BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDEN T TEAMS ACHIEVEMEN T DIVISION S DI KELAS VA SEKOLAH DASAR - repository perpustakaa

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

  1. Hakekat Belajar

  a. Pengertian Belajar Aktifitas yang kita sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan kegitan sendiri, ataupun di dalam suatu kelompok tertentu, dipahami atau tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan kita sehari-hari merupakan kegiatan belajar. Pengetian belajar secara Psikologis yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 2) “belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Berikut ini merupakan beberapa definisi pengertian belajar:

  Pengertian belajar menurut Slameto (2010: 2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

  Pengertian belajar di atas diperkuat oleh Abdillah dalam Aunurrahman (2009: 35) yang berpendapat bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik

  6 melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu”.

  Pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, melalui latihan atau pengalaman individu itu sendiri yang di dalamnya menyangkut aspek pengetahuan (kognitif), nilai/sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotor). Belajar dapat diperoleh dari pengalaman pribadinya yang dialami selama hidup sehingga dapat merubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik lagi.

  Belajar dapat mengubah perilaku seseorang baik dari segi kecerdasan maupun mental, salah satu teori belajar yang terkenal berkaitan dengan teori belajar kontruktivisme adalah adalah teori perkembangan mental Piaget. Menurut Rahyubi (2014: 143) teori Kontruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget menjelaskan pengetahuan seseorang merupakan bentukan orang itu sendiri. Lebih jauh lagi Pieget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.

  Perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

  Teori Kontruktivisme Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu, cara maupun kemampuan anak mengkontruksi ilmu berbeda-beda, berdasarkan kemampuan intelektual anak itu sendiri. Adapun implikasi dari teori belajar kontruktivisme yang dikemukakan oleh Peget dalam Rahyubi (2014: 143) dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut:

  a) Tujuan pendidikan menurut pandangan teori belajar kontruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.

  b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan atau ketrampilan dapat dikontruksi oleh siswa. Selain itu, latihan memecahkan masalah sering dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.

  c) Siswa diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya kontruksi pengetahuan pada diri siswa.

  Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Kontruktivisme Piaget sangat mendukung dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Salah satu cara agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik adalah, belajar dengan cara berkelompok. Teori Piaget memandang penting dibentuknya suatu kelompok belajar, sehingga setiap anak akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap perannya di dalam masing-masing kelompok. Pada setiap anggota kelompok belajar, tiap kelompoknya akan memiliki rasa ketergantungan yang positif karena, dalam diri setiap anggota memiliki peran serta dalam mencapai keberhasilan kelompoknya.

  b. Faktor-faktor belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar mempunyai beberapa jenis, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Slameto (2010: 54) menyebutkan, beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu: faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal).

  a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor internal terdiri dari 3 faktor yaitu: jasmaniah, psikologi, dan kesiapan. Faktor jasmaniah misalnya kesehatan, jika siswa mengalami gangguan pada kesehatannya maka akan berpengaruh pada hasil belajar mereka. Faktor internal meliputi: a) faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, b) faktor psikologi yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, c) faktor yang terahir adalah faktor kelelahan.

  b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Masalah yang terjadi di dalam keluarga seperti misalnya kurangnya perhatian orang tua pada anak, atau kegiatan sehari-hari yang kurang baik dari orang tua kepada anak akan mempengaruhi hasil belajar mereka di sekolah. Faktor eksternal meliputi:

  a) faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan; b) faktor sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung metode belajar, dan tugas rumah; c) faktor masyakarat yang terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan hasil belajar siswa.

  c. Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dikemukakan oleh Arifin (2009: 12) menyatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa belanda yaitu

  prestatie.

Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah presatasi belajar (achievement) beda

  dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahun. Sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Prestasi adaalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan/dikerjakan.

  Prestasi juga dapat diartikan sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan. Hamdani (2011: 137) mengemukakan prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

  Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan serangkaian usaha baik secara individu maupun perubahan kemampuan seseorang yang bersifat relatif tetap. Prestasi dapat diwujudkan baik secara individual maupun kelompok.

  Menurut Arifin (2009: 12) Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama, antara lain: a. Prestasi belajar sebagai idikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

  b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

  c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  d. Prestasi belajar sebagai indikator interen dan ektern dari suatu institusi pendidikan.

  e. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator daya serap (kecerdasan siswa)

  Dilihat dari fungsi prestasi belajar di atas, kita dapat mengetahui bahwa prestasi belajar merupakan hal yang penting untuk diketahui. Prestasi belajar bermanfaat untuk guru dalam melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas agar dapat mengetahui perkembangan pada siswanya.

