BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - MUHAMMAD FADHILAH BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

  defekasi lebih dari biasanya lebih dari 3 kali/hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Suraatmaja, 2010). Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan darah atau lendir (Ngastiyah, 2005). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair(Suriadi & Yuliani, 2005).

  Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Diare adalah suatu penyakit dengan bertambahnya frekuensi defekasi/buang air besar secara berlebihan 3-4 kali/hari pada anak dan bayi dengan feses yang cair/encer bercampur dengan lendir dan darah .

  6

B. Etiologi

  Etiologi diare menurut Ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM (2007) dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

  1. Faktor infeksi

  a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaa yang merupakan penyebab utama diare pada anak.

  Infeksi enternal ini meliputi :Infeksi bakteri: vibrio, e. coli, salmonella, shigella, campylo bactery, yersinia, aeromonas dan sebagainya, infeksi virus: adenovirus (virus ECHO, coxsackie poliomyelitis), adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain, infestasi parasit: cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas hominis), jamur (candida albicans).

  b. infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

  2. Faktor malabsorbsi

  a. malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

  b. malabsorbsi lemak

  c. malabsorbsi protein

  3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

  4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare pada anak yang lebih besar.

C. Anatomi fisiologi

  Menurut Budiyono (2011) sistem pencernaan terdiri dari : 1.

  Mulut Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam proses pencernaan makanan, fungsi utama mulut adalah untuk menghancurkan makanan sehingga ukurannya cukup kecil untuk dapat ditelan ke dalam perut.

  2. Lidah Berfungsi sebagai membolak-balikan makanan sehingga semua makanan dihancurkan secara merata. selain itu, lidah berfungsi membantu menelan makanan.

  3. Gigi Tanpa adanya gigi, manusia akan sulit memakan makanan yang dimakannya. menurut tugasnya gigi termasuk dari sistem pencernaan. Gigi tumbuh di dalam lesung pada rahang dan memiliki jaringan seperti pada tulang, tetapi gigi bukanlah bagian dari kerangka.

  4. Esofagus/kerongkongan Setelah dikunyah di mulut, makanan ditelan agar masuk ke lambung melalui suatu saluran yang disebut kerongkongan. kerongkonan atau esofagus berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Di dalam leher sesungguhnya terdapat dua saluran, yaitu kerongkongan (letaknya di belakang) dan tenggorokan atau trakea (letaknya di depan).

  Kerongkongan merupakan saluran pencernaan yang menghubungkan antara mulut dengan lambung. pada saat melewati kerongkongan, makanan didorong masuk ke lambung oleh adanya gerak peristaltik otot-otot kerongkongan. Hal ini dikarenakan dinding kerongkongan tersusun atas otot polos yang melingkar dan memanjang serta berkontraksi secara bergantian. Akibatnya, makanan berangsur- angsur terdorong masuk kelambung. Di kerongkongan makanan hanya lewat saja dan tidak mengalami pencernaan.

  5. Lambung Gambar 2. 1 Anatomi Lambung

  (Sumber : Budiyono 2011) Lambung merupakan alat pencernaan yang berbentuk kantung. Dinding lambung tersusun dari otot-otot yang memanjang, melingkar, dan menyerong. Hal ini memungkinkan makanan yang masuk ke dalam lambung dibolak-balik dan diremas lagi sehingga menjadi lebih halus. Makanan yang dikunyah di mulut belumlah cukup halus. Oleh karena itu, perlu dihaluskan lagi di lambung. Agar lambung tidak bekerja terlalu berat, sebaiknya mengunyah makanan sampai halus benar sebelum menelannya. Secara mekanisme lambung juga mencerna makanan secara kimiawi. Lambung menghasilkan suatu cairan yang mengandung air, lender, asam lambung(HCL), serta enzim renin dan pepsinogen. Karena sifatnya yang asam, cairan lambung dapat membunuh kuman yang masuk bersama makanan. Sementara itu, enzim rennin akan mengumpulkan protein susu yang ada di dalam air susu sehingga dapat dicerna lebih lanjut. Pepsinogen akan diaktifkan oleh HCL menjadi pepsin yang berfunsi memecah protein menjadi pepton.

