Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Keputusan Investasi Saham Berdasarkan Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan Rekomendasi Penasihat Keuangan T2 912013015 BAB IV

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga. Adapun karakteristik
dari 57 partisipan yang digunakan untuk kepentingan
analisis meliputi jenis kelamin, asal daerah, etnis,
pendidikan, dan pengalaman investasi. Pengenalan
terhadap karakter partisipan perlu dilakukan untuk
mengetahui

dan

memahami

perilaku

investasi

partisipan. Berikut merupakan tabel yang menguraikan

lebih lanjut mengenai karakteristik partisipan.

28

Tabel 4.1. Karaktertistik Partisipan
Jumlah
Partisipan

Persentase

Laki-Laki

27

47,40

Perempuan

30


52,60

Jawa

43

75,44

Luar Jawa

14

24,56

Jawa

31

54,40


Tionghoa

12

21,10

Maluku

3

5,30

Ambon

2

3,50

Minahasa
Manado,

Rote-NTT,
Banggai, Timor Leste,
Tobelo, Toraja, Dayak

2

3,50

7*

1,80

S1

27

47,40

S2


30

52,60

Ya

12

21,10

Tidak

45

78,90

Karakteristik

Kategori


Jenis Kelamin
Asal Daerah

Etnis

Pendidikan
Pengalaman
Investasi
Sumber

: Lampiran 3

Keterangan

: *) jumlah partisipan masing-masing etnis = 1

Tabel di atas menunjukkan bahwa karaktertisik
dari aspek jenis kelamin dan pendidikan mempunyai
jumlah


partisipan

perbandingan

yang

tersebut

hampir
sama

seimbang.

untuk

Rasio

pendidikan

partisipan, antara S1 dan S2. Dilihat dari asal daerah

dan etnisnya, partisipan didominasi oleh mereka yang
berasal dari Jawa. Kemudian, jika dipandang dari
aspek pengalaman investasi, sebagian besar partisipan
tidak mempunyai pengalaman investasi. Tentu saja,
partisipan yang berpengalaman dalam investasi akan

29

mempunyai

pertimbangan

yang

berbeda

dalam

membuat keputusan investasi.


4.2. Hasil Uji Hipotesis
Sebelum menjawab hipotesis penelitian, penting
untuk mengetahui skor reaksi afektif serta besaran
investasi yang diberikan oleh partisipan pada setiap
perusahaan berdasarkan informasi keuangannya. Oleh
karena itu, tabel di bawah ini menyajikan hasil
penelitian berupa statistik deskriptif sekaligus hasil uji
beda Wilcoxon Signed Test terkait dengan perilaku
investasi individu berdasarkan informasi keuangan.

30

Tabel 4.2. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan
Informasi Keuangan
Reaksi Afektif
Industri

Finansial

Periklanan,

Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi

Industri

Finansial

Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi

Pilihan
Investasi

Std.
Mean
Deviation


Wilcoxon Signed
Test
Z-statistic p-value

Bank Investasi
4,04
0,706
Abadi
Bank
-4,423
0,000***
Simpanan
3,26
0,955
Sejahtera
PT.Visi
3,67
0,809
Indonesia
-3,543
0,000***
PT. Wawasan
3,02
0,813
Nusantara
Satya Telecom
1,86
0,718
-3,391
0,001***
Mega Telecom
1,54
0,537
Besaran Investasi
Wilcoxon Signed
Std.
Pilihan
Mean
Test
Deviation
Investasi
(juta)
(juta)
Z-statistic p-value
Bank Investasi 137,8
86,02
Abadi
9
Bank
-4,308
0,000***
Simpanan
70,70
73,31
Sejahtera
PT.Visi
114,2
72,42
Indonesia
1
-4,551
0,000***
PT. Wawasan
48,86
58,26
Nusantara
Satya Telecom
6,75
25,22
-0,420
0,674
Mega Telecom
5,70
27,15

