A. Tin 1. - WAHYU OKTRIANTO BAB II

  BA AB II TINJAUAN N PUSTAK KA

A. ndak Pidan na Tin

  Huku um pidana merupaka an aturan h hukum yan ng mengik katkan kepada su uatu perbua atan yang m memenuhi s syarat terten ntu suatu a akibat yang beru upa pidana . Menurut Mezger hu ukum pidan na didefini isikan sebagai at turan hukum m, yang men ngikatkan k kepada suatu u perbuatan yang memenuh i syarat-sy arat tertent tu suatu a kibat yang g berupa p pidana (Sudarto, 1990: 5).

  Menu urut Lemain ne hukum p pidana adala ah terdiri da ari norma-n norma yang beri isi keharusa an-keharusa an dan lara angan-laran ngan yang (oleh pembentuk k Undang- -undang) t elah dikait tkan denga an suatu s sanksi berupa hu ukuman, y yakni suatu u penderita aan yang b bersifat kh husus.

  Dengan d demikian d dapat juga dikatakan, bahwa hu ukum pidan na itu merupakan n suatu si stem norm ma-norma y yang menen ntukan terh hadap tindakan-t tindakan ya ang mana (hal mela akukan sesu uatu atau tidak melakukan n sesuatu di i mana terha adap suatu k keharusan u untuk melak kukan sesuatu) d dan dalam keadaan-ke eadaan baga aimana huk kuman itu dapat dijatuhkan n, serta huku uman yang bagaimana a yang dapat t dijatuhkan n bagi tindakan-t tindakan ter rsebut (P.A. .F Lamintan ng, 1997: 2) ). Hukum p pidana berpokok pada perbu uatan yang d dapat dipida ana (Verbre echen crime , atau perbuatan jahat) dan p pidana (Sud darto, 1990: : 23).

  Istila ah tindak pi idana antara a penulis ya ang satu de engan yang g lain masih terd dapat perbe edaan-perbe edaan. Ada yang meng ggunakan i istilah

  strafbaarf feit , perbuat tan pidana maupun pe eristiwa pid dana. Moely yatno,

  Guru Bes sar pada U Universitas Gajah M Mada, meng ggunakan i istilah perbuatan pidana kar rena beliau berpendapa at, bahwa “ “perbuatan i itulah keadaan y yang dibuat atau baran ng sesuatu y yang dilaku ukan, (perbu uatan) ini menun njuk baik pa ada akibatny ya maupun yang menim mbulkan ak kibat”.

  Jadi mem mpunyai mak kna abstrak k E.Utrecht t memakai istilah peri istiwa pidana, a ada juga p penulis yan ng memak kai istilah delik (Sud darto, 1990: 23). .

  Pem mbentuk Un ndang-undan ng kita tela ah menggun nakan perk kataan “strafbaar rfeit ” untuk menyebutk kan apa yan ng kita kenal l sebagai “t indak pidana” d di dalam Kitab Un ndang-undan ng Hukum m Pidana tanpa memberik kan sesuatu penjelasan n mengenai apa yang s sebenarnya yang dimaksud dengan per rkataan “str afbaarfeit ” tersebut.

  Per rkataan “fe eit” itu send diri di dala am bahasa Belanda b berarti “sebagian dari sua atu kenyat taan” atau “een ge edeelte van n de

  werkelijkh heid” seda angkan “st trafbaar” berarti “da apat dihuk kum”,

  hingga secara ha arfiah per rkataan “s strafbaarfei it” itu dapat diterjemah hkan sebag gai “sebagia an dari su uatu kenyat taan yang dapat dihukum” ”, yang suda ah tentu tid dak tepat, o oleh karena kelak akan n kita ketahui b ahwa yang dapat dihu ukum itu s sebenarnya adalah ma anusia sebagai pr ribadi dan b bukan kenya ataan, perbu uatan ataupu un tindakan .

  Oleh karena pem mbentuk U Undang-unda ang kita tid dak membe erikan sesuatu p enjelasan m mengenai a apa yang se ebenarnya t telah ia ma aksud dengan pe erkataan “s strafbaarfei it ”, maka ti imbullah d di dalam do oktrin berbagai p pendapat ten ntang apa y ang sebenar rnya yang d dimaksud de engan “strafbaar rfeit ” terseb but.

  Haze ewinkel-Sur ringa misal lnya, mere eka telah membuat suatu rumusan yang bersi ifat umum dari “straf fbaarfeit ” t tersebut se ebagai “suatu pe erilaku man nusia yang pada suatu u tertentu telah ditola ak di dalam ses uatu pergau ulan hidup t tertentu dan n dianggap sebagai per rilaku yang ditia adakan ole h hukum p pidana den ngan mengg gunakan sa arana- sarana yan ng bersifat m memaksa y yang terdapa at didalamn nya”. Van H Hamel telah mer rumuskan “strafbaarf feit ” itu se ebagai “sua atu pelang garan norma (ga angguan terh hadap tertib b hukum) ya ang dengan sengaja ata aupun tidak den gan sengaj a telah dil akukan ole eh seorang pelaku, di imana penjatuhan n hukuman n terhadap pelaku te ersebut ada alah perlu demi terpelihara anya tertib hukum d dan terjami innya kepe entingan um mum” (P.A.F L Lamintang, 1997: 18 81-182). D Dari penge ertian-penge ertian tersebut m maka dalam pokoknya t ternyata: a) wa feit dala am strafbaa arfeit berart ti handeling

  g, kelakuan n atau Bahw tingk kah laku; b) wa pengerti ian strafbaa arfeit dihub bungkan de engan kesa alahan Bahw orang g yang men ngadakan ke elakuan tadi (Moeljatno o, dalam Ati ik Tri

  Astut ti, 2005: 9). .

  Setia ap tindak pi dana yang terdapat da alam Kitab Undang-Un ndang Hukum P idana itu p ada umumn nya dapat d dijabarkan k ke dalam u unsur- unsur yan ng pada da asarnya dap pat dibagi m menjadi du ua macam u unsur yakni uns sur-unsur s subjektif da an unsur-un nsur objekt tif. Unsur-u unsur subjektif i itu adalah u unsur-unsur yang mele ekat pada di iri si pelaku u atau yang berh hubungan d dengan diri si pelaku, dan termas suk ke dalam mnya yaitu sega ala sesuatu yang terkan ndung dalam m hatinya. Sedangkan yang dimaksud dengan uns sur-unsur ob bjektif itu a adalah unsur r-unsur yan ng ada hubungann nya dengan n keadaan-k keadaan, ya aitu dalam k keadaan-kea adaan mana tind dakan-tindak kan dari pe elaku itu ha arus dilakuk kan. Unsur-u unsur subjektif d dari sesuatu u tindak pida ana itu adal ah: a) gajaan atau ketidaksen ngajaan (dol lus atau culp pa );

