PERAN KEPALA KAMPUNG DALAM PENANGGULANGAN DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015)

(1)

ABSTRACT

THE ROLE OF HEAD OF VILLAGE IN OVERCOMING ENVIRONMENTAL POLLUTION EFFECTS

(A study in Kalirejo Village of Kalirejo Sub District in Middle Lampung District in 2015)

The objective of this research was to find out the role of head of village in overcoming environmental pollution in Kalirejo village of Kalirejo sub district in Middle Lampung district in 2015. This was a descriptive qualitative research. Data were collected with interviews and observations from informants and research objects. Data were processed with editing and interpretation.

The results showed that the head of Kalirejo village did not have any role in overcoming environmental pollution in Kalirejo village. The head of village was not able to take role as supervisor of natural environment, and there was no any regulation regulating about natural environment and this became a problem for the head of village to monitor natural environment preservation. The head of village was not able to take role optimally concerning with the use of natural environment because of lower human resources and low technology the village had, but in managing the natural environment, the head of village had taken a role and he had applied some programs which were able to be basics for public to improve their concern to natural environment.


(2)

PERAN KEPALA KAMPUNG DALAM PENANGGULANGAN DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

(Studi di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015)

Oleh

BRAMANTYO YUDI PRAMBADI

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui peran dari seorang kepala kampung terkait dengan penanggulangan dampak pencemaran lingkungan hidup yang terjadi di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah tahun 2015. Tipe penelitian dalam penelitian ini ialah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik wawancara dan observasi mendalam pada para narasumber maupun objek penelitian, sedangkan teknik pengolahan data yang digunakan ialah teknik editing dan interprestasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepala Kampung Kalirejo tidak berperan dalam penanggulangan dampak pencemaran lingkungan hidup yang terjadi di Kampung Kalirejo. Kepala kampung tidak mampu berperan sebagai pengawas terhadap lingkungan hidup, belum adanya suatu peraturan yang mengatur tentang lingkungan hidup menjadi sebuah kendala bagi kepala kampung untuk mengawasi kelestarian lingkungan hidup yang ada. Kepala kampung juga belum mampu berperan secara maksimal terkait permasalahan pemanfaatan lingkungan hidup yang dikarenakan kurangnya sumberdaya manusia yang berkualitas dan rendahnya teknologi yang mereka miliki, namun dalam pengelolaan terhadap lingkungan hidup, Kepala Kampung Kalirejo sudah berperan dan sudah menerapkan beberapa program-program yang dinilai mampu menjadi suatu dasar bagi masyarakat untuk meningkatkan keperdulian terhadap lingkungan hidup yang sekarang sudah mulai memudar.


(3)

PERAN KEPALA KAMPUNG DALAM PENANGGULANGAN DAMPAK PENCEMARANLINGKUNGAN HIDUP

(Studi Di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, Tahun 2015)

Oleh

BRAMANTYO YUDI PRAMBADI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

Kabupaten Lampung Tengah, Tahun 2015)

(Skripsi)

Oleh

BRAMANTYO YUDI PRAMBADI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ...35

Gambar 2. Diagram Pendidikan Masyarakat Kampung Kalirejo ...48

Gambar 3. Diagram Mata Pencaharian Masyarakat Kampung Kalirejo...49

Gambar 4. Kondisi Parit yang Tercemar Limbah Pengolahan Kelapa Sawit ...76


(6)

iii

Halaman

Tabel 1. Data Industri Berpotensi Mencemari Lingkungan...3

Tabel 2. Data Industri Kampung Kalirejo Tahun 2014...4

Tabel 3. Demografi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin...47

Tabel 4. Penyakit Terbesar Kampung Kalirejo...50

Tabel 5. Luas Perkebunan Menurut Jenis Komoditi Kampung Kalirejo ...51

Tabel 6. 10 Program Pokok PKK Kampung Kalirejo...53


(7)

(8)

(9)

(10)

Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, memberikan akal dan semangat dalam

penyusunan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW.

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Ibunda tercinta

Yang telah mendidik, membesarkan, selalu memberikan do a terbaik dalam

sujudnya, memberikan kasih sayang, dukungan dan motivasi yang tiada henti

kepadaku hingga karya ini dapat terselesaikan.

Ayahanda tersayang

Yang telah mengajari bagaimana cara untuk berjuang, mengajari seberapa

pentingnya arti dari tanggung jawab, dan selalu menasihati agar dapat menjadi

seorang imam yang baik.

Kakak-adikku

Terima kasih atas do a serta semangat yang telah diberikan selama

menyelesaikan karya ini

Seluruh Keluarga Besarku

yang senantiasa memberikan do a dan

dukungan selama proses pendidikan berlangsung dan akhirnya menyelesaikan

karya sederhana ini.


(11)

(12)

Bramantyo Yudi Prambadi, dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 10 April 1993, merupakan anak dari pasangan Bapak Mujiono dan Ibu Roniah. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Jenjang akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Tunas Harapan pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Kelapa Tujuh pada tahun 2005, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) 7 Kotabumi, Lampung Utara pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 Kotabumi dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur Undangan.


(13)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillahirrobbil’alamin, Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikutnya.

Penulisan skripsi berjudul “Peran Kepala Kampung dalam Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup (Studi di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015)”, ini merupakan syarat bagi

penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih terdapat kesalahan atau kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini, agar dapat bermanfaat di kemudian hari.


(14)

terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus sebagai Pembimbing Akademik penulis, yang telah membimbing penulis selama menempuh proses perkuliahan ;

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan sekaligus Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu, memberikan saran, arahan, dukungan, nasehat, solusi dan motivasi selama proses bimbingan skripsi, terima kasih atas kesabaran yang diberikan selama membimbing penulis;

3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan, yang telah memberikan motivasi melalui pengalaman lapangan selama proses pembelajaran;

4. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H, selaku Dosen Pembahas dan Penguji terima kasih telah memberikan kritik, saran, masukan, solusi dan motivasi selama penyusunan skripsi ini;

5. Seluruh Dosen Pengajar di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan;

6. Staf Jurusan Ilmu Pemerintahan, Ibu Riyanti dan Pak Jumadi yang telah membantu penulis dalam penyelesaian administrasi dan perlengkapan seminar serta ujian;


(15)

7. Kepala Kampung Kalirejo beserta seluruh jajaran staf pemerintahan Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kecamatan Kalirejo dan seluruh masyarakat Kampung Kalirejo, yang telah memberikan informasi dan membantu penulis dalam melakukan riset atau penelitian;

8. Ibunda Roniah dan Ayahanda Mujiono yang tak henti dan selalu memberikan

kasih sayang yang tak bisa dihitung “Aku Sangat Menyayangi Kalian”. Kakak

perempuanku Dian Puspita Sari, Kakak laki-laki dan sekaligus menjadi motivasi bagi penulis Aditya Permana Putra, dan Adik perempuan Adinda Sabrina Putri serta keluarga besarku, yang telah mendo’akan, membimbing

dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan tidak lupaom Heri danmasAris yang telah membantu penulis selama penelitian;

9. Para sahabat setia sependeritaan tiada akhir Anbeja Kirsy, Hazi Kurnia, Trio Gama, Wilanda Risky “Saya merasa terhormat karena telah berjuang, Tertawa, menangis, dan bermimpi bersama kalian”; serta sahabat wanita “Yuanita”, Panggih Gotam Vivi Ditia , Leni Olandari, Nur Diana, “Thanks For Everythings”, tak akan pernah melupakan semua keceriaan kita selama ini;

10. Sahabat-sahabatku Yanuardi Rahmat Pratama, Pasda Suganda, Chandra Wisnu Wardana, Febri, Riza, Frans Sinarta, Alfat Febriandani, Rido Adi Rahman, Gagas Fransisco Dalo dan seluruh sahabat yang tak bisa diucapkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, motivasi dan doanya;

11. kakak yang telah menjadi saudara berbeda darah MasYayan Andryanto,Bang


(16)

12. Teman-teman seperjuanganku, Genta Rizkiansah, Indra Rinaldi, Rizqi Husniyah, Wiwik Zubaidah, Gita Aprilia, Siti Robiah, Endah Hapsari, Restia Permata, Indah Permata, Miranti Andini, Meyliza Indriyani Putri, Yuyun Diah Anggraini, Febi Puspitasari, Merari Defri, Winda Septiana, Santi Novitasari, Bertha Nanda, Balqis Annisa, Eki Anes Wijaya, Rizky Tri Saputra, Tya Melinda, Ulil, Nur Hasanah, Siko Aggasi, Seluruh member “Genk KOPROK” dan untuk seluruh mahasiswa ilmu pemerintahan khususnya angkatan 2011,

terimakasih atas do’a, dukungan, serta motivasinya;

Allah Maha Melihat semua yang ada di dunia ini, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian, dan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 29 September 2015 Penulis,


(17)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR GAMBAR ...iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah...9

