Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Keputusan Investasi Saham Berdasarkan Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan Rekomendasi Penasihat Keuangan T2 912013015 BAB IV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga. Adapun karakteristik
dari 57 partisipan yang digunakan untuk kepentingan
analisis meliputi jenis kelamin, asal daerah, etnis,
pendidikan, dan pengalaman investasi. Pengenalan
terhadap karakter partisipan perlu dilakukan untuk
mengetahui
dan
memahami
perilaku
investasi
partisipan. Berikut merupakan tabel yang menguraikan
lebih lanjut mengenai karakteristik partisipan.
28
Tabel 4.1. Karaktertistik Partisipan
Jumlah
Partisipan
Persentase
Laki-Laki
27
47,40
Perempuan
30
52,60
Jawa
43
75,44
Luar Jawa
14
24,56
Jawa
31
54,40
Tionghoa
12
21,10
Maluku
3
5,30
Ambon
2
3,50
Minahasa
Manado,
Rote-NTT,
Banggai, Timor Leste,
Tobelo, Toraja, Dayak
2
3,50
7*
1,80
S1
27
47,40
S2
30
52,60
Ya
12
21,10
Tidak
45
78,90
Karakteristik
Kategori
Jenis Kelamin
Asal Daerah
Etnis
Pendidikan
Pengalaman
Investasi
Sumber
: Lampiran 3
Keterangan
: *) jumlah partisipan masing-masing etnis = 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa karaktertisik
dari aspek jenis kelamin dan pendidikan mempunyai
jumlah
partisipan
perbandingan
yang
tersebut
hampir
sama
seimbang.
untuk
Rasio
pendidikan
partisipan, antara S1 dan S2. Dilihat dari asal daerah
dan etnisnya, partisipan didominasi oleh mereka yang
berasal dari Jawa. Kemudian, jika dipandang dari
aspek pengalaman investasi, sebagian besar partisipan
tidak mempunyai pengalaman investasi. Tentu saja,
partisipan yang berpengalaman dalam investasi akan
29
mempunyai
pertimbangan
yang
berbeda
dalam
membuat keputusan investasi.
4.2. Hasil Uji Hipotesis
Sebelum menjawab hipotesis penelitian, penting
untuk mengetahui skor reaksi afektif serta besaran
investasi yang diberikan oleh partisipan pada setiap
perusahaan berdasarkan informasi keuangannya. Oleh
karena itu, tabel di bawah ini menyajikan hasil
penelitian berupa statistik deskriptif sekaligus hasil uji
beda Wilcoxon Signed Test terkait dengan perilaku
investasi individu berdasarkan informasi keuangan.
30
Tabel 4.2. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan
Informasi Keuangan
Reaksi Afektif
Industri
Finansial
Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi
Industri
Finansial
Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi
Pilihan
Investasi
Std.
Mean
Deviation
Wilcoxon Signed
Test
Z-statistic p-value
Bank Investasi
4,04
0,706
Abadi
Bank
-4,423
0,000***
Simpanan
3,26
0,955
Sejahtera
PT.Visi
3,67
0,809
Indonesia
-3,543
0,000***
PT. Wawasan
3,02
0,813
Nusantara
Satya Telecom
1,86
0,718
-3,391
0,001***
Mega Telecom
1,54
0,537
Besaran Investasi
Wilcoxon Signed
Std.
Pilihan
Mean
Test
Deviation
Investasi
(juta)
(juta)
Z-statistic p-value
Bank Investasi 137,8
86,02
Abadi
9
Bank
-4,308
0,000***
Simpanan
70,70
73,31
Sejahtera
PT.Visi
114,2
72,42
Indonesia
1
-4,551
0,000***
PT. Wawasan
48,86
58,26
Nusantara
Satya Telecom
6,75
25,22
-0,420
0,674
Mega Telecom
5,70
27,15
Sumber
: Lampiran 4 dan 5
Keterangan : Nilai mean reaksi afektif merupakan rerata dari skala 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Tanda ***)
signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level 5%; *)
signifikan pada level 10%
Berdasarkan hasil eksperimen yang tertuang
dalam data statistik deskriptif berupa mean dan
standar
deviation
(lihat
31
Tabel
4.2.),
partisipan
memberikan skor reaksi afektif kepada Bank Investasi
Abadi
sebesar
4,04,
sedangkan
Bank
Simpanan
Sejahtera sebesar 3,26. Artinya, Bank Investasi Abadi
dinilai lebih baik kinerja keuangannya oleh partisipan
dibandingkan
Bank
Simpanan
Sejahtera.
Untuk
industri periklanan, percetakan dan media, partisipan
menilai kinerja keuangan PT. Visi Indonesia lebih baik
dibandingkan PT. Wawasan Nusantara. Terakhir, pada
industri telekomunikasi, Satya Telecom dinilai lebih
baik kinerja keuangannya dibandingkan Mega Telecom.
Secara keseluruhan, partisipan menilai Bank
investasi Abadi sebagai perusahaan dengan kinerja
keuangan terbaik, sedangkan Mega Telecom dengan
kinerja keuangan terburuk. Terbukti dari terdapatnya
besaran investasi tertinggi yang dialokasikan untuk
Bank Investasi Abadi
yaitu
sebesar 137,89 juta,
sedangkan besaran investasi terendah terdapat pada
Mega Telecom yaitu sebesar 5,70 juta.
Selanjutnya, untuk menjawab hipotesis pertama
bahwa terdapat perbedaan perilaku investasi individu
berdasarkan informasi keuangan, maka dilakukan uji
beda secara statistik dengan menggunakan Wilcoxon
Rank
Test
menunjukkan
(lihat
Tabel
bahwa
investasi
individu
pasangan
perusahaan
4.2.).
terdapat
secara
penelitian
perbedaan
signifikan
dalam
32
Hasil
industri
perilaku
pada
yang
setiap
sama
berdasarkan informasi keuangan. Bank Investasi Abadi
dan Bank Simpanan Sejahtera mempunyai penilaian
kinerja keuangan yang berbeda secara signifikan pada
level 1% (p-value sebesar 0,000). Hasil yang sama (pvalue sebesar 0,000) ditunjukkan pula oleh pasangan
PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara, serta
pasangan perusahaan Satya Telecom dan Mega Telecom
(p-value sebesar 0,001).
Selain itu, perbedaan perilaku investasi individu
juga tampak dari besaran investasi yang dialokasikan
oleh partisipan. Perbedaan besaran investasi yang
signifikan (p-value 0,000) terlihat pada setiap pasangan
perusahaan terkecuali dalam industri Telekomunikasi
yaitu antara perusahaan Satya Telecom dan Mega
Telecom (p-value sebesar 0,674). Dengan kata lain,
maka hipotesis pertama pada penelitian ini diterima,
terkecuali aspek besaran investasi pada perusahaan
Satya Telecom dan Mega Telecom.
Hasil eksperimen selanjutnya dapat dilihat pada
Tabel 4.3. yang berkaitan dengan perilaku investasi
individu berdasarkan informasi keuangan dan citra
perusahaan. Jika dibandingkan dengan hasil data
statistik deskriptif sebelumnya (pada Tabel 4.2.), terjadi
perubahan perilaku investasi individu yang tampak dari
adanya
peningkatan
perusahaan
dengan
skor
citra
33
reaksi
positif.
afektif
pada
Misalnya,
Bank
Investasi Abadi yang sebelumnya mempunyai skor
sebesar 4,04 oleh partisipan meningkat menjadi 4,37.