  Keseng

  b) ud atau Voo ornemen pad da suatu per rcobaan ata au poging se eperti Maksu yang d dimaksud di idalam Pasa al 53 Ayat ( 1) KUHP; c) m-macam m maksud at tau oogme erk seperti yang ter rdapat

  Macam misaln nya di da lam kejah hatan-kejaha atan pencu urian, peni puan, pemera asan, pemal lsuan dan la ain-lainnya; d) Meren misaln

  Pasal 3

  unuhan me rumusan t u adalah: sebagai seo alam Pasal misaris dari asal 398 KU indakan se akibat (P aka akan mu

  Unsu

  a) Sifat

  b) Kual pegaw

  KUH perse c)

  UHP; ebagai P.A.F uncul noistis uanya antara aliran dan aliran

  340 KUHP; aan takut at a menurut P ur-unsur obj melanggar itas dari s wai negeri

  HP atau “ke eroan terbat salitas, yak ebab deng intang, 1997 uk menentuk n, yaitu alira at keseluruh n sifat da pidana dan memisah ungjawaban adalah: rlebih dahul erdapat dida ; tau Vress s asal 308 KU ektif dari se hukum; si pelaku,

  ”di dalam adaan sebag as” di dalam kni hubung gan sesuatu

  e) Perasa pidana

  orbedachter

  hatan pembu apat dalam ak pidana itu

  “keadaan s jabatan da us atau kom n menurut P sesuatu ti an sebagai k pidana ma n dualistis. A nya pidana tidak ada n pidana. S erbuatan yang terma

  raad seperti

Kaus peny

  Aliran mon itu kesemu pemisah a

  Sedangkan a pidana suk dalam a yang enurut indak orang l 415 suatu

  Lami Untu dua aliran ini meliha merupakan perbuatan dualistis pertanggu monoistis ncanakan ter nya yang te

  7: 193-194) kan unsur-u an monoisti han syarat ari perbuat n pertanggu hkan an pidana. To lu atau Voo alam kejah eperti terda UHP. esuatu tinda misalnya kejahatan gai penguru m kejahatan gan antara u kenyataa ). unsur tindak s dan aliran untuk adan an. Jadi t ungjawaban ntara pe koh-tokoh y

  a)

  manusia; ngan pidana ukum; engan kesal yang mampu menyebutkan

  harus dapat engan ang;

  arfeit

  Perbuatan an ini an atau de an. ndang-unda unsur u.

  Kesalaha ri perbuata itu dilakuka an dalam un ektif dan u ialah: erbuatan itu ktif strafba

  culpa ). P

  an itu; perbuatan-pe nsur subyek awab;

  trafbaarfeit

  akibat dar perbuatan i adalah: g dirumuska ung jawab. unsur obye

  dolus atau kesalahan.

  . r obyektif st dari perbuat menyertai p sebagai un rtanggung ja

  manusia yang adalah: a; lahan; u bertanggu n adanya

  afbaarfeit a

  bagai unsur rang; kelihatan d tentu yang m g disebut mampu ber salahan (d dengan n dengan adaan mana

  trafbaarfeit .

  afbaarfeit a

  Unsu 1)

  A 3)

  P 2)

  D 3)

  M 4)

  D 5)

  O Simo subye Yang 1)

  P 2)

  K Sedan ialah 1)

  Hamel ur-unsur stra Perbuatan m

  O 2)

  A d b k b)

  Van H Unsu 1)

  ur-unsur stra Perbuatan m Diancam den Melawan hu Dilakukan d Oleh orang y ons juga m ektif dari st g disebut seb

  Perbuatan or Akibat yang Keadaan tert ngkan yang

  : Orang yang Adanya kes dilakukan berhubungan keadaan-kea

P imons

  2) B

  D p 2)

  ; udinya; rtanggungka nusia (aktif ang; g mengan an. f atau ndung

  mengandu hak; kan dengan yang sempu a perbuatan m; lahan; adalah: lam arti lua wabkan kep a. adalah: uhi rumusan m; lahan. adalah: ung perbu n salah dosa urna akal bu n patut diper as dari man pada seseora n delik; uatan yang

  afbaarfeit a

  ang memenu awan hukum engan kesal

  afbaarfeit a

  manusia dal n); an hukum; tanggungjaw ngan pidana

  afbaarfeit a

  Delik ini perlawanan h Yang dilakuk Oleh orang y Kepada siap awan hukum engan kesal na.

  Perbuatan ya Bersifat mel Dilakukan d ni ur-unsur stra

  Mezger ur-unsur stra Perbuatan m membiarkan Sifat melawa Dapat dipert Diancam den aumman ur-unsur stra

  Bersifat mel Dilakukan d Patut dipidan

  O 4)

  Y 3)

  Unsu 1)

  3) D

  e) Karn

  D

  B 3)

  P 2)

  Unsu 1)

  d) J. Ba

  D

  D 4)

  S 3)

  P m 2)

  Unsu 1)

  c)

  4) P

K

  f) ono Prodjod dikoro Wirjo

  Belia au mengem mukakan de efinisi pen ndek, yakni i tindak p pidana berar rti suatu per rbuatan yang g pelakunya a dapat dike enakan pida ana.

  Sedan ngkan toko oh-tokoh y yang termas suk dalam aliran dua alistis adalah: a) . Vos H. B.

  Menu urut H. B. V Vos strafbaa arfeit hanya a berunsurka an: 1) Kelakuan ma anusia;

  K 2) Diancam pid dana dalam Undang-un ndang. D

  b) ljatno Moel

  Untu uk adanya pe erbuatan pid dana harus a ada unsur-u unsur: 1) Perbuatan m manusia

  P 2) Yang mem menuhi rum musan dalam m Undang -undang (s syarat

  Y formil) f 3) Bersifat me elawan huku um (1, 2, 3 merupakan n syarat mat teriil)

  B (Sudarto, 19 ( 990: 24-26) .

  Deng gan demikia an, orang ya ang dikataka an melakuk kan tindak p pidana harus mem menuhi syar rat-syarat se ebagai berik kut:

  1. Adanya crim minal act

A

  Suatu p perbuatan de engan sanks si ancaman pidana. Me enurut Moeljatno, M untuk adan nya perbuata an pidana h harus ada u unsur- unsur: u a. rbuatan man nusia Per

  Menurut Sudarto, sy yarat pertam ma untuk ad danya pen njatuhan pi idana adala ah perbuatan n manusia yang me emenuhi ru umusan de lik dalam undang-un ndang per rbuatan ora ang ini ada alah titik p penghubung g dan das sar untuk pemberian n pidana. Perbuatan n ini me eliputi berbu uat dan tidak k berbuat.

  b. ang memenu uhi rumusan n dalam Und dang-undan ng Ya

  Ialah per rbuatan kon nkret dari s i pembuat harus me empunyai s sifat-sifat a atau ciri-cir ri dari deli ik itu seb bagaimana secara ab bstrak dis sebutkan d dalam und dang-undan ng. Perbuata an itu haru us masuk d dalam rum musan delik k.

  c. rsifat melaw wan hukum

Ber

  Perbuatan n-perbuatan n pidana ini a adalah per rbuatan yan ng melawan n hukum. Pe erbuatan ter rsebut me erugikan ma asyarakat, d dalam arti b bertentangan n atau me enghambat akan te erlaksananya a tata d dalam per rgaulan mas syarakat ya ang diangga ap baik dan n adil. De engan kata lain bahwa a perbuatan n pidana a adalah per rbuatan anti i sosial (Sud darto, 1990: : 26).

