BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini - HANIFAKH HANA SOFYANA BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

1. Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

  Zulkifli dalam Samsudin (2008: 11), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan- gerakan tubuh. Suyadi (2010: 68), gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Sedangkan menurut Sujiono (2010: 1.13), gerak motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar.

  Samsudin (2008: 9) mengatakan bahwa motorik kasar adalah kemampuan anak TK beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besar. Menurut Suyanto (2005: 51), Otot kasar atau otot besar ialah otot-otot badan yang tersusun oleh otot lurik.

  Rahyubi (2012:222), menjelaskan bahwa aktivitas motorik merupakan pengendalian tubuh melalui aktivitas yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak dan urat saraf tulang belakang (spinal cord). Sedangkan aktivitas motorik kasar adalah keterampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama gerakkannya.

  Berdasarkan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa motorik kasar adalah kemampuan gerakan-gerakan tubuh yang membutuhkan koordinasi tubuh

  7 dengan melibatkan otot-otot besar dalam melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan tenaga yang besar.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak.

  Rahyubi (2012:225), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu sebagai berikut : perkembangan sistem saraf, kondisi fisik, motivasi yang kuat, lingkungan yang kondusif, aspek psikologis, usia, jenis kelamin, serta bakat dan potensi.

  Izzaty (2005:10), mengatakan kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas anak juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain, maka menyebabkan perbedaan yang disebut

  individual differences. Pernyataan di atas dapat dijelaskan dalam skema sebagai

  berikut Faktor keturunan/hereditas Faktor lingkungan

  Individu : kognitif, afektif, psikomotorik Perbedaan Individu Menurut Yusuf (2007:31) faktor yang mempengaruhi perkembangan (kognitif, fisikmotorik, bahasa, sosial-emosional dan moral keagamaan) ada dua yaitu : a. Hereditas (keturunan/pembawaan)

  Hereditas merupakan “totalitas karakteristik individual yang diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen- gen “.

  b. Lingkungan perkembangan.

  Lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi, atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan indiv idu”.

  Berdasarkan teori di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar. Faktor tersebut adalah faktor hereditas atau keturunan (sistem saraf, kondisi fisik, bakat dan potensi), faktor lingkungan (motivasi yang kuat, lingkungan yang kondusif, aspek psikologis), faktor usia dan jenis kelamin.

3. Tahap-Tahap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

  Menurut Rahyubi (2012:317-319), dalam khazanah taksonomi psikomotorik, perkembangan gerak anak mengikuti pola pertumbuhan fisiknya, yang setidaknya bisa dikategorikan menjadi lima fase (tahap), yaitu

  Cephalocaudal dan Proximodistal. Fase cephalocaudal adalah a.

  perkembangan fisik yang berlangsung memanjang (longitudinal) dari kepala ke kaki. Sedangkan fase proximodistal, perkembangan fisik anak dari pusat tubuh mengarah ke tepi.

  Gross to Specific Motor Control. Pada fase ini anak terlebih dahulu sebelum b.

  mampu membedakan antara bagian-bagian dan menggerakkannya secara terpisah.

  Dari Bilateral ke Crooslateral. Gerakan secara bilateral, yaitu memakai c. satu atau dua tangan untuk meraih dan memegang suatu benda yang dilihat dan menarik perhatian. Sedangkan koordinasi bilateral menuju crosslateral, artinya bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih dahulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilangan.

  Differentiation dan Integration. Differentiation diasosiasikan dengan d.

  tahapan gerakan mulai dari kontrol gerak yang besar menuju gerakan khusus yang kian diperluas. Adapun integration merupakan seluk-beluk mekanisme saraf yang terjalin dari berbagai macam otot yang berlawanan untuk membentuk interaksi dan koordinasi antara satu dengan yang lainnya.

  Phylogenetic dan Ontogenetic. Fase phylogenetic menunjuk pada e.

  keterampilan gerak yang cenderung muncul secara spontan dan otomatis, tanpa melalui proses latihan terlebih dahulu, namun dalam rangka yang bisa diperkirakan. Sedangkan fase ontogenetic menunjuk pada tingkah laku yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pembelajaran.

