DAMPAK PENETAPAN DESA-DESA DI KABUPATEN SLEMAN SEBAGAI DESA WISATA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SETEMPAT

  

DAMPAK PENETAPAN DESA-DESA DI KABUPATEN SLEMAN

SEBAGAI DESA WISATA

TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SETEMPAT

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

  Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

  

Disusun Oleh :

Urbanus Yulianto Kurniawan

031324004

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Dengan segala cinta dan syukur kepada Dengan segala cinta dan syukur kepada Dengan segala cinta dan syukur kepada Dengan segala cinta dan syukur kepada

Tuhan Yesus Kristus kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan Yesus Kristus kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan Yesus Kristus kupersembahkan karya ini untuk:

Ayahku tercinta Floribertus Mugiyono Ayahku tercinta Floribertus Mugiyono

  Ayahku tercinta Floribertus Mugiyono Ayahku tercinta Floribertus Mugiyono Ibuku Yustina Budiyah Ibuku Yustina Budiyah Ibuku Yustina Budiyah Ibuku Yustina Budiyah Adiku tercinta Melania Desanti Rahayu Adiku tercinta Melania Desanti Rahayu Adiku tercinta Melania Desanti Rahayu Adiku tercinta Melania Desanti Rahayu

Yang Tercinta Retno Yang Tercinta Yang Tercinta Yang Tercinta Retno Widaningsih Retno Retno Widaningsih Widaningsih Widaningsih

  

Bukanlah suatu karya jika tanpa pengorbanan, dan

bukanlah suatu keberhasilan tanpa perjuangan

  

Karena itu aku berkata kepadamu: “Apa saja yang

kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu

telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan

kepadamu ( Markus 11: 24 )

  

Di dalam kasih tidak ada ketakutan: sebab ketakutan

mengandung hukuman dan barang siapa takut, ia

tidak sempurna di dalam kasih ( 1 Yohanes 4: 18 )

  

ABSTRAK

Dampak Penetapan Desa-Desa di Kabupaten Sleman

Sebagai Desa Wisata

Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Setempat

  

Urbanus Yulianto Kurniawan Urbanus Yulianto Kurniawan Urbanus Yulianto Kurniawan

Urbanus Yulianto Kurniawan

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menganalisis dampak penetapan desa-desa di Kabupaten Sleman sebagai desa wisata terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat khususnya dalam hal: 1) jumlah pendapatan keluarga, 2) besarnya curahan kerja masyarakat dalam bidang pertanian dan non-pertanian, 3) besarnya kesempatan kerja, 4) besarnya kesempatan berusaha, dan 5) jumlah keluarga miskin.

  Penelitian ini dilaksanakan di dua desa wisata yaitu: di Dusun Trumpon, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan di Dusun Plempoh, Desa Merdikorejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh desa wisata di Kabupaten Sleman yang berjumlah 26 desa wisata, sampel penelitian ini adalah dua Desa Wisata yaitu Desa Wisata Trumpon dan Desa Wisata Plempoh.

  Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Analisis yang dipergunakan adalah: 1) uji beda Z, 2) analisis before-

  after, dan 3) batas kemiskinan menurut BPS tahun 2003.

  Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Sesudah penetapan sebagai desa wisata jumlah pendapatan keluarga mengalami perbedaan yang signifikan yaitu menjadi meningkat dibandingkan sebelum penetapan sebagai desa wisata..

  2. Sesudah penetapan sebagai desa wisata curahan kerja dalam bidang pertanian tidak mengalami perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata.

  3. Sesudah penetapan sebagai desa wisata curahan kerja dalam bidang non-pertanian tidak mengalami perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata.

  4. Kesempatan kerja sesudah penetapan sebagai desa wisata meningkat dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata.

  5. Kesempatan berusaha masyarakat sesudah penetapan sebagai desa wisata semakin meningkat dan beragam jenisnya dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata.

  6. Jumlah keluarga yang tergolong miskin sesudah penetapan sebagai desa wisata berkurang dibandingkan dengan sebelum penetapan sebagai desa wisata.