Artinya,
citra
positif
perusahaan
serta
informasi
keuangannya yang baik membuat penilaian partisipan
terhadap
Bank
Investasi
Abadi
semakin
baik.
Sebaliknya, penurunan skor reaksi afektif terjadi pada
perusahaan dengan citra yang negatif. Misalnya, Mega
Telecom yang awalnya dinilai oleh partisipan sebesar
1,54 menurun menjadi 1,32. Citra perusahaan yang
negatif
serta
tidak
baiknya
informasi
keuangan
menyebabkan Mega Telecom mendapatkan penilaian
yang semakin buruk dari partisipan.
34
Tabel 4.3. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan
Informasi
Keuangan
dan
Citra
Perusahaan
Reaksi Afektif
Industri
Pilihan
Investasi
Std.
Deviation
Mean
Wilcoxon Signed Test
Zp-value
statistic
Bank Investasi
4,37
0,698
Abadi
Finansial
Bank
Simpanan
1,61
0,675
Sejahtera
PT.Visi
Periklanan,
2,49
0,826
Indonesia
Percetakan,
PT. Wawasan
dan Media
3,88
0,683
Nusantara
Telekomu- Satya Telecom
2,96
0,886
nikasi
Mega Telecom
1,32
0,572
Besaran Investasi
Std.
Pilihan
Mean
Industri
Deviation
Investasi
(juta)
(juta)
Bank Investasi
167,02
89,53
Abadi
Finansial
Bank
Simpanan
14,74
37,28
Sejahtera
PT.Visi
Periklanan,
59,30
56,74
Indonesia
Percetakan,
PT. Wawasan
dan Media
85,17
67,27
Nusantara
Telekomu- Satya Telecom
31,32
36,80
nikasi
Mega Telecom
0,00
0,000
-6,583
0,000***
-5,703
0,000***
-6,263
0,000***
Wilcoxon Signed
Test
Z-statistic p-value
-6,296
0,000***
-2,082
0,037**
-5,282
0,000***
Sumber
: Lampiran 4 dan 5
Keterangan : Nilai mean reaksi afektif merupakan rerata dari skala 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Tanda ***)
signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level 5%; *)
signifikan pada level 10%
Berdasarkan hasil eksperimen di atas, juga
mengindikasikan
bahwa
citra
perusahaan
lebih
diutamakan oleh partisipan dibandingkan informasi
keuangan.
Sebagai contoh,
35
terlihat pada
perilaku
investasi individu untuk pasangan perusahaan PT. Visi
Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara. Perusahaan PT.
Visi Indonesia mempunyai informasi keuangan yang
baik. Akan tetapi, karena citra perusahaannya negatif,
membuat penilaian partisipan terhadap perusahaan
semakin buruk (mean reaksi afektif menurun dari 3,67
menjadi 2,49). Berbeda halnya pada PT. Wawasan
Nusantara dengan informasi keuangannya yang tidak
baik, justru dinilai semakin baik oleh partisipan (mean
reaksi afektif meningkat dari 3,02 menjadi 3,88) karena
adanya citra perusahaan yang positif. Dengan demikian,
PT.
Visi
Indonesia
yang
dinilai
lebih
baik
oleh
partisipan pada tahap pertama, dinilai lebih buruk
dibandingkan PT. Wawasan Nusantara pada tahap
kedua ini.
Perubahan perilaku investasi individu tersebut
juga tampak dari besaran investasi yang dialokasikan
partisipan. Perusahaan yang dinilai semakin baik oleh
partisipan, misalnya Bank Investasi Abadi, maka dana
investasi yang dialokasi juga bertambah (sebelumnya
sebesar 137,89 juta menjadi 167,02 juta). Sebaliknya,
semakin
buruk
penilaian
partisipan
terhadap
perusahaan tersebut, maka semakin kecil pula dana
investasi yang dialokasikan. Seperti yang terjadi pada
Mega Telecom dimana dana investasi sebelumnya
36
sebesar 5,70 juta menurun hingga tidak ada yang
melakukan investasi.
Adapun hipotesis kedua dari penelitian ini adalah
terdapat
perbedaan
perilaku
investasi
individu
berdasarkan informasi keuangan dan citra perusahaan.
Terlihat pada Tabel 4.3., terdapat perbedaan perilaku
investasi
individu
baik
dari
maupun
besaran
investasi
aspek
pada
reaksi
tiap
afektif
pasangan
perusahaan. Reaksi afektif setiap pasangan perusahaan
berbeda secara signifikan pada level 1% dengan p-value
sebesar 0,000. Hasil yang sama juga terlihat pada
besaran investasi kecuali perbedaan pada PT. Visi
Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara yang signifikan
pada level 5% dengan p-value sebesar 0,037. Dengan
demikian, hipotesis kedua ini diterima.
Selanjutnya, hasil eksperimen mengenai perilaku
investasi individu berdasarkan informasi keuangan,
citra perusahaan dan rekomendasi penasihat keuangan
tampak pada Tabel 4.4. di bawah ini.
37
Tabel 4.4. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan
Informasi Keuangan, Citra Perusahaan
dan Rekomendasi Penasihat Keuangan
Industri
Finansial
Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi
Industri
Finansial
Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi
Reaksi Afektif
Wilcoxon Signed Test
Pilihan
Std.
Mean
Investasi
Deviation Z-statistic p-value
Bank Investasi
4,44
0,756
Abadi
Bank
-6,499
0,000***
Simpanan
1,70
0,844
Sejahtera
PT.Visi
3,09
0,892
Indonesia
-4,806
0,000***
PT. Wawasan
3,96
0,755
Nusantara
Satya Telecom
2,44
0,708
-5,531
0,000***
Mega Telecom
1,42
0,778
Besaran Investasi
Wilcoxon Signed
Std.
Pilihan
Mean
Test
Deviation
Investasi
(juta)
(juta)
Z-statistic p-value
Bank Investasi
178,07
93,87
Abadi
Bank
-6,065
0,000***
Simpanan
9,91
36,61
Sejahtera
PT.Visi
75,87
59,33
Indonesia
-1,762
0,078*
PT. Wawasan
94,91
71,47
Nusantara
Satya Telecom
20,05
33,46
-4,215
0,000***
Mega Telecom
0,00
0,000
Sumber
: Lampiran 4 dan 5
Keterangan : Nilai mean reaksi afektif merupakan rerata dari skala 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Tanda ***)
signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level 5%; *)
signifikan pada level 10%
38
Berdasarkan
hasil
eksperimen
di
atas,
menunjukkan terdapat penilaian yang sama dengan
yang
hasil
sebelumnya
(keputusan
investasi
berdasarkan informasi keuangan dan citra perusahaan)
dimana Bank Investasi Abadi (skor reaksi afektif
sebesar
4,44)
dinilai
lebih
baik
oleh
partisipan
dibandingkan Bank Simpanan Sejahtera (skor reaksi
afektif sebesar 1,70) pada industri finansial; PT. Visi
Indonesia
dinilai
lebih
buruk
dibandingkan
PT.
