EVALUASI PROYEK REVITALISASI PASAR GADING SURAKARTA

ATIKA YULIASTUTI

F. 0106021

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

EVALUASI PROYEK REVITALISASI PASAR GADING SURAKARTA

Surakarta, 7 Maret 2010

Disetujui dan diterima oleh

Dosen Pembimbing

(Sumardi, S.E.) NIP. 196209081987021004

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, April 2010

Tim Penguji Skripsi :

1. Nurul Istiqomah, S.E.,M.Si sebagai Ketua (……………………) NIP. 132310785

2. Sumardi, S.E. sebagai Pembimbing (……………………) NIP. 196209081987021004

3. Drs. Akhmad Daerobi, MS sebagai Anggota (……………………) NIP. 195708041986011002

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

Allah SWT Bapak dan Ibuku tersayang Indra Wijaya My Luvely Eyangku Adekku (Adi & Monic) yang aku sayangi Sahabat-sahabatku EP 2006 Almamaterku UNS

MOTTO

Kepandaian hanyalah 5% penyumbang keberhasilan, 95% lainnya adalah kerja

keras.

Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu (Qs. Al-Baqarah ayat 45).

Sopo sing nandur bakale ngunduh.

Saat orang menyakitimu, menjatuhkanmu maka itu adalah saat yang tepat untuk memperbaiki diri dan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya (Darmastuti Kusuma

Hapsari).

Special thank’s to :

1. Allah SWT, atas anugrah, rahmat, rizki, kasih sayang dan karunia yang senantiasa Engkau limpahkan kepada hamba-Mu ini.

2. Bapak dan Ibuku, yang selalu memberikan doa dan restunya yang senantiasa mengiringi setiap langkah dalam kehidupanku untuk dalam meraih cita-cita.

3. Indra Wijaya My Luvely, yang sudah setia menemani dan berperan besar dalam kehidupanku selama lima tahun terakhir ini, telah banyak membantu dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi ini, serta telah menuntun hidupku ke arah yang lebih

benar. Tak ada kata-kata yang pantas untuk megungkapkan kebaikanmu dan u ntuk membalas jasamu selama ini.

4. SD N 54 Laweyan Surakarta, SMP N 9 Surakarta, SMA N 7 Surakarta, FE UNS, tempatku menuntut ilmu tak akan kulupa sepanjang waktu.

5. Eyangku, yang selama ini telah mendidikku dengan keras mengenai kehidupan di dunia dengan disiplin yang sangat tinggi.

6. Adek-adekku Adi & Monic yang selalu aku rindu dan sayangi.

7. Semua teman-teman EP ’06, terima kasih atas kebersamaan yang telah kita jalin selama ini. Vaulla, Nurul, Ghoni, Farahita, Putri, Elia, Anggita, Zuli, Yunita, Monchu, Puguh, Dito, Angga dan yang lainnya semoga sukses selalu.

8. Mbak Murwani, atas bantuannya dalam kelancaran pengerjaan skripsiku ini. Birokrasi EP terasa lebih mudah karena adanya beliau yang telah banyak membantu dan mempermudah para mahasiswa, khususnya mahasiswa Ekonomi Pembangunan. Berasa punya ibu di kampus.

9. Pak Man dan Pak Pur yang sudah menjaga motor mahasiswa-mahasiswinya, terima kasih selama atas dukungan, motivasi, seta doanya untuk saya agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang pernah hadir dalam perjalanan hidupku, terima kasih…

KATA PENGANTAR

Puja serta puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun, seiring dengan berlalunya waktu serta usaha yang tidak kenal lelah, kendala yang muncul bisa teratasi. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Sumardi, S.E., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surkarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Izza Mafruhah, S.E., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.

6. Pimpinan dan seluruh staff Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta.

7. Pimpinan dan seluruh staff PT. RUDI PERSADA NUSANTARA.

8. Pimpinan dan seluruh staff PT. TATAANALISA MULTIMULYA.

9. Pimpinan dan seluruh staff PT. INDO SURYA CONST.

10. Pedagang dan masyarakat di sekitar Pasar Gading Surakarta.

11. Ibu, bapak, dan adik-adik yang selalu mendoakan penulis.

12. Teman-teman EP angkatan 2006.

13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan meski sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan dan menghargai

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 ....................................................... 42 4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004 - 2008 ............................ 43 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2004 - 2008 ............................................................................................ 44 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta tahun 2008 .......................................................................... 44 4.5 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2007 - 2008 ............................................ 45 4.6 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2.1 Siklus Proyek......................................................................................................... 11 2.2 Kerangka Pemikiran.............................................................................................. 32 4.1 Estimasi Penjualan Kios Pasar Gading Surakarta ................................................. 61

ABSTRAKSI

EVALUASI PROYEK REVITALISASI PASAR GADING SURAKARTA

Atika Yuliastuti F 0106021

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah revitalisasi Pasar Gading Surakarta secara ekonomis menguntungkan dan layak serta untuk mengetahui apakah investasi awal dapat terbayar sebelum umur ekonomis proyek berakhir. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, pertama adalah “diduga bahwa investasi revitalisasi Pasar Gading Surakarta secara ekonomis menguntungkan.” Kedua “diduga bahwa investasi awal revitalisasi Pasar Gading Surakarta dapat terbayar kembali sebelum umur ekonomis proyek berakhir.” Ketiga adalah “diduga bahwa proyek revitalisasi Pasar Gading Surakarta ini bermanfaat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Pasar Gading Surakarta.”

