ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

  ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PEMBANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN DELI TUA Oleh :

  Rieska Yani (1605022001) MANAJEMEN KONSTRUKSI TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN

  BAB 1 PENDAHULUAN

  1.1 Latar belakang Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk meningkatkan kesejahteraan atau mutu hidup manusia. Dalam pengertian lain, pembangunan dapat diartikan merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di sekitar lingkungan hidupnya. Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Tujuan dari pembangunan ini juga untuk menjaga kemungkinan dan dampak dari suatu rencana usaha atau kegiatan tertentu. Rencana pembangunan sangat diperlukan karena harus ada studi kelayakan di dalam undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk menjaga lingkungan dari sebuah operasi proyek pada kegiatan industri atau kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan di suatu lingkungan. Rencana pembangunan kawasan pusat perbelanjaan berada pada daerah pada posisi ruang terbuka hijau untuk itu maka PT. Kelola Alam Medan wajib menyusun dokumen AMDAL, dokumen AMDAL sudah pernah disusun oleh PT. Suka Jaya Makmur Pratama sesuai dengan keputusan Walikota Medan No. 660/699 K/2008 sebagai pemilik lahan pertama dengan luas

  1.2 Tujuan dan manfaat

  a. Tujuan

  1. Untuk menyediakan lokasi perbelanjaan yang layak dan fasilitas pendukungnya sehingga dapat membentuk pusat perekonomian perkotaan baru yang lebih mandiri secara sosial ekonominya. daerah. Pusat perbelanjaan yang lengkap pada satu lokasi, sehingga dapat membentuk pusat perekonomian perkotaan baru yang lebih mandiri secara sosial ekonominya.

  b. Manfaat

  1. Manfaat proyek adalah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mengurangi tingkat pengangguran.

  2. Dapat meningkatkan dan membuka kesempatan kerja baru bagi masyarakat, terutama masyarakat di Kota Medan khususnya masyarakat di Kecamatan Delitua.

  3. Meningkatkan taraf hidup rakyat serta memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Kota Medan.

  1.3 Peraturan dan perundang-undangan Dalam usaha pengendalian dan penanggulangan masalah dampak yang ditimbulkan dari kegiatan Pembangunan Pusat perbelanjaan terhadap lingkungan terdapat serangkaian peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya. Adapun peraturan perundangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam upaya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Republik Indonesia

  a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya digunakan sebagai pedoman untuk melihat apakah kegiatan ini tidak menyalahi aturan tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

  b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan digunakan untuk melihat apakah kegiatan ini tidak menimbulkan gangguan kesehatan terhadap masyarakat.

  c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung digunakan sebagai acuan dalam hal pembangunan gedung di lokasi kegiatan. d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air digunakan sebagai acuan dalam hal penggunaan serta perlindungan terhadap sumber daya air yang ada di sekitar lokasi kegiatan.

  e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah digunakan sebagai pedoman untuk mengeluarkan kewenangan pemerintah daerah.

  f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan digunakan untuk melihat apakah kegiatan ini tidak mengganggu aturan tentang lalu lintas jalan.

  g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2007 tentang Penataan Ruang digunakan sebagai pedoman dalam hal penggunaan ruang agar tidak menyalahi kebijakan tentang Tata Ruang.

  h. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup digunakan sebagai pedoman untuk mematuhi aturan-aturan tentang pengelolaan lingkungan hidup bagi rencana usaha dan/atau kegiatan.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

  a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan tata pengaturan air seperti pemilikan, penguasaan, pengelolaan, penggunaan, pengusahaan, dan pengawasan atas air beserta sumbernya.

  b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 1991 Tentang Sungai digunakan sebagai acuan dalam rangka pemanfaatan dan pelestarian sungai dipandang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi perlindungan, pengembangan, penggunaan, dan pengendalian sungai.

  c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 199 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan digunakan sebagai pedoman proses pengambilan keputusan tentang pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.

  e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaram Udara digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui baku mutu udara ambien yang diperbolehkan.

  f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui baku mutu kualitas air sungai yang diperbolehkan.

  g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian Urusan Pemerintaan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota sebagai acuan terhadap kewenangan pemerintah daerah Kab/Kota.