Wawasan Nusantara; dan Satya Telecom dinilai lebih
baik daripada Mega Telecom oleh partisipan.
Bila hasil data statistik deskriptif pada Tabel 4.3.
dibandingkan dengan Tabel 4.4., terjadi perubahan
perilaku investasi individu yang tampak dari adanya
peningkatan
besaran
investasi
yang
dialokasikan
partisipan terhadap perusahaan dengan rekomendasi
beli. Misalnya, PT. Visi Indonesia yang sebelumnya
memperoleh
dana
investasi
sebesar
59,30
juta
meningkat menjadi 75,87 juta. Sebaliknya terjadi
penurunan besaran investasi pada perusahaan dengan
rekomendasi jual, misal, Satya Telecom yang awalnya
memperoleh dana investasi dari partisipan sebesar
31,32 juta menurun menjadi 20,05 juta. Hal ini
mengindikasikan
bahwa
rekomendasi
penasihat
keuangan mampu mempengaruhi perilaku keputusan
investasi individu.
39
Terdapat perbedaan perilaku investasi individu
berdasarkan informasi keuangan, citra perusahaan dan
rekomendasi penasihat keuangan merupakan hipotesis
terakhir dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji
beda pada kolom Wilcoxon Signed Test menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada level 1%
dengan p-value sebesar 0,000 untuk tiap pasangan
perusahaan dari aspek reaksi afektif. Hasil yang sama
(p-value sebesar 0,000) juga tampak pada aspek
besaran investasi yang dialokasikan, kecuali untuk PT.
Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara yang
berbeda signifikan pada level 10% dengan p-value
sebesar 0,078. Dengan kata lain, hipotesis terakhir
tersebut diterima.
4.3. Pembahasan
Terdapat
pembahasan
jumlah
tiga
dalam
hipotesis
hal
yang
penelitian
yang
menjadi
pokok
sesuai
dengan
Tiga
pokok
ini,
diajukan.
pembahasan tersebut meliputi: 1)perilaku investasi
individu berdasarkan informasi keuangan, 2)perilaku
investasi individu berdasarkan informasi keuangan dan
citra
perusahaan,
3)perilaku
investasi
individu
berdasarkan informasi keuangan, citra perusahaan dan
rekomendasi
penasihat
keuangan.
40
Berikut
ini
merupakan pembahasan lebih lanjut untuk tiap pokok
bahasan tersebut.
4.3.1. Perilaku Investasi Individu berdasarkan
Informasi Keuangan
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan reaksi afektif yang
signifikan pada setiap pasangan perusahaan dalam
industri
yang
sama
berdasarkan
informasi
keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Ackert et
al. (2003), afektif merupakan kesan dan penilaian
yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan
individu. Maka, dapat dikatakan bahwa semakin
baik
kesan
dan
penilaian
partisipan
terhadap
kinerja keuangan perusahaan, maka dana investasi
yang dialokasikan akan lebih tinggi pula. Hal ini
terbukti dari reaksi afektif yang konsisten dengan
besaran investasi, dimana semakin tinggi reaksi
afektif maka semakin besar pula dana investasi
yang.
Reaksi afektif yang berbeda signifikan secara
tidak langsung berdampak pula pada perbedaan
besaran investasi yang signifikan. Akan tetapi,
berbeda halnya pada pasangan perusahaan di
industri telekomunikasi. Reaksi afektif antara Satya
Telecom
dan
Mega
Telecom
berbeda
secara
signifikan, tetapi tidak untuk besaran investasinya.
41
Perusahaan Satya Telecom dan Mega Telecom
mempunyai kinerja keuangan yang sama-sama
kurang baik, tetapi Satya Telecom dinilai lebih baik
dibandingkan Mega Telecom. Penilaian yang lebih
baik ini dikarenakan adanya informasi keuangan
berupa
kenaikan
tahun
pendapatan
sebelumnya,
perusahaan
meskipun
dari
perusahaan
mengalami kerugian (sama dengan Mega Telecom).
Informasi kenaikan pendapatan membuat investor
percaya
bahwa
perusahaan
masih
mempunyai
prospek ke depannya.
Besaran investasi yang tidak berbeda pada
kedua perusahaan tersebut dikarenakan keduanya
mempunyai kinerja keuangan yang sama yaitu
harga saham yang menurun, serta perusahaan
mengalami kerugian. Satya Telecom dan Mega
Telecom memperoleh alokasi dana investasi terkecil
dibandingkan yang lainnya. Hal ini seiring dengan
pendapat dari Abdelkarim et al. (2009), informasi
keuangan
memudahkan
investor
untuk
memprediksi kinerja perusahaan di masa yang akan
datang serta menaksir risk dan return yang akan
diperolehnya. Informasi keuangan yang kurang baik,
membuat investor menghindar untuk berinvestasi
lebih besar karena adanya risiko yang tinggi dan
tidak sebanding dengan return yang diterima.
42
4.3.2. Perilaku Investasi Individu berdasarkan
Informasi Keuangan dan Citra Perusahaan
Hasil uji beda terhadap perilaku investasi
individu diamati berdasarkan informasi keuangan
dan
citra
perusahaan,
mendukung
penelitian
Junaedi (2005) yang menemukan bahwa informasi
keuangan tidak menjadi salah satu sumber yang
penting dan menentukan dalam proses pengambilan
keputusan bagi para investor. Citra perusahaan
juga menjadi salah satu pertimbangan bagi investor
dalam berinvestasi. Hal ini terbukti dari adanya
perbedaan yang signifikan baik pada reaksi afektif
maupun besaran investasi pada setiap pasangan
perusahaan di industri yang sama.
Perusahaan dengan citra positif mendapatkan
penilaian lebih baik dan secara tidak langsung
berdampak pada dana investasi yang dialokasikan.
Terlihat pada perusahaan Satya Telecom dan Mega
Telecom
dimana
keduanya
memiliki
kinerja
keuangan yang tidak baik, tetapi perilaku investasi
individu
diantara
keduanya
berbeda
secara
signifikan. Reaksi afektif dan besaran investasi
untuk
perusahaan
dibandingkan
Satya
Mega
Telecom
Telecom.
lebih
tinggi
Artinya,
citra
perusahaan Satya Telecom yang positif dinilai baik
dan
membuat
partisipan
43
berani
untuk
mengalokasikan dana investasinya. Berbeda dengan
Mega Telecom, karena citra perusahaan yang negatif
dinilai buruk dan menyebabkan partisipan tidak
berani melakukan investasi. Tidak adanya dana
investasi yang dialokasikan pada perusahaan Mega
Telecom
dikarenakan
dibandingkan
Dengan
risiko
pilihan
karakteristik
lebih
besar
investasi
yang
lainnya.
partisipan
yang
sebagian
besar adalah mahasiswa dan tidak berpengalaman
dalam investasi, tentu saja dana investasi akan
lebih
banyak
dialokasikan
pada
perusahaan-
perusahaan yang dirasa menguntungkan, baik dari
sisi kinerja keuangan maupun citra perusahaannya.
Hal yang serupa juga terjadi pada perusahaan
PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara.