C. Tujuan Penelitian ...9

D. Kegunaan Penelitian ...9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peran...11

B. Kepala Kampung ...14

1. Wewenang dan Hak Kepala Kampung...16

2. Kedudukan Kewajiban Serta Fungsi Kepala Kampung ...18

C. Lingkungan Hidup ...21

1. Pengertian Lingkungan Hidup...21

2. Unsur-Unsur Lingkungan Hidup ...23

D.Pencemaran Lingkungan ...24

E. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...28

F. Peran Kepala Kampung dalam Penanggulangan Dampak Lingkungan Hidup ...31

G. Kerangka Pikir...33

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ...36

B. Lokasi Penelitian ...36

C. Fokus Penelitian...37

D. Jenis Data ...39

E. Informan Penelitian...40

F. Teknik Pengumpulan Data ...41

G. Teknik Pengolahan data ...43


(18)

ii

C. Demografi Penduduk ...47

1. Penduduk ...47

2. Pendidikan ...48

3. Mata Pencaharian...49

D. Kondisi, Potensi dan Permasalahan...50

1. Kesehatan...50

2. Pertanian dan Perkebunan...51

3. Pemerintahan ...52

4. Pemberdayaan Masyarakat ...53

5. Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup ...54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor yang Menyebabkan Pencemaran Lingkungan Hidup ...56

1. Pengawasan Pemerintah ...56

2. Kepedulian Masyarakat ...58

3. Limbah Pabrik Kelapa Sawit ...60

B. Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup ...62

1. Aspek Sosial ...63

2. Aspek Ekonomi ...64

3. Aspek Politik ...66

4. Kesehatan ...68

C. Peran Kepala Kampung dalam Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup ...71

1. Pengawasan Terhadap Lingkungan Hidup ...73

2. Pengendalian Terhadap Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup ..77

3. Pemanfaatan Terhadap Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup ..83

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...89

B. Saran ...90 DAFTAR PUSTAKA


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakikatnya kehidupan masyarakat tidak bisa terlepas dari lingkungan, karena masyarakat sangat tergantung dari alam dan secara turun temurun dapat hidup berdampingan dengan alam. Lingkungan hidup menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia. Begitupun sebaliknya, kehidupan manusia sangat tergantung pada tersedianya sumber daya alam yang memadai dalam lingkungan hidup.

Menurut Khaldun dalam Rahmad K. (2009: 30) :

“bahwa dalam tahapan hubungan manusia dengan lingkungan, ditujukan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan dan tunduk pada lingkungan. kehidupan kelompok misalnya, bentuk-bentuk persekutuan hidup manusia muncul akibat dari interaksi iklim geografis, dan ekonomi. Ketiga bagian dari lingkungan itu juga bersifat sangat menentukan corak tempramen manusia”.

Setuju dengan pendapat di atas, penulis merasa bahwa lingkungan merupakan suatu aspek yang dapat memengaruhi kehidupan masyarakat, baik itu dalam tatanan sosial budaya maupun perilaku kehidupan bermasyarakat. Di dalam situshttp://personal.ftsl.itb.ac.idyang diakses tanggal 25 Februari 2015 pukul 20.13 WIB , Asep Sofyan (2008) menyebutkan bahwa dalam melakukan aktivitas yang banyak menghasilkan asap seperti memerlakukan sampah


(20)

dengan cara dibakar, melakukan pembakaran hutan, menggunakan kendaraan yang menghasilkan banyak asap, dan aktivitas pembakaran di pabrik merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti ini menyebabkan kualitas udara menurun.

Kerusakan lingkungan yang terjadi baik itu yang ada di udara, tanah maupun air sebagian besar merupakan perbuatan manusia. Baik itu secara sengaja maupun yang tidak disengaja, semua itu demi kelangsungan hidup manusia. Aktivitas manusia yang mengancam kelestarian lingkungan hidup ini merupakan dampak dari pembangunan yang dilakukan oleh negara, pemerintah maupun seseorang.

Lebih dalam lagi dari situs http://korananakindonesia.wordpress.com/

Indonesia Children (2010) yang diunduh pada tanggal 25 Februari 2015 pukul 20.20 WIB menyebutkan bahwa:

“Tercemarnya udara dapat menyebabkan dampak kesehatan serius, menyebabkan asap dan hujan asam, produksi pangan menurun akibat terganggunya pertumbuhan tanaman, mengurangi daya perlindungan lapisan ozon di atmosfer bagian atas, dan berpotensi untuk turut berperan dalam perubahan iklim dunia. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun

global”.

Penulis beranggapan bahwa persoalan lingkungan mulai menjadi topik salah satu agenda pemerintah. Masyarakat mulai merasakan dampaknya yang semakin meluas. Terlihat pada banyaknya bencana yang terjadi di muka bumi ini akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri seperti banjir, tanah longsor, pencemaran air akibat limbah industri, dan lain sebagainya.


(21)

3

Bukan hanya di kota-kota besar yang mengalami kerusakan lingkungan akibat ulah masyarakat. Kerusakan lingkungan sudah menjalar sampai pada tingkat kampung. Kampung yang dulu dikenal sebagai suatu daerah dengan keasrian lingkungannya kini telah mulai merasakan dampak kerusakan lingkungan hidup. Selama ini kelestarian lingkungan yang ada di kampung kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah padahal masyarakat kampung yang hidup bersentuhan langsung dengan alam terkena imbas dari kemajuan zaman dan teknologi, dan ini menjadi masalah baru yang dijumpai pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup yang ada di kampung-kampung.

Banyaknya industri yang ada di kampung menimbulkan ancaman kerusakan lingkungan bagi kampung. Ini disebabkan oleh limbah hasil olahan dan asap pembakaran serta dampak lain yang diakibatkan oleh industri baik itu industri besar, menengah maupun kecil. Di Indonesia ada beberapa industri yang berpotensi dapat merusak lingkungan hidup, diantaranya dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Data Jumlah Industri di Indonesia yang Berpotensi Mencemari Lingkungan Tahun 2010-2013

No Jenis Industri 2010 2011 2012 2013 1 Makanan dan

Minuman 287 768 455 154 495 838 497 496 2 Teksti 74 955 107 174 92 800 105 328 3 Kulit 20 558 27 517 42 439 23 333 4 Kertas 68 461 69 996 80 760 65 457 5 Pertambanan 4 057 3 112 4 368 1 627 6 Kimia 164 438 179 281 211 369 193 770 7 Karet 198 350 227 269 175 001 232 529 Sumber : http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1069 diakses tanggal


(22)

Data pada tabel 1, membuktikan bahwa kerusakan lingkungan akibat industri yang ada di Indonesia sangatlah tinggi. Hal ini juga berdampak pada kualitas lingkungan yang ada di kampung. Masih banyak oknum yang secara sengaja merusak lingkungan hidup semata-mata hanya untuk keuntungan pribadinya, banyak pabrik yang membuang limbahnya di sungai-sungai yang ada di sekitar kampung sehingga sungai sebagai sumber kehidupan menjadi tercemar.

Memerhatikan pada permasalahan kerusakan lingkungan yang ada di kampung tepatnya di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, menunjukkan bahwa persoalan kelestarian lingkungan belum cukup diperhatikan, hal ini tidak sebanding dengan jumlah industri yang ada di kampung tersebut. Jumlah industri yang ada di Kampung Kalirejo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Data industri Kampung Kalirejo Tahun 2014

No Jenis Industri Jumlah 1. Tambang Galian Golongan ‘C’

- Pasir

- Tanah Liat

5 4 2 . Industri Pabrik

- Pabrik CPO (Kelapa Sawit) 1 3. Industri Bahan Bangunan

- Genteng

- Batu Bata

- Paving Block & Batako

- Industri Gerabah Lainnya

225 229 6 5

Sumber:http://lampungtengahkab.bps.go.id/publikasi/publikasi2014/kdakalire joedit/index.html?pageNumber=74 diakses tanggal 23 Februari 2015 pukul 22.34 WIB


(23)

5

Penulis berpendapat bahwa permasalahan utama yang terjadi diakibatkan kurangnya kontrol dari pemerintah kampung dalam menanggulangi dampak pencemaran lingkungan hidup. Keluhan-keluhan dan aspirasi rakyat tidak dapat disalurkan dan mengakibatkan produk kebijakan yang tidak sesuai atau kurang efisien diterapkan di lapangan. Kontrol pemerintah merupakan suatu yang sangat diperlukan dalam hal menanggulangi dampak pencemaran lingkungan hidup.

Permasalahan lainnya yaitu dikutip dalam situs skuglobalpost.com yang diakses pada tanggal 16 Februrari 2015 pukul 22.00 WIB memberitakan tentang keluhan warga Kampung Kalirejo yang bernama Lasmini. Warga asli yang bertempat tinggal di Kampung Kalirejo ini menyebutkan bahwa sebenarnya kerusakan lingkungan yang terjadi merupakan dampak dari perusahaan kelapa sawit yang ada di Kampung Kalirejo. Ia menambahkan bahwa sebagai salah satu syarat berdirinya sebuah pabrik sawit diwajibkan perusahaan tersebut memiliki lahan perkebunan kelapa sawit sendiri, minimal kurang lebih 4000 hektar. Kenyataannya PT. Kalirejo Lestari tidak memunyai lahan di daerah Kalirejo.

Penulis beranggapan bahwa hal ini nampaknya dibiarkan saja oleh pemerintah, dan sampai sekarang industri pengolahan minyak kelapa sawit tersebut masih beroperasi dan menimbulkan masalah lain berupa pencemaran lingkungan, baik itu akibat asap pabrik maupun limbah cair. Permasalahan lingkungan yang terjadi memang bukan menjadi tanggung jawab kepala kampung seorang, tetapi juga seluruh elemen pemerintahan dan seluruh


(24)

lapisan masyarakat yang bertanggung jawab akibat kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi.

