Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Batik Gemawang T1 152009007 BAB IV

(1)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Letak Geografis Desa Gemawang

Desa Gemawang masuk dalam wilayah Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Desa Gemawang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan Desa Bedono, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rejosari, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ngrancah Kabupaten Magelang, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sohorejo Kabupaten Temanggung. Jarak ke ibu Kota Kecamatan Jambu sejauh 8 Km dapat ditempuh selama 0.5 jam, jarak ke ibu Kota Kabupaten Semarang sejauh 35 Km dapat ditempuh selama 1.5 Jam, sedangkan untuk jarak ke Ibu Kota Provinsi sejauh 50 Km dapat ditempuh selama 2 Jam.

Luas wilayah Desa Gemawang tujuh ratus delapan puluh enam hektar, wilayah desa terbagi menjadi tujuh dusun yang terdiri dari delapan RW dan dua puluh sembilan RT Dusun, termasuk dalam wilayah Desa Gemawang adalah Dusun Krajan masuk dalam RW satu terdiri dari tiga RT, Dusun Banaran masuk dalam RW dua dan RW tiga terdiri dari delapan RT, Dusun Piloro masuk dalam RW empat terdiri dari empat RT, Dusun Selo-Sekaja masuk dalam RW lima yang terdiri dari tiga RT, Dusun Jlamprang masuk dalam RW enam yang terdiri dari empat RT, Dusun Kerep masuk dalam RW tujuh yang terdiri dari empat RT, Dusun Guyang warak masuk dalam RW delapan yang terdiri dari tiga RT.

Penggunaan lahan tanah sawah tiga puluh hektar, irigasi setengah teknis seluas lima hektar untuk sawah tadah hujan dua puluh lima hektar, untuk tanah


(2)

fasilitas umum 28,8 Ha, untuk lapangan seluas 0,75 Ha, untuk perkantoran pemerintah seluas 0,25 Ha, tanah perkebunan rakyat seluas 150 Ha, untuk PTPN seluas 149,9 Ha, untuk tanah kering seluas 185 Ha, penggunaan lahan tegal 350,95 Ha, penggunaan lahan permukiman seluas 81,47 Ha.

Topografis desa Gemawang berada pada ketinggian tempat 619 meter dari permukaan laut, memiliki kondisi tanah berbukit, dengan potensi tanah gembur dan berhumus bentang wilayah datar berbukit dan lereng gunung, dan curah hujan per jumlah bulan hujan adalah 2000 sampai 2500 milimeter per tahun dua belas bulan,sehingga suhu rata-rata harian dua puluh derajat Celsius.

Jumlah penduduk desa Gemawang berjumlah 3723 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1857 jiwa, sedangkan untuk perempuan sebanyak 1866 jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga 1121 kepala keluarga, wilayah Gemawang yang subur membuat penduduk desa Gemawang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh kopi. Tercatat dalam data monografi desa hampir lima puluh persen dari jumlah total penduduk desa Gemawang memilih

Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

0-12 bln 13 10 23

1-10 tahun 287 294 581

11-20 tahun 290 312 602

21-30 tahun 350 345 695

31-40 tahun 263 291 554

41-50 tahun 227 250 477

51-60 tahun 149 155 304

61-70 tahun 237 212 449

> 70 tahun 69 69 138

Sumber: Laporan Statistik Dasar/Pokok Desa/Kelurahan/Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah keadaan Bulan Desember 2011


(3)

tingkat kesejahteraan penduduk desa masih sangat rendah, ditambah tingkat pendidikan masyarakat Gemawang yang hampir sebagian besar hanya lulusan SMP sederajat membuat tingkat pengetahuan yang masih sangat terbatas.

Usia Produktif masyarakat desa Gemawang diantara usia umur dua puluh satu tahun hingga usia umur enam puluh tahun, dari usia-usia ini pada umumnya mengenyam pendidikan hanya sampai Sekolah Menengah Pertama. Arti pendidikan sebagian penduduk Gemawang masih rendah disamping keterbatasan biaya yang menjadi salah faktor utama orang tua, banyak dari anak muda desa Gemawang setelah lulus SMP kemudian ikut bekerja dengan orang tuanya menjadi buruh petik kopi. Hal ini memang disayangkan sedikit warga Gemawang yang mampu untuk menyekolahkan anaknya sampai minimal SMA. Dengan adanya UKM yang ada di desa Gemawang, mampu menyerap lapangan pekerjaan khususnya bagi generasi muda, pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan diharapkan menumbuhkan tingkat kreatifitas masyarakat desa Gemawang.

Tingkatan Pendidikan laki-laki Perempuan Jumlah

usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 76 55 131

usia 3-6 tahun yang sedang TK / Play group 65 69 134

usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 90 98 188

usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak

tamat 7 9 16

tamat SD/sederajat 267 342 609

Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SMP 241 386 627 Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SMA 286 382 668

tamat SMP/ sederajat 256 231 487

tamat SMA/sederajat 169 131 300

tamat D-3/sederajat 21 13 34

Tamat S-1/sederajat 46 32 78

Sumber: Laporan Statistik Dasar/Pokok Desa/Kelurahan/Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah keadaan Bulan Desember 2011


(4)

Sebagian besar penduduk desa Gemawang berprofesi sebagai petani dan buruh petik kopi di PTPN, yang berjumlah 1226 jiwa sebagian lainnya memilih untuk bekerja di sektor informal sebagai pedagang keliling, peternak, pengrajin industri rumah tangga, montir, pengusaha kecil menegah, karyawan swasta yang berjumlah 131 jiwa, sedangkan penduduk lainnya bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan pensiunan TNI maupun POLRI berjumlah 49 jiwa.