6. Usus halus

  Gambar 2. 2 Anatomi Usus Halus (Sumber : Budiyono 2011) Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang biasa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

  Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjoan- tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili).

  Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum. Bagian ini terutama bertangung jawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. penyerapan inidiperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili. Dinding usus kaya akanpembuluh darah yang menyangkut zat-zat yang diserap ke hati elalui vena porta. Dinding usus melepaskan lender (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutka pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usu juga melepaskan sejumlah enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

  Didalam duodenum, air dengan cepat dipompa kedalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung. ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lender dan enzim-enzim pankreatik.

7. Pankreas

  Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar:Asini, menghasilkan enzim, enzim pencernaan, Pulau pankreas, menghasilkan hormone. Pankreas melepaskan enzim pencernaan kedalam duodenum dan melepaskan hormone ke dalam darah.

  Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter oddi, dimana keduanya akan masuk kedalam duodenum.

  Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

  Tiga hormon yang dihasilkan oleh pancreas adalah :Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah, Glucagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah, Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormone lainnya (insulin dan glucagon).

8. Kandung dan Saluran empedu

  Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum.

  Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umu dan masuk ke dalam duodenum.

  Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi.

  Empedu memiliki 2 fungsi penting:Membantu pencernaan dan penyerapan lemak, Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghacuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

  Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lema untuk membantu proses penyerapan, Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakan isinya, Bilirubin (pigmen utam dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan, Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu danselanjutnya dibuang dari tubuh, Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.

  Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali kedalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk kedlam usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsure pokok. beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.

9. Usus Besar

  Gambar 2. 3 Anatomi Usus Besar (Sumber : Budiyono 2011)

  Usus besar terdiri dari:Kolon asendensm (kanan), Transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum).

  Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil yang berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, sperti vitamin K. bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bias menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

10. Rektum dan Anus

  Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bias menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar.

  Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari. Sebagai anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

D. Kebutuhan nutrisi pada anak dan balita

  Menurut Hidayat (2005) kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, defisiensi thiamin, defisiensi kalium dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan moralitas.

  Selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktifitas sehari-hari karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengaturan dalam tubuh. Sebagai sumber tenga nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-55%, lemak sebanyak 30-35% dan protein sebanyak 15%. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang di antara zat gizi lain, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal yang tidak disukai makanan tersebut mengandung zat gizi yang seimbang, sehingga harapan dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan dijumpai masalah masukkan nutrisi yang kurang sedangkan kebutuhan dalam tubuh semakin meningkat sehingga akan membutuhkan makanan tambahan seperti kalori, vitamin, dan mineral. (Behrman, RE dkk, 1996 dalam Hidayat 2005)

  Upaya perbaikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam rangka membantu proses fisiologis dalam tubuh untuk proses tumbuh kembang anak dan membantu aktivitas serta memelihara kesehatan salah satu dari upaya pemulihan kondisi anak. Dengan harapan anak akan menjadi puas dan orang tua dapat membantu proses edukatif, kemudian juga dapat membina kebiasaan waktu makan, meningkatkan selera makan, memilih kemampuan dan kebiasaan yang baik, memilih jenis makan, menentukan jumlah dan mendidik dalam berperilaku makan. Dalam proses pemenuhan tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantara usia, status nutrisi itu sendiri dan keadaan penyakit yang diderita anak sehingga faktor tersebut harus mendaoat perhatian dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak. (Solihin pudjiadi, 2001 dalam Hidayat, 2005).

  Zat gizi merupakan unsure yang terpenting dalm nutrisi mengingat zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal kalau tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberiakn nilai yang optimal. Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur, secara umum zat gizi di bagi menjadi dua golongan makro dan mikro: untuk zat gizi golongan makro terdiri dari kalori dan H2O (air), untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein dan lemak, H2O (air) sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan mineral. (Berhman, RE dkk, 1996 dalam Hidayat, 2005).