Kepala kampung merupakan tokoh yang menjadi ujung tombak aspirasi rakyat, karena kepala kampung merupakan badan eksekutif yang berperan sebagai pelaksana pemerintahan di kampung. Oleh karena itu masyarakat yang merasakan dampak kerusakan lingkungan hidup mengeluh dan mengadu kepada kepala kampung karena masyarakat menganggap bahwa kepala kampung pelaksana pemerintahan yang ada di kampung.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis, pada pra riset yang dilakukan selama bulan Desember tahun 2014 terdapat beberapa masalah lingkungan hidup yang terjadi di Kampung Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, diantaranya seperti yang dituturkan oleh Surtinah pada Desember tahun 2014, ia mengeluh bahwa air sungai sekarang sudah tidak dapat dimanfaatkan untuk mencuci baju. Ia menerangkan bahwa aliran sungai telah tercemar limbah dan menimbulkan aroma yang tidak sedap. Oleh karena itu mereka mengeluh kepada kepala kampung mengenai masalah pencemaran aliran sungai ini.

Masalah lain adalah pencemaran air yang terjadi di sekitar aliran sungai yang ada di kampung tersebut, hal ini diduga akibat tercemarnya limbah pabrik kelapa sawit yang menyebabkan warga sulit mencari air bersih dan habitat makhluk hidup yang ada di sekitar aliran sungai juga terancam. Pencemaran udara akibat asap pabrik juga mengakibatkan banyak warga yang mengeluh


(25)

7

terhadap bau tidak sedap, kesegaran udara pekampungan tidak dapat dirasakan lagi oleh warga sekitar.

Di sisi lain kepala kampung memiliki banyak batasan-batasan dalam menjalankan kedudukan dan kewajibannya sebagai pelaksana pemerintahan yang ada di kampung. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, kepala desa atau sebutan lain yaitu kepala kampung bertugas menyelenggarakan pemerintahan kampung, melaksanakan pembangunan kampung, pembinaan kemasyarakatan kampung, dan pemberdayaan masyarakat kampung dan berwenang untuk meningkatkan sumber pendapatan.

Oleh karena itu, penulis beranggapan bahwa peran yang dilakukan oleh kepala kampung sangatlah penting. Seorang kepala kampung berperan sebagai pelaksana pemerintahan kampung yang dapat meningkatkan jumlah pendapatan kampung tanpa harus mengorbankan kesejahteraan masyarakat, khususnya menjaga kelestarian lingkungan.

Kerusakan lingkungan adalah salah satu dampak yang diakibatkan oleh industrialisasi yang dilakukan oleh kampung guna meningkatkan sumber pendapatan kampung. Masyarakat yang merasakan dampak kerusakan lingkungan secara langsung mengeluh dan tidak puas terhadap kinerja pemerintahan kampung, khususnya kepala kampung. Hal inilah yang menjadi polemik bagaimana lingkungan merupakan suatu komponen penting yang harus selalu di jaga dan dilestarikan agar kehidupan masyarakat dapat terjamin.


(26)

Melihat permasalahan di atas, kerusakan lingkungan yang ada seolah-olah tidak luput dari kontrol pemerintah dan kepala kampung harus berperan agar pendapatan asli kampung bertambah tanpa harus mengorbankan lingkungan. Penulis tertarik untuk menganalisis peran yang dilakukan oleh Kepala Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah dalam penanggulangan pencemaran lingkungan hidup yang terjadi sesuai dengan kewenangan, kedudukan , hak dan kewajibannya.

Berbeda dari beberapa skripsi terdahulu seperti skripsi Mulyana (Peran Kepemimpinan Kepala Kampung dalam Pembangunan Infrastruktur Kampung Dendun, Kabupaten Bintan) yang membahas tentang peran yang dilakukan oleh kepala kampung dalam pembangunan infrastruktur seperti jalan dan bangunan umum dan skripsi milik Suprastiyo (Peran Kepala Kampung dalam Pemberdayaan Masyarakat Studi di Kampung Trucuk, Kabupaten Bojoneoro) yang lebih berfokus pada peran kepala kampung sebagai fasilitator bagi masyarakat.

Penelitian ini lebih difokuskan untuk melihat peran kepala kampung dalam hal penanggulangan dampak pencemaran lingkungan hidup. Seorang kepala kampung memiliki kewajiban, hak dan wewenang dalam urusan rumah tangga kampung termasuk di dalamnya masalah pencemaran dan kelestarian lingkungan hidup.

Bedasarkan hal itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul


(27)

9

Lingkungan Hidup (Studi di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah)”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sesuai dengan penjelasan latar belakang adalah sebagai berikut:

Bagaimana Peran Kepala Kampung Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah dalam Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup ?

C . Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan peran Kepala Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah dalam menanggulangi dampak pencemaran lingkungan hidup.

D . Kegunaan Penelitian

Hasil yang dicapai pada penelitian ini dapat memberi kegunaan sebagai berikut:

1. Secara praktis

Hasil penelitian ini merupakan salah satu bahan evaluasi kinerja Kepala Kampung Kalirejo mengenai permasalahan penanggulangan dampak pencemaran lingkungan hidup, serta mampu meningkatkan rasa keperdulian masyarakat terhadap lingkungan hidup.


(28)

2. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan kajian Ilmu Pemerintahan yang berkaitan dengan peran atau kewenangan kepala kampung dalam penanggulangan pencemaran lingkungan hidup.


(29)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakikatnya kehidupan masyarakat tidak bisa terlepas dari lingkungan, karena masyarakat sangat tergantung dari alam dan secara turun temurun dapat hidup berdampingan dengan alam. Lingkungan hidup menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia. Begitupun sebaliknya, kehidupan manusia sangat tergantung pada tersedianya sumber daya alam yang memadai dalam lingkungan hidup.

Menurut Khaldun dalam Rahmad K. (2009: 30) :

“bahwa dalam tahapan hubungan manusia dengan lingkungan, ditujukan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan dan tunduk pada lingkungan. kehidupan kelompok misalnya, bentuk-bentuk persekutuan hidup manusia muncul akibat dari interaksi iklim geografis, dan ekonomi. Ketiga bagian dari lingkungan itu juga bersifat sangat menentukan corak tempramen manusia”.

Setuju dengan pendapat di atas, penulis merasa bahwa lingkungan merupakan suatu aspek yang dapat memengaruhi kehidupan masyarakat, baik itu dalam tatanan sosial budaya maupun perilaku kehidupan bermasyarakat. Di dalam situshttp://personal.ftsl.itb.ac.idyang diakses tanggal 25 Februari 2015 pukul 20.13 WIB , Asep Sofyan (2008) menyebutkan bahwa dalam melakukan aktivitas yang banyak menghasilkan asap seperti memerlakukan sampah


(30)

dengan cara dibakar, melakukan pembakaran hutan, menggunakan kendaraan yang menghasilkan banyak asap, dan aktivitas pembakaran di pabrik merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti ini menyebabkan kualitas udara menurun.

Kerusakan lingkungan yang terjadi baik itu yang ada di udara, tanah maupun air sebagian besar merupakan perbuatan manusia. Baik itu secara sengaja maupun yang tidak disengaja, semua itu demi kelangsungan hidup manusia. Aktivitas manusia yang mengancam kelestarian lingkungan hidup ini merupakan dampak dari pembangunan yang dilakukan oleh negara, pemerintah maupun seseorang.

Lebih dalam lagi dari situs http://korananakindonesia.wordpress.com/

Indonesia Children (2010) yang diunduh pada tanggal 25 Februari 2015 pukul 20.20 WIB menyebutkan bahwa:

“Tercemarnya udara dapat menyebabkan dampak kesehatan serius, menyebabkan asap dan hujan asam, produksi pangan menurun akibat terganggunya pertumbuhan tanaman, mengurangi daya perlindungan lapisan ozon di atmosfer bagian atas, dan berpotensi untuk turut berperan dalam perubahan iklim dunia. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun

global”.

Penulis beranggapan bahwa persoalan lingkungan mulai menjadi topik salah satu agenda pemerintah. Masyarakat mulai merasakan dampaknya yang semakin meluas. Terlihat pada banyaknya bencana yang terjadi di muka bumi ini akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri seperti banjir, tanah longsor, pencemaran air akibat limbah industri, dan lain sebagainya.


(31)

3

Bukan hanya di kota-kota besar yang mengalami kerusakan lingkungan akibat ulah masyarakat. Kerusakan lingkungan sudah menjalar sampai pada tingkat kampung. Kampung yang dulu dikenal sebagai suatu daerah dengan keasrian lingkungannya kini telah mulai merasakan dampak kerusakan lingkungan hidup. Selama ini kelestarian lingkungan yang ada di kampung kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah padahal masyarakat kampung yang hidup bersentuhan langsung dengan alam terkena imbas dari kemajuan zaman dan teknologi, dan ini menjadi masalah baru yang dijumpai pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup yang ada di kampung-kampung.