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan masyarakat sekitar proyek yang memanfaatkan keramaian untuk menjalankan usaha. Data sekunder bersumber dari Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, Pengelola Pasar Gading Surakarta, Badan Pusat Statistik Surakarta, dan PT. Rudi Persada Nusantara (investor), PT. Tataanalisa Multimulya (investor), serta PT. Indo Surya Const. (investor).

Berdasarkan data yang telah dihimpun, kemudian dikompilasi dan dipilah ke dalam biaya dan manfaat untuk mempermudah dalam menganalisa kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio), Profitability Ratio (PV/K) dan Payback Period. Suatu investasi layak apabila: nilai NPV > 0, IRR > social discount rate, BCR > 1 dan PV/K > 1.

Hasil perhitungan dari analisis ini diperoleh NPV = -3.371.328.165 < 0, IRR = 1,96 % < 12 % (social discount rate), BCR = 0,57 < 1, PV/K = 0,52 < 1, dan Payback Period proyek ini adalah 20 tahun 6 bulan. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis ini adalah secara ekonomis Revitalisasi Pasar Gading Surakarta tidak layak untuk dijalankan tetapi investasi awal dapat terbayar kembali sebelum umur ekonomis proyek berakhir, serta proyek revitalisasi Pasar Gading ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar Pasar Gading Surakarta.

Key Words : Pasar, manfaat (benefit), biaya (cost) proyek.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta tempat terjadinya transaksi ekonomi. Menurut Buku Putih Pasar Tradisional, pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang menjadi objek transaksi.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi jual-beli secara langsung dan biasanya dengan sistem tawar-menawar. Bangunan pasar tradisional terdiri dari kios, los, dan dasaran terbuka. Kebanyakan para pedagang menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik dan lain-lain. Pasar seperti ini masih banyak terdapat di Kota Surakarta, antara lain adalah Pasar Gedhe, Pasar Klewer, Pasar Legi, Pasar Kadipolo, dan Pasar Gading.

Selama ini citra pasar tradisional yang ada di masyarakat masih identik dengan sebuah lokasi perdagangan yang kumuh, tidak teratur, tidak aman, penuh ketidakpastian harga, dan daerah sumber kemacetan lalu lintas. Padahal lokasi pasar tradisional pada umumnya berada di lokasi yang strategis. Hal ini Selama ini citra pasar tradisional yang ada di masyarakat masih identik dengan sebuah lokasi perdagangan yang kumuh, tidak teratur, tidak aman, penuh ketidakpastian harga, dan daerah sumber kemacetan lalu lintas. Padahal lokasi pasar tradisional pada umumnya berada di lokasi yang strategis. Hal ini

Semakin hari semakin banyak masyarakat yang meninggalkan pasar tradisional dan beralih ke pasar modern yang semakin hari semakin menjamur di lingkungan sekitar mereka. Kini pasar tradisional semakin terpinggirkan dan sepi pengunjung, sementara pasar-pasar modern terus bergeliat dan meningkatkan kualitas serta pelayanannya untuk semakin memuaskan para konsumennya. Sedangkan pendapatan para pedagang pasar tradisional semakin hari semakin merosot bahkan hingga gulung tikar dan akhirnya juga akan menurunkan kegiatan ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah, karena mayoritas pedagang ini adalah masyarakat kelas menengah ke bawah.

Kini sangat mudah bagi masyarakat untuk menjumpai minimarket, supermarket , dan hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang- barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya fasilitas pendingin udara dan penampilan yang bersih yang membuat konsumen semakin nyaman ketika berbelanja. Dengan berbagai macam kelebihan yang tidak dimiliki pasar tradisional dan kelayakan yang ditawarkan, tentu pasar-pasar modern akan dengan mudah menarik perhatian masyarakat. Carrefour dan Hypermarket adalah dua nama dari beberapa pasar modern yang memasuki kota Surakarta dan berhasil menarik perhatian masyarakat Kota Surakarta.

Pada awal tahun 2009 yang lalu, Pemerintah Kota Surakarta telah menyelesaikan pembangunan dan renovasi tiga pasar baru dan sedang mempersiapkan satu tempat penjualan kerajinan tangan. Keempat pasar itu adalah Pasar Gading, Pasar Windu Jenar, Pasar Ngarsopuro, dan pusat kerajinan Night Market. Tujuan direvitalisasinya pasar tradisional seperti Pasar Gading dan Pasar Windu Jenar ini adalah untuk meningkatkan daya saing dan meningkatkan citra pasar tradisional.

Pasar Gading merupakan salah satu pasar kelas III/A milik pemerintah Kota Surakarta yang terletak di Jl. Veteran Pasar Kliwon dan bersebelahan dengan Alun-alun Selatan Keraton Surakarta Hadiningrat. Pasar ini merupakan salah satu pasar yang direvitalisasi karena memiliki letak yang strategis, yaitu di pinggir Kota Surakarta dimana berbatasan langsung dengan daerah Wonogiri dan Sukoharjo. Selain itu kondisi pasar ini sebelum direvitalisasi secara fisik memang sangat memprihatinkan karena kumuh, tidak beraturan, dan pemandangan depan pasar tertutup oleh puluhan mobil carteran yang setiap saat “ngetem” disana.

