Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Produksi Video Asal-Usul Batik Plumpungan: dari Batu Menjadi Sebuah Batik Khas Kota Salatiga T1 362009005 BAB IV
Bab IV
TAHAPAN PRODUKSI
4.1 Sejarah singkat terciptanya Batik Plumpungan
Sejarah adalah cahaya kebenaran, saksi waktu, guru kehidupan.
Hukum pertama dalam sejarah ialah takut mengatakan kebohongan, hukum
berikutnya tidak takut mengatakan kebenaran ( CICERO ) Awal mula
terciptanya batik Plumpungan adalah pada Tahun 2000, pada saat itu Bapak
Bambang
mempunyai
Pamulardi
batik
mulai
khas.
berangan-angan
mencoba
menggali
menginginkan
potensi
Salatiga
dari
jenis
tanaman. Sempat digambarkan seperti ini ;
Gambar 5
Dasar pemikiran awal untuk motif khas kota Salatiga
Setelah melihat foto batu prasasti Plumpungan di Kantor Pariwisata
Kota Salatiga, Saat itu masih berada di Jalan Adi Sutjipto, Bapak Bambang
Pamulardi merubah haluan, mencari lokasi Prasasti Plumpungan untuk
memotret prasasti peninggalan Raja Bhanu itu. Pada tahun 2002 dan 2003
Bapak Bambang Pamulardi mengajukan proposal kepada Ketua Penggerak
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Salatiga: “Salatiga
perlu mempunyai busana identitas batik” tetapi tidak memperoleh jawaban.
Pada tahun 2004
tepatnya pada bulan Januari Mengajukan usulan ke
Musrenbang melalui RW XI Kemiri, Kelurahan Salatiga, Kecamatan
31
Sidorejo. Juga tidak memperoleh perhatian. Pemikiran Bapak Bambang
Pamulardi pada waktu itu mengajukan proposal ke PKK tingkat kota
kemudian melalui Musrenbang, diharapkan penggalian batik Salatiga dapat
ditangani oleh unsur pemkot, salah satu pertimbangan Pemkot mempunyai
anggaran, tidak membutuhkan waktu lama dapat mewujudkan sentra batik,
tercipta/terbuka pekerjaan baru, PKK atau kelurahan akan lebih mudah
menggerakkan warga berlatih membatik. Setelah gagal berharap pada bulan
Juli tahun 2004 tanggal 24 Malam hari. Mencoba mendesain sendiri
menggunakan Adobe Photoshop. Pada bulan Agustus Gambar desain batik
dari gambar batu Prasasti Plumpungan diproses menjadi Batik Plumpungan,
di Jogjakarta.
Gambar 6
Pertama kali Batik Plumpungan di produksi
Pada Tahun 2005 tepatnya bulan September Batik Plumpungan
pertama kali dipublikasikan Koran Jawa Pos
32
Gambar 7
Batik Plumpungan di publikasikan oleh Koran Jawa Pos
8 September 2005
Pada Tahun 2007 tepatnya bulan Mei pada tanggal 4, Batik
Plumpungan
menyelenggarakan
Lomba
Desain
Motif
Batik.Plumpungan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata, Seni, Budaya
dan Olah Raga Kota Salatiga, RT. 01, RW XI Kemiri, dan UMEntertainment.
Pada kala itu, Wali Kota Salatiga John Manoppo juga sangat mendukung
pengembangan dan pelestarian Batik di kota Salatiga.
