BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga) - repository

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Tahun 1945 disingkat UUD NRI 1945 sebagai

  konstitusi Negara Republik Indonesia merupakan hukum tertinggi yang menjadi pedoman dan landasan bagi hukum yang lebih rendah dan bagi para penyelenggara negara dan masyarakat luas. Budiardjo (2008 : 184) menyatakan bahwa undang-undang dasar adalah hukum tertinggi (supreme law) yang harus ditaati, baik oleh rakyat maupun oleh penyelenggara negara. Kualitas dan masa depan penyelenggara demokrasi konstitusional di Indonesia dalam batas tertentu ditentukan oleh sejauh mana Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan prinsip-prinsip konstitusionalisme modern dijunjung dan dilaksanakan. Oleh sebab itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus dipahami dengan baik dan ditegakkan secara konsekuen dan konsisten baik oleh para penyelenggara negara maupun oleh masyarakat.

  Namun demikian dalam prakteknya atau kenyataanya (dassein) berbeda dengan yang seharusnya (dassollen) menjadi tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. Memang kita lihat sepintas penyelenggaraan negara di negara Indonesia sudah demokratis namun yang terjadi malah semakin memperluas jurang perselisihan atau perseteruan antar sesama rakyat indonesia bukan mempersatukan seluruh rakyat membangun bangsa dan negara. Perseteruan

  1 dan perpecahan sangatlah berbahaya bagi keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia yang diakibatkan oleh pengabaian terhadap konstitusi baik oleh penyelenggara negara dan masyarakat. Dari keadaan tersebut tergambar sebuah adagium yang merupakan salah satu penyakit lupa yang sangat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu hilangnya kesadaran berkonstitusi.

  Karena pentingnya konstitusi inilah harus ada kesadaran berkonstitusi yang dimiliki oleh seluruh elemen bangsa. Posisi konstitusi sangatlah penting dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara, Attamimi dalam desertasinya berpendapat tentang pentingnya konstitusi atau Undang-Undang Dasar adalah sebagai pemberi pegangan dan pemberi batasan, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan (dalam Thaib et al, 2004 : 56). Pendapat Attamimi ini harus diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan penuh kesadaran bari berbagai elemen masyarakan terhadap konstitusi atau Undang-Undang Dasar.

  Pendapat dari Attamimi diatas sejalan dengan Struycken yang menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen yang berisi ; 1.

  Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.

  2. Tingkat-tingfkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.

  3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

  4. Suatu keinginan, dengan perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin. (Thaib et al, 2004 : 56) Dari keempat isi tersebut diatas menunjukan arti pentingnya suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar bagi suatu negara. Karena konstitusi sebagai pegangan dan pembatas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan sejarah perjuangan para pendahulu. Sekaligus merupakan ide-ide dasar yang dirumuskan dan digariskan oleh para pendiri bangsa (the

  

founding fathers ). Dan juga sebagai pedoman dan arahan bagi para generasi

  peerus bangsa dalam menjalankan dan mengemudikan suatu negara yang mereka pimpin.

  Untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa yang tertuang dalam konstitusi negara Indonesia yakni UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka diperlukan kehidupan bernegara dan berbangsa yang sadar berkonstitusi. Asshiddiqie (2007 : 13) mengemukakan :

  Agar setiap lembaga dan segenap warga negara dapat melaksanakan kehidupan berbangsa dan bermegara berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan adanya budaya sadar konstitusi. Untuk menumbuhkan budaya sadar konstitusi diperlukan pemahaman terhadap nilai-nilai dan norma-norma dasar dalam konstitusi dan menerapkanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  Jika masyarakat telah memahami norma-norma dasar dalam konstitusi dan menerapkanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pasti setiap masyarakat mengertahui dan dapat mempertahankan hak-hak konstitusionalnya yang dijamin dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu masyarakan dapat berpartisipasi secara penuh terhadap pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 baik melalui pelaksanaan hak dan kewajibanya sebagai warga negara, berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Serta dapat pula melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara dan jalanya roda pemerintahan. Dengan demikian dengan sendirinya akan mencegah terjadinya penyimpangan ataupun penyalahgunaan konstitusi.

  Kondisi bangsa Indonesia sekarang banyak sekali terjadi penyimpangan terhadap konstitusi berupa tindak kejahatan dan pelanggaran terhadap hukum dan penyimpangan ataupun penyalahgunaan konstitusi yang berlaku. Dampak dari tindak kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat sangatlah merugikan masyarakat lainya. Bahkan bukan hanya masyarakat yang melakukan pelanggaran hukum dan konstitusi, akan tetapi juga dilakukan para pejabat pemerintahan atau penyelenggara negara dan juga para elite politik. Pelanggaran dan kejahatan yang terjadi ini berdampak buruk terhadap beberapa faktor, diantaranya faktor pendidikan, faktor sosial, faktor hukum, faktor politik, dan faktor perekonomian negara.