Pasar Gading ditetapkan menjadi pilot project pasar tradisional secara nasional. Jika pilot project Pasar Gading ini berhasil, maka pasar-pasar tradisional yang ada di seluruh Indonesia nantinya akan dibuat seperti Pasar Gading Surakarta ini. Pasar Gading diresmikan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu pada 16 Februari 2009. Pasar Gading merupakan salah satu contoh bentuk kerjasama yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kota dalam kerangka kemitraan program dan Pasar Gading ditetapkan menjadi pilot project pasar tradisional secara nasional. Jika pilot project Pasar Gading ini berhasil, maka pasar-pasar tradisional yang ada di seluruh Indonesia nantinya akan dibuat seperti Pasar Gading Surakarta ini. Pasar Gading diresmikan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu pada 16 Februari 2009. Pasar Gading merupakan salah satu contoh bentuk kerjasama yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kota dalam kerangka kemitraan program dan

Peraturan yang mengatur tentang pasar tradisional adalah Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Jika pasar tradisional bisa dikelola dengan baik dan menarik, maka tidak perlu ada pertentangan antara pasar modern dan pasar tradisional. Keduanya dapat berkembang dengan nuansa serta daya tariknya sendiri-sendiri. Tidak menutup kemungkinan bahwa golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi juga akan menjadi tertarik untuk sesekali datang mengunjungi dan berbelanja di pasar tradisional untuk menikmati berbagai hal yang tidak tersedia di pasar modern.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil judul “Evaluasi Proyek Revitalisasi Pasar Gading Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah investasi yang dilakukan untuk Revitalisasi Pasar Gading Surakarta secara ekonomis menguntungkan dan layak?

2. Apakah investasi awal dapat terbayar sebelum umur ekonomis proyek berakhir dan berapa lama Payback Periodsnya?

3. Apakah proyek Revitalisasi Pasar Gading ini bermanfaat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Pasar Gading Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui investasi yang dilakukan untuk Revitalisasi Pasar Gading Surakarta secara ekonomis menguntungkan dan layak.

2. Untuk mengetahui investasi awal dapat terbayar sebelum umur ekonomis proyek berakhir dan berapa lama Payback Periodsnya.

3. Untuk mengetahui proyek Revitalisasi Pasar Gading ini bermanfaat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Pasar Gading Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan, dalam hal ini Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta pada khususnya dan Pemerintah Kota Surakarta pada umumnya.

2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang serupa dengan penelitian ini.

3. Menambah studi kepustakaan dalam bidang evaluasi proyek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Dasar

1. Pengertian Pasar

Menurut Mankiw (2003:82) pasar (market) adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok menentukan permintaan terhadap produk, dan para penjual sebagai kelompok menentukan penawaran terhadap produk. Menurut kelas atau mutu dari pelayanan yang diberikan suatu pasar dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

Menurut Perpres No. 112 Tahun 2007 Pasal 1 pengertian pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar.

Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau koperasi yang dalam bentuknya berupa mall, supermarket, department store , shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan kenyamanan Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau koperasi yang dalam bentuknya berupa mall, supermarket, department store , shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan kenyamanan

Beberapa alasan orang lebih memilih berbelanja di pasar tradisional daripada di pasar modern, antara lain :

a. Harga barang relatif lebih murah dan masih dapat ditawar.

b. Produknya lebih segar, contohnya seperti sayuran, daging, ikan, ayam, bumbu dapur dan lain sebagainya.

c. Adanya interaksi dan komunikasi sosial sehingga terjadi keakraban antara penjual dan pembeli.

d. Buka dari pagi hari, suasanya lebih hidup dan ramai.

e. Masih mengakarnya budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional.

Kelas pasar tradisional dibagi berdasarkan luas pasar, jumlah pedagang berdasarkan kios, los, dan oprokan serta berdasarkan jumlah pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) per tahun. Tetapi tidak ada patokan pasti untuk membedakan kelas pasar tradisional. Kelas pasar tradisional terbagi menjadi kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas IV, yaitu sebagai berikut :

a. Pasar kelas I adalah pasar dengan komponen bangunan yang lengkap, sistem arus barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan, dan melayani perdagangan tingkat regional (pusat regional).

b. Pasar kelas II adalah pasar dengan komponen bangun-bangunan, sistem arus barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan, dan melayani perdagangan tingkat kota (pasar kota).

c. Pasar kelas III adalah pasar dengan komponen bangunan, sistem arus barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan, dan melayani perdagangan tingkat wilayah bagian kota (pasar wilayah).

d. Pasar kelas IV adalah pasar dengan komponen bangunan, sistem arus barang dan orang, terutama di dalam bangunan dan melayani perdagangan tingkat lingkungan (pasar lingkungan).