Banyaknya industri yang ada di kampung menimbulkan ancaman kerusakan lingkungan bagi kampung. Ini disebabkan oleh limbah hasil olahan dan asap pembakaran serta dampak lain yang diakibatkan oleh industri baik itu industri besar, menengah maupun kecil. Di Indonesia ada beberapa industri yang berpotensi dapat merusak lingkungan hidup, diantaranya dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Data Jumlah Industri di Indonesia yang Berpotensi Mencemari Lingkungan Tahun 2010-2013

No Jenis Industri 2010 2011 2012 2013 1 Makanan dan

Minuman 287 768 455 154 495 838 497 496 2 Teksti 74 955 107 174 92 800 105 328 3 Kulit 20 558 27 517 42 439 23 333 4 Kertas 68 461 69 996 80 760 65 457 5 Pertambanan 4 057 3 112 4 368 1 627 6 Kimia 164 438 179 281 211 369 193 770 7 Karet 198 350 227 269 175 001 232 529 Sumber : http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1069 diakses tanggal


(32)

Data pada tabel 1, membuktikan bahwa kerusakan lingkungan akibat industri yang ada di Indonesia sangatlah tinggi. Hal ini juga berdampak pada kualitas lingkungan yang ada di kampung. Masih banyak oknum yang secara sengaja merusak lingkungan hidup semata-mata hanya untuk keuntungan pribadinya, banyak pabrik yang membuang limbahnya di sungai-sungai yang ada di sekitar kampung sehingga sungai sebagai sumber kehidupan menjadi tercemar.

Memerhatikan pada permasalahan kerusakan lingkungan yang ada di kampung tepatnya di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, menunjukkan bahwa persoalan kelestarian lingkungan belum cukup diperhatikan, hal ini tidak sebanding dengan jumlah industri yang ada di kampung tersebut. Jumlah industri yang ada di Kampung Kalirejo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Data industri Kampung Kalirejo Tahun 2014

No Jenis Industri Jumlah 1. Tambang Galian Golongan ‘C’

- Pasir

- Tanah Liat

5 4 2 . Industri Pabrik

- Pabrik CPO (Kelapa Sawit) 1 3. Industri Bahan Bangunan

- Genteng

- Batu Bata

- Paving Block & Batako

- Industri Gerabah Lainnya

225 229 6 5

Sumber:http://lampungtengahkab.bps.go.id/publikasi/publikasi2014/kdakalire joedit/index.html?pageNumber=74 diakses tanggal 23 Februari 2015 pukul 22.34 WIB


(33)

5

Penulis berpendapat bahwa permasalahan utama yang terjadi diakibatkan kurangnya kontrol dari pemerintah kampung dalam menanggulangi dampak pencemaran lingkungan hidup. Keluhan-keluhan dan aspirasi rakyat tidak dapat disalurkan dan mengakibatkan produk kebijakan yang tidak sesuai atau kurang efisien diterapkan di lapangan. Kontrol pemerintah merupakan suatu yang sangat diperlukan dalam hal menanggulangi dampak pencemaran lingkungan hidup.

Permasalahan lainnya yaitu dikutip dalam situs skuglobalpost.com yang diakses pada tanggal 16 Februrari 2015 pukul 22.00 WIB memberitakan tentang keluhan warga Kampung Kalirejo yang bernama Lasmini. Warga asli yang bertempat tinggal di Kampung Kalirejo ini menyebutkan bahwa sebenarnya kerusakan lingkungan yang terjadi merupakan dampak dari perusahaan kelapa sawit yang ada di Kampung Kalirejo. Ia menambahkan bahwa sebagai salah satu syarat berdirinya sebuah pabrik sawit diwajibkan perusahaan tersebut memiliki lahan perkebunan kelapa sawit sendiri, minimal kurang lebih 4000 hektar. Kenyataannya PT. Kalirejo Lestari tidak memunyai lahan di daerah Kalirejo.

Penulis beranggapan bahwa hal ini nampaknya dibiarkan saja oleh pemerintah, dan sampai sekarang industri pengolahan minyak kelapa sawit tersebut masih beroperasi dan menimbulkan masalah lain berupa pencemaran lingkungan, baik itu akibat asap pabrik maupun limbah cair. Permasalahan lingkungan yang terjadi memang bukan menjadi tanggung jawab kepala kampung seorang, tetapi juga seluruh elemen pemerintahan dan seluruh


(34)

lapisan masyarakat yang bertanggung jawab akibat kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi.

Kepala kampung merupakan tokoh yang menjadi ujung tombak aspirasi rakyat, karena kepala kampung merupakan badan eksekutif yang berperan sebagai pelaksana pemerintahan di kampung. Oleh karena itu masyarakat yang merasakan dampak kerusakan lingkungan hidup mengeluh dan mengadu kepada kepala kampung karena masyarakat menganggap bahwa kepala kampung pelaksana pemerintahan yang ada di kampung.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis, pada pra riset yang dilakukan selama bulan Desember tahun 2014 terdapat beberapa masalah lingkungan hidup yang terjadi di Kampung Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, diantaranya seperti yang dituturkan oleh Surtinah pada Desember tahun 2014, ia mengeluh bahwa air sungai sekarang sudah tidak dapat dimanfaatkan untuk mencuci baju. Ia menerangkan bahwa aliran sungai telah tercemar limbah dan menimbulkan aroma yang tidak sedap. Oleh karena itu mereka mengeluh kepada kepala kampung mengenai masalah pencemaran aliran sungai ini.

Masalah lain adalah pencemaran air yang terjadi di sekitar aliran sungai yang ada di kampung tersebut, hal ini diduga akibat tercemarnya limbah pabrik kelapa sawit yang menyebabkan warga sulit mencari air bersih dan habitat makhluk hidup yang ada di sekitar aliran sungai juga terancam. Pencemaran udara akibat asap pabrik juga mengakibatkan banyak warga yang mengeluh


(35)

7

terhadap bau tidak sedap, kesegaran udara pekampungan tidak dapat dirasakan lagi oleh warga sekitar.

Di sisi lain kepala kampung memiliki banyak batasan-batasan dalam menjalankan kedudukan dan kewajibannya sebagai pelaksana pemerintahan yang ada di kampung. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, kepala desa atau sebutan lain yaitu kepala kampung bertugas menyelenggarakan pemerintahan kampung, melaksanakan pembangunan kampung, pembinaan kemasyarakatan kampung, dan pemberdayaan masyarakat kampung dan berwenang untuk meningkatkan sumber pendapatan.

Oleh karena itu, penulis beranggapan bahwa peran yang dilakukan oleh kepala kampung sangatlah penting. Seorang kepala kampung berperan sebagai pelaksana pemerintahan kampung yang dapat meningkatkan jumlah pendapatan kampung tanpa harus mengorbankan kesejahteraan masyarakat, khususnya menjaga kelestarian lingkungan.

Kerusakan lingkungan adalah salah satu dampak yang diakibatkan oleh industrialisasi yang dilakukan oleh kampung guna meningkatkan sumber pendapatan kampung. Masyarakat yang merasakan dampak kerusakan lingkungan secara langsung mengeluh dan tidak puas terhadap kinerja pemerintahan kampung, khususnya kepala kampung. Hal inilah yang menjadi polemik bagaimana lingkungan merupakan suatu komponen penting yang harus selalu di jaga dan dilestarikan agar kehidupan masyarakat dapat terjamin.


(36)

Melihat permasalahan di atas, kerusakan lingkungan yang ada seolah-olah tidak luput dari kontrol pemerintah dan kepala kampung harus berperan agar pendapatan asli kampung bertambah tanpa harus mengorbankan lingkungan. Penulis tertarik untuk menganalisis peran yang dilakukan oleh Kepala Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah dalam penanggulangan pencemaran lingkungan hidup yang terjadi sesuai dengan kewenangan, kedudukan , hak dan kewajibannya.

Berbeda dari beberapa skripsi terdahulu seperti skripsi Mulyana (Peran Kepemimpinan Kepala Kampung dalam Pembangunan Infrastruktur Kampung Dendun, Kabupaten Bintan) yang membahas tentang peran yang dilakukan oleh kepala kampung dalam pembangunan infrastruktur seperti jalan dan bangunan umum dan skripsi milik Suprastiyo (Peran Kepala Kampung dalam Pemberdayaan Masyarakat Studi di Kampung Trucuk, Kabupaten Bojoneoro) yang lebih berfokus pada peran kepala kampung sebagai fasilitator bagi masyarakat.

Penelitian ini lebih difokuskan untuk melihat peran kepala kampung dalam hal penanggulangan dampak pencemaran lingkungan hidup. Seorang kepala kampung memiliki kewajiban, hak dan wewenang dalam urusan rumah tangga kampung termasuk di dalamnya masalah pencemaran dan kelestarian lingkungan hidup.

Bedasarkan hal itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul


(37)

9

Lingkungan Hidup (Studi di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah)”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sesuai dengan penjelasan latar belakang adalah sebagai berikut:

Bagaimana Peran Kepala Kampung Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah dalam Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup ?

C . Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan peran Kepala Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah dalam menanggulangi dampak pencemaran lingkungan hidup.