33
Gambar 8
Pemenang Lomba Desain Motif Batik Plumpungan
4 Mei 2007
Menurut Bapak Bambang Pamulardi, M.Si, motif-motif batik Salatiga
memang beda dengan motif-motif batik kota lainnya, kebanyakan bentuk
dasar batik menggambarkan alam flora, fauna, batik Salatiga didesain dari
gambar dua batu besar dan kecil lonjong.Berikut macam – macam motif Batik
Plumpungan ;
34
Tabel 4.1 Macam – macam Motif batik Plumpungan Salatiga
NO
NAMA MOTIF
1
Motif Anggrek
2
Motif Ayu Wulan
Arumi
3
Motif Banjai
Plumpungan
4
Motif Bulus
Plumpungan
GAMBAR MOTIF
35
5
Motif Cempaka
Mekar
6
Motif Watu Rusak
7
Motif Dian
Nugroho
8
Motif Diasi
36
9
Motif Shima
10
Motif Waturumpuk
Plompongan 1
11
Motif Genggong
12
Motif Iwak iwakan
13
Motif Jagad
Plumpungan
37
14
Motif JM
15
Motif Selotigo
16
Motif Kawung
Plumpungan
17
Motif Palang Selo
18
Motif Kenyo
Kasmaran
38
19
Motif Kewan
Segoro
20
Motif Kipas
Plumpungan
21
Motif Kerikil
Temata
22
Motif Sekar Arum
39
23
Motif Kupu - kupu
24
Motif Kuku Seno
25
Motif Lereng
Dersana
26
Motif Lereng
Kemiri
40
27
Motif Lirik
Plompongan
28
Motif Manggu Jajar
29
Motif Manggu
Bentik
30
Motif Merak
Plumpungan
41
31
Motif Monggo
Mumet
32
Motif Karangduwet
33
Motif Pereng Setro
34
Motif Rossa
42
35
Motif Redi Agung
36
Motif Bayang bayang
37
Motif Rumpuk
Kawung
38
Motif Selo
Argomulyo
43
39
Motif Selo Giri
40
Motif Selo Sidorejo
41
Motif Selo
Sidomukti
42
Motif Selo Tingkir
44
43
Motif Karangpete
44
Motif Parang selo
kusumo
45
Motif Semut jajar
46
Motif Sido
gandrung
45
47
Motif Selo Pury
48
Motif Srir Astu
49
Motif tunggak Semi
50
Motif Watu
Rumpuk
Plompongan 2
4.2 PRODUKSI
Proses produksi video dokumenter ini diawali dengan melakukan
pengambilan data – data dan gambar mengenai batu prasasti plumpungan dan
46
batik plumpungan yang dilakukan pada hari Kamis, tanggal 19 Juni 2014.
Dalam produksi video dokumenter, proses pengambilan gambar hanya
dikerjakan oleh tiga orang saja, yaitu peneliti, dan dibantu oleh dua kameraperson atau disebut juga juru kamera. Pada tahap ini juru kamera yang lebih
memegang kendali dalam pengambilan gambar, dan peneliti lebih berperan
sebagai produser dan sutradara yang memberikan arahan gambar apa saja
yang perlu diambil oleh juru kamera. Selama pengambilan gambar
berlangsung, peneliti berhak melakukan penambahan maupun pengurangan
dalam scene, tanpa merubah konsep awal. Perubahan tersebut dilakukan
karena menyesuaikan keadaan saat di lapangan. Adapun langkah yang
ditempuh peneliti untuk mengatasi perubahan tersebut yaitu peneliti
berdiskusi dengan juru kamera. Karena lokasi-lokasi dari data terkait batik
plumpungan tersebut masih ada dalam satu kota, peneliti dan juru kamera
memutuskan untuk melakukan seluruh pengambilan gambar pada hari
tersebut, untuk menghemat waktu kerja. Dalam proses pengambilan gambar,
banyak sekali halangan yang dialami, seperti hujan, awan mendung sehingga
terkadang gambar yang direkam tidak terlihat cerah.
4.3. PENGAMBILAN ANGLE KAMERA
Pengambilan gambar menggunakan teknik Eye Level dimana
pengambilan gambar ini dengan sudut pandang sejajar dengan mata objek,
tidak ada kesan dramatik tertentu yang di dapat dari eye level ini, yang ada
hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri, sehingga
dapat memberikan kesan imajinasi bahwa seseorang sedang melakukan
aktifitas itu.
47
4.4 PENGAMBILAN FRAME SIZE
Sedangkan menurut ukuran gambar atau suatu objek yang menjadi sasaran
yang akan direkam, adalah menggunkan Extreme Close-up [ECU] dimana
pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu
pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetilan suatu objek. Karena objek adalah
batik maka di perlihatkan kedetailan dari kain batik dan motif yang terkandung di
dalamnya agar kesan sejarah di dalamnya menjadi nampak.
4.5 PEMBUATAN NARASI
Proses ini merupakan lanjutan dari wawancara data. Setelah semua
data wawancara yang di butuhkan dirasa sudah lengkap, kemudian peneliti mulai
masuk ke dalam pembuatan naskah untuk narasi. Tidak semua data yang telah
diperoleh dimasukkan ke dalam narasi, tetapi hanya informasi penting dan
berefek dramatisir. Narasi cenderung pendek tetapi padat informasi karena
disesuaikan dengan format video yaitu video documenter.