  2. Adanya crim minal respo onsibility

A

  Perbuat tan tindak p pidana yang g dilakukan oleh pelaku u bisa d dipertanggu ungjawabkan n. Pengertia an kemampu uan bertang ggung j awab men nurut Sim mons ialah suatu ke eadaan ps sychis s sedemikian yang me mbenarkan adanya p penerapan suatu u upaya pem midanaan, b baik dilihat t dari unsu ur sudut u umum m maupun orangnya. Sehingg ga seseo orang m ampu b bertanggung gjawab, jik ka jiwanya a sehat, ya akni apabi ila ia mampu unt m tuk mengeta ahui atau m menyadari b bahwa perb buatan b bertentangan n dengan h hukum, ia d dapat menen ntukan kehe endak s sesuai deng gan kesadar ran tersebut t. Sedangka an menurut t Van H Hamel pen ngertian ke emampuan bertanggun ngjawab a adalah suatu kea s adaan norm malitas da an kemata angan

  p psychis

  ( (kecerdasan n) yang mem mbawa 3 (tig ga) kemamp puan:

  a. ampu untu uk mengert ti nilai da ari akibat-a akibat Ma per rbuatannya sendiri.

  b. ampu untuk k menyadar ri, bahwa p perbuatanny ya itu Ma me enurut panda angan masy yarakat tidak k dibolehka an.

  c. ampu untu uk menen ntukan keh hendaknya atas Ma per rbuatan-perb buatannya i itu.

  3. Pidana P

  Menuru ut Sudarto pengertian pidana ada alah pender ritaan yang senga y aja dibeban nkan kepad da orang y yang melak kukan perbuatan y p yang memen nuhi syarat -syarat terte entu. Sedan ngkan m menurut Sa leh pengert tian pidana ialah reaks si atau delik k, dan ini berujud i suatu nest tapa yang d dengan sen ngaja ditimp pakan negara pada n a pembuat delik itu (S Saleh dalam m Yazid Ef ffendi d dan Kuat Pu uji Prayitno , 2006: 17). .

  Dari be eberapa def finisi di atas s dapat diam mbil kesimp pulan bahwa pid b dana selalu u mengand dung unsur r-unsur se ebagai b berikut:

  a. dana itu ha akikatnya m merupakan s suatu penge enaan Pid pen nderitaan at tau nestapa atau akibat- -akibat lain yang tida ak menyena angkan.

  b. dana itu dib berikan deng gan sengaja a oleh orang g atau Pid bad dan yang mempunya ai kekuasa aan (oleh yang ber rwenang).

  c. dana itu dib berikan kep pada yang t telah melak kukan Pid pid dana menuru ut Undang-u undang (Mu uladi, 2005: : 4).

  Tindak pid dana dapat dibedakan m menjadi beb berapa jenis s yaitu:

  a) hatan dan p pelanggaran

Kejah

  Pembagian n delik ata as kejahatan n dan pela anggaran di isebut oleh Undang-un ndang. KUH HP dalam b buku II mem muat delik- -delik yang disebutkej jahatan da an dalam b buku III d delik-delik yang

P M

Wetdeli

  Perbedaan s kejahatan y dalam Unda dirasakan s garan. Sec kan dalam d yang bersifa rbedaan yan ialah:

  Undang-Un na ada Und dana. Mis lan. Delik- erima, seba karena terca nya tidak s gan dengan jenis ua) dilan, dalam benar yang nuhan, an. dasari ndang dang- salnya

  lah perbuat i suatu tin butnya seba g menganc arkir mobil am ini diseb secara kuali ang baru di ang-undang sebagai ses ara ilmu dua pendapa at kualitatif ng bersifat k an yang ber perbuatan i dang atau ti masyarakat gan keadila delik semaca tan yang o ndak pidana agai delik camnya d disebelah ut pelangga tatif ini tida isadari seba g Pidana, ja uatu yang pengetahua at yaitu: kualitatif di rtentangan d itu diancam idak, jadi y t sebagai an. Misalny am ini diseb oleh umum a, karena jadi karen engan pid kanan ja aran. ak dapat dit agai delik, k adi sebenarn bertentang an, kedua dapati 2 (du dengan kead m pidana d yang benar-b sesuatu ya pembun but kejahata m baru did

  icten

  lah perbuata s apakah p Undang-und an oleh angan deng ian. Delik-d

  delicten

  Ial sebagai menyeb undang mempa semaca

  diseb terseb 1)

  b.

  Ial terlepas suatu U dirasak bertenta pencuri

   Rechtsd

  a.

  Perbedaan y Menurut per enis delik, i

  j P k d d but pelangg but dibedak

  • delik ab ada antum segera n rasa
keadilan da k an sebalikn nya ada p pelanggaran yang mem mang benar-benar b r dirasakan b bertentanga an dengan ra asa keadilan n.

  2) Perbedaan y yang bersifa at kuantitati f P

  Pendapat in P ni hanya me eletakkan kr riteria pada perbedaan yang d dilihat dari i segi krim minologi, ia alah pelang ggaran itu lebih ringan darip r pada kejahat tan.

  b) k Formil dan n Delik Ma ateriil Delik

  1) Delik Form mil adalah h delik ya ang perum musannya d dititik D beratkan kep b pada perbua atan yang d dilarang. De lik tersebut t telah selesai den s ngan dilaku ukannya pe erbuatan se eperti terca antum d dalam rumu usan delik.

  2) Delik Mate eriil adalah h delik y ang perum musannya d dititik D b beratkan ke epada akiba at yang tid dak dikehen ndaki (dilar rang).

  Delik ini ba D aru selesai apabila aki bat yang ti dak dikehen ndaki itu telah terj i jadi.

  c) k Commissi on , Delik O Ommissionis s , Delik Com mmissionis Delik

  perom mmissionis Commissa

  1) Delik Comm mission : de lik yang be erupa pelan nggaran terh hadap D larangan, ia l alah berbua at sesuatu yang dilar rang, pencu urian, p penggelapan n, penipuan n.

