah;
Belum tersedianya jaminan sosial yang komprehensif;
Masih terjadi marjinalisasi penduduk miskin, cacat, illegal, berpenyakit kronis dsb.

Tahapan Pelaksanaan MP3KI yaitu sebagai berikut :
I.

Periode 2013-2014 :
1. Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10% pada
tahun 2014;

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 17

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
2. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
3. Pada kantong-kantong kemiskinan, sinergi lokasi dan waktu, serta perbaikan
sasaran (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);
4. Sustainable livelihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk
membangun keterkaitan dengan MP3EI;
5. Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
II.

Periode 2015 – 2019 :
1. Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
2. Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal
coverage;
3. Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
4. Penguatan sustainable livelihood.

III.

2.2.5.

Periode 2020-2025 :
1. Pemantapan sistem penanggulangan kemiskinan secara terpadu;
2. Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

Kawasan Ekonomi Khusus - KEK (UU No. 39 Tahun 2009)
Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi, diperlukan
keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan dan dukungan pada usaha
mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi dan sekaligus memberikan manfaat bagi
industri dalam negeri. Berkaitan dengan hal itu, dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
disediakan lokasi bagi UMKM dan koperasi agar dapat mendorong terjadinya keterkaitan dan
sinergi hulu hilir dengan perusahaan besar, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai
pendukung Pelaku Usaha lain.
Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan
peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan
industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai
model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain
industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengatur
bahwa ketentuan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus diatur dengan Undang-Undang.
Ketentuan tersebut menjadi dasar hukum perlunya diatur kebijakan tersendiri mengenai KEK
dalam suatu Undang-Undang.

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 18

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
Ketentuan KEK dalam Undang-Undang ini mencakup pengaturan fungsi, bentuk, dan kriteria
KEK, pembentukan KEK, pendanaan infrastruktur, kelembagaan, lalu lintas barang, karantina,
dan devisa, serta fasilitas dan kemudahan.
KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan
usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan
perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut,
KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri,
pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor
dan untuk dalam negeri.
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah :
1.
2.
3.
4.

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;
Tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
Adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK;
Terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di
bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta
mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas
Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan
membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan,
dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha
dan Pelaku Usaha.
Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih
diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas :
1. Fasilitas Fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan
retribusi daerah, dan
2. Fasilitas Nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian,
investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan
pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal pengawasan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti halnya daerah
lain di Indonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan, diberikan kemudahan dalam sistem dan
prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan tetap mengutamakan pengawasan terhadap
kemungkinan penyalahgunaan atau pemanfaatan KEK sebagai tempat melakukan tindak pidana
ekonomi.
Dengan berlakunya Undang-Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan pengaturan
mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di Indonesia dengan memberi
kesempatan kepada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 19

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi
Undang-Undang Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4775) untuk diusulkan
menjadi KEK, baik dalam jangka waktu maupun setelah berakhirnya jangka waktu yang telah
ditetapkan. Dengan berlakunya Undang-Undang ini, tidak terjadi lagi pembentukan kawasan
perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

2.2.6.

Direktif Presiden (Inpres No.3 Tahun 2010)
Untuk lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan, dan untuk
kesinambungan serta penajaman Prioritas Pembangunan Nasional sebagaimana termuat dalam
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010, maka diinstruksikan kepada para menteri dan seluruh
pimpinan lembaga yang berwenang untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai
tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program
pembangunan yang berkeadilan, yang meliputi program sebagai berikut :

Tabel

2.

Matriks Program-Program Pembangunan yang berkeadilan

Jenis Program

Fokus Program

Program Pro
Rakyat

1. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;
2. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;
3. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro
dan kecil.

Program
Keadilan Untuk
Semua

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Program keadilan bagi anak;
Program keadilan bagi perempuan;
Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;
Program keadilan di bidang bantuan hukum;
Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;
Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

Program
Pencapaian
Tujuan
Pembangunan
Milenium
(MDGs)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;
Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;
Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
Program penurunan angka kematian anak;
Program kesehatan ibu;
Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;
Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 20

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
Jenis Program

Fokus Program
8. Program pendukung
Milenium.

percepatan

pencapaian

Tujuan

Pembangunan

Dari ke tiga program pembangunan tersebut, program pembangunan di bidang Cipta Karya
tertuang didalam program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium. Adapun programprogram pembangunan bidang Cipta Karya yang tertuang didalam rencana tindak upaya
pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel

No.