B. Sejarah Batik

Sejarah batik teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal-usul batik, menurut sejarah orang-orang Mesir telah memakai pakaian-pakaian batik dua abad yang lampau demikian juga di Jepang, Tiongkok, India dan negara-negara timur, di Afrika telah

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

Petani 260 268

Buruh tani 352 340

Pegawai negeri sipil 19 9

Pengrajin industri rumah tangga 30 17

Pedagang keliling 11

Peternak 7

Montir 1

Bidan Swasta 1

POLRI 1

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 14 6

Pengusaha kecil dan menegah 12 1

Jasa pengobatan alternative 2

Karyawan perusahaan swasta 24 26

Jumlah 733 668

Sumber: Laporan Statistik Dasar/Pokok Desa/Kelurahan/Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah keadaan Bulan Desember 2011.


(5)

kegenerasi. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India, saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Srilanka, dan Iran. Selain di Asia batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika, walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa. (Miftahul Jannah 2008:4)

Batik di Indonesia

Batik Indonesia secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad VII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar, saat itu motif atau pola batik masih didominasi oleh motif bentuk flora dan fauna. Namun dalam sejarah perkembangan desain batik mengalami perubahan, yaitu dari corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber, dan sebagainya. Melalui corak lukisan seni busana dari relief tersebut muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Jenis dan corak batik tradisional tergolong banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri. (Destin Heru Setiati, 2008:28)

Riwayat perbatikan di Indonesia berhubungan dengan sejarah kerjaaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa. Pada beberapa catatan sejarah, disebutkan pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa Kasuhunan Surakarta di Solo dan kasultanan Yogyakarta. Berdasarkan sumber tersebut, maka seni batik di


(6)

Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada raja-raja berikutnya dan akhirnya menyebar ke pelosok wilayah Indonesia, adapun mulai meluasnya kesenian batik ini hampir di setiap wilayah Indonesia dan khususnya di Jawa ialah setelah akhir abad XVII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap dikenal baru setelah Perang Dunia I selesai sekitar tahun 1920. (Destin Heru Setiati, 2008:29)

Selama ini belum ada hasil penelitian yang memastikan kapan seni batik mewarnai kebudayaan di Indonesia. Menurut Tukiran Effendi, salah satu seorang tokoh batik dari Museum batik menyebutkan bahwa di dalam buku-buku klasik disebutkan batik ditemukan pada abad XIV ke atas. Raja Mataram, Panembahan Senopati yang hidup pada abad XVII, sudah memakai batik motif bebetan parang. Di dalam istana, Batik digunakan sebagai pakaian resmi keraton dengan aneka bentuk ragam hias yang indah dengan nilai-nilai yang tinggi sarat dengan makna dan simbolis. Umumnya orang menganggap batik identik dengan masyarakat Jawa.

Namun dalam perkembangannya, seni batik kemudian ditemukan tidak hanya di pulau Jawa. sebab di wilayah lain terdapat pula hasil karya seni batik dengan motif unik, diantaranya batik Jambi dengan motif Pucuk Rebug, yang berhubungan dengan pepatah yang mempunyai arti filosofis tentang adat dan kehidupan masyarakat. Kemudian batik Bengkulu dengan motif huruf arab (kaligrafi), Irian dengan motif suku Asmat.


(7)

Dari catatan sejarah yang disampaikan oleh GP Rouffaer, batik daerah-daerah tersebut pada umunya bermotif geometris. Sementara di Indonesia bervariasi, masih ditinjau dari sejarah. Dalam buku Widodo disebutkan bahwa menurut M.Yamin dan R.M.Sucipto batik di Indonesia telah ada sejak Zaman Sriwijaya, sementara di Tiongkok pada zaman Dinasti sung atau Tang. Ditemukan pula informasi yang menyatakan bahwa perkembangan seni batik telah berlangsung sebelum Belanda menginjakkan kakinya di Indonesia, hal itu dapat dibuktikan dari patung para dewa di candi-candi yang mengenakan kain batik (Ismunandar, 1985:26)

Di masa lalu, awalnya batik Indonesia hanya beredar di dalam negeri terutama di pulau Jawa, jika sampai keluar negeri hanya tersebar di wilayah Hindia Belanda. Namun, setelah perdagangan aktif melewati wilayah itu, maka kepopuleran batik semakin meluas. Para pedagang Belanda, India, China, Jepang membawa batik sebagai salah satu komoditi. Maka batik Indonesia semakin terkenal di manca negara, bahkan saat ini sudah terkenal sampai di Amerika dan Afrika Selatan. Hal ini kemudian berdampak juga pada munculnya kepedulian para pedagang untuk memperhatikan pengembangan seni batik itu sendiri.