  2) Delik Omm missionis : de elik yang be erupa pelan nggaran terh hadap D p pemerintah, , misalnya t idak mengh hadap sebag gai saksi di m muka

  P Pengadilan (Pasal 522

  2 KUHP), t idak menol long orang yang m memerlukan n pertolonga an (Pasal 53

  31 KUHP). 3) Delik Comm : delik yang

  missionis pe er ommissio onis Comm missa

  D berupa pela b anggaran, l arangan, ak kan tetapi dapat dilak kukan dengan cara d a tidak berbu uat.

  d) k Dolus dan n Delik Culp pa Delik 1) Delik Dolus s : delik yang g memuat u unsur keseng gajaan.

  D 2) Delik Culpa : delik yan g memuat k kealpaan seb bagai salah satu

  a

  D u unsur.

  e) k Tunggal d dan Delik Be erganda Delik

  1) Delik Tungg gal: delik ya ang cukup d dilakukan d dengan perb buatan D satu kali. s

  2) Delik Berg anda: delik k yang baru u merupaka an delik ap pabila D d dilakukan beberapa perbuatan n, misalny ya Pasal 481

  (Penahanan ( sebagai keb biasaan) (Su udarto, 199 0: 34).

  f) k yang berla angsung teru us dan Deli k yang tidak k berlangsu ung Delik terus .

  1) Delik yang berlangsun ng terus: d elik-delik y yang terdiri i dari D s satu atau le ebih tindaka an untuk m menimbulkan n suatu kea adaan y yang berten ntangan deng gan sesuatu u norma.

  2) Delik yang tidak berla angsung ter rus: delik-d delik yang t terdiri D d dari satu a atau lebih tindakan u untuk meny yelesaikan suatu k kejahatan (L Lamintang, 1997: 217) . g) k aduan dan n Delik buka an aduan.

  Delik 1) Delik adua an: delik y yang penun ntutannya h hanya dilak kukan

  D a apabila ad da pengadu uan dari p pihak yang g terkena atau d dirugikan. M Menurut sif fatnya, delik k aduan dibe edakan men njadi 2 (dua

  a) yaitu: y a. aduan yang a absolut yait tu delik ini m menurut sif fatnya

  Delik a hanya d dapat ditunt tut berdasark kan pengad duan.

  b. aduan yang g relatif, di isebut relat if karena d dalam Delik a delik-de elik ini ada hubungan istimewa an ntara si pem mbuat dan ora ang yang di irugikan.

  2) Delik bukan n aduan: tin ndak pidana a yang dapa at dituntut tanpa D diperlukan a d adanya suat tu pengadua an (Laminta ang, 1997: 2 218).

  h) k sederhana a dan Delik y yang ada pe embenarann nya.

  Delik 1) Delik sede erhana: del ik-delik da alam bentu uk yang p pokok

  D seperti yan s ng telah di irumuskan oleh pemb bentuk Und dang- u undang (Lam mintang,199 97: 224). 2) Delik ya ang ada pemben narannya: delik yang

  D ancamanpid a dananya di iperingan karena di ilakukan d dalam keadaan tert k tentu (Suda arto, 1990: 3 35). i) k ekonomi ( (biasanya di isebut tinda ak pidana ek konomi) dan n

  Delik bukan n delik ekon nomi. j) hatan Ringa an (Sudarto , 1990: 35). .

  Kejah

B. erkembang an Pengert tian Perdag gangan Ora ang Pe

  Perdaga angan orang g / perdaga angan man nusia yang populer de engan isti ilah Human atau Tra m erupakan s ebuah keja ahatan

  n Traffickin ng afficking

  yan ng sangat s sulit diberan ntas dan di isebut-sebut t sebagai p perbudakan masa kin ni dan pela anggaran te erhadap hak k asasi ma anusia. Kej ahatan ini terus me enerus berk kembang s secara nasi ional maup pun intern nasional (E Elsam, 20 05: 1).

  Perbuda akan atau p penghambaa an pernah ada dalam m sejarah ba angsa Ind donesia. Pa ada jaman r raja-raja Ja awa dahulu u, perempua an pada saa at itu me erupakan ba agian peleng gkap dari s istem peme erintahan fe eodal. Pada masa itu u kekuasaan n raja digam mbarkan se ebagai keku uasaan yang g sifatnya a agung dan n mulia. Ke ekuasaan raj aja tidak terb batas, hal in ni tercermin n dari banya aknya sel lir yang d imilikinya. Pada mas sa pendudu ukan Jepan ng (1941-1 945), kom merialisasi seks terus b berkembang g. Selain m emaksa per rempuan pri ibumi dan n perempua an Belanda menjadi pe elacur. Jepa ang juga m membawa ba anyak per rempuan k e Jawa da ari Singapur ra, Malays ia dan Ho ong Kong u untuk me elayani par a perwira tinggi Jepa ang (Hull, Sulistianin ngsih dan J Jones, 19 97).

  Dalam e era reforma asi seperti s sekarang ini i, masalah p perbudakan n atau pen nghambaan n tidak ditol lerir lagi. N Namun kem majuan tekn nologi infor rmasi, kom munikasi d dan transpor rtasi yang mengaksele erasi terjad inya global lisasi, jug ga dimanfaa atkan oleh p pelaku kejah hatan untuk k menyelubu ungi perbud dakan dan n pengham mbaan itu ke e dalam ben ntuknya ya ang baru ya aitu perdaga angan atau erasan ipuan posisi anfaat egang nimal loitasi atau atau telah loitasi nsinya

  event, And gaints

  nia, sesudah erserikatan n manusia m asi (Malarek ang menur

  PBB) dollar

  mbunyian unaan keke alsuan, pen aan atau p n, atau ma yang meme g secara min entuk ekspl perbudakan i ilegal uan yang engan ekspl gan relevan yang engan kejam tidak bisnis enjata

  ol To Pre lly Women ention Ag

  008:23).

  an, penyem atau penggu likan, pema an kekuasa ian bayaran ri orang y loitasi, yang u bentuk-be n paksa, p ya, adopsi o, 2005: 9). wa persetuj erkenaan de but kehilang gan orang s negara de sangat k an menjadi erupakan b gan gelap se Bangsa (P n 12 miliar d

  s, Especial ons Conve

  Bangsa-B memberikan k, Victor, 20 rut Protoco

  05: 9). ekarang me h perdagang

  / pemberi etujuan dar ntuk diekspl ostitusi atau pelayanan nyerupainy uh” (Parjoko hkan bahw manusia be ngan terseb u perdagang lintas batas i dengan ingga korba

  hun 2000: pemindaha n ancaman lain, pencul nyalahgunaa

  In Person nited Natio

  ficking ) se

  ora den san me ber pen dan me per

  , atau pen penerimaan oleh perse tersebut un si lewat pro kerja atau yang me n-organ tubu menambah erdagangan ri perdagan um. Pelaku i sindikat l nya, tetapi ai cara sehi arjoko, 200