  1. Karbohidrat Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah tersedia di setiap makan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadinya kelaparan dan berat badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat yang cukup maka dapat didapat dari susu, padi-padian, buah- buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur-sayuran.

  2. Lemak Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkatan vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri dari lemak alamiah sekitar 98% di antaranya trigliserida, dan gliserol sedangkan 2%-nya adalah asam lemak bebas di antaranya monogliserida, digliserida, kolesterol dan fosfolipid termasuk lesitin, sefalin, sfingomielin dan serebrosid. Lemak merupakan sumber energi, sebagai pelindung organ tubuh, membantu rasa kenyang, kekurangan lemak dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya perubahan kulit, apabila jumlah lemak yang banyak pada anak akan menyebabkan hiperlipidemia, hiperkolesterol, atau menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain, dan untuk mendapatkan jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dai susu, mentega, kuning telur, daging, ikan, keju, kacang-kacangan, dan minyak sayur.

Tabel 2.1 Kebutuhan Energi Per Hari

  Tinggi Badan Umur Barat Badan (kg) Energi (Kkal) (cm) 0-6 bulan 5, 5 60 560 7-12 bulan 8, 5

  71 800 1-3 tahun 12 89 1220 4-6 tahun 18 108 1720 7-9 tahun 23, 5 120 1860

  Pria 10-12 tahun 30 135 1950 13-15 tahun

  40 152 2200 16-19 tahun 53 160 2360

  Perempuan 10-12 tahun 32 139 1750 13-15 tahun

  42 153 1900 16-19 tahun 46 154 1850

(Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi,

  2001)

  3. Protein Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel, selain itu tersedia protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein terdiri dari 24 asam amino, jumlah protein dalam tubuh harus cukup apabila jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlanya kurang maka menyebabkan kelemahan dan lainnya.

Tabel 2.2 Kebutuhan Protein Per Hari

  Tinggi Badan Umur Barat Badan (kg) Protein (gr) (cm) 0-6 bulan 5, 5

  60

  12 7-12 bulan 8, 5

  71

  15 1-3 tahun

  12

  89

  23 4-6 tahun 18 108

  32 7-9 tahun 23, 5 120

  36 Pria 10-12 tahun 30 135

  45 13-15 tahun 40 152

  57 16-19 tahun 53 160

  62 Perempuan 10-12 tahun 32 139

  49 13-15 tahun 42 153

  47 16-19 tahun 46 154

  47

(Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi,

2001)

  4. Air Merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat kebutuhan air pada bayi relative tinggi 75-80% dari berat badn dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%. Air bagi tubuh dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran selular, sebagai medium untuk ion, transport nutrient dan produk buangan dan pengaruran suhu tubuh. Sumber air dapat diperoleh dari air dan semua makanan.

Tabel 2.3 Kebutuhan Cairan Bayi dan Anak

  Jumlah Air Jumlah Air Per Rata-rata Barat

Umur dalam 24 jam kilogram Berat

Badan

  (ml) Badan/24 jam (ml) 3 hari 3, 0 250-300 80-100 10 hari 3, 2 400-500 125-150 3 bulan 5, 4 750-850 140-160 6 bulan 7, 3 950-1100 130-155 9 bulan 8, 6 1100-1250 125-145 1 tahun 9, 5 1150-1300 120-135 2 tahun 11, 8 1350-1500 115-125 4 tahun 16, 2 1600-1800 100-100 6 tahun 20, 0 1800-2000 90-100 10 tahun 28, 7 2000-2500 70-80 14 tahun 45, 0 2200-2700 50-60 18 tahun 54, 0 2200-2700 40-50

  (Sumber : Berhman, RE dkk, 1996)

  5. Vitamin Merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta mempertahankan organism, vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A (retinol), B kompleks (thiamin), B2 (riboflavin), B12 (sianokobalamin), Vit C (asam ascorbat), vitamin D, vitamin E, dan vitamin K, yang masing-masing mempunyai fungsi dan kelemahan