Arti harfiah revitalisasi adalah menghidupkan kembali, maknanya bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan kembali sesuatu yang sebelumnya memang pernah ada, tetapi menyempurnakan struktur, mekanisme kerja, dan menyesuaikan dengan kondisi baru, semangatnya serta komitmennya. Asumsi dasar revitalisasi pasar tradisional adalah pasar tradisional harus diubah menjadi modern untuk mampu bersaing dengan pasar-pasar modern. Contoh revitalisasi pasar adalah Pasar Nusukan Surakarta, pasar ini sebelumnya memang sudah ada namun pada pertengahan tahun 2004 terbakar dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Kemudian pada tahun 2006 pasar ini mulai direvitalisasi hingga layak untuk digunakan kembali.

Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan atau keadaan yang dahulu atau semula. Sebenarnya arti rehabilitasi hampir sama dengan revitalisasi, namun disini yang berbeda adalah ruang lingkupnya. Untuk Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan atau keadaan yang dahulu atau semula. Sebenarnya arti rehabilitasi hampir sama dengan revitalisasi, namun disini yang berbeda adalah ruang lingkupnya. Untuk

Pembangunan pada hakekatnya adalah proses perubahan secara terus-menerus yang menuju ke arah perbaikan cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu bangsa, atau pembangunan ekonomi suatu bangsa ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat (Djamin, 1984:5). Jadi dapat dikatakan pembangunan pasar adalah proses perubahan yang direncanakan untuk menciptakan sarana kehidupan ekonomi masyarakat (pasar) agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat. Contoh pembangunan pasar adalah dibangunnya Pasar Elektronika Ngarsopuro Surakarta yang sebelumnya memang belum ada.

2. Pengertian Proyek

Khusnul Khotimah (2002) mendefinisikan proyek sebagai suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan yang di dalamnya menggunakan masukan (input), untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau hasil (return) di masa yang akan datang.

Sedangkan menurut B. Firman Aji (1990) proyek merupakan suatu usaha yang terpadu untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam waktu tertentu melalui penyediaan suatu hasil tertentu.

Proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa investasi baru seperti pembangunan pabrik, pembuatan jalan raya atau kereta api, irigasi, bendungan, perkebunan, pembukaan hutan, pendirian gedung-gedung sekolah atau rumah sakit, survai atau penelitian, perluasan atau perbaikan program-program yang sedang berjalan, dan sebagainya. Suatu proyek dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah, badan-badan swasta, atau organisasi-organisasi sosial maupun oleh perorangan (Gray, 2005:1).

Sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan proyek dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan- bahan mentah, tenaga kerja, dan waktu. Sumber-sumber tersebut, sebagian atau seluruhnya, dapat dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar di masa yang akan datang (Gray, 2005:1).

Suatu proyek secara garis besar dapat dibagi menjadi dua proyek, yaitu proyek makro dan proyek mikro. Proyek makro atau proyek pemerintah (public enterprise) adalah proyek yang tujuan utamanya adalah untuk kesejahteraan bersama. Sedangkan proyek mikro atau proyek swasta (private enterprise) adalah proyek yang lebih berorientasi pada keuntungan (profit oriented).

Suatu proyek baik itu proyek makro maupun proyek mikro dapat dikatakan berhasil apabila bisa mendatangkan manfaat (benefit). Benefit yang diterima dapat berupa tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan dan kesehatan, perubahan atau perbaikan suatu sistem atau struktur. Suatu proyek dinyatakan sudah berakhir apabila proyek tersebut sudah tidak dapat lagi menghasilkan manfaat (benefit).

Siklus suatu proyek, baik itu proyek publik maupun swasta dimulai

dengan adanya suatu gagasan pengusulan yang umumnya bersumber dari para pemimpin masyarakat setempat, tenaga teknis, perintis pembangunan, dan usulan program-program yang telah ada. Kemudian dari gagasan tersebut, setiap proyek akan melalui enam tahapan, yaitu (Gray, 2005:2-4): Gambar 2.1 Siklus Proyek

Identifikasi

Evaluasi Formulasi

VI

II

Siklus Proyek

Operasi Analisis

Sumber : Gray, 2005:2

I. Identifikasi, yaitu menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Beberapa pertanyaan penting I. Identifikasi, yaitu menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Beberapa pertanyaan penting

- Apakah proyek termasuk dalam sektor yang diprioritaskan? - Apakah proyek secara garis besar akan menguntungkan? - Adakah bantuan dari pemerintah bagi jenis proyek

tersebut?

II. Formulasi, yaitu mengadakan persiapan dengan melakukan prastudi kelayakan dengan meneliti sejauh mana calon-calon proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut aspek-aspek teknis, institusional, dan “eksternalitas”.

III. Analisis, yaitu mengadakan appraisal atau evaluasi terhadap laporan-laporan studi kelayakan yang ada. Studi kelayakan proyek tadi dianalisis untuk memilih yang terbaik di antara berbagai alternatif proyek yang ada, berdasarkan suatu ukuran tertentu.

IV. Implementasi, adalah tahap pelaksanaan proyek tersebut. Tanggung jawab utama dari para perencana serta penilai proyek adalah

mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final design-nya.

V. Operasi, yaitu operasi proyek. Perlu dipertimbangkan metode- metode pembuatan laporan atas pelaksanaan operasinya.

VI. Evaluasi Hasil, yaitu evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan serta operasi proyek berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada VI. Evaluasi Hasil, yaitu evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan serta operasi proyek berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada

3. Pengertian Evaluasi Proyek

Khotimah (2002:9-10) mendefinisikan evaluasi atau analisis sebagai suatu penilaian untuk mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari proyek. Evaluasi proyek identik dengan studi kelayakan atau feasibility study yang sudah banyak dikenal masyarakat. Studi kelayakan pada hakekatnya adalah metode penjajagan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan.

