Pengaruh Pembersihan Dengan Energi Microwave Terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Chapter III VI

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian
3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas dengan
bentuk lingkaran dengan ukuran garis tengah 20 mm dan tebal 2 mm sesuai dengan standar
dari International Standard Organization (ISO).21 (Gambar 4)

20 mm

2 mm

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4 : Model induk untuk pembuatan sampel

3.2.2 Besar Sampel Penelitian
Jumlah sampel penelitian berdasarkan rumus sebagai berikut : 41
(t-1) (r-1) ≥ 15


Keterangan :
t : jumlah perlakuan
r : jumlah ulangan
Dalam penelitian ini akan diberikan perlakuan dengan waktu 2 menit, 4 menit, 6
menit, 8 menit, dan kontrol, maka t = 5. Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel (r)
tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :
(5-1) (r-1) ≥ 15
4 (r-1) ≥ 15
4r ≥ 15 + 4
r ≥ 19/4
r ≥ 4,75 , r = 5
Maka N = 25 (jumlah sampel kelima kelompok)

3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Klasifikasi Variabel
3.3.1.1 Variabel Bebas

Universitas Sumatera Utara


Lama pembersihan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan
energi microwave, yaitu :
a) 2 menit
b) 4 menit
c) 6 menit
d) 8 menit

3.3.1.2 Variabel Terikat
Kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas
3.3.1.3 Variabel Terkendali
a) Bentuk dan ukuran sampel
b) Perbandingan adonan gips keras
c) Perbandingan polimer : monomer
d) Tekanan pengepresan
e) Suhu dan waktu kuring
f) Teknik penyelesaian akhir
g) Teknik pemolesan
h) Daya microwave (650 Watt)
i) Resin akrilik polimerisasi panas


3.3.2 Definisi Operasional
1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik bahan basis gigitiruan merk
QC-20, proses kuring dilakukan dengan pemanasan air menggunakan unit kuring.

Universitas Sumatera Utara

2. Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan setelah
penyelesaian akhir dan pemolesan, diukur dalam satuan mikrometer (µm).19
3. Bentuk dan ukuran sampel adalah lingkaran, ukuran sampel garis tengah 20 mm
dan tebal 2 mm sesuai dengan standar dari International Standard Organization (ISO).21
4. Sampel dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu :
a) Kelompok A = sampel dibersihkan selama 2 menit
b) Kelompok B = sampel dibersihkan selama 4 menit
c) Kelompok C = sampel dibersihkan selama 6 menit
d) Kelompok D = sampel dibersihkan selama 8 menit
e) Kelompok E = kontrol (sampel yang tidak dibersihkan)
5. Perbandingan adonan gips keras adalah perbandingan antara jumlah gips keras : air
yang digunakan untuk menanam sampel ke dalam kuvet, yaitu 300 gram gips keras : 90 ml
air.21,42
6. Perbandingan polimer : monomer adalah perbandingan antara jumlah polimer :

monomer resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan pada penelitian, yaitu 2 gram
polimer : 1 ml monomer (sesuai petunjuk pabrik).
7. Tekanan pengepresan adalah tekanan yang digunakan untuk mengepres kuvet yang
telah berisi resin akrilik polimerisasi panas yaitu 1000 psi untuk pengepresan pertama dan
2200 psi untuk pengepresan yang kedua.
8. Suhu dan waktu kuring adalah proses polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas
dengan menggunakan unit kuring yang dilakukan mulai dari suhu 70 ˚C selama 90 menit
kemudian suhu dinaikkan menjadi 100 ˚C selama 30 menit.21

Universitas Sumatera Utara

9. Teknik penyelesaian akhir adalah cara yang dilakukan untuk merapikan sampel
dengan menggunakan fraser bur hingga permukaan sampel rata kemudian dihaluskan dengan
kertas pasir waterproof ukuran 400, 600, 800, 1000, 1200 grit.8,20,34,38
10. Teknik pemolesan adalah tindakan penghalusan lanjutan dan pengkilatan sampel.
Pada penelitian ini digunakan teknik pemolesan mekanis dan hanya dilakukan pada salah
satu permukaan sampel. Pemolesan dilakukan dengan brush wheel hitam pada permukaan
sampel yang telah dioleskan bubuk pumis dengan kecepatan 500 rpm selama 5 menit hingga
mengkilat, dikilatkan lagi dengan brush wheel putih yang telah dipasangkan pada mesin
poles dan diolesi bubuk pumis dengan kecepatan putaran 500 rpm selama 5 menit.9,18,34,38

11. Daya microwave adalah jumlah energi yang ada pada microwave. Daya
microwave yang digunakan dalam penelitian ini adalah 650 Watt.44

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel
a) Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU
b) Laboratorium Departemen Prostodonsia FKG USU
c) Laboratorium Mesin Politeknik Medan

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel
Laboratorium Mesin Politeknik Medan