  ABSTRACT THE CONSEQUENCE OF DECIDING VILLAGE AS TOURIST OBJECTS

IN SLEMAN REGENCY TOWARDS THE SOCIAL AND ECONOMIC LIFE OF LOCAL SOCIETY

  Urbanus Yulianto Kurniawan Urbanus Yulianto Kurniawan Urbanus Yulianto Kurniawan Urbanus Yulianto Kurniawan Santa Dharma University Yogyakarta

  The aim of this research is to reveal and analyze the consequences of diciding the villages in Sleman Regency as tourist objects towards social and economic life of local society, especially in 1) total amount of family’s income, 2) level of employment in the agricultural and non-agricultural sectors, 3) opportunity of getting jobs, 4) opportunity of running business, and 5) numbers of poor family.

  This research done in two tourist villages, namely in Trumpon hamlet, Merdikorejo village, in Sleman Regency of Yogyakarta Special Territory and in Plempoh hamlet, Merdikorejo village, in Prambanan District of Yogyakarta Special Territory.

  This research is an ex post facto study done in 26 tourist villages but the samples were only two villages, namely Trumpon dan Plempoh hamlets. The techniques of data collection were interview and documentation. The techniques of data analysis were Z different test, before-after analysis and threshold of poverty based on Statistics Centre Board in 2003.

  The results of the analysis are :

  1. The family’s income of those tourist villages increases significantly after those villages decided to be the tourist villages.

  2. The level of employment either in the field of agricultural sectors or non-agricultural sectors doesn’t change significantly after those village decided to be the tourist villages.

  3. The opportunity to get a job, run business, kinds of job and kinds of business increase significantly after those villages decided to be the tourist villages.

  4. The number of poor family decreases significantly after those villages decided to be the tourist villages.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaan-Nya. Sehingga penulisan skripsi berjudul “Dampak Penetapan Desa-Desa di Kabupaten Sleman Sebagai Desa Wisata Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Setempat “ ini dapat terselesaikan.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas sanata dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi.

  Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

  1. Dekan Universitas Sanata Dharma yang tela memberikan bantuan kepada penulis selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  2. Ketua Program Studi pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan kesempatam kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

  3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis, serta memberi banyak saran, masukan, pikiran, dan referensi yang mendukung dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

  4. Bapak Yohanes Maria Vianey mudayen, S.Pd, selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing penulis dengan memberikan saran dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Drs. P.A Rubiyanto yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis, serta memberi banyak saran, masukan, pikiran, dan referensi yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

  6. Staf Perpustakaan Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan referensi berupa buku, majalah, dan koran.

  7. Pihak sekretariat: Mba’ Titin, Pak Wawik, dan Mba’ Aris yang dengan saar selalu memberi informasi dan bantuan dari awal semester sampai terselesaikannya studi.

  8. Bapakku Floribertus Mugiyono, terima kasih atas pengorbanannya yang begitu besar .

  9. Ibuku termuah yang telah memberi penulis semangat, kasih, kesabaran, dan biaya.

  10. Adikku Melania Desanti Rahayu yang selalu memberi penulis penghiburan dan semangat sehingga semua bisa terselesaikan.

  11. Mbak Retno Widaningsih S.Pd, atas kasih sayang, kesabaran,

  perhatian, boleh numpang ngetik dan ngeprit, dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. (Percayalah satu saat

  nanti apa yang kita citakan dapat tercapai.Amien)

  12. Mbah Putri Ali Rejo, yang dengan penuh kesabaran bangun pagi-pagi menyiapkan sarapan.

  13. Mbah Muji, yang telah meminjamkan AB 3855 NN sampai penulis menyelesaikan kuliah dengan baik.

  14. Bulek Tutik, Mbak Uwik, Mbak Endang, Tante Parmi, terimakasih atas doa dan dukungan kepada penulis sehingga semua dapat berjalan lancar.

  15. Om Sugi, Mas Joko, Mbak Tari, Mas Ketel, Bulek Menik, terima kasih atas dukunngannya.

  16. Om Aloysius Sudarmadi (Mamo) yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini, makaseh om atas ide dan pengorbannnya.

  17. Bapak Sugiyanto (Kepala Dusun Trumpon), yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

  18. Bapak Haji Musrin (pengurus Desa Wisata Trumpon) dan Bapak Kusdik (pengurus Desa Wisata Plempoh), yang telah memberikan banyak informasi tentang desa wisata kepada penulis.