3) Keputusan Kepala Bapedal dan Menteri Negara Lingkungan Hidup

  a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep. 13 / MENLH / 1994

  tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak sebagai pedoman untuk mengetahui nilai ambang batas yang diperbolehkan untuk sumber emisi tidak bergerak.

  

b. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 56 tahun

  1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Lingkungn Nomor 56 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting sebagai pedoman dalam penentuan sifat penting dampak.

  c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep. 48/MENLH/11/1996

  tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan pedoman untuk mengetahui nilai ambang batas yang diperbolehkan untuk kebisingan.

  

d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-49 MENLH/11/1996

  tentang Baku Mutu Tingkat Getaran pedoman untuk mengetahi nilai ambang batas yang diperbolehkan untuk tingkat getaran.

  e. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 2 tahun 2000 tentang Pandun

  Penilaian Dokumen AMDAL digunakan sebagai acuan dalam hal penilaian AMDAL oleh Tim Komisi Amdal Kota Medan.

  

f. Keptusan Kepala Bapedal Nomor 08 tahun 2000 tentang keterlibatan masyarakat

  dan keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup digunakan sebagai acuan dan panduan dalam hal sosialisasi masyarakat dalam rangka Studi AMDAL.

  g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 2003 tentang

  Metode Analisis Kualitas Air dan Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan digunakan sebagai pedoman dalam dalam hal sampling air permukaan.

  

h. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111/2003 tentang Pedoman

  Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air digunakan sebagai pedoman dalam hal pengelolaan dan pengelolaan limbah.

i. Keputuasn Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003 tentang Baku

  Limbah Domestik sebagai pedoman untuk nilai ambang batas dan limbah domestik yang akan dibuang ke badan air penerima.

  j. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 205 tahun

  1999 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak digunakan sebagai acuan dan panduan dalam hal pengendalian pencemaran udara di lokasi kegiatan.

  

k. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkunagn Nomor 299/11/1996

  tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui komponen dan parameter aspek sosial masyarakat yang akan dikaji dalam penyusunan AMDAL.

  Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup digunakan sebagai pedoman dalam dokumen RKL dan RPL.

  m. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 124/12/1997

  tentang Pedoman untuk Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL, sebagai pedoman untuk mengetahui komponen dan parameter aspek kesehatan masyarakat yang akan dikaji dalam penyusunan AMDAL.

  n. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis

  Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi AMDAL. Sebagai acuan untuk mengetahui jenis rencana usaha yang wajib melakukan studi AMDAL.

  

o. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun 2006 tentang

  Pedoman Penyusunan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan Hidup sebagai Pedoman yang digunakan dalam Menyusun AMDAL.

4) Keputusan dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

  

a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/ tahun 1990 Tentang

  Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air digunakan sebagai acuan menentukan Nilai Ambang Batas Kualitas Air Bersih.

  

b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 261/Menkes/SK/II1990 tentang Persyaratan

  Kesehatan Lingkungan Kerja perkantoran digunakan sebagai pedoman tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja dan perkantoran di Lokasi kegiatan.

  

c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 829/Menkes/SK.II/1999 tentang Persyaratan

  keseharab perumahan digunakan sebagai pedoman tentang persyaratan kesehatan lingkungan di lingkungan perumahan.

  d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/V1I/2002 tentang Syarat-

  syarat dan Pengawasab Kualitas Air Minum digunakan sebagai acuan menentukan

5) Keputusan Menteri Perhubungan

a. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Manajemen dan

  Rekayasa Lalu Lintas digunakan sebagai pedoman dalam hal analisa transportasi dalam penyusunan AMDAL.

  6) Keputusan dan Peraturan Menteu Pekerjaan Umum

  a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Atas Air dan atau Sumber Air Pada Wilayah Sungai digunakan sebagai acuan dalam hal pengelolaan atas air pada wilayah sungai nasional.

  b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Daerah Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasan Sungai dan Bekas Sungai digunakan sebagai acuan dalam menentukan batas wilayah dari sungai.

  c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 442 tahun 1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung digunakan sebagai acuan dalam hal persyaratan teknis dari bangunan yan ada di lokasi kegiatan.

  d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11A/PRT/M//2006 Tentang Kriteria Penetapan Wilayah Sungai untuk mengetahui pembagian wilayah yang berada di Sumatera Utara terutam sungai deli.

