Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG

STIMULASI PERKEMBANGAN TERHADAP

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5

TAHUN DI KELURAHAN KWALA BEKALA

SKRIPSI

Oleh Yunita Hotmaria

061101049

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

Judul :Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala

Peneliti : Yunita Hotmaria

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Nim : 061101049

Tahun : 2010 Tanggal Lulus : 3 Juli 2010

Pembimbing Penguji I

Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep,Sp.KMB NIP. 19750220 200112 2 001 NIP. 19731031 200212 2 002

Penguji II

Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd NIP. 19760120 200012 2 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui

skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 5 Juli 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala

Nama Mahasiswa : Yunita Hotmaria

NIM : 061101049

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Masa kanak-kanak awal merupakan masa pemenuhan aktivitas mandiri anak dengan pergerakannya. Hal ini didukung oleh perkembangan motorik kasar. Perkembangan motorik kasar tidak hanya didukung melalui pemenuhan status gizi saja akan tetapi didukung oleh stimulasi yang diberikan. Ibu memiliki peran yang besar dalam pemberian stimulasi. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan sikap ibu yang baik dalam pemberian stimulasi perkembangan anak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala pada tahun 2010 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel 32 orang ibu yang memilki anak usia 3-5 tahun. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Spearmen. Dari hasil penelitian didapatkan nilai signifikansi (p)=0,782 (p>0,05) untuk hubungan pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak dan didapatkan nilai p=0,569 (p>0,05) untuk hubungan sikap ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak sehingga dinyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Baiknya pengetahuan dan sikap ibu tidak mendukung baiknya perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Oleh karena itu perlu mengidentifikasi hubungan faktor lain seperti status kesehatan anak, kecukupan energi, atau aktivitas anak dengan perkembangan motorik kasar anak.

__________________________________________________________________ Kata kunci :ibu, pengetahuan, sikap, perkembangan motorik kasar, stimulasi,


(4)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Farida Linda Sari, S.Kep, Ns, MKep selaku dosen pembimbing akademik 3. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS sebagai dosen pembimbing skripsi

penulis yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dan bimbingan serta kritik yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini

4. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen penguji I dan Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku dosen penguji II dalam sidang skripsi ini.

5. Bapak Enoh P., S.Sos sebagai Lurah Kelurahan Kwala Bekala Medan yang telah memberikan izin penelitian.


(5)

6. Bapak Prof. Dr. Rusdidjas SpA(k) yang telah bersedia memvalidasi instrumen penelitian.

7. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung dan setiap anggota keluarga responden yang ikut mendukung penelitian ini

8. Teristimewa kepada orangtua tercinta Bapak G. Bancin dan Ibu S. T. Tambunan, serta kepada abang dan adik saya yang telah mendukung saya dengan semangat dan doa.

9. Terkhusus buat sahabatku, Rey Ronald Purba yang telah memberikan semangat dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, terkhusus stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini

11.Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juli 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Prakata... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel... viii

Daftar Lampiran ... ix

Bab 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan ... 7

1.1. Pengertian Pengetahuan ... 7

1.2. Jenis Pengetahuan ... 7

1.3. Hakikat Pengetahuan ... 9

1.4. Sumber Pengetahuan... 10

1.5. Ukuran Kebenaran Pengetahuan ... 12

2. Sikap ... 14

2.1. Pengertian Sikap ... 14

2.2. Faktor Pembentuk Sikap... 15

3. Stimulasi ... 17

3.1. Pengertian Stimulasi ... 17

3.2. Bentuk Stimulasi... 17

3.3. Prinsip Stimulasi ... 18

3.4. Stimulasi Motorik Kasar Usia 3-5 Tahun ... 19

4. Perkembangan Motorik ... 22

4.1. Prinsip Perkembangan Motorik ... 22

4.2. Faktor yang Mempengaruhi Laju Perkembangan Motorik ... 24

4.3. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun... 27

Bab 3. Kerangka Konsep 1. Kerangka Konseptual ... 29

2. Defenisi Operasional ... 30

3. Hipotesa Penelitian ... 31

Bab 4. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian ... 32

2. Populasi dan Sampel penelitian ... 32

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4. Pertimbangan Etik ... 33

5. Instrumen Penelitian ... 34


(7)

7. Proses Pengumpulan Data ... 38

8. Analisa Data ... 40

Bab. 5 Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 42

1.1. Deskripsi Karakteristik Demografi ... 42

1.2.Deskripsi Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan ... 44

1.3. Deskripsi Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan ... 44

1.4. Deskripsi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun. ... 45

1.5. Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun ... 45

1.6. Analisa Hubungan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun ... 46

2. Pembahasan ... 47

2.1. Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan ... 47

2.2. Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan ... 49

2.3. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun ... 50

2.4. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun ... 51

2.5. Hubungan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun ... 52

Bab. 6 Kesimpulan dan Rekomendasi 1.Kesimpulan ... 55

2. Rekomendasi ... 56

2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 56

2.2. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 56


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1. Kerangka konsep penelitian hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun ... 26 Tabel 2. Kriteria penafsiran korelasi ... 41 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi

responden ... 43 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu tentang

stimulasi perkembangan anak ... 44 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu tentang

stimulasi perkembangan anak ... 45 Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase perkembangan motorik kasar

anak usia 3-5 tahun ... 45 Tabel 7. Hasil analisa hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi

perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia

3-5 tahun ... 46 Tabel 8. Hasil analisa hubungan sikap ibu tentang stimulasi

perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak


(10)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

2. Instrumen Penelitian 3. Surat izin Penelitian 4. Hasil Penelitian 5. Curiculum Vitae


(11)

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala

Nama Mahasiswa : Yunita Hotmaria

NIM : 061101049

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Masa kanak-kanak awal merupakan masa pemenuhan aktivitas mandiri anak dengan pergerakannya. Hal ini didukung oleh perkembangan motorik kasar. Perkembangan motorik kasar tidak hanya didukung melalui pemenuhan status gizi saja akan tetapi didukung oleh stimulasi yang diberikan. Ibu memiliki peran yang besar dalam pemberian stimulasi. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan sikap ibu yang baik dalam pemberian stimulasi perkembangan anak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala pada tahun 2010 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel 32 orang ibu yang memilki anak usia 3-5 tahun. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Spearmen. Dari hasil penelitian didapatkan nilai signifikansi (p)=0,782 (p>0,05) untuk hubungan pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak dan didapatkan nilai p=0,569 (p>0,05) untuk hubungan sikap ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak sehingga dinyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Baiknya pengetahuan dan sikap ibu tidak mendukung baiknya perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Oleh karena itu perlu mengidentifikasi hubungan faktor lain seperti status kesehatan anak, kecukupan energi, atau aktivitas anak dengan perkembangan motorik kasar anak.

__________________________________________________________________ Kata kunci :ibu, pengetahuan, sikap, perkembangan motorik kasar, stimulasi,


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya (Depkes RI, 2005).

Masa balita adalah masa emas dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, keterampilan motorik dan sosial emosi berjalan demikian pesatnya. Masa balita juga merupakan masa kritis yang akan menentukan hasil proses tumbuh kembang anak selanjutnya (Hariweni, 2003). Dalam masa perkembangan balita, anak mengalami perubahan yang terjadi dalam hal perubahan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Soetjiningsih, 1995).

Balita yang berusia 3-5 tahun dikategorikan ke dalam masa kanak-kanak awal. Masa kanak-kanak awal merupakan usia dimana ketergantungan secara praktis sudah dilewati, diganti dengan mulai terbentuknya kemandirian. Masa ini dianggap sebagai masa anak untuk belajar keterampilan dalam memenuhi


(13)

keinginan untuk mandiri (Hurlock, 1980) . Salah satu keterampilan yang perlu untuk dikuasai anak adalah keterampilan fisik yaitu keterampilan tangan dan kaki. Anak berusia 3-5 tahun sudah harus dapat melakukan aktivitas seperti makan dan minum sendiri, mandi dan berpakaian sendiri, menyisir rambut, berjalan, berlari, dan mengambil benda yang diperlukannya dengan sendiri (Hurlock, 1980).