48
TAHAPAN PRODUKSI
4.1 Sejarah singkat terciptanya Batik Plumpungan
Sejarah adalah cahaya kebenaran, saksi waktu, guru kehidupan.
Hukum pertama dalam sejarah ialah takut mengatakan kebohongan, hukum
berikutnya tidak takut mengatakan kebenaran ( CICERO ) Awal mula
terciptanya batik Plumpungan adalah pada Tahun 2000, pada saat itu Bapak
Bambang
mempunyai
Pamulardi
batik
mulai
khas.
berangan-angan
mencoba
menggali
menginginkan
potensi
Salatiga
dari
jenis
tanaman. Sempat digambarkan seperti ini ;
Gambar 5
Dasar pemikiran awal untuk motif khas kota Salatiga
Setelah melihat foto batu prasasti Plumpungan di Kantor Pariwisata
Kota Salatiga, Saat itu masih berada di Jalan Adi Sutjipto, Bapak Bambang
Pamulardi merubah haluan, mencari lokasi Prasasti Plumpungan untuk
memotret prasasti peninggalan Raja Bhanu itu. Pada tahun 2002 dan 2003
Bapak Bambang Pamulardi mengajukan proposal kepada Ketua Penggerak
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Salatiga: “Salatiga
perlu mempunyai busana identitas batik” tetapi tidak memperoleh jawaban.
Pada tahun 2004
tepatnya pada bulan Januari Mengajukan usulan ke
Musrenbang melalui RW XI Kemiri, Kelurahan Salatiga, Kecamatan
31
Sidorejo. Juga tidak memperoleh perhatian. Pemikiran Bapak Bambang
Pamulardi pada waktu itu mengajukan proposal ke PKK tingkat kota
kemudian melalui Musrenbang, diharapkan penggalian batik Salatiga dapat
ditangani oleh unsur pemkot, salah satu pertimbangan Pemkot mempunyai
anggaran, tidak membutuhkan waktu lama dapat mewujudkan sentra batik,
tercipta/terbuka pekerjaan baru, PKK atau kelurahan akan lebih mudah
menggerakkan warga berlatih membatik. Setelah gagal berharap pada bulan
Juli tahun 2004 tanggal 24 Malam hari. Mencoba mendesain sendiri
menggunakan Adobe Photoshop. Pada bulan Agustus Gambar desain batik
dari gambar batu Prasasti Plumpungan diproses menjadi Batik Plumpungan,
di Jogjakarta.
Gambar 6
Pertama kali Batik Plumpungan di produksi
Pada Tahun 2005 tepatnya bulan September Batik Plumpungan
pertama kali dipublikasikan Koran Jawa Pos
32
Gambar 7
Batik Plumpungan di publikasikan oleh Koran Jawa Pos
8 September 2005
Pada Tahun 2007 tepatnya bulan Mei pada tanggal 4, Batik
Plumpungan
menyelenggarakan
Lomba
Desain
Motif
Batik.Plumpungan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata, Seni, Budaya
dan Olah Raga Kota Salatiga, RT. 01, RW XI Kemiri, dan UMEntertainment.
Pada kala itu, Wali Kota Salatiga John Manoppo juga sangat mendukung
pengembangan dan pelestarian Batik di kota Salatiga.
