NILAI-NILAI INTRINSIK PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI MALAM JUM’AT PAHING DI DESA MENGGORO KECAMATAN TEMBARAK KABUPATEN TEMANGGUNG

  

NILAI-NILAI INTRINSIK PENDIDIKAN ISLAM DALAM

TRADISI MALAM JUM’AT PAHING DI DESA MENGGORO

KECAMATAN TEMBARAK KABUPATEN TEMANGGUNG

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam

Disusun Oleh

  

AZIZ MUBAROK

NIM. 11108069

JURUSAN TARBIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

  Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (QS: Alam Nasyrah :6-7)

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Almarhum Bapak, Ibu tercinta, yang selalu mendukung, mendo'akan dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

2. Rekan-rekan Mahasiswa STAIN Salatiga Angkatan 2008

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نمحرلا للها مسب

  Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

  Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin. Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “NILAI-NILAI INTRINSIK PENDIDIKAN

  ISLAM D ALAM TRADISI MALAM JUM’AT PAHING DI DESA

MENGGORO KECAMATAN TEMBARAK KABUPATEN

TEMANGGUNG

  ” Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang tiada taranya kepada :

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas TIK IAIN Salatiga.

  3. Bapak Rasimin, S.PdI, M.Pd, selaku Ketua jurusan PAI FTIK Tarbiyah IAIN Salatiga.

  4. Bapak Drs. Juz'an, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.

  5. Karyawan Perpustakaan IAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya.

  Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.

  Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya.

  Amin

  • – amin yarobbal ‘alamin

  Salatiga, Maret 2015 Penulis

  Aziz Mubarok

  

ABSTRAK

  Mubarok, Aziz. 2015. NILAI-NILAI INTRINSIK PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI MALAM JUM’AT PAHING DI DESA MENGGORO KECAMATAN TEMBARAK KABUPATEN TEMANGGUNG. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Drs.

  Juz ’an, M.Hum

  Kata Kunci : Nilai Intrinsik, Pendidikan Islam, Malam Jumat Pahing

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan Tradisi Malam Jum’at Pahing di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung? Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pelaksanaan

  Tradisi Malam Jum’at Pahing di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung? Apa sajakah Nilai-nilai intrinsic Pendidikan Islam dalam Tradisi Malam Jum’at Pahing di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung?

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Tradisi Malam Jum’at Pahing di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap pelaksanaan Tradisi Malam Jum’at Pahing di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung. Dan untuk mengetahui nilai-nilai intrinsik Pendidikan Islam yang terkandung dalam Trad isi malam Jum’at Pahing di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak

  Kabupaten Temanggung. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk mengkaji masalah yang diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung. Pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan. Analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang terkandung dalam pelaksanaan kegiatan Malam Jum’at Pahing adalah nilai aqidah, yaitu meyakini bahwa Allah SWT merupakan satu-satunya dzat yang memberikan keselamatan kepada manusia.

  Nilai ibadah, yaitu dilakukan upacara berdo’a untuk mendoakan keselamatan warga dan arwah sebagai wujud ibadah. Nilai gotong royong/ kerjasama yaitu masyarakat secara bersama-sama bekerja bakti membersihkan makam dan membuat umbul-umbul sehingga kebersamaan antar mereka tetap terjalin dengan baik. Saran yang dapat disampaikan adalah masyarakat Desa Menggoro agar tetap menjaga, melestarikan mempertahankan tradisi yang sesuai dengan ajaran Islam, terutama kegiatan mujahadah, sehingga nilai-nilai pendidikan Islam dapat terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Perlunya masyarakat memupuk kesadaran untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah serta senantiasa bersabar atas ujian yang diberikan.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................... i NOTA PEMBIMBING ................................................................................ ii PENGESAHAN ........................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................. vi ABSTRAK ................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................ x DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ........................................................

  B.

  4 Rumusan Masalah ...................................................................

  C.

  4 Tujuan Penelitian ....................................................................

  D.

  5 Manfaat Penelitian ..................................................................

  E.