Masa kanak-kanak awal disebut juga masa bermain. Pada masa ini, kegiatan bermain merupakan kegiatan yang serius bahkan merupakan kegiatan pokok dalam masa kanak-kanak. Pola bermain anak pada usia ini sudah tidak terlalu difokuskan lagi kepada mainan, akan tetapi anak mulai menggunakan gerak dan ruang yang lebih luas (Hurlock, 1980). Pada masa ini juga, anak sudah mengikuti pendidikan prasekolah atau taman kanak-kanak dimana melalui pendidikan ini anak tidak hanya diajarkan keterampilan kecerdasan, akan tetapi anak juga diajarkan keterampilan berolahraga seperti senam, permainan, dan keterampilan baris berbaris ( Yusuf, 2004).

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak pada usia masa kanak-kanak awal ini memerlukan keterampilan motorik kasar. Pemenuhan aktivitas kemandiriannya, aktivitas bermain, dan keterampilan dalam pendidikan taman kanak-kanak akan maksimal dan baik jika diiringi dengan perkembangan motorik kasar yang baik juga. Melalui keterampilan motorik yang baik, khususnya motorik kasar, anak dapat melakukan aktivitas mandirinya dengan baik, dapat melakukan gerakan-gerakan permainan seperti berlari, meloncat, memanjat, dan dapat melakukan keterampilan berolahraga dan keterampilan baris-berbaris yang diajarkan dalam pendidikan taman kanak-kanak yang diikutinya (Yusuf, 2004). Jika keterampilan motorik kasar anak kurang baik, tidak hanya pemenuhan


(14)

kemandirian aktivitasnya yang terlambat, akan tetapi hal itu juga berdampak kepada perkembangan anak yang lain seperti halnya aktivitas sosial, kemampuan konsentrasi, dan kemampuan motor planning yang juga akan kurang baik (Irwan, 2008).

Perkembangan motorik kasar yang baik, tidak hanya didukung melalui pemenuhan status gizi saja, akan tetapi didukung juga oleh stimulasi yang diberikan (Endah, 2008). Dynamic System Theory yang dikembangkan oleh Thelen & Whiteneyerr (dikutip dari Endah, 2008) menyatakan bahwa untuk membangun kemampuan motorik, anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi tersebut untuk bergerak. Pemberian stimulasi dapat mengoptimalkan perkembangan motorik kasar pada anak sesuai dengan tahap perkembangannya (Hariweni, 2003).

Stimulasi paling banyak didapatkan dari lingkungan terdekat anak. Keluarga atau orangtua, khususnya ibu, merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang anak balita (Soetjiningsih, 1995). Peran seorang ibu dalam pengasuhan anak, juga dalam pemberian stimulasi pada anak sangat besar. Interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya dan sedini mungkin untuk memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak secara menyeluruh. Karena itu diperlukan pengetahuan dan sikap yang benar oleh ibu tentang pemberian stimulasi agar perkembangan motorik kasar anak dapat optimal (Hariweni, 2003). Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengidentifikasikan hubungan


(15)

pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

2. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun?

3. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum :

Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala.

3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan di Kelurahan Kwala Bekala .

2. Mengidentifikasi sikap ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan di Kelurahan Kwala Bekala.

3. Mengidentifikasi perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala.

4. Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan terhadap


(16)

perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala.

5. Mengidentifikasi hubungan antara sikap ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang pentingnya stimulasi dalam mengoptimalkan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

4.2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau keluarga khususnya ibu tentang pentingnya pemberian stimulasi dalam perkembangan motorik kasar anak dalam mencapai tumbuh kembang anak yang optimal.

4.3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat khususnya pada ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang pentingnya stimulasi dalam perkembangan motorik kasar anak dan keaktifan keluarga terkhusus ibu dalam memberikan stimulasi yang baik.


(17)

4.4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan peneliti sehingga menjadi masukan pentingnya stimulasi dalam perkembangan motorik kasar anak dan sebagai data tambahan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hal perkembangan motorik kasar anak.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan

1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran (Gazalba, 1992, dalam Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan dalam kamus filsafat adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini, yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif (Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan dalam arti luas adalah semua kehadiran internasional objek dalam subjek, namun dalam arti sempit pengetahuan adalah kebenaran atau kepastian (Bakhtiar, 2004).

1.2. Jenis Pengetahuan

Burhanuddin Salam (1997) dalam Bakhtiar (2004) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu :

1.2.1. Pengetahuan biasa

Pengetahuan biasa dalam ilmu filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik. Semua orang


(19)

menyebut sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya.

1.2.2. Pengetahuan ilmu

Pengetahuan ilmu adalah ilmu, terjemahan dari science , yang secara sempit diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif yang tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat subjektif, karena dimulai dengan fakta. Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia.

1.2.3. Pengetahuan filsafat

Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu . Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.


(20)

1.2.4. Pengetahuan agama

Pengetahuan agama yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan agama mengandung beberapa hal yang pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal.

1.3. Hakikat Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek atau menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal (Bakhtiar, 2004).

Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan menurut Bakhtiar (2004) yaitu :

a. Realisme

Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata atau fakta. Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.


(21)

b. Idealisme

Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).

Realisme dan idealisme memiliki kelemahan-kelemahan tertentu. Realisme tidak mementingkan subjek sebagai penilai tetapi hanya memfokuskan pada objek yang dinilai, sementara subjek yang menilai memiliki peran penting dalam menghubungkan antar objek dengan ungkapan tentang objek tersebut. Idealisme menimbulkan kebenaran yang relatif karena setiap individu berhak menolak kebenaran yang datang dari luar dirinya. Akibatnya, kebenaran yang bersifat universal tidak diakui. Idealisme juga terlalu mengutamakan subjek sebagai si penilai dengan merendahkan objek yang dinilai sementara subjek yang menilai kadangkala berada pada keadaan yang berubah-ubah seperti sedang marah dan gembira (Bakhtiar, 2004).

1.4. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan yang ada pada manusia diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut (Bakhtiar, 2004).


(22)

Dalam hal ini ada beberapa teori tentang sumber pengetahuan antara lain : a. Empirisme

Empirisme menyatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi (Ahmad Tafsir dalam Bakhtiar, 2004). John Locke mengemukakan bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, kemudian pengalamannya mengisi jiwa yang kosong, dan akhirnya ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan menjadi kompleks, lalu tersusunlah pengetahuan yang berarti (Bakhtiar, 2004).

David Hume (dalam Bakhtiar, 2004) mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yaitu kesan-kesan (impressions) dan pengerian-pengertian atau ide-ide (ideas). Kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.

b. Rasionalisme

Rasionalisme menyatakan bahwa akal adalah dasar dari kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek (Bakhtiar, 2004). Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja,


(23)

tetapi sampainya manusia pada kebenaran adalah semata-mata akal (Bakhtiar, 2004) .

Dari aliran emprisme dan rasionalisme, lahirlah metode ilmiah atau pengetahuan sains. Dalam hal ini, pancaindera mengumpulkan data-data, sedangkan akal menyimpulkan berdasarkan pada prinsip-prinsip universal, yang kemudian disebut universal.

c. Intuisi

Intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menetukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan (Bakhtiar, 2004).

d. Wahyu

Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia lewat perantaraan nabiNya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena pengetahuan itu memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena hal itu memang berada di luar kemampuan manusia (Mustafa, 1997, dalam Bakhtiar, 2004).