Sumber
: Lampiran 4 dan 5
Keterangan : Nilai mean reaksi afektif merupakan rerata dari skala 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Tanda ***)
signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level 5%; *)
signifikan pada level 10%

Berdasarkan hasil eksperimen yang tertuang
dalam data statistik deskriptif berupa mean dan
standar

deviation

(lihat
31

Tabel

4.2.),

partisipan

memberikan skor reaksi afektif kepada Bank Investasi
Abadi

sebesar

4,04,

sedangkan

Bank

Simpanan

Sejahtera sebesar 3,26. Artinya, Bank Investasi Abadi
dinilai lebih baik kinerja keuangannya oleh partisipan
dibandingkan

Bank

Simpanan

Sejahtera.

Untuk

industri periklanan, percetakan dan media, partisipan
menilai kinerja keuangan PT. Visi Indonesia lebih baik
dibandingkan PT. Wawasan Nusantara. Terakhir, pada
industri telekomunikasi, Satya Telecom dinilai lebih
baik kinerja keuangannya dibandingkan Mega Telecom.
Secara keseluruhan, partisipan menilai Bank
investasi Abadi sebagai perusahaan dengan kinerja
keuangan terbaik, sedangkan Mega Telecom dengan
kinerja keuangan terburuk. Terbukti dari terdapatnya
besaran investasi tertinggi yang dialokasikan untuk
Bank Investasi Abadi

yaitu

sebesar 137,89 juta,

sedangkan besaran investasi terendah terdapat pada
Mega Telecom yaitu sebesar 5,70 juta.
Selanjutnya, untuk menjawab hipotesis pertama
bahwa terdapat perbedaan perilaku investasi individu
berdasarkan informasi keuangan, maka dilakukan uji
beda secara statistik dengan menggunakan Wilcoxon
Rank

Test

menunjukkan

(lihat

Tabel

bahwa

investasi

individu

pasangan

perusahaan

4.2.).

terdapat

secara

penelitian

perbedaan

signifikan

dalam

32

Hasil

industri

perilaku

pada
yang

setiap
sama

berdasarkan informasi keuangan. Bank Investasi Abadi
dan Bank Simpanan Sejahtera mempunyai penilaian
kinerja keuangan yang berbeda secara signifikan pada
level 1% (p-value sebesar 0,000). Hasil yang sama (pvalue sebesar 0,000) ditunjukkan pula oleh pasangan
PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara, serta
pasangan perusahaan Satya Telecom dan Mega Telecom
(p-value sebesar 0,001).
Selain itu, perbedaan perilaku investasi individu
juga tampak dari besaran investasi yang dialokasikan
oleh partisipan. Perbedaan besaran investasi yang
signifikan (p-value 0,000) terlihat pada setiap pasangan
perusahaan terkecuali dalam industri Telekomunikasi
yaitu antara perusahaan Satya Telecom dan Mega
Telecom (p-value sebesar 0,674). Dengan kata lain,
maka hipotesis pertama pada penelitian ini diterima,
terkecuali aspek besaran investasi pada perusahaan
Satya Telecom dan Mega Telecom.
Hasil eksperimen selanjutnya dapat dilihat pada
Tabel 4.3. yang berkaitan dengan perilaku investasi
individu berdasarkan informasi keuangan dan citra
perusahaan. Jika dibandingkan dengan hasil data
statistik deskriptif sebelumnya (pada Tabel 4.2.), terjadi
perubahan perilaku investasi individu yang tampak dari
adanya

peningkatan

perusahaan

dengan

skor
citra

33

reaksi
positif.

afektif

pada

Misalnya,

Bank

Investasi Abadi yang sebelumnya mempunyai skor
sebesar 4,04 oleh partisipan meningkat menjadi 4,37.
Artinya,

citra

positif

perusahaan

serta

informasi

keuangannya yang baik membuat penilaian partisipan
terhadap

Bank

Investasi

Abadi

semakin

baik.

