REVITALISASI PASAR TRADISIONAL PUCANG SAWIT SEBAGAI CANGWIT CREATIVE SPACE

707/ Desain Interior

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN PEMULA

REVITALISASI PASAR TRADISIONAL PUCANG
SAWIT
SEBAGAI CANGWIT CREATIVE SPACE
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Ketua Tim Peneliti:
Indarto., S.Sn., M.Sn. NIDN: 0030097105
Anggota Tim Peneliti:
Alexander Nawangseto Mahendrapati., S.Sn., M.Sn. NIDN: 0007077509
Dibiayai oleh:
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Kontrak Penelitian
Nomor: 015/SP2H/LT/DRPM/IV/2017

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
Bulan Oktober Tahun 2017

1

2

REVITALISASI PASAR TRADISIONAL PUCANG SAWIT SEBAGAI
CANGWIT CREATIVE SPACE
RINGKASAN
Penelitian Dosen Pemula berjudul Revitalisasi Pasar Tradisional Pucang Sawit
Menjadi Cangwit Creative Space, sebagai upaya Pemkot Surakarta untuk
mengaktifkan kembali pasar tradisional, khususnya zonasi area Cangwit Creative
Space dan pengelolaannya. Rumusan masalahnya: 1) Bagaimana dampak
kebijakan DPP Pemkot Surakarta pada revitalisasi Pasar Pucang Sawit menjadi
Cangwit Creative Space terhadap pola zonasi ruang dan tata display produk serta
pengelolaannya terhadap aktivitas komunitas kreatif dalam konsep sinergisitas
quadro helix untuk Solo Kota Kreatif? 2) Bagaimana alternatif desain pola zonasi
Cangwit Creative Space dengan aktivitas pasar di lantai satu sebagai satu
kesatuan ruang publik kota yang berkonsep pasar kreatif? Tujuan penelitian yaitu:

1) Mengidentifikasi dan memetakan dampak kebijakan DPP Pemkot Surakarta
pada revitalisasi Pasar Pucang Sawit menjadi Cangwit Creative Space terhadap
pola zonasi ruang dan tata display produk serta pengelolaannya terhadap aktivitas
komunitas kreatif dalam konsep sinergisitas quadro helix untuk Solo Kota Kreatif.
2) Membuat alternatif desain pola zonasi Cangwit Creative Space dengan
aktivitas pasar di lantai satu sebagai satu kesatuan ruang publik kota yang
berkonsep pasar kreatif. Metode penelitian yaitu analitik deskriptif, dengan
pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak
kebijakan dari regulasi DPP Pemkot Surakarta belum bisa sepenuhnya
menghidupkan kondisi pasar Pucang Sawit. Munculnya Cangwit Creative Space
yang diresmikan tanggal 21 Nopember 2015 sesaat mampu menghidupkan
kondisi Pasar Pucang Sawit dan hingga tahun 2017 benar-benar vakum tanpa
kegiatan apapapun. Keberlanjutan Cangwit Creative Space akan dihidupkan
dengan salah satu alternatif bentuk zonasi ruang yang baru yaitu dengan
pembenahan dan penambahan: Zona Pengelola, Zona Co-Working Space , Zona
Penjualan dan Display, Zona Pembinaan bagi para pedagang, dan Zona Khusus
untuk kepentingan negosiasi bisnis.
Kata Kunci: revitalisasi, pasar tradisional, Cangwit creative space, kebijakan,
zonasi


3

PRAKATA
Alhamdulillahirabbil‟aalamin, segala puja dan puji syukur penulis
panjatkan kepada Allah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. Tanpa
karunia-Nya, mustahillah laporan akhir Penelitian Dosen Pemula ini terselesaikan
tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir. Penulis
benar-benar merasa tertantang untuk mewujudkan laporan akhir Penelitian Dosen
Pemula ini sebagai bagian untuk mempertahankan slogan pribadi: bekerja keras
untuk kehidupan yang lebih baik.
Laporan akhir Penelitian Dosen Pemula ini ditulis sebagai bagian dari
proses yang cukup panjang dari tahapan penelitian dalam skema Penelitian Dosen
Pemula. Judul Penelitian ini adalah Revitalisasi Pasar Tradisional Pucang Sawit
sebagai Cangwit Creative Space.
Terselesaikannya laporan akhir Penelitian Dosen Pemula ini juga tidak
bisa terlepas dari bantuan beberapa pihak. Karena itu penulis menyampaikan
terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat
Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi karena telah memberikan kesempatan bergabung dalam skema
Penelitian Dosen Pemula. Dengan kepercayaan tersebut, penulis berkeyakinan

bahwa itu dapat meningkatkan kualitas diri dan karya untuk waktu yang akan
datang. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas
Perdagangan Kota Solo, Lurah Pasar Pucangsawit dan staf, Pengelola Cangwit
Creative Space. Semua bentuk bantuan, motivasi, dan saran-saran yang telah
diberikan benar-benar bermanfaat bagi penulis untuk belajar menjadi pribadi yang
lebih baik.
Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan kesalahan, penulis
menyadari juga bahwa kesalahan dan kekurangan laporan akhir Penelitian Dosen
Pemula ini pasti ditemukan. Oleh karena itu, penulis berharap agar pembaca
berkenan menyampaikan kritikan. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan,
penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya. Kritik
merupakan perhatian agar dapat menuju kesempurnaan. Akhir kata, penulis
berharap agar laporan akhir Penelitian Dosen Pemula ini dapat membawa manfaat
kepada pembaca. Secara khusus, penulis berharap semoga laporan akhir Penelitian
Dosen Pemula ini dapat menginspirasi generasi bangsa ini agar menjadi generasi
yang tanggap dan tangguh.Jadilah generasi yang bermartabat, kreatif, dan
mandiri.

4


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ 2
RINGKASAN......................................................................................................... 3
PRAKATA ............................................................................................................. 4
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 5
DAFTAR TABEL .................................................................................................. 6
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 7
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 8
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 13
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .......................................... 18
BAB 4. METODE PENELITIAN ....................................................................... 19
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI ...................................................................... 23
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ............................................. 40
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 43
LAMPIRAN ........................................................................................................ 45


5

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian................................................. 40

6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah Existing................................................................................... 26
Gambar 2. Zoning................................................................................................. 26
Gambar 4. Grouping............................................................................................. 27
Gambar 3. Lay Out Furniture................................................................................ 27
Gambar 5. Lay Out Furniture Desain Co-Working Space.................................... 28
Gambar 6. Visualisasi 1 Desain Co-Working Space............................................ 28
Gambar 7. Visualisasi 2 Desain Co-Working Space............................................ 29
Gambar 8. Visualisasi 3 Desain Co-Working Space............................................. 29
Gambar 9. Visualisasi 4 Desain Co-Working Space............................................. 30
Gambar 10. Lay Out Furniture Area Diskusi ....................................................... 30