  Praktek-praktek korupsi dalam berbagai bentuk yang melanda negeri ini merupakan suatu pengingkaran kebudayaan karena norma dasar (konstitusi dalam UUD 1945) sangat mengharamkan hal tersebut, birokrasi yang carut marut, serta permasalahan mendasar yang melanda nusantara yang kaya ini.

  Masih banyaknya orang yang kelaparan dan belum mengenal pendidikan sekolah, padahal konstitusi jelas-jelas melindungi hak-hak rakyat (anak terlantar (pasal 34 ayat (1) UUD NRI 1945), dan berhak memperoleh pendidikan (pasal 31 ayat (1) UUD NRI 1945)). Itulah sebabnya mengapa budaya sadar berkonstitusi sangat diperlukan untuk mewujudkan Indonesia yang konstitusional.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskansatuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenisnya. Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara formal dalam rangka mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhla mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mencapai tujuan tersebut setiap warga negara dan khususnya yang bergelut dibidang pendidikan haruslah paham dan tahu bahwa penyelenggaraan pendidikan harus dilaksanakan sesuai dengan konstitusi.

  Sesuai dengan pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan bela negara agar dapat menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Dengan membekali peserta didik melalui pendidikan secara formal khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) maka mereka akan sadar dan paham tentak hak-hak dan kewajibanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesadaran inilah diantaranya kesadaran hukum dan kesadaran berkonstitusi, sehingga peserta didik akan dijadikan sebagai warga negara yang baik (goodcitizenship).

  Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Wahab dan Sapriya, 2011: 346) adalah pertisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik warga negara yang taat terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang aktif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta.

  Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab tersebut ditingkatkan lebih lanjut melalui perkembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.

  Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA negara Indonesia meningkat dari tahun 2010 sebesar 45,48% menjadi 47,81% pada tahun 2011 (BPS-RI, Susenas 2003-2010). Sedangkan pada tingkatan kabupaten, khususnya Kabupaten Purbalingga justru terjadi penurunan dari tahun 2011 sampai tahun 2012. Yakni Angka Partisipasi Murni (APM) sekolah menengah di Purbalingga pada tahun 2011 sebesar 36,50%, kemudian menurun pada tahun 2012 menjadi 36,02 (Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga). Artinya bahwa banyaknya warga negara di Kabupaten Purbalingga mengikuti pendidikaan pada jenjang Sekolah Menengah mengalami penurunan.

  Hal tersebut dapat menunjukan bahwa masih rendahnya kompetensi warga negara dalam memahami dan melaksanakan UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia. Sehingga menyebabkan mayoritas masyarakat menganggap UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan juga bukan menjadi urusanya. Seharusnya setiap warga negara dapat mengetahui dan memahami serta melaksanakan konstitusi baik tertulis maupun tidak tertulis, karena pentingnya kedudukan konstitusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  Implikasi dari keadaan tersebut, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara khususnya di daerah Purbalingga masih terdapat pelanggaran-pelanggaran hukum dan konstitusi yang terjadi di masyarakat dan tidak sedikit pula pelanggaran tersebut dilakukan oleh para siswa yang masih duduk di bangku sekolah.Harian suara merdeka (senin, 19/11/2012) menyatakan terjadi tindakan yang bertentangan dengan konstitusi yang berupa kejahatan (kriminal) yang melibatkan anak-anak sebagai berikut :

Tabel 1.1 Penyimpangan Konstitusi berupa Tindak pelanggaran dan kejahatan

  yang melibatkananak-anak (siswa)

  No Jenis Kriminal TKP Pelaku

  1 Curat Kaligondang AT (18) warga Rembang

  2 Curanmor Kalimanah DPE (18) warga Purbalingga

  3 Curat Kaligondang Ao (14) warga Kaligondang

  4 Curat Kejobong BI (18) warga Banjarnegara

  5 Curanmor Mrebet Kn (18) warga Mrebet

  6 Curat Rembang SH (16) warga Pemalang

  7 Pembunuhan Rembang Nr (14) warga Rembang `8 Kekerasan Kemangkon BS (14), WH (15) warga Kemangkon

  9 Curanmor Mrebet Sn (17), Si (18) warga Pemalang

  10 Penganiayaan Padamara DL (16) warga Purbalingga

  11 Curbi Purbalingga So (17) warga Bobotsari

  12 Kekerasan Kalimanah YW (16) warga Kalimanah Nn (17) warga Kemangkon dan

  13 Curanmor Bobotsari As (15) warga Bukateja

  Sumber : Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse dan Kriminal (Sat Reskrim) Polres Purbalingga (H82-) (November 2012).

  Data tersebut diatas menunjukan partisipasi anak-anak dalam melakukan tindakan inkonstitusional berupa kejahatan di Kabupaten Purbalingga. Beberapa dari pelaku merupakan siswa yang berumur dari empat belas (14) tahun sampai dengan delapan belas (18) tahun. Hal tersebut merupakan implikasi dari rendahnya partisipasi warga negara dalam dunia pendidikan. Sehingga kesadaran siswa terhadap konstitusi masih sangat kurang, dan tidak jarang yang acuh pada UUD NRI 1945 atau konstitusi negara Indonesia.

  Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini sebagaimana dilakukan oleh Ajeng Sukmawati (2011) dengan mengangkat permasalahan Peranan Pembelajaran PKn dalam membina melek politik siswa. Dari hasil penelitianya menunjukan bahwa pembelajaran PKn mampu merangsang siswa untuk terlibat dalam proses penyelesaian masalah yang didukung dengan ketersediaan fasilitas belajar yang memadai akan mempengaruhi secara positif terhadap tingkat melek politik siswa dengan ditandai semakin meningkatnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku politik siswa sesuai konstitusi yang berlaku di Indonesia atau Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945..

  Beranjak dari uraian tersebut diatas, peneliti kemudian tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kesadaran konstitusi siswa sebagai generasi anak bangsa yang akan menerusakan perjuangan. Kemudian peneliti merumuskan permasalahan yang akan diteliti yakni “Pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Kompetensi Kewarganegaraan dalam Menumbuhkan Kesadaran Konstitusi Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri” yang akan dilaksanakan di Kabupaten Purbalingga.

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah 1.

  Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, secara umum yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Seberapa besar pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Kompetensi Kewarganegaraan dalam menumbuhkan kesadaran konstitusi pada siswa SMA Negeri” di Kabupaten Purbalingga.

2. Pembatasan Masalah

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara operasional dapat di identifikasikan masalah penelitian sebagai berikut yakni tentang : a.

  Adakah pengaruh yang signifikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap kesadaran konstitusi siswa? b. Adakah pengaruh yang signifikan pengaruh kompetensi kewarganegaraan terhadap kesadaran konstitusi siswa? c.

  Adakah pengaruh yang signifikan pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraandan kompetensi kewarganegaraansecara bersama- sama terhadap kesadaran konstitusi siswa?

  C. Maksud dan Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan kompetensi kewarganegaraan dalam menumbuhkan kesadaran konstitusi siswa SMA Negeri” di Kabupaten Purbalingga. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : a.

  Menganalisispengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap kesadaran konstitusi siswa.

  b.

  Menganalisispengaruh kompetensi kewarganegaraan terhadap kesadaran konstitusi siswa.

  c.

  Menganalisispengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan kompetensi kewarganegaraanterhadap kesadaran konstitusi siswa.

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praksis sebagai berikut :

1. Manfaat penelitian secara teoritis

  Secara teoritis dapat memberikan gambaran tentang bagaimana pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam menumbuhkan kesadaran konstitusi siswa.

2. Manfaat pnelitian secara praktis a.

  Bagi Sekolah Bagi SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan kesadaran berkonstitusi siswa di lingkungan sekolah. Serta dapat dijadikan sebagai kajian yang komprehensif mengenai pentingnya kesadaran berkonstitusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  b.

  Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuhan untuk membina siswa agar sadar akan pentingnya konstitusi.

  c.

  Bagi Siswa (1)

  Siswa SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga lebih memahami pentingnya konstitusi untuk ditaati dan diimplementasikan.

  (2) Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menambah wawasan dan keilmuan sekaligus menstimulus untuk membangun kesadaran kolektif dalam mengimplementasikan nilai-nilai yang termuat dalam konstitusi negara Indonesia.

  d.

  Bagi Peneliti (1)

  Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuandan pengalaman mengajar kepada peneliti sebagai calon pendidik.

  (2) Secara praktis penelitian ini diharapkan menjadi penunjang untuk melatih kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah tentang kesadaran konstitusi.

  (3) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman secara positif pada pola pikir siswa dan peneliti dalam rangka menumbuhkan kesadaran berkonstitusi yang terus berkembang.

Dokumen yang terkait

PENDEKATAN MULTIKULTUR BERBASIS CONTENT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG

0 5 20

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TENTANG PENANAMAN NILAI-NILAI DEMOKRASI KEPADA SISWA SMP (Studi Kasus Pada Kelas VIII SMP Negeri I Kecamatan Padangratu Kebupaten Lampung Tengah)

0 50 197

PENGARUH KARAKTERISTIK GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMA NEGERI 2 GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TP 2012/2013

2 31 84

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEBANGSAAN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 32 77

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN TIPE THINK PAIR SHARE KELAS V

0 0 11

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMAN 1 BINUANG

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Persepsi Iklim Sekolah Terhadap Kecenderungan Bullying Pada Siswa SMA X Medan

0 1 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Kekuasaan Sentralistik dan Elitis Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Analitis Deskriptif di Desa Sihopur Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Opini Siswa Mengenai Tindakan Cyberbullying di Media Sosial (Studi Deskriptif Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Mengenai Tindakan Cyberbullying di Media Sosial)

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengendalian perilaku siswa berbasis teknologi CCTV (Studi di SMA Negeri 1 Namang) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 12