D . Kegunaan Penelitian

Hasil yang dicapai pada penelitian ini dapat memberi kegunaan sebagai berikut:

1. Secara praktis

Hasil penelitian ini merupakan salah satu bahan evaluasi kinerja Kepala Kampung Kalirejo mengenai permasalahan penanggulangan dampak pencemaran lingkungan hidup, serta mampu meningkatkan rasa keperdulian masyarakat terhadap lingkungan hidup.


(38)

2. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan kajian Ilmu Pemerintahan yang berkaitan dengan peran atau kewenangan kepala kampung dalam penanggulangan pencemaran lingkungan hidup.


(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Peran

Ndraha (1990: 111) mengartikan peranan itu mencangkup perilaku yang perlu dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi dalam suatu sistem sosial. Sedangkan Moelyono (Onong, 2002: 7) mengartikan peranan merupakan suatu yang diartikan memiliki arti positif yang diharapkan dapat memberikan sesuatu yang berdaya guna dalam memeroleh hasil yang lebih baik serta dapat memengaruhi sesuatu yang lain.

Banyak para ahli telah mendefinisikan konsep peran diantaranya dalam Soekanto (2009: 212-213) menyebutkan bahwa:

“Peran merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian peran merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan 2 (dua) variabel yang memunyai hubungan sebab akibat.


(40)

Dikutip dari skripsi Fitra (Peranan Badan Permusyawaratan Kampung (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Di Kampung Buntu Nanna Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu) dijelaskan makna dari kata “peran” dapat diartikan melalui beberapa cara diantaranya:

1. Suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam dari keluarga drama atau teater yang hidup subur pada jaman Yunani Kuno (Romawi). Peran menunjuk pada karakteristik yang disandang untuk dibawakan oleh seseorangactordalam sebuah pentas drama;

2. Suatu penjelasan yang menunjuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam struktur sosial. Ketiga, suatu penjelasan yang lebih bersifat operasional menyebutkan bahwa peran seorang actor adalah suatu batasan yang dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama-sama berada dalam suatu batasan yang dirancang oleh

actor lain, yang kebetulan sama-sama berada dalam satu

“penampilan/unjuk peran (role permormance)”. Pada dasarnya ada dua paham yang dipergunakan dalam mengkaji teori peran yakni paham strukturisasi dan paham interaksionis. Paham strukturisasi lebih mengaitkan antara peran-peran sebagai unit cultural, serta mengacu keperangkat hak dan kewajiban, yang secaranormativetelah direncanakan oleh sistem budaya.

Lebih lanjut Lincon (Huges dan Kroehler, 2005: 58) mendefinisikan peran merupakan sebuah status yang disertai hak dan kewajiban yang diperoleh dari suatu kebudayaan, dan dapat menentukan seseorang berperilaku apakah sesuai atau tidak sesuai dengan status yang seorang itu peroleh. Perbedaan yang mendasar antara peran dengan status adalah status merupakan apa yang kita tempati dan peran merupakan apa yang kita mainkan. Levinson (Soekanto, 2009: 213) mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat;


(41)

13

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi;

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Menurut Soekanto (2010: 216), di dalam interaksi sosial kadang kala kurang disadari bahwa yang paling penting adalah melaksanakan peranan. Tidak jarang terjadi di dalam proses interaksi tersebut, kedudukan lebih di pentingkan sehingga terjadi hubungan-hubungan timpang yang tidak seharusnya terjadi. Hubungan-hubungan yang timpang tersebut lebih cenderung mementingkan bahwa suatu pihak hanya memunyai hak saja, sedangkan pihak lain hanya memunyai kewajiban belaka.

Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri perilaku seseorang sangat diwarnai oleh banyak faktor, serta persepsinya tentang faktor-faktor tersebut. Persepsi yang dimiliki itu pulalah yang turut menentukan bentuk sifat dan intensitas peranannya dalam kehidupan organisasional. Tidak dapat disangkal pula, bahwa manusia sangat berbeda-beda, seseorang dengan lainnya, baik dalam arti kebutuhannya, bagi kategori umum, maupun dalam niatnya yang kesemuanya tercermin dalam kepribadian masing-masing.

Hal di atas, merupakan tantangan tersendiri bagi suatu organisasi khususnya bagi pemimpin dalam memahami persepsi sikap dan perilaku masing-masing bawahannya dalam menunjang tujuan yng akan dicapai, karena dengan memahami sikap, dan perilaku pada bawahannya pemimpin dapat mengambil peranan yang sesuai dan dapat diterima oleh semua bawahan yang ada.


(42)

Telah dijelaskan di atas, penulis beranggapan bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan dua variabel yang merupakan hubungan sebab akibat. Peran adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang yang berdasarkan posisinya di masyarakat. Sementara posisi tersebut merupakan identifikasi dari status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial dan merupakan perwujudan dan aktualisasi diri. Peran juga diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam kelompok sosial.

Konsep peran yang dimaksud dalam penelitian adalah peran kepala kampung dalam penanggulangan dampak pencemaran lingkungan hidup di Kampung Kalirejo. Kepala kampung sangat berperan dalam permasalahan ini karena kepala kampung merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintah kampung yang memiliki kewajiban, hak, tanggungjawab untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga kampung baik itu menjaga kelestarian lingkungan hidup atau pemberdayaan masyarakat dalam hal lingkungan.

B. Kepala Kampung

Kepala kampung menurut Ndraha (Djainuri, 2003: 114) adalah kepala organisasi pemerintahan kampung yang berkedudukan strategis dan memiliki tanggung jawab yang luas. Sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1 ayat 3 menyebutkan


(43)

15

bahwa pemerintah desa atau sebutan lain seperti kampung adalah kepala kampung atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan kampung. Lebih lanjut terdapat pada Pasal 26 yang menyebutkan bahwa kepala kampung bertugas menyelenggarakan pemerintahan kampung, melaksanakan pembangunan kampung, pembinaan kemasyarakatan kampung, dan pemberdayaan masyarakat kampung.

Menurut Suryaningrat (1985: 105) jabatan kepala kampung tidak bersifat keturunan. Kepala kampung dipilih oleh dan dari masyarakat kampung namun diangkat langsung oleh pemerintah daerah tingkat dua. Oleh karena itu, kepala kampung bertanggung jawab terhadap semua permasalahan yang ada di masyarakat kampung. Termasuk masalah lingkungan hidup juga merupakan tanggung jawab kepala kampung untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Widjaja.A.W (1996: 11) menjelaskan bahwa kepala kampung tidak diperkenankan merangkap jabatan lain atau menjadi pegawai negeri sipil di instansi mana pun, hal ini dilakukan agar ia dapat mengarahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk kelancaran pemerintah kampung. Kepala kampung bukan saja berfungsi sebagai kepala, tetapi juga sebagai seorang pemimpin .

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepala kampung merupakan pemimpin tunggal yang ada di pemerintahan kampung yang memiliki tugas dan wewenang untuk mengatur urusan rumah


(44)

tangga kampung baik itu pemberdayaan masyarakat kampung atau masalah pembangunan kampung, termasuk di dalamnya masalah lingkungan hidup dan kelestarian lingkungan hidup kampung. Meskipun kepala kampung merupakan pemimpin tunggal dalam menjalankan tugasnya kepala kampung memiliki batasan-batasan sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang.

Bayu (1985: 124) menyebutkan bahwa:

“Kepala kampung dalam menjalankan tugasnya tidak bisa berkerja sendiri sesuai dengan keinginan hatinya, dalam membuat peraturan kampung misalnya, kepala kampung harus meminta pendapat kampung atau masyarakat dalam rapat kampung, khususnya tentang urusan yang menyangkut tentang kampung. Hal tersebut di atas haruslah dengan persetujuan badan permusyawaratan kampung”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bahwa kepala kampung memunyai peran dan juga kedudukan yang sangat penting dalam pemerintahan kampung. Kepala kampung merupakan pemimpin terhadap jalannya tata urusan pemerintahan yang ada di kampung, Seorang kepala kampung merupakan penyelenggara dan sekaligus sebagai penanggungjawab atas jalannya roda pemerintahan dan pembangunan di dalam wilayahnya.

1. Wewenang dan Hak Kepala Kampung

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menjelaskan bahwa kepala kampung memiliki wewenang dan hak yang telah diatur sebagaimana mestinya, tujuannya agar kepala kampung memiliki landasan fundamental dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam


(45)

17

menjalakan urusan pemerintahan kampung. Berikut isi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 26 ayat 2 :

Di dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, kepala Kampung berwenang:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan kampung; b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat kampung;

c. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset kampung; d. Menetapkan peraturan kampung;

e. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja kampung; f. Membina kehidupan masyarakat kampung;

g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat kampung; h. Membina dan meningkatkan perekonomian kampung serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat kampung;

i. Mengembangkan sumber pendapatan kampung;

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat kampung;

k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat kampung; l. Memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. Mengoordinasikan pembangunan kampung secara partisipatif; n. Mewakili kampung di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

o. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Di dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas kepala kampung berhak:

a. Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah kampung;

b. Mengajukan rancangan dan menetapkan peraturan kampung; c. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan

penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan; d. Mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang

dilaksanakan;

e. Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat kampung.