  nsportasi, ang, dengan k tekanan l

  Trafficking g The Un d Crime Tah

  tmen, tran maan seseora ntuk-bentuk encurangan, ataupun p a mempero atas orang uk ekploitas lainnya, k

  d Punish T upplementing l Organized

  “Rekrut penerim atau ben atau pe rentan, sehingg kendali termasu seksual praktek- pengam Protoko berikan oleh ng menjadi bergerak di berkemban s menjerat asinya deng k membebas angan man ng terbesar k batan. Ba an bahwa p i kejahatan ian perdag

  ppress And hildren, Sup ansnational

  Pengerti

  Perdaga nghasil uan n obat-ob emperkiraka r tahun bagi

  dib yan ang yang b ngan cepat ngat halus engeksploita rdaya untuk

  Sup Ch Tra

  • praktek mbilan organ l ini juga h korban pe i tujuan dar i luar huku ng menjadi t mangsan gan berbaga skan diri (P nusia (traff ketiga di dun ahkan, Pe erdagangan terorganisa gangan ora

  (tid dak lagi berarti), b bilamana c cara-cara p pemaksaan atau pen ipuan seb bagaimana diuraikan d dalam defin nisi diatas te elah diguna akan. Kemu udian, set tiap tindaka an rekrutm men, transpo ortasi, pemi indahan, pe enempatan, atau pen nerimaan s seorang ana ak dengan maksud tu ujuan ekspl loitasi, dian nggap seb bagai perd dagangan m manusia se ekalipun c cara-cara p pemaksaan atau pen nipuan yang g diuraikan dalam defin nisi di atas t tidak digun nakan.

  Digunak kannya cara a tipu daya, , penipuan, penyalahgu unaan keku asaan ata au keduduk kan rentan menunjukk kan bahwa perdagang gan orang dapat terj rjadi tanpa adanya k kekerasan f fisik. Adap pun penya lahgunaan akan ked dudukan ren ntan diartik kan sebagai sebuah situ uasi di mana a seseorang tidak me emiliki pilih han atau y yang dapat diterima, k kecuali unt tuk pasrah pada pen nyalahguna aan yang terjadi. Cara-cara tersebut mengakib batkan ter rampasnya kehendak bebas se eseorang. T Tipu daya dan pen ipuan ber rkenaan d engan apa a yang di iperjanjikan n dan rea alisasinya, yaitu me encakup jen nis pekerjaan n dan kondi isi kerja (El lsam, 2005: 8).

  Berkena aan dengan n masalah h persetuju uan, Traffi ficking Pro otokol me enetapkan b bahwa perse etujuan yang g telah dibe erikan korba an menjadi tidak rel levan (dapa at diabaikan n) jika cara- -cara yang disebutkan n dalam pro otokol ter rsebut ternya ata telah dig gunakan (El lsam, 2005: : 9).

  Menuru ut GAATW W, 1999 (G Global All liance Aga aints Traffi fic in

  Wo omen ), perd dagangan m manusia adal lah segala y yang melipu uti tindakan yang

  ber rhubungan dengan pe erekrutan, t transportasi i di dalam m atau mel lintasi per rbatasan ( wilayah su uatu negar ra), pemb elian, penj njualan, tra ansfer pen ata ata me unt pro per sem tek A.

  An Tin un ngiriman a au tekanan, au penyalah enempatkan tuk kerja ya oduktif dala rbudakan d mula denga kanan, atau

  Geru, 2006 Sedangk ngka 1 Und ndak Pidana

  “Perdag penamp dengan penyeka posisi re sehingg kendali maupun orang te Dari de sur-unsur d a.

  atau penerim termasuk p hgunaan kek n atau mena ang tidak di am kerja pa dalam suatu an orang t terkena lili 6: 95). kan pengert dang-undan a Perdagang gangan Ora ungan, pen ancaman apan, pemal entan, penje a mempero atas orang l n antar nega ereksploitasi efinisi-defin dari perdaga buatan ad nyembunyik maan seseo penggunaan kuasaan ata ahan orang iinginkan se aksa atau ik u lingkunga tuanya atau itan yang p tian Perdag ng No. 21 gan Orang a ang adalah ngiriman, pe kekerasan, lsuan, penip eratan utang oleh perse lain tersebu ara, untuk t i”. nisi tersebu angan orang dalah mer kan, atau m orang denga n atau ancam au lilitan hu g tersebut b eperti peker katan kerja an yang asi u bukan ke ertama kali angan Oran

  Tahun 200 adalah: tindakan emindahan, pengguna puan, peny g atau mem etujuan dar ut, baik yang tujuan eksp ut di atas, adalah: rekrut, me menerima. an menggu man penggu utang deng baik dibaya rjaan domes atau dalam ing dari tem etika penip i (Ghandi L ng dalam ke

  07 Tentang perekrutan, atau peneri an kekeras alahgunaan mberi bayara ri orang y g dilakukan ploitasi atau dapat disim engangkat, unakan pen unaan keke gan tujuan u ar ataupun t stik, seksua m kondisi se mpat tingg puan itu te

  Lapian dan etentuan Pa g Pemberan

  , pengangk imaan seseo san, pencul n kekuasaan an atau man yang meme n di dalam n u mengakib mpulkan b meminda ipuan erasan untuk tidak, l atau eperti galnya erjadi,

  Hetty asal 1 ntasan kutan, orang likan, n atau nfaat, egang negara batkan bahwa hkan,

Perb men

  dal me eks Un Pid Ma per Ke akt b.

  Sara pen pen rent keu mem c.

Tuj ben

  pen Walaupu lam ataupun engalami t sploitasi sek

  Pengerti ndang-undan dana Perdag

  “Eksplo seksual keuntun pelacura Sejarah ataram. Tra rdagangan w etika Beland tivitas seks ana (cara) nggunaan p nipuan, kecu tan atau untungan un megang ken uan adalah ntuk eksplo nghambaan, un wujud t n melalui I

  trafficking

  ksual (IOM ian eksploit ng No. 21 gangan Oran oitasi seksua atau orga ngan,termasu an dan penc pelacuran adisi penyer wanita, dan da memasuk sual oleh s adalah unt aksaan, ber urangan, pe pemberian ntuk memp ndali atas ko h eksploita oitasi seksu pengambila

  trafficking

  Indonesia a untuk tuj , 2005: 1). tasi seksual

  1 Tahun 2 ng adalah: al adalah se an tubuh la uk tetapi cabulan”. di Indone rahan perem n didorong ki pesisir Ja serdadu, pe tuk menge rbagai bent enyalahgun n / pener peroleh per orban. asi setidakn ual lainnya, an organ tub beraneka ra adalah perem uan pekerj l menurut k 2007 Tenta egala bentuk ain dari k tidak terba esia dibang mpuan sebag oleh faktor- awa sekitar edagang, da ndalikan k tuk kekeras naan kekuas rimaan pe rsetujuan d nya untuk kerja pak buh (Harkri agam, may mpuan dan rjaan ruma ketentuan P ng Pember k pemanfaa orban untu atas pada gun pada z gai upeti di

  Pasal 1 Ang rantasan T atan organ t uk mendap semua keg zaman Ker iteruskan de nomi dan s ke 17 M, mu

  • faktor ekon awal abad k an utusan korban: anc san, pencul saan atau p embayaran dari orang prostitusi ksa, perbud istuti, 2003) oritas korb anak-anak ah tangga

  VOC di se caman likan, posisi atau yang atau dakan,

  ). an di yang atau gka 8 indak tubuh atkan giatan rajaan engan sosial. uncul ekitar pel labuhan. N Namun, kete ersediaan w wanita Erop pa sangat t terbatas. M Mereka han nya bisa m mengambil perempuan n pribumi yang diju ual keluarg ganya.