  5 Definisi Operasional ...............................................................

  F.

  7 Metode Penelitian ...................................................................

  G.

  12 Sistematika Penulisan .............................................................

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

  14 Definisi Nilai ..........................................................................

  B.

  19 Pendidikan Islam ....................................................................

  C.

  25 Nilai-nilai Pendidikan Islam ...................................................

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A.

  42 Letak Geografis ......................................................................

  B.

  45 Upacara Malam Jumat Pahing di Desa Menggoro .................

  BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................

  57 A.

  57 Pelaksanaan Tradisi Malam Jumat Pahing di Menggoro ......

  B.

  Pandangan Masyarakat terhadap Tradisi Malam Jumat Pahing di Menggoro ....................................................

  58 C. Nilai Intrinsik Tradisi Malam Jumat Pahing di Menggoro...........................................................................

  60 BAB V PENUTUP A.

  65 Kesimpulan ............................................................................

  B.

  66 Saran ....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

  66 LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Umur ....................................... 43Tabel 3.2 Data Pemeluk Agama .......................................................... 44Tabel 3.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat .......................................... 45Tabel 3.4 Data Sarana Pendidikan ...................................................... 45

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk membentuk kepribadian adalah melalui sarana

  kebudayaan. Kebudayaan yang diwariskan dengan baik akan memberikan dampak terhadap perilaku anak. Pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka membentuk perilaku yang baik dapat dilakukan dengan melalui berbagai cara. Umpamanya adalah dengan menggunakan kebudayaan atau tradisi yang isinya berupa petuah atau ajaran yang baik, sehingga siapa yang memahami makna tradisi atau kebudayaan itu dapat mengambil hikmah sebagai sebuah bentuk pendidikan.

  Suatu tradisi merupakan pewarisan serangkaian kebiasaan dan nilai- nilai yang diwariskan dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Nilai- nilai yang diwariskan berupa nilai-nilai yang oleh masyarakat pendukungnya masih dianggap baik, serta relevan dengan kebutuhan kelompok. Dalam suatu tradisi selalu ada hubungannya dengan upacara tradisional. Oleh karena itu upacara tradisional merupakan warisan budaya leluhur yang dipandang sebagai usaha manusia untuk dapat berhubungan dengan arwah para leluhur. Pada umumnya mereka masih mempunyai anggapan bahwa roh para leluhur dianggap masih dapat memberikan keselamatan dan perlindungan kepada keluarga yang ditinggalkan. Namun seiring dengan perkembangan pemikiran, serta pengetahuan mengenai agama, masalah-masalah syirik tersebut hilang

  1 dan berganti dengan kegiatan-kegiatan bernafaskan Islam sebagai wujud mengakui keesaan Allah SWT. Masalah di dalam kegiatan tersebut ada persoalan makanan dan tradisi lain, selama ini sudah dilakukan hal-hal yang tidak mengandung syirik, dan sebagai wujud shadaqah untuk dimakan bersama dalam kegiatan tersebut.

  Agar tujuannya dapat tercapai maka mereka mengadakan pendekatan melalui berbagai bentuk upacara. Dalam upacara ini dapat dipakai untuk mengukuhkan kembali nilai-nilai dan keyakinan yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu upacara merupakan salah satu kegiatan sosial yang sangat diperhatikan, dalam rangka menggali tradisi atau kebudayaan daerah dan pengembangan kebudayaan nasional. Dengan demikian dalam setiap kebudayaan terdapat norma-norma atau nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi masing-masing warga masyarakat pendukungnya dalam bertingkah laku atau bergaul dengan sesamanya.

  Norma-norma atau nilai-nilai dapat dimengerti oleh warga masyarakat selaku pendukung kebudayaan tersebut melalui belajar, baik secara formal maupun non formal. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Peursen (2004: 4) bahwa kebudayaan merupakan semacam sekolah di mana manusia belajar.