1.5. Ukuran Kebenaran Pengetahuan

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Pada setiap jenis pengetahuan, tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya


(24)

tidak sama dengan pengetahuan alam fisik (Bakhtiar, 2004). Kebenaran pengetahuan diidentifikasikan ke dalam beberapa teori epistemologis yaitu teori korespondensi, teori koherensi , teori pragmatisme, dan agama sebagai kebenaran.

Teori korespondensi menyatakan bahwa keadaan benar itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju atau pernyataan atau pendapat tersebut (Suriasumantri, 2000). Pengetahuan adalah benar bila apa yang terdapat dalam budi pikiran subjek itu benar sesuai dengan apa yang ada di dalam objek (Hadi, 1997, dalam Bakhtiar, 2004).

Teori koherensi menyatakan bahwa kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah diketahui dan diakui kebenarannya terlebih dahulu (Surasumantri, 2000).

Teori pragmatisme adalah teori yang menyatakan bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat (Suriasumantri, 2000).

Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia; baik tentang alam, manusia, maupun tentang Tuhan. Dalam agama, yang dikedepankan adalah wahyu yang bersumber dari Tuhan. Suatu hal dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak (Bakhtiar, 2004).


(25)

2. Sikap

2.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

Newcomb (dalam Notoatmodjo, 2007)menyatakan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek. c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini bersama–sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah anaknya terkena polio (Notoatmodjo, 2007).


(26)

Sikap menurut Notostmodjo (2007) terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1. Menerima (Receiving)

Subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek 2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Terlepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah, orang menerima ide tersebut .

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling penting.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Notoadmodjo, 2007).

2.2. Faktor Pembentuk Sikap

Kluytmans (2006) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat berpengaruh pada terbentuknya sikap, yaitu kebutuhan seseorang, informasi tentang objek atau subjek yang dimiliki, dan kelompok di mana ia bergabung. Mengubah kebutuhan seseorang merupakan masalah yang sulit karena kebutuhan


(27)

seseorang tidak langsung dapat diraba (konkret). Oleh karena itu, dalam mempengaruhi sikap, metode yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan informasi atau dan dengan mengubah ikatannya dengan kelompok.

Pembentukan sikap melalui pemberian informasi dipengaruhi oleh sumber datangnya informasi , bentuk dan isi informasi, serta situasi saat informasi itu diberikan (Kluytmans, 2006). Dampak dari penguatan informasi menjadi semakin besar apabila sumbernya dianggap lebih dapat dipercaya, menarik, dan dilihat publik sebagai salah satu dari mereka. Informasi yang berasal dari sumber yang dipercaya akan lebih dahulu diterima daripada sumber yang kurang dipercaya. Dampak pengaruhnya juga akan lebih besar jika informasi dipersepsi publik sebagai salah satu dari mereka. Seseorang yang dapat membuktikan bahwa ia memahami masalah-masalah, kebiasaan, pendapat-pendapat, dan hal-hal lain dari publik mempunyai pengaruh yang besar.

Pembentukan sikap dengan membuat ikatan kelompok baru lebih sulit direalisasikan, tetapi jauh lebih efektif. Untuk dapat bergabung dalam suatu kelompok, seseorang harus menyesuaikan diri terhadap opini, ide-ide, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok. Pengaruh kelompok pada individu akan lebih besar jika kelompok memiliki kontrak yang kuat di dalam kelompok, adanya tahapan tingkatan dalam kelompok, dan anggota baru menempatkan harga (tinggi) pada keanggotaannya yang baru sehingga siap menyesuaikan diri pada kelompok baru tersebut (Kluytmans, 2006).


(28)

3. Stimulasi Perkembangan Anak 3.1. Pengertian Stimulasi

Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak (Soetjiningsih, 1995). Menurut Oktaria (2009) stimulasi tumbuh kembang adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Kemampuan dasar anak yang dirangsang meliputi kemampuan motorik kasar, kemampuan motorik halus, kemampuan berbicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.

Stimulasi hendaknya diberikan sedini mungkin yaitu sejak bayi baru lahir bahkan sebaiknya sejak janin berusia 6 bulan dan diberikan terus menerus secara rutin dan bervariasi oleh setiap orang yang berinteraksi dengan anak pada setiap kesempatan dalam kehidupan sehari-hari (Maharani, 2009). Pemberian stimulasi sangat penting untuk kemajuan perkembangan anak sebab tanpa stimulasi penyelesaian tugas perkembangan anak menjadi sulit atau tidak tercapai (Potter, 2005).

3.2. Bentuk Stimulasi

Bagian Psikologi FK UI dan UKK Pediatri Sosial IDAI (dikut ip dari Soetjiningsih, 1995) menyatakan bahwa stimulasi yang perlu diberikan pada anak balita antara lain : akademik sederhana (pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung), pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat, bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman, menyanyi, menggambar, belajar bahasa (bercakap-cakap, membaca


(29)

gambar, bercerita, mengucapkan syair sederhana), melatih daya ingat dengan bermain jualan atau menyampaikan berita, bermain musik, mengenal tugas dan larangan-larangan, dan aktivitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air besar, kontrol buang air kecil).

Soetjiningsih (1995) menyatakan bahwa perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak. Aktivitas bermain dalam suasana kasih sayang berguna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran anak.

3.3. Prinsip Stimulasi

Tindakan pemberian stimulasi memiliki prinsip dasar yang perlu diperhatikan. Stimulasi hendaknya dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang dengan cara mengajak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan dengan tanpa paksaan dan tidak ada hukuman. Memberikan pujian pada anak atas keberhasilannya akan memotivasi anak lebih baik (Oktaria, 2009).

Stimulasi sebaiknya diberikan sesuai dengan kelompok umur anak secara bertahap terhadap keempat aspek kemampuan dasar anak dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak. Orangtua atau keluarga harus bijak dalam melihat kesiapan anak. Misalnya anak 12 bulan yang sudah dapat berjalan distimulasi untuk perkembangan berikutnya yaitu lari, lompat, dan lempar (Irwan, 2008). Stimulasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman, dan ada di sekitar anak (Oktaria, 2009).


(30)

3.4. Stimulasi Motorik Kasar Usia 3-5 Tahun

Irwan (2008) dan Oktaria (2009) menyatakan bahwa kemampuan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar dapat dirangsang atau distimulasi dengan memberikan kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.

1. Jalan

Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat di tempat, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya.

Stimulasi dapat diberikan dengan mengajak anak bermain permainan yang menggerakkan anak untuk menggerakkan kakinya berpindah-pindah dan menahan kaki dengan lama. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan karpet bergambar atau menempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai dan meminta anak untuk menginjak karpet/lantai. Dapat juga dilakukan dengan permainan yang mengajarkan anak jalan berjinjit sehingga melatih keseimbangan anak dalam berdiri.

2. Lari

Perkembangan lari akan mempengaruhi perkembangan lompat dan melempar. Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki yaitu (1) heel strike :bertumpu pada tumit; (2) toe off : telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung jari kaki; (3) swing : kaki


(31)

berayun; (4) landing : setelah mengayun kaki menapak pada alas. Stimulasi lari dapat dilakukan dengan aktivitas berupa bermain bola, bermain sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2), berlomba lari, bermain dengan berkejar-kejaran serta naik turun tangga.

3. Lompat

Stimulasi lompat dapat diberikan dengan mengajak anak melompat di tempat dan lompatan berjarak. Lompatan berjarak dapat diajarkan dengan mengajak anak untuk melompat dari satu pijakan ke pijakan yang lain misalnya dengan menggambarkan lingkaran-lingkaran dari kapur atau menggunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya kemudian meminta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut. Lompatan diajarkan dengan satu kaki dan dua kaki. 4. Lempar

Stimulasi lempar dapat diberikan dengan mengajak anak bermain lempar tangkap bola. Bola dilempar ke arah anak dan meminta anak untuk menangkapnya dan melemparkan kembali ke arah si pemberi bola. Lempar tangkap bola dapat dilakukan dengan menggradasikan tingkat kesulitannya berdasarkan posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah.