  7) Peraturan Daerah

  a. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No.14 Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Di Kabupaten Deli Serdang.

  b. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No.8 Tahun2006 Tentang Pendaftaran Perusahaan, Izin Industri, Izin Usaha Perdagangan Di Kabupaten c. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No.6 Tahun2006 Tentang Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Di Kabupaten Deli Serdang.

  d. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No.3 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir Perkuatan Modal KSP/USP Koperasi Yang Bersumber Pada APBD Kabupaten Deli Serdang.

  e. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No.2 Tahun2006 Tentang Pembinaan Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Deli Serdang.

  8) Peraturan dan Rujukan Lainnya yang Menjadi Acuan

  a. Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 03-7112-2005 tentang kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) digunakan sebagai acuan dalam hal syarat ketinggian bangunan di daerah operasional penerbangan.

  9) Kebijaksanaan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Kebijaksanaan pengelolaan lingkungan meliputi kebijaksanaan dari tingkat nasional dengan kebijaksanaan daerah, Kebijaksanaan yang berkaitan dengan lingkungan hidup ditingkat nasional digariskan antara lain:

  a. Pembangunan perkotaan perlu dilaksanakan secara berencana dengan memperhatikan keharmonisan hubungan antara kota dengan lingkungan di sekitarnya serta keharmonisan perkotaan itu sendiri;

  b. Dalam pelaksanaan pembangunan setiap daerah perlu meningkatkan kesadaran dan kemampuan manusianya untuk menjamin kesinambungan sumber daya alam, mengatasi berbagai masalah menonjol dan membentuk kesehatan lingkungan pemukiman.

  Sedangkan untuk pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan, Pemerintah Republik Indonesia telah menggariskan kebijaksanaan pelaksanaan pengelolaan a. Melestarikan dan mempertahakan keberadaan komponen-komponen lingkungan antara lain: 1) Sumber daya air. 2) Sumber daya tanah/lahan. 3) Sumber daya nabati. 4) Sumber daya hayati. 5) Kualitas udara. 6) Daya dukung lingkungan perkotaan. 7) Kesehatan dan kenyamanan lingkungan binaan. 8) Warisan alam dan budaya.

  b. Mengusahakan agar dampak negative dari komponen-komponen kegiatan pembangunan prasarana dan sarana perkotaan dapat dicegah dan atau ditekan sekecil mungkin serta dikembangkannya dampak positif. Adapun komponen tersebut adalah :

  1) Taraf hidup masyarakat; 2) Lapangan kerja bagi masyarakat; 3) Pemanfaatan sumber daya alam dan hayati; 4) Modal pembangunan; 5) Kelembagaan serta citra masa depan kehidupan manusia dan lingkungan.

  BAB II RENCANA USAHA KREGIATAN

  2.1 IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN

  a. Pemrakarsa Pemrakarsa : PT. Kelola Alam Medan

  Penanggung jawab : Drs. Ali Alamat kantor : Jl. Aman No. 10/110 Medan Telepon : +62 61-1234567 Fax : +62 61-1234567

  b. Penyusun studi AMDAL Penanggung jawab : Riesni akbar, ST

  Direktur CV. Citra Utama Ketua tim : Ahmad santoso, ST Bidang fisik-kimia : Andi kurniawan, ST Bidang tknk lingkungan : Ani purba, ST Bidang biologi : Ir. M akbar Bidang sosekbud : Giovanni, Sos, Msi Bidang kesehatan masyarakat : Luna siregar, SKM Bidang sipil dan transportasi : Yuli purnama, ST

  2.2 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ ATAU KEGIATAN Pusat perbelanjaan yang akan dibangun oleh PT. Kelola Alam Medan ini direncanakan akan membangun fasilitas-fasilitas berapa pusat perbelanjaan seperti kota Medan. Pusat perbelanjaan diatas lahan seluas 20,123 m2. Area rencana proyek telah dibangun pagar keliling setinggi ± 2 m dan berbatasan dengan :

  • Batas utara :
  • Batas selatan :
  • Batas barat :
  • Batas timur :

  Peta lokasi kegiatan ditunjukkan pada gambar dibawah ini peta Secara umum tahapan kegiatan pusat perbelanjaan ini dapat dibagi atas tahapan sebagai berikut : a. Pekerjaan pra konstruksi meliputi :