(Komarudin Hidayat dan Putut Wijanarko, 2008 : 605)

Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, seperti latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat


(8)

istiadat, sifat dan tata kehidupan, alam lingkungan, cita rasa, tingkat ketrampilan dan lain-lain.(Miftahul Jannah 2008:6)

Kesenian tidak bersifat statis. Kebudayaan akan berkembang sepanjang sejarah dengan mendapat masukan serta menyerap aneka macam pengaruh dari luar lingkungannya, untuk kemudian disaring agar sesuai dengan kebudayaan setempat yang telah ada. Selain itu kebudayaan juga berkembang secara alamiah dari dalam sesuai dengan kepribadaiannya menurut tuntutan zaman.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kian. Untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja di Indonesia pada zaman dulu. Melalui istana raja-raja di Jawa, batik merupakan kegemaran dan kebanggaan para wanita dari zaman dahulu untuk memperindah dan mengembangkan masing-masing gaya mereka. Para sultan, pegawai istana, serta para abdi diharuskan memakai desain-desain khusus yang menggambarkan motif-motif yang ada, dengan ancaman akan di hukum berat apabila melanggar peraturan tersebut. Contoh motif parang rusak, motif ini hanya boleh dipakai oleh para raja Jawa sejak berabad-abad yang lampau, desain tersebut mengandung banyak lambang mistik dan agama. Tetapi karena banyak dari pegawai istana dan abdi tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar dari keraton dan dihasilkan pula ditempatnya masing-masing, seiring berjalannya waktu kesenian batik ini ditiru oleh rakyat biasa dan selanjutnya meluas sehingga banyak dihasilkan kaum wanita dalam rumah tangga mereka untuk mengisi waktu luang. (Miftahul Jannah 2008 : 12)


(9)

C. Sejarah Batik Gemawang

Desa Gemawang terletak pada kawasan PTPN, yaitu perusahaan perkebunan milik negara dimana lahan-lahan yang ditanami tanaman perkebunan seperti kopi. Hal ini berpengaruh terhadap mata pencaharian dari penduduk desa Gemawang yang mayoritas penduduk menjadi buruh petik kopi. Profesi buruh mendapat upah tiap bulannya sekitar tiga rutus ribu rupiah sampai empat ratus ribu rupiah per bulan. Dengan kondisi ini masyarakat Gemawang hanya mampu berserah dan masih menekuni profesi sebagai buruh petik kopi di PTPN sebagai mata pencaharian utama.

Awal tahun 2005 desa Gemawang mendapat kesempatan untuk menjadi desa percontohan, yaitu melalui program PNPM mandiri dari pemerintah yang ditujukan untuk mendayagunakan desa agar lebih produktif. Dengan adanya program pemerintah mulai diadakan pelatihan-pelatihan yang diadakan, diantaranya pelatihan pembuatan batik dari lembaga pelatihan Losari Jogjakarta, pelatihan menjahit, pelatihan budidaya ikan dan jamur. (Wawancara, Eko Puji Lestari,2 Januari 2013). Awal pelatihan-pelatihan yang sudah diadakan belum banyak tanggapan yang baik dari masyarakat desa Gemawang. Merubah pola pikir dari buruh 1226 jiwa untuk dilatih menjadi wirausaha masih sangat sulit, keterbatasan pengetahuan dan belum berani untuk mencoba menjadi faktor utama. Dengan berjalannya waktu dan faktor kebutuhan mulai masyarakat Gemawang mulai bergerak, dengan munculnya kelompok-kelompok UKM, diantaranya: kelompok pengrajin batik, kelompok budidaya jamur tiram, kelompok budidaya perikanan, kelompok pembuatan garment pembuatan baju, kelompok pembuatan


(10)

pasta pewarna batik alam, kelompok pembuatan olahan singkong, kelompok budidaya cacing, kelompok pupuk alami, kelompok pembuatan maianan alat peraga, dan kelompok pembibitan produk pertanian. Untuk mempromosikan hasil-hasil dari kelompok-kelompok dibangun galeri Gemawang yang terletak di sebelah barat kantor kepala desa tepatnya disamping jalan Ambarawa-Magelang, yang didalamnya terdapat hasil-hasil produk masyarakat Gemawang. Dari kelompok-kelompok ini desa Gemawang menjadi desa percontohan yang sering di kunjungi sebagai desa Advokasi.

D. Awal Munculnya Batik Gemawang.

Berawal pada tahun 2005 masyarakat desa Gemawang mendapat pelatihan dari lembaga pelatihan Losari dari Yogjakarta, warga yang ikut pelatihan ini sebanyak 125 orang. Desa Gemawang dalam pelatihan ini mendapat kucuran dana dari pemerintah sebesar 300 juta rupiah. Pada awalnya mulai dibentuk kelompok pengrajin batik yang diberi nama kelompok pengrajin batik Nyi Ageng Mangir, akan tetapi konsistensi Anggota dalam mengelola kelompok tersebut masih kurang sehingga mengakibatkan dana sebesar tiga ratus juta tersebut tidak jelas pertanggung jawabannya.

Pada tahun 2006 seorang pemuda dari desa Gemawang yang bernama Mas Adul Kholiq Fauzi membentuk kelompok pengrajin batik baru yang diberi nama dengan kelompok pengrajin batik Nyi Ageng Pandanaran. Awal berdirinya kelompok ini ditentang oleh masyarakat desa Gemawang. Karena warga Gemawang berpendapat bahwa desa Gemawang sudah memiliki kelompok pengajin batik. Namun, mas Fauzi dalam perjalannya terus dipaksa untuk


(11)

mengakui bahwa batik yang dihasilkan dari kelompok batik Nyi Ageng Pandanaran adalah hasil dari kelompok Nyi Ageng Mangir. kelompok Nyi Angeng Pandanaran dengan hasil batik yang diproduksinya dijual ke Kabupaten Magelang dan kota Magelang, penjualan belum dapat masuk ke Kabupaten Semarang karena batik Gemawang belum diberi kesempatan untuk ikut dalam pameran.