  Santrock (2011:12), dalam bukunya menjelaskan tahap perkembangan motorik kasar pada usia 3 tahun sampai dengan usia 5 yaitu sebagai berikut :

  Pada usia 3 tahun, anak-anak menikmati gerakan sederhana, seperti meloncat, melompat, dan berlari bolak-balik yang ia lakukan hanya semata-mata senang melakukan aktivitas tersebut. Mereka cukup bangga menunjukkan bagaimana mereka dapat berlarian ke seluruh ruangan dan melompat 15 cm.

  Pada usia 4 tahun, anak-anak masih menikmati jenis aktivitas yang sama, tetapi mereka menjadi lebih senang berpetualang. Mereka merangkak rendah di halang-rintang saat menampilkan keberanian aktivitas mereka. Meskipun mereka telah mampu menaiki tangga dengan satu kaki pada setiap anak tangga dalam sekali waktu, mereka sebenarnya baru saja dapat turun dengan cara yang sama.

  Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih senang berpetualang dibandingkan saat mereka berusia 4 tahun. Sudah lazim bagi anak-anak berusia 5 tahun yang percaya diri untuk melakukan aksi mengerikan pada setiap objek pendakian praktis. Anak berusia 5 tahun berlari cepat dan senang cepat satu sama lain dan dengan orangtua mereka.

  Sedangkan menurut Samsudin (2008:10), tahapan perkembangan motorik anak TK ada 3, yaitu sebagai berikut a. Tahap verbal kognitif. Tahap belajar motorik melalui uraian lisan atau penjelasan dengan maksud agar anak memahami gerak yang akan dilakukannya.

  b. Tahap asosiatif. Pada tahap ini perkembangan anak TK sedang memasuki masa pemahaman dari gerak-gerak yang sedang dipelajarinya.

  c. Tahap automasi. Pada tahap ini anak TK sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik atau spontan.

  Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Hartinah (2011:6), bahwa aspek psikomotorik memiliki beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah tahap kognitif, tahap asosiatif dan tahap otonomi.

  Peneliti dapat menyimpulkan bahwa tahap kemampuan motorik anak dapat terus meningkat seiring bertambahnya usia anak. Kemampuan motorik anak dimulai dari gerakan yang sederhana kemudian meningkat pada pemahaman atas gerakan yang dilakukan. Selanjutnya meningkat pada kemampuan yang lebih rumit.

4. Gerak Dasar Motorik Kasar Anak Usia Dini

  Sujiono (2010:5.3) mengatakan bahwa pola gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi ke dalam 3 bentuk gerak sebagai berikut :

a. Gerak lokomotor (gerakan berpindah tempat) di mana bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat; misalnya jalan, lari, dan loncat.

  b. Gerak non-lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat) di mana sebagian anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan namun tidak berpindah tempat, misalnya mendorong, menarik, menekuk, memutar.

  c. Manipulatif, di mana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya melempar, menangkap, menyepak, memukul, dan gerakkan lain yang berkaitan dengan lemparan dan tangkapan sesuatu.

  Samsudin (2008:9) juga menjelaskan motorik kasar merupakan kemampuan gerak dasar bagi anak TK. Kemampuan gerak dasar ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu 1) lokomotor 2) non-lokomotor dan 3) manipulatif.

  Menurut Zulkifli (2009:32), gerakan-gerakan itu tidak sama asal dan rupanya. Ada gerakan yang merupakan akibat dari kemauan, ada gerakan yang terjadi di luar kemauan dan biasanya kurang disadari karena ia berjalan otomatis. Karena banyak gerakan yang dilakukan anak-anak, agar lebih mudah mengenali gerakannya, dibagi ke dalam tiga golongan seperti berikut.

  Motorik statis yaitu gerakan tubuh sebagai upaya untuk memperoleh a. keseimbangan, misalnya keserasian gerak tangan dan kaki pada waktu kita sedang berjalan.