Tabel 2.4 Kebutuhan Vitamin Per Hari

  Umur Barat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Vit A (Re) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) B12 Vit C (mg) 0-6 bulan 5, 5 60 350 0, 3 0, 3 2, 5 0, 1

  25 7-12 bulan 8, 5 71 350 0, 4 0, 4 3, 8 0, 1

  25 1-3 tahun 12 89 350 0, 5 0, 6 5, 4 0, 5

  25 4-6 tahun 18 108 360 0, 7 0, 9 7, 6 0, 7

  25 7-9 tahun 23, 5 120 407 0, 7 0, 9 8, 1 0, 9

  25 Pria 10-12 tahun 30 135 450 0, 8 1, 0 8, 6 1, 0

  30 13-15 tahun 40 152 600 0, 9 1, 1 9, 7 1, 0

  40 16-19 tahun 53 160 600 1, 0 1, 2 10, 0 1, 0

  40 Perempuan 10-12 tahun 32 139 500 0, 7 0, 9 7, 7 1, 0

  30 13-15 tahun 42 153 500 0, 8 1, 0 8, 4 1, 0

  30 16-19 tahun 46 154 500 0, 8 0, 9 8, 1 1, 0

  30

(Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi,

2001)

  6. Mineral Merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok makro, yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin, jodium, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng. Kesemuanya harus tersedia dalam jumlah yang cukup.

  Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas syaraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalium ini akan diekskresi 70% dalam tinja 10% dalam urine, 15-25%tertahan dan tergantungdalam kecepatan pertumbuhan, kadar kalsium ini harus tersedia yang cukup karena apabila terjadi kekurangan akan menyebabkan mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalsia osteoporosis, rakhitis, dan gangguan pertumbuhan. Tersedianya kalsium ini dapat diperoleh dari susu, keju, sayur-sayuran berdaun hijau, kerang, dan lain-lain.

  Pria 10-12 tahun

  Kebutuhan nutrisi berdasarkan usia tumbuh kembang

  25 15 150

(Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi,

2001)

  19 15 150 16-19 tahun 46 154 600 450

  14 15 150 13-15 tahun 42 153 700 450

  10-12 tahun 32 139 700 450

  23 15 150 Perempuan

  17 15 150 16-19 tahun 53 160 600 500

  14 15 150 13-15 tahun 40 152 700 500

  30 135 700 500

  9 10 100 7-9 tahun 23, 5 120 500 400 10 10 120

Tabel 2.5 Kebutuhan Mineral Per Hari

  70 4-6 tahun 18 108 500 350

  10

  8

  70 1-3 tahun 12 89 500 250

  5

  5

  50 7-12 bulan 8, 5 71 400 250

  3

  3

  Umur Barat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg) Iodium 0-6 bulan 5, 5 60 600 200

  Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat kebutuhan untukpertumbuhan dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda, dan perbedaan ini yang menyebabkan jumlah dan komponen zat gizi berlainan.

  Umur 12-18 bulan

  Pada usia anak ini masih tetap diberikan air susu ibu dengan penambahan pada bubur susu, bubur tim kasar dan buah, bentuk makanan yang disediakan dapat lebih padat dan bertambah jumlahnya menginggat pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi pencernaan sudah bertambah.

  Pada usia ini anak sering senang makan sendiri dengan sendok atau suka mencoba makanan sendiri dan makan dengan tangan, pada anak seusia ini adalah merupakan usaha yang baik dalam menuntun ketangkasan dan merasakan bentuk makanan.

E. Patofisiologis

  Menurut Ngastiyah (2005) dan Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM (2007) mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare diantaranya adalah:

  1. Gangguan Osmotik

  Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

  2. Gangguan Sekresi

  Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

  3. Gangguan Motilitas Usus

  Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya pada peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya juga akan timbul diare.

  Patogenesi pada diare akut berawal dari masuknya jasad renik yang masih hidup kes dalam usus halus, setaelah berhasil melewati rintangan asam lambung, jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikas) di dalam usus halus. Oleh jasad renik tersebut kemudian mengeluarkan toksin yang mengakibatkan hipersekresi dan menimbulkan diare.