Evaluasi Proyek (Studi Kelayakan Proyek) adalah penelitian mengenai dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan suatu proyek investasi) dapat dilaksanakan dengan berhasil (Husnan, 2000:4).

Evaluasi Proyek, juga dikenal sebagai studi kelayakan proyek (atau studi kelayakan bisnis pada proyek bisnis), merupakan pengkajian suatu usulan proyek (atau bisnis), apakah dapat dilaksanakan (go project) atau tidak (no go project), dengan berdasarkan berbagai aspek kajian.

Inti dari evaluasi proyek adalah dengan menimbang manfaat dan biaya dari proyek tersebut, apabila manfaat proyek tersebut lebih besar dari biaya yang digunakan maka proyek dikatakan efisien, dan sebaliknya bila manfaat proyek lebih kecil dari biaya proyek maka proyek tersebut tidak efisien. Oleh karena itu evaluasi proyek merupakan alat bantu penting bagi kebijaksanaan.

Evaluasi proyek termasuk di dalam proses perencanaan yang sangat khusus berupa penilaian yang menyeluruh, obyektif, dan sistematis terhadap program-program pembangunan untuk masing-masing komoditi dan proyek. Evaluasi proyek merupakan bagian integral setiap program pembangunan dalam rangka menilai keberhasilan atau kegagalan dan menunjukkan cara-cara penyempurnaan lebih lanjut.

4. Maksud dan Tujuan Evaluasi Proyek

Maksud dari analisa proyek adalah untuk menganalisa terhadap suatu proyek tertentu, baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang dan selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan proyek tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena di dalam pelaksanaan suatu proyek akan menyangkut penggunaan sumber-sumber yang langka (scarcity resources) (Pudjosumarto, 1995:9).

Tujuan analisis proyek yang dimaksudkan untuk memperbaiki penilaian investasi. Hal ini disebabkan sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga perlu diadakan pemilihan dari berbagai alternatif yang ada. Kesalahan dalam pemilihan tersebut mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, sebelum proyek dilaksanakan perlu diperhitungkan biaya dan manfaat (benefit) yang dapat diharapkan dari proyek tersebut (Khotimah, 2002:9).

Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu : (Husnan, 2000:4-5) Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu : (Husnan, 2000:4-5)

b. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi nasional). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.

c. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan.

Dalam mengadakan evaluasi suatu proyek ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, antara lain :

a. Aspek Teknis Meliputi analisis tentang input dan output berupa barang dan jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek.

b. Aspek Manajerial dan Administratif Meliputi kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran besar (large scale activities).

c. Aspek Organisasi Dikhususkan pada hubungan antara administrasi proyek dengan administrasi di luar proyek (misalnya : pemerintah). Hal ini untuk memperjelas hubungan antara wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility).

d. Aspek Komersial Menganalisis penawaran input (barang dan jasa) yang dibutuhkan proyek, baik awal membangun proyek, maupun proyek sedang berproduksi, dan menganalisis hasil (output) dari proyek tersebut.

e. Aspek Finansial Menyangkut perbandingan benefit dan cost dari proyek, apakah proyek tersebut akan mampu membayar kembali dana tersebut, ataupun proyek tersebut akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.

f. Aspek Ekonomi Aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

5. Analisis Finansial dan Ekonomi

a. Pengertian Analisis Finansial dan Ekonomi Analisis finansial adalah analisis yang melihat suatu proyek dari sudut lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek atau yang menginvestasikan modalnya ke dalam proyek. Oleh karena itu hasil analisis ini disebut dengan “The Private Returns”.

Analisis ekonomi adalah suatu analisis yang melihat suatu proyek dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian yang diperhatikan dalam analisis ekonomi ini adalah hasil total atau produktivitas suatu proyek untuk masyarakat atau perekonomian Analisis ekonomi adalah suatu analisis yang melihat suatu proyek dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian yang diperhatikan dalam analisis ekonomi ini adalah hasil total atau produktivitas suatu proyek untuk masyarakat atau perekonomian

b. Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomi Dengan adanya perbedaan pengertian antara analisis finansial dan analisis ekonomi, maka dalam memperlakukan benefit dan cost juga berbeda. Pada dasarnya perhitungan dalam analisis finansial dan ekonomi berbeda menurut lima hal, yaitu sebagai berikut (Gray, 2005:8-11) :

1) Harga. Dalam analisis finansial yang digunakan adalah harga-harga pasar baik untuk sumber-sumber yang digunakan dalam proses maupun untuk hasil-hasil produksi dari proyek. Sementara dalam analisis ekonomi, yang digunakan adalah shadow prices atau accounting prices , yaitu harga-harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari barang dan jasa tersebut.

2) Pajak. Dalam analisis finansial, pajak merupakan biaya yang dibayarkan kepada instansi pemerintah sehingga akan mengurangi benefit. Sedangkan dalam analisis ekonomi, pajak merupakan transfer, yaitu bagian dari benefit yang diserahkan kepada pemerintah, jadi tidak mengurangi benefit.