Sebaliknya, penurunan skor reaksi afektif terjadi pada
perusahaan dengan citra yang negatif. Misalnya, Mega
Telecom yang awalnya dinilai oleh partisipan sebesar
1,54 menurun menjadi 1,32. Citra perusahaan yang
negatif

serta

tidak

baiknya

informasi

keuangan

menyebabkan Mega Telecom mendapatkan penilaian
yang semakin buruk dari partisipan.

34

Tabel 4.3. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan
Informasi
Keuangan
dan
Citra
Perusahaan
Reaksi Afektif
Industri

Pilihan
Investasi

Std.
Deviation

Mean

Wilcoxon Signed Test
Zp-value
statistic

Bank Investasi
4,37
0,698
Abadi
Finansial
Bank
Simpanan
1,61
0,675
Sejahtera
PT.Visi
Periklanan,
2,49
0,826
Indonesia
Percetakan,
PT. Wawasan
dan Media
3,88
0,683
Nusantara
Telekomu- Satya Telecom
2,96
0,886
nikasi
Mega Telecom
1,32
0,572
Besaran Investasi
Std.
Pilihan
Mean
Industri
Deviation
Investasi
(juta)
(juta)
Bank Investasi
167,02
89,53
Abadi
Finansial
Bank
Simpanan
14,74
37,28
Sejahtera
PT.Visi
Periklanan,
59,30
56,74
Indonesia
Percetakan,
PT. Wawasan
dan Media
85,17
67,27
Nusantara
Telekomu- Satya Telecom
31,32
36,80
nikasi
Mega Telecom
0,00
0,000

-6,583

0,000***

-5,703

0,000***

-6,263

0,000***

Wilcoxon Signed
Test
Z-statistic p-value

-6,296

0,000***

-2,082

0,037**

-5,282

0,000***

Sumber
: Lampiran 4 dan 5
Keterangan : Nilai mean reaksi afektif merupakan rerata dari skala 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Tanda ***)
signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level 5%; *)
signifikan pada level 10%

Berdasarkan hasil eksperimen di atas, juga
mengindikasikan

bahwa

citra

perusahaan

lebih

diutamakan oleh partisipan dibandingkan informasi
keuangan.

Sebagai contoh,
35

terlihat pada

perilaku

investasi individu untuk pasangan perusahaan PT. Visi
Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara. Perusahaan PT.
Visi Indonesia mempunyai informasi keuangan yang
baik. Akan tetapi, karena citra perusahaannya negatif,
membuat penilaian partisipan terhadap perusahaan
semakin buruk (mean reaksi afektif menurun dari 3,67
menjadi 2,49). Berbeda halnya pada PT. Wawasan
Nusantara dengan informasi keuangannya yang tidak
baik, justru dinilai semakin baik oleh partisipan (mean
reaksi afektif meningkat dari 3,02 menjadi 3,88) karena
adanya citra perusahaan yang positif. Dengan demikian,
PT.

Visi

Indonesia

yang

dinilai

lebih

baik

oleh

partisipan pada tahap pertama, dinilai lebih buruk
dibandingkan PT. Wawasan Nusantara pada tahap
kedua ini.
Perubahan perilaku investasi individu tersebut
juga tampak dari besaran investasi yang dialokasikan
partisipan. Perusahaan yang dinilai semakin baik oleh
partisipan, misalnya Bank Investasi Abadi, maka dana
investasi yang dialokasi juga bertambah (sebelumnya
sebesar 137,89 juta menjadi 167,02 juta). Sebaliknya,
semakin

buruk

penilaian

partisipan

terhadap

perusahaan tersebut, maka semakin kecil pula dana
investasi yang dialokasikan. Seperti yang terjadi pada
Mega Telecom dimana dana investasi sebelumnya