E. Perkembangan Batik Gemawang

Pada tahun 2009, pada waktu itu batik Gemawang diperkenalkan ke Masyarakat Kabupaten Semarang melalui pameran. Pameran yang pertama kali di Kabupaten Semarang hanya sebatas mengganti salah satu peserta pameran yang berhalangan hadir. Stand yang kosong kemudian dimanfaatkan oleh kelompok Batik Gemawang. Mulai dari pameran tersebut Batik Gemawang mulai dikenal oleh masyarakat Kabupaten Semarang. Pada tahun 2010 kelompok pengrajin batik Nyi Ageng Pandanaran mendapat bantuan dana dari bank Jateng.

Pengrajin Batik pada masa awal, memiliki penghasilan untuk tiap pengrajinnya mendapatkan dua ratus ribu rupiah sampai tiga ratus ribu rupaih per bulan masih sangat tergantung pada pesanan. Warga desa Gemawang sendiri yang menjadi pengrajin batik , apabila ada pesanan maka tiap pengrajin mendapat satu juta empat ratus ribu per bulan belum ditambah dengan uang lembur overtime per jammnya sebesar enam puluh ribu per orang. Pengrajin-pengrajin yang berada dikelompok nyi Ageng Pandanaran ini tidak memiliki ketrampilan khusus dalam bidang batik, mulai dari mendesain motif hingga proses batik jadi membutuhkan teknik. Dalam pembuatan batik Gemawang tidak menggunakan pakem yang


(12)

sudah ada sebelumnya. Dengan tidak menggunakan proses melorod kain yang sudah dicanting melainkan langsung jemur, karena pemilihan bahan kain yang digunakan dipilih bahan yang benar-benar sudah bagus terlebih dulu. Batik Gemawang merupakan batik baru yang dalam pembuatan motifnya berkembang sesuai dengan permintaan pasar. Namun, ada motif yang menjadi ciri khas dari Batik Gemawang diantaranya terdapat tiga macam motif batik ciri Khas Gemawang yang diangkat dari keadaan alam sekitar.

F. Motif Batik Gemawang

Batik Gemawang merupakan batik kreasi baru motif yang diangkat merupakan hasil kreasi masyarakat dengan mengambil motif-motif dari alam sekitar. Batik Gemawang memiliki motif modern yaitu motif batik kreasi baru atau batik lukis tidak terikat lagi pada aturan atau ketentuan yang ada, tetapi lebih tergantung pada seniman pembuatannya sehingga motif dan variasinya sangat beragam, begitu juga peralatan yang digunakan semakin beragam tidak hanya canting tetapi juga menggunakan kuas lukis.

Motif dan ornamen yang digunakan juga tidak seperti batik klasik atau batik semiklasik namun ada juga yang mengembangkan dari motif klasik, fungsi dari batik pun mulai bergeser dari yang sebelumnya sebagai jarik, selendang, ikat kepala sudah berkembang menjadi busana, dan bahkan lukisan untuk batik ini sudah sangat variatif. (Miftahul Jannah 2008 : 30)

1) Seri Kopi

Kembang Kopi (Bunga Kopi)

Kembang kopi memiliki warna putih yang melambangkan kesucian, dan memiliki aroma wangi menyegarkan yang mengandung arti kesegaran. Kembang


(13)

kopi adalah sebuah harapan karena kembang kopi yang keluar akan ditandai dengan munculnya biji kopi. Harapannya agar kembang kopi ini tetap hidup dan meningkatkan hasil panen bagi petani kopi.

Godong Kopi (Daun kopi)

Daun kopi memiliki arti proses kehidupan, bahwa sebuah proses tidak ada yang cepat, seperti halnya ketika pohon akan berbuah harus melewati proses tumbuh daun terlebih dahulu muncul bunga dan kemudian muncul buah yang diharapkan.

Kopi umbaran (Kopi yang tumbuh liar)

Kopi umbaran merupakan kopi yang tumbuh di alam bebas dengan bentuk pohon yang menjulang tinggi. Namun, hasil biji kopi yang dihasilkan akan lebih enak dari kopi perkebunan. Mengandung arti sesuatu yang dibiarkan tidak selamanya akan mendapat hasil buruk, tetapi akan mendapat hasil yang lebih bagus dari pada yang terbiasa terawat.

Kopi Pecah

Kopi pecah menandakan bahwa biji kopi itu telah kering sempurna siap untuk melalui proses selanjutnya. Mengandung arti sebuah proses pematangan hidup yang sempurna.

Kopi Mawut

Kopi yang sudah jadi dan hasil dari kopi ini berupa bubuk kopi yang benar-benar tergiling dengan sempurna tidak ada sisa biji kopi yang masih tertinggal, menandakan kemakmuran.