  Patogenesis pada diare kronis lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bekteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dan lain-lain.

F. Manifestasi klinis

  Manifestasi klinis pasien diare menurut Suriyadi dan Yuliani (2006) dan Betz (2002) adalah sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit jelek/elastisitas kulit menurun, ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering), kram abdominal, demam (mungkin ada, mungkin tidak), mual dan muntah (umumnya tidak lama), anoreksia, berat badan menurun, lemah, pucat, perubahan tanda-tanda vital (nadi dan pernapasan cepat), pengeluaran urine menurun atau tidak ada.

  Manifestasi klinis penderita diare menurut Ngastiyah (2005) yang terjadi pada pasien dengan adalah mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare (tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah), warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan dehidrasi yang tanda-tandanya, berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila berdasarkan tobisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi isotonic, hipotonik dan hieprtonik.

  G. Pathway Gambar 2. 4 Pathwys Diare

  Sumber :Suriadi dan Yuliani R (2006) dan Ngastiyah (2005)

  H. Penatalaksanaan Medis

  Menur Mansjoer (2000), penalaksaan untuk gastroenteristis pada anak adalah sebagai berikut :

  Faktor Psikologis Infeksi (Virus, Bakteri, Parasit) Malabsorbsi Makanan Makanan Beracun Rangsang Saraf Parasimpatik Reaksi Tek Osmotik Sekresi cairan dan elektrolit Pergeseran cairan & elektrolit ke rongga Gangguan Motilitas Usus Isi Rongga Usus Hipomotilitas Hipermotilitas Sekresi air & elektrolit Bakteri tumbuh

DIARE

Output >>

  Absorbsi ber < Dehidrasi Defekasi sering Iritasi Resiko kerusakan Kerusakan mukosa usus Ketidakseimbangan nutrisi Tubuh kehilangan cairan & elektrolit Nyeri akut Pe vol cairan ekstra sel Resiko Infeksi Pe cairan intersisiil Kurang volume Kurang Hipertermia

  1. Diare cair membutuhhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).

  Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare atau muntah (previous water losses =PWL) ; ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine, dan pernafasan (normal water losses=NWL) ; dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung (concomitant water losses=CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi, berat badan anak, dan golongan umur.

  2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi.

  3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada disentri, suspek kolera dengan dehidrasi berat, dan diare persisten.

  4. Obat-obatan antidiare meliputi anti motilitas (misal loperamid, difenoksilat, kodein, opium), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit).

  Antimuntah termasuk prometazim, klorpromazin. Tidak satupun obat-obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh diberikan pada anak < 5 tahun.

I. Komplikasi

  Komplikasi diare menurut Ngastiyah (2005), diantaranya adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Hal ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi yaitu:

  1. Dehidrasi Kehilangan cairan dan garam dari tubuh yang lebih dari normal menyebabkan dehidrasi. Diare berdasarkan derajat dehidrasi dibagi menjadi:

  a. Diare dengan dehidrasi ringan Tanda-tanda diare dengan dehidrasi ringan yaitu kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan, kesadaran baik, mata agak cekung, turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal, lemah dan haus, ubun-ubun besar agak cekung, dan membran mukosa sedikit kering.

b. Diare dengan dehidrasi sedang

  Tanda-tanda diare dengan dehidrasi sedang yaitu kehilangan cairan 5-10% berat badan, keadaan umum gelisah, rasa haus meningkat (++), denyut nadi cepat dan pernapasan agak cepat, mata cekung, turgor dan tonus otot agak berkurang, ubun-ubun besar cekung, kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik, dan membran mukosa kering.

  c. Diare dengan dehidrasi berat Tanda-tanda diare dengan dehidrasi berat yaitu kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis, denyut nadi cepat sekali, pernapasan kusmaull (cepat dan dalam), ubun-ubun besar cekung sekali, mata

cekung sekali, turgor/tonus kurang sekali dan selaput lendir kurang/asidosis.