36

sebesar 5,70 juta menurun hingga tidak ada yang
melakukan investasi.
Adapun hipotesis kedua dari penelitian ini adalah
terdapat

perbedaan

perilaku

investasi

individu

berdasarkan informasi keuangan dan citra perusahaan.
Terlihat pada Tabel 4.3., terdapat perbedaan perilaku
investasi

individu

baik

dari

maupun

besaran

investasi

aspek
pada

reaksi
tiap

afektif

pasangan

perusahaan. Reaksi afektif setiap pasangan perusahaan
berbeda secara signifikan pada level 1% dengan p-value
sebesar 0,000. Hasil yang sama juga terlihat pada
besaran investasi kecuali perbedaan pada PT. Visi
Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara yang signifikan
pada level 5% dengan p-value sebesar 0,037. Dengan
demikian, hipotesis kedua ini diterima.
Selanjutnya, hasil eksperimen mengenai perilaku
investasi individu berdasarkan informasi keuangan,
citra perusahaan dan rekomendasi penasihat keuangan
tampak pada Tabel 4.4. di bawah ini.

37

Tabel 4.4. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan
Informasi Keuangan, Citra Perusahaan
dan Rekomendasi Penasihat Keuangan
Industri

Finansial

Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi

Industri

Finansial

Periklanan,
Percetakan,
dan Media
Telekomunikasi

Reaksi Afektif
Wilcoxon Signed Test
Pilihan
Std.
Mean
Investasi
Deviation Z-statistic p-value
Bank Investasi
4,44
0,756
Abadi
Bank
-6,499
0,000***
Simpanan
1,70
0,844
Sejahtera
PT.Visi
3,09
0,892
Indonesia
-4,806
0,000***
PT. Wawasan
3,96
0,755
Nusantara
Satya Telecom
2,44
0,708
-5,531
0,000***
Mega Telecom
1,42
0,778
Besaran Investasi
Wilcoxon Signed
Std.
Pilihan
Mean
Test
Deviation
Investasi
(juta)
(juta)
Z-statistic p-value
Bank Investasi
178,07
93,87
Abadi
Bank
-6,065
0,000***
Simpanan
9,91
36,61
Sejahtera
PT.Visi
75,87
59,33
Indonesia
-1,762
0,078*
PT. Wawasan
94,91
71,47
Nusantara
Satya Telecom
20,05
33,46
-4,215
0,000***
Mega Telecom
0,00
0,000

Sumber
: Lampiran 4 dan 5
Keterangan : Nilai mean reaksi afektif merupakan rerata dari skala 1
(sangat tidak baik) sampai 5 (sangat baik). Tanda ***)
signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level 5%; *)
signifikan pada level 10%

38

Berdasarkan

hasil

eksperimen

di

atas,

menunjukkan terdapat penilaian yang sama dengan
yang

hasil

sebelumnya

(keputusan

investasi

berdasarkan informasi keuangan dan citra perusahaan)
dimana Bank Investasi Abadi (skor reaksi afektif
sebesar

4,44)

dinilai

lebih

baik

oleh

partisipan

dibandingkan Bank Simpanan Sejahtera (skor reaksi
afektif sebesar 1,70) pada industri finansial; PT. Visi
Indonesia

dinilai

lebih

buruk

dibandingkan

PT.

Wawasan Nusantara; dan Satya Telecom dinilai lebih
baik daripada Mega Telecom oleh partisipan.
Bila hasil data statistik deskriptif pada Tabel 4.3.
dibandingkan dengan Tabel 4.4., terjadi perubahan
perilaku investasi individu yang tampak dari adanya
peningkatan

besaran

investasi

yang

dialokasikan

partisipan terhadap perusahaan dengan rekomendasi
beli. Misalnya, PT. Visi Indonesia yang sebelumnya
memperoleh

dana

investasi

sebesar

59,30

juta

meningkat menjadi 75,87 juta. Sebaliknya terjadi
penurunan besaran investasi pada perusahaan dengan
rekomendasi jual, misal, Satya Telecom yang awalnya
memperoleh dana investasi dari partisipan sebesar
31,32 juta menurun menjadi 20,05 juta. Hal ini
mengindikasikan

bahwa

rekomendasi

penasihat

keuangan mampu mempengaruhi perilaku keputusan
investasi individu.