2) Seri Tawon (lebah)


(14)

Tawon sobo merupakan lebah pekerja untuk mencari madu. Dengan mengambil sari bunga tanpa harus membuat bunga itu layu atau mati. Tawon sobo memiliki makna bahwa dalam bekerja harus sungguh-sungguh dan jangan sampai merugikan orang lain.

Tolo Madu (Sarang Lebah)

Sarang lebah adalah tempat penyimpanan sari bunga yang telah dikumpulkan. Memiliki makna dimana kita bekerja akan menyimpan hasil kerja dirumah dan akan dibagi untuk keluarga dirumah.

3) Seri Baru Klinting

Seri Baru Klinting diangkat dari leganda di sekitar danau rawa Pening yang diceritakan terdapat anak yang ingin diakui menjadi anak seorang mbok rondo. Namun, mbok rondo tidak mau mengakui. Kemudian anak tersebut menjelma menjadi seekor ular dan bertapa di sebuah bukit. Baru klinting topo (baru klinting tapa) memiliki makna bahwa dalam mencapai sesuatu tujuan maka harus berusaha dan meminta pada yang diatas agar diberi kelancaran.

Selain tiga seri motif yang sudah menjadi ciri khas batik Gemawang, terdapat motif batik yang baru dikembangkan yaitu motif batik gedong songo memiliki makna pelestarian budaya dengan penggambaran motif batik candi gedong songo sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. Terdapat motif yang baru dikembangkan yaitu motif Ndas Sepur adalah motif yang diambil dari lokomotif yang ada di stasiun Ambarawa.

Selain makna motif yang dapat diangkat batik Gemawang terdapat pula nilai-nilai kearifan lokal, diantaranya dengan mengangkat motif cerita legenda Rawa Pening, batik yang bermotifkan baru klinting bercerita tentang hal-hal yang


(15)

dapat dipetik dari cerita legenda baru klinting dengan demikian batik Gemawang secara tidak langsung ikut melestarikan kebudayaan Indonesia, dan untuk motif kopi mengingatkan untuk pentingnya menjaga kelestarian alam. Selain itu masih terdapat kearifan lokal yang masih terjaga sampai saat ini, yaitu tentang kebersamaan masyarakat desa Gemawang masih menjaga nilai-nilai kebersamaan saling bergotong royong. Ini terlihat ketika salah satu UKM dari masyarakat Gemawang mendapat kunjungan dari luar maka para kelompok-kelompok UKM yang lainnya akan ikut berkumpul dan mempromosikan barang hasil produknya.(Wawancara: Abdul Kholiq Fauzi,13 Desember 2012)

A. Teknik Pembuatan Batik.

Berdasarkan cara pembuatannya, teknik membatik dapat dibedakan menjadi dua cara sebagai berikut:

1. Batik tulis

Batik ini dikerjakan secara manual atau dalam pembuatan pola serta pengisian warna dalam pola-polanya dilakukan dengan menggunakan tangan manusia bukan menggunakan mesin, mengingat pengerjaannya dilakukan secara manual, membuat batik tulis membutuhkan waktu yang relatif lama.

2. Batik cap atau printing

Dengan berkembangnya industri-industri tekstil, cara pembuatan batik, bahan pewarna batik dan bahan dasar kain batik pun ikut berkembang, dengan demikian, berbagai jenis dan motif batik dapat dihasilkan dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak.


(16)

Membatik dapat dilakukan pula dengan teknik cap atau printing pembuatan batik cap dapat dilakukan dengan cepat, desain-desain batik dibuat dengan mesin-mesin cetak. Seringkali dipasaran ditemukan tekstil dengan motif-motif seperti batik. Kita dapat membedakan antara batik yang Sali dengan batik hasil cetak, dengan melihat ciri-cirinya, batik asli mempunyai warna yang jelas pada kedua sisi kain, jika hanya satu sisi kain yang terlihat jelas warnanya dan sisi yang lain kurang jelas warnanya, berarti batik cetak atau cap.

a. Proses Pembuatan Batik

Secara umum proses pembuatan batik melalui tiga tahapan yaitu pemberian malam (lilin batik) pada kain, pewarnaan, dan pelepasan lilin dari kain. Sebelum proses pembatikan dimulai terdapat langkah yang perlu dipersiapkan baik bahan maupun peralatan:

1. Anglo atau kompor kecil sebagai pamanas malam, kemudian persiapkan wajan kecil berisi malam diletakkan di dalamnya. Malam yang dipanaskan mancair dengan sempurna, hal iru dimaksudkan agar malam dapat lancar keluar melalui ujung canting dan meresap dalam kain yang akan dibatik. 2. Perlengkapan lain yang dipersiapkan adalah dingklik, kipas, dan anglo

kemudian mori dipersiapkan di atas gawangan dekat anglo/kompor kecil letak duduk pembatik adalah di antara gawangan dan anglo. Letak gawangan disebelah kiri dan anglo di sebelah kanan pembatik, agar tidak terkena panas lilin yang menetes, maka diletakkan kain pengaman di atas kaki atau paha si pembatik.


(17)

3. Pembatik mulai memegang canting untuk memulai mengerjakan batik cara memegang canting yang baik adalah dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah seperti memegang pensil ketika menulis, hanya saja arah tangkai yang berbeda tangkai canting posisinya horisontal, posisi canting demikaian bertujuan untuk menjaga lilin dalam canting nyamplungan tidak tumpah setelah persiapan sudah semua maka berikutnya adalah:

a. Pemberian lilin.