(32)

Bermain sebagai stimulasi motorik kasar anak memiliki hal-hal yang perlu diperhatikan. Menurut Soetjiningsih, beberapa hal yang perlu diperhatikan tersebut antara lain :

a. Ekstra energi

Bermain memerlukan ekstra energi, terlebih lagi permainan yang memerlukan kelincahan.

b. Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain karena bermain adalah aktivitas yang serius bagi anak.

c. Alat permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya. Anak usia 3-5 tahun dapat menggunakan alat permainan sederhana seperti bola dalam menstimulasi motorik kasarnya.

d. Ruangan untuk bermain

Anak memerlukan ruang untuk bermain akan tetapi tidak perlu ruangan khusus. Anak dapat bermain di dalam rumah seperti ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidurnya.

e. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain.

f. Teman bermain

Sebaiknya anak memiliki teman bermain karena jika anak bermain sendiri, ia akan kehilangan kesempatan belajar dari


(33)

teman-temannya. Akan tetapi, terlalu banyak bermain dengan anak lain dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orangtua maka hubungan orangtua dengan anak menjadi akrab dan orangtua dapat segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini.

4. PERKEMBANGAN MOTORIK

Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978).

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik halus adalah perkembangan gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu (Endah, 2008).

4.1. Prinsip Perkembangan Motorik

Hurlock (1978) menyatakan dari beberapa studi perkembangan motorik yang diamatinya, ada lima prinsip perkembangan motorik kasar.


(34)

Adapun lima prinsip perkembangan motorik kasar yaitu :

4.1.1. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan syaraf.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mengatur setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, semakin baik kemampuan motorik anak. Hal ini juga didukung oleh kekuatan otot anak yang baik.

4.1.2. Perkembangan yang berlangsung terus menerus.

Perkembangan motorik berlangsung secara terus menerus sejak pembuahan. Urutan perkembangan cephalocaudal dapat dilihat pada masa awal bayi, pengendalian gerakan lebih banyak di daerah kepala. Saat perkembangan syaraf semakin baik, pengendalian gerakan dikendalikan oleh batang tubuh kemudian di daerah kaki.

Perkembangan secara proximodistal dimulai dari gerakan sendi utama sampai gerakan bagian tubuh terpencil. Misal bayi menggunakan bahu dan siku dalam bergerak sebelum menggunakan pergelangan tangan dan jari tangan.

4.1.3. Perkembangan motorik memiliki pola yang dapat diramalkan. Perkembangan motorik dapat diramalkan ditunjukkan dengan bukti bahwa usia ketika anak mulai berjalan konsisten dengan laju perkembangan keseluruhannya. Misalnya, anak yang duduknya lebih awal akan berjalan lebih awal ketimbang anak yang


(35)

duduknya terlambat. Breckenridge dan Vincent menyatakan cara yang cukup teliti untuk memperkirakan pada umur berapa anak akan mulai berjalan yakni dengan mengalikan umur anak mulai merangkak dengan 1,5 atau dengan mengalikan umur anak mulai duduk dengan 2.

4.1.4. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari.

Reflek primitif ialah gerakan yang tidak disadari, berlangsung secara otomatis dan pada usia tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan yang disadari.

4.1.5. Urutan perkembangan pada anak sama tetapi kecepatannya berbeda Tahap perkembangan motorik setiap anak sama. Akan tetapi kondisi bawaan dan lingkungan mempengaruhi kecepatan perkembangannya.

4.2. Faktor yang Mempengaruhi Laju Perkembangan Motorik

Hurlock (1978) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju perkembangan motorik yaitu faktor keturunan, kehamilan dan kelahiran, kondisi anak, dan motivasi.

4.2.1. Faktor keturunan

Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik. Anak yang memiliki IQ tinggi menunjukkan


(36)

perkembangan motorik yang lebih cepat daripada anak yang memiliki IQ normal atau di bawah normal.

4.2.2. Kehamilan dan kelahiran

Kondisi status gizi ibu dan lingkungan yang baik saat ibu hamil mendorong perkembangan janin yang baik sehingga perkembangan motorik anak juga akan baik.

Kelahiran yang sukar terlebih lagi kelahiran yang mengakibatkan trauma kepala akibat jalan lahir pada umumnya menghambat perkembangan motorik. Anak dengan riwayat lahir prematur juga memiliki perkembangan motorik yang lebih lambat daripada anak yang lahir normal.

4.2.3. Kondisi anak

Status gizi anak yang baik pada dasarnya akan mempercepat perkembangan motorik anak. Keadaan cacat fisik yang terdapat pada anak, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik.

4.2.4. Motivasi

Adanya ransangan, dorongan, dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik. Perlindungan orangtua yang berlebihan akan menghambat berkembangnya kemampuan motorik.

Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan. Hurlock (1956, dalam


(37)

Yusuf, 2004) menyatakan ada beberapa alasan penting tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan anak, yaitu:

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Misalnya anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar, dan memainkan alat-alat mainan.

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya (helplessness) pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang bebas atau tidak bergantung (indenpendence). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan dapat menunjang perkembangan rasa percaya diri (self confidence).

c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.

d. Melalui perkembangan motorik yang normal, anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucil.

e. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self consept atau kepribadian anak.


(38)

4.3. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Perkembangan motorik kasar anak dinilai dari keterampilan motorik kasar anak. Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas motoriknya.

Wong (2003) dan Einon (2005) mengklasifikasikan keterampilan motorik kasar usia 3-5 tahun dalam Tabel Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

Tabel 1. Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun

Usia Keterampilan Motorik Kasar

3 Tahun • Berdiri pada satu kaki untuk 5-10 detik

• Berjalan mundur lebih dari tiga langkah

• Berjalan maju sejauh 2 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 1 m

• Berjalan dengan berjinjit

• Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan

• Berlari dengan baik tetapi masih kesulitan saat berbelok atau berhenti secara mendadak

• Berlari tanpa jatuh

• Mencoba berdansa tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat

• Mendorong, menarik, dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga

• Melompat dari langka h dasar atau tempat pijakan

• Melompat panjang

• Melompat ke depan 5-10 kali dengan dua kaki

• Melompat ke depan 2-5 kali dengan satu kaki

• Membungkuk saat melompat tetapi tidak menekuk lututnya saat mendarat

• Melompati halangan setinggi 7,5-10 cm

• Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki

• Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada 4 Tahun • Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik

Berjalan maju dan mundur dengan berjinjit sejauh 6 kaki

• Berjalan maju sejauh 2,5 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 1,5 m

• Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan


(39)

Tabel 1. (Lanjutan)

4 Tahun • Mulai mengendalikan awal, berhenti, dan berbelok saat berlari

Lomba lari

Bersalto atau berguling ke depan

Melompat dan meloncat dengan satu kaki

Melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki

Melompat ke belakang sekali

• Melompat ke depan 5 kali dengan lebih seimbang tapi dengan banyak gerakan lengan

Melompat dari ketinggian sekitar 80 cm

• Menangkap bola dengan dua tangan yang dilemparkan dari jarak 3 kaki

• Melempar bola kecil dengan kedua tangan kepada seseorang yang berjarak 4-6 kaki (1-2 m) darinya

• Melempar bola bergantian tangan

• Menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki terayun dan tangan mengayun ke arah berlawanan secara bersamaan

5 Tahun • Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik

• Berjalan mundur dengan tumit dan jari kaki

• Berjalan maju sejauh 2,5 - 3 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 2 m

• Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan.