  19. Mas Nunuk, atas asupan gizi yang telah diberikan pada penulis berupa susu sapi murni.

  20. Sahabatku: :Leus yang belum jelas siapa pacarnya, Istadi dan pacarnya, Rino, Dhika, Anang (Tak tunggu lulusmu daaab), Monica, Pipit, Riskha, Nanik, atas persaudaraan sudah dan senang yang pernah kita alami bersama.

  21. Teman-teman pemuda-pemudi Desa Wisata Brayut.

  22. Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2003 dan 2004.

  23. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada khususnya.

  Yogyakarta, 4 Agustus 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………....... i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………..... iv HALAMAN MOTTO …………………………………………………………. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………… vi ABSTRAK …………………………………………………………………….. vii ABSTRACT …………………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ix DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. xii DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xvi

  BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1 A. Latar Belakang …………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 7 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 8 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………………………………. 10 A. Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)

  10

  1. Konsep Community Based Tourism ………………………….. 10

  2. Tujuan Dari Community Based Tourism …………………... 11

  3. Keuntungan dan Kerugian Strategi Community Based Tourism………………………….. 12 B. Ekowisata ……………………………………………………… 14

  1. Konsep Ekowisata …………………………………………. 14

  2. Ekowisata Berkelanjutan …………………………………... 14

  3. Masyarakat Desa dan Pariwisata ………………………….. 16

  4. Desa Wisata ………………………………………………... 19

  C. Pariwisata Dari Persepektif Ekonomi ………………………… 24

  D. Komponen Sosial Ekonomi …………………………………… 26

  1. Pendapatan ………………………………………………... 26

  3. Kesempatan Berusaha ……………………………………... 28

  4. Curahan Kerja ……………………………………………... 29

  5. Kemiskinan ………………………………………………… 30

  E. Kerangka Teoritik ……………………………………………... 34

  F. Penelitian Terdahulu …………………………………………... 36

  G. Hipotesis ………………………………………………………. 37

  BAB III METODE PENELITIAN…..………………………………………. 39 A. Jenis Penelitian ………………………………………………… 39 B. Lokasi Penelitian………………………………………………. 39 C. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………….. 40 D. Populasi dan Sampel…………………………………………… 40

E. Teknik Pengambilan Sampel ………………………………….

  41 F. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Pengukuran…..

  41 G. Data Penelitian ……………………………………………......

  43 H. Data Yang Dicari………………………………………………

  43 I. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………

  44 J. Analisis Data…………………………………………………..

  45 BAB IV GAMBARAN UMUM…………………………………………….

  50 A. Sejarah Pengembangan Desa-desa di Kabupaten Sleman Sebagai Desa Wisata ………………………………………….

  50 B. Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Sleman ………….

  52 C. Gambaran Daerah Penelitian………………………………….. 57

  1. Desa Wisata Trumpon …………………………………….. 57

  a. Keadaan Geografis…………………………………….. 57

  b. Keadaan Penduduk …………………………………… 58

  c. Keadaan Pertanian Penduduk ………………………… 63

  d. Adat Istiadat dan Agama ……………………………… 65

  e. Organisasi Sosial ……………………………………… 66

  f. Sarana dan Prasarana ………………………………….. 66

  g. Daya Tarik dan Sarana Wisata Desa Wisata Trumpon ………………………………… 70

  2. Desa Wisata Plempoh ……………………………………... 73

  a. Keadaan Geografis…………………………………….. 73

  b. Keadaan Penduduk …………………………………… 74

  c. Pertanian Penduduk …………………………………… 78

  d. Adat Istiadat dan Agama ………………………………. 80

  e. Organisasi Sosial ………………………………………. 82

  f. Sarana dan Prasarana …………………………………... 82

  g. Daya Tarik dan Sarana Wisata Desa Wisata Plempoh ………………………………….. 85

  BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN …………………………… 87 A. Deskripsi Penelitian ……………………………………………. 87 B. Perubahan Jumlah Pendapatan …………………………………. 88 C. Perubahan Jumlah Curahan Kerja ……………………………… 90 D. Perubahan Kesempatan Kerja ………………………………….. 93 E. Perubahan Kesempatan Berusaha ………………………………. 94 F. Perubahan Jumlah Keluarga Miskin …………………………..... 95 G. Pembahasan …………………………………………………….. 96 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………... 107 A. Kesimpulan……………………………………………………. 107 B. Keterbatasan Penelitian ……………………………………… 109 C. Saran………………………………………………………… 110