  2. Ilmu Pengetahuan Sosial SD

  a. Pengertian Mata Pelajaran IPS Pengertian pembelajaran IPS menurut Sapriya (2008: 6) “IPS merupakan salah satu pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah

  Dasar. IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta pelajaran ilmu sosial lainnya”. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dikemukakan oleh

  Triyanto (2010: 171) menyebutkan bahwa “pembelajaran IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya”.

  IPS atau studi sosial ini merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, filsafat, dan psikologi sosial.

  Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Barr et al dalam Andriani (2014: 25) adalah, “integrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang mencakup ekonomi, sejarah, geografi, hukum, politik, sosiologi, antopologi, filosofi, dan psikologi”. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempelajari ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi, politik, filosofi, dan psikologi. Materi yang diajarkan oleh guru kepada siswa dimaksudkan agar siswa menjadi warga negara yang yang baik, selain itu pembelajaran IPS yang diajarkan guru kepada siswa dimaksudkan agar, siswa mempunyai sikap demokratis sehingga kelak mereka menjadi warga negara yang memiliki sikap demokratis.

  Berdasaran uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran IPS merupakan salah satu pembelajaran yang diajarkan dari mulai tingkat sekolah dasar. Materinya dipilih dari disiplin ilmu- ilmu sosial yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang ada di sekolah. Pembelajaran IPS ini membahas berbagai masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. b. Tujuan pembelajaran IPS Tujuan pembelajaran IPS menurut Triyanto (2010: 176)

  Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan trampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat.

  Tujuan pembelajaran IPS yang dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah, agar siswa menjadi pribadi yang baik dan agar siswa mampu menghadapi masalahnya sendiri maupun permasalahan orang lain. Pembelajaran IPS sangat penting diberikan kepada siswa agar mereka peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat

  Tujuan dipilihnya materi pembelajaran proklamasi kemerdekaan Indonesia dalam penelitian ini adalah, agar siswa dapat mengetahui proses proklamasi kemerdekaan Indonesia dan dapat menghargai jasa-jasa para pahlawan Indonesia. Materi pelajaran ini mengajarkan siswa agar memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.

  c. Mata pelajaran IPS Materi proklamasi kemerdekaan Indonesia terdapat pada

  pelajaran IPS SD kelas V. Materi menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Kompetensi Dasar yaitu, menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

  Indikator yang terdapat dalam silabus KTSP materi proklamasi kemerdekaan Indonesia antara la in: “Menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di sekitar proklamasi

  (Peristiwa Rengasdengklok dan penyusunan teks proklamasi, detik- detik Proklamasi Kemerdekaan),” membuat riwayat singkat/ringkasan tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa proklamasi, misalnya: Soekarno, Moh. Hatta, A. Soebardjo dan Fatmawati, memberikan contoh cara menghargai jasa tokoh-tokoh kemerdekaan.

  3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

  a. Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 15), “pembelajaran

  Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4- 6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam membuat laporan penelitian pada mata pelajaran IPA dan IPS, sama halnya dengan Slavin, menurut Jhonson dalam Mohseny (2012) kooperatif lerning adalah, starategi pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara bekerja sama dalam tim kecil, yang anggotanya terdiri dari siswa dengan berbagai tingkat kemampuan. Setiap anggota dari Tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar mengenai apa yang diajarkan, tetapi juga setiap anggota tim bertanggung jawab untuk membantu rekan tim mereka jika ada yang belum menguasai pembelajaran.

  Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa agar berani dalam mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Kegiatan belajar yang dilakukan siswa biasanya dihadapkan dengan latihan-latihan soal atau pemecahan masalah. Pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.

  Model pembelajaran kooperatif ini baik untuk membantu siswa memahami konsep yang sulit, dan berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Pembelajaran kooperatif ini, melibatkan siswa aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas dan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Lungdren dalam Isjoni (2010: 13) adalah sebagai berikut:

  (a) Para siswa harus memiliki persiapan bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”. (b) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. (c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. (d) Para siswa membagi tugas dalam berbagai tanggung jawab di antara para anggota kelompok. (e) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. (f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar. (g) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif tersebut menjelaskan bahwa, setiap siswa yang termasuk dalam satu kelompok harus mempunyai rasa solidaritas yang sama. Siswa dalam satu kelompok harus saling membantu satu sama lain. Hal tersebut dilakukan agar kelompok mereka dapat memperoleh predikat sebagai kelompok yang paling kompak dan baik di dalam kelas.