Perilaku investasi individu pada kedua perusahaan
tersebut berbeda secara signifikan. PT. Wawasan
Nusantara
mempunyai
kinerja
keuangan
yang
kurang baik memperoleh alokasi dana investasi
yang lebih besar dibandingkan PT. Visi Indonesia
yang kinerja keuangannya baik. Hal ini dikarenakan
adanya citra perusahaan PT. Wawasan Nusantara
yang dipandang positif oleh partisipan.
Hasil
tersebut
memperkuat
penelitian
MacGregor et al. (2000) serta Cooper et al. (2001)
dalam Lucey dan Dowling (2005) yang menemukan
44
bahwa
citra
perusahaan
mempunyai
dapat
mempengaruhi keputusan investasi seseorang. Mac
Gregor
et
al.
menambahkan
bahwa
citra
perusahaan mempunyai peran yang signifikan bagi
partisipan dalam mengestimasi mengenai kinerja
investasi perusahaan. Citra yang positif membuat
investor yakin untuk berinvestasi serta baiknya
kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Oleh
karena itu, sebaiknya perusahaan tidak hanya
berfokus pada kinerja keuangan saja, tetapi lebih
penting adalah menciptakan dan memelihara citra
perusahaan
penelitian
yang
ini,
baik.
Sesuai
partisipan
dengan
akan
hasil
meningkatkan
investasi pada perusahaan dengan citra yang positif
meskipun kinerja keuangannya kurang baik.
4.3.3. Perilaku Investasi Individu berdasarkan
Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan
Rekomendasi Penasihat Keuangan
Sesuai dengan hasil penelitian Shafi (2014),
tidak
hanya
perusahaan
informasi
saja
yang
keuangan
dan
mempengaruhi
citra
perilaku
investasi individu. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, rekomendasi penasihat keuangan mampu
mempengaruhi
partisipan
dalam
mengambil
keputusan investasi. Hal ini terbukti dari adanya
peningkatan
besaran
45
investasi
dari
hasil
sebelumnya
pada
saat
rekomendasi
beli,
dan
sebaliknya terjadi penurunan saat rekomendasi jual.
Mengingat, karakteristik partisipan dalam penelitian
ini sebagian besar tidak mempunyai pengalaman
investasi, maka hasil ini seiring dengan penelitian
Kelly et al., (2008) yang menemukan bahwa investor
yang
kurang
biasanya
berpengalaman
mengandalkan
dalam
investasi,
rekomendasi
dari
penasihat keuangan.
Meskipun
demikian,
hasil
eksperimen
menunjukkan terdapat perbedaan perilaku investasi
individu yang signifikan. Pada PT. Visi Indonesia
dan
PT.
Wawasan
mempunyai
Nusantara
rekomendasi
beli,
yang
keduanya
berbeda
secara
signifikan baik reaksi afektif maupun besaran
investasinya. PT. Visi Indonesia dinilai lebih buruk
dibandingkan PT. Wawasan Nusantara meskipun
keduanya
memiliki
rekomendasi
yang
sama.
Penilaian yang lebih buruk tersebut diindikasikan
karena adanya citra perusahaan yang negatif dari
PT. Visi Indonesia. Kemudian, besaran investasi
untuk perusahaan PT. Visi Indonesia juga lebih
kecil dibandingkan PT. Wawasan Nusantara dan
berbeda secara signifikan pula.
Selain itu, terlihat pula hal yang sama pada
perusahaan di industri telekomunikasi yaitu Satya
46
Telecom
dan
Mega
mempunyai
Telecom
rekomendasi
yang
jual.
keduanya
Meskipun
rekomendasinya sama, tetapi perilaku investasi
individu untuk kedua perusahaan tersebut berbeda
signifikan. Partisipan masih mengalokasikan dana
pada perusahaan Satya Telecom meskipun ada
rekomendasi
adanya
jual.
citra
Hal
ini
perusahaan
dipandang
positif.
perusahaan
Mega
terjadi
Satya
Berbeda
Telecom,
dikarenakan
Telecom
halnya
adanya
yang
dengan
informasi
keuangan dan citra perusahaan yang negatif serta
didukung rekomendasi jual membuat partisipan
semakin yakin untuk tidak melakukan investasi.
Dengan demikian, dapat diindikasikan bahwa citra
perusahaan
menjadi
perhatian
utama
bagi
partisipan dalam membuat keputusan investasi.
Untuk mendukung hasil penelitian bahwa
rekomendasi penasihat keuangan tidak menjadi
satu-satunya faktor yang terlalu berpengaruh pada
keputusan investasi individu, maka eksperimenter
menambahkan
pertanyaan
tambahan
mengenai
prioritas partisipan dalam mengambil keputusan
investasi. Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
47
Tabel 4.5.
Prioritas
dalam
Pengambilan
Keputusan Investasi
Partisipan �/� (%)
Prioritas
Informasi Keuangan
31/57 (54,36%)
Citra Perusahaan
23/57 (40.35%)
Rekomendasi Penasihat
3/57 (5.26%)
Keuangan
Sumber: Lampiran 2
Tabel
di
atas
menunjukkan
bahwa
rekomendasi penasihat keuangan menjadi prioritas
terakhir dalam pengambilan keputusan investasi.
Dari 57 partisipan, hanya terdapat 3 partisipan
yang menjadikan rekomendasi penasihat keuangan
sebagai prioritas utama. Oleh karena itu, dapat
diindikasikan
bahwa
rekomendasi
penasihat
keuangan tidak menjadi hal yang terpenting dalam
keputusan investasi individu.
4.3.4. Analisis Tambahan
Mengingat
terdapatnya
perbedaan
karakteristik partisipan, maka perlu diamati apakah
hal tersebut akan berdampak dalam pengambilan
keputusan investasi. Berikut ini merupakan tabel
yang menunjukkan hasil uji perbedaan aspek
prioritas
dalam
membuat
keputusan
berdasarkan pendidikan partisipan.
48
investasi
Tabel 4.6. Perbedaan Aspek Prioritas dalam
Mengambil
Keputusan Investasi
Berdasarkan Pendidikan
Prioritas
Pendidikan
N
Mean
Informasi
S1
27
1,26
Keuangan
S2
30
1,67
Citra
S1
27
1,89
Perusahaan
S2
30
1,53
Rekomendasi
S1
27
2,85
S2
30
2,80
Penasihat
Keuangan
Sumber
Keterangan
T
Sig.
-3,060
0,003***
2,113
0,039*
0,385
0,702
: Lampiran 6
: ***) signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level
5%; *) signifikan pada level 10%
Sebagai analisis tambahan, hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aspek
prioritas dalam mengambil keputusan investasi
berdasarkan
pendidikan.
Tabel
di
atas
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prioritas
yang signifikan pada aspek informasi keuangan dan
citra
perusahaan.
Mahasiswa
S1
lebih
memprioritaskan informasi keuangan perusahaan
dalam mengambil keputusan investasi. Hasil ini
mendukung
penelitian
Victoravich
(2010)
yang
menemukan bahwa investor dengan pengetahuan
dan pengalaman yang sedikit mengenai investasi
lebih optimis dalam menilai kinerja perusahaan
melalui informasi keuangan.
49
Berbeda
halnya
dengan
mahasiswa
S2,
dimana partisipan tersebut lebih mengutamakan
citra perusahaan dibandingkan informasi keuangan.
Dengan
kata
lain,
hasil
eksperimen
mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, aspek informasi keuangan
tidak menjadi perhatian utama, melainkan aspek
lain seperti citra perusahaan.