  Motorik ketangkasan yaitu gerakan untuk melaksanakan tindakan yang b. berwujud ketangkasan dan keterampilan, misalnya gerak melempar, menangkap, dan sebagainya.

  Motorik penguasaan yaitu gerakkan untuk mengendalikan otot-otot, roman c. muka, dan sebagainya. berdasarkan teori di atas dapat peneliti simpulkan bahwa gerak dasar motorik kasar anak usia dini adalah gerak lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif. Pada penelitian ini kemampuan keseimbangan tubuh kemampuan yang dikembangkan termasuk dalam jenis gerakan kemampuan lokomotor dan non-lokomotor. Gerakan yang dilakukan seperti berdiri di atas satu kaki, berjalan dan melompat.

B. Filosofi Keseimbangan Tubuh Anak Usia Dini

  Keseimbangan adalah suatu keadaan di mana tenaga yang berlawanan mampu menjaga pusat berat badan (Samsudin, 2008:9). Dalam kemampuan keseimbangan tubuh, tubuh berusaha untuk mempertahankan pusat gravitasi sehingga tubuh tertumpu pada posisi tegak. Menurut Rahyubi (2012:310), keseimbangan merupakan aspek pembelajaran gerak yang paling dasar, karena semua gerak melibatkan elemen keseimbangan.

  Sujiono (2010:7.5) menyebutkan bahwa keseimbangan diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Untuk melatih keseimbangan pada anak usia TK, misalnya meniti pada balok, membuat keseimbangan dengan satu kaki, menumpu kaki yang lain lurus kebelakang, sedangkan kedua tangan lurus ke samping dengan dibarengi mata dipejamkan dan garakan menekuk lutut dan kembali lurus lagi.

  Rahyubi (2012:220), menjelaskan bahwa perkembangan keseimbangan setidaknya dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut Keseimbangan statis adalah kemampuan mempertahankan posisi tubuh 1. tertentu untuk tidak bergoyang atau roboh. Dapat juga diistilahkan keseimbangan pada saat tubuh diam. Contohnya, berdiri dengan satu kaki.

  Keseimbangan dinamik adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh 2. untuk tidak jatuh pada saat sedang melakukan gerakan atau keseimbangan tubuh pada saat bergerak. Contohnya saat berlari.

  Masitoh (2005:8) mengatakan bahwa pada usia taman kanak-kanak telah tampak otot-otot tubuh yang berkembang sehingga memungkinkan mereka melakukan berbagai jenis keterampilan. Semakin usia mereka bertambah, maka perbandingan antar bagian tubuh akan berubah pula. Selain itu letak grativitasi semakin berada dibagian bawah tubuh, sehingga keseimbangan akan berada pada tungkai bagian bawah. Selanjutnya Samsudin (2008:9), mengatakan bahwa dalam bergerak, anak TK harus menyadari keberadaan dirinya dengan kondisi lingkungan. Mereka harus memanfaatkan indra, mengontrol keseimbangan, mengenali ruang gerak, memahami bagian-bagian tubuh yang dapat digerakkan.

  Monks dkk (2006:106), menjelaskan bahwa sekitar usia 3 tahun anak sudah dapat berjalan secara otomatis, bahkan pada alas yang tidak rata anak sudah dapat berjalan tanpa kesukaran. Sekitar 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Kesukaran yang ada pada belajar berjalan berhubungan dengan kekuatan badannya, yaitu untuk dapat menyandarkan seluruh berat badannya pada satu kaki. Masalah yang lain adalah perkembangan mekanisme keseimbangan yang dibutuhkan untuk dapat berjalan tegak.

  Kemampuan keseimbangan tubuh merupakan salah satu kemampuan yang termasuk dalam penyusun pembentukan aspek perkembangan fisik motorik anak.

  Seperti yang diungkapkan oleh Suyanto (2005: 48), bahwa perkembangan fisik ditunjukkan untuk mengembangkan lima aspek yang meliputi 1) kekuatan (strength), 2) ketahanan (endurance), 3) kecepatan (speed), 4) kecekatan (agility), dan 5) keseimbangan (balance).