Gambar 11. Visualisasi 1 Desain Area Diskusi ................................................... 30
Gambar 12. Visualisasi 2 Desain Area Diskusi.................................................... 31
Gambar 13. Lay Out Furniture Ruang Pembinaan Start-up .................................32
Gambar 14. Visualisasi 1 Desain Ruang Pembinaan Start-up.............................. 32
Gambar 15. Visualisasi 2 Desain Ruang Pembinaan Start-up.............................. 33
Gambar 16. Visualisasi 1 Desain Panggung......................................................... 33
Gambar 17. Visualisasi 2 Desain Panggung......................................................... 34
Gambar 18. Visualisasi 3 Desain Panggung ........................................................ 34
Gambar 19. Lay Out Furniture Area Kuliner....................................................... 35
Gambar 20. Visualisasi 1 Desain Area Kuliner.................................................... 35
Gambar 21. Visualisasi 2 Desain Area Kuliner.................................................... 36
Gambar 22. Lay Out Furniture Area Penjualan.................................................... 36
Gambar 23. Visualisasi Desain Area Penjualan................................................... 37
Gambar 24. Visualisasi Desain Area Servis-Penunjang....................................... 37
Gambar 25. Visualisasi 1 Perspektif Cangwit....................................................... 38
Gambar 26. Visualisasi 2 Perspektif Cangwit....................................................... 38
Gambar 27. Visualisasi 3 Perspektif Cangwit....................................................... 39

7


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rekapitulasi Penggunaan Anggaran 100%........................................ 45
Lampiran 2 Biodata Tim Peneliti.......................................................................... 47
Lampiran 3 Biodata Pasar Pucangsawit................................................................ 55

8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota Solo di era kepemimpinan Joko Widodo sebagai walikota
memposisikan pasar tradisional sebagai kekuatan ekonomi kerakyatan untuk
membangun

kota.

Pada


periode

kepemimpinannya

RPJMD

2010-2015

pembangunan kota bervisi Solo Eco Cultural City, yang menjawab persoalan
terkait lingkungan budaya, ekonomi lokal, dan mata pencaharian warga. Melalui
pelaksanaan visi Solo Eco Cultural City, Solo sedang tumbuh menjadi daerah
yang memiliki masyarakat yang sehat, memiliki akar budaya lokal yang kuat,
aktivitas pasar yang sibuk, ruang terbuka yang nyaman dan indah, serta dukungan
infrastruktur yang memadai1. Unsur lokalitas budaya dan aktivitas pasar yang
sibuk tersebut salah satunya diwujudkan dengan merevitalisasi pasar-pasar
tradisional di Solo.
Program revitalisasi pasar tradisional tersebut, di antaranya Pasar Pucang
Sawit, yang terletak di jalan Ir. H. Juanda. Pada era tahun 1990an area tersebut
sebagai eks sub terminal. Penjelasan tentang anggaran revitalisasi Pasar Pucang
Sawit oleh Kepala Dinas Pengelola Pasar, Subagiyo dapat kita baca hasil

reportase dari surat kabar Suara Merdeka 27 Agustus 2009 sebagai berikut.
Sedikitnya dana sebesar Rp 6 miliar dialokasikan APBD Surakarta untuk
membangun Pasar Pucang Sawit. Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (DPP)
Surakarta, Subagiyo mengungkapkan bahwa pembangunan pasar dua
lantai akan dilakukan dalam dua tahap. Termin pertama, proyek
pembangunan pasar seluas 0,5 hektare yang berlokasi di eks sub-terminal
itu akan difokuskan dalam upaya membangun lantai dasar. Dengan alokasi
anggaran sebesar Rp 3,8 miliar.` Sementara pada termin kedua, akan
dikhususkan pada pembangunan lantai II, yang diperkirakan akan menelan
dana sekitar Rp 2 miliar lebih. Pembangunan pasar Pucang Sawit, lanjut
Subagiyo, telah melalui tahap kajian dan berdasarkan permintaan
masyarakat sekitar. Menurut Subagiyo, kebutuhan akan pasar di daerah itu
sudah mendesak, indikatornya adalah banyaknya pedagang kali lima
(PKL) yang bertebaran di sekitar pasar. Pertimbangan lain, didasarkan

1

City Vision Profile, Solo Jawa Tengah, www.solokotakita.org, 20 Maret 2016, pukul 22.38 WIB.

9


pada tren perkembangan ke depan yakni sisi penyediaan lapangan kerja,
perkembangan kota, dan pertumbuhan ekonomi Solo.
Hasil dari kebijakan tersebut, maka pasar tersebut menampung beberapa
pedagang

untuk

menempati

kios-kios

yang

sudah

disediakan.

Namun

kenyatannyya para pedangan mengeluh tidak ada pembeli dan pasar sepi.
Berbagai upaya dilakukan Dinas Pengelola Pasar Pemerintah Kota Surakarta agar
pasar tersebut memiliki aktivitas yang sibuk dan berdampak kepada ekonomi
pedagang dan masyarakat sekitarnya. Salah satu upaya tersebut adalah
diresmikannya Pasar Kuliner Pucang Sawit yang berlokasi di seberang pasar
Pucang Sawit pada tanggal 5 Maret 2012. Peresmian Pasar Kuliner Pucang Sawit
tersebut setelah Galabo (Gladak Langen Bogan) sukses menarik konsumen
sebagai tempat wisata kuliner malam hari di jalan raya depan PGS (Pusat Grosir
Solo). Masyarakat menyebut Pasar Kuliner Pucang Sawit dengan Galabo seri 2.
Namun sampai saat ini Galabo sudah tidak lagi menarik perhatian masyarakat
untuk berwisata kuliner, begitu juga dengan Pasar Kuliner Pucang Sawit.
Akhir November 2012 Solo ditunjuk oleh Ibu Mari Elka Pangestu sebagai
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk dikandidatkan sebagai Kota
Kreatif versi Unesco Creative Cities Network (UCCN) bersama Jogya dan
Bandung. Implikasi dari penunjukan tersebut Solo berbenah dengan konsep Kota
Kreatif. Sinergisitas dibangun antara akademisi, pemerintah, pengusaha, dan
komunitas atau lebih disebut dengan istilah quadro helix, kemudian terbentuk
Solo Creative City Network (SCCN). SCCN terus berkoordinasi dengan Forum
Economic Development and Empowering (FEDEP), Bappeda, dan para kepala
dinas dalam membuat program kota.
Program kota tersebut di antaranya merevitalisasi pasar-pasar tradisional
yang lantai duanya hampir sebagian besar sepi tanpa pengunjung dan pembeli,
sehingga pedagang enggan untuk berjualan. Dalam program tersebut, Dinas
Pengelola Pasar (DPP) selaku pengelola pasar tradisional bekerjasama dengan
para komunitas anak muda kreatif untuk memanfaatkan area tersebut sebagai
simpul aktivitas kreatif. Menurut kepala DPP, Subagiyo revitalisasi tersebut
sebagai langkah nyata untuk mendukung program Solo Kota Kreatif. Salah satu