Malam yang telah mendidih dalam wajan diciduk dengan canting kemudian dibatik di atas mori yang telah digambar atau diberi motif. Sebelum dibatikkan canting ditiup terlebih dahulu dengan hati-hati. Hal ini untuk menghindari agar lilin dalam canting tidak tumpah, dan fungsi meniup lilin tersebut sebagai berikut.

o Mengembalikan cairan lilin ke dalam nyamplungan dan agar lilin tidak menetes sebelum ujung canting ditempelkan pada mori.

o Menghilangkan cairan lilin membasahi ujung/cucuk canting dari goresan menjadi baik dan rapi.

o Untuk mengkontrol kemungkinan ujung canting dari tersembat oleh kotoran lilin yang dapat menyumbat canting.

Apabila keadaan lilin sudah baik barulah dapat digoreskan pada mori pada saat menggoreskan tangan sebaiknya diletakkan di sebalik mori sebagai landasan mori yang sedang digores dengan canting.

Proses pemberian lilin yang dilakuakan para pembatik sekarang berbeda bila dibandingkan dengan proses pemberian tradisional tahapan-tahapan ulai


(18)

ditiggalkan ntuk mencari praktisnya namun sebagaian tidak dapat ditinggalkan seperti berikut.

o Membatik kerangka

Setelah mori diberi motif batik atau biasa disebut pola, canting digoreskan pada garis-garis gambar atau pola tersebut dengan menggunakan malam klowong. Pada tahap ini hasil pekerjaannya disebut klowongan atau batik kosongancanting yang dipergunakan dalam tahapan ini adalah canting klowong.

o Ngisen-Iseni

Canting yang dipergunakan untuk ngisen-iseni artinya adalah mengisi atau memberi isi. Canting isen ada bermacam-macam dan penggunaanya tergantung pada motif yang ada.

o Nembok

Motif batik tidak seluruhnya diberi warna atau akan diberi warna yang berrmacam-macam pada waktu proses penyelesaiankai. Bagian-bagian yang tidak akan diberi warna akan ditutup dengan lilin batik atau malam, cara menutupnya dengan canting tembokkan canting yang bercucuk besar dan menggunakan lilin tembokan, tahapan ini disebut nemboki. Pada tahap ini pembatik harus teliti dan rata sehingga cat warna ini tidak dapat tembus ke mori batik proses ini tidak hanya dilakukan ada dasar motif, tetapi juga dilakukan untuk menutup bagian-bagian motif yang besar misalnya bunga dan daun.

o Pewarnaan

Setelah tahap pemberian lilin selesai proses selanjutnya adalah pewarnaan. Proses pewarnaan ini ada beberapa tahapan seperti pada tahapan pemberian lilin.


(19)

Jadi, untuk mendapatkan warna yang bermacam-macam dilakukan proses pemberian lilin dan pewarnaan yang berganti-ganti. Contoh pemberian warnanya adalah untuk mendapatkan warna hijau maka mori dicelup kelarutan warna hijau kemudaian ditutup dengan malam lagi untuk dicelup pada warna berikutnya. b. Cara Merawat Batik Dengan Pewarna Alam

Batik yang dicelup menggunakan pewarna alami memang lebih cepat pudar disbanding dengan menggunkan pewarna kimiawi, karena batik dengan pewarna alami tidak mengalami proses fiksasi penguncian warna yang maksimal kain batik dengan pewarnaan alami membutuhkan penaganan khusus dibanding kain batik biasa. Untuk merawat kain batik dengan pewarna alami dapat dilakukan dengan cara :

1. Mencuci kain batik dengan menggunakan sampho rambut. Sebelumnya, larutkan dulu sampo hingga tidak ada lagi bagian yang mengental setalah itu baru kain batik dicelupkan, dapat juga menggunakan sabun pencuci khusus ubtuk

2. kain batik yang dijual dipasaran akan tetapi jangan terlalu lama dalam merendamnya.

3. Kain batik jangan dicuci dengan menggunakan mesin cuci, cara mencuci kain batik seperti ini akan membuat warna alami kain batik tak bertahan lama.

4. Sebaiknya tidak menjemur kain batik berpewarna alami di bawah sinar matahari langsung dan lebih bagus jika menjemurnya dalam keadaan terbalik.


(20)

5. Dengan memberi pewangi dan pelembut kain pada batik tulis jangan disemprotkan langsung pada kainnya, sebelumnya, tutupi terlebih dahulu kain dengan kain pelapis lainnya lebih baik yang berwarna muda atau polos. 6. Dalam menyetrika agar kain tidak rusak dapat dilapisi dengan kain pelapis

untuk menyetrika.

B.Persepsi Masyarakat Mengenai Batik Gemawang

Persepsi masyarakat Gemawang sendiri bangga karena ada yang bisa dibanggakan dari desanya, melalui batik Gemawang yang sudah terkenal dan tak jarang sering adanya kunjungan-kunjungan baik umum maupun dinas berimbas terhadap perekonomian masyarakat sekitar desa. Ketika ada kunjungan yang datang masyarakat berkumpul dan masing-masing menawarkan hasil produksinya ada yang berupa olahan kripik, penjualan pasta warna untuk batik, pupuk alami, jamur tiram hasil-hasil UKM yang ada di desa Gemawang ikut dipromosikan.