Sudah sangat jelas bagaimana kepala kampung menjalankan peran dan fungsinya, dan apa saja batasan-batasan yang dimiliki oleh kepala kampung. Kewenangan kepala kampung dalam menangani dampak


(46)

lingkungan hidup termasuk dalam poin membina keamanan dan ketenteraman masyarakat kampung, sebab kerusakan lingkungan merupakan ancaman bagi penduduk kampung. Tercemarnya lingkungan baik itu berupa pencemaran air, tanah maupun udara dapat memengaruhi tingkat kesehatan masyarakat sudah menjadi tanggung jawab bagi kepala kampung untuk berperan terhadap dampak lingkungan hidup.

2. Kedudukan dan Kewajiban Serta Fungsi Kepala Kampung

Mengenai kedudukan kampung (atau nama lainnya), Ranggawidjaja (2013:45) menjelaskan dan mengaitkannya dari pengakuan dan penghormatan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 bahwa desa atau kampung adalah kesatuan masyarakat hukum adat serta hak tradisionalnya bahwa sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dengan undang-undang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, menyebutkan bahwa kepala kampung berkedudukan sebagai kepala pemerintahan di kampung, yang berada langsung dibawah bupati dan bertanggung jawab kepada bupati melalui camat.

Manan (2009: 53) menyebutkan serta memosisikan kedudukan kampung dan kepala kampung dalam ketatanegaraan Indonesia perlu dipahami sebagai penyelenggaraan urusan yang dilaksanakan dalam rangka pemerintahan dalam arti luas, untuk melayani masyarakat. Permasalahan mengenai ketatanegaraan tampaknya lebih baik dikesampingkan terlebih dahulu karena beberapa alasan. Faktor utama yaitu bahwa persepsi


(47)

19

mengenai urusan dan kelembagaan ketatanegaraan berbeda dengan urusan dan kelembagaan pemerintahan.

Hal ini dapat dikuatkan oleh penjelasan Manan bahwa karena konstitusi atau Undang-Undang Dasar merupakan kaidah dasar bagi semua bidang hukum, belum tentu kaidah yang diatur merupakan kaidah ketatanegaraan. Begitu pula lembaga-lembaga yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar belum tentu merupakan lembaga yang bersifat ketatanegaraan. kedudukan kepala kampung bukan hanya sebagai kepala pemerintahan yang ada di kampung namun kepala kampung merupakan pemimpin tertinggi dan merupakan wadah bagi aspirasi masyarakat serta tempat mengadu masyarakat mengenai keluhan-keluhan yang ada di dalam masyarakat kampung.

Kewajiban kepala desa atau kampung sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomer 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 26 yaitu:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta memertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; d. Melaksanakan kehidupan demokrasi;

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan kampung yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan kampung;

g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan; h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan kampung yang baik; i. Melaksanakan dan memertanggungjawabkan pengelolaan keuangan

kampung;


(48)

k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di kampung; l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan kampung;

m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di kampung; dan o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup;

Saparin (Sunindhia dan Ninik, 1987: 153) menyebutkan bahwa:

“Salah satu fungsi kepala kampung ialah memimpin anggota pamong kampung dalam menjalankan kewajibannya, sesuai dengan pembagian tugas yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi pemerintahan kampung. Fungsi-fungsi lainnya ialah merencanakan dan mengoordinir kegiatan pemerintah kampung serta mengawasi apakah anggota pamong kampung menjalankan kewajibannya sebagai mana mestinya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa fungsi seorang kepala kampung bagi pemerintahan kampung sangatlah vital. Kepala kampung merupakan motor penggerak roda pemerintahan yang ada di kampung serta memiliki tanggung jawab tehadap keberlangsungan hidup masyarakat kampung. Tentulah juga fungsi yang utama yang ingin penulis tekankan pada penelitian ini adalah dimana kepala kampung memiliki fungsi sebagai pengontrol kelestarian lingkungan hidup yang ada di kampung serta berperan dalam pengelolaan dampak pencemaran lingkungan hidup yang ada di kampung dan kerusakan lingkungan hidup yang terjadi merupakan tanggung jawab kepala kampung.


(49)

21

C. Lingkungan Hidup

1. Pengertian Lingkungan Hidup

Soemarwoto (Harun, 1993: 6) mendefinisikan lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang memengaruhi kehidupan kita. Sedangkan Gunarwan (1993: 3) menjelaskan lingkungan hidup dapat diartikan sebagai segala sesuatu disekitar suatu objek yang saling memengaruhi.

Sejalan dengan itu Soedjono (Soemartono, 1991: 14) mengartikan lingkungan hidup sebagai :

“Lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencangkup dan meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam. Dalam pengertian ini maka manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmaniah belaka. Hal ini lingkungan hidup manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya”.

Kamus lingkungan hidup yang disusun oleh Allaby lingkungan hidup diartikan sebagai “The physical, chemical and biotic condition surrounding and organism”. Maksudnya lingkungan hidup ialah segala

sesuatu yang bersifat fisik, serta kondisi makluk hidup dan alam yang ada di sekitarnya termasuk organisme-organisme.

Lebih lanjut mengenai definisi lingkungan hidup telah tercantum pada Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi alam itu


(50)

sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain

Amsyari (1986: 11) membagi lingkungan menjadi 3 kategori kelompok dasar yang menonjol yaitu :

1. Lingkungan Fisik( Physical environment)

Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada di sekitar kita yang berbentuk “benda mati” seperti rumah, kendaraan gunung, udara, air, sinar matahari, dan lain-lainnya yang semacamnya.

2. Lingkungan Biologis (Biological Environment)

Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang berupa organisme hidup selain manusia itu sendiri. Misalnya, segala binatang-binatang, dan segala tumbuh-tumbuhan,

3. Lingkungan Sosial (social Environment)

Lingkungan sosial adalah manusia lain yang ada di sekitarnya seperti : tetangga-tetangga, teman-teman, yang bahkan orang lain yang berada di sekitarnya yang belum kenal sekalipun.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup merupakan tempat, wadah, atau ruang yang ditempati oleh makhluk hidup atau yang tak hidup yang berhubungan dan saling pengaruh dan memengaruhi satu sama lain, baik itu antara makhluk-makhluk itu sendiri maupun antara makhluk-makhluk itu dengan alam sekitarnya.

Lingkungan hidup juga dapat didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Lingkungan memengaruhi dan dipengaruhi


(51)

23

oleh lingkungan hidupnya. Lingkungan juga membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya.

2. Unsur-Unsur Lingkungan Hidup

Siahaan (1987: 3) merumuskan unsur-unsur lingkungan sebagai berikut: - Semua benda, berupa : manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,

organisme, tanah, air, udara, rumah, sampah, mobil, angin dan lain-lain. Keseluruhan yang disebut ini digolongkan disebut materi sedangkan, satuan-satuannya disebut sebagai komponen.

- Daya, disebut juga dengan energi.

- Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi. - Perilaku atau tabiat.

- Ruang yaitu wadah berbagai komponen berada.

- Proses interaksi disebut juga saling memengaruhi, atau bisa pula disebut dengan jaringan kehidupan.

Keseluruhan unsur-unsur tersebut di atas, tidaklah merupakan unsur-unsur yang terlepas satu sama lain. Unsur-unsur tersebut memunyai pola hubungan tertentu yang bersifat tetap dan teratur yang merupakan suatu sistem hubungan timbal balik (interaksi) yang saling pengaruh-memengaruhi.

Telah diuraikan di atas dan dapat disimpulkan bahwa unsur dari lingkungan hidup sangatlah banyak dan mencangkup ruang lingkup yang sangat luas, tapi di dalam unsur-unsur di atas membuat sebuah sistem atau pola interaksi yang tetap dan berlangsung terus menerus dan saling memengaruhi satu sama lain dalam masing-masing unsur.


(52)

D. Pencemaran Lingkungan

Napitupulu (2013: 6) menjelaskan pencemaran adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan dari bentuk asal ke keadaan yang lebih buruk. Perubahan bentuk tatanan dari kondisi asal ke kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masuknya bahan-bahan pencemar atau polutan yang bersifat racun yang berbahaya bagi organisme hidup.

Sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 butir 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup menjelaskan definisi pencemaran lingkungan yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup , zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan, sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sejalan dengan hal di atas Baros dan Johnston (Huein, 1992:23) menjelaskan pencemaran lingkungan timbul bila mana suatu zat atau energi dengan tingkat konsentrasi yang demikian rupa yang dapat mengubah kondisi lingkungan, baik langsung atau tidak langsung, dan pada akhirnya lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pencemaran lingkungan merupakan suatu keadaan yang dilakukan oleh manusia atau yang lainnya. Mengubah fungsi lingkungan itu sendiri hal ini dikarenakan berupa masuknya suatu zat atau energi yang berada di luar lingkungan dan menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.


(53)

25

Wardana (2004: 15) menyebutkan bahwa pencemaran lingkungan dapat terjadi akibat adanya kerusakan daya dukung alam. Daya dukung alam rusak dikarenakan oleh dua hal yaitu:

1. Kerusakan Karena Faktor Internal

Kerusakan faktor internal adalah kerusakan yang berasal dari dalam bumi itu sendiri. Kerusakan dari faktor internal sulit untuk di cegah karena merupakan proses alami yang terjadi pada bumi. Kerusakan karena faktor internal pada umumnya diterima sebagai musibah bencana alam. Seperti, meletusnya gunung berapi, gempa bumi, kebakaran hutan, banjir dan lain-lain.