10

pasar tradisional yang direvitalisasi adalah Menurut Subagiyo tentang kebijakan
Cangwit Creative Space sebagai berikut.
Subagiyo mengatakan kegiatan kreatif ini untuk memanfaatkan pasar yang
selama ini belum berjalan secara optimal. Setelah kegiatan perekonomian
di lantai II Pasar Pucangsawit berjalan, DPP akan kembali membangkitkan
perdagangan di lantai dasar pasar. Seluruh pedagang yang menempati kios
dan los di Pasar Pucangsawit akan diperingatkan untuk segera memulai
kegiatan perdagang. DPP tidak akan segan-segan memberi teguran hingga
mencabut hak sewa pedagang jika tidak mau memanfaatkan kios tersebut.
Lantai dua sudah ditata sedemikian rupa, tentu harapannya kegiatan di
lantai dua juga ikut hidup. Kalau tidak mau berdagang maka dicabut izin
sewanya. Menurut Subagiyo, pemilihan Pasar Pucangsawit sebagai ruang
kreatif karena untuk mengembangkan perekonomian di wilayah Solo
bagian Timur. Solo bagian timur memiliki beberapa pasar dan obyek
wisata seperti Pasar Tanggul, Pasar Panggungrejo, dan Taman Satwa Taru
Jurug (TSTJ). Ini untuk memperkuat perekonomian di wilayah timur.
Selain itu juga untuk memanfaatkan potensi yang ada, karena juga ada
pusat kuliner Pucangsawit. Lebih lanjut, DPP akan melakukan evaluasi
mengenai kegiatan di Cangwit Creative Space setiap bulan. Ini supaya
promotor yang terlibat dalam kegiatan ini bisa terus mengembangkan ide
dan kreativitas. Mengenai retribusi pasar, kata Subagiyo, Pemkot
membebaskan retribusi seluruh pedagang di Cangwit Creative Space
dalam waktu tiga bulan. Ini untuk merangsang kegiatan perekonomian di
pasar tersebut2.
Uraian tersebut di atas menjadi alasan utama atau latar belakang Penelitian
Dosen Pemula ini, bagaimana kebijakan tersebut berdampak terhadap kehidupan
komunitas kreatif, perkembangan desain produk kreatif, pasar kuliner Pucang
Sawit, Pendapatan Asli Daerah, dan dukungan terhadap konsep pengembangan
Ekonomi Kreatif yang sudah menjadi bagian dari Rencana Aksi Daerah dari
bidang Ekonomi Bapppeda Surakarta yang dibuat tahun 2015. Sebagai wujud
sinergisitas unsur quadro helix dalam konsep pengembangan ekonomi kreatif
maka, maka sebagai akademisi kebijakan dan kebutuhan tersebut menjadi sangat
penting untuk diteliti. Hal tersebut karena intelektual kreatif yang memiliki
konsep pengembangan kearifan lokal sebagai produk unggulan kota, harus

2

www.solopos.com, Solo Kota Kreatif Dikembangkan dengan Membuka Cangwit
Creative Space, diakses pada 20 Maret 2016 pukul 23.52 WIB

11

memiliki posisioning sebagai bentuk pengembangan bidang ilmu desain secara
khusus dan institusi ISI Surakarta di wilayah lokal, nasional bahkan internasional.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
Penelitian Dosen Pemula dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana dampak kebijakan DPP Pemkot Surakarta pada revitalisasi Pasar
Pucang Sawit menjadi Cangwit Creative Space terhadap pola zonasi ruang dan
tata display produk serta pengelolaannya terhadap aktivitas komunitas kreatif
dalam konsep sinergisitas quadro helix untuk Solo Kota Kreatif?
2. Bagaimana alternatif pola zonasi Cangwit Creative Space dengan aktivitas
pasar di lantai satu sebagai satu kesatuan ruang publik kota yang berkonsep
pasar kreatif?

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Isu Strategis Pemerintah Kota Surakarta 2015-2019
Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta yang tertuang dala Isu Strategis
Kota 2015-2019 dari lintas bidang Bappeda tertuang yaitu:
1) Tata kelola pemerintahan (governance): bersih, transparan, kolaboratif,
demokratis, dan akuntabel, 2) Peningkatan daya saing daerah; meraih
keunggulan, 3) Kesejahteraan masyarakat: mapan, aman, nyaman, 4)
Lingkungan hidup sehat: sehat, selamat, bermartabat, 5) Kesenjangan
wilayah: pemerataan yang berkeadilan.3
Berdasarkan lima isu tersebut masing-masing bidang di dalam Bappeda
menerjemahkan ke dalam bentuk isu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
Isu dari tata kelola pemerintahan (governance): bersih, transparan,
kolaboratif, demokratis, dan akuntabel diterjemahkan oleh Bidang Fisik dan
Prasarana Bappeda Surakarta, terdapat penataan dan pengendalian ruang. Isu
peningkatan daya saing daerah: meraih keunggulan diterjemahkan ke dalam isu
program 1) tranportasi dan konektivitas kawasan dan 2) isu karakter dan identitas
kota. Bidang Ekonomi untuk peningkatan daya saing daerah memiliki isu
revitalisasi dan rehabilitasi pasar tradisional Kota Surakarta, sedangkan isu dari
Bidang Sosial Budaya terdapat budaya dan pariwisata, kepemudaan, dan
ketenagakerjaan. Dari isu ketiga bidang tersebut terdapat keterkaitan, yang
diterjemahkan ke dalam beberapa program oleh para kepala dinas Pemerintah
Kota Surakarta.
B. Definisi Ruang Publik dan Keterkaitan Ruang Kota dengan Ruang Publik
Keberadaan ruang publik bagi kota sangat penting sebagai fasilitas kota.
Definisi umum Ruang Publik menurut Urban Land Institute, ruang publik yaitu:
ruang-ruang yang berorientasi pada manusia (people oriented space)4. Definisi
yang lain tentang Ruang Publik yaitu: tempat atau ruang yang terbentuk karena
adanya kebutuhan terhadap tempat untuk bertemu atau berkomunikasi. Pada
3
4

www.bappeda.surakarta.go.id, diakses pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 04.27 WIB.
Urban Land Institute, Mixed-use Development Handbook, (Washington DC: 1987), hal. 173-176.