39

Terdapat perbedaan perilaku investasi individu
berdasarkan informasi keuangan, citra perusahaan dan
rekomendasi penasihat keuangan merupakan hipotesis
terakhir dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji
beda pada kolom Wilcoxon Signed Test menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada level 1%
dengan p-value sebesar 0,000 untuk tiap pasangan
perusahaan dari aspek reaksi afektif. Hasil yang sama
(p-value sebesar 0,000) juga tampak pada aspek
besaran investasi yang dialokasikan, kecuali untuk PT.
Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara yang
berbeda signifikan pada level 10% dengan p-value
sebesar 0,078. Dengan kata lain, hipotesis terakhir
tersebut diterima.

4.3. Pembahasan
Terdapat
pembahasan
jumlah

tiga

dalam

hipotesis

hal

yang

penelitian
yang

menjadi

pokok

sesuai

dengan

Tiga

pokok

ini,

diajukan.

pembahasan tersebut meliputi: 1)perilaku investasi
individu berdasarkan informasi keuangan, 2)perilaku
investasi individu berdasarkan informasi keuangan dan
citra

perusahaan,

3)perilaku

investasi

individu

berdasarkan informasi keuangan, citra perusahaan dan
rekomendasi

penasihat

keuangan.

40

Berikut

ini

merupakan pembahasan lebih lanjut untuk tiap pokok
bahasan tersebut.
4.3.1. Perilaku Investasi Individu berdasarkan
Informasi Keuangan
Hasil

pengujian

hipotesis

menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan reaksi afektif yang
signifikan pada setiap pasangan perusahaan dalam
industri

yang

sama

berdasarkan

informasi

keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Ackert et
al. (2003), afektif merupakan kesan dan penilaian
yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan
individu. Maka, dapat dikatakan bahwa semakin
baik

kesan

dan

penilaian

partisipan

terhadap

kinerja keuangan perusahaan, maka dana investasi
yang dialokasikan akan lebih tinggi pula. Hal ini
terbukti dari reaksi afektif yang konsisten dengan
besaran investasi, dimana semakin tinggi reaksi
afektif maka semakin besar pula dana investasi
yang.
Reaksi afektif yang berbeda signifikan secara
tidak langsung berdampak pula pada perbedaan
besaran investasi yang signifikan. Akan tetapi,
berbeda halnya pada pasangan perusahaan di
industri telekomunikasi. Reaksi afektif antara Satya
Telecom

dan

Mega

Telecom

berbeda

secara

signifikan, tetapi tidak untuk besaran investasinya.

41

Perusahaan Satya Telecom dan Mega Telecom
mempunyai kinerja keuangan yang sama-sama
kurang baik, tetapi Satya Telecom dinilai lebih baik
dibandingkan Mega Telecom. Penilaian yang lebih
baik ini dikarenakan adanya informasi keuangan
berupa

kenaikan

tahun

pendapatan

sebelumnya,

perusahaan

meskipun

dari

perusahaan

mengalami kerugian (sama dengan Mega Telecom).
Informasi kenaikan pendapatan membuat investor
percaya

bahwa

perusahaan

masih

mempunyai

prospek ke depannya.
Besaran investasi yang tidak berbeda pada
kedua perusahaan tersebut dikarenakan keduanya
mempunyai kinerja keuangan yang sama yaitu
harga saham yang menurun, serta perusahaan
mengalami kerugian. Satya Telecom dan Mega
Telecom memperoleh alokasi dana investasi terkecil
dibandingkan yang lainnya. Hal ini seiring dengan
pendapat dari Abdelkarim et al. (2009), informasi
keuangan

memudahkan

investor

untuk

memprediksi kinerja perusahaan di masa yang akan
datang serta menaksir risk dan return yang akan
diperolehnya. Informasi keuangan yang kurang baik,
membuat investor menghindar untuk berinvestasi
lebih besar karena adanya risiko yang tinggi dan
tidak sebanding dengan return yang diterima.