  Peneliti memfokuskan penelitian ini pada kemampuan keseimbangan tubuh anak. Dalam Progam Tahunan (PROTA) tahun 2013 tingkat pencapaian perkembangan motirik kasar dalam kemampuan keseimbangan tubuh diantaranya sebagai berikut 1) memutar dan mengayunkan lengan 2) meliukkan tubuh 3) membungkukkan badan 4) berjalan ke berbagai arah misal: berjalan maju pada garis lurus, berjalan di atas papan titian, berjalan ke depan dengan tumit berjalan ke depan dengan jinjit, berjalan mundur 5) melompat ke berbagai arah dengan satu atau dua kaki 6) meloncat dari ketinggian 30-40 cm 7) memanjat, bergantung dan berayun 8) berdiri dengan tumit, berdiri di atas satu kaki dengan seimbang 9) berlari sambil melompat seimbang tanpa jatuh 10) naik sepeda roda dua atau naik otopet.

C. Bermain Halang Rintang Sebagai Metode Pengembangan Kemampuan Keseimbangan Tubuh

1. Metode Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak

  Djamarah dan Aswan Zain (2010: 158) mengatakan bahwa metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang dipergunakan itu tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

  Samsudin (2008:33-34), menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah acara yang dilakukan guru untuk membelajarkan anak agar mencapai kompetensi yang ditetapkan. Metode pembelajaran yang biasa digunakan di TK antara lain metode bercerita, bercakap-cakap, metode tanya jawab, metode karyawisata, demonstrasi, sosiodrama atau bermain peran, eksperimen, metode proyek, metode pemberian tugas.

  Isjoni (2011: 86-94), menyebutkan beberapa motode pembelajaran yang dapat diterapkan di kelompok PAUD yaitu metode bermain, metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode bercerita, metode demonstrasi, metode proyek, dan metode pemberian tugas.

  Moeslihatoen (2004: 24-28) menjelaskan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia TK yaitu: Bermain. bermain yaitu merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan a. pada diri sendiri. Melalui bermain anak anak memperoleh pembatasan dan memahami aturan.

  Karyawisata, bagi anak TK karyawisata berarti memperoleh kesempatan b. untuk mengobservasi, memperoleh informasi secara langsung. Berkaryawisata mempunyai makna penting bagi perkembangan anak karena dapat membangkitkan minat anak kepada suatu hal, memperluas perolehan informasi. Bercakap-cakap, berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan c. secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan perasaan dan gagasan secara verbal. Bercerita. bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari d. satu generasi ke genarasi berikutnya. Bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

  Demonstrasi. Demonstrasi yang berarti menunjukkan, mengerjakan. Melalui e. demonstrasi diharapkan anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan. Proyek adalah salah satu metode yang digunakan untuk melatih kemampuan f. anak memecahkan masalah yang dialami anak dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian tugas, merupakan pekerjaan tertentu yang dengan sengaja harus g. dikerjakan oleh anak yang mendapat tugas. Di Taman Kanak-kanak tugas diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk langsung guru.

  Begitu banyak metode yang ada, hendaknya metode yang digunakan adalah metode yang memungkinkan anak bergerak dan bermain karena gerak dan bermain adalah unsur utama pengembangan motorik anak (Sujiono, 2010:2.14). Motorik kasar anak prasekolah tidak lagi harus berusaha untuk berdiri dan bergerak. Saat anak-anak menggerakkan kaki mereka lebih percaya diri dan membawa diri mereka lebih mantap, kegiatan bergerak di sekeliling lingkungan menjadi lebih otomatis (Santrock, 2011:12).

  Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak (TK) harus menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik anak didik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan metode yang tepat guru juga akan lebih mudah untuk mengkreasikan kegiatan belajar mengajar. Peneliti menggunakan metode bermain untuk mengembangkan kemampuan keseimbangan tubuh anak usia dini. Tedjasaputra (2005:41), menjelaskan bahwa aspek perkembangan motorik kasar juga dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain. Salah satu contoh, bisa diamati pada anak yang lari berkejar-kejaran untuk menangkap temannya. Pada awalnya ia belum terampil untuk berlari, tapi dengan bermain kejar-kejaran, maka anak berminat untuk melakukannya dan menjadi lebih terampil.

2. Bermain Untuk Anak Usia Dini

  Hidayatullah (2008: 4), menjelaskan bahwa bermain adalah aktivitas yang menyenangkan, serius dan sukarela di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran.

  Bermain bersifat serius karena bermain memberikan kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan untuk memunculkan rasa menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, dan memasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu area di mana anak masuk atau terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya melalui bermain.

  Bermain bagi anak usia dini bersifat bebas, tidak mementingkan hasil akhir serta dilakukan secara spontan.

  Moeslichatoen (2004: 32), menjelaskan bahwa bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup. Hurlock (1978:320) dalam bukunya mengatakan bahwa bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

  Hurlock dalam (Tedjasaputra, 2005:52) menyebutkan ada 2 penggolangan utama kegiatan bermain yaitu bermain aktif dan bermain pasif atau dikenal sebagai hiburan (amusement). Bermain aktif adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Sedangkan bermain pasif (amusement) merupakan salah satu bentuk bermain aktif. Bermain pasif dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang tidak terlalu banyak melibatkan aktivitas fisik.

  Musfiroh (2005:34), menjelaskan bahwa bermain sambil belajar merupakan sebuah slogan yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan yakni belajar yang dilakukan anak melalui bermain. Belajar dan bermain adalah satu kesatuan proses terjadi dalam satu kesatuan waktu, karena di dalam bermain itulah sebenarnya terjadi proses belajar, dan proses belajar itu terjadi dalam kegiatan bermain.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan aktivitas fisik yang menyenangkan serius dan sukarela yang dapat memenuhi kebutuhan anak yang dalam pelaksanaannya tidak mementingkan hasil akhir sehingga dapat mengembangkan kemampuan motorik anak, kognitif, sosial, kreativitas. Jadi dengan bermain berarti anak sedang belajar.

3. Bermain Halang Rintang

  Musfiroh (2005:19), mengatakan bahwa melalui bermain, anak dapat mengontrol gerak motor kasar dan halus. Pada saat bermain itulah, mereka mempraktikan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, meloncat, melompat. Anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan atau meloncat, berputar, dan beralih respon untuk irama.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia halang memiliki arti melintang; merintang: tiang yang rebah itu ~ di tengah jalan, sedangkan rintang : merintangi /merintangi/ v 1 mengalangi; mengalang-alangi: pohon yang tumbang di jalan itu

  ~ kendaraan yang akan lewat; 2 mengganggu; mengusik: jangan ~ orang yang sedang.

  Anonimus (2009: 12), kegiatan melintasi halang rintang (MHR) adalah suatu macam kegiatan di lapangan berupa keterampilan fisik, terdiri dari rentetan beberapa mata acara permainan/kegiatan yang satu demi satu sesuai dengan urutannya harus dikerjakan dan dipraktekan dengan melalui proses yang memerlukan keberanian, ketabahan, ketekunan, ketelitian dan keseimbangan serta kegotongroyongan dan kesetiakawanan.

  Halang rintang merupakan suatu permainan yang dapat meningkatkan kemampuan keseimbangan tubuh. Anak-anak usia taman kanak-kanak (TK) sangat menyukai tantangan dalam melakukan aktivitas-aktivitas fisik. Karena alasan inilah peneliti menggunakan halang rintang sebagai kegiatan peningkatan kemampuan motorik khususnya keseimbangan tubuh.