2. Kerusakan Karena Faktor Eksternal

Kerusakan karena faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya yang umumnya diakibatkan oleh karena kegiatan industri, berupa limbah buangan industri.

Hal di atas menjelaskan bahwasannya kerusakan lingkungan yang terjadi bukan hanya dikarenakan adanya faktor alam saja, tetapi faktor eksternal seperti kegiatan industri manusia dapat merusak alam dan menyebabkan dampak lingkungan hidup.

Di dalam penelitian ini penulis akan meniliti tiga macam pencemaran lingkungan yang terjadi yaitu pencemaran air, tanah, dan udara. Didukung


(54)

oleh Napitupulu (2013: 6) yang menjelaskan tiga macam pencemaran lingkungan tersebut yaitu:

1. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah kontaminasi tempat penampungan air (misalnya danau, sungai, lautan, akuifer dan air tanah). Polusi air terjadi ketika polutan dibuang langsung atau tidak langsung ke perairan tanpa penanganan cukup untuk menghilangkan senyawa berbahaya.

Salah satu penyebab pencemaran air adalah limbah industri. Adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbuih, berwarna), atau mungkin berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran.

2. Pencemaran Udara

Ada beberapa pengertian tentang pencemaran udara, yaitu :

a. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti;


(55)

27

b. Pencemaran Udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.

Pada dasarnya, pencemaran itu adalah adanya bahan-bahan asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan komposisi udara dari keadaan normalnya.

3. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, zat kimia, atau limbah. Air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat.

Jika suatu zat berbahaya telah mencemari permukaan tanah, zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.


(56)

Tresna (1991: 66) menyebutkan bahwa pencemaran tanah dapat terjadi karena beberapa hal baik itu secara langsung maupun tidak secara langsung. Misalnya, karena menggunakan pupuk secara berlebihan, pembuangan limbah yang tidak dapat dicerna oleh tanah, hujan yang mengandung bahan polutan (pencemar) dan penggunaan pestisida dan intektisida.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencemaran yang terjadi baik itu di air, tanah maupun udara, sebagian besar dikarenakan oleh tangan manusia, demi pembangunan masyarakat kadang mengabaikan lingkungan hidup. Hal inilah yang terjadi di Kampung Kalirejo. Oleh karena itu merupakan tanggung jawab pemerintah kampung khususnya kepala kampung dalam penanggulangan dampak akibat pencemaran lingkungan hidup yang ada.

E. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup

Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 1 butir 2 mengatakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi


(57)

29

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

berdasarkan pada definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya atau tindakan-tindakan yang diambil oleh suatu badan atau lembaga maupun seorang warga yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan hidup atau mengembalikan fungsi lingkungan hidup yang telah tercemar kembali seperti sebagaimana mestinya.

Berkaitan dengan menjalankan peran untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup seseorang atau suatu lembaga harus memenuhi asas-asas yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar dan Kementerian Lingkungan Hidup. Berikut asas-asas pengelolaan lingkungan yang dikutip dari situs resmi kementerian lingkungan hidup (http://www.menlh.go.id/asas-perlindungan-dan-pengelolaan-lingkungan-hidup/) yang di akses pada tanggal 15 September 2014 pukul 03.14 WIB) menyatakan bahwa ada beberapa asas tentang pengelolaan lingkungan hidup yaitu meliputi:

1. Asas tanggung jawab negara adalah:

a. Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan;

b. Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat;

c. Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

2. Asas kelestarian dan keberlanjutan adalah bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya


(58)

pelestarian daya dukung ekosistem dan memerbaiki kualitas lingkungan hidup;

3. Asas keserasian dan keseimbangan adalah bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus memerhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem;

4. Asas keterpaduan adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait;

5. Asas manfaat adalah bahwa segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya;

6. Asas kehati-hatian adalah bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

7. Asas keadilan adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender; 8. Asas ekoregion adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup harus memerhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal; 9. Asas keanekaragaman hayati adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus memerhatikan upaya terpadu untuk memertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem;

10. Asas pencemar membayar adalah bahwa setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan;

11. Asas partisipatif adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung;

12. Asas kearifan lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memerhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat;

13. Asas tata kelola pemerintahan yang baik adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan;

14. Asas otonomi daerah adalah bahwa pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memerhatikan


(59)

31

kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bedasarkan asas-asas di atas, asas tersebut memberi pedoman kepala kampung terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan agar tidak disalahartikan dan disalahgunakan oleh kepala kampung. Meskipun perkembangan perekonomian yang ada merupakan unsur yang penting, tapi tidak boleh mengorbankan lingkungan hidup. Lingkungan hidup perlu dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal, mencukupi kebutuhan saat ini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan generasi yang akan datang.

F. Peran Kepala Kampung dalam Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup

Peran kepala kampung dalam menangani dampak lingkungan hidup sebenarnya sudah sangat jelas dicantum pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 26butir 15 yang berbunyi “ Kepaladesa atau sebutan lain berkewajiban untuk mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup”.

Undang-Undang tersebut memiliki makna bahwa kepala kampung memunyai wewenang dan berkewajiban untuk meningkatkan serta mengembangkan potensi sumber daya alam kampung, namun bukan berarti dengan mengembangkan potensi sumber daya alam kampung justru malah merusak lingkungan hidup. Oleh karena itu kepala kampung juga berkewajiban untuk


(60)

menjaga kelestarian lingkungan hidup yang ada, dan kepala kampung sudah semestinya berperan langsung dalam kelestarian lingkungan hidup.

Albert (2013: 43) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor bagi pemerintah dalam hal ini adalah kepala kampung yang dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan lingkungan hidup agar dapat berlanjut yaitu:

1. Pengawasan

Sebagaimana pengawasan terhadap lingkungan hidup tidak bisa dilakukan meter demi meter, pengawasan terhadap manusia sebagai penghuni lingkungan hidup tidak bisa dilakukan individu demi individu oleh karena itu diciptakanlah suatu peraturan yang berfungsi sebagai “pengawas”

seperti peraturan daerah, undang-undang dan lain sebagainya. Kepala kampung dal am hal ini sebagai penyelenggara pemerintahan kampung yang memunyai hak dan wewenang terhadap kelestarian lingkungan hidup dapat membuat suatu peraturan kampung yang dapat berperan sebagai pengawas terhadap kelestarian lingkungan hidup.

2. Pengendalian

Pengendalian dalam arti yang sederhananya adalah proses mengendalikan atau mengekang sesuatu. Berkaitan dengan lingkungan pengendalian dapat dilakukan pada dua aspek yaitu pengendalian terhadap lingkungan dan pengendalian terhadap manusia. Kepala kampung sebagai sosok pemimpin kampung dapat melakukan pengendalian terhadap masyarakat kampung seperti menumbuhkan rasa kepedulian lingkungan hidup kepada masyarakat kampung, dan melakukan himbauan-himbauan yang berisikan larangan merusak lingkungan hidup.


(61)

33

3. Pemanfaatan

Pemanfaatan dalam hal ini dapat diartikan sebagai penggunaan barang atau sesuatu yang tidak berguna diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk hal yang bersifat positif. Pemanfaatan limbah padat dari pengolahan kelapa sawit menjadi pupuk organik merupakan salah satu contoh pemanfaatan yang dapat mengurangi dampak lingkungan hidup. Peran kepala kampung dalam hal ini adalah menyosialisasikan kepada masyarakat kampung agar bisa memanfaatkan limbah-limbah hasil industri agar bermanfaat dan dapat mengurangi dampak lingkungan hidup yang ada.

G. Kerangka Pikir

Kepala kampung memiliki tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan hidup. Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang mengatur tentang tugas kepala kampung. Oleh karena itu dalam menangani dampak lingkungan hidup yang terjadi akibat pencemaran lingkungan baik itu pencemaran tanah, air maupun udara di perlukan peran dari kepala kampung.

Di dalam penelitian ini, penulis mengambil studi kasus yang ada di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, yang mana di kampung ini terdapat beberapa kerusakan lingkungan hidup. seperti tercemarnya aliran sungai yang diakibatkan oleh limbah cair hasil industri kelapa sawit, pencemaran tanah yang sebabkan oleh penggunaan disinfektan


(62)

atau penggunaan pupuk anorganik berlebihan dan industri genting dan batu bata. Pencemaran udara yang terjadi dari asap pabrik menjadikan kualitas lingkungan hidup yang ada di Kampung Kalirejo terancam.

Di dalam menangani dampak lingkungan hidup, kepala kampung dapat menjalankan perannya yang sesuai dengan hak, kewajiban, kedudukan dan fungsinya sebagai pemimpin kampung. Kepala kampung dapat melakukan beberapa cara seperti pengawasan, pengendalian dan pemanfaatan lingkungan hidup, tentunya semua kegiatan di atas haruslah sesuai dan tidak melanggar ketetapan perundang-undangan. Menjadi landasan penulis, di mana peran yang dilakukan kepala kampung dalam menangani dampak lingkungan hidup yang ada tidak boleh menyimpang dari undang-undang dan segala peraturan yang menyangkut kampung dan lingkungan hidup.