  LAMPIRAN 1 PEDOMANWAWANCARA …………………………………. 115 LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN ………………………………………….. 119 LAMPIRAN 3 ANALISIS DATA …………………………………………….. 135 LAMPIRAN 4 FOTO-FOTO PENELITIAN ………………………..…………. 138 LAMPIRAN 5 SURAT-SURAT IZIN PENELITIAN

  

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I.1 Perkembangan Kunjungan Wisman dan Wisnu di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1992-1996………………... 4 Tabel II.1 Keuntungan dan Kerugian Community Based Tourism …………... 12

  Tabel II.2 Hubungan Forward dan Backward Linkage Dalam Pariwisata Dari Perspektif Ekonomi ………………………. 25 Tabel II.3 Kriteria Batas Kemiskinan Dari BPS tahun 1996-2003 (Pendapatan perkapita/bulan) …………………... 33 Tabel II.4 Garis Kemiskinan Untuk Masyarakat Kota-Masyarakat Desa di Indonesia …………………. 33 Tabel IV.1 Data Pengunjung Desa Wisata Kabupaten Sleman ……………….. 52 Tabel IV.2 Pengklasifikasian Desa Wisata di Kabupaten Sleman ……............. 55 Tabel IV.3 Komposisi Penduduk Dusun Trumpon Menurut Usia dan Jenis Kelamin tahun 2000 dan 2006 ………… 59 Tabel IV.4 Komposisi Penduduk Dusun Trumpon Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2006 …………………… 61 Tabel IV.5 Komposisi Penduduk Dusun Trumpon Berdasarkan Mata Pencaharian tahun 2000 dan 2006 …..……… 62 Tabel IV.6 Komposisi Penduduk Dusun Trumpon Berdasarkan Agama ……………………………………………….. 65 Tabel IV.7 Jenis dan Jumlah Sarana Informasi Dusun Trumpon……………… 67 Tabel IV.8 Jumlah dan Jenis Perumahan Dusun Trumpon …………………… 69 Tabel IV.9 Tarif Desa Wisata Trumpon 2007 ……………………………….. 72 Tabel IV.10 Komposisi Penduduk Dusun Plempoh

  Menurut Usia dan Jenis Kelamin tahun 2000 dan 2006 ..………… 75 Tabel IV.11 Komposisi Penduduk Dusun Plempoh Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2006 …………………….. 76 Tabel IV.12 Komposisi Penduduk Dusun Plempoh Berdasarkan Mata Pencaharian tahun 2000 dan 2006 …….……… 77

  Berdasarkan Agama …………………………………………….. 80 Tabel IV.14 Jenis dan Jumlah Sarana Informasi Dusun Plempoh …………… 83 Tabel IV.15 Jumlah dan Jenis Perumahan Dusun Plempoh …………….

  84 Tabel V.1 Jenis Pekerjaan dan Jumlah Tenaga Kerja tahun 2000 dan 2006 ….………………………………………… 92 Tabel V.2 Jenis dan Jumlah Usaha Baru tahun 2000 dan 2006 ….…………. 94 Tabel V.3 Jumlah Keluarga yang Tergolong Miskin dan

  Jumlah Keluarga yang Berada di atas Garis Kemiskinan tahun 2000 dan 2006 ………….………………………………….. 95

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya pembangunan, diharapkan akan terjadi pula

  peningkatan pendapatan dan kesejahteraan manusia. Sejalan dengan berputarnya aktivitas roda perekonomian dan aktivitas manusia lainnya, maka akan semakin menambah kesibukan untuk bekerja atau berusaha. Kegiatan tersebut biasanya terjadi setiap hari dan berulang-ulang, sehingga menjadi aktivitas manusia yang menjadi rutinitas.