  2. Renjatan hipovolemik

  Diare dapat menyebabkan dehidrasi. Pada dehidrasi berat (rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12, 5%) volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokoma).

  3. Hipokalsemia Cairan dan elektrolit lebih banyak yang keluar dari darah ke dalam usus. Elektrolit tersebut mengandung kalsium sehingga menyebabkan hipokalsemia.

  4. Asidosis Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

  Asidosis metabolik terjadi karena kehilangan natrium bikarbonat (NaHCO ) melalui tinja diare, ketosis kelaparan, produk-produk

  3

  metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria atau anuria), berpindahnya ion natrium dan cairan ekstrasel ke cairan intrasel, penimbunan asam laktat (anoksia jaringan).

  5. Hipokalemia Cairan dan elektrolit yang keluar melalui tinja lebih banyak dari normal. Di dalam elektrolit tersebut ada kandungan kaliumnya sehingga kadar kalium darah turun (hipokalemia).

  6. Hipoglikemia Terjadi karena terganggunya penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati dan gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak. Gejala hipoglikemia berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.

  7. Hiponatremia Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Diare menyebabkan tubuh akan banyak kehilangan elektrolit dan dapat menyebabkan hiponatremia.

  8. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.

  9. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.

  10. Malnutrisi energi protein yang diakibatkan karena muntah dan diare yang lama atau kronik dan juga anoreksia.

  J. Pencegahan Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui "4 F" (Finger, feces, food, dan fly), maka tindakan yang utama adalah upaya pencegahan. Upaya pencegahan penyakit diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu: 1.

  Kebersihan perseorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain ditanah.

  2. Membiasakan anak defekasi di jamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.

  3. Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.

  4. Makanan harus selalu tertutup.

  

5. Anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri, diajarkan untuk

tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.

  6. Air minum harus selalu dimasak.

  K. Data penunjang 1.

  Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Wong (2003) diantaranya adalah :

  a.

  Pemeriksaan tinja 1) Makroskopis, yaitu ditemukan bentuk feses cair, kurang lebih jumlahnya 250 mg dalam sehari.

  2) Mikroskopis, yaitu didapatkan hasil natrium (Na) menurun. Nilai normal Na dalam tinja 56-105 mEq/l, chlorida (Cl) juga menurun.

  Nilai normal Cl dalam tinja yaitu 55-95 mEq/l, kadar kalium juga mengalami penurunan, normalnya 25-26 mEq/l, pada pemeriksaan bikarbonat (HCO

  3 ) juga didapatkan hasil menurun, normalnya 14- 31 mEq/l.

  b.

  Tingkat keasaman (pH) dan kadar gula dalam tinja dapat diperiksa dengan kertas lakmus dan tabel clini test bila diduga terjadi intoleransi gula. 1). pH kurang dari 6 2). Gula tinja + : 0, 5%

  • : 0, 75%
    • : 1%
      • : 2%
      c.

  Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah (lebih tepat dengan dilakukan pemeriksaan analisa gas darah).

  

Tabel 2.6Hasil analisa gas darah

Karbondioksida Tingkat keasaman Nilai normal (CO ) (pH) 2 Alkalosis metabolik Meningkat Meningkat

Alkalosis respiratorik Menurun Meningkat

  

Asidosis metabolik Menurun Menurun

Asidosis respiratorik Meningkat Menurun

  d.

  Pemeriksaankadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

  1) Pemeriksaan urin, didapatkan hasil kadar urin meningkat yang menandakan dehidrasi, sedangkan nilai normal kadar urin adalah 20-40 mg/dl. 2) Pemeriksaan kreatinin, didapatkan hasil kreatinin menurun. Nilai normal kreatinin adalah 0, 5-1, 5 mg/dl.

  e.

  Pemeriksaan darah

  

Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit, dan

Blood Ureum Nitrogen (BUN) biasanya mengalami penurunan pada diare akut.

  f.