1.

2.

3.

Matriks Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium

Program
Program
pengelolaan
sumber daya air

Program
pembinaan dan
pengembangan
infrastruktur
permukiman

Tindakan

Penyediaan dan pengelolaan air baku

1.

2.

3.

Peningkatan
akses penduduk
terhadap sanitasi
dasar yang layak

Pengaturan, pembinaan,
pengawasan, pengembangan
sumber pembiayaan dan pola
investasi, serta pengembangan
sistem penyediaan air minum

Pengaturan, pembinaan,
pengawasan, pengembangan
sumber pembiayaan dan pola
investasi, serta pengembangan
infrastruktur sanitasi dan
persampahan

Peningkatan akses sanitasi dasar yang
layak

Sasaran
Meningkatnya
kapasitas dan
layanan air baku
untuk penyediaan
air minum

Meningkatnya
pelayanan air
minum terhadap
MBR di perkotaan
dan perdesaan

Meningkatnya
pelayanan
infrastruktur air
limbah

Meningkatnya akses
penduduk terhadap
sanitasi dasar

Keluaran

Terbangunnya sarana
dan prasarana air baku

1. Terfasilitasinya
kawasan perkotaan
yang terlayani air
minum
2. Terfasilitasinya
kawasan perkotaan
yang terlayani air
minum
1. Terlayaninya
kawasan dengan
infrastruktur air
limbah melalui
sistem off-site

2. Terlayaninya
kawasan dengan
infrastruktur air
limbah melalui
sistem on-site
1. Jumlah desa yang
melaksanakan
Sanitasi Total
Berbasis
Masyarakat
2. Jumlah desa yang
melaksanakan
Community led total
sanitation

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 21

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH

2.3.
2.3.1.

Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/ CK
UU No. 1 Th 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat
bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang
terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah
dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang
tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan.

2.3.2.

UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara
tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan
administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
þ
þ
þ

Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
Status kepemilikan bangunan gedung; dan
Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi :
þ

þ

2.3.3.

Persyaratan Tata Bangunan, yang ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh
Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan
gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.
Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung mencakup keselamatan, kesehatan,
penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh
pemerintah.

UU No. 7 Tahun2004 Tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah
tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk
pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 22

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
2.3.4.

UU No. 18 Tahun2008 tentang Pengelolaan Persampahan
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian
kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi
terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;
Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah
(TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5
(lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini.

2.4.

Amanat Internasional
A. Agenda Habitat
Pemenuhan kebutuhan hunian yang layak bagi semua orang merupakan amanat dari berbagai
agenda internasional, diantarnya Agenda Habitat (The Habitat agenda, Istanbul Declaration on
Human settlements). Sebagai salah satu dari 171 negara yang ikut menandatangani deklarasi
tersebut, Indonesia turut melaksanakan komitmen untuk menyediakan rumah layak huni yang
sehat, aman, terjamin, dapat mudah diakses dan terjangkau yang mencakup sarana dan
prasarana pendukungnya bagi masyarakat.
Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan pembangunan multisektoral yang
penyelenggaraannya melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Dalam rangka mewujudkan
hunian yang layak bagi semua orang (adequate shelter for all), pemerintah bertanggung jawab
untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat agar dapat menghuni rumah yang layak, sehat,
aman, terjamin, mudah diakses dan terjangkau yang mencakup sarana dan prasarana
pendukungnya. Untuk itu pemerintah perlu menyiapkan program-program pembangunan
perumahan dan permukiman, baik berupa intervensi langsung (provider) maupun melalui
penciptaan iklim yang kondusif (enabler) sehingga pembangunan perumahan dan permukiman
dapat berjalan dengan efisien dan berkelanjutan.
Namun demikian, hak dasar akan hunian yang layak dan terjangkau sampai saat ini masih
belum sepenuhnya terpenuhi. Salah satu penyebabnya adalah adanya kesenjangan pemenuhan
kuantitas dan kualitas kebutuhan perumahan yang masih sangat besar. Hal tersbut terjadi antara
lain karena masih kurangnya kemampuan sebagian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
perumahannya, diantaranya keterbatasan daya beli kelompok Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR).