42

4.3.2. Perilaku Investasi Individu berdasarkan
Informasi Keuangan dan Citra Perusahaan
Hasil uji beda terhadap perilaku investasi
individu diamati berdasarkan informasi keuangan
dan

citra

perusahaan,

mendukung

penelitian

Junaedi (2005) yang menemukan bahwa informasi
keuangan tidak menjadi salah satu sumber yang
penting dan menentukan dalam proses pengambilan
keputusan bagi para investor. Citra perusahaan
juga menjadi salah satu pertimbangan bagi investor
dalam berinvestasi. Hal ini terbukti dari adanya
perbedaan yang signifikan baik pada reaksi afektif
maupun besaran investasi pada setiap pasangan
perusahaan di industri yang sama.
Perusahaan dengan citra positif mendapatkan
penilaian lebih baik dan secara tidak langsung
berdampak pada dana investasi yang dialokasikan.
Terlihat pada perusahaan Satya Telecom dan Mega
Telecom

dimana

keduanya

memiliki

kinerja

keuangan yang tidak baik, tetapi perilaku investasi
individu

diantara

keduanya

berbeda

secara

signifikan. Reaksi afektif dan besaran investasi
untuk

perusahaan

dibandingkan

Satya

Mega

Telecom

Telecom.

lebih

tinggi

Artinya,

citra

perusahaan Satya Telecom yang positif dinilai baik
dan

membuat

partisipan

43

berani

untuk

mengalokasikan dana investasinya. Berbeda dengan
Mega Telecom, karena citra perusahaan yang negatif
dinilai buruk dan menyebabkan partisipan tidak
berani melakukan investasi. Tidak adanya dana
investasi yang dialokasikan pada perusahaan Mega
Telecom

dikarenakan

dibandingkan
Dengan

risiko

pilihan

karakteristik

lebih

besar

investasi

yang

lainnya.

partisipan

yang

sebagian

besar adalah mahasiswa dan tidak berpengalaman
dalam investasi, tentu saja dana investasi akan
lebih

banyak

dialokasikan

pada

perusahaan-

perusahaan yang dirasa menguntungkan, baik dari
sisi kinerja keuangan maupun citra perusahaannya.
Hal yang serupa juga terjadi pada perusahaan
PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara.
Perilaku investasi individu pada kedua perusahaan
tersebut berbeda secara signifikan. PT. Wawasan
Nusantara

mempunyai

kinerja

keuangan

yang

kurang baik memperoleh alokasi dana investasi
yang lebih besar dibandingkan PT. Visi Indonesia
yang kinerja keuangannya baik. Hal ini dikarenakan
adanya citra perusahaan PT. Wawasan Nusantara
yang dipandang positif oleh partisipan.
Hasil

tersebut

memperkuat

penelitian

MacGregor et al. (2000) serta Cooper et al. (2001)
dalam Lucey dan Dowling (2005) yang menemukan

44

bahwa

citra

perusahaan

mempunyai

dapat

mempengaruhi keputusan investasi seseorang. Mac
Gregor

et

al.

menambahkan

bahwa

citra

perusahaan mempunyai peran yang signifikan bagi
partisipan dalam mengestimasi mengenai kinerja
investasi perusahaan. Citra yang positif membuat
investor yakin untuk berinvestasi serta baiknya
kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Oleh
karena itu, sebaiknya perusahaan tidak hanya
berfokus pada kinerja keuangan saja, tetapi lebih
penting adalah menciptakan dan memelihara citra
perusahaan
penelitian

yang
ini,

baik.