  Rutinitas yang dilaksanakan oleh manusia biasanya diikuti oleh adanya suasana lingkungan yang kurang nyaman dan monoton, sebagai contoh: adanya kesemrawutan lalu lintas menuju tempat kita beraktivitas, kemacetan lalu lintas yang sering terjadi, kondisi udara yang panas, dan situasi kerja yang monoton.

  Semua situasi tersebut akan dapat menimbulkan kejenuhan bagi pelaku kegiatan dan akhirnya dapat menimbulkan stress bagi manusia pelaku aktivitas. Agar stress yang dihadapi banyak orang dapat dikurangi dan dihindari, orang-orang akan menempuh dengan cara mereka masing-masing. Salah satu cara untuk menghindari terjadinya stress adalah dengan berwisata atau mengunjungi objek wisata.

  Salah satu tujuan dari berwisata itu sendiri adalah untuk merubah suasana yang monoton menjadi suasana yang baru. Dengan adanya suasana yang baru, stress akan hilang, pikiran menjadi segar kembali, pikiran menjadi lebih kreatif pada peningkatan produktivitas manusia. Hal seperti ini dapat terjadi karena dengan aktivitas berwisata dengan menghirup udara segar, akan dapat mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang karena rutinitas aktivitasnya, juga dengan media wisata akan dapat mengakrapkan hubungan antar manusia baik sesama maupun dengan atasan, dengan keluarga maupun dengan objek wisata.

  Objek dan daya tarik wisata itu sendiri terdiri atas: 1) objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna; 2) objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan taman hiburan (UU No. 9 tahun 1990).

  Kepariwisataan di Indonesia akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Hampir seluruh daerah atau provinsi mengembangkan program pariwisata dengan cara menjual atau menawarkan keindahan dan keunikan budaya serta lingkungan alamnya. Memang dalam kerangka yang besar atau nasional, kepariwisataan ini diharapkan dapat menyumbangkan devisa bagi negara. Dalam kerangka kecilnya diharapkan masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam perkembangan tersebut, dengan melibatkan diri dalam perekonomian yang berkembang seiring dengan masuknya wisatawan. Idealnya, apa yang dibelanjakan oleh wisatawan merupakan keuntungan masyarakat setempat dari proyek pengembangan daerah wisata tersebut.

  Bukti dari keseriusan pemerintah dalam pengembangan sektor pariwisata, seperti terbentuknya Yayasan Tourisme Indonesia (1955), Dewan Tourisme Indonesia (1957), dan Lembaga Pariwisata Nasional (1980), yang pada dasarnya semua lembaga tersebut bertugas menangani masalah kepariwisataan nasional (Munawarah dkk, 1999: 1).

  Lebih dari itu dunia kepariwisataan Indonesia memasuki momentum yang paling penting pada tahun 1969, yaitu sejak dikeluarkannya Kepres No. 3 Tahun 1969 tanggal 22 Maret 1969, yang melebur lembaga bersifat menjadi bagian dari Departemen Perhubungan dengan status Direktorat Jendral sehingga secara langsung lembaga ini bertangung jawab terhadap pemerintah. Surat keputusan ini memiliki arti penting karena dengan pembenahan organisasi yang membidangi kepariwisataan, kebijakan pemerintah di bidang ini semakin memiliki arah yang jelas. Apalagi kemudian disusul dengan dikeluarkannya Kepres No.30 tahun 1969 tentang pengembangan kepariwisataan nasional sebagai salah satu sumber penghasilan devisa negara (Yoeti, 1985: 4).

  Daerah Istimewah Yogyakarta, salah satu Provinsi Daerah Tujuan Wisata (DTW) sudah tentu tidak ketinggalan memanfaatkan potensi kepariwisataan semaksimal mungkin. Memang jika dibandingkan dengan Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta masih kalah dalam keberhasilannya untuk menarik wisatawan. Namun demikian Yogyakarta yang terkenal sebagai salah satu cagar budaya jawa memiliki potensi yang besar untuk berkembang.

  Yogyakarta merupakan kawasan yang kaya akan segala macam objek wisata, seperti Keraton, Makam Raja-raja, Taman Sari, Sanggar Seni, Sanggar Tari, antara lain: Kebun Binatang, Konveksi/MICE, Desa Kerajinan, Wisata Agro dan Munumen Perjuangan Bangsa, sedangkan objek wisata alam meliputi gunung atau pegunungan, hutan, goa dan pantai.

