BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Opini Siswa Mengenai Tindakan Cyberbullying di Media Sosial (Studi Deskriptif Opini Siswa SMA Negeri 1 Medan Mengenai Tindakan Cyberbullying di Media Sosial)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media komunikasi sudah makin berkembang, khususnya di bidang

  

cybermedia . Sudah banyak situs, aplikasi dan media sosial yang telah

  diciptakan dengan harapan sosialisasi umat manusia yang semakin membaik karena adanya kepraktisan dalam melakukan komunikasi tanpa adanya batas ruang dan waktu. Pola kehidupan sehari-hari telah berubah sejak adanya teknologi internet, karena dengan adanya teknologi internet, bumi akan seakan menjadi desa kecil yang tidak pernah tidur, semua jenis kegiatan dapat difasilitasi oleh teknologi internet (Oetomo, 2007: 11).

  Internet mungkin bukan hal yang baru bagi masyarakat modern di Indonesia. Sudah banyak yang memanfaatkan media internet sebagai alat komunikasi dan pemenuhan kebutuhan lainnya yang dianggap paling efektif.

  Bahkan pemakaian jaringan internet sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok pada masyakarat banyak. Media internet-pun telah digunakan oleh segala lapisan usia, tidak saja mereka yang cukup dewasa untuk menyaring informasi dan menggunakan media ini secara baik dan benar, bahkan anak yang tergolong masih pada usia remaja yang dapat dikatakan masih dalam masa transisi dan belum mengerti dengan apa yang baik dan benar sudah menganggap media sosial internet sebagai gaya hidup.

  Hanya sekitar kurang seperempat dari keseluruhan jumlah masyarakat Indonesia yang diketahui sebagai pengguna internet, tetapi dari jumlah tersebut tetap membawa Indonesia sebagai salah satu negara dengan masyarakat pengguna media sosial terbesar di dunia. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Selamatta Sembiring mengatakan, 95% pengguna internet mengakes situs jejaring sosial. Ada pun situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia menempati peringkat empat pengguna Facebook terbesar di dunia setelah USA, Brazil dan India (kominfo.go.id).

  Pada anak 5-17 tahun sebagian waktu yang dihabiskan untuk mengakses internet adalah untuk tujuan berkomunikasi dengan orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Berbagai aktivitas dapat mereka temui di

  

cyberspace seperti game interaktif atau biasa disebut game online, situs

  jejaring sosial, forum, chat room. Bahkan, internet sudah menjadi suatu alat yang sangat penting dan berguna untuk pencarian informasi serta untuk menghubungkan komunikasi kepada peer group atau teman bermain bagi anak. Akan tetapi, internet juga dapat menjadi alat yang dapat memunculkan hal yang dapat menyerang dan membahayakan. Beberapa penelitian juga ditemukan bahwa pemakaian internet yang berlebihan dan tingkat pengetahuan dalam berinternet (internet skill) yang rendah merupakan variabel yang menentukan tingkat resiko viktimasi, seperti cyberbullying.

  Cyberbullying merupakan intimidasi yang dilakukan seseorang pada

  orang lain yang dilakukan melalui chatroom, media sosial, email dan website dalam bentuk seperti fitnah, penghinaan, pengancaman atau dibocorkannya aib mengenai sesorang. Cyberbullying sendiri kini dianggap sebagai masalah serius di dunia cyber media. Dunia maya saat ini dianggap lebih kejam daripada dunia nyata bahkan dampak yang ditimbulkan melalui cyberbullying pada anak remaja lebih berat daripada bullying yang terjadi di lingkungan tempat tinggal atau sekolah. Hal tersebut disebabkan karena sosial media dapat diakses dengan mudah oleh seluruh pengguna internet di dunia tanpa mengenal ruang dan waktu, orang-orang dapat berkomentar selama 24 jam karena jaringan internet seolah tidak pernah ‘beristirahat’, pesan berbentuk foto, video ataupun tulisan tidak dapat dengan mudah terhapus, bahkan berkemungkinan para pemakai media sosial lain juga telah menyimpan pesan tersebut.

  Dari hasil survey, muncul data bahwa 24,6% remaja mengalami kasus bullying via ponsel, sedangkan 29% mengalaminya di internet. Sebagian kasus ini terjadi di tahun pertama sekolah. Oleh karena itu peringatan terhadap para remaja akan aksi ini sangatlah penting karena terkadang mereka sendiri merasa tidak peduli, tidak sadar bahwa aksi ini sebenarnya berdampak negatif pada diri mereka sendiri. Meskipun kasus cyberbullying adalah kasus sementara bagi para remaja, akan tetapi angkanya cukup signifikan. Hal ini tentu saja tidak boleh dipandang sebelah mata. Studi menunjukkan, para remaja menjadi korban bullying hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Dengan keberadaan ponsel yang menjadi bagian dari hidup, ponsel menjadi media yang rawan. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa remaja yang berusia antara 12-14 tahun telah memiliki beberapa ponsel dan 63% dari mereka tidak pernah mematikannya. Masih menurut studi tersebut, muncul fakta bahwa jika dibandingkan anak laki-laki, anak perempuan ternyata lebih sering mengalami bullying. Hal ini termasuk bullying secara verbal, pelanggaran privasi, penyebaran gosip hingga pengucilan (www.ictwatch.com).