• Dapat berbelok saat berlari

• Dapat berlari dan berhenti sesuai keinginan

• Berlari sambil meloncat sejauh 60 – 84 cm

• Berlari melompati halangan sejauh 23 cm

• Lomba lari

• Bermain skate atau papan seluncur dengan keseimbangan yang baik

• Melompat dan meloncat pada kaki bergantian

• Melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki

• Melompat ke depan 7-9 kali dengan dua kaki secara seimbang

• Melompat ke belakang dua kali berturut-turut

• Melompat dari ketinggian 12 inci

• Melompat sejauh 20 – 25 cm

• Meloncat ke atas

• Melempar dan menangkap bola dengan baik

• Melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke depan

• Mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola


(40)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu yang memilki anak usia 3-5 tahun tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

Skema 3.1. Kerangka konsep penelitian hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun

Ket: : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti

4. Defenisi Operasional Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Perkembangan

motorik kasar anak usia 3-5 tahun :

- Baik

- Cukup Baik - Kurang baik Pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan meliputi pentingnya pemberian stimulasi, prinsip pemberian stimulasi, serta bermain sebagai stimulasi motorik kasar : - Baik - Cukup - Kurang Faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan motorik : - Faktor keturunan - Kehamilan dan

kelahiram - Kondisi anak - Motivasi

Sikap ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan meliputi prinsip pemberian stimulasi serta hal yang perlu diperhatikan dalam bermain :

- Baik - Cukup - Kurang


(41)

1. Variabel Independen a. Pengetahuan b. Sikap Hal-hal yang diketahui ibu yang memiki anak usia 3-5 tahun mengenai pentingnya pemberian stimulasi bagi perkembangan anak, prinsip pemberian stimulasi yang diberikan secara rutin, bertahap , dan bervariasi, serta bermain sebagai stimulasi motorik kasar anak.

Respon ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun terhadap prinsip pemberian

stimulasi yang meliputi

perangsangan anak dalam bergerak, berdiri, berlari, melempar dan melompat secara bertahap dan hal yang perlu diperhatikan dalam bermain.

Kuisioner terdiri dari 11 pernyataan positif dengan pilihan jawaban:

1. Benar = 1 2. Salah = 0

dan 4 pernyataan

negatif dengan pilihan jawaban:

1.Benar = 0 2.Salah = 1

Kuisioner terdiri dari 10 pernyataan dengan alternatif jawaban:

1.Sangat setuju=4

2.Setuju=3

3.Tidak setuju=2

4.Sangat tidak

setuju=1 1. Kurang (0-4) 2. Cukup (5-9) 3. Baik (10-15) 1. Kurang (10-19) 2. Cukup (20-29) 3. Baik (30-40) Ordinal Ordinal 2. Variabel Dependen Perkembanga n motorik kasar Kemampuan anak usia 3-5 tahun dalam melakukan gerak kasar meliputi kemampuan berjalan,berlari, melompat, dan melempar.

Kuisioner terdiri dari 10 pernyataan dengan alternatif jawaban:

1.Sangat mampu=4 2.Mampu=3

3.Kurang mampu=2

4.Sangat kurang

mampu=1 1. Kurang (10-19) 2. Cukup baik (20-29) 3. Baik (30-40) Ordinal


(42)

3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Semakin baik pengetahuan dan sikap ibu maka semakin baik pula perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.


(43)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan tujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bertempat tinggal di Kelurahan Kwala Bekala. Namun jumlah populasi tidak diketahui dengan pasti oleh karena itu penentuan besarnya sampel dilakukan dengan menggunakan tabel power analisis untuk uji korelasi (Polit & Hungler, 1995). Dari rumusan metode tersebut ditetapkan level of significance sebesar 0,05 , power 0,80 , dan effect size sebesar 0,50 , sehingga besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang.

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling . Kriteria sampel yang dipilih adalah ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun baik memilki pengasuh atau tanpa pengasuh, bertempat tinggal di Kelurahan Kwala Bekala, dapat membaca, menulis, dan menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik, dan bersedia menjadi responden.


(44)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah lokasi tersebut dapat dijangkau oleh peneliti, adanya sampel memadai, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak. Penelitian dilakukan selama lima bulan yaitu pada bulan Desember 2009 sampai dengan April 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini memiliki beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden (confidentially), dijaga dengan cara menuliskan inisial pada instrumen dan hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian (Nursalam, 2003).


(45)

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang disusun oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka yang terdiri dari 4 bagian yaitu kuisioner yang berisi data demografi, kuisioner pengetahuan ibu, kuisioner sikap ibu dan kuisioner keterampilan motorik kasar anak usia 3, 4, dan 5 tahun.

5.1.Kuisioner Data Demografi

Kuisioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden yang meliputi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, usia anak, dan jenis kelamin anak.

5.2.Kuisioner Pengetahuan Ibu

Kuisioner pengetahuan ibu berisi pernyataan-pernyataan tentang informasi stimulasi perkembangan anak yang menunjukkan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak. Peneliti menyusun kuisioner ini berdasarkan tinjauan pustaka tentang pentingnya pemberian stimulasi, prinsip stimulasi, dan bermain sebagai stimulasi motorik kasar.

Kuisioner ini terdiri dari 15 pernyataan, yang terbagi dalam 2 pernyataan tentang tujuan pemberian stimulasi , 8 pernyataan tentang prinsip stimulasi dan 5 pernyataan tentang bentuk dan ketentuan pemberian stimulasi motorik kasar . Dari 15 pernyataan, terdapat empat pernyataan negatif yaitu pada nomor 7, 8, 12, 14 dan sebelas pernyataan positif yaitu pada nomor 1-6, 9-11, 13, 15. Penilaian kuisioner ini menggunakan skala Dichotomy dengan skor pilihan, untuk pernyataan negatif, benar (B) =0, salah (S)=1 dan untuk pernyataan positif, benar


(46)

(B) = 1, salah (S) = 0. Total skor berkisar antara 0 sampai 15 untuk setiap pernyataan, sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh responden adalah 0 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 15.

Total skor adalah 0-15. Semakin tinggi jumlah skor maka pengetahuan ibu semakin baik.

Berdasarkan rumus statistik p menurut Sudjana (1992) dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 15 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk pengetahuan (baik, cukup dan kurang baik), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 5. Dengan menggunakan nilai p , maka pengetahuan ibu dikategorikan sebagai berikut:

0-4 = pengetahuan dikatakan kurang 5-9 = pengetahuan dikatakan cukup 10-15= pengetahuan dikatakan baik

5.3. Kuisioner Sikap Ibu

Kuisioner sikap ibu bertujuan untuk mengidentifikasi respon ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang dimodifikasi dari tinjauan pustaka tentang prinsip pemberian stimulasi dan hal yang perlu diperhatikan dalam bermain sebagai stimulasi motorik kasar. Kuisioner ini terdiri dari 10 pernyataan, yang terbagi dalam 5 pernyataan tentang prinsip pemberian stimulasi dan 5 pernyataan tentang hal yang perlu diperhatikan dalam bermain.

Penilaian menggunakan skala Likert yang terdiri dari 10 pernyataan dengan skor pilihan, sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju (TS) = 2 dan


(47)

sangat tidak setuju (STS) = 1. Total skor berkisar antara 1 sampai 4 untuk setiap pernyataan, sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh responden adalah 10 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 40. Semakin tinggi total skor kuisioner maka semakin baik sikap ibu.

Menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (1992), sama seperti pada kuisioner pengetahuan ibu, dengan rentang sebesar 30 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk sikap ibu (baik, cukup dan kurang) didapati panjang kelas sebesar 10.

Dengan p = 10 dan nilai terendah 10 sebagai bawah kelas kategori pertama, maka sikap ibu dikategorikan atas kategori sebagai berikut:

10-19 = sikap ibu dikatakan kurang 20-29 = sikap ibu dikatakan cukup 30-40 = sikap ibu dikatakan baik

5.4. Kuisioner Perkembangan Motorik Kasar Anak

Kuisioner perkembangan motorik kasar anak bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan motorik kasar usia 3-5 tahun . Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang dimodifikasi dari tinjauan pustaka tentang keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun menurut Wong (2003), Einon (2005) dan CRI (1997, dalam Endah, 2008).