  Dalam perkembangan pengunjung objek wisata dan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 1994 tercatat 8.288.669 orang, dan pada tahun 1995 tercatat 9.343.385 orang.

  Sementara jumlah pengunjung wisatawan mancanegara dari 216.051 orang tahun 1991 menjadi 344.265 orang pada tahun 1995, sedangkan wisatawan nusantara meningkat rata-rata 16,38 % per tahun dari 492.048 orang pada tahun 1991 menjadi 837.265 orang pada tahun 1995.

  

Tabel I.1

Perkembangan Kunjungan Wisman dan Wisnu

di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1992 – 1996

  No Tahun Wisatawan Jumlah Mancanegara Nusantara

  1. 1992 256.192 561.224 817.416 2. 1993 299.433 610.818 910.251 3. 1994 323.194 640.801 963.993 4. 1995 344.265 837.265 1.181.530 5. 1996 351.542 901.575 1.253.117

  Sumber: Dinas Pariwisata Yogyakarta, 1997: 3 Dewasa ini pembangunan pariwisata berbasis komunitas menjadi pembicaraan penting dalam wacana pembangunan pariwisata di tanah air yang dimaknai sebagai bentuk wisata yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh komunitas. Tidak terkecuali yang hingga kini sedang berlangsung pada beberapa desa di Kabupaten Sleman. Geliat masyarakat desa di lereng Merapi dibidang di Sleman dan dua desa wisata di Bantul. Beberapa diantaranya, yaitu desa wisata Gabugan Tempel, desa wisata Sambi Pakem, desa wisata Srowolan Turi, desa wisata Trumpon Tempel, desa wisata Tanjung Ngaglik, desa wisata Turgo Pakem.

  Di bantul desa wisata Krebet Pajangan, dan desa wisata Kebon Agung Imogiri. (Kompas, 6 Desember 2004). Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman, jumlah pengunjung desa wisata naik mendekati 35 %, dari 31.644 orang (2004) menjadi 42.655 orang (2005). Sebaliknya, jumlah wisatawan yang mengunjungi objek wisata favorit di Sleman, yaitu candi, justru berkurang.

  (www.kompas-cetak.com).

  Konsep desa wisata yang menjual suasana alam sekaligus berinteraksi langsung dengan kegiatan masyarakat desa menjadi daya tarik kuat bagi wisatawan. Di tiap desa wisata pengunjung bisa bermalam di lokasi, berjalan-jalan di sekitar kawasan desa, bahkan mempelajari pertanian masyarakat setempat.

  Beberapa desa wisata juga dimanfaatkan untuk wisata minat khusus seperti "hiking", "climbing", atau "tracking", karena secara geografis berdekatan dengan Gunung Merapi.

  Dari total 29 desa yang resmi ditetapkan sebagai desa wisata, sedikitnya ada tujuh dusun yang masuk dalam kategori desa wisata di sekitar lereng Merapi.

  Jumlah wisatawan di wilayah itu mencapai 6.600 orang atau 21 % dari total 31.664 pengunjung desa wisata di Sleman. Seiring peningkatan status Merapi saat ini, desa wisata yang agak jauh dari gunung mendapatkan berkah. Desa wisata Trumpon dan Garongan yang dikenal dengan wisata kebun salak, misalnya, saat ini dikembangkan menjadi salah satu tempat untuk mengamati aktivitas Gunung Merapi (Kompas, 24 Mei 2006).

  Inti membangun desa wisata (DW) adalah bagaimana rakyat mendapat rejeki dari pariwisata (bukan sebagi penonton) dengan cara mengkomersilkan modal yang dimilikinya, yaitu berupa rumah, alam, lingkungan dan budayanya. Masyarakat desa dengan pertanian sebagai sumber utama penghidupan sekarang ini dalam keadaan terpuruk, dan belum ada tanda-tanda terjadi perubahan. Petani di Yogyakarta rata-rata hanya memiliki sawah 0,5 hektar. Waktu mulai tanam harga pupuk mahal, waktu padi mulai tumbuh datang hama wereng dan lainnya, harga insektisida mahal, menjelang panen datang hama tikus, waktu panen harga jual gabah atau beras rendah. Tanpa disadari, bahwa pada hakekatnya rakyat mempunyai harta lain, yaitu rumah, alam, lingkungan, dan kebudayaan yang dapat dikembangkan untuk mengatasi keterpurukan masyarakat petani di daerah pedesaan.