  Pem manfaatan seks wan nita ini di ilakukan se ecara semb bunyi-semb bunyi. Mi isalnya, pe rempuan it tu diakui s sebagai pem mbantu, pa adahal dija dikan gun ndik yang l ayak digaul li (Saffa Ha asan, 2006: 2 22).

  Jumlah selir yang d dimiliki raja a-raja diangg gap membe eri pengaruh h baik pad da citra k kekuasaan mereka. W Wanita-wani ita itu jug ga memper rcepat pem mbiakan ke eturunan unt tuk menegu uhkan atau m memperluas s kekuasaan n. Tak han nya di Jawa a, di Bali m misalnya seo rang janda dari kasta b bawah, jika tidak ada a beking ku uat keluarg anya otoma atis akan m menjadi hak k milik raja. . Dan jik ka raja mem mutuskan ti idak menga ambilnya un ntuk keper luan lingku ungan ista ana, sang ra aja akan me engirimkan para wanita a selir itu ke e luar kota u untuk dij adikan seb bagai pela cur. Keten ntuan ini dengan ca atatan, seb bagian pen nghasilanny ya wajib d disetor ke i istana. Tren n ini berhu ubungan de engan per rbudakan d dan pengabd dian seumu ur hidup. K Kenyataan l laten yang biasa dij umpai dalam m sistem fe eodalisme di i seluruh As sia (Saffa H Hasan, 2006 : 23).

  Memang g tradisi ini i belum me encapai seg i komersial lisasinya se ebagai ind dustri seks d dengan siste em germo d dan profesio onalitas. Ak kan tetapi, tr radisi di zaman feod dalisme ini membentuk k landasan b bagi perkem mbangan ind dustri sek ks yang ad da sekarang g. Yakni, p perempuan menjadi k komoditas u untuk me emenuhi has srat seksual l laki-laki (S Saffa Hasan n, 2006: 24) .

  Indones ia telah men njadi target t alternatif u untuk turism me seks anak k dan jar ringan pedo ofilia intern nasional. A Anak-anak y yang dijual l sebagai te enaga kej ja di luar r negeri menjadi s sasaran em mpuk untuk k dieksplo oitasi. Per rdagangan a anak atau ch hild traffick king terjadi pada anak l laki-laki ma aupun per rempuan. U Umumnya perdaganga an anak pe erempuan ditujukan u untuk pro ostitusi (Jur rnal Peremp puan, 2004: 23).

  Cara pa andang bahw wa perempu uan adalah komoditas seks ini be erakar dar ri ideologi patriarkhi d dengan siste em nilai ya ang “phallo oceniric” . P Phallo ata au Phallus y yang berart ti penis dia anggap seba agai symbo l kekuasaan n dan dip percaya ba ahwa atribu ut-atribut m maskulinitas s merupak kan norma bagi rum musan-rumu usan kultur ral. Keperc cayaan bah hwa melak kukan hubu ungan sek ksual denga an anak pere empuan dap pat menamb bah kejantan nan juga me enjadi fak ktor yang menyebab bkan anak menjadi komoditi seks kome ersial. Ke etakutan la aki-laki de ewasa aka n terseran ng virus H HIV/AIDS jika ber rhubungan seksual den ngan perem mpuan dewa asa, juga me enjadi salah h satu fak ktor yang m menyebabka an terjadiny a perdagang gan anak p erempuan. Anak per rempuan, a apalagi yang g masih pe rawan dian nggap steril dari virus yang me ematikan itu u (Jurnal Pe erempuan, 2 2004: 25).

  Faktor lain adalah h ketergan ntungan Ind donesia pa ada negara atau lem mbaga Inter rnasional p pemberi hut tang. Sebag gai negara pemilik hu utang ter rbesar, Ind onesia har rus memak ksakan diri i menyesua aikan kebij ijakan eko onominya agar lebih berorientas si dan terin ntegrasi de engan pasar r dan per rekonomian n global. Kebijakan tersebut merupakan n syarat yang dit tentukan ole eh pihak pe emberi hutan ng. Faktor k keterbatasan n lapangan kerja tel ah mencipt takan kemis skinan yang g meluas b bagi peremp puan (femin nisasi kem miskinan), sehingga mendoro ong perem mpuan unt tuk berm igrasi (fe eminisasi m migrasi). K Kondisi de emikian jug ga mendor rong anak -anak per rempuan u untuk meny yumbang ek konomi ke luarga (Jur rnal Perem mpuan, 20 04: 26).

C. ndak Pidan na Perdaga angan Oran ng Tin

  Perd dagangan o orang adal lah bentuk modern d dari perbud dakan manusia. Perdagang gan orang juga meru upakan sal lah satu b entuk perlakuan n buruk dari i pelanggara an harkat da an martabat t manusia.

  Ket tentuan men ngenai laran ngan perdag gangan oran ng pada das arnya telah diat tur dalam K Kitab Unda ang-Undang g Hukum P Pidana (KU UHP), Pasal 29 97 (KUHP) ) menentuk kan menge enai laranga an perdaga angan wanita, d dan anak l aki-laki be elum dewas sa dan me ngkualifika asikan tindakan tersebut s sebagai kej ahatan dan n diancam dengan p idana penjara p paling lama a enam tahu un. Pasal 8

  83 Undang -undang N o. 23 Tahun 2 2002 Tenta ang Perlind dungan An nak menen ntukan lara angan memperd dagangkan, menjual at tau mencul lik anak un ntuk diri se endiri atau untu uk di jual da an diancam dengan pid dana penjara a paling lam ma 15 (lima bela as) tahun d an paling s ingkat 3 (ti iga) tahun d dan denda p paling banyak R Rp 300.000. 000,00 (tig ga ratus juta a rupiah) da an paling se edikit Rp 60.00 0.000,00 (e enam puluh h juta rupiah

  h). Namun ketentuan d dalam KUHP d dan Undan ng-undang Perlindung gan Anak tersebut tidak merumusk kan pengert tian perdag angan orang g yang tega as secara hu ukum. Oleh kar ena itu, dip perlukan U Undang-und dang khusus s tentang t indak pidana p perdagangan n orang y yang mamp pu menyed diakan land dasan hukum m materiil dan formil seka aligus (Penj jelasan Und dang-undang g No.