  1. Survey dan perijinan

  2. Perencanaan teknis

  3. Sosialisasi

  b. Kegiatan konstruksi bangunan meliputi :

  1. Rekrutmen tenaga kerja

  2. Mobilisasi alat berat

  3. Pengadaan bahan dan material bangunan

  4. Pekerjaan galian

  5. Pembuatan pondasi

  6. Pekerjaan konstruksi bangunan dan utilitas (mekanikal & elektrikal)

  7. Pekerjaan arsitektural

  1. Pemasaran

  2. Penerimaan tenaga kerja

  3. Operasional kegiatan pusat perbelanjaan

  4. Transportasi dan perparkiran

  5. Pengelolaan limbah dan pemeliharaan bangunan Kegiatan-kegiatan dalam pembangunan pusat perbelanjaan merupakan satu urutan pekerjaan yang tidak bisa dipisahkan, akan tetapi untuk tahap awal pekerjaan yang dilakukan bangunan lantai basement untuk parkir. Pelaksanaan dilakukan secara sinergis dan bersamaan sesuai petunjuk dan pertimbangan teknis yang telah direncanakan dengan acuan SOP pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Oleh karena itu, untuk lebih memudahkan pemahaman, kegiatan- kegiatan tersebut dapat dirinci dalam uraian sebagai berikut :

  A. Tahap pra konstruksi

  1. Survey dan perijinan

  a. Survey pendahuluan Kegiatan survey bertujuan :

   Untuk mengetahui batas-batas lahan yang pasti dan jelas  Untuk mengetahui keadaan awal kondisi fisik lahan dan kondisi lingkungan  Untuk mengetahui perencanaan dan kelayakan site plan, penanganan lahan, pengolahan lahan (penggalian/ pengerukan) keperluan utilitas dan lain-lain.

  b. Survei topografi dan penyelidikan tanah (soil investigation) Survei topografi dilakukan dengan tujuan untuk melihat konfigurasi muka tanah sehingga dapat direncanakan luasan bangunan yang tepat, ketinggian bangunan dari permukaan tanah dan ketinggian bangunan terhadap lingkungan sekitarnya. Sedangkan tahap kegiatan penyelidikan tanah dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan tanah dimana bangunan pusat perbelanjaan akan didirikan, sehingga dapat diketahui struktur tanah, jenis tanah, air muka tanah, dan parameter tanah lainnya yang terdiri atas parameter fisik dan mekanik. Data yang diperoleh tersebut akan digunakan sebagai dasar perencanaan untuk perencanaan struktur pondasi, tiang pancang, dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan dengan cara sondir dan boring.

  c. Pengurusan perijinan Proses perijinan dalam rangka pembangunan pusat perbelanjaan sudah dilaksanakan. Aspek perijinan yang harus dipenuhi oleh pemrakarsa pembangunan yang menyangkut ijin prinsip, ijin gangguan (HO), dan ijin mendirikan bangunan (IMB), dilaksanakan secara simultan dengan kegiatan pada awal dilaksanakannya pembangunan.

Tabel 2.1 perizinan yang dimiliki oleh pemrakarsa sehubungan dengan rencana pembangunan pusat perbelanjaan

  No Jenis Perizinan Nomor/Tgl Terbit Pemberi Izin

  1 Surat Izin Gangguan Tempat Usaha Bukan Industri (HO)

  • Dinas prindustrian dan perdagangan kab. Deli serdang

  2 Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas (TDP)

  • Dinas prindustrian dan perdagangan kab. Deli serdang 3 Surat Tanah - Kantor pertanahan kab.

  Deli serdang

  4 Pengesahan Badan Hukum Persero

  • Departemen hukum dan

  HAM,

  2. Perencanaan Teknis Penyusunan ini meliputi perencanaan pembangunan pusat perbelanjaan yang terdiri dari site plan, gambar teknis, dan rencana anggaran biaya yang terurai dalam dokumen DED (Detil Engineering Design) pembangunan pusat perbelanjaan. Data perencanaan tersebut digunakan sebagai dasar bagi pemrakarsa untuk pengurusan perijinan dari instansi yang berwenang yaitu Dinas Tata Ruang Bangunan Kab. Deli Serdang dan juga sebagai dasar untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Kegiatan ini juga meliputi persiapan untuk pekerjaan sipil, arsitektural, mekanikal, elektrikal, dan utilitas serta site development.