  Model pembelajaran kooperatif juga dikemukakan oleh Lie (2008: 5) yang menyebutkan bahwa model ini muncul akibat dari paradigma terhadap pendidikan telah berubah, diantaranya:

  (a)Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. (b) Siswa membangun pengetahuan secata aktif. (c) Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi siswa. (d) Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara siswa dan interaksi antar guru dan siswa.

  Model pembelajaran kooperatif yang dikemukaan oleh Lie, menjelaskan bahwa pengetahuan siswa dapat dibentuk dan dikembangkan sendiri oleh siswa. Guru terlibat dalam pengembangan kompetansi pada siswa, agar proses belajar siswa dapat berjalan dengan baik.

  Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal- asalan. Adapun unsur-unsur kooperatif menurut Roger dan David Jahnson dalam Lie (2008: 31) yaitu: (a) Saling ketergantungan positif. (b) Tanggung jawab perseorangan. (c) Tatap muka. (d) Komunikasi antar anggota. (e) Evaluasi proses kelompok. b. Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

  Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh Slav in (2005: 143) menyatakan bahwa “STAD merupakan salah satu metode pembelajaran Kooperatif yang paling sederhana, dan model pembelajaran yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”. STAD ini terdiri dari lima komponen utama antara lain: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim

  Pengertian STAD menurut Ray dalam Khan (2011) menyatakan bahwa STAD merupakan salah satu dari strategi pembelajaran, yang membantu meningkatkan kerja sama dan ketrampilan belajar. Metode tersebut dipilih agar siswa dapat berinteraksi dengan baik, dan dapat meningkatkan sikap positif terhadap pembelajaran. Secara singkat tahapan pelaksanaan model pembelajaran STAD adalah sebagai barikut: 1) Penyajian kelas, 2) Belajar kelompok, 3) Tes atau kuis, 4) Skor peningkatan individu, dan 5) Penghargaan kelompok.

  Menurut Slavin (2005: 143) penjabaran lima komponen utama STAD antara lain:

  a) Presentasi Kelas Materi dalam STAD pertama-tama dikenalkan dalam presentasi kelas. Ini merupakan pengajaran langsung yang dipimpin oleh guru kelas. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

  b) Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnis. Fungsi utama dari tim adalah, memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Tim adalah yang paling penting dalam STAD. Tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim harus melakukan yang terbaik untuk tiap anggotanya.

  Pada penelitian yang akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Tiparkidul. Peneliti akan membagi siswa dalam 7 kelompok.

  Jumlah tiap kelompoknya yaitu 4 orang siswa. Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar setiap kelompok dapat menerima tugas dan dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya.

  c) Kuis Kuis dilaksanakan setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi, dan setelah sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan megerjakan kuis individual. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.

  d) Skor Kemajuan Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah, untuk memberikan kepada siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat, dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama.

  e) Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

  Skor tim juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

  Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki fase-fase pembelajaran yang runtut. Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memuat tentang bagaimana cara mengajarkan atau melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik. Berikut ini adalah fase-fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.

  Berikut ini merupakan fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Ibrahim, dkk dalam (Triyanto 2009: 71) yang tertuang pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Fase Kegiatan Guru Fase 1

  Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

  1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Kelebihan model pembelejaran Kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh Roestiyah (2001:17) dalam Gusniar, menyebutkan kelebihan pembelajaran STAD sebagai berikut:

  Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai kelebihan dalam penerapannya pada saat pembelajaran, kelebihan model kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

  Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

  Fase 6

  Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

  Fase 5

  Membimbing kelompok bekerja dan belajar

  Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

  Fase 4

  Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

  Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

  Fase 3

  Menyajikan/menyam paikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

  Fase 2

  Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

  (a) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. (b) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. (c) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya. (d) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi. (e) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini baik digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model ini, dapat membuat siswa lebih aktif saat mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.

  Salah satu tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah, rekognisi tim atau penghargaan kelompok. Pengahargaan kelompok ini diberikan apabila kelompok mempunyai hasil nilai yang baik, penghargaan kelompok tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan kelompok namun juga ditentukan oleh skor individu yang diperoleh setiap anggota kelompok.