  21 Tahun n 2007, 2007 7: 45).

  Ole eh karena itu u, Pemerint tah mengelu uarkan Und dang-undang g No.

  21 Tahun n 2007 Ten ntang Pemb erantasan T Tindak Pida ana Perdaga angan Orang. Pe engertian T Tindak Pida ana Perdaga angan Oran ng terdapat dapat ketentuan n Pasal 2 Undang-un ndang No.

  21 Tahun n 2007 Ten ntang Pemberan ntasan Tind dak Pidana Perdaganga an Orang y yang menya atakan bahwa:

  “ (1 ) Setiap o orang yang melakukan n perekrutan n, pengangk kutan, penamp pungan, pengiriman n, pemi ndahan, atau penerim maan seseo orang den ngan ancam man keker rasan, penggu unaan kek kerasan, penculikan , penyek kapan, pemalsu uan, penipu uan, penya alahgunaan kekuasaan atau posisi r rentan, pen njeratan uta ang atau m memberi bay yaran atau m manfaat wal laupun mem mperoleh p persetujuan n dari orang y yang meme egang kend dali atas or rang lain, u untuk tujuan m mengeksplo oitasi orang g tersebut di i wilayah n negara Republ ik Indones sia, dipidan na dengan pidana pe enjara paling singkat 3 ( (tiga) tahun n dan paling g lama 15 (lima belas) tahun d an pidana a denda paling se edikit Rp120. 000.000,00 (seratus d dua puluh j juta rupiah) ) dan paling banyak R Rp600.000.0 000,00 (en nam ratus juta rupiah) . (2 2) Jika p perbuatan sebagaiman na dimaks sud pada ayat

  (1)men gakibatkan orang ter reksploitasi i , maka p pelaku dipidan nadengan pidana y yang sama a sebagai imana dimaksu ud pada aya at (1).” Pen ngertian tind dak perdaga angan orang g menurut rancangan Kitab Undang-U Undang Hu ukum Pida ana (KUHP P) Pasal 5 546 menya atakan bahwa:

  “ S Setiap ora ang yang melakukan n perekruta an, pengiri iman, pen nyerahterima aan orang dengan me enggunakan n kekerasan n atau anc aman kek kerasan, p penipuan, penculikan n, penyek kapan, pen nyalahgunaa an kekuasaa an, pemanfa aatan posisi kerentanan n, atau penj njeratan utan ng, untuk t tujuan meng geksploitas i atau perb buatan yan ng dapat t tereksploita asi orang tersebut, d dipidana k karena mel lakukan tin ndak pidana a perdagan ngan orang, , dengan p pidana penj njara paling singkat 3 (t tiga) tahun paling lama a 15 (lima b belas) tahu un dan pida ana denda p paling sedi kit Kategor ri IV dan p paling ban nyak Katego ori VI”.

  Rum musan diata as jika dirinc ci terdiri da ari 3 bagian yakni: Bag gian pertam

  a: setiap ora ang yang m melakukan 1) Perekrutan ; 2) Pengiriman n; 3) Penyerah te erimaan.

  Bag gian kedua: dengan me nggunakan 1) Kekerasan atau ancam man kekerasa an; 2) Penipuan; 3) Penculikan n; 4) Penyekapan n; 5) Penyalahgu unaan kekua asaan; 6) Pemanfaata an posisi ke erentanan; a atau 7) Penjeratan hutang.

  Bag gian ketiga: untuk tujua an 1) Mengekspl loitasi; atau 2) Perbuatan y yang dapat tereksploita asi orang ter rsebut.

  Perd dagangan b bukanlah fe enomena ya ang sederha ana, dan fa aktor- faktor ya ng membua at perempu uan dan ana ak semakin rentan terh hadap perdagang gan bersifa at komplek ks dan salin ng terkait satu sama lain. Faktor ya ang mencip ptakan kere entanaan te erhadap per rdagangan o orang diantarany ya adalah: a. Kemiskina an;

  b. Tingkat pe endidikan y ang rendah; ;

  c. Peran pere empuan dala am keluarga a;

  d. Status dan n kekuasaan ;

  e. Peran anak k dalam kel uarga;

  f. Asal mula buruh ijon; ;

  g. Pernikahan n dini;

  h. Kebijakan n dan Undan ng-undang y yang bias ge ender; i. Korupsi (R Ruth Rosenb berg, 2003: 25-29).

  Di b bawah ini a adalah uraia n singkat be erbagai kate egori oknum m dan organisas si yang terli ibat dalam perdaganga an perempu uan dan an nak di Indonesia

  a:

  1) Agen Perek krut Tenaga a Kerja Agen perekrutan n tenaga k kerja atau perusahaan n jasa tenaga ke erja Indon esia (PJTK KI) memb bayar agen n/calo

  (perseorang gan) untuk m mencari bur ruh di desa- -desa, meng gelola penampung gan, mem mperoleh id dentifikasi dan doku umen perjalanan, , memberi p pelatihan da an pemeriks saan medis serta menempatk kan buruh dalam peke erjaannya d di negara tu ujuan.

  Baik PJT TKI yang terdaftar maupun tidak terd daftar melakukan n praktik y yang ilegal l dan eksp ploitatif, se eperti memfasilita asi pemalsu uan paspor d dan KTP se erta secara ilegal menyekap buruh di p penampunga an. Mereka menjadi p pelaku perdaganga an ketika m mereka me maksa seor rang perem mpuan untuk teru us bekerja bahkan ke etika ia hen ndak pulan ng ke tempat asa lnya, ketika a mereka m menempatka an seorang b buruh dalam peke erjaan yang g berbeda d dari yang s sudah dianju urkan sebelumny a dan k ketika me ereka men ngirim seo orang perempuan n, dengan at tau tanpa se epengetahua an mereka, u untuk secara pak sa bekerja dalam indu ustri seks (R Ruth Rosen nberg, 2003: 23).

  2) Agen Agen mungkin s aja adalah o orang asing g yang datan ng ke suatu desa, , atau tetan ngga, teman n, atau bahk kan kepala desa.