  B. Tahap konstruksi Dalam pelaksanaan setiap kegiatan pada tahap konstruksi ini, kontraktor pembangunan sebagai pelaksana kegiatan diharuskan mengacu pada Standart disekitar lokasi kegiatan termasuk manusia dan lingkungan hidup. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap yang dilaksanakan pada tahap konstruksi ini adalah :

  1. Rekrutmen tenaga kerja Pelaksanaan pembangunan pusat perbelanjaan pada tahap konstruksi ini dimulai dengan perekrutan tenaga kerja untuk pelaksanaan pembangunan fisik.

  Kebutuhan tenaga kerja untuk pelaksanaan pembangunan pada tahap konstruksi ini terdiri dari tenaga ahli, tenaga madya maupun tenaga kasar. Umumnya tenaga kerja juga diambil dari daerah sekitar yang disesuaikan dengan kemampuan dan skill yang dimiliki tentunya. Hal ini juga berdasarkan permintaan tokoh masyarakat kelurahan Deli Tua dan sekitarnya untuk dapat diterima sebagai karyawan proyek. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan pada tahap konstruksi ini berjumlah 230 0rang. Secara rinci jumlah dan jabatan tenaga kerja yang diperlukan dalam tahap konstruksi ini disajikan pada tabel 2.2

Tabel 2.2 : Jumlah Dan Jabatan Tenaga Kerja Yang Diperlukan Dalam Proyek

  Pusat Perbelanjaan No Jabatan Jumlah Asal .

  1. Project manager

  1 Lokal

  2. MK (manajemen konstruksi)

  3 Lokal

  3. Site manager

  6 Lokal

  4. Perencana teknik (desain,

  20 Lokal struktur, ME)

  5. Pekerja lapangan 200 Lokal

  • Jumlah total 230

  Sumber : PT. Kelola Alam Medan (2019)

  2. Mobilisasi alat berat Alat –alat yang digunakan dalam pembangunan pusat perbelanjaan antara lain :

  excavator, bulldozer,compactor, crane, dan lain-lain. Alat berat didatangkan dari

  sekitar Medan yang dilaksanakan oleh kontraktor, perincian alat-alat berat disajikan pada Tabel 2.3 dibawah ini :

Tabel 2.3 : Rencana penggunaan peralatan untuk rencana pembangunan pusat perbelanjaan

  2 Lift barang 2 unit Untuk mengangkat barang

Tabel 2.4 penggunaan material dan sistem pengangkutan pembangunan pusat perbelanjaan

  10 Water proofing Truk

  9 Paralon Truk

  8 Plywood & kayu Truk

  7 Tiang pancang Trailer

  6 Besi Truk

  5 Batu pecah/ split Truk

  4 Pasir urug Truk

  3 Pasir pasang Truk

  2 Pasir beton Truk

  1 Semen (PC) Truk

  Nama bahan/ material Sistem pengangkutan

  No .

  3. Pengadaan bahan dan material bangunan Kegiatan pengangkutan material yaitu sub kegiatan menyiapkan material/bahan- bahan bangunan dan peralatan pembangunan serta pengangkatannya dari tempat asal menuju ke lokasi tapak proyek. Bahan- bahan bangunan tersebut diambil dari daerah terdekat dengan lokasi kegiatan, misalnya dari daerah sekitar medan. Jenis bahan dan material dalam pembangunan gedung pusat perbelanjaan seperti yang disajikan dalam tabel 2.4 dibawah ini :

  3 Theodolite 2 unit Untuk pengukuran topografi

  15 Bucket cor 5 unit Pengecoran Sumber : Kelola Alam Medan

  14 Bar bender 2 unit Untuk membengkokkan besi

  13 Vibrator 4 unit Untuk pengecoran

  12 Bar cutter 2 unit Untuk memotong besi

  11 Las listrik 5 unit Untuk pengelasan

  10 Genset 2 unit Untuk pembangkit listrik

  9 Peralatan las 5 unit Untuk penyambungan/ las

  8 Concrete pump 2 unit Untuk pengecoran

  7 Compressor 1 unit Untuk pembersihan

  6 Tower crane 2 unit Pengangkat material

  5 Bulldozer 2 unit Penggalian

  4 Excavator 2 unit Penggalian

  11 Cat kayu & tembok Truk