3) Subsidi.

Subsidi adalah transfer yang perhitungannya merupakan kebalikan dari pajak. Dalam analisis finansial, penerimaan subsidi berarti pengurangan biaya yang harus ditanggung oleh si pemilik proyek sehingga subsidi akan mengurangi biaya. Namun dalam analisis ekonomi, subsidi dianggap sebagai sumber-sumber yang dialihkan dari masyarakat untuk digunakan dalam proyek. Oleh karena itu subsidi yang diterima proyek merupakan beban masyarakat, jadi jika dilihat dari segi perhitungan ekonomi tidak mengurangi biaya proyek.

4) Biaya Investasi dan Pelunasan Pinjaman. Dalam analisis finansial, yang tergolong biaya investasi pada tahap permulaan proyek hanyalah yang dibiayai dengan saham si penanam modal sendiri. Bagian investasi yang dibiayai dengan modal pinjaman, baik dari dalam maupun luar negeri, tidak dianggap sebagai biaya pada saat dikeluarkannya, sebab pengeluaran modal milik pihak lain tidak merupakan beban dari segi penanam modal swasta. Di lain pihak, yang menjadi beban penanam modal adalah arus pelunasan pinjaman tersebut beserta bunganya pada tahap produksi nantinya. Sementara pada analisis ekonomi, dengan satu pengecualian, seluruh biaya investasi, apakah dibiayai dengan modal yang dihimpun dari dalam maupun luar negeri, dengan modal saham atau pinjaman, dianggap sebagai biaya proyek pada saat dikeluarkannya. Jadi, pelunasan pinjaman 4) Biaya Investasi dan Pelunasan Pinjaman. Dalam analisis finansial, yang tergolong biaya investasi pada tahap permulaan proyek hanyalah yang dibiayai dengan saham si penanam modal sendiri. Bagian investasi yang dibiayai dengan modal pinjaman, baik dari dalam maupun luar negeri, tidak dianggap sebagai biaya pada saat dikeluarkannya, sebab pengeluaran modal milik pihak lain tidak merupakan beban dari segi penanam modal swasta. Di lain pihak, yang menjadi beban penanam modal adalah arus pelunasan pinjaman tersebut beserta bunganya pada tahap produksi nantinya. Sementara pada analisis ekonomi, dengan satu pengecualian, seluruh biaya investasi, apakah dibiayai dengan modal yang dihimpun dari dalam maupun luar negeri, dengan modal saham atau pinjaman, dianggap sebagai biaya proyek pada saat dikeluarkannya. Jadi, pelunasan pinjaman

5) Bunga. Dalam analisis finansial, bunga atas pinjaman baik dari dalam atau luar negeri merupakan biaya proyek. Sedangkan dalam analisis ekonomi, bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dimasukkan sebagai biaya, karena modal tersebut dapat dianggap sebagai modal masyarakat sehingga bunganya pun dianggap sebagai bagian dari benefit ekonomi. Pembayaran bunga dari pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan operasi hanya merupakan transfer payments dari satu pihak kepada pihak lain.

Apabila investasi proyek tersebut dibiayai dari dana pemerintah dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat, maka titik berat analisis/evaluasi adalah pada aspek sosial profitabilitas (social profitability ), yang menekankan sampai seberapa jauh manfaat proyek tersebut kepada perekonomian secara keseluruhan. Ini berarti, seandainya suatu rencana investasi pemerintah, ditinjau dari segi finansialnya menunjukkan hasil analisis didasarkan pada perbandingan Apabila investasi proyek tersebut dibiayai dari dana pemerintah dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat, maka titik berat analisis/evaluasi adalah pada aspek sosial profitabilitas (social profitability ), yang menekankan sampai seberapa jauh manfaat proyek tersebut kepada perekonomian secara keseluruhan. Ini berarti, seandainya suatu rencana investasi pemerintah, ditinjau dari segi finansialnya menunjukkan hasil analisis didasarkan pada perbandingan

c. Umur Proyek Untuk menentukan panjangnya umur proyek terdapat beberapa pedoman, antara lain (Mugi Rahardjo, 9) :

1) Umur ekonomis dari proyek yang biasanya sebagai ukuran umum. Yaitu jumlah tahun selama pemakaian aktiva tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan dari aktiva tersebut.

2) Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar, akan lebih mudah memakai umur teknis. Perlu diketahui bahwa umur teknis suatu proyek adalah lama, tetapi secara ekonomis adalah lebih pendek karena ketinggalan jaman/kuno. Umur teknis ini biasanya dipakai untuk proyek-proyek industri dan pengangkutan.

3) Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih dari 25 tahun dapat diambil 25 tahun, sebab nilai-nilai sesudah itu jika di discountkan akan mempunyai present value yang kecil sekali.

6. Analisis Biaya dan Manfaat

Inti evaluasi proyek adalah membandingkan antara manfaat pada satu pihak dengan biaya pada lain pihak. Suatu usulan proyek adalah Inti evaluasi proyek adalah membandingkan antara manfaat pada satu pihak dengan biaya pada lain pihak. Suatu usulan proyek adalah

Yang dimaksud dengan manfaat adalah apa saja yang secara langsung atau tidak langsung menambah konsumsi barang-barang atau jasa-jasa sehubungan dengan proyek. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah apa saja yang mengurangi persediaan barang-barang atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan proyek.