13

dasarnya ruang publik ini merupakan suatu wadah yang dapat menampung
aktivitas tertentu dari manusia, baik individu atau golongan.5 Orientasi ruang
publik kota berdasarkan pada lingkungan dan konsep kota tersebut dalam
memberikan fasilitas bagi warganya, termasuk kota Solo harus mengikuti
bagaimana masyarakat urban terus tumbuh dan berkembang dengan lokalitas
budaya yang sangat kuat.
Perancangan atau dapat disebut sebagai seni membangun kota adalah
sebagai usaha untuk menyerap aspirasi kota dan merepresentasikan masyarakat
dan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kota tersebut. Seperti yang
dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam menyerap aspirasi warganya dalam
mengusulkan program untuk rehabilitasi sarana dan prasarana di lingkungannya
melalui musyawarah tingkat RT hingga dalam forum Musyawarah Rencana
Pembangunan Kota (Musrenbangkot) yang diselenggarakan oleh Bappeda setiap
tahun.
Ruang kota menurut Rob Krier adalah ruang kota merupakan tempat
terjadinya kegiatan masyarakat kota sehingga ruang kota menjadi ruang publik.
Dengan tidak melihat kriteria estetikanya, ruang kota sebagai semua yang berada
di antara atau di luar bangunan6. Berdasarkan pendapat Rob Krer tersebut pasar
tradisional di Solo berada di antara bangunan, yang berdiri sendiri dan secara utuh
sebagai ruang publik kota. Rob Krier juga berpendapat bahwa ruang kota baik
yang bersifat internal maupun eksternal memiliki hokum yang mirip tidak hanya
dari fungsi namun juga dari bentuknya. Ruang internal adalah ruang yang
terlindungi dari cuaca dan lingkungan merupakan simbol efektif dari sebuah
privasi7.
C. Pasar Tradisional sebagai Ruang Publik Kota Solo
Penelitian yang telah dilakukan oleh Agus S. Ekomadyo dengan artikel
ilmiah yang berjudul Menelusuri Genius Loci Pasar Tradisional sebagai Ruang

5

Rustam Hakim, Hardi Utomo, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, (Jakarta: 2003),
hal.50
6 Rob Krier, Urban Spaces, (New York: 1979) hal. 15.
7 Rob Krier, 1979, hal.15.

14

Sosial Urban di Nusantara, dengan obyek penelitian Pasar Legi Solo dan Pasar
Balubur, Bandung.8

Hasil dari penelitian tersebut pasar tradisional terbentuk

karena perannya sebagai tempat pertukaran barang dan jasa, yang membangkitkan
pertukaran informasi dan pengetahuan. Penelitian dengan pendekatan fenomelogi
„space‟. Ekomadyo menarik kesimpulan dengan mengutip pendapat NorbergSchultz bahwa „place‟ memegang tiga kata kunci yaitu: makna, identitas, dan
kesejarahan.
Penelitian ini menjadi referensi bagi peneliti untuk meneliti Cangwit
Creative Space. Pasar Legi memiliki nilai kesejarahan karena dibangun pada era
pemerintahan Mangkunegoro I (Pangeran Samber Nyawa), sedangkan Pasar
Pucang Sawit didirikan sebagai hasil dari kebijakan tata kota bagi pedagang kaki
lima dan untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan di era Walikota Joko Widodo
hingga sekarang direvitalisasi sebagai pasar kreatif

dengan nama Cangwit

Creative Space
Penelitian berikutnya oleh Agustini Rahayu dari Universitas Indonesia
dengan judul Identitas Masyarakat Urban Jakarta Analisis terhadap Tata ruang
Publik Plaza eX. Penelitian ini fokus pada tata ruang publik bundaran HI Jakarta
Pusat dengan pendekatan semiotik, sebagai sebuah wacana untuk mengungkapkan
atau melakukan dekonstruksi pemikiran terhadap arti dan fungsi tata ruang publik
dalam proses pemaknaan yang diberikan oleh masyarakat pengguna9. Penelitian
ini memberikan referensi bagi peneliti dengan kasus plaza eX yang menjadi ruang
interaksi masyarakat urban kota besar dan pemaknaan terhadap identitas dan
kebutuhan gaya hidup mereka melalui ruang publik.
Artikel ilmiah oleh Roni Gunawan Sunaryo dengan judul Posisi Ruang
Publik dalam Transformasi Konsepsi Urbanitas Kota di Indonesia pada tahun
2010 menjelaskan bahwa transformasi terjadi dari struktur kota tradisional menuju
kota modern, tidak saja konsepsi secra fisik namun juga transformasi konsepsi
dari warganya, dari konsepsi tradisional-informal menuju konsepsi modern-

8

http://www.ar.itb.ac.id/pa/wp-content/uploads/2007/11/201212geniuslocipasar.pdf, diakses
tanggal 20 Pebruari 2016, pukul 06.20 WIB.
9 http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-82084.pdf

15

formal10. Artikel ilmiah ini menjadi refensi peneliti bagaimana nilai-nilai
tradisional hadir di pasar Pucang Sawit yang berubah menjadi Cangwit Creative
Space di lantai dua berpadu dengan pasar tradisional di lantai satu. Bagaimana
perubahan fungsi di lantai dua pasar tersebut dapat mengakomodir konsensus
warga kota dengan transformasi nilai-nilai tradisional dengan kebutuhan
pengembangan ekonomi kreatif kota Solo.
D. Peran Komunitas dalam Konsep Pengembangan Ekonomi Kreatif yang
Berkelanjutan
Komunitas menjadi aktor penting dalam pembentukan Kota Kreatif.
Kedudukan komunitas sejajar dengan aktor-aktor yang lain, yaitu akademsi,
pemerintah, pengusaha, dan media. Komunitas menjadi titik temu bagi orangorang yang memiliki minat yang sama terhadap sesuatu. Di antara mereka terjadi
interaksi yang didasari dengan batasan minat yang sama tersebut dengan
membentuk jaringan. Menurut Charles Landry jaringan dan kreativitas pada
hakikatnya saling menguntungkan, karena semakin besar jumlah simpul dalam
sebuah sistem semakin besar kapasitas untuk berinovasi. Pada akhirnya komunitas
mempunyai peran untuk membangun kesadaran akan kebutuhan untuk
berkolaborasi11
Dalam upaya membentuk Kota Kreatif dibutuhkan tiga hal yang dapat
memformulasikannya, yaitu 1) pemeliharaan dan pengembangan potensi Ekonomi
Kreatif, 2) pemeliharaan creative class (golongan atau individu) 3) perencanaan
dan pengembangan lingkungan kreatif

12

. Berdasarkan hal tersebut maka, upaya

Pemerintah Kota Surakarta untuk merevitalisasi Pasar Pucang Sawit adalah
implementasi dari formula ketiga hal tersebut. Hasil dari FGD penyusunan
Rencana Aksi Daerah (RAD) Pengembangan Ekonomi Kreatif dari Bappeda Kota
Surakarta pada tahun 2015, Cangwit Creative Space masuk dalam tabel
10http://repository.petra.ac.id/15517/1/Posisi_Ruang_Publik_dalam_Transformasi_Konsepsi_Urban
itas_Kota_Indonesia.pdf
11Charles Landry, Creative City: Toolkit for Urban Innovation, (London: Earthscan, 2008).
12www.pemudatataruang.org, Kota Kreatif (Creative City) dan Pengaruh Komunitas Bagi Kota
yang Kreatif, diakses tgl 25 Maret 2016, pukul 20.22 WIB