  Sumber-sumber informasi yang tak tertulis dapat diperoleh misalnya dengan memperhatikan tingkah laku yang ditujukan untuk kegiatan teknis sehari-hari mempunyai kaitan dengan kepercayaan tertentu ataupun dalam bentuk hasil karya masyarakat pendukungnya. Kebudayaan yang merupakan warisan leluhur, sebenarnya oleh warga masyarakat masih ada yang memegang teguh serta terikat adanya tradisi yang berlaku dalam kelompoknya.

  Demikian pula kebudayaan yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia masih banyak yang disampaikan secara lisan maupun masih diakui oleh masyarakat pendukungnya, sehingga perlu dipertahankan. Menurut Peursen (2004: 12) upacara tradisional lebih dari sebuah mitos di mana fungsinya tidak hanya sekedar memberikan hiburan tetapi yang penting upacara itu dapat mengukuhkan nilai-nilai tradisi tentang kebaikan, kehidupan, kesuburan, juga penyucian.

  Selain itu upacara berfungsi pula untuk mengukuhkan ikatan solidaritas. Sehingga upacara tradisional mempunyai fungsi sosial, kultural dan religi. Dalam masyarakat agraris dapat dijumpai beberapa tradisi yang masih dilakukan dan dilestarikan oleh pendukungnya sampai saat ini. Salah satu tradisi yang masih dilakukan sampai saat ini adalah tradisi peringatan hari-hari tertentu. Tradisi ini digelar masyarakat sebagai wujud rasa syukur atas karunia Tuhan berupa rezeki, kesehatan dan ketenteraman.

  Tradisi peringatan pada hari-hari tertentu, sebagaimana yang ada di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung. Setiap malam jum’at pahing masyarakat meyakini sebagai sebuah hari yang penuh makna, sehingga menjadi suatu tradisi yang sangat terkenal. Kegiatan yang dilakukan di malam jum’at pahing di Masjid Menggoro merupakan suatu tradisi yang diyakini sebagai malam yang penuh ijabah sehingga dilaksanakan tradisi tahlil maupun istighosah untuk memohon kepada Allah atas keinginan warga yang datang baik secara pribadi maupun secara kelompok.

  Namun demikian, perkembangan peradaban serta tingkat pengetahuan serta perekonomian saat ini telah banyak mengikis sedikit demi sedikit tradisi bahkan kebudayaan yang dahulu berkembang dalam masyarakat. Bahkan karena ketidaktahuan tentang budayanya menganggap bahwa tradisi atau budaya tersebut sebagai bagian yang tidak perlu dilestarikan dengan berbagai macam alasan. Demikian halnya dengan tradisi malam Jum’at Pahing, yang dahulu selalu ramai orang yang datang ke Tembarak. Dahulu warga yang merantau setiap akan dilakukan peringatan Jum’at Pahing selalu menyempatkan diri untuk pulang. Namun akhir-akhir ini peringatan malam Jum’at pahing tidaklah banyak menyita perhatian warga, sehingga terkesan biasa-biasa saja. Bahkan para pemuda sendiri banyak yang tidak mengetahui makna peringatan tersebut.

  Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti mengajukan penelitian berjudul “NILAI-NILAI INTRINSIK PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI MALAM JUM’AT PAHING DI DESA MENGGORO KECAMATAN TEMBARAK KABUPATEN TEMANGGUNG”

B. Rumusan Masalah

  Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Tradisi Malam Jum’at Pahing di Desa Menggoro

  Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung?

2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pelaksanaan Tradisi Malam

  Jum’at Pahing di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung? 3. Apa sajakah Nilai-nilai intrinsic Pendidikan Islam dalam Tradisi Malam

  Jum’at Pahing di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung?

  C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Tradisi Malam Jum’at Pahing di Desa

  Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung 2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap pelaksanaan Tradisi

  Malam Jum’at Pahing di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung 3. Untuk mengetahui nilai-nilai intrinsic Pendidikan Islam yang terkandung dalam Tradisi malam Jum’at Pahing di Desa Menggoro Kecamatan

  Tembarak Kabupaten Temanggung.