  Berikut ini adalah penentuan perhitungan skor dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.

  a) Menghitung skor individu Pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan berikut. Penghitungan skor kemajuan individu menurut Slavin (2005: 159) tertuang pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Perhitungan skor perkembangan individu

  No Rata-rata tim Predikat

  25 Tim Super

  3

  20 Tim Sangat Baik

  2

  15 Tim Baik

  1

Tabel 2.3 Tingkat penghargaan kelompok

  No Nilai Tes Skor

  Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok. Berikut ini tabel 2.3 kategori skor kelompok:

  b) Menghitung skor kelompok Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok.

  5 Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal) 30 poin

  4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin

  3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin

  1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin 2 10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin

  Perkembangan

  c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat dari guru. Guru kemudian memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

  Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang cukup sederhana. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model pembelajaran yang lainnya terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok.

  Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang akan dilaksanakan oleh peneliti, bertujuan agar dalam proses pembelajaran siswa dapat belajar bagaimana menghargai perbedaan, mengalah untuk kepentingan kelompok, serta saling menghargai, dan menghormati pendapat orang lain.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dilakukan. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, seperti penelitian yang telah dilakukan Made Giantara,dkk (2014) tentang “ Pengaruh Penerapan Model Koopeartif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Marga” yang merupakan jenis penelitian eksperimen di SD di kecamatan Marga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas V yang merupakan subjek dalam penelitian ini. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Ni Made Sunilawati, dkk (2013) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika di Tinjau Dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas IV SD.” Penelitian eksperimen ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.

  Penelitian di atas relevan dengan penelitian ini, karena menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, namun hal yang membedakan adalah penelitian ini menggunakan pendekatan PTK.

C. Kerangka pikir

  Karakteristik pembelajaran IPS yang sifatnya abstrak menyebabkan pembelajaran IPS masih sulit dipahami oleh siswa, terurtama pada siswa SD yang cara berpikirnya masih kongkret. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat Teacher Centered. Interaksi belajar didominasi oleh guru, sehingga siswa menjadi pasif, tidak berani bertanya maupun menyampaikan pendapat, sehingga interaksi siswa tidak maksimal. Kerangka pikir penelitian ini tertuang pada gambar 2.1 berikut. Kondisi awal

  1. Pembelajaran masih bersifat

  teacher centered,

  sehingga hasil Tindakan belajar siswa rendah.

  Dalam

  2. Guru masih Siklus I pembelajaran guru mengalami menggunakan kesulitan dalam pembelajaran CL pemilihan model tipe STAD pembelajaran.

  3. Guru sebelum menggunakan Siklus II model CL tipe

  STAD Kondisi akhir

  Penggunaan model CL tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri 3 Tiparkidul

Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian

  Berdasarkan kondisi di atas perlu adanya inovasi dalam pembelajaran

  IPS. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil, yang memungkinkan bagi siswa untuk berbagi dan menambah pengetahuan bersama, membangun kerjasama dan siswa berlatih menerima perbedaan. Melihat karakteristik yang dimiliki pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka dilakukan tindakan untuk mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan harapan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, selain itu guru kelas akan bertambah pengetahuan sikap dan ketrampilan akademiknya. Akibatnya akan meningkatkan profesionalisme dan kualitas guru.

D. Hipotesis Tindakan

  Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada pelaksanaan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran disusun dengan matang, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut, maka diajukan hipotesis tindakan yaitu, penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPS di kelas VA SD Negeri 3 Tiparkidul.

Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 10

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMEN DIVISION ( S T A D ) PADA SISWA KELAS V SD SETIA BUDI TELUKBETUNG SELATAN KOTA BANDARLAMPUNG

0 7 65

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori Konsep 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 41

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN KELAS V SEMESTER 2 SDN 4 PIJI KUDUS

0 0 26

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PEMBELAJARAN IPS SEKOLAH DASAR

0 0 12

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA SEKOLAH DASAR ROSDIATI Guru SD Negeri 004 Toar Kecamatan Gunung Toar rosdiati.teachergmail.com ABSTRAK - UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI

0 1 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MIN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

0 0 136

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI MELALUI BELAJAR KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI KELAS VIII.G SMP NEGERI 1 BANYUASIN III -

0 0 23

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI MELALUI BELAJAR KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI KELAS VIII.G SMP NEGERI 1 BANYUASIN III -

0 0 75