33
Gambar 8
Pemenang Lomba Desain Motif Batik Plumpungan
4 Mei 2007
Menurut Bapak Bambang Pamulardi, M.Si, motif-motif batik Salatiga
memang beda dengan motif-motif batik kota lainnya, kebanyakan bentuk
dasar batik menggambarkan alam flora, fauna, batik Salatiga didesain dari
gambar dua batu besar dan kecil lonjong.Berikut macam – macam motif Batik
Plumpungan ;
34
Tabel 4.1 Macam – macam Motif batik Plumpungan Salatiga
NO
NAMA MOTIF
1
Motif Anggrek
2
Motif Ayu Wulan
Arumi
3
Motif Banjai
Plumpungan
4
Motif Bulus
Plumpungan
GAMBAR MOTIF
35
5
Motif Cempaka
Mekar
6
Motif Watu Rusak
7
Motif Dian
Nugroho
8
Motif Diasi
36
9
Motif Shima
10
Motif Waturumpuk
Plompongan 1
11
Motif Genggong
12
Motif Iwak iwakan
13
Motif Jagad
Plumpungan
37
14
Motif JM
15
Motif Selotigo
16
Motif Kawung
Plumpungan
17
Motif Palang Selo
18
Motif Kenyo
Kasmaran
38
19
Motif Kewan
Segoro
20
Motif Kipas
Plumpungan
21
Motif Kerikil
Temata
22
Motif Sekar Arum
39
23
Motif Kupu - kupu
24
Motif Kuku Seno
25
Motif Lereng
Dersana
26
Motif Lereng
Kemiri
40
27
Motif Lirik
Plompongan
28
Motif Manggu Jajar
29
Motif Manggu
Bentik
30
Motif Merak
Plumpungan
41
31
Motif Monggo
Mumet
32
Motif Karangduwet
33
Motif Pereng Setro
34
Motif Rossa
42
35
Motif Redi Agung
36
Motif Bayang bayang
37
Motif Rumpuk
Kawung
38
Motif Selo
Argomulyo
43
39
Motif Selo Giri
40
Motif Selo Sidorejo
41
Motif Selo
Sidomukti
42
Motif Selo Tingkir
44
43
Motif Karangpete
44
Motif Parang selo
kusumo
45
Motif Semut jajar
46
Motif Sido
gandrung
45
47
Motif Selo Pury
48
Motif Srir Astu
49
Motif tunggak Semi
50
Motif Watu
Rumpuk
Plompongan 2
4.2 PRODUKSI
Proses produksi video dokumenter ini diawali dengan melakukan
pengambilan data – data dan gambar mengenai batu prasasti plumpungan dan
46
batik plumpungan yang dilakukan pada hari Kamis, tanggal 19 Juni 2014.
Dalam produksi video dokumenter, proses pengambilan gambar hanya
dikerjakan oleh tiga orang saja, yaitu peneliti, dan dibantu oleh dua kameraperson atau disebut juga juru kamera. Pada tahap ini juru kamera yang lebih
memegang kendali dalam pengambilan gambar, dan peneliti lebih berperan
sebagai produser dan sutradara yang memberikan arahan gambar apa saja
yang perlu diambil oleh juru kamera. Selama pengambilan gambar
berlangsung, peneliti berhak melakukan penambahan maupun pengurangan
dalam scene, tanpa merubah konsep awal. Perubahan tersebut dilakukan
karena menyesuaikan keadaan saat di lapangan. Adapun langkah yang
ditempuh peneliti untuk mengatasi perubahan tersebut yaitu peneliti
berdiskusi dengan juru kamera. Karena lokasi-lokasi dari data terkait batik
plumpungan tersebut masih ada dalam satu kota, peneliti dan juru kamera
memutuskan untuk melakukan seluruh pengambilan gambar pada hari
tersebut, untuk menghemat waktu kerja. Dalam proses pengambilan gambar,
banyak sekali halangan yang dialami, seperti hujan, awan mendung sehingga
terkadang gambar yang direkam tidak terlihat cerah.
4.3. PENGAMBILAN ANGLE KAMERA
Pengambilan gambar menggunakan teknik Eye Level dimana
pengambilan gambar ini dengan sudut pandang sejajar dengan mata objek,
tidak ada kesan dramatik tertentu yang di dapat dari eye level ini, yang ada
hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri, sehingga
dapat memberikan kesan imajinasi bahwa seseorang sedang melakukan
aktifitas itu.
47
4.4 PENGAMBILAN FRAME SIZE
Sedangkan menurut ukuran gambar atau suatu objek yang menjadi sasaran
yang akan direkam, adalah menggunkan Extreme Close-up [ECU] dimana
pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu
pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetilan suatu objek. Karena objek adalah
batik maka di perlihatkan kedetailan dari kain batik dan motif yang terkandung di
dalamnya agar kesan sejarah di dalamnya menjadi nampak.
4.5 PEMBUATAN NARASI
Proses ini merupakan lanjutan dari wawancara data. Setelah semua
data wawancara yang di butuhkan dirasa sudah lengkap, kemudian peneliti mulai
masuk ke dalam pembuatan naskah untuk narasi. Tidak semua data yang telah
diperoleh dimasukkan ke dalam narasi, tetapi hanya informasi penting dan
berefek dramatisir. Narasi cenderung pendek tetapi padat informasi karena
disesuaikan dengan format video yaitu video documenter.
48