16

pengembangan ekonomi kreatif untuk program Creative Market Place di tahun
2016 ini. Program Creative Market Place dengan indeks kinerja utama
meningkatnya jumlah UMKM Kreatif. Artinya, Cangwit Creative Space punya
peran

dalam

peningkatan

jumlah

UMKM

Kreatif,

dengan

kegiatan

mengembangkan “pasar” untuk edukasi produk-produk kreatif.
Ekonomi kreatif dalam bahasan RAD tersebut didefinisikan secara jelas
sampai dengan menimbulkan efek yang signifikan. Definisi tersebut, sebagai
berikut.
Kekuatan utama dari ekonomi kreatif terletak pada ide dan gagasan yang
kreatif dan inovatif, yang mengunakan dan memanfaatkan teknologi dan
sistem informasi secara cerdas (efisien, efektif, optimal) dan
berkelanjutan, sehingga terciptanya sesuatu yang relatif baru dan memiliki
added value yang eksponensial, bisa diartikan juga mensinergikan dua hal
atau lebih menjadi sesuatu yang relatif baru dengan kenaikan dampak yang
eksponensial.13
RAD pengembangan ekonomi kreatif dengan sinergisitas quadro helix
(akademisi, pemerintah, pengusaha/profrsional, dan komunitas) disusun sebagai
upaya membangun optimisme dan mendukung Kota Solo menjadi Kota Kreatif
yang Liveable City

13

Bappeda Kota Surakarta, Rencana Aksi Daerah Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota
Surakarta, (Surakarta: 2015) hal.17.

17

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan khusus
Penelitian Dosen Pemula sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi dan memetakan dampak kebijakan DPP Pemkot Surakarta
pada revitalisasi Pasar Pucang Sawit menjadi Cangwit Creative Space terhadap
pola zonasi ruang dan tata display produk serta pengelolaannya terhadap
aktivitas komunitas kreatif dalam konsep sinergisitas quadro helix untuk Solo
Kota Kreatif.
2. Membuat alternatif desain pola zonasi Cangwit Creative Space dengan
aktivitas pasar di lantai satu sebagai satu kesatuan ruang publik kota yang
berkonsep pasar kreatif.
B. Manfaat Penelitian
Program penelitian ini merupakan bentuk upaya identifikasi dampak pola
revitalisasi dengan konsep pengembangan ekonomi kreatif pada ruang publik
pasar tradisional sebagai bagian dari sentra kreatif di zona Solo bagian timur.
Pengembangan ekonomi kreatif dengan berbasis komunitas pada ruang publik
diharapkan berdampak bagi konsep pariwisata kreatif bagi kota Solo sebagai
destinasi wisata. Penelitian ini juga akan memetakan aktivitas kreatif apa yang
banyak ditekuni oleh komunitas-komunitas di Solo dan dengan target luaran draft
penataan zonasi ruang dan pengelolaan aktivitas komunitas kereatif di pasar
Pucang Sawit, sehingga dapat memberikan alternatif untuk perbaikan kebijakan
institusi pemerintah terkait.

18

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Pasar Pucang Sawit atau Cangwit Creative Space,
jalan Ir. Juanda Pucang Sawit, Jebres, dan di kompleks perkantoran Balaikota
Surakarta atau Solo, Provinsi Jawa Tengah. Jangka waktu penelitian selama enam
bulan, dalam tiga tahap, masing-masing tahap terdiri dari dua bulan bulan. Tahap
pertama pada bulan pertama sampai kedua adalah tahap observasi awal, dengan
mempersiapkan perijinan, pengumpulan data tentang latar belakang kebijakan dan
sejarah Cangwit Creative Space. Tahap kedua, bulan ketiga sampai keempat,
peneliti melakukan pengumpulan data tentang identifikasi ruang dan aktivitas dari
komunitas kreatif di Cangwit Creative Space dan kantor para regulator, berikut
produk dan sistem rantai nilai dari aktivitas hingga menghasilkan suatu produk
sebagai dampak dari kebijakan dan wawancara dari para regulator yaitu dengan
Bappeda Bidang Ekonomi, Dinas Tata Ruang Kota, dan Dinas Pengelola Pasar
Pemerintah Kota Surakarta. Bulan keempat melakukan analisis berikut menyusun
formula sebagai solusi dari rumusan permasalahan. Tahap ketiga, bulan kelima
dan keenam menyusun laporan penelitian.
B. Metode dan Pendekatan Penelitian
Fokus dari kegiatan ini adalah penelitian di pasar tradisional dengan
konsep pasar kreatif, sebagai ruang interaksi komunitas kreatif. Berdasarkan hal
tersebut maka kondisi dan kebutuhan lapangan berperan penting dalam penelitian
ini, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi. Alasan pemilihan pendekatan ini karena
kondisi komunitas kreatif yang sebagai tenant di Cangwit Creative Space di Solo
terhadap

kebijakan

tersebut

terus

berkembang.

Melalui

pendekatan

fenomenologi, diharapkan deskripsi atas fenomena yang tampak di lapangan dapat
diinterpretasi makna dan isinya lebih mendalam. Berbagai fenomena di lapangan

19

baik dari narasumber para regulator dan pelaku komunitas kreatif tersebut menjadi
bekal penting sebagai analisis dalam tiga tahapan, yaitu observasi, eksplorasi dan
member check.

C. Teknik Pengambilan Sampel
Kegiatan penelitian dilakukan di Pasar Pucang Sawit atau Cangwit
Creative Space dengan sasaran para komunitas kreatif yang memanfaatkan area
tersebut sebagai sarana untuk memajang produk, beraktivits kreatif, dan lain-lain
berdasarkan konsep pengembangan ekonomi kreatif. Sample terpilih berdasarkan
purposive sampling aktivitas ekonomi kreatif guna mendapatkan data, dokumen,
dan informan yang sesuai dengan kriteria, sehingga berhubungan erat dengan
rumusan masalah penelitian.
D. Sumber Data dan Teknik Pengambilan Data
Sumber data dalam penelitian kebijakan revitalisasi Pasar Pucang Sawit
menjadi Cangwit Creative Space adalah tertulis, lisan, peristiwa, dan benda
dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data
tertulis didapat dari program kota untuk penataan kawasan, peraturan daerah,
RPJMD Kota Surakarta terkait dengan tata kota, revitalisasi dan rehabilitasi pasar
tradisional baik di Bappeda, Dinas Tata Ruang Kota, Dinas Pengelola Pasar,
Dinas Pariwisata dan Budaya. Data tertulis implementasi dari teknik pengambilan
data dengan teknik dokumentasi. Data lisan juga sekaligus sebagai data primer
didapat dengan melakukan wawancara dengan para komitas kreatif di Cangwit
dan pengelolanya, para kepala dinas, kepala Bappeda, Kepala Bidang Ekonomi,
Kepala Bidang Fisik dan Prasarana, Bidang Sosial dan Budaya, serta para Kepala
Dinas dan Kepala Bidangnya. Khusus para komunitas kreatif baik yang tenant
Cangwit Creative Space maupun bukan dan pengunjung wawancara terkait
dengan pengalaman spatial (ruang) ketika mereka berkunjung ke lokasi. Sumber
data peristiwa didapat dari peristiwa kunjungan terebut dari siapapun. Data

20

sekunder didapatkan dari pustaka dan referensi yang menjelaskan tentang prinsip
implementasi ekonomi kreatif untuk kota.
E. Validitas Data
Dalam penelitian ini, validitas data disederhanakan dengan tahapantahapan sebagai berikut. Tahapan pertama mengindentifikasi data yang diperoleh
dari lapangan, baik dengan cara wawancara, interview, observasi, maupun
dokumentasi, yang bersumber dari buku, literatur, dan foto. Tahapan kedua, yakni
mengklasifikasikan data yang masuk, kemudian disesuaikan dengan permasalahan
dan tujuan penelitian. Tahapan ketiga, yakni melakukan interpretatif terhadap
faktor

yang

mempengaruhi.