Penilaian menggunakan skala Likert yang terdiri dari 10 pernyataan dengan skor pilihan, sangat kurang mampu (SKM) = 1, kurang mampu (KM) = 2, mampu (M) = 3 dan sangat mampu (SM) = 4. Total skor berkisar antara 1 sampai 4 untuk setiap pernyataan, sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh responden


(48)

adalah 10 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 40. Semakin tinggi total skor kuisioner maka semakin baik perkembangan motorik kasar anak.

Menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (1992), dengan rentang sebesar 30 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun (baik, cukup baik, kurang baik) didapatilah panjang kelas sebesar 10.

Dengan p = 10 dan nilai terendah 15 sebagai bawah kelas kategori pertama, maka perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun dikategorikan sebagai berikut:

10-19 = perkembangan motorik kasar dikatakan kurang baik 20-29 = perkembangan motorik kasar dikatakan cukup baik 30-40 = perkembangan motorik kasar dikatakan baik

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang diteliti. Pengujian validitas isi dilakukan kepada ahlinya yaitu guru besar di bidang kedokteran dengan spesialisasi anak. Hasil uji validitas dikatakan valid dilihat dari Coefisient Validity Index (CVI). Coefisient (r) berada diantara 0.00 dan 1.00. Hasil uji validitas yang dilakukan memiliki nilai coefisient validity index sebesar 0,70 untuk instrumen penelitian pengetahuan, sikap, dan perkembangan motorik kasar. Jika coefisient validity index mencapai 0,70 maka instrumen sudah dikatakan valid (Polit & Hungler, 1995). Uji validitas yang dilakukan hanya sekali dengan tanpa memerlukan perbaikan.


(49)

Uji reliabilitas instrumen adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini diketahui dengan melakukan uji reliabilitas dengan uji KR-20 pada instrumen penelitian pengetahuan dan dengan uji cronbach alpha pada instrumen penelitian sikap dan perkembangan motorik kasar. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data kepada 10 orang di luar sampel yang memiliki kriteria yang sama dengan kriteria sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala Lingkungan VII. Instrumen yang baru dikatakan reliable jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0.70 (Polit & Hungler, 1995).

Hasil uji reliabilitas KR-20 pada instrumen penelitian pengetahuan didapatkan nilai reliabilitas 0,951. Dari hasil uji reliabilitas dengan cronbach alpha pada instrumen penelitian sikap didapatkan nilai reliabilitas 0,837 dan pada instrumen penelitian perkembangan motorik kasar nilai reliabilitas 0,812. Karena nilai uji reliabilitas lebih dari 0.70 maka instumen penelitian ini dinyatakan reliable.

7. Proses Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengisi kuisioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu Kelurahan Kwala Bekala.


(50)

Setelah mendapat izin dari Kelurahan Kwala Bekala peneliti melaksanakan pengumpulan data. Peneliti mengumpulkan data pada saat siang hari. Pengumpulan data dilakukan dengan menjumpai warga sekitar Kelurahan Kwala Bekala dan peneliti menanyakan keberadaan rumah warga yang ditempati oleh ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun. Kemudian peneliti menjumpai calon responden.

Saat peneliti menjumpai calon responden, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pelaksanaan penelitian. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Responden diminta untuk mengisi kuisioner data demografi, kuisioner pengetahuan, kuisioner sikap ibu dan kuisioner penilaian perkembangan motorik kasar anak. Selama pengisian kuisioner, peneliti mendampingi responden dan responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pernyatan yang tidak dimengerti. Sebagian besar responden meminta peneliti yang membacakan kuisioner penelitian dan peneliti yang mengisi jawaban kuisioner sesuai dengan jawaban responden.

Setelah kuisioner selesai diisi oleh responden, peneliti mengumpulkan kembali kuisioner dengan terlebih dahulu memeriksa kelengkapan jawaban. Pengumpulan data dilakukan selama empat hari yaitu dari tanggal 1 April 2010 sampai dengan 4 April 2010 dengan jumlah responden yang dijumpai sekitar delapan orang setiap hari. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisis.


(51)

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan pengolahan data atau analisa data. Analisa data dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama editing, yaitu mengecek atau mengoreksi data yang telah dikumpulkan. Tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat mengoreksi. Kedua coding, yaitu pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Ketiga yaitu tabulasi yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode, sesuai dengan analisis yang dibutuhkan (Hasan, 2002). Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Statistik univarat

Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 1999). Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univarat digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel indepen (pengetahuan dan sikap ibu) dan variabel dependen (perkembangan motorik kasar anak). Variabel pengetahuan ibu, sikap ibu, dan perkembangan motorik kasar anak dianalisis dengan menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam distribusi frekuensi. 2) Statistik bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen (pengetahuan dan sikap) dan variabel dependen (perkembangan motorik kasar) digunakan formulasi


(52)

korelasi Spearman. Uji korelasi Spearman digunakan pada penelitian ini karena variabel pengetahuan, sikap dan perkembangan motorik kasar merupakan variabel dengan skala ordinal. Selain itu terdapat distribusi data yang tidak normal pada variabel pengetahuan dan sikap.

Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah korelasi menurut Dahlan (2008). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 2. Kriteria Penafsiran Korelasi

No. Parameter Nilai Interpretasi

1. Kekuatan korelasi (r) 0,00-0,199 1,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat

2. Nilai p p<0,05

p>0,05

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.

3. Arah korelasi (+) positif (-) negatif

Searah, semakin besar nilai satu variabel lainnya.

Berlawanan arah, semakin besar nilai satu

variabel, semakin kecil variabel lainnya.


(53)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan antara lain tentang deskripsi karakteristik responden, deskripsi pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan, deskripsi sikap ibu tentang stimulasi perkembangan, deskripsi perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun, analisa hubungan antara pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun, serta analisa hubungan antara sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala pada bab ini.

1. Hasil Penelitian

1.1. Deskripsi Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: dari responden sebanyak 32 orang diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia dewasa awal (84,4%), lebih dari setengah responden memiliki latar belakang pendidikan SMA (62,5%), dan paling banyak responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (59,4%). Mayoritas responden memiliki anak berjenis kelamin laki-laki (59,4%) dan memiliki anak usia 3 tahun (40,6%). Untuk lebih jelasnya, gambaran karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel berikut.


(54)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase data demografi ibu di Kelurahan Kwala Bekala (n=32)

Demografi responden Frekuensi persentase (%) Usia

Dewasa awal (20-40 tahun) Dewasa madya (40-60 tahun)

27 5

84,4 15,6 Tingkat Pendidikan Formal

SD SMP SMA Diploma Sarjana Pekerjaan 5 3 20 1 3 15,6 9,4 62,5 3,1 9,4

Pegawai Negeri Sipil Ibu Rumah Tangga Wiraswasta

Jenis Kelamin Anak Laki-laki Perempuan Usia Anak 3 tahun 4 tahun 5 tahun 2 19 11 19 13 13 11 8 6,2 59,4 34,4 59,4 34,4 40,6 34,4 25

1.2. Deskripsi Pengetahuan Ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan


(55)

Deskripsi pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan dalam kategori baik (96,9%) dan sebanyak 3,1% ibu memiliki pengetahuan dalam kategori cukup. Untuk lebih jelasnya, gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan (n=32)

karakteristik Frekuensi persentase (%)