  Kegiatan halang rintang yang peneliti susun akan dilaksanakan di luar kelas. Hal ini bertujuan agar anak dapat bergerak bebas dan leluasa dalam mengikuti kegiatan halang rintang. Ketika anak bermain halang rintang, mereka harus melewati rintangan-rintangan yang menghalangi dan rintangan-rintangan tersebut harus dilewati satu demi satu. Rintangan tersebut antara lain berjalan lurus pada papan titian, berjalan di atas balok, melompat dari satu tempat ke tempat yang lain dengan satu kaki, melompati ban bekas dan lingkaran (mendarat menggunakan satu kaki), serta berjalan ke depan dengan tumit.

4. Manfaat Bermain Halang Rintang Melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar.

  Bermacam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan ini seperti merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang, melempar, dan lain sebagainya (Moeslichatoen, 2004:32).

  Piaget (1992), Curtis (1977), Dansky (1980),Saltz (1980), dan Campbell (1985) dalam Suyanto (2005:124), mengatakan bahwa berbagai penelitian menunjukkan bahwa bermain memungkinkan anak bergerak secara bebas, sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Senada dengan penjelasan di atas, Hidayatullah (2008:8) juga menjelaskan bahwa bermain penting bagi anak untuk mengembangkan dan melatih seluruh bagian tubuh, termasuk mengembangkan daya tahan kardiovaskuler.

  Anonimus (2009:17), menyebutkan bahwa kegiatan melintasi haling rintang (MHR) yang edukatif itu, ditempu dengan melalui kegiatan-kegiatan yang berisikan keterampilan fisik, yang bermanfaat untuk a) melatih indra, memperkuat dan mempertajam cipta, rasa karsa, b) memupuk keberanian, ketabahan, ketekunan, ketelitian dan keseimbangan, c) membentuk jiwa bebas, merdeka, berdisiplin dan bertanggungjawab

  Permainan halang rintang ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya anak dapat melompat dengan satu kaki (engklek), berjalan dengan satu kaki, berjalan menggunakan tumit, dan berdiri dengan satu kaki sehingga kemampuan keseimbangan tubuh dapat terstimulasi secara optimal. Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan keseimbangan tubuh yang baik yang dapat digunakan dalam kehidupan anak sehari-hari.

5. Langkah-Langkah Bermain Halang Rintang

  Anonimus (2009:17), menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan MHR diterapkan sepenuhnya dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan dan sistem among. Sebagai suatu kelompok keterampilan fisik yang terdiri dari beberapa macam permainan atau kegiatan, maka pelaksanaan kegiatan MHR perlu disusun menurut urutan yang disesuaikan dengan metode pendidikan jasmani yang meliputi 3 tahap yaitu 1) tahap pemanasan 2) tahap pemusatan kemampuan dan segala perhatian dan 3) tahap penenangan, sehingga pelaksanaanya dimulai dari yang ringan meningkat pada yang berat, kemudian kembali pada yang ringan lagi.

  Peneliti mengadaptasi aturan permainan halang rintang yang berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh pramuka. Namun dalam pelaksanaanya peneliti melakukan inovasi dengan membuat rintangan yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Sebelum anak bermain haling rintang guru mengenalkan aturan bermain halang rintang lebih dahulu. Selanjutnya guru mencontohkan bagaimana cara dan bagaimana gerakan-gerakan yang digunakan untuk melintasi halang rintang tersebut. Perlengkapan yang digunakan dalam halang rintang sangatlah sederhana seperti papan sebagai papan titian, balok kayu untuk rintangan berjalan di atas balok, ban bekas, karpet kecil dan hulahoop atau lingkaran sebagai tempat pijakkan dalam engklek.

  Setiap anak diberi kesempatan untuk mencoba permainan haling rintang. Guru member instruksi kepada anak untuk mengantri terlebih dahulu sebelum melintasi rintangan-rintangan yang sudah disiapkan. Anak yang sudah berhasil melewati semua rintangan berada pada garis finish sedangkan yang belum melewati rintangan berada pada garis star.

D. Kriteria Keberhasilan

  1. Pengertian Penilaian

  Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah tercapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran (Aqib, 2009:57).

  Menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (2006), penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan data dan menfsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melaui kegiatan pembelajaran.