Penelitian

ini

menggunakan

pendekatan

fenomenologis, sehingga diupayakan pula terjadi proses reduksi, intrepretasi, dan
analisis data mengikuti alur pendekatan tersebut.
F. Teknik Analisis
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif
dan interpretatif. Analisis data dilakukan dengan cara mengatur secara sistematis
pedoman wawancara, data kepustakaan, kemudian memformulasikan secara
deskriptif, selanjutnya memproses data dengan tahapan reduksi data, menyajikan
data, dan menyimpulkan. Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik induktif. Moleong menjelaskan, bahwa proses koding induktif
meliputi,
1. Pembacaan teliti tentang teks dan pertimbangan makna jamak yang
terdapat dalam teks.
2. Peneliti kemudian mengidentifikasi segmen-segmen teks yang berisi
satuan-satuan makna, dan menciptakan label untuk kategori baru ke
dalam segmen teks yang diberikan.

21

3. Tambahan segmen teks ditambahkan pada karegori yang relevan.
Pada tahap ini peneliti dapat mengembanglkan deskripsi, makna awal
dari kategori dan dengan menuliskan catatan tentang kategori14.

14

Moleong, Lexy,. J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007).

22

BAB V
HASIL YANG DICAPAI

A. Dampak Kebijakan Pemerintah
Komunitas menjadi aktor penting dalam pembentukan Kota Kreatif.
Kedudukan komunitas sejajar dengan aktor-aktor yang lain, yaitu akademsi,
pemerintah, pengusaha, dan media. Komunitas menjadi titik temu bagi orangorang yang memiliki minat yang sama terhadap sesuatu. Di antara mereka terjadi
interaksi yang didasari dengan batasan minat yang sama tersebut dengan
membentuk jaringan. Menurut Charles Landry jaringan dan kreativitas pada
hakikatnya saling menguntungkan, karena semakin besar jumlah simpul dalam
sebuah sistem semakin besar kapasitas untuk berinovasi. Pada akhirnya komunitas
mempunyai peran untuk membangun kesadaran akan kebutuhan untuk
berkolaborasi
Dalam upaya membentuk Kota Kreatif dibutuhkan tiga hal yang dapat
memformulasikannya, yaitu 1) pemeliharaan dan pengembangan potensi Ekonomi
Kreatif, 2) pemeliharaan creative class (golongan atau individu) 3) perencanaan
dan pengembangan lingkungan kreatif. Berdasarkan hal tersebut maka, upaya
Pemerintah Kota Surakarta untuk merevitalisasi Pasar Pucang Sawit adalah
implementasi dari formula ketiga hal tersebut. Hasil dari FGD penyusunan
Rencana Aksi Daerah (RAD) Pengembangan Ekonomi Kreatif dari Bappeda Kota
Surakarta pada tahun 2015, Cangwit Creative Space masuk dalam tabel
pengembangan ekonomi kreatif untuk program Creative Market Place di tahun
2016 ini. Program Creative Market Place dengan indeks kinerja utama
meningkatnya jumlah UMKM Kreatif. Artinya, Cangwit Creative Space punya
peran

dalam

peningkatan

jumlah

UMKM

Kreatif,

dengan

kegiatan

mengembangkan “pasar” untuk edukasi produk-produk kreatif.
Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010, tentang
Pengelolaan Dan Perlindungan Pasar Tradisional, penertian daripada pasar
tradisional daerah yang selanjutnya disebut pasar adalah area tempat jual beli
barang dengan jumlah penjual lebih dari satu yang dibangun dan dikelola oleh

23

Pemerintah Daerah dengan tempat usaha berupa kios, los dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau
koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
dagangan melalui tawar menawar. Kedudukan pasar sebagai bentuk fasilitas
umum yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah dipergunakan untuk meningkatkan
perekonomian dan perdagangan di daerah. Dari pengertian tersebut, dapat
dijelaskan bahwa dengan keadaan Pasar Pucang Sawit yang masih relatif sepi
pengunjung, maka dapat dikatakan bahwa Pasar Pucang Sawit belum cukup
memadahi dalam segi efisien materi. Dimana keadaan pedagang maupun pembeli
yang masih jarang di pasar tersebut, sehingga perekonomian masyarakat yang
diharapkan belum terpenuhi.
Pucang Sawit sebagai bentuk pemusatan Pedagang Kaki Lima di wilayah
Kecamatan Jebres dan sekitarnya. Namun dari program-program relokasi ataupun
pendirian pasar-pasar di kota Surakarta tersebut kurang mendapat respon dari
berbagai kalangan, mulai dari para pedagangnya sendiri maupun para
konsumennya. Para pedagang beralasan bahwa relokasi tersebut akan mengurangi
pendapatan mereka, dimana tempat relokasinya kurang strategis.
Pembukaan Cangwit Creative Space oleh Dinas Pengelolaan Pasar (DPP)
Surakarta, merupakan terjemahan dari program Solo sebagai Kota Kreatif. Ruang
kretaif tersebut menjadi nuansa baru bagi masyarakat Kota Bengawan. Kegiatan
kreatif ini untuk memanfaatkan pasar yang selama ini belum berjalan secara
optimal. Setelah kegiatan perekonomian di lantai II Pasar Pucangsawit berjalan,
DPP akan kembali membangkitkan perdagangan di lantai dasar pasar.
Dari pelaksanaan program pembangunan pasar Pucang Sawit dan Cangwit
Creative Space terdapat beberapa dampak, baik negatif maupun positif yang
bersumber dari berbagai pihak antara lain pihak pasar Pucang Sawit sendiri,
pedagang dan masyarakat. Dampak positif yaitu: pasar sebagai lapangan
pekerjaan bagi masyarakat umum, menunjang perekonomian masyarakat.
Dampak negatif yaitu: kondisi relatif sepi, mengakibatkan masyarakat enggan
untuk berbelanja, kurangnya pendapatan pasar.

24

B. Alternatif Pola Zonasi Ruang
Zonasi Cangwit Creative Space terdapat beberapa ruang yang berfungsi
untuk menampung kegiatan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi maupun
sifat kegiatan, dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) zoning, yaitu zona privat,
zona semi publik, zona publik dan zona service.

1. Zona privat
Zona privat merupakan ruang yang memuat privasi pengguna. Zona ini
merupakan ruang tempat pengguna mengekspresikan dirinya secara leluasa tanpa
terganggu pengguna lain. Zona ini mencakup: area co-working space dan kamar
mandi.