50
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga. Adapun karakteristik
dari 57 partisipan yang digunakan untuk kepentingan
analisis meliputi jenis kelamin, asal daerah, etnis,
pendidikan, dan pengalaman investasi. Pengenalan
terhadap karakter partisipan perlu dilakukan untuk
mengetahui
dan
memahami
perilaku
investasi
partisipan. Berikut merupakan tabel yang menguraikan
lebih lanjut mengenai karakteristik partisipan.
28
Tabel 4.1. Karaktertistik Partisipan
Jumlah
Partisipan
Persentase
Laki-Laki
27
47,40
Perempuan
30
52,60
Jawa
43
75,44
Luar Jawa
14
24,56
Jawa
31
54,40
Tionghoa
12
21,10
Maluku
3
5,30
Ambon
2
3,50
Minahasa
Manado,
Rote-NTT,
Banggai, Timor Leste,
Tobelo, Toraja, Dayak
2
3,50
7*
1,80
S1
27
47,40
S2
30
52,60
Ya
12
21,10
Tidak
45
78,90
Karakteristik
Kategori
Jenis Kelamin
Asal Daerah
Etnis
Pendidikan
Pengalaman
Investasi
Sumber
: Lampiran 3
Keterangan
: *) jumlah partisipan masing-masing etnis = 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa karaktertisik
dari aspek jenis kelamin dan pendidikan mempunyai
jumlah
partisipan
perbandingan
yang
tersebut
hampir
sama
seimbang.
untuk
Rasio
pendidikan
partisipan, antara S1 dan S2. Dilihat dari asal daerah
dan etnisnya, partisipan didominasi oleh mereka yang
berasal dari Jawa. Kemudian, jika dipandang dari
aspek pengalaman investasi, sebagian besar partisipan
tidak mempunyai pengalaman investasi. Tentu saja,
partisipan yang berpengalaman dalam investasi akan
29
mempunyai
pertimbangan
yang
berbeda
dalam
membuat keputusan investasi.
4.2. Hasil Uji Hipotesis
Sebelum menjawab hipotesis penelitian, penting
untuk mengetahui skor reaksi afektif serta besaran
investasi yang diberikan oleh partisipan pada setiap
perusahaan berdasarkan informasi keuangannya. Oleh
karena itu, tabel di bawah ini menyajikan hasil
penelitian berupa statistik deskriptif sekaligus hasil uji
beda Wilcoxon Signed Test terkait dengan perilaku
investasi individu berdasarkan informasi keuangan.
30
Tabel 4.2. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan
Informasi Keuangan
Reaksi Afektif
Industri
Finansial
Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi
Industri
Finansial
Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi
Pilihan
Investasi
Std.
Mean
Deviation
Wilcoxon Signed
Test
Z-statistic p-value
Bank Investasi
4,04
0,706
Abadi
Bank
-4,423
0,000***
Simpanan
3,26
0,955
Sejahtera
PT.Visi
3,67
0,809
Indonesia
-3,543
0,000***
PT. Wawasan
3,02
0,813
Nusantara
Satya Telecom
1,86
0,718
-3,391
0,001***
Mega Telecom
1,54
0,537
Besaran Investasi
Wilcoxon Signed
Std.
Pilihan
Mean
Test
Deviation
Investasi
(juta)
(juta)
Z-statistic p-value
Bank Investasi 137,8
86,02
Abadi
9
Bank
-4,308
0,000***
Simpanan
70,70
73,31
Sejahtera
PT.Visi
114,2
72,42
Indonesia
1
-4,551
0,000***
PT. Wawasan
48,86
58,26
Nusantara
Satya Telecom
6,75
25,22
-0,420
0,674
Mega Telecom
5,70
27,15
Sumber
: Lampiran 4 dan 5
Keterangan : Nilai mean reaksi afektif merupakan rerata dari skala 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Tanda ***)
signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level 5%; *)
signifikan pada level 10%
Berdasarkan hasil eksperimen yang tertuang
dalam data statistik deskriptif berupa mean dan
standar
deviation
(lihat
31
Tabel
4.2.),
partisipan
memberikan skor reaksi afektif kepada Bank Investasi
Abadi
sebesar
4,04,
sedangkan
Bank
Simpanan
Sejahtera sebesar 3,26. Artinya, Bank Investasi Abadi
dinilai lebih baik kinerja keuangannya oleh partisipan
dibandingkan
Bank
Simpanan
Sejahtera.
Untuk
industri periklanan, percetakan dan media, partisipan
menilai kinerja keuangan PT. Visi Indonesia lebih baik
dibandingkan PT. Wawasan Nusantara. Terakhir, pada
industri telekomunikasi, Satya Telecom dinilai lebih
baik kinerja keuangannya dibandingkan Mega Telecom.
Secara keseluruhan, partisipan menilai Bank
investasi Abadi sebagai perusahaan dengan kinerja
keuangan terbaik, sedangkan Mega Telecom dengan
kinerja keuangan terburuk. Terbukti dari terdapatnya
besaran investasi tertinggi yang dialokasikan untuk
Bank Investasi Abadi
yaitu
sebesar 137,89 juta,
sedangkan besaran investasi terendah terdapat pada
Mega Telecom yaitu sebesar 5,70 juta.
Selanjutnya, untuk menjawab hipotesis pertama
bahwa terdapat perbedaan perilaku investasi individu
berdasarkan informasi keuangan, maka dilakukan uji
beda secara statistik dengan menggunakan Wilcoxon
Rank
Test
menunjukkan
(lihat
Tabel
bahwa
investasi
individu
pasangan
perusahaan
4.2.).
terdapat
secara
penelitian
perbedaan
signifikan
dalam
32
Hasil
industri
perilaku
pada
yang
setiap
sama
berdasarkan informasi keuangan. Bank Investasi Abadi
dan Bank Simpanan Sejahtera mempunyai penilaian
kinerja keuangan yang berbeda secara signifikan pada
level 1% (p-value sebesar 0,000). Hasil yang sama (pvalue sebesar 0,000) ditunjukkan pula oleh pasangan
PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara, serta
pasangan perusahaan Satya Telecom dan Mega Telecom
(p-value sebesar 0,001).
Selain itu, perbedaan perilaku investasi individu
juga tampak dari besaran investasi yang dialokasikan
oleh partisipan. Perbedaan besaran investasi yang
signifikan (p-value 0,000) terlihat pada setiap pasangan
perusahaan terkecuali dalam industri Telekomunikasi
yaitu antara perusahaan Satya Telecom dan Mega
Telecom (p-value sebesar 0,674). Dengan kata lain,
maka hipotesis pertama pada penelitian ini diterima,
terkecuali aspek besaran investasi pada perusahaan
Satya Telecom dan Mega Telecom.
Hasil eksperimen selanjutnya dapat dilihat pada
Tabel 4.3. yang berkaitan dengan perilaku investasi
individu berdasarkan informasi keuangan dan citra
perusahaan. Jika dibandingkan dengan hasil data
statistik deskriptif sebelumnya (pada Tabel 4.2.), terjadi
perubahan perilaku investasi individu yang tampak dari
adanya
peningkatan
perusahaan
dengan
skor
citra
33
reaksi
positif.
afektif
pada
Misalnya,
Bank
Investasi Abadi yang sebelumnya mempunyai skor
sebesar 4,04 oleh partisipan meningkat menjadi 4,37.