  Menurut Sudjana (2010: 3), penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu ktiteria tertentu.

  Sedangkanpenilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

  2. Pedoman Penilaian

  Pedoman penelitian menggunakan buku pedoman penilaian dari Depdiknas (2006: 6-7) pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :

  Anak yang belum mencapai indikator seperti yang diharapkan dalam SKH a. atau dalam melaksanakan tugas dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan kosong ().

  Anak yang sudah melebihi indikator yang ada dalam SKH atau mampu b. melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat, cepat, lengkap, benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan penuh ().

  Jika semua anak menunjukan kemampuan sesuai dengan indikator yang c. tertuang dalam SKH, maka pada kolom penilaian ditulis nama semua anak dengan tanda chek list ().

  Berdasarkan buku pedoman penilaian dari Kemendiknas Dirjen Mandas (2010: 1-2) pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut:

  Anak yang belum berkembang (BB) pada lembar penilaian dituliskan nama a. anak dan diberi tanda satu bintang () Anak yang mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator RKH b. mendapatkan tanda dua bintang () Anak yang berkembang sesuai dengan harapan (BSH) mendapatkan tanda c. tiga bintang () Anak yang berkembang sangat baik (BSB) mendapatkan tanda empat d. bintang () Menurut Dimyati (2013: 95) pedoman penilaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

  Tanda  = berhasil/tuntas Tanda  = berhasil dengan bantuan guru Tanda  = belum berhasil

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedomaan penilaian dari Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat Pembinaan TK (2010) :

  Anak yang belum berkembang (BB) pada lembar penilaian dituliskan nama a. anak dan diberi tanda satu bintang () Anak yang mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator RKH b. mendapatkan tanda dua bintang ()

  Anak yang berkembang sesuai dengan harapan (BSH) mendapatkan tanda c. tiga bintang () Anak yang berkembang sangat baik (BSB) mendapatkan tanda empat d. bintang ()

3. Indikator Hasil Belajar

  Indikator merupakan Kompetensi Dasar yang lebih spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar. Apabila serangkaian indikator dalam Kompetensi Dasar sudah dapat dicapai oleh anak didik, berarti target Kompetensi Dasar tersebut telah terpenuhi (Aqib, 2009:56).

  Matrik tahun 2013 yang termasuk tingkat pencapaian perkembangan adalah sebagai berikut 1) melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan 2) melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam menirukantarian atau senam 3) melakukan permainan fisik dengan aturan 4) terampil menggunakan tangan kanan dan kiri 5) melakukan kegiatan kebersihan diri.

  Dalam Program Semester (PROMES) tahun 2013 untuk kelompok B indikator perkembangan motorik kasar antara lain memutar dan mengayunkan lengan, meliukkan tubuh, membungkukkan badan, berjalan ke berbagai arah (misal: berjalan maju dengan jinjit, berjalan mundur, berjalan ke depan dengan tumit berjalan ke depan pada garis lurus, berjalan di atas papan titian, berjalan ke depan dengan tumit, berjalan ke depan dengan jinjit, berjalan mundur), meloncat dari ketinggian 30-40 cm, berlari sambil melompat seimbang tanpa jatuh, berdiri dengan tumit, berdiri di atas satu kaki dengan seimbang, bergerak bebas dengan irama musik, mengekspresikan gerakan sesuai dengan syair lagu dan cerita, mendemonstrasikan kemampuan motorik kasar seperti melompat dan berlari dengan berbagai variasi, merayap dan merangkak dengan berbagai variasi, dan melempar objek ke sasaran dengan satu atau dua tangan.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Tabel 2.1 Indikator kemampuan keseimbangan tubuh

  No Aspek yang dikembangkan

  1 Berdiri di atas satu kaki

  2 Melompat menggunakan satu kaki (engklek)

  3 Berjalan maju pada papan titian

  4 Berjalan ke depan dengan tumit

E. Kerangka Berpikir

  Untuk melatih gerakan motorik kasar anak dapat dilakukan, misalnya dengan melatih anak berdiri di atas satu kaki. Jika anak kurang terampil berdiri di atas satu kaki berarti penguasaan keterampilan lain, seperti berlari akan terpengaruh karena berarti anak tersebut masih belum dapat mengontrol keseimbangan tubuhnya (Sujiono, 2010:1.13).