Batik Gemawang merupakan batik yang khas terdapat motif-motif yang dikembangkan sendiri yang diambil dari keadaan alam sekitar. memanfaatkan warna-warna alami yang diambil dari tumbuh-tumbahan yang tumbuh subur di daerah sekitar desa.(Wawancara: Kusmiati, 16 Januari 2013)

Sangat disayangkan apabila ketrampilan membatik seperti ini tidak dilestarikan, kebanyakan dari peserta sanggar kursus membatik adalah usia lanjut perlunya regenerasi dari generasi muda untuk ikut serta dalam kesenian batik ini Karena selain untuk mengajarkan kesenian, melalui membatik ini dapat dikembangkan untuk membuka lapangan pekerjaan kelak dikemudian hari. (Wawancara: Daru, 17 Januari 2013)


(1)

dapat dipetik dari cerita legenda baru klinting dengan demikian batik Gemawang secara tidak langsung ikut melestarikan kebudayaan Indonesia, dan untuk motif kopi mengingatkan untuk pentingnya menjaga kelestarian alam. Selain itu masih terdapat kearifan lokal yang masih terjaga sampai saat ini, yaitu tentang kebersamaan masyarakat desa Gemawang masih menjaga nilai-nilai kebersamaan saling bergotong royong. Ini terlihat ketika salah satu UKM dari masyarakat Gemawang mendapat kunjungan dari luar maka para kelompok-kelompok UKM yang lainnya akan ikut berkumpul dan mempromosikan barang hasil produknya.(Wawancara: Abdul Kholiq Fauzi,13 Desember 2012)

A. Teknik Pembuatan Batik.

Berdasarkan cara pembuatannya, teknik membatik dapat dibedakan menjadi dua cara sebagai berikut:

1. Batik tulis

Batik ini dikerjakan secara manual atau dalam pembuatan pola serta pengisian warna dalam pola-polanya dilakukan dengan menggunakan tangan manusia bukan menggunakan mesin, mengingat pengerjaannya dilakukan secara manual, membuat batik tulis membutuhkan waktu yang relatif lama.

2. Batik cap atau printing

Dengan berkembangnya industri-industri tekstil, cara pembuatan batik, bahan pewarna batik dan bahan dasar kain batik pun ikut berkembang, dengan demikian, berbagai jenis dan motif batik dapat dihasilkan dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak.


(2)

Membatik dapat dilakukan pula dengan teknik cap atau printing pembuatan batik cap dapat dilakukan dengan cepat, desain-desain batik dibuat dengan mesin-mesin cetak. Seringkali dipasaran ditemukan tekstil dengan motif-motif seperti batik. Kita dapat membedakan antara batik yang Sali dengan batik hasil cetak, dengan melihat ciri-cirinya, batik asli mempunyai warna yang jelas pada kedua sisi kain, jika hanya satu sisi kain yang terlihat jelas warnanya dan sisi yang lain kurang jelas warnanya, berarti batik cetak atau cap.

a. Proses Pembuatan Batik

Secara umum proses pembuatan batik melalui tiga tahapan yaitu pemberian malam (lilin batik) pada kain, pewarnaan, dan pelepasan lilin dari kain. Sebelum proses pembatikan dimulai terdapat langkah yang perlu dipersiapkan baik bahan maupun peralatan:

1. Anglo atau kompor kecil sebagai pamanas malam, kemudian persiapkan wajan kecil berisi malam diletakkan di dalamnya. Malam yang dipanaskan mancair dengan sempurna, hal iru dimaksudkan agar malam dapat lancar keluar melalui ujung canting dan meresap dalam kain yang akan dibatik. 2. Perlengkapan lain yang dipersiapkan adalah dingklik, kipas, dan anglo

kemudian mori dipersiapkan di atas gawangan dekat anglo/kompor kecil letak duduk pembatik adalah di antara gawangan dan anglo. Letak gawangan disebelah kiri dan anglo di sebelah kanan pembatik, agar tidak terkena panas lilin yang menetes, maka diletakkan kain pengaman di atas kaki atau paha si pembatik.


(3)

3. Pembatik mulai memegang canting untuk memulai mengerjakan batik cara memegang canting yang baik adalah dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah seperti memegang pensil ketika menulis, hanya saja arah tangkai yang berbeda tangkai canting posisinya horisontal, posisi canting demikaian bertujuan untuk menjaga lilin dalam canting nyamplungan tidak tumpah setelah persiapan sudah semua maka berikutnya adalah:

a. Pemberian lilin.

Malam yang telah mendidih dalam wajan diciduk dengan canting kemudian dibatik di atas mori yang telah digambar atau diberi motif. Sebelum dibatikkan canting ditiup terlebih dahulu dengan hati-hati. Hal ini untuk menghindari agar lilin dalam canting tidak tumpah, dan fungsi meniup lilin tersebut sebagai berikut.

o Mengembalikan cairan lilin ke dalam nyamplungan dan agar lilin tidak menetes sebelum ujung canting ditempelkan pada mori.

o Menghilangkan cairan lilin membasahi ujung/cucuk canting dari goresan menjadi baik dan rapi.

o Untuk mengkontrol kemungkinan ujung canting dari tersembat oleh kotoran lilin yang dapat menyumbat canting.