Artinya,
citra
positif
perusahaan
serta
informasi
keuangannya yang baik membuat penilaian partisipan
terhadap
Bank
Investasi
Abadi
semakin
baik.
Sebaliknya, penurunan skor reaksi afektif terjadi pada
perusahaan dengan citra yang negatif. Misalnya, Mega
Telecom yang awalnya dinilai oleh partisipan sebesar
1,54 menurun menjadi 1,32. Citra perusahaan yang
negatif
serta
tidak
baiknya
informasi
keuangan
menyebabkan Mega Telecom mendapatkan penilaian
yang semakin buruk dari partisipan.
34
Tabel 4.3. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan
Informasi
Keuangan
dan
Citra
Perusahaan
Reaksi Afektif
Industri
Pilihan
Investasi
Std.
Deviation
Mean
Wilcoxon Signed Test
Zp-value
statistic
Bank Investasi
4,37
0,698
Abadi
Finansial
Bank
Simpanan
1,61
0,675
Sejahtera
PT.Visi
Periklanan,
2,49
0,826
Indonesia
Percetakan,
PT. Wawasan
dan Media
3,88
0,683
Nusantara
Telekomu- Satya Telecom
2,96
0,886
nikasi
Mega Telecom
1,32
0,572
Besaran Investasi
Std.
Pilihan
Mean
Industri
Deviation
Investasi
(juta)
(juta)
Bank Investasi
167,02
89,53
Abadi
Finansial
Bank
Simpanan
14,74
37,28
Sejahtera
PT.Visi
Periklanan,
59,30
56,74
Indonesia
Percetakan,
PT. Wawasan
dan Media
85,17
67,27
Nusantara
Telekomu- Satya Telecom
31,32
36,80
nikasi
Mega Telecom
0,00
0,000
-6,583
0,000***
-5,703
0,000***
-6,263
0,000***
Wilcoxon Signed
Test
Z-statistic p-value
-6,296
0,000***
-2,082
0,037**
-5,282
0,000***
Sumber
: Lampiran 4 dan 5
Keterangan : Nilai mean reaksi afektif merupakan rerata dari skala 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Tanda ***)
signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level 5%; *)
signifikan pada level 10%
Berdasarkan hasil eksperimen di atas, juga
mengindikasikan
bahwa
citra
perusahaan
lebih
diutamakan oleh partisipan dibandingkan informasi
keuangan.
Sebagai contoh,
35
terlihat pada
perilaku
investasi individu untuk pasangan perusahaan PT. Visi
Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara. Perusahaan PT.
Visi Indonesia mempunyai informasi keuangan yang
baik. Akan tetapi, karena citra perusahaannya negatif,
membuat penilaian partisipan terhadap perusahaan
semakin buruk (mean reaksi afektif menurun dari 3,67
menjadi 2,49). Berbeda halnya pada PT. Wawasan
Nusantara dengan informasi keuangannya yang tidak
baik, justru dinilai semakin baik oleh partisipan (mean
reaksi afektif meningkat dari 3,02 menjadi 3,88) karena
adanya citra perusahaan yang positif. Dengan demikian,
PT.
Visi
Indonesia
yang
dinilai
lebih
baik
oleh
partisipan pada tahap pertama, dinilai lebih buruk
dibandingkan PT. Wawasan Nusantara pada tahap
kedua ini.
Perubahan perilaku investasi individu tersebut
juga tampak dari besaran investasi yang dialokasikan
partisipan. Perusahaan yang dinilai semakin baik oleh
partisipan, misalnya Bank Investasi Abadi, maka dana
investasi yang dialokasi juga bertambah (sebelumnya
sebesar 137,89 juta menjadi 167,02 juta). Sebaliknya,
semakin
buruk
penilaian
partisipan
terhadap
perusahaan tersebut, maka semakin kecil pula dana
investasi yang dialokasikan. Seperti yang terjadi pada
Mega Telecom dimana dana investasi sebelumnya
36
sebesar 5,70 juta menurun hingga tidak ada yang
melakukan investasi.
Adapun hipotesis kedua dari penelitian ini adalah
terdapat
perbedaan
perilaku
investasi
individu
berdasarkan informasi keuangan dan citra perusahaan.
Terlihat pada Tabel 4.3., terdapat perbedaan perilaku
investasi
individu
baik
dari
maupun
besaran
investasi
aspek
pada
reaksi
tiap
afektif
pasangan
perusahaan. Reaksi afektif setiap pasangan perusahaan
berbeda secara signifikan pada level 1% dengan p-value
sebesar 0,000. Hasil yang sama juga terlihat pada
besaran investasi kecuali perbedaan pada PT. Visi
Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara yang signifikan
pada level 5% dengan p-value sebesar 0,037. Dengan
demikian, hipotesis kedua ini diterima.
Selanjutnya, hasil eksperimen mengenai perilaku
investasi individu berdasarkan informasi keuangan,
citra perusahaan dan rekomendasi penasihat keuangan
tampak pada Tabel 4.4. di bawah ini.
37
Tabel 4.4. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan
Informasi Keuangan, Citra Perusahaan
dan Rekomendasi Penasihat Keuangan
Industri
Finansial
Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi
Industri
Finansial
Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi
Reaksi Afektif
Wilcoxon Signed Test
Pilihan
Std.
Mean
Investasi
Deviation Z-statistic p-value
Bank Investasi
4,44
0,756
Abadi
Bank
-6,499
0,000***
Simpanan
1,70
0,844
Sejahtera
PT.Visi
3,09
0,892
Indonesia
-4,806
0,000***
PT. Wawasan
3,96
0,755
Nusantara
Satya Telecom
2,44
0,708
-5,531
0,000***
Mega Telecom
1,42
0,778
Besaran Investasi
Wilcoxon Signed
Std.
Pilihan
Mean
Test
Deviation
Investasi
(juta)
(juta)
Z-statistic p-value
Bank Investasi
178,07
93,87
Abadi
Bank
-6,065
0,000***
Simpanan
9,91
36,61
Sejahtera
PT.Visi
75,87
59,33
Indonesia
-1,762
0,078*
PT. Wawasan
94,91
71,47
Nusantara
Satya Telecom
20,05
33,46
-4,215
0,000***
Mega Telecom
0,00
0,000
Sumber
: Lampiran 4 dan 5
Keterangan : Nilai mean reaksi afektif merupakan rerata dari skala 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Tanda ***)
signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level 5%; *)
signifikan pada level 10%
38
Berdasarkan
hasil
eksperimen
di
atas,
menunjukkan terdapat penilaian yang sama dengan
yang
hasil
sebelumnya
(keputusan
investasi
berdasarkan informasi keuangan dan citra perusahaan)
dimana Bank Investasi Abadi (skor reaksi afektif
sebesar
4,44)
dinilai
lebih
baik
oleh
partisipan
dibandingkan Bank Simpanan Sejahtera (skor reaksi
afektif sebesar 1,70) pada industri finansial; PT. Visi
Indonesia
dinilai
lebih
buruk
dibandingkan
PT.
Wawasan Nusantara; dan Satya Telecom dinilai lebih
baik daripada Mega Telecom oleh partisipan.