Sesuai

partisipan

dengan

akan

hasil

meningkatkan

investasi pada perusahaan dengan citra yang positif
meskipun kinerja keuangannya kurang baik.

4.3.3. Perilaku Investasi Individu berdasarkan
Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan
Rekomendasi Penasihat Keuangan
Sesuai dengan hasil penelitian Shafi (2014),
tidak

hanya

perusahaan

informasi
saja

yang

keuangan

dan

mempengaruhi

citra

perilaku

investasi individu. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, rekomendasi penasihat keuangan mampu
mempengaruhi

partisipan

dalam

mengambil

keputusan investasi. Hal ini terbukti dari adanya
peningkatan

besaran
45

investasi

dari

hasil

sebelumnya

pada

saat

rekomendasi

beli,

dan

sebaliknya terjadi penurunan saat rekomendasi jual.
Mengingat, karakteristik partisipan dalam penelitian
ini sebagian besar tidak mempunyai pengalaman
investasi, maka hasil ini seiring dengan penelitian
Kelly et al., (2008) yang menemukan bahwa investor
yang

kurang

biasanya

berpengalaman

mengandalkan

dalam

investasi,

rekomendasi

dari

penasihat keuangan.
Meskipun

demikian,

hasil

eksperimen

menunjukkan terdapat perbedaan perilaku investasi
individu yang signifikan. Pada PT. Visi Indonesia
dan

PT.

Wawasan

mempunyai

Nusantara

rekomendasi

beli,

yang

keduanya

berbeda

secara

signifikan baik reaksi afektif maupun besaran
investasinya. PT. Visi Indonesia dinilai lebih buruk
dibandingkan PT. Wawasan Nusantara meskipun
keduanya

memiliki

rekomendasi

yang

sama.

Penilaian yang lebih buruk tersebut diindikasikan
karena adanya citra perusahaan yang negatif dari
PT. Visi Indonesia. Kemudian, besaran investasi
untuk perusahaan PT. Visi Indonesia juga lebih
kecil dibandingkan PT. Wawasan Nusantara dan
berbeda secara signifikan pula.
Selain itu, terlihat pula hal yang sama pada
perusahaan di industri telekomunikasi yaitu Satya

46

Telecom

dan

Mega

mempunyai

Telecom

rekomendasi

yang
jual.

keduanya
Meskipun

rekomendasinya sama, tetapi perilaku investasi
individu untuk kedua perusahaan tersebut berbeda
signifikan. Partisipan masih mengalokasikan dana
pada perusahaan Satya Telecom meskipun ada
rekomendasi
adanya

jual.

citra

Hal

ini

perusahaan

dipandang

positif.

perusahaan

Mega

terjadi
Satya

Berbeda
Telecom,

dikarenakan

Telecom

halnya
adanya

yang

dengan
informasi

keuangan dan citra perusahaan yang negatif serta
didukung rekomendasi jual membuat partisipan
semakin yakin untuk tidak melakukan investasi.
Dengan demikian, dapat diindikasikan bahwa citra
perusahaan

menjadi

perhatian

utama

bagi

partisipan dalam membuat keputusan investasi.
Untuk mendukung hasil penelitian bahwa
rekomendasi penasihat keuangan tidak menjadi
satu-satunya faktor yang terlalu berpengaruh pada
keputusan investasi individu, maka eksperimenter
menambahkan

pertanyaan

tambahan

mengenai

prioritas partisipan dalam mengambil keputusan
investasi. Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

47

Tabel 4.5.