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 23

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
nasional (RPJPN) tahun 2005 – 2025, dinyatakan bahwa sasaran pembangunan perumahan dan
permukiman jangka panjang adalah terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukugnya bagi seluruh masyarakat yang dilengkapi oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien dan akuntabel, untuk
mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Hal ini sejalan dengan sasaran MDGs yang terkait
dengan bidang perumahan (tujuan 7 target 11), yaitu mencapai perbaikan yang berarti dalam
kehidupan penduduk miskin dipermukiman kumuh pada tahun 2020.

B. Rio+20
Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan (UNCSD), juga disebut sebagai KTT
Bumi 2012 atau Rio +20, berlangsung 20-22 Juni 2012. Sementara itu jatuh pendek
menghasilkan kesepakatan yang mengikat, konferensi menawarkan alasan untuk berharap dengan baik di sektor swasta dan publik mengakui modal alam sebagai unsur inti penting dari
pembangunan berkelanjutan dan, akhirnya, dari kesejahteraan manusia. Banyak yang telah
berubah sejak pertama "Rio" KTT Bumi 1992. Perubahan manusia ekosistem laut, air tawar dan
darat terus mempercepat pada kecepatan yang lebih intens daripada di periode lain dalam
sejarah. Sementara kami menggunakan ekosistem telah menyebabkan keuntungan dalam modal
fisik dan manusia, telah habis modal alam (stok ekosistem yang menghasilkan arus barang dan
jasa ekosistem).
Di Rio+20, 193 negara memiliki kesempatan penting untuk memperbaharui komitmen
mereka untuk pembangunan berkelanjutan dan mengadopsi upaya-upaya baru untuk
mengentaskan kemiskinan dan bergerak ke arah ekonomi hijau global yang - yang dibangun
pada penggunaan berkelanjutan dan pengelolaan yang berharga namun rapuh barang alam dan
jasa.
Dua tema utama KTT yang telah dihasilkan yaitu :
1. Ekonomi Hijau
Ini elemen yang relatif baru dalam agenda internasional resmi telah memprovokasi
diskusi luas sekitar definisi. Sekelompok kecil negara-negara berkembang tetap skeptis
terhadap istilah "ekonomi hijau," yakin bahwa negara maju adalah mendorong konsep
ini dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi global mereka sendiri. CI percaya
bahwa perkembangan yang sehat, berkelanjutan, "hijau", ekonomi sangatlah penting
untuk masa depan kesejahteraan masyarakat, ekosistem dan seluruh bangsa.
2. Sebuah kerangka kelembagaan untuk pembangunan berkelanjutan
Ini telah berada di bawah diskusi politik selama lebih dari 10 tahun, dengan tidak ada
solusi yang jelas di cakrawala. Apakah fokusnya adalah tujuan pembangunan
berkelanjutan atau tindakan baru pertumbuhan, banyak pemerintah tampaknya tidak
mau melakukan perubahan mendasar terhadap kebijakan dan sistem PBB.

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTAKARYA

BAB II- 24

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
Meskipun keberhasilan lengkap pada negosiasi informal telah terbukti sulit dipahami, namun
perlu dicatat : Negosiasi jalan ke Rio telah memiliki dampak positif di seluruh dunia. Ini telah
membawa pembangunan berkelanjutan menjadi fokus yang lebih tajam, dan kelompok warga
galvanis 'dengan keinginan baru untuk mempengaruhi negosiasi pemerintah.
Dengan perkiraan 50.000 peserta, pengamat, pemimpin, aktivis dan wartawan berkumpul di
Rio, KTT ini menawarkan kesempatan utama bagi pemerintah, bisnis dan organisasi seperti CI
untuk menghubungkan satu sama lain, bertukar pikiran dan memprioritaskan pendanaan untuk
proyek-proyek baru dan yang sudah ada. Lebih dari 30 anggota tim global CI, termasuk banyak
rekan-rekan dari Brasil CI-Brasil, akan ada, berbagi keahlian teknis dan advokasi untuk nilai
ekosistem yang akan dimasukkan ke dalam sistem akuntansi nasional dan korporasi. Ini masih
harus dilihat apakah semangat baru aktivisme akan tercermin dalam hasil yang ambisius yang
memberikan harapan bagi generasi mendatang. Peningkatan pengetahuan yang diperoleh sejak
tahun 1992 tentang bagaimana mendesain ulang pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan
adalah alat terkuat. Urgensi untuk ekosistem tegang bumi dan orang-orang yang kurang
beruntung adalah reli menangi