  D. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademik maupun manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

  Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pendidikan Islam terkait dengan strategi pendidikan Islam melalui kebudayaan.

2. Manfaat praktis

  Sebagai masukan bagi orang tua untuk memberikan perhatian kepada anak-anaknya, terutama dalam hal pendidikan.

E. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian yang sebenarnya dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertian istilah-istilah yang ada di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai berikut :

  1. Nilai Intrinsik Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda atau hal untuk memuaskan manusia (Surayin, 2007: 374). Nilai juga diartikan kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai dan dapat menjadi objek kepentingan (Sjarkawi, 2009: 29). Intrinsik diartikan sebagai sesuatu yang terkandung di dalam (Surayin, 2007: 192). Sehingga nilai intrinsik merupakan kemampuan yang terkandung didalam suatu hal.

  2. Pendidikan Islam Pendidikan menurut Hamalik (2003: 79) didefinisikan sebagai proses pengubahan tingkah laku seseorang melalui serangkaian proses.

  Sedangkan pendidikan Islam adalah usaha untuk membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (Saebani, 2009: 22) 3. Malam Jumat Pahing

  Merupakan hari pasaran legi (Kamis Legi Malam Jum’at Pahing) yang diyakini orang untuk datang ke Masjid di Desa Menggoro

  Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung untuk melaksanakan nadzarnya dengan cara beribadah kepada Allah.

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk mengkaji masalah yang diteliti (Sugiyono, 2009: 4).

  2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung. Waktu penelitian dimulai bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

  3. Subjek Penelitian

  Dalam penelitian ini dipilih sebanyak 5 orang warga, 2 orang perangkat desa, yaitu kepala dusun dan modin, serta 4 orang tokoh masyarakat sebagai subjek penelitian. Subjek yang telah dipilih tersebut diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

4. Metode Pengumpulan Data

  Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif, tergantung beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh faktor kejelasan tujuan dan permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/ metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri.

  Dalam penelitian yang mendasarkan pada pendekatan kualitatif ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan studi dokumentasi. Kedua teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan peneliti dalam rangka memperoleh informasi saling melengkapi.

  Wawancara; yaitu dengan melakukan tanya jawab atau mengkonfirmasikan kepada sampel penelitian dengan sistematis (wawancara terstruktur). Dalam wawancara ini, pertanyaan dan jawaban akan bersifat verbal atau semacam percakapan yang bertujuan memperoleh data atau informasi. Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran dari wawancara adalah warga, kepala desa, tokoh masyarakat dan sumber lainnya yang relevan.

  Studi dokumentasi; yaitu suatu alat penelitian yang bertujuan untuk melengkapi data (sebagai bukti pendukung), yang bersumber bukan dari manusia yang memungkinkan dilakukannya pengecekan untuk mengetahui kesesuiannya. Sumber data yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dokumentasi pelaksanaan.

  Selain dengan wawancara dan dokumentasi juga menggunakan observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap proses/ tahapan dalam pelaksanaan kegiatan pada ma lam jum’at pahing.

  Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat prosedur pengumpulan data yang memiliki pola yang pasti. Rianse (2009:6) mengatakan “masing- masing peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran berdasarkan pengalaman masing- masing”, namun demikian Lincoln dan

  Guba (Rianse, 2009: 64) mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi tahap orientasi, explorasi, dan member check. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi

  Pada saat ini peneliti melakukan kegiatan: Pendekatan kelembaga- lembaga yang menjadi lokasi penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang lokasi dan fokus masalah penelitian, serta memilih jumlah informan awal yang memadai untuk memperoleh informan yang tepat. Melakukan pendalaman terhadap sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian, guna menyusun kerangka penelitian dan teori-teori. Melakukan wawancara awal untuk memperoleh informasi yang bersifat umum yang berkenaan dengan ruang lingkup penelitian ini.

  2. Tahap Eksplorasi Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Mengadakan wawancara secara intensif dengan subjek penelitian, yaitu kepala desa, tokoh masyarakat, dan masyar akat yang mengetahui tradisi malam jum’at pahing.