  Keberadaan desa-desa wisata saat ini diharapkan dapat terus bertahan dan tampil sebagai bentuk diversifikasi ekonomi selain usaha tani di wilayah pedesaan. Otentisitas, orisinilitas dan keunikkan desa perlu dijaga. Di sisi lain, perkembangan zaman dan budaya pasar yang kian menggerus aura pedesaan tentu saja tidak dapat dihindarkan, dan kenyataan ini perlu disadari bersama dan perlu tindakan antisipasi secara arif dan bijaksana.

  Dengan adanya pengembangan pariwisata dalam bentuk penetapan desa-desa sebagai objek wisata atau yang biasa dikenal dengan desa wisata (DW) akan memanfaatkan desa di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai tempat berwisata, maka pariwisata akan dapat menjadi sumber pendapatan utama di Daerah Istimewa Yogyakarta yang langsung masuk ke kantong rakyat, di samping itu juga ada manfaat lain dari pariwisata tersebut yakni: 1) penyediaan lapangan kerja, 2) perbaikan lingkungan, 3) peningkatan sumber ekonomi, dan 4) peningkatan kesadaran masyarakat terhadap sumber daya alam (Kedaulatan Rakyat, 11 januari 1992). Bertitik tolak dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Penetapan Desa-

  

desa di Kabupaten Sleman Sebagai Desa Wisata Terhadap Kehidupan Sosial

Ekonomi Masyarakat Setempat”

B. Rumusan Masalah

  1. Apakah ada perbedaan dalam hal jumlah pendapatan keluarga masyarakat desa di Kabupaten Sleman saat sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata ?

  2. Apakah ada perbedaan dalam hal curahan kerja masyarakat desa di Kabupaten Sleman dalam bidang pertanian saat sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata ?

  3. Apakah ada perbedaan dalam hal curahan kerja masyarakat desa di Kabupten Sleman dalam bidang non-pertanian saat sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata ?

  4. Apakah kesempatan kerja masyarakat desa di Kabupaten Sleman setelah penetapan sebagai desa wisata lebih besar dari pada sebelum penetapan

  5. Apakah kesempatan berusaha masyarakat desa di Kabupaten Sleman setelah penetapan sebagai desa wisata lebih besar dari pada sebelum penetapan sebagai desa wisata ?

  6. Apakah ada perubahan jumlah keluarga miskin di desa antara sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata ?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengungkapkan dan menganalisis jumlah pendapatan keluarga masyarakat desa di Kabupaten Sleman sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata.

  2. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya curahan kerja masyarakat desa di Kabupaten Sleman dalam bidang pertanian sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata

  3. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya curahan kerja masyarakat desa di Kabupaten Sleman dalam bidang non-pertanian sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata

  4. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya kesempatan kerja masyarakat desa di Kabupaten Sleman sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata

  5. Untuk mengungkapkan dan menganalisis besarnya kesempatan berusaha masyarakat desa di Kabupaten Sleman sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata

  6. Untuk mengungkapkan dan menganalisis jumlah keluarga miskin masyarakat desa di Kabupaten Sleman sebelum dan sesudah penetapan sebagai desa wisata D.

   Manfaat Penelitian

  1. Bagi Desa-desa Wisata Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dorongan bagi desa-desa wisata di Kabupaten Sleman untuk mengembangkan dan melestarikan potensi wisatanya.

  2. Bagi Dinas Pariwisata Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi dinas pariwisata untuk terus memberikan dukungan pengembangan terhadap wisata pedesaan di Kabupaten Sleman.

  3. Bagi Universitas Sanata Dharma Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi dan selanjutnya dapat dikaji lebih mendalam oleh Universitas Sanata Dharma.