Prioritas
dalam
Pengambilan
Keputusan Investasi
Partisipan �/� (%)

Prioritas
Informasi Keuangan

31/57 (54,36%)

Citra Perusahaan

23/57 (40.35%)

Rekomendasi Penasihat

3/57 (5.26%)

Keuangan
Sumber: Lampiran 2

Tabel

di

atas

menunjukkan

bahwa

rekomendasi penasihat keuangan menjadi prioritas
terakhir dalam pengambilan keputusan investasi.
Dari 57 partisipan, hanya terdapat 3 partisipan
yang menjadikan rekomendasi penasihat keuangan
sebagai prioritas utama. Oleh karena itu, dapat
diindikasikan

bahwa

rekomendasi

penasihat

keuangan tidak menjadi hal yang terpenting dalam
keputusan investasi individu.
4.3.4. Analisis Tambahan
Mengingat

terdapatnya

perbedaan

karakteristik partisipan, maka perlu diamati apakah
hal tersebut akan berdampak dalam pengambilan
keputusan investasi. Berikut ini merupakan tabel
yang menunjukkan hasil uji perbedaan aspek
prioritas

dalam

membuat

keputusan

berdasarkan pendidikan partisipan.

48

investasi

Tabel 4.6. Perbedaan Aspek Prioritas dalam
Mengambil
Keputusan Investasi
Berdasarkan Pendidikan
Prioritas

Pendidikan

N

Mean

Informasi

S1

27

1,26

Keuangan

S2

30

1,67

Citra

S1

27

1,89

Perusahaan

S2

30

1,53

Rekomendasi

S1

27

2,85

S2

30

2,80

Penasihat
Keuangan
Sumber
Keterangan

T

Sig.

-3,060

0,003***

2,113

0,039*

0,385

0,702

: Lampiran 6
: ***) signifikan pada level 1%; **) signifikan pada level
5%; *) signifikan pada level 10%

Sebagai analisis tambahan, hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aspek
prioritas dalam mengambil keputusan investasi
berdasarkan

pendidikan.

Tabel

di

atas

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prioritas
yang signifikan pada aspek informasi keuangan dan
citra

perusahaan.

Mahasiswa

S1

lebih

memprioritaskan informasi keuangan perusahaan
dalam mengambil keputusan investasi. Hasil ini
mendukung

penelitian

Victoravich

(2010)

yang

menemukan bahwa investor dengan pengetahuan
dan pengalaman yang sedikit mengenai investasi
lebih optimis dalam menilai kinerja perusahaan
melalui informasi keuangan.

49

Berbeda

halnya

dengan

mahasiswa

S2,

dimana partisipan tersebut lebih mengutamakan
citra perusahaan dibandingkan informasi keuangan.
Dengan

kata

lain,

hasil

eksperimen

mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, aspek informasi keuangan
tidak menjadi perhatian utama, melainkan aspek
lain seperti citra perusahaan.

50

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Informasi Keuangan dan Keputusan Keuangan Perusahaan keluarga Antara Pendiri dengan Konfederasi Sepupu

0 1 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Informasi Keuangan dan Keputusan Keuangan Perusahaan keluarga Antara Pendiri dengan Konfederasi Sepupu T2 932010001 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Informasi Keuangan dan Keputusan Keuangan Perusahaan keluarga Antara Pendiri dengan Konfederasi Sepupu T2 932010001 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Informasi Keuangan dan Keputusan Keuangan Perusahaan keluarga Antara Pendiri dengan Konfederasi Sepupu T2 932010001 BAB IV

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Informasi Keuangan dan Keputusan Keuangan Perusahaan keluarga Antara Pendiri dengan Konfederasi Sepupu T2 932010001 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Keputusan Investasi Saham Berdasarkan Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan Rekomendasi Penasihat Keuangan T2 912013015 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Keputusan Investasi Saham Berdasarkan Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan Rekomendasi Penasihat Keuangan T2 912013015 BAB II

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Keputusan Investasi Saham Berdasarkan Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan Rekomendasi Penasihat Keuangan T2 912013015 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Keputusan Investasi Saham Berdasarkan Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan Rekomendasi Penasihat Keuangan

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Keputusan Investasi Saham Berdasarkan Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan Rekomendasi Penasihat Keuangan

0 0 63