  Duodenal intubation

  

Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui kuman penyebab diare secara kualitatif

dan kuantitatif terutama pada diare kronik. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan

adanya jasad renik atau parasit.

  g.

  Rekto kolonoskopi Kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akut tapi jika diare lebih dari 10 hari tidak berhenti/cenderung menjadi kronik maka rekto sigmoidoskopi sangat perlu. Bila diare berdarah mutlak perlu dilakukan rektokolomoskopi. h.

  Foto sinar X (Rontgen) Foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare akut, peranan rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare kronik dimana pemeriksaan sinar X memegang peranan yang sama dengan endoskopi.

  L. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Pengkajian a. Wawancara

  Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien gastroenteritis sebagai berikut : 1)

  Umur Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi laktase, sindrom kolon iritatif.

  2) Frekuensi Diare biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah makan

  3) Lamanya Diare diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung lama

  4) Nyeri Abdomen

  Nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada usus, sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun sindrom mauoun usus iritabel.

  Data Subyektif 1.

  Keluhan utama : BAB cair, lemas, gwelisah, mual muntah, anoreksia, badan panas.

  2. Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x 3.

  Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau lingkungan.

  4. Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya 5.

  Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka makan makanan pedas.

  Data Obyektif 1.

  Mata cekung 2. Ubun – ubun besar dan cekung 3. Turgor kulit kurang dan kering 4. Lidah, bibir dan mukosa kering 5. Konsistensi feses cair 6. Peningkatann suhu tubuh 7. Penurunan BB 8. Pasien tampak lemah dan lemas b.

   Pemeriksaan fisik

  Kesadaran : composmentis, pada dehidrasi berat dapat terjadi apatis, somnolen, kadang sopokomateus.

  Keadaan umum : sedamg atau lemah Vital sign : pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan : 1)

  Tekanan Darah menurun (misal 90/40 mmHg) 2)

  Nadi sepat sekali (tachikardi) 3)

  Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya infeksi dalam usus 4)

  Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya kompensasi asam basa.

  Pemerisaan Fisik

  a) Kepala dan Muka

  Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agak cekung Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi Mata : mata pada umumnya agak cekung Mulut : mukosa kering, bibir pecah – pecah, lidah kering, bibir sianosis.

  Pipi : pada tulang pipi biasanya menonjol Wajah : tampak lebih pucat

  b) Leher

  Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid

  c) Jantung

  Menimbulkan aritmia jantung

  d) Abdomen

  Inspeksi : inspeksi umumnya kadang simetris, cembung terlihat pembesaran pada perut kanan bawah.

  Perkusi : tympani (kembung). Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan dapat terjadi kejang perut.

  Auskultasi : bising usus >30x / menit e) Anus

  Anus terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya

  d.

  g.

  Resiko infeksi berhubungan dengan adanya invasif mikroorganisme, hospitalisasi.

  f.

  Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, proses inflamasi.

  e.

  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare (defekasi).

  Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.

  f) Kulit

  c.

  Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi, masukan nutrisi yang tidak adekuat.

  b.

  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.

  Diagnosa keperawatan yang muncul menurut NANDA (2005), Wong (2003), dan Doengoes (2000) adalah: a.

  Diagnose keperawtan

  Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2 detik.

  Kurang pengetahuan (penyakit diare) berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

2. Fokus Intervensi

  Fokus intervensi pada penderita diare menurut Jhonson (2000), Closky (2000) yaitu: a.

  Diagnosa Keperawatan I Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.

  1) Nursing Outcome Classification (NOC): Keseimbangan Cairan

  Tujuan: Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh kembali normal.