Bila hasil data statistik deskriptif pada Tabel 4.3.
dibandingkan dengan Tabel 4.4., terjadi perubahan
perilaku investasi individu yang tampak dari adanya
peningkatan
besaran
investasi
yang
dialokasikan
partisipan terhadap perusahaan dengan rekomendasi
beli. Misalnya, PT. Visi Indonesia yang sebelumnya
memperoleh
dana
investasi
sebesar
59,30
juta
meningkat menjadi 75,87 juta. Sebaliknya terjadi
penurunan besaran investasi pada perusahaan dengan
rekomendasi jual, misal, Satya Telecom yang awalnya
memperoleh dana investasi dari partisipan sebesar
31,32 juta menurun menjadi 20,05 juta. Hal ini
mengindikasikan
bahwa
rekomendasi
penasihat
keuangan mampu mempengaruhi perilaku keputusan
investasi individu.
39
Terdapat perbedaan perilaku investasi individu
berdasarkan informasi keuangan, citra perusahaan dan
rekomendasi penasihat keuangan merupakan hipotesis
terakhir dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji
beda pada kolom Wilcoxon Signed Test menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada level 1%
dengan p-value sebesar 0,000 untuk tiap pasangan
perusahaan dari aspek reaksi afektif. Hasil yang sama
(p-value sebesar 0,000) juga tampak pada aspek
besaran investasi yang dialokasikan, kecuali untuk PT.
Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara yang
berbeda signifikan pada level 10% dengan p-value
sebesar 0,078. Dengan kata lain, hipotesis terakhir
tersebut diterima.
4.3. Pembahasan
Terdapat
pembahasan
jumlah
tiga
dalam
hipotesis
hal
yang
penelitian
yang
menjadi
pokok
sesuai
dengan
Tiga
pokok
ini,
diajukan.
pembahasan tersebut meliputi: 1)perilaku investasi
individu berdasarkan informasi keuangan, 2)perilaku
investasi individu berdasarkan informasi keuangan dan
citra
perusahaan,
3)perilaku
investasi
individu
berdasarkan informasi keuangan, citra perusahaan dan
rekomendasi
penasihat
keuangan.
40
Berikut
ini
merupakan pembahasan lebih lanjut untuk tiap pokok
bahasan tersebut.
4.3.1. Perilaku Investasi Individu berdasarkan
Informasi Keuangan
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan reaksi afektif yang
signifikan pada setiap pasangan perusahaan dalam
industri
yang
sama
berdasarkan
informasi
keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Ackert et
al. (2003), afektif merupakan kesan dan penilaian
yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan
individu. Maka, dapat dikatakan bahwa semakin
baik
kesan
dan
penilaian
partisipan
terhadap
kinerja keuangan perusahaan, maka dana investasi
yang dialokasikan akan lebih tinggi pula. Hal ini
terbukti dari reaksi afektif yang konsisten dengan
besaran investasi, dimana semakin tinggi reaksi
afektif maka semakin besar pula dana investasi
yang.
Reaksi afektif yang berbeda signifikan secara
tidak langsung berdampak pula pada perbedaan
besaran investasi yang signifikan. Akan tetapi,
berbeda halnya pada pasangan perusahaan di
industri telekomunikasi. Reaksi afektif antara Satya
Telecom
dan
Mega
Telecom
berbeda
secara
signifikan, tetapi tidak untuk besaran investasinya.
41
Perusahaan Satya Telecom dan Mega Telecom
mempunyai kinerja keuangan yang sama-sama
kurang baik, tetapi Satya Telecom dinilai lebih baik
dibandingkan Mega Telecom. Penilaian yang lebih
baik ini dikarenakan adanya informasi keuangan
berupa
kenaikan
tahun
pendapatan
sebelumnya,
perusahaan
meskipun
dari
perusahaan
mengalami kerugian (sama dengan Mega Telecom).
Informasi kenaikan pendapatan membuat investor
percaya
bahwa
perusahaan
masih
mempunyai
prospek ke depannya.
Besaran investasi yang tidak berbeda pada
kedua perusahaan tersebut dikarenakan keduanya
mempunyai kinerja keuangan yang sama yaitu
harga saham yang menurun, serta perusahaan
mengalami kerugian. Satya Telecom dan Mega
Telecom memperoleh alokasi dana investasi terkecil
dibandingkan yang lainnya. Hal ini seiring dengan
pendapat dari Abdelkarim et al. (2009), informasi
keuangan
memudahkan
investor
untuk
memprediksi kinerja perusahaan di masa yang akan
datang serta menaksir risk dan return yang akan
diperolehnya. Informasi keuangan yang kurang baik,
membuat investor menghindar untuk berinvestasi
lebih besar karena adanya risiko yang tinggi dan
tidak sebanding dengan return yang diterima.
42
4.3.2. Perilaku Investasi Individu berdasarkan
Informasi Keuangan dan Citra Perusahaan
Hasil uji beda terhadap perilaku investasi
individu diamati berdasarkan informasi keuangan
dan
citra
perusahaan,
mendukung
penelitian
Junaedi (2005) yang menemukan bahwa informasi
keuangan tidak menjadi salah satu sumber yang
penting dan menentukan dalam proses pengambilan
keputusan bagi para investor. Citra perusahaan
juga menjadi salah satu pertimbangan bagi investor
dalam berinvestasi. Hal ini terbukti dari adanya
perbedaan yang signifikan baik pada reaksi afektif
maupun besaran investasi pada setiap pasangan
perusahaan di industri yang sama.
Perusahaan dengan citra positif mendapatkan
penilaian lebih baik dan secara tidak langsung
berdampak pada dana investasi yang dialokasikan.
Terlihat pada perusahaan Satya Telecom dan Mega
Telecom
dimana
keduanya
memiliki
kinerja
keuangan yang tidak baik, tetapi perilaku investasi
individu
diantara
keduanya
berbeda
secara
signifikan. Reaksi afektif dan besaran investasi
untuk
perusahaan
dibandingkan
Satya
Mega
Telecom
Telecom.
lebih
tinggi
Artinya,
citra
perusahaan Satya Telecom yang positif dinilai baik
dan
membuat
partisipan
43
berani
untuk
mengalokasikan dana investasinya. Berbeda dengan
Mega Telecom, karena citra perusahaan yang negatif
dinilai buruk dan menyebabkan partisipan tidak
berani melakukan investasi. Tidak adanya dana
investasi yang dialokasikan pada perusahaan Mega
Telecom
dikarenakan
dibandingkan
Dengan
risiko
pilihan
karakteristik
lebih
besar
investasi
yang
lainnya.
partisipan
yang
sebagian
besar adalah mahasiswa dan tidak berpengalaman
dalam investasi, tentu saja dana investasi akan
lebih
banyak
dialokasikan
pada
perusahaan-
perusahaan yang dirasa menguntungkan, baik dari
sisi kinerja keuangan maupun citra perusahaannya.
Hal yang serupa juga terjadi pada perusahaan
PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara.
Perilaku investasi individu pada kedua perusahaan
tersebut berbeda secara signifikan. PT. Wawasan
Nusantara
mempunyai
kinerja
keuangan
yang
kurang baik memperoleh alokasi dana investasi
yang lebih besar dibandingkan PT. Visi Indonesia
yang kinerja keuangannya baik. Hal ini dikarenakan
adanya citra perusahaan PT. Wawasan Nusantara
yang dipandang positif oleh partisipan.