7. Manfaat Proyek

Pelaksanaan proyek bertujuan untuk memperoleh manfaat atau hasil. Manfaat proyek dapat dibagi dalam (Khotimah, 2002:35-37) :

a. Manfaat Langsung. Adalah adanya kenaikan dalam nilai keluaran fisik dari kegiatan yang ditangani proyek. Manfaat ini dapat berupa :

1) Kenaikan dalam nilai hasil/output dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :

a) Kenaikan dalam produk fisik.

b) Perbaikan mutu produk (quality improvement).

c) Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan.

d) Perubahan dalam bentuk (grading and processing).

2) Penurunan biaya dapat berupa :

a) Keuntungan dari mekanisasi.

b) Penurunan biaya pengangkutan.

c) Penurunan atau penghindaran kerugian.

b. Manfaat Tidak Langsung atau Manfaat Sekunder. Adalah manfaat yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi sesuatu proyek. Ada tiga macam manfaat tidak langsung, yaitu :

1) Manfaat yang disebabkan (induced) oleh adanya proyek yang biasanya disebut “efek multiplier” dari proyek.

2) Manfaat yang disebabkan oleh adanya keunggulan skala besar (economies of scale).

3) Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder dinamik (dynamic secondary effects).

c. Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas (Intangible Benefits ). Adalah manfaat yang sulit dinilai dengan uang, seperti :

1) Perbaikan lingkungan hidup.

2) Perbaikan pemandangan karena adanya taman yang indah.

3) Perbaikan distribusi pendapatan.

4) Integrasi nasional.

5) Pertahanan nasional, dan lain sebagainya.

8. Biaya Proyek

Macam-macam biaya dalam suatu proyek adalah sebagai berikut (Gray, 2005:15-18) : Macam-macam biaya dalam suatu proyek adalah sebagai berikut (Gray, 2005:15-18) :

b. Tanah. Adakalanya kita harus membeli atau menyewa sebidang tanah untuk suatu proyek. Dalam hal ini, harga pembelian tanah dapat dianggap sebagai investasi. Bila tanah disewa dan sewa dibayar tiap tahun, sewa tersebut dianggap sebagai biaya yang perhitungannya dilakukan tiap tahun.

c. Bahan-bahan Mentah dan Barang Setengah Jadi. Shadow prices bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi yang digunakan dalam suatu proyek pada dasarnya dinilai menurut social opportunity cost dari tiap unit barang tersebut, yaitu benefit tiap-tiap barang itu dalam alternatif penggunaan lain. Khususnya untuk barang- barang yang dapat diperdagangkan di pasar dunia (tradeable goods— barang-barang yang diimpor atau dapat diekspor), dipergunakan harga- harga lepas pantai (border price) sebagai shadow price, yaitu harga- harga FOB untuk barang-barang yang dapat diekspor dan harga-harga CIF untuk barang-barang yang diimpor.

d. Tenaga Kerja. Dalam menentukan biaya tenaga kerja ini perlu dibedakan tenaga kerja yang terdidik/terlatih (skilled labour) dan tenaga kerja yang tidak terlatih (unskilled labour), sebab yang biasa dinilai dengan tingkat

upah bayangan (shadow wage rate) adalah tenaga kerja yang tidak terlatih. Banyak penilai proyek beranggapan bahwa shadow wage tenaga tak terdidik adalah nol. Ini didasarkan pada asumsi bahwa proyek akan mengambil tenaga tak terdidik itu dari kelompok penganggur, jadi opportunity cost-nya sama dengan nol, atau dari desa-desa yang walaupun mereka tergolong bekerja, produktivitas marjinal mereka di desa sama dengan nol. Pengambilan beberapa orang desa untuk proyek, tidak mengurangi produksi di desa, jadi social opportunity cost mereka sama dengan nol. Namun, apabila diasumsikan opportunity cost tenaga kerja tak terdidik dianggap tidak sama dengan nol, maka pendapatan dan tingkat konsumsi tenaga kerja tak terdidik akan bertambah. Pertambahan konsumsi ini mengurangi jumlah investasi masyarakat. Dengan kata lain, tiap tenaga kerja tak terdidik yang dipekerjakan di proyek mempunyai social opportunity cost paling sedikit sama dengan benefit yang diperoleh seandainya pertambahan konsumsi mereka tersebut diinvestasikan.

e. Pelunasan Utang dan Bunga. Terdapat dua jenis pinjaman. Pertama, pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri melalui pool dana pemerintah yang penggunaannya dipengaruhi oleh pemerintah setempat, termasuk bantuan luar negeri yang berasal dari sumber-sumber resmi, seperti Bank Dunia, atau melalui perjanjian bilateral. Dana semacam ini dapat digunakan untuk berbagai alternatif proyek. Jadi, penggunaan dana

pinjaman untuk suatu proyek mempunyai beban sosial berupa social opportunity cost di berbagai alternatif lain. Oleh sebab itu, pengeluaran dana dari pinjaman dianggap sebagai investasi, artinya bersifat biaya. Kedua, terdapat pinjaman dari luar negeri yang penggunaannya terikat kepada suatu proyek tertentu. Bila proyek tersebut tidak jadi dilaksanakan, maka pinjaman dibatalkan. Jadi, penggunaan dana pinjaman ini dalam proyek tersebut tidak mengorbankan proyek- proyek lain. Dengan kata lain, saat investasi dilakukan pada proyek tersebut, dana pinjaman tersebut tidak menimbulkan social opportunity cost . Beban tersebut baru timbul pada saat pengembalian pinjaman dan pembayaran bunganya. Oleh karena itu, beban sosial pinjaman diperhitungkan bukan pada saat investasi dilakukan, melainkan tiap- tiap tahun sepanjang pembayaran pinjaman beserta bunganya. Dalam hal ini, pelunasan utang dan bunga termasuk biaya proyek.