  Laura E.Berk dalam Suyadi (2010:67), mengatakan bahwa ketika anak-anak bermain, akan muncul adanya keterampilan motorik baru yang masing-masing membentuk pola kehidupannya,

  “you will see that an explosion of new motor skills in early chealhood, each of which build on the simpler movement petterns of toddlerhod

  .” (anda akan melihat adanya keterampilan motorik baru yang muncul pada anak-anak yang masing-masing membentuk pola kehidupannya.). Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian ini, peneliti sebelumnya telah melakukan observasi. Dari observasi tersebut peneliti melihat bahwa perkembangan motorik kasar anak masih belum optimal khususnya kemampuan keseimbangan tubuh.

  Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyusun upaya perbaikan yang dimulai dari siklus I dengan bermain halang rintang. Pada siklus I kemampuan keseimbangan anak sudah meningkat tetapi belum optimal. Siklus I ini dilakukan dalam tiga kali pertemuan.

  Hasil perbaikan pada siklus I yang belum maksimal, maka peneliti mengulang kembali pada siklus II dengan kegiatan yang sama. Dalam 3 kali pertemuan yang kedua ini kemampuan keseimbangan tubuh anak meningkat dengan optimal dan penelitian berhasil.

  Agar lebih mudah dalam memahami maka peneliti membuat kerangka berpikir dalam penelitian ini. Karangka berpikir tersebut adalah sebagai berikut

  1. Kegiatan yang dilakukan kurang mengoptimalkan kemampuan fisik khususnya keseimbangan

  Dilakukan tubuh. upaya dengan

  Kondisi awal

  2. Alat pembelajaran yang PTK digunakan belum mengembangkan kemampuan keseimbangan tubuh anak

  3. Pembelajaran lebih sering dilakukan di dalam kelas.

  1. Kegiatan yang dibuat

  Refleksi Siklus I Siklus I

  sudah meningkatkan

  Kondisi sudah Bermain Halang

  kemampuan keseimbangan

  meningkat dan Rintang

  tubuh anak, namun belum

  ada perbaikan

  optimal

  2. Alat pembelajaran yang digunakan sudah mengembangkan kemampuan keseimbangan tubuh anak

  3. Pembelajaran sudah dilakukan di luar kelas

  Siklus II

  Kemampuan keseimbangan Penelitian

  Bermain Halang

  tubuh anak meningkat berhasil

  Rintang

  dengan optimal

Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir

F. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat diambil hipotesis tindakan bahwa metode bermain halang rintang dapat meningkatkan kemampuan keseimbangan tubuh anak kelompok B TK Belimbing Mulya Desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga semester genap tahun pelajaran2013- 2014.

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala

22 150 78

Hubungan Antara Kegiatan Menggambar Dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini Di Paud Aisyah Desa Karang Pranti Kecamatan Pajarakan Kabubaten Probolinggo

1 46 79

Hubungan Status Gizi Dengan Status Perkembangan Motorik Kasar Anak (Gross Motor) Pada Anak Usia 6 Sampai 24 Bulan di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014

4 35 158

Hubungan Asupan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang Tahun 2014

0 6 146

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia dini - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Ibu dan Pembantu Rumah Tangga sebagai Pengasuh Utama dalam Kegiatan Bermain Anak di Lingkungan Perumahan

0 1 7

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Bermain dengan Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Usia Pra Sekolah di TK. Islam Nurfaidah Balantang Malili Kabupaten Luwu Timur - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 82

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial Emosional Anak 1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini - Suharyati BAB II

0 3 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Usia Dini 1. Definisi - Asif Sulistyo BAB II

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah - Lisa Dwi Mulyani BAB II

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan - Khoirul Fuad Hasyim BAB II

0 0 19