  3. Tahap Member check Pada tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan dan dicek ulang dengan metode triangulasi, untuk melihat kelengkapan atau kesempurnaan serta validitas data. Pengecekan data ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: Mengecek ulang data yang sudah terkumpul, baik data yang terkumpul dari wawancara, hasil observasi maupun dokumen. Meminta data atau informasi ulang kepada subjek penelitian apabila ternyata data yang terkumpul tersebut belum lengkap. Meminta penjelasan kepada pihak terkait tentang data pelaksanaan kegiatan Malam Jum’at Pahing yang melanjutkan serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.

  5. Teknik Analisis Data

  Tujuan utama penelitian ini adalah memahami perilaku manusia dalam konteks tertentu. Sebagai konsekuensi dari tujuan, sifat dan pendekatan penelitian kualitatif tersebut, maka proses dan teknik analisis data yang ditempuh peneliti cenderung beragam. Kualitas konseptual, kreativitas dan intuisi peneliti menentukan keberhasilan analisisnya. Sesuai dengan sifat penelitian yang naturalistic-fenomenologis kualitatif, tentunya

  

semua informasi yang dijaring dengan berbagai macam alat dalam studi ini

  berupa uraian yang penuh deskripsi mengenai subjek yang diteliti, pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainya yang berkaitan. Tentu tidak semua data itu dipindahkan dalam laporan penelitian, melainkan dianalisis dengan menggunakan prosedur menurut Sugiyono (2009:14) yaitu: (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil keputusan dan verifikasi. Analisis data dalam penelitian naturalisti kualitatif menurut Rianse (2009: 66) adalah proses mengatur data untuk ditafsirkan dan diketahui maknanya.

  a.

   Reduksi Data

  Tahap ini dilakukan dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen, sehingga dapat ditemukan hal- hal pokok dari proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian.

  b.

   Display Data

  Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum hal- hal pokok yang ditemukan dalam susunan yang sismatis, yaitu data disusun dengan cara menggolongkannya ke dalam pola, tema, unit atau katagori, sehingga tema sentral dapat diketahui dengan mudah, kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan analisis dan interpretasi data adalah merupakan proses penyederhanaan dan trasformasi timbunan data mentah, sehingga menjadi kesimpulan- kesimpulan yang singkat, padat dan bermakna. c.

  Verifikasi Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang telah diambil dengan data pembandingan yang bersumber dari hasil pengumpulan data dan penunjang lainnya. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang diambil dilakukan dengan menghubungkan atau mengkomunikasikan hasil- hasil penelitian dengan teori- teori para ahli.

  Terutama teori yang menjadi kerangka acuan peneliti dan keterkaitannya dengan temuan- temuan dari penelitian lainnya yang relevan, melakukan proses member-chek mulai dari tahap orientasi sampai dengan kebenaran data terakhir, dan akhirnya membuat kesimpulan untuk dilaporkan sebagai hasil penelitian (Rianse, 2009: 67.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional Metode Penelitian meliputi Metode Pemilihan Subyek, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisa Data serta Sistematika Penulisan

BAB II Kajian Pustaka A. Tinjauan tentang Nilai Pendidikan Islam meliputi: Definisi Nilai dan Pendidikan Islam B. Tinjauan tentang Malam Jum’at Pahing

  BAB III Hasil Penelitian, berisi gambaran umum Desa Menggoro, Keadaan Sosial Masyarakat, serta Tradisi Malam Jumat Pahing di Desa Menggoro BAB IV Analisis Data, meliputi analisis tentang Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Malam Jumat Pahing serta Pembahasan

  BAB V Penutup Dalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan saran Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Nilai Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan

  kualitas, dan berguna bagi manusia (Koentjaraningrat, 2004: 12). Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

  Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan Pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya belum dapat dijabarkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan nilai instrumental (Koentjaraningrat, 2004: 13).

  Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan 31 14 dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.

  Sifat-sifat nilai menurut Daroeso (2006: 28) adalah sebagai berikut.