Pengetahuan baik 31 96,9

Pengetahuan cukup Jumlah

1 32

3,1 100

__________________________________________________________________

1.3. Deskripsi Sikap Ibu tentang Pemberian Stimulasi Perkembangan Deskripsi sikap ibu tentang stimulasi perkembangan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala diketahui bahwa sebanyak 93,8% ibu memiliki sikap dalam kategori baik dan sebanyak 6,2% ibu memiliki sikap dalam kategori cukup. Untuk lebih jelasnya, gambaran sikap ibu tentang stimulasi perkembangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan (n=32)

Karakteristik Frekuensi persentase (%)


(56)

Sikap cukup Jumlah

2 32

6,2 100

__________________________________________________________________

1.4. Deskripsi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun Deskripsi perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala diketahui bahwa sebanyak 68,8% perkembangan motorik kasar anak dalam kategori baik dan sebanyak 31,2% perkembangan motorik kasar anak dalam kategori cukup baik. Untuk lebih jelasnya, gambaran perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun (n=32)

Karakteristik Frekuensi persentase (%)

Perkembangan baik 22 68,8

Perkembangan cukup baik Jumlah

10 32

31,2 100

__________________________________________________________________

1.5. Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala pada penelitian ini menggunakan uji koefisien korelasi Spearman (Correlations Spearman’s Rho). Dari hasil penelitian didapat nilai p sebesar 0,782 (p>0,05) yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Dengan demikian Ho diterima. Kekuatan korelasi (r) =


(57)

-0,051 yang mengidentifiksasikan bahwa kekuatan hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun dalam kategori sangat lemah. Dengan arah korelasi negatif (-) dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan, maka semakin rendah perkembangan motorik kasar anak. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Hasil analisa hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun

Variabel 1 Variabel 2 R p Keterangan Pengetahuan

ibu

Perkembangan motorik kasar

-0,051 0,782 Hubungan korelasi negatif dengan interpretasi sangat lemah

1 .6 . An a lisa H u bun ga n a n t a r a Sik a p I bu t e n t a ng St im u la si Pe r k e m ba n ga n t e r h a da p Pe r k e m ba n gan M ot or ik Ka sa r An a k U sia 3 - 5 Ta hu n

Hubungan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala dengan uji koefisien korelasi Spearman (Correlations Spearman’s Rho didapat nilai p sebesar 0,569 (p>0,05) yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Dengan demikian Ho diterima. Kekuatan korelasi (r) = 0,104 yang mengidentifiksasikan bahwa kekuatan hubungan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap


(58)

Dengan arah korelasi positif (+) dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi sikap ibu tentang stimulasi perkembangan, maka semakin tinggi perkembangan motorik kasar anak. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Hasil analisa hubungan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun Variabel 1 Variabel 2 R P Keterangan

Sikap ibu Perkembangan motorik kasar

0,104 0,569 Hubungan korelasi positif dengan interpretasi sangat lemah

.

2. Pembahasan

2.1. Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Stimulasi Perkembangan

Hasil penelitian memaparkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang pemberian stimulasi perkembangan yaitu sebanyak 31 orang (96,9%). Hal ini menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang tujuan pemberian stimulasi, prinsip pemberian stimulasi, bentuk stimulasi motorik kasar dan ketentuan dalam pemberian stimulasi motorik kasar.

Data demografi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang usia dewasa awal. Hal ini menunjukkan bahwa responden berada dalam rentang usia yang menuju kematangan berpikir yang

semakin baik. Kematangan berpikir ibu yang baik akan menunjukkan semakin

baiknya pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan pada anak. Hal ini didukung oleh Kluymans (2006) yang menyatakan


(59)

bertambahnya usia seseorang maka kematangan dalam berpikir akan semakin baik.

Pengetahuan ibu yang baik tentang pemberian stimulasi perkembangan juga dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki oleh responden dalam keluarganya. Berdasarkan wawancara singkat peneliti dengan responden, pengetahuan responden dalam memberikan stimulasi bagi perkembangan anak responden berasal dari pengalaman di dalam keluarganya terdahulu. Hal ini didukung oleh pendapat Bakhtiar (2004) yang menyatakan bahwa seorang individu memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Wanita dewasa memiliki pengalaman dalam mengasuh balita dalam lingkungan keluarga dimana pengalaman tersebut merupakan bagian dari fungsi afektif dalam keluarga (Friedman, 1986 dalam Setiawati, 2008). Dengan demikian pengalaman dari keluarga terdahulu akan memberikan pengetahuan bagi ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan anak.

2.2. Sikap Ibu tentang Pemberian Stimulasi Perkembangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap yang baik tentang pemberian stimulasi perkembangan yaitu sebanyak 30 orang (93,8%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki respon yang positif terhadap terhadap pentingnya memberikan stimulasi dengan melatih anak bergerak, berdiri, berlari, melempar dan melompat secara bertahap. Mayoritas responden juga memberikan respon


(60)

yang positif terhadap pentingnya memberikan stimulasi saat anak bermain sesuai dengan ketentuan pemberian stimulasi yang tepat bagi perkembangan anak (dapat dilihat dalam lampiran 5).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu objek. Dalam penentuan sikap, pengetahuan memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007). Dari hasil penelitian diketahui bahwa hamper seluruh responden memiliki pengetahuan yang baik tentang pemberian stimulasi perkembangan. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang menjadikan sikap ibu baik tentang pemberian stimulasi perkembangan oleh karena pengetahuan yang baik tentang pemberian stimulasi perkembangan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Gathiningsih (2010) yang mengungkapkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap. Jika pengetahuan tentang sesuatu hal semakin baik maka akan semakin positif pula sikap yang diberikan.

Data demografi menunjukkan tingkat pendidikan responden sebagian besar (62,5%) berada pada tingkat pendidikan SMA dan sekitar 12,5% pada pada tingkat diploma dan sarjana. Dictionary of education menyatakan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan (Kluytmans, 2006). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik kemampuan sikap. Oleh karena itu ibu dengan tingkat pendidikan yang cukup baik akan memiliki sikap yang baik atau positif terhadap pemberian stimulasi perkembangan anak.


(61)

2.3. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Berdasarkan hasil penelitian, perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala adalah dalam kategori baik (68,8%). Hal ini menyatakan bahwa sebagian besar anak usia 3-5 tahun dari responden memiliki kemampuan motorik kasar yang baik dalam berjalan, berlari, melompat dan melempar.

Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak belajar keterampilan motorik kasar dari lingkungan tersebut (Hurlock, 1978). Salah satu cara anak mempelajari keterampilan motorik adalah dengan meniru atau dengan mengamati suatu model. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (59,4%) responden adalah ibu rumah tangga. Seorang ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak beraktivitas di rumah. Perkembangan motorik kasar anak baik oleh karena anak memiliki kesempatan belajar ketrampilan motorik kasar dari ibu. Anak akan belajar meniru apa yang dilakukan ibunya dan ibu juga meluangkan waktu untuk mengajar anak melakukan berbagai gerakan.

Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan (Hurlock, 1956 dalam Yusuf, 2004). Perkembangan motorik kasar yang baik akan memampukan anak memenuhi tugas kemandiriannya dan melakukan peran psikososialnya dengan baik. Hal ini menunjang perkembangan rasa percaya diri, psikologis, dan sosial anak sehingga membentuk perkembangan kepribadian anak yang baik (Dahlan, 2004).


(62)

2.4. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Stimulasi Perkembangan dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Hasil analisa statistik dalam penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Kwala Bekala. Hasil penelitian yang didapat didukung oleh hasil penelitian oleh Pramusinta (2003) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia di bawah dua tahun di Kabupaten Purworejo.