2. Zona semi publik
Ruang yang termasuk dalam zona semi public atau semi privat merupakan ruang
interaksi sesama pengguna atau dengan orang lain yang dekat dengan pengguna.
Zona ini mencakup: area pengelola dan area pembinaan start up dan negosiasi.

3. Zona publik
Zona ini merupakan tempat interaksi antara pengguna dengan orang lain tanpa
mengganggu aktifitas personal yang dilakukan pengguna lain di ruang-ruang
lainnya. Selain berupa ruang, zona ini bisa berupa ruang yang langsung
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Zona ini mencakup: area penjualan dan
display barang kreatif,area kuliner, stage, dan area jalur sirkulasi.

4. Zona servis
Zona servis merupakan ruang yang dibuat untuk kegiatan yang melayani ruang
lainnya. Zona ini mencakup dapur ataupun pantry, kamar mandi, dan lainnya.
Sebagai ruang penunjang yang melayani ruang lain, akses terhadap ruang servis
hendaknya langsung atau „dekat‟ dengan ruang yang dilayaninya.

25

C. Visualisasi Desain

Gambar 1. Denah Existing

Gambar 2. Zoning

26

Gambar 3. Grouping

Gambar 4. Lay Out Furniture Cangwit

27

1. Co-Working Space

Gambar 5. Lay Out Furnitur Co-Working Space

Gambar 6. Visualisasi 1 Desain Co-Working Space

28

Gambar 7. Visualisasi 2 Desain Co-Working Space

Gambar 8. Visualisasi 3 Desain Co-Working Space

29

Gambar 9. Visualisasi 4 Desain Co-Working Space

2. Discussion Room

Gambar 10. Lay Out Furniture Discussion Room
30

Gambar 11. Visualisasi 1 Desain Discussion Room

Gambar 12. Visualisasi 2 Desain Discussion Room

31

3. Ruang Pembinaan Star Up

Gambar 13. Lay Out Furniture Ruang Pembinaan Start Up

Gambar 14. Visualisasi 1 Desain Ruang Pembinaan Start Up

32

Gambar 15. Visualisasi 2 Desain Ruang Pembinaan Start Up

4. Panggung Terbuka atau Stage Area

Gambar 16. Visualisasi 1 Desain Panggung Terbuka

33

Gambar 17. Visualisasi 2 Desain Panggung Terbuka

Gambar 18. Visualisasi 3 Desain Panggung Terbuka

34

5. Area Kuliner

Gambar 19. Lay Out Furniture Area Kuliner

Gambar 20. Visualisasi 1 Desain Area Kuliner

35

Gambar 21. Visualisasi 2 Desain Area Kuliner

6. Area Penjualan Kerajinan

Gambar 22. Lay Out Furniture Area Penjualan Kerajinan

36

Gambar 23. Visualisasi Desain Area Penjualan

Gambar 24. Visualisasi Desain Area Servis Penunjang

37

7. Visualisasi Desain Lay Out Furniture

Perspektif 1

Gambar 25. Visualisasi Desain Perspektif 1 Cangwit

Perspektif 2

Gambar 26. Visualisasi Desain Perspektif 2 Cangwit

38

Perspektif 3

Gambar 27. Visualisasi Desain Perspektif 3 Cangwit

39

BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Merujuk pada tahapan penelitian yang telah dibuat, maka ada beberapa hal
yang dirujuk untuk melanjutkan tahapan penelitian berikutnya, seperti:
pengamatan kembali tempat penelitian, memfokuskan metode dan pendekatan
penelitian, mereview sumber data penelitian sampai tahapan analisis data.
Selanjutnya akan dilakukan penyempurnaan desain dan visualisasi hasil penelitian
berupa zona ruang, grouping ruang, lay out furniture, dan visualisasi desain 3
dimensi. Tahapan akhir persiapan penulisan artikel jurnal maupun makalah
seminar hasil serta perancangan poster hasil penelitian.

Tabel 1
Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian
No
1

2

3

4

5
6
7

KEGIATAN

1

B U L A N KE 2 3 4 5 6

Persiapan
 Mengurus perijinan
 Observasi ke lokasi penelitian
 Menyiapkan instrument penelitian dan
merencanakan jadwal kegiatan pengumpulan data
Pengumpulan data
 Mengumpulkan data di lokasi penelitian
 Menyusun data
 Mempersiapkan analisa data
Analisa Data
 Melakuan klasifikasi data
 Melakukan analisa
 Melakukan analisis interaksi dari data pustaka dan
data empirik
Perumusan Laporan dan Saran
 Merumuskan kesimpulan akhir sebagai temuan
penelitian
 Merumuskan implikasi kebijaksanaan untuk
mengembangkan saran
Penyusunan Laporan
Seminar
Laporan dan Publikasi

40

7

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pasar sebagai tempat jual beli, atau dengan kata lain pasar menjadi suatu wadah
atau sarana bagi penjual dan pembeli melakukan transaksi ekonomi, atau kegiatan
jual beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjual belikan, ada
pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang. Dilihat dari definisi
tersebut, pelaksanaan program pemerintah dalam pembangunan pasar Pucang
Sawit ini belum terlaksana secara maksimal. Dimana keadaan pasar tersebut
masih relatif sepi, sehingga dari segi efektif dan efisien dalam pemakaian
sumberdaya maupun materi belum terlaksana secara sepenuhya. Pasar Pucang
Sawit dalam proses publikasi oleh pemerintah tentang pasar tradisional masih
kurang, sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang
keberadaan pasar tersebut. Sehingga dengan hasil-hasil penelitian yang didapat,
dari definisi tentang tujuan dibangunnya pasar tradisional tersebut, yang mana
tujuan-tujuan tersebut belum terlaksana sepenuhnya. Maka dapat dinilai bahwa
penerapan sumberdaya dan materi dalam pelaksanaan program tersebut kurang
efektif dan efisien.
Salah satu upaya untuk mengembalikan tujuan utama dibangunnya pasar Pucang
Sawit adalah dengan menghidupkan kembali kondisi pasar yang ramai dengan
menghadirkan penjual dan pembeli. Upaya tersebut adalah dengan menawarkan
konsep baru penataan fungsi area dengan pola zonasi ruang yang lebih efektif.
Hadirnya fasilitas

baru berupa Co-Working

Space diharapkan

mampu

menyuburkan tumbuhnya banyak Start Up yang lebih bervariasi.

B.Saran
Kurang efektif dan efisiannya pelaksanaan program pasar Pucang Sawit,
Kecamatan Jebres, Surakarta serta dampak yang dialami oleh masyarakat,
pedagang diharapkan pemerintah tanggap dalam menangani pasar yang
keadaannya relatif masih sepi. Upaya kedepannya yang mungkin bisa dilakukan

41

agar pasar ini ramai yaitu adanya sosialisasi dan publikasi yang lebih lanjut.
Selain sosialisasi dan publikasi lebih lanjut, Pasar Pucang Sawit juga lebih
direalisasikan, yaitu dengan mengadakan terobosan baru berupa konsep penataan
ruang atau zonasi ruang yang lebih efektif dan efisien.