  1. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.

  2. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita- cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal (das sollen).

  Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak, misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.

  3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya, misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.

  Nilai diartikan sebagai sesuatu yang berharga, yang dianggap bernilai, adil, baik dan indah serta menjadi pedoman atau pegangan diri (Darmadi, 2009: 27). Nilai juga diartikan sebagai suatu sasaran sosial atau tujuan sosial yang dianggap pantas dan berharga untuk dicapai (Sagala,

  2006: 237). Adapun nilai yang dimaksud adalah norma yang berlaku dalam masyarakat ataupun tuntunan agama yang ada dalam masyarakat.

  Nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Esensi belum berarti sebelum dibutuhkan oleh manusia, tetapi tidak berarti adanya esensi karena adanya manusia yang membutuhkan. Hanya saja kebermaknaan esensi tersebut semakin meningkat sesuai dengan peningkatan daya tangkap dan pemaknaan manusia sendiri.

  Hakikat kehidupan sosial kemasyarakatan adalah untuk perdamaian, perdamaian hidup merupakan esensi kehidupan manusia. Esensi itu tidak hilang walaupun kenyataannya banyak bangsa yang berperang. Nilai perdamaian semakin tinggi selama manusia mampu memberikan makna terhadap perdamaian, dan nilai perdamaian juga berkembang sesuai dengan daya tangkap manusia tentang hakekat perdamaian.

  1. Macam-macam Nilai Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan, yang menyebabkan terdapat bermacam-macam nilai, antara lain: a.

  Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Sjarkawi (2009:29)

  1) Nilai moral

  2) Nilai sosial

  3) Nilai undang-undang

  4) Nilai agama

  Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Dari kebutuhan yang paling sederhana, yakni kebutuhan akan tuntutan fisik biologis, keamanan, cinta kasih, harga diri dan yang terakhir kebutuhan jati diri. Apabila kebutuhan dikaitkan dengan tata-nilai agama, akan menimbulkan penafsiran yang keliru. Apakah untuk menemukan jati diri sebagai orang muslim dan mukmin yang baik itu baru dapat terwujud setelah kebutuhan yang lebih rendah tercukupi lebih dahulu? Misalnya makan cukup, tidak ada yang merongrong dalam beragama, dicintai dan dihormati kemudian orang itu baru dapat beriman dengan baik, tentunya tidak. Nilai keimanan dan ketaqwaan tidak tergantung pada kondisi ekonomi maupun sosial budaya, tidak terpengaruh oleh dimensi ruang dan waktu.

  b.

  Dilihat dari Kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan mengembangkan, nilai dapat dibedakan menjadi dua yakni:

1) Nilai yang statik, seperti kognisi, emosi, dan psikomotor.

  2) Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi, motivasi berkuasa.

  c.

  Pendekatan proses budaya, nilai dapat dikelompokkan dalam tujuh jenis yakni (Darmadi, 2006: 44): 1)

  Nilai ilmu pengetahuan 2)

  Nilai ekonomi 3)

  Nilai keindahan 4)

  Nilai politik

  5) Nilai keagamaan

  6) Nilai kekeluargaan dan

7) Nilai kejasmanian.

  Pembagian nilai-nilai ini dari segi ruang lingkup hidup manusia sudah memadai sebab mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, karena itu nilai ini juga mencakup nilai-nilai ilahiyah (ke- Tuhanan) dan nilai-nilai insaniyah (kemanusiaan). (Sjarkawi, 2009: 14) a.

  Pembagian nilai didasarkan atas sifat nilai itu dapat dibagi ke dalam (1) nilai-nilai subjektif, (2) nilai-nilai objektif rasional, dan (3) nilai- nilai objektif metafisik. Nilai subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek terhadap objek, hal ini sangat tergantung kepada masing-masing pengalaman subjek tersebut. Nilai subjektif rasional (logis) yakni nilai-nilai yang merupakan esensi dari objek secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat. Seperti nilai kemerdekaan, setiap orang memiliki hak untuk merdeka, nilai kesehatan, nilai keselamatan badan dan jiwa, nilai perdamaian dan sebagainya.