Tidak adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya pengetahuan tidak selalu diikuti oleh perilaku dengan kesadaran atau motivasi yang kuat dalam memberikan stimulasi perkembangan untuk perkembangan motorik yang pesat. Ibu mengetahui bahwa stimulasi penting dan bermanfaat bagi perkembangan motorik anak namun belum tentu ibu memberikan stimulasi atas dasar hal tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan Notoadmodjo (2007) yang menyatakan bahwa perilaku memiliki proses yang berurutan yakni kesadaran, merasa tertarik, menimbang-nimbang, uji coba, dan adopsi. Adopsi adalah proses perilaku dimana individu berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap suatu objek. Selain itu, menurut Anwar (2000) orangtua akan mampu melakukan fungsinya dengan baik dalam mendorong perkembangan motorik anak jika orangtua memahami tingkatan


(1)

Kode : Tanggal : Alamat :

I. Kuisioner Data Demografi

Petunjuk pengisian: isilah data di bawah ini dengan lengkap. Berilah tanda cek (√) pada tanda kurung yang tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi anda saat ini.

A. Ibu

1. Inisial nama : 2. Nomor Responden :

3. Usia : tahun

4. Pendidikan : ( ) SD ( ) SMA ( ) SMP ( ) Sarjana 5. Pekerjaan : ( ) Pegawai Negeri Sipil

( ) Pegawai BUMN ( ) Pegawai Swasta ( ) Ibu rumah tangga

( ) Lain-lain , sebutkan______________

B. Anak

1. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 2. Usia anak : ( ) 3 tahun

( ) 4 tahun ( ) 5 tahun


(2)

II. Kuisioner Pengetahuan Ibu

Petunjuk pengisian : Berilah tanda cek (√) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan anda ketahui, dimana B: Benar dan S : Salah.

NO PERNYATAAN B S

1. Perkembangan anak akan baik jika anak dilatih bergerak. 2. Pemberian latihan gerakan pada anak dimulai sejak bayi. 3. Latihan gerakan diberikan secara rutin kepada anak dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Latihan gerakan diberikan kepada anak dalam bentuk yang beragam.

5. Jika anak tidak dilatih bergerak maka perkembangan gerakan anak akan lambat.

6. Anak harus dilatih untuk berlari saat anak sudah mampu berjalan.

7. Anak dapat dilatih untuk melompat saat anak baru saja mampu berjalan.

8. Anak dapat dilatih untuk menangkap benda saat anak belum mampu berjalan.

9. Anak dapat dilatih melompat jika anak sudah mampu berlari. 10. Anak dapat dilatih untuk melempar benda jika anak sudah

mampu berjalan.

11. Bermain merupakan salah satu bentuk latihan gerakan yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam bergerak. 12. Bermain pada anak harus menggunakan ruangan khusus. 13. Alat permainan yang digunakan disesuaikan dengan usia

anak.

14. Alat permainan yang digunakan adalah benda yang hanya dijual di toko alat permainan saja.

15. Benda sederhana atau benda yang mudah digunakan sudah dapat dijadikan sebagai alat permainan.


(3)

III. Kuisioner Sikap Ibu

Petunjuk pengisian: isilah data di bawah ini dengan lengkap. Berilah tanda cek (√) pada tanda kurung yang tersedia sesuai dengan pendapat anda, di mana Sangat Setuju : SS, Setuju : S, Tidak Setuju : TS, Sangat Tidak Setuju: STS

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Ibu atau keluarga perlu melatih anak bergerak agar perkembangan anak baik.

2. Saat anak mulai bisa berdiri, ibu atau keluarga seharusnya mengajar anak untuk berjalan. 3. Saat anak sudah bisa berjalan, ibu atau keluarga

seharusnya melatih anak untuk berlari, melompat, dan melempar secara bertahap dan rutin.

4. Anak akan lebih lincah bergerak jika ibu atau keluarga sering mengajak anak bermain setiap harinya.

5. Bermain dengan anak seharusnya dengan tanpa paksaan.

6. Bermain dengan alat permainan yang memerlukan kelincahan, seperti bola, dapat mendukung anak untuk bergerak lebih lincah. 7. Gerakan anak akan lincah jika anak dilatih

dengan permainan yang memerlukan banyak gerakan dan kelincahan.

8. Bermain adalah aktivitas yang serius bagi anak sehingga perlu memberikan waktu bermain untuk anak.

9. Anak perlu teman bermain agar anak dapat belajar gerakan dari temannya.

10. Ibu perlu mendampingi anak dalam bermain agar anak dapat dilatih untuk melakukan berbagai gerakan.


(4)

IV. Kuisioner Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Petunjuk pengisian : Berilah tanda cek (√) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan situasi dan kondisi yang anak anda alami, dimana SM: Sangat Mampu, M: Mampu, KM: Kurang Mampu, SKM: Sangat Kurang Mampu.

NO PERNYATAAN SM M KM SKM

1. Anak saya dapat berdiri dengan satu kaki dalam waktu 5 detik.

2. Anak saya dapat berjalan maju sejauh 2 m di atas balok atau titi dan mundur sejauh 1 m. 3. Anak saya dapat berjalan mundur lebih dari

tiga langkah.

4. Anak saya dapat berjalan sambil berjinjit. 5. Anak saya dapat berlari tanpa sering terjatuh. 6. Anak saya dapat melompat ke atas 5 kali

dengan dua kaki.

7. Anak saya dapat melompat ke atas 2-5 kali dengan satu kaki.

8. Anak saya dapat melompati halangan setinggi 7,5-10 cm.

9. Anak saya dapat menangkap bola dari jarak 1 meter dengan dua tangan.

10. Anak saya dapat menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki.


(5)

Hasil Uji Reabilitas KR-20

Responden Butir Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Σx Σx2

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 196

2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 196

3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 11 121

4 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 12 144

5 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 10 100

6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 169

7 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11 121

8 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 196

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 225

10 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 10 100

Jumlah 10 9 10 9 9 7 9 5 6 8 9 6 10 8 9 124 1568

p 1 0,9 1 0,9 0,9 0,7 0,9 0,5 0,6 0,8 0,9 0,6 1 0,8 0,9

1-p 0 0,1 0 0,1 0,1 0,3 0,1 0,5 0,4 0,2 0,1 0,4 0 0,2 0,1 p(1-p) 0 0,09 0 0,09 0,09 0,21 0,09 0,25 0,24 0,16 0,09 0,24 0 0,16 0,09 1,8 Perhitungan reabilitas KR-20 : dimana k : Jumlah soal

n : Jumlah responden

r =

=

= (1,071) (1 - 0,112) Sx2 =


(6)

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.837 10

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

31.50 8.056 2.838 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item1 28.40 6.711 .760 .808

item2 28.20 6.178 .685 .805

item3 28.30 6.456 .664 .809

item4 28.00 6.667 .408 .836

item5 28.40 6.711 .760 .808

item6 28.40 6.711 .760 .808

item7 28.30 6.456 .664 .809

item8 28.30 5.344 .573 .837

item9 28.60 7.822 .075 .853

item10 28.60 7.378 .336 .837


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KASAR PADA Hubungan Antara Stimulasi Ibu Dengan Perkembangan Motorik Halus Dan Kasar Pada Anak Usia Toddler Di PAUD Mekarsari Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KASAR PADA Hubungan Antara Stimulasi Ibu Dengan Perkembangan Motorik Halus Dan Kasar Pada Anak Usia Toddler Di PAUD Mekarsari Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan.

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3 - 5 TAHUN DI TK AISYIYAH 50 SURAKARTA.

0 1 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI BOYOLALI.

1 2 10

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KELURAHAN SANGKRAH.

0 0 13

Hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi dan perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun COVER

0 0 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER Iis Suwanti

0 1 9

HUBUNGAN ANTARA STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER (1- 3 TAHUN ) DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Hidayatul Laela

0 0 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 2 -3 TAHUN DI PAUD WILAYAH JAMBIDAN BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2011

0 0 9

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KELURAHAN KRANGGAN TEMANGGUNG NASKAH PUBLIKASI - Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi dengan Tingkat Perkembangan pada Anak Usia 3-5 Tah

0 0 11