  Kriteria Hasil:

  a) Intake cairan adekuat.

  b) Berat badan stabil (normal).

  c) Turgor kulit baik.

  d) Mukosa bibir lembab.

  e) Tanda-tanda vital dalam batas normal. Keterangan skala: 1 = Tidak pernah menunjukkan 2 = Jarang menunjukkan 3 = Kadang menunjukkan 4 = Sering menunjukkan 5 = Selalu menunjukkan

  2) Nursing Intervention Classification (NIC): Manajemen Cairan

  a) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, ubun-ubun, mata).

  b) Beri larutan rehidrasi oral (oralit)

  c) Ukur berat badan secara teratur.

  d) Ukur tanda-tanda vital.

  e) Pantau masukan dan haluaran cairan.

  f) Anjurkan pasien untuk banyak minum

  g) Anjurkan keluarga (ibu) untuk memberikan ASI.

  h) Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan gelatin karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit, dan mempunyai osmolalitas tinggi. i)

  Pantau kadar elektrolit darah, kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin. j)

  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan parenteral yang tepat.

  b.

  Diagnosa Keperawatan II Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi, masukan nutrisi tidak adekuat.

  1) NOC: Status Nutrisi Tujuan: Status nutrisi pasien terpenuhi.

  Kriteria Hasil:

  a) Berat badan normal. b) Intake makanan adekuat.

  c) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (bibir pecah-pecah, rambut rontok, dan rambut kemerahan).

  d) Energi adekuat. Keterangan skala: 1 = Tidak pernah menunjukkan 2 = Jarang menunjukkan 3 = Kadang menunjukkan 4 = Sering menunjukkan 5 = Selalu menunjukkan

  2) NIC: Manajemen Nutrisi

  a) Kaji status nutrisi dan kemampuan makan pasien.

  b) Timbang berat badan secara teratur.

  c) Anjurkan pasien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.

  d) Anjurkan ibu untuk mempertahankan pemberian ASI secara efektif.

  e) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nurisi yang dibutuhkan pasien.

  f) Observasi dan catat respons terhadap pemberian makan untuk mengkaji toleransi pemberian makan.

  g) Berikan kebersihan oral.

  h) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.

i) Anjurkan istirahat sebelum makan.

  j) Catar masukan dan perubahan simtomatologi.

  c.

  Diagnosa Keperawatan III Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.

  1) NOC: Level Nyeri Tujuan: Nyeri pada pasien berkurang.

  Kriteria Hasil:

  a) Pesien mengatakan nyeri berkurang.

  b) Ekspresi wajah tersenyum.

  c) Pasien Tampak tenang dan nyaman. Keterangan skala: 1 = Tidak pernah menunjukkan 2 = Jarang menunjukkan 3 = Kadang menunjukkan 4 = Sering menunjukkan 5 = Selalu menunjukkan

  2) NIC: Manajemen Nyeri

  a) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.

  b) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan kualitas/beratnya nyeri.

  c) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.

  d) Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri.

  e) Ajarkan teknik relaksasi non farmakologi yang tepat. f) Berikan rendam duduk dengan tepat.

  g) Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.

  h) Observasi adanya isiorektal dan fistula perianal. i)

  Observasi distensi abdomen, peningkatan suhu, dan penurunan tekanan darah. j) Kolaborasi: Beri analgetik yang sesuai indikasi.

  d.

  Diagnosa Keperawatan IV Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare (defekasi).

  1) NOC: Integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

  Kriteria Hasil:

  a) Integritas kulit yang baik.

  b) Tidak ada luka (lesi pada kulit pada kemerahan, kulit tidak kering).

  c) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembahan kulit.

  Keterangan skala:

  1 = Tidak pernah menunjukkan

  2 = Jarang menunjukkan 3 = Kadang menunjukkan

  4 = Sering menunjukkan

  5 = Selalu menunjukkan 2)

  NIC: Manajemen Tekanan

  a) Kaji adanya tanda-tanda kerusakan kulit.

  b) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.

  c) Monitor kulit akan adanya kemerahan.

  d) Ganti popok dengan sering untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan kering.

  e) Oleskan lotion/minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.

  f) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

  g) Hindari penggunaan tisu basah yang mengandung alcohol pada kulit yang terekskoriasi karena akan menyebabkan rasa menyengat.

  e.

  Diagnosa Keperawatan V Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, proses inflamasi.

  1) NOC: Termoregulasi Tujuan: Suhu tubuh kembali normal.

  Kriteria Hasil:

  a) Suhu tubuh dalam rentang normal.