  Sedangkan nilai yang bersifat objektif metafisik yakni nilai-nilai yang ternyata mampu menyusun kenyataan objektif, seperti nilai-nilai agama.

  b.

  Nilai bila dilihat dari sumbernya terdapat (1) nilai illahiyah

  (ubudiyah dan muamalah), (2) nilai insaniyah. Nilai ilahiyah adalah

  nilai yang bersumber dari agama (wahyu Allah), sedangkan nilai insaniyah adalah nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria yang diciptakan oleh manusia pula.

  c.

  Dilihat dari segi ruang lingkup dan keberlakuannya nilai dapat dibagi menjadi (1) nilai-nilai universal dan (2) nilai-nilai lokal. Tidak tentu semua nilai-nilai agama itu universal, demikian pula ada nilai- nilai insaniyah yang bersifat universal. Dari segi keberlakuan masanya dapat dibagi menjadi (1) nilai-nilai abadi, (2) nilai pasang surut dan (3) nilai temporal.

  d.

  Ditinjau dari segi hakekatnya nilai dapat dibagi menjadi (1) nilai hakiki (root values) dan (2) nilai instrumental. Nilai-nilai yang hakiki itu bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai instrumental dapat bersifat lokal, pasang-surut, dan temporal.

  Perbedaan macam-macam nilai ini mengakibatkan menjadikan perbedaan dalam menentukan tujuan pendidikan nilai, perbedaan strategi yang akan dikembangkan dalam pendidikan nilai, perbedaan metoda dan teknik dalam pendidikan Islam. Di samping perbedaan nilai tersebut di atas yang ditinjau dari sudut objek, lapangan, sumber dan kualitas/serta masa keberlakuannya, nilai dapat berbeda dari segi tata strukturnya. Tentu hal ini lebih ditentukan dari segi sumber, sifat dan hakekat nilai itu B.

  Pendidikan Islam Pendidikan adalah proses yang berlangsung untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah laku manusia. Menurut Ahmad D.

  Marimba yang dikutip oleh Heri Noer Aly (2009: 14), pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sedangkan pengertian pendidikan menurut Soegarda Poerbakawaca yang dikutip oleh Abuddin Nata (2005: 64), ialah semua perbuatan atau usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya. Adapun menurut Hujair AH Sanaky, pendidikan adalah usaha sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa datang.

  Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual, dan keberagamaan orang tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan fitrah manusia supaya dapat berkembang sampai pada tujuan yang dicita-citakan, yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya kepribadian yang utama.

  Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Pendidikan Islam menurut Tadjab secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidikan yang dilaksanakan dengan bersumber dan berdasar atas ajaran agama Islam. Menurut Hery Noer Aly (2009: 18), pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Sedangkan menurut Endang Saipuddin Anshari dalam Hery Noer Ali (2009: 20), ia mendefinisikan pendidikan Islam menjadi dua bagian; pertama dalam arti yang luas adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, dan asuhan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan lain sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan metode tertentu.

  Dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam. Kedua, pendidikan Islam dalam arti khusus adalah pendidikan yang materi didiknya adalah Al-Islam, akidah, syari’ah (ibadah dan muamalah) dan akhlak Islam, seperti pendidikan agama Islam di perguruan tinggi.

  Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli, namun dari beberapa pengertian tersebut yang dapat disimpulkan, pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian Muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup, yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya.

  Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial yang membawa penganutnya pada pengaplikasian Islam dan ajaran- ajarannya ke dalam tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan sumber dan landasan pendidikan Islam harus sama dengan sumber Islam itu sendiri, yaitu Al-

  Qur’an dan As-Sunah. Pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan Islam ialah pandangan hidup muslim yang merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat universal yakni Al-

  Qur’an dan As-Sunnah yang sahih juga pendapat para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Nilai- nilai luhur tersebut diuraikan sebagai berikut: (Aly, 2009: 26) 1.