42

KEPUSTAKAAN
Bappeda Kota Surakarta, Rencana Aksi Daerah Pengembangan Ekonomi Kreatif
Kota Surakarta, (Surakarta: 2015)
Charles Landry, Creative City: Toolkit for Urban Innovation, (London: Earthscan,
2008).
Moleong, Lexy,. J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007).
Rob Krier, Urban Spaces, (New York: 1979).
Rustam Hakim, Hardi Utomo, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap,
Jakarta: 2003
Urban Land Institute, Mixed-use Development Handbook, Washington DC: 1987

Website
City Vision Profile, Solo Jawa Tengah, Cangwit Creative Space.solokotakita.org,
Cangwit Creative Space.solopos.com, Solo Kota Kreatif Dikembangkan dengan
Membuka Cangwit Creative Space, diakses pada 20 Maret 2016 pukul 23.52 WIB
Cangwit Creative Space.bappeda.surakarta.go.id, diakses pada tanggal 20 Maret
2016 pukul 04.27 WIB.
http://Cangwit Creative Space.ar.itb.ac.id/pa/wpcontent/uploads/2007/11/201212geniuslocipasar.pdf, diakses tanggal 20 Pebruari
2016, pukul 06.20 WIB.
http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-82084.pdf
http://repository.petra.ac.id/15517/1/Posisi_Ruang_Publik_dalam_Transformasi_
Konsepsi_Urbanitas_Kota_Indonesia.pdf
Cangwit Creative Space.pemudatataruang.org, Kota Kreatif (Creative City) dan
Pengaruh Komunitas Bagi Kota yang Kreatif, diakses tgl 25 Maret 2016, pukul
20.22 WIB
www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KOTA_SURAKARTA_1_2010,
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan

43

Dan Perlindungan Pasar Tradisionaldiakses tgl 25 Agustus 2017, pukul 20.22
WIB
Surat Kabar
Suara Merdeka, edisi 27 Agustus 2009
Harian SOLOPOS edisi 20 Mei 2011

44

LAMPIRAN
Lampiran 1

45

46

Lampiran 2
BIODATA TIM PENELITI
No

Nama/NIDN

Instansi Asal

Bidang
Ilmu

Alokasi
Waktu
(jam/mg)

Uraian Tugas

1

Indarto., S.Sn.,
M.Sn.
/0030097105

ISI Surakarta

Desain
Interior

20 jam
/minggu

2

Alexander
Nawangseto
Mahendrapati.,
S.Sn., M.Sn. /
0007077509

ISI Surakarta

Seni
Rupa
Murni

15 jam
/minggu

- Ketua
- Analisis data
- - Verifikasi
data
- - Alternatif
desain
-- Menyusun
laporan
- Anggota
- Observasi data
-Menyusun
laporan

A. Identitas Diri Ketua Peneliti
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nama
Jabatan
Fungsional
Jabatan
struktural
NIK
NIDN
Tempat
Tanggal Lahir
Alamat Rumah

Indarto., S.Sn., M.Sn.

L

Asisten Ahli
Sekjur Desain, FSRD
197109302005011001
0030097105
Grobogan, 30 September 1971

Perum Griya Anugrah , Jl. Anggrek blok D.2, RT. 02, RW.10,
Sapen, Mojolaban, Sukoharjo
8. Telpon/Faks/HP Telp (0271) 6820900. HP. 081548543960.
9. Alamat Kantor
Ki Hajar Dewantara No. 19, Kentingan, Jebres, Surakarta
10 Telpon/Faks/
0271 647658 Faks. 0271 646175
11 Alamat e-mail
interior.hanindart@gmail.com
12 Lulusan yang
S1: 8 orang
.
telah dihasilkan

47

13 Mata
Kuliah No.
yang Diampu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan
Nama
Perguruan
Tinggi
Bidang Ilmu
Tahun Lulus
Judul Skripsi/thesis

Nama Pembimbing

Judul Mata Kuliah
Menggambar
Pengetahuan Bahan
Ergonomi
Konstruksi
Sejarah Seni Rupa Timur
Fisika Bangunan
Konstruksi Bangunan II
Mebel III
Desain Interior V
Pertamanan
Desain Interior VI
Interior Transportasi
Kerja Profesi
Tugas Akhir

S1
Universitas Sebelas
Maret UNS Surakarta
Seni Rupa/Minat
Desain Interior
Th. lulus 1999
Perancangan Interior
Pusat Kesenian dan
Kerajinan di
Yogyakarta

Drs. Joko Panuwun,
Drs. Supriyatmono

Tingkat
SM I/S1/DI
SM I/S1/DI
SM II/S1/DI
SM II/S1/DI
SM III/S1/DI
SM III/S1/DI
SM IV/S1/DI
SM V/S1/DI
SM V/S1/DI
SM VI/S1/DI
SM VII/S1/DI
SM VII/S1/DI
SM VII/S1/DI
SM VIII/S1/DI

S2
ISI Surakarta

S-3
_

Seni Rupa/Minat
Pengkajian Seni Rupa
Th. lulus 2014
Motif Porong Naga
Raja pada Elemen
Estetika Interior
Pendapa Ageng
Taman Budaya Jawa
Tengah di Surakarta
(Kajian Bentuk dan
Makna)
Prof. Dr. Dharsono,
M.Sn.

_

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir.
No Tahun Judul
Pendanaan
Sumber Dana
1
2015
Kesesuaian Antara Desain DP2M DIKTI
Interior Toko dengan Rumah
Pusaka
Saudagar
Batik
Terhadap Karakter Kampung
Batik Laweyan (anggota
peneliti)

_
_

_

Jumlah Dana (Rp)
15.000.000,00

48

2

2015

Inovasi Produk Kerajinan
Rotan Melalui Desain dan
Finishing Pewarnaan Alami
(anggota peneliti)

PROSPEK
(Promoting
Sustainable
Consumption and
Production
Eco
Friendly
Rattan
Products
Indonesia)

D. Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun terakhir
No Tahun Judul
Pendanaan
Sumber Dana
2015
Pelatihan dan Pendampingan DIPA
1
Pedangang Ngarsopuro Night Surakarata
Market
2.
2007
Solo Design in Mind
Exhibition PPE JDC Jakarta
3

2007

4

2007

5

2007

6

7

8

2008

2008

2012

Pelatihan Desain dan Produk
Kerajinan Bambu Kemasan
Keranjang Sayur di Desa
Lencoh, Selo, Boyolali
Pameran Karya Isi Menyapa
Solo, di Solo Grand Mall
Depstore
Judul karya: Sketsa 1
Pameran Seni Rupa „Isi Solo
The Spirit Of Tradition‟ di
Galeri Surabaya
Judul karya: Sketsa 2
Pameran Seni Rupa dalam
rangka Dies Natalis ke 44 ISI
Surakarta
Judul karya: Dwi Matra
Pameran Media Art
“SWITCH ONN” Fotografi,
Judul Karya: Urban
Classicism#1
Pameran Dies ISI di Galer