  Di Indonesia sendiri korban dan pelaku cyberbullying pun sebenarnya saat ini tidak mengenal status sosial, mulai dari masyarakat biasa, selebritis, politikus hingga presiden pun pernah merasakannya. Bahkan menurut laporan terakhir, China yang sebelumnya menduduki peringkat pertama dalam

  

cyberbullying telah dilewati oleh Indonesia. Dalam laporan ini terlihat

  Indonesia sekarang berada di peringkat tertinggi dalam hal cyberbully. China yang sebelumnya memiliki persentase sebesar 34% sekarang turun ke 33%. Amerika Serikat juga menurun dari 8.3% ke 6.9%. Selain itu melalui riset tersebut juga diketahui Global Internet Speed meningkat ke tingkat yang lebih tinggi. Kecepatan internet meningkat sekitar 14%, dengan rata-rata kecepatan koneksi meningkat dari 3.1 Mbps ke 3.3 Mbps. Tetapi tetap sangat disayangkan Indonesia menempati peringkat tertinggi dalam hal cyberbully yang meningkat dari sebelumnya berada di 21% ke 38% (jalantikus.com).

  Contoh dari kasus cyberbullying sendiri dapat kita lihat dalam kehidupan pemakaian media sosial sehari-hari, bahkan sudah banyak memakan korban. Cyberbullying sendiri kini mulai dikaitkan dengan kematian, seperti contohnya kematian seorang gadis Inggris bernama Hannah Smith. Gadis 14 tahun itu adalah korban bullying situs online. Pada Jumat, 2 Agustus 2013 lalu, Hannah ditemukan tewas gantung diri di rumahnya. Ia tak bisa lagi menahan caci maki yang ditujukan padanya. Bahkan sering diminta bunuh diri, oleh orang-orang yang tak jelas identitasnya. Troll (orang yang sering mengejek di dunia maya) di situs Ask.fm lah yang membuat Hannah begitu depresi. Seperti dilansir Daily Mail, Selasa, (6/8/2013), penindasan yang dilakukan oleh para troll terkait dengan kelebihan berat badannya, kematian paman Hannah karena kanker, juga kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri. Bahkan, berdasarkan pengakuan dari teman-teman terdekatnya,

  troll menyuruhnya untuk meminum pemutih pakaian. Bullying yang ditujukan

  pada Hannah sudah berlangsung beberapa bulan sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri. Padahal di kehidupan nyata Hannah merupakan gadis yang disayangi oleh orang-orang yang berada disekelilingnya. Media sosial Ask.Fm pun mendapat kecaman, bahkan orangtua Hannah mengatakan bahwa pendiri Ask.Fm itu sendiri merupakan tersangka kejahataan membiarkan memberikan fasilitas pengguna anonim (pengguna tamu yang tidak terdaftar). Dapat dilihat bahwa dunia mayapun dapat dijadikan sarana

  

bullying yang berakibat serius, meskipun pelakunya adalah orang yang tidak

dikenal (http://news.liputan6.com).

  Dari banyaknya kasus yang terjadi mengenai cyberbullying, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terkait penggunaan sosial media pada kalangan remaja. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengetahuan remaja mengenai cyberbullying itu sendiri, pengalaman dan sikap mereka akan hal tersebut. Peneliti menganggap hal ini sangatlah penting untuk diteliti karena menjadi fenomena saat ini.

  Lokasi penelitian sendiri dilaksanakan di SMA Negeri 1 Medan, lokasi tersebut cukup mewakili sekolah-sekolah lain karena lokasi tersebut dianggap sebagai sekolah negeri dengan siswa di dalamnya mayoritas terdiri dari siswa berekonomi menengah ke atas. Mayoritas siswa juga pengguna

  

smartphone dan merupakan pengguna media sosial. Berdasarkan hasil

  penelitian, peneliti melihat bahwa siswa SMA Negeri 1 Medan memang sangat relevan dengan penelitian yang akan dijalankan sehubungan dengan besarnya nama mereka di dunia maya. Seperti contohnya pada account

  @anakgaulmedan yang menyatakan mereka sebagai account yang hanya

  

follow anak gaul se-Kota Medan, dapat dilihat kebanyakan following pada

account tersebut mayoritas merupakan Siswa SMA Negeri 1 Medan. Peneliti

  menganggap bahwa kebanyakan dari mereka memiliki follower di media sosial yang cukup setia, dan itu juga cukup mempengaruhi apabila mereka melakukan atau menjadi korban dan pelaku cyberbully.

  1.2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah opini siswa SMA Negeri 1 Medan mengenai cyberbullying di media sosial?”

  1.3. Pembatasan Masalah

  Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan peneltian, maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

  1. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

  2. Penelitian ini mengenai opini siswa terhadap cyberbullying di media sosial.

  3. Objek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Medan kelas X, XI dan XII yang menggunakan media sosial.

  4. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret 2014.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

  Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuantertentu yang menyokong peneliti untuk dapat mencapainya. Begitu pula dengan penelitian ini, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai cyberbullying di media sosial.

  2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman siswa mengenai di media sosial.

   cyberbullying

  3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa mengenai cyberbullying di media sosial.

1.4.2. Manfaat Penelitian

  1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif terhadap khasanah keilmuan pada Departemen Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai cybermedia dan pembentukan opini. Juga diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi para pembacanya, khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi yang meneliti mengenai new media.

  2. Secara teoritis, penelitian ini ditunjukan untuk memperkaya khasanah penelitian tentang ilmu komunikasi, khususnya kajian yang diteliti mengenai new media.