  Al-Qur’an Di dalam Al-

  Qur’an terdapat ajaran yang berisi prinsip-prinsip yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca dalam kisah Luqman yang mengajari anaknya dalam surat Luqman. Al-

  Qur’an adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan diamalkan menjadi pikiran rasa dan karsa mengarah pada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.

2. As-Sunah

  Setelah Al- Qur’an, pendidikan Islam menjadikan As-Sunnah sebagai dasar dan sumber kurikulumnya. Secara harfiah ’sunnah’ berarti jalan, metode dan program. Secara istilah ’sunnah’ adalah perkara yang dijelaskan melalui sanad yang sahih baik itu berupa perkataan, perbuatan atau sifat Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Al-

  Qur’an, sunnah berisi petunjuk-petunjuk untuk kemaslahatan manusia dalam segala aspeknya yang membina manusia menjadi Muslim yang bertaqwa. Dalam dunia pendidikan sunnah memiliki dua faedah yang sangat besar, yakni: a.

  Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al- Qur’an atau menerangkan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya.

  b.

  Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah SAW bersama anak-anaknya dan penanaman keimanan ke dalam jiwa yang dilakukannya.

  Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan selesai dan memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Secara umum menurut Hery Noer Aly (2009: 22), tujuan adalah batas akhir yang dicita- citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha. Pengertian tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya, maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya individu hidup.

  Adapun tujuan pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali, ialah kesempurnaan insani di dunia dan akhirat. Manusia akan mencapai kesempurnaan melalui pencarian keutamaan dengan menggunakan ilmu. Keutamaan itu akan memberinya kebahagiaan di dunia serta mendekatkannya kepada Allah SWT, sehingga dia juga akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Sedangkan menurut Muhammad Munir Mursa dalam Saebani (2009: 14), tujuan terpenting pendidikan Islam adalah tercapainya kesempurnaan insani, karena Islam sendiri merupakan manifestasi tercapainya kesempurnaan agamawi. Dan menurut pendapat Abdul Fattah Jalal dalam Saebani (2009: 14), tujuan akhir pendidikan Islam adalah menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT. Di dalam Al-

  Qur’an dijelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah ”membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT dan khalifah-Nya, untuk membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah (untuk bertaqwa kepada- Nya).” Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56:

  

Artinya: Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku (QS. Adz-Dzariyat: 56) (Depag RI, 2005: 654)

  Makna dari ayat tersebut bahwa untuk menyembah Allah diperlukan suatu pendidikan sehingga dalam tatacara menyembah tersebut sesuai dengan ajaran yang ditentukan. Oleh karena itulah pendidikan merupakan sarana untuk dapat memahami aturan-aturan dalam menyembah kepada Allah SWT.

  Berdasarkan penjelasan dan rincian tentang tujuan pendidikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan nilai pendidikan Islam adalah sebagai berikut: 1.

  Menyiapkan dan membiasakan anak dengan ajaran Islam sejak kecil agar menjadi hamba Allah SWT yang beriman.

  2. Membentuk anak Muslim dengan perawatan, bimbingan, asuhan, dan pendidikan pra natal sehingga dalam dirinya tertanam kuat nilai-nilai keislaman yang sesuai dengan fitrahnya.

  3. Mengembangkan potensi, bakat, dan kecerdasan anak sehingga mereka dapat merealisasikan dirinya sebagai pribadi Muslim.

  d.

  Memperluas pandangan hidup dan wawasan keilmuan bagi anak sebagai makhluk individu dan social

C. Nilai-nilai Pendidikan Islam

  Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Pada hakikatnya pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai, baik sebagai proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai. Lebih dari itu fungsi pendidikan Islam adalah pewarisan dan pengembangan nilai-nilai dienul Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga di semua tingkat dan bidang pembangunan bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak kecil agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai islami yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem di dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa anak sehingga bisa memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan mengemukakan nilai-nilai pendidikan Islam secara umum menurut yang dikemukakan oleh Dr. Zulkarnain (2008: 38)