Hasil
tersebut
memperkuat
penelitian
MacGregor et al. (2000) serta Cooper et al. (2001)
dalam Lucey dan Dowling (2005) yang menemukan
44
bahwa
citra
perusahaan
mempunyai
dapat
mempengaruhi keputusan investasi seseorang. Mac
Gregor
et
al.
menambahkan
bahwa
citra
perusahaan mempunyai peran yang signifikan bagi
partisipan dalam mengestimasi mengenai kinerja
investasi perusahaan. Citra yang positif membuat
investor yakin untuk berinvestasi serta baiknya
kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Oleh
karena itu, sebaiknya perusahaan tidak hanya
berfokus pada kinerja keuangan saja, tetapi lebih
penting adalah menciptakan dan memelihara citra
perusahaan
penelitian
yang
ini,
baik.
Sesuai
partisipan
dengan
akan
hasil
meningkatkan
investasi pada perusahaan dengan citra yang positif
meskipun kinerja keuangannya kurang baik.
4.3.3. Perilaku Investasi Individu berdasarkan
Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan
Rekomendasi Penasihat Keuangan
Sesuai dengan hasil penelitian Shafi (2014),
tidak
hanya
perusahaan
informasi
saja
yang
keuangan
dan
mempengaruhi
citra
perilaku
investasi individu. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, rekomendasi penasihat keuangan mampu
mempengaruhi
partisipan
dalam
mengambil
keputusan investasi. Hal ini terbukti dari adanya
peningkatan
besaran
45
investasi
dari
hasil
sebelumnya
pada
saat
rekomendasi
beli,
dan
sebaliknya terjadi penurunan saat rekomendasi jual.
Mengingat, karakteristik partisipan dalam penelitian
ini sebagian besar tidak mempunyai pengalaman
investasi, maka hasil ini seiring dengan penelitian
Kelly et al., (2008) yang menemukan bahwa investor
yang
kurang
biasanya
berpengalaman
mengandalkan
dalam
investasi,
rekomendasi
dari
penasihat keuangan.
Meskipun
demikian,
hasil
eksperimen
menunjukkan terdapat perbedaan perilaku investasi
individu yang signifikan. Pada PT. Visi Indonesia
dan
PT.
Wawasan
mempunyai
Nusantara
rekomendasi
beli,
yang
keduanya
berbeda
secara
signifikan baik reaksi afektif maupun besaran
investasinya. PT. Visi Indonesia dinilai lebih buruk
dibandingkan PT. Wawasan Nusantara meskipun
keduanya
memiliki
rekomendasi
yang
sama.
Penilaian yang lebih buruk tersebut diindikasikan
karena adanya citra perusahaan yang negatif dari
PT. Visi Indonesia. Kemudian, besaran investasi
untuk perusahaan PT. Visi Indonesia juga lebih
kecil dibandingkan PT. Wawasan Nusantara dan
berbeda secara signifikan pula.
Selain itu, terlihat pula hal yang sama pada
perusahaan di industri telekomunikasi yaitu Satya
46
Telecom
dan
Mega
mempunyai
Telecom
rekomendasi
yang
jual.
keduanya
Meskipun
rekomendasinya sama, tetapi perilaku investasi
individu untuk kedua perusahaan tersebut berbeda
signifikan. Partisipan masih mengalokasikan dana
pada perusahaan Satya Telecom meskipun ada
rekomendasi
adanya
jual.
citra
Hal
ini
perusahaan
dipandang
positif.
perusahaan
Mega
terjadi
Satya
Berbeda
Telecom,
dikarenakan
Telecom
halnya
adanya
yang
dengan
informasi
keuangan dan citra perusahaan yang negatif serta
didukung rekomendasi jual membuat partisipan
semakin yakin untuk tidak melakukan investasi.
Dengan demikian, dapat diindikasikan bahwa citra
perusahaan
menjadi
perhatian
utama
bagi
partisipan dalam membuat keputusan investasi.
Untuk mendukung hasil penelitian bahwa
rekomendasi penasihat keuangan tidak menjadi
satu-satunya faktor yang terlalu berpengaruh pada
keputusan investasi individu, maka eksperimenter
menambahkan
pertanyaan
tambahan
mengenai
prioritas partisipan dalam mengambil keputusan
investasi. Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
47
Tabel 4.5.
Prioritas
dalam
Pengambilan
Keputusan Investasi
Partisipan �/� (%)
Prioritas
Informasi Keuangan
31/57 (54,36%)
Citra Perusahaan
23/57 (40.35%)
Rekomendasi Penasihat
3/57 (5.26%)
Keuangan
Sumber: Lampiran 2
Tabel
di
atas
menunjukkan
bahwa
rekomendasi penasihat keuangan menjadi prioritas
terakhir dalam pengambilan keputusan investasi.
Dari 57 partisipan, hanya terdapat 3 partisipan
yang menjadikan rekomendasi penasihat keuangan
sebagai prioritas utama. Oleh karena itu, dapat
diindikasikan
bahwa
rekomendasi
penasihat
keuangan tidak menjadi hal yang terpenting dalam
keputusan investasi individu.
4.3.4. Analisis Tambahan
Mengingat
terdapatnya
perbedaan
karakteristik partisipan, maka perlu diamati apakah
hal tersebut akan berdampak dalam pengambilan
keputusan investasi. Berikut ini merupakan tabel
yang menunjukkan hasil uji perbedaan aspek
prioritas
dalam
membuat
keputusan
berdasarkan pendidikan partisipan.
48
investasi
Tabel 4.6. Perbedaan Aspek Prioritas dalam
Mengambil
Keputusan Investasi
Berdasarkan Pendidikan
Prioritas
Pendidikan
N
Mean
Informasi
S1
27
1,26
Keuangan
S2
30
1,67
Citra
S1
27
1,89
Perusahaan
S2
30
1,53
Rekomendasi
S1
27
2,85
S2
30
2,80
Penasihat
Keuangan
Sumber
Keterangan
T
Sig.
-3,060
0,003***
2,113
0,039*
0,385
0,702
: Lampiran 6
: ***) signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level
5%; *) signifikan pada level 10%
Sebagai analisis tambahan, hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aspek
prioritas dalam mengambil keputusan investasi
berdasarkan
pendidikan.
Tabel
di
atas
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prioritas
yang signifikan pada aspek informasi keuangan dan
citra
perusahaan.
Mahasiswa
S1
lebih
memprioritaskan informasi keuangan perusahaan
dalam mengambil keputusan investasi. Hasil ini
mendukung
penelitian
Victoravich
(2010)
yang
menemukan bahwa investor dengan pengetahuan
dan pengalaman yang sedikit mengenai investasi
lebih optimis dalam menilai kinerja perusahaan
melalui informasi keuangan.
49
Berbeda
halnya
dengan
mahasiswa
S2,
dimana partisipan tersebut lebih mengutamakan
citra perusahaan dibandingkan informasi keuangan.
Dengan
kata
lain,
hasil
eksperimen
mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, aspek informasi keuangan
tidak menjadi perhatian utama, melainkan aspek
lain seperti citra perusahaan.
50