Apabila keadaan lilin sudah baik barulah dapat digoreskan pada mori pada saat menggoreskan tangan sebaiknya diletakkan di sebalik mori sebagai landasan mori yang sedang digores dengan canting.

Proses pemberian lilin yang dilakuakan para pembatik sekarang berbeda bila dibandingkan dengan proses pemberian tradisional tahapan-tahapan ulai


(4)

ditiggalkan ntuk mencari praktisnya namun sebagaian tidak dapat ditinggalkan seperti berikut.

o Membatik kerangka

Setelah mori diberi motif batik atau biasa disebut pola, canting digoreskan pada garis-garis gambar atau pola tersebut dengan menggunakan malam klowong. Pada tahap ini hasil pekerjaannya disebut klowongan atau batik kosongancanting yang dipergunakan dalam tahapan ini adalah canting klowong.

o Ngisen-Iseni

Canting yang dipergunakan untuk ngisen-iseni artinya adalah mengisi atau memberi isi. Canting isen ada bermacam-macam dan penggunaanya tergantung pada motif yang ada.

o Nembok

Motif batik tidak seluruhnya diberi warna atau akan diberi warna yang berrmacam-macam pada waktu proses penyelesaiankai. Bagian-bagian yang tidak akan diberi warna akan ditutup dengan lilin batik atau malam, cara menutupnya dengan canting tembokkan canting yang bercucuk besar dan menggunakan lilin tembokan, tahapan ini disebut nemboki. Pada tahap ini pembatik harus teliti dan rata sehingga cat warna ini tidak dapat tembus ke mori batik proses ini tidak hanya dilakukan ada dasar motif, tetapi juga dilakukan untuk menutup bagian-bagian motif yang besar misalnya bunga dan daun.

o Pewarnaan

Setelah tahap pemberian lilin selesai proses selanjutnya adalah pewarnaan. Proses pewarnaan ini ada beberapa tahapan seperti pada tahapan pemberian lilin.


(5)

Jadi, untuk mendapatkan warna yang bermacam-macam dilakukan proses pemberian lilin dan pewarnaan yang berganti-ganti. Contoh pemberian warnanya adalah untuk mendapatkan warna hijau maka mori dicelup kelarutan warna hijau kemudaian ditutup dengan malam lagi untuk dicelup pada warna berikutnya.

b. Cara Merawat Batik Dengan Pewarna Alam

Batik yang dicelup menggunakan pewarna alami memang lebih cepat pudar disbanding dengan menggunkan pewarna kimiawi, karena batik dengan pewarna alami tidak mengalami proses fiksasi penguncian warna yang maksimal kain batik dengan pewarnaan alami membutuhkan penaganan khusus dibanding kain batik biasa. Untuk merawat kain batik dengan pewarna alami dapat dilakukan dengan cara :

1. Mencuci kain batik dengan menggunakan sampho rambut. Sebelumnya, larutkan dulu sampo hingga tidak ada lagi bagian yang mengental setalah itu baru kain batik dicelupkan, dapat juga menggunakan sabun pencuci khusus ubtuk

2. kain batik yang dijual dipasaran akan tetapi jangan terlalu lama dalam merendamnya.

3. Kain batik jangan dicuci dengan menggunakan mesin cuci, cara mencuci kain batik seperti ini akan membuat warna alami kain batik tak bertahan lama.

4. Sebaiknya tidak menjemur kain batik berpewarna alami di bawah sinar matahari langsung dan lebih bagus jika menjemurnya dalam keadaan terbalik.


(6)

5. Dengan memberi pewangi dan pelembut kain pada batik tulis jangan disemprotkan langsung pada kainnya, sebelumnya, tutupi terlebih dahulu kain dengan kain pelapis lainnya lebih baik yang berwarna muda atau polos. 6. Dalam menyetrika agar kain tidak rusak dapat dilapisi dengan kain pelapis

untuk menyetrika.

B.Persepsi Masyarakat Mengenai Batik Gemawang

Persepsi masyarakat Gemawang sendiri bangga karena ada yang bisa dibanggakan dari desanya, melalui batik Gemawang yang sudah terkenal dan tak jarang sering adanya kunjungan-kunjungan baik umum maupun dinas berimbas terhadap perekonomian masyarakat sekitar desa. Ketika ada kunjungan yang datang masyarakat berkumpul dan masing-masing menawarkan hasil produksinya ada yang berupa olahan kripik, penjualan pasta warna untuk batik, pupuk alami, jamur tiram hasil-hasil UKM yang ada di desa Gemawang ikut dipromosikan.

Batik Gemawang merupakan batik yang khas terdapat motif-motif yang dikembangkan sendiri yang diambil dari keadaan alam sekitar. memanfaatkan warna-warna alami yang diambil dari tumbuh-tumbahan yang tumbuh subur di daerah sekitar desa.(Wawancara: Kusmiati, 16 Januari 2013)

Sangat disayangkan apabila ketrampilan membatik seperti ini tidak dilestarikan, kebanyakan dari peserta sanggar kursus membatik adalah usia lanjut perlunya regenerasi dari generasi muda untuk ikut serta dalam kesenian batik ini Karena selain untuk mengajarkan kesenian, melalui membatik ini dapat dikembangkan untuk membuka lapangan pekerjaan kelak dikemudian hari. (Wawancara: Daru, 17 Januari 2013)