f. Penyusutan. Penyusutan adalah bagian dari benefit proyek yang dicadangkan tiap- tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek sedemikian rupa sehingga merupakan dana yang mencerminkan jumlah biaya modal. Tujuan penyisihan modal ini adalah untuk mempertahankan tingkat investasi semula.

g. Sunk Cost. Sunk Cost adalah biaya yang sudah tertanam atau dikeluarkan yang menyangkut proyek, sebelum keputusan untuk menjalankan proyek itu g. Sunk Cost. Sunk Cost adalah biaya yang sudah tertanam atau dikeluarkan yang menyangkut proyek, sebelum keputusan untuk menjalankan proyek itu

h. Salvage Value. Salvage Value adalah nilai sisa dari modal investasi yang tidak terpakai habis selama umur ekonomis proyek.

i. Negative Externalities. Negative Externalities sukar diukur dan dinilai dalam satuan mata uang. Idealnya, akibat-akibat yang timbul sebagai negative externalities ini, sepanjang dapat diukur dan dinilai, perlu dimasukkan sebagai bagian dari biaya atau penurunan benefit proyek.

9. Kriteria Investasi

Dalam analisa proyek terdapat beberapa kriteria yang sering dipakai untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan proyek, atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan proyek. Kriteria ini dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi itu adalah sebagai berikut (Gray, 2005:64-78) :

a. Net Present Value (NPV). Merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan. Dalam mengkaji usulan suatu proyek dengan menggunakan metode NPV apabila hasil yang didapat dari perhitungan menggunakan metode ini positif (NPV ≥ 0) maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Sebaliknya apabila hasil yang didapat negatif (NPV < 0) maka proyek tersebut tidak layak.

NPV = å

t = 0 ( 1 + i ) Dimana :

B t = Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.

C t = Biaya sosial bruto proyek pada tahun t. n

= Umur ekonomis proyek. i

= Social discount rate.

b. Internal Rate of Return (IRR). Adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent-valuekan dan cost (pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan sama dengan nol. Dengan demikian IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan suatu returns, atau tingkat keuntungan yang akan dicapai oleh proyek tersebut. IRR akan selalu mendekati besarnya (i) sehingga sering dijadikan pedoman tingkat bunga yang berlaku (i).

Berdasarkan kriteria investasi IRR, suatu proyek akan dipilih apabila IRR ≥ social discount rate, sedangkan IRR < social discount rate maka proyek tersebut akan ditolak.

NPV ' IRR = i ' +

NPV ' - NPV " Dimana :

i’ = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif.

i”

= Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif. NPV’ = NPV positif.

NPV” = NPV negatif.

c. Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio). Merupakan perbandingan antara benefit yang telah dipresent- value kan dengan biaya yang telah dipresent-valuekan. Suatu proyek akan dipilih apabila B/C Ratio > 1, apabila B/C Ratio < 1 maka usulan proyek akan ditolak. Dirumuskan sebagai berikut :

B/C Ratio = n

Dimana :

B t = Benefit atau manfaat bruto proyek pada tahun t.

C t = Cost atau biaya bruto proyek pada tahun t. i

= Social discount rate. t

= Tahun bersangkutan.

d. Profitability Ratio (PV/K). Menunjukkan perbandingan antara penerimaan (benefit) dikurangi biaya rutin (EP t ) dengan biaya modal (K t ) yang digunakan setelah dipresent-valuekan. Kedua unsur biaya EP t dan K t merupakan bagian dari biaya C t yang terkait dengan investasi lainnya, yaitu EP t + K t =

C t . Profitability Ratio lebih mendekati B/C Ratio, sehingga suatu proyek akan diterima apabila PV/K > 1, sebaliknya apabila PV/K < 1 maka proyek akan ditolak.

B t - EP t

t = 0 ( 1 + i ) PV/K = n

t = 0 ( 1 + i ) Dimana :

B t = Benefit bruto dalam tahun t. EP t

= Biaya eksploitasi dan pemeliharaan atau biaya rutin pada tahun t.

K t = Biaya modal pada tahun t.

e. Payback Periods (PBP). Merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Di dalam hal ini, biasanya yang digunakan pedoman untuk menentukan suatu proyek yang akan dipilih adalah suatu proyek yang dapat paling cepat mengembalikan biaya investasi. Makin cepat pengembaliannya makin baik dan kemungkinan besar akan dipilih. Metode belum memperhatikan time value of money (Pudjosumarto, 1995:51-52).

I PBP =

Dimana :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan.

A b = Benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai evaluasi proyek ini mengacu pada penelitian terdahulu dari :