Untuk memudahkan penulis melakukan penelitian, maka selanjutnya penulis membuat bagan kerangka pikir, sebagai berikut:


(63)

35

Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir. Peran

(Hak, Kewajiban, Wewenang) Kepala Desa Kalirejo

Dampak Pencemaran Lingkungan Hidup :

- Pencemaran Air

- Pencemaran Tanah

- Pencemaran Udara

indikator pengelolaan lingkungan menurut Albert Napitupulu:

1. Pengawasan 2. Pengendalian 3. Pemanfatan


(64)

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memeroleh gambaran serta memahami dan menjelaskan bagaimana peran dan tindakan yang diambil oleh kepala Kampung Kalirejo dalam menangani dampak lingkungan hidup. Alasan penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, penulis bisa mendapatkan informasi secara mendetail dan lebih dalam sehingga permasalahan yang terjadi di lapangan dapat difokuskan dan penelitian kualitatif membantu penulis untuk memaparkan lebih banyak informasi karena metode yang digunakan berupa wawancara dan observasi langsung di lapangan.

B. Lokasi Penelitian

Nawawi dan Hadari (1995: 208-217) menyatakan bahwa objek penelitian kualitatif diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya atau secara naturalistic (natural setting). Selanjutnya melalui sumber data, dapat ditentukan lokasi penelitian dengan tidak menentukan berapa jumlahnya pada satu lokasi. Usaha mengumpulkan data hanya


(65)

37

berhenti setelah sampai taraf ketuntasan atau kejenuhan. Tahap ini berarti sudah tidak ada lagi sumber data yang dapat memberikan informasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pemerintahan Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian bertujuan membatasi masalah yang di bahas dengan penelitian. Fokus penelitian dalam Herdiansyah (2012: 86), dijelaskan sebagai central phenomena yang menurut creswell didefinisikan sebagai suatu konsep atau suatu proses yang di eksplorasi secara mendalam dalam penelitian kualitatif.

Miles dan Huberman (1992: 30), menjelaskan bahwa memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dianggap sebagai bagian dari reduksi data yang sebelumnya sudah diantisipasi. Di dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian adalah ha sangat penting. Penentuan fokus dalam penelitian setidaknya memiliki dua tujuan. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi, yang juga berarti bahwa adanya fokus, penentuan tempat penelitian juga menjadi layak. Kedua, penentuan fokus secara efektif dapat dijadikan sebagai alat untuk menyaring informasi yang masuk. Sebab harus diperhatikan bahwa dalam kondisi di lapangan akan ditemui banyak data-data menarik yang apabila dipandang tidak relevan, maka data itu tidak perlu dimasukkan.


(1)

IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kepala Kampung Kalirejo belum cukup berperan dalam menangani dampak lingkungan hidup yang ada di Kampung Kalirejo, Kecamatan Kalirejo, Kebupaten Lampung Tengah. Adapun kesimpulan lain yang dapat disajikan penulis berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Di dalam menjalankan perannya berkaitan dengan pengawasan terhadap dampak pencemaran lingkungan hidup yang ada di Kampung Kalirejo, disimpulkan bahwa kepala kampung belum berperan dalam melakukan pengawasan terhadap penanggulangan dampak pencemaran lingkungan hidup;

2. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan ialah Kepala Kampung Kalirejo sudah berperan dalam pengendalian terhadap dampak pencemaran lingkungan hidup yang berada di Kampung Kalirejo;


(2)

90

3. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan berkaitan dengan peran Kepala Kampung Kalirejo dalam pemanfaatan dampak lingkungan hidup adalah Kepala Kampung Kalirejo belum mampu menjalankan perannya dalam pemanfaatan dampak pencemaran lingkungan hidup.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat disarankan agar Kepala Kampung Kalirejo dapat lebih memerhatikan tentang kelestarian lingkungan hidup dan dampak apa saja yang telah terjadi akibat dari tercemarnya lingkungan hidup. Kepala Kampung diharapkan mampu untuk lebih aktif, tegas dan praktis dalam permasalahan pencemaran lingkungan hidup yang terjadi.

Kepala kampung, harus dapat menjalankan perannya sesuai dengan kewenangan, kewajiban serta hak yang dimiliki oleh seorang kepala kampung sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Adapun saran lain yang dapat diberikan yaitu :

1. Kepala kampung sebagai badan eksekutif yang ada di kampung harus membuat suatu rancangan peraturan kampung tentang kelestarian lingkungan hidup, ini bertujuan sebagai pengawas bagi masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup;


(3)

91

2. Kepala kampung sebagai kepala pemerintahan yang ada di kampung harus lebih aktif lagi dalam pengendalian lingkungan hidup dan harus tegas kepada semua pihak-pihak yang dinilai merusak lingkungan hidup; 3. Kepala kampung sebagai kepala pemerintahan harus lebih giat lagi dalam

mencari informasi serta tekhnologi yang dapat menunjang kelestarian lingkungan hidup dan terus mencoba sebuah inovasi yang bertujuan untuk dapat memanfaatkan limbah yang merusak lingkungan hidup menjadi barang yang lebih berguna dan memiliki nilai ekonomis;

4. Pemerintah kampung sebagai perangkat kerja yang membantu kepala kampung dalam menjalankan roda pemerintahan harus dapat menjalankan perannya sesuai dengan kewenangan dan kedudukan yang dimilikinya; 5. Untuk semua pihak baik itu pihak pabrik maupun masyarakat Kampung

Kalirejo harus memahami akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup, dan harus menjaga kelestarian lingkungan hidup, sehingga lingkungan hidup dapat dirasakan oleh generasi yang akan mendatang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Allaby Michael. 1979. Dictionary Of The Environment. The Mac Millan Press, Ltd. London

Djaenuri, Aries dkk. 2003.Sistem Pemerintahan desa.Pusat Penerbit Univeersitas Lampung. Bandar lampung.

Dwi Susilo K. Rachmad. 2009.Sosiologi Lingkungan.Rajawali Pers. Jakarta. Efendi, Onong Ujang, Prof. 2002 Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. PT.Cipta

Aditya, Bandung.

Herdiansyah Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.Salemba Humanika. Jakarta Selatan.

Husein Harun M. 1993. Lingkungan Hidup (Masalah Pengelolaan Dan Penegakan Hukumnya).PT.Bumi Aksara. Jakarta.

Lexy J. Moloeng. 2000.Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosda. Jakarta

Mamang Sangadji, Etta. 2010. Metode Penelitian : Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Andi Offset. Yogyakarta.

Manan, Bagir. 2009. Menegakkan Hukum Suatu Pencarian. Jakarta : Asosiasi Advokat Indonesia.

Milles, Mettew B dan A. Michael Hubermas. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Pers. Jakarta

Napitupulu albert. 2013. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan. IPB Pers. Bogor.

Ndraha, Taliziduhu. 1990.Pembangunan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta. Noor, Juliansyah. 2011.Metode Penelitian.Kencana. Jakarta.

Prawiro, Ruslan H. 1980. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Satyawancana. Semarang.


(5)

Ranggawidjaja, Rosjidi. 2013."Pasal 18B ayat (2)”, dalam Abdurahman, Ali et al (ed), Satu Dasawarsa Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, Bandung: Fakultas Hukum Unpad-PSKN FH Unpad.

Salim Emil. 1981.Lingkungan Hidup dasn Pembangunan.Mutiara. Jakarta Sastrawijaya Tresna. 2000.Pencemaran Lingkungan.PT. Adi Mahasatya. Jakarta. Siahaan. NHT. 1987. Ekologi Pembangunan Dan Hukum Tata Lingkungan.

Erlangga. Jakarta.

Soekanto Soerjono . 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru. Rajawali Pers Jakarta.

Soemartono Gatot P. 1991. Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.

Sunindhia Y.W dan Winik Widiyanti Ninik. 1987. Kepala Daerah Dan Pengawasan Dari Pusat.Bina Aksara. Jakarta.

Suratmo F. Gunarwan. 1993. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada university Press. Yogyakarta Suryaningrat Bayu. 1985. Pemerintahan Administrasi Desa Dan Kelurahan. Aksara Baru. Bandung.

Suyanto, Bagong. Sutinah. 2011.Metode Penelitian Sosial. Kencana. Jakarta. Wardana. Wisnu arya. 2004.Dampak Pencemaran Lingkungan.Andi. Jogjakarta. Widjaja A.W. 1996. Pemerintahan Desa Dan Administrasi Desa. PT.

RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Dokumen

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Profil Kampung Kalirejo Tahun 2015

Skripsi

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Di Desa Buntu Nanna Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu oleh Melisa Fitra


(6)

Website

http://korananakindonesia.wordpress.com diakses pada tanggal 25 Februari2015 pukul 20.20 WIB

http://personal.ftsl.itb.ac.id diakses tanggal 25 Februari 2015 pukul 20.13 WIB http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1069 diakses tanggal 23 Februari

2015 pukul 20.13 WIB

http://lampungtengahkab.bps.go.id/publikasi/publikasi2014/kdakalirejoedit/index. html?pageNumber=74 diakses tanggal 23 Februari 2015 pukul 22.34 WIB

http://www.menlh.go.id/asas-perlindungan-dan-pengelolaan-lingkungan-hidup/ diakses tanggal 15 september 2015 pukul 03.14 WIB