  Agen dapa at bekerja secara bers samaan unt tuk PJTKI yang terdaftar d dan tidak t terdaftar, m memperoleh h bayaran u untuk setiap buru uh yang dire ekrutnya. M Mereka serin ng terlibat d dalam praktik ile egal seperti pemalsuan n dokumen n. Seorang agen mungkin dengan s sadar terli ibat dalam m perdaga angan perempuan n ketika ia membohon ngi orang y yang direkru utnya mengenai kebenaran dari peker rjaan yang akan dilak kukan atau gaji y yang akan d diterimanya. . Sebagai ag gen secara sadar merekrut p erempuan u untuk indust tri seks. Di sisi lain, ba anyak yang mung gkin memb bantu perda agangan pe erempuan u untuk industri se eks tanpa menyadarin nya. Agen mungkin tidak mengetahu ui yang seb benarnya d ari suatu p pekerjaan k ketika mereka me elakukan p perekrutan u untuk peke erjaan itu ( (Ruth Rosenberg, , 2003: 24). 3) Pemerintah h

  Pejaba at pemerin ntah juga m memainkan peranan d dalam eksploitasi dan perda agangan mi igran. Kete erlibatan m mereka antara lain n adalah m memalsukan n dokumen n, mengab aikan pelanggara an dalam p perekrutan dan ketena agakerjaan, atau memfasilita asi penyeb berangan perbatasan secara i legal. Mereka m mungkin me enyadari ata au tidak m menyadari b bahwa perempuan n yang per rekrutan da an pengirim mannya m mereka fasilitasi ad dalah korban n perdagang gan (Ruth R Rosenberg, 2 2003: 24).

  4) Majikan Majik kan, apakah h mereka terlibat ata au tidak d dalam perekrutan, , terlibat dalam p perdagangan n jika m mereka memaksa b buruh yang direkrut un ntuk bekerj ja dalam ko ondisi eksploitatif f. Seorang majikan te erlibat dala am perdaga angan jika ia tidak k membaya ar gaji, secar ra ilegal me enyekap bur ruh di tempat ke erja, melak kukan kek erasan sek ksual dan fisik terhadap bu uruh, mem aksa buruh h untuk teru us bekerja d diluar keinginan mereka, ata au menahan n mereka d dalam penje eratan utang (Ruth h Rosenberg g, 2003: 24 ). 5) Pemilik dan n Pengelola a Rumah Bo ordil

  Sama dengan m ajikan di a atas, pemilik k dan peng gelola bordil terli ibat dalam perdagang gan bila m mereka mem maksa seorang pe erempuan u untuk beker rja di luar kemampua annya, menahanny ya dalam penjeratan utang, m menyekap s secara ilegal, mem mbatasi keb bebasannya bergerak, tidak memb bayar gajinya, at au merekru ut dan mem mpekerjakan n anak di b bawah 18 tahun (R Ruth Rosenb berg, 2003: 24). 6) Calo pernik kahan

  Seoran ng calo pe ernikahan y yang terliba at dalam s sistem pengantin pesanan te erlibat dala am perdaga angan ketik ka ia mengatur pernikahan n yang m mengakibatk kan pihak istri terjerumus dalam kondisi serupa pe erbudakan dan eksploitatif f. Calo pern nikahan mu ungkin meny yadari atau tidak menyadari sifat ek ksploitatif pernikaha an yang akan dilangsung gkan (Ruth R Rosenberg, 2003: 24). 7) Orang Tua Dan Sanak k Saudara

  Orang g tua dan sanak sau udara lain menjadi p pelaku perdaganga an ketika m mereka seca ara sadar me enjual anak k atau saudara me ereka kepad da seorang majikan, a apakah ke d dalam industri s seks atau u sektor lain. Ora ang tua juga memperdag gangkan an nak mereka a ketika m ereka mene erima pembayara an di muka untuk peng ghasilan yan ng akan dite erima anak merek ka di masa depan, atau u menawark kan layanan n dari anak merek ka guna me elunasi utan ng yang tel lah mereka a buat sehingga m memaksa an nak mereka masuk ke d dalam penje eratan utang (Ruth h Rosenberg g, 2003: 25 ). 8) Suami

  Suami i yang men nikahi dan k kemudian m mengirim ist trinya ke sebua ah tempa at baru dengan tujuan u untuk mengekspl oitasinya demi keuntunga an ekon nomi, menempatk kannya dal lam status budak, ata au memaks sanya melakukan n protistusi , terlibat d dalam perd dagangan o orang (Ruth Rose enberg, 200 3: 25). Bag gi pengguna a perdagan gan orang baik yang secara lang gsung mengamb bil keuntun ngan dari k korban, mau upun yang tidak lang gsung melakuka an eksploita asi, antara la ain adalah:

  1) Germo dan n pengelol la rumah b bordil yang g membutu uhkan perempuan n dan ana ak-anak un ntuk dipeke erjakan se ebagai pelacur;

  2) Laki-laki h hidung bela ang, pengid dap pedofil lia dan kel lainan seks lainn nya serta para pek kerja asing g dan peb bisnis internasion nal yang ting ggal sement tara disuatu u negara;

  3) Para peng gusaha yang g membutu uhkan pek kerja anak yang murah, pen nurut, muda h diatur dan n mudah dit takut-takuti ; 4) Pengusaha bisnis hib buran yang g memerlu ukan perem mpuan muda untuk k dipekerjak kan di pant ti pijat, kara aoke dan tem mpat- tempat hibu uran lainnya a;

  5) Para pebisn nis di bida ang pariwisa ata yang ju uga menaw arkan jasa layana an wisata sek ks; 6) Agen peny alur tenaga kerja yang tidak bertan nggungjawa ab; 7) Sindikat n narkoba yan ng memerlu ukan penge edar baru u untuk memperlua as jaringann nya; 8) Keluarga m menengah d an atas yang g membutu uhkan perem mpuan dan anak untuk dip pekerjakan sebagai p embantu ru umah tangga;

  9) Keluarga y yang ingin m mengadopsi anak;

  10) Laki-laki China dar ri luar ne egeri yang g menging inkan perempuan n “tradision nal” sebaga ai pengant tinnya (Par rjoko, 2005: 15). Upa aya memer rangi tinda ak pidana Trafficking g dimulai de engan mengenal l indikator Trafficking g dan tidak semua indi ikator haru s ada terlebih d dahulu untu uk memunc culkan dug gaan atau k kecurigaan telah dilakukan nnya tindak k pidana Tr rafficking. I ndikator um mum Traffi icking ialah seba agai berikut t: a. Orang yan ng berpelua ang menjadi i korban at tau calon ko orban ternyata tidak men nerima upa ah sebagai i imbalan bagi pekerjaan yang dila kukannya atau dibay yar hanya u untuk sejumlah k kecil dari ya ang seharus nya ia terim ma; b. Calon kor rban tidak d dapat meng gelola sendi iri upah ya ang ia terima ata au harus m menyerahkan n sebagaian n besar upa ahnya kepada pi ihak ketiga

  a. Pihak ke etiga ini bi isa saja seo orang perantara agen, majik kan, atau da alam hal T Trafficking u untuk bisnis pela acuran, peng gelola bordi il atau muci ikari;