  4. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan suatu kesempatan, sarana latihan dan praktik penelitian dan juga sebagai prasyarat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)

  1. Konsep Community Based Tourism

  Community Based Tourism dapat diartikan sebagai pembangunan

  pariwisata berbasis komunitas, melalui pengembangan Community Based

  Tourism diharapkan akan dapat ditingkatkan (Weber, 2004; 2) :

  a. Partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan terhadap arah pengembangan serta struktur organisasi proyek pariwisata (masyarakat lokal sebagai subjek dan objek pariwisata).

  b. Taraf hidup masyarakat lokal dengan pembagian hasil secara adil (pro-

  poor-tourism)

  c. Pelestarian budaya setempat dengan penyediaan kegiatan atau hasil budaya sebagai daya tarik sebagai contoh: kehidupan sehari-hari, kearifan lokal, kesenian, kerjinan tangan, arsitektur dan lain-lain.

  Prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui perberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga kemanfaatan kepariwisataan sebesar-besarnya diperuntukkan bagi masyarakat. Sasaran utama pengembangan kepariwisataan haruslah meningkatkan kesejahteraan masyarakat (setempat). Pemerintah Daerah Masyarakat setempat sebagai subjek dan objek pariwisata dapat menyediakan jasa yang berupa : 1) pengembangan infrastruktur (jalan, museum, pusat komunikasi budaya, taman, dan lain-lain); 2) guiding; 3) transportasi; 4) makanan (penyedia makanan); 5) akomodasi; 6) kerajinan tangan; 7) petunjuk budaya (tarian, musik, gamelan, wayang) dan 8) demonstrasi kehidupan sehari-hari (menenun, membajak, memasak dengan cara tradisional).

  Ada tiga tipe dalam Community Based Tourism diantaranya adalah sebagai berikut : a. Perusahaan pariwisata dimiliki dan dikelola penuh oleh masyarakat setempat b. Perusahaan pariwisata dimiliki dan dikelola oleh beberapa keluarga atau organisasi lokal c. Join venture antara masyarakat setempat dengan sektor industri pariwisata luar Secara teoritis model yang pertama dipandang sebagai yang paling menguntungkan bagi komunitas, karena memang dalam model pertama tersebut partisipasi dan otonomi masyarakat lokal dijunjung tinggi. Akan tetapi, dari segi ekonomi model yang ketiga jauh lebih prospektif.

  2. Tujuan Dari Proyek Community Based Tourism Pengembangan Community Based Tourism bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup serta partisipasi masyarakat lokal (Weber, setempat sebagai pelaku pariwisata memperoleh peningkatan pengetahuan tentang pariwisata pada umumnya (termasuk dampaknya), ikut menentukan tujuan dan organisasi proyek secara kolektif (keikutsertaan, pembagian kekuasaan, tugas dan tanggung jawab, sumber dana, bantuan yang dibutuhkan, dan lain-lain), mampu meningkatkan kompetensi dalam pengelolaan usaha pariwisata (kewirausahaan), menentukan pembagian hasil yang adil, serta pelestarian budaya setempat dengan penyediaan kegiatan atau hasil budaya sebagai daya tarik.

  3. Keuntungan dan Kerugian Strategi Community Based Tourism Dalam pengembangan dan pelaksanaan Community Based Tourism tentunya ada keuntungan dan kerugian yang dihadapi, adapun keuntungan dan kerugian tersebut adalah :

  

Tabel II.1

Keuntungan dan Kerugian Community Based Tourism

Keuntungan Community Based Kerugian Community Based

  

Tourism Tourism

  Perluasan pasar kerja dan Investasi berisiko tinggi • • peningkatan pendapatan rumah Pengembangan • infrastruktur tangga dan masyarakat cenderung untuk kebutuhan keseluruhannya wisatawan saja

  • Diversifikasi ekonomi setempat •

  Kontrol dari luar (pemerintah, perkembangan LSM, industri pariwisata) Stimulasi •

  

Keuntungan Community Based Kerugian Community Based

Tourism Tourism

  konflik,

  a) antar anggota Peningkatan taraf pendidikan • masyarakat dengan

  (tradisional dan modern) kepentingan yang berbeda, dan

  • infrastruktur

  Perkembangan

  b) antara masyarakat atau suku (transportasi, air bersih, listrik, tetangga teknologi komunikasi)

  Permintaan produk pariwisata • Peningkatan • kebanggaan kurang stabil terhadap budaya setempat