3.4.3 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2012

Universitas Sumatera Utara

3.5 Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian
3.5.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel

a) Kuvet besar untuk menanam model (Smic, China)
b) Mangkuk karet dan spatula
c) Model induk terbuat dari logam berbentuk lingkaran dengan ukuran garis tengah
20 mm dan tebal 2 mm
d) Lekron (Smic, China)
e) Spatula semen untuk mengaduk resin akrilik dan pot pengaduk dari porselen
f) Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Germany)
g) Vibrator (Pulsar-2 Filli Manfredi, Italy)
h) Pres Hidrolik (OL 57 Manfredi, Italy)
i) Unit kuring (Filli Manfredi, Italy)
j) Portable Dental Engine (Olympia, Japan)
k) Straight Handpiece (Olympia, Japan)
l) Fraser bur
m) Mesin poles (M2V Filli Manfredi, Italy)
n) Brush wheel hitam
o) Brush wheel putih
p) Termometer
q) Gelas beker
r) Pinset


Universitas Sumatera Utara

s) Microwave (Samsung MW 71C)

3.5.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Kekasaran Permukaan Sampel
Profile meter (Mitutoyo-Surf Test 301, Japan)

3.5.2 Bahan Penelitian
a) Resin Akrilik Polimerisasi Panas (QC 20, England)
b) Gips keras (Moldano, Germany)
c) Air
d) Vaselin untuk bahan separasi
e) Cold Mould Seal sebagai bahan separasi (QC-20, England)
f) Plastik Selopan
g) Kertas pasir waterproof (Atlas) ukuran 400, 600, 800, 1000, 1200
h) Bubuk pumis

3.6 Cara Penelitian
3.6.1 Pembuatan Sampel Penelitian
3.6.1.1 Penanaman Model Induk pada Kuvet Bawah



Siapkan kuvet bawah untuk menanam model induk



Kuvet bawah dan model induk diolesi dengan bahan separasi vaselin



Membuat adonan gips keras dengan perbandingan 300 gram gips keras : 90 ml air



Adonan diaduk dalam mangkuk karet dengan spatula hingga homogen



Adonan dituang ke dalam kuvet bawah


Universitas Sumatera Utara



Gips keras dibiarkan beberapa menit dan model induk ditanamkan pada gips keras

tersebut, satu kuvet berisi 8 model induk (Gambar 5)


Gips keras dirapikan dan didiamkan selama 20 menit hingga gips keras mengeras

Gambar 5 : Penanaman model induk
(20 x 2) mm pada kuvet bawah
3.6.1.2 Pengisian pada Kuvet Atas


Setelah gips mengeras, olesi permukaan gips keras, model induk, dan kuvet atas

dengan vaselin



Kuvet atas dipasangkan di atas kuvet bawah



Membuat adonan gips keras dengan perbandingan 300 gram gips keras : 90 ml air



Adonan diaduk dalam mangkuk karet dengan spatula hingga homogen



Kuvet diletakkan di atas vibrator dan vibrator diaktifkan



Adonan gips keras dituang ke dalam kuvet




Diamkan selama 60 menit hingga gips keras mengeras

3.6.1.3 Pengangkatan Model Induk


Setelah gips keras, kuvet dibuka dan model induk diangkat dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara

lekron


Mold yang didapat dituangi air panas sampai bersih untuk membuang vaselin

yang tersisa


Setelah kering, mold diolesi dengan cold mould seal dan tunggu selama 20 menit

hingga cold mould seal kering

3.6.1.4 Pengisian Resin Akrilik pada Mold


Monomer dituang ke dalam pot

porselen dan

masukkan polimer dengan

perbandingan 2 g polimer : 1 ml monomer (sesuai petunjuk pabrik)


Adonan diaduk

dengan

spatula semen

sampai

monomer dan

polimer

menjadi homogen


Adonan didiamkan kira-kira 10 menit hingga adonan melunak, tidak lengket, dan

tidak menempel pada dinding pot porselen (dough stage), maka adonan siap dimasukkan ke
dalam mold


Mold yang permukaannya telah diolesi cold mould seal diisi penuh dengan

adonan resin akrilik


Letakkan plastik selopan di antara kuvet atas dan bawah, kemudian kuvet

dipasangkan dan dipres dengan tekanan 1000 psi menggunakan pres hidrolik


Kuvet dibuka kembali dan akrilik yang berlebih dibuang dengan lekron,

kemudian kuvet dipasangkan kembali, dilakukan pengepresan kedua dengan tekanan 2200
psi


Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah agar tetap

rapat

Universitas Sumatera Utara

3.6.1.5 Proses Kuring
Kuvet dimasukkkan ke dalam unit kuring, mula-mula suhu dan waktu kuring diatur
yakni 70 ˚C selama 90 menit, kemudian suhu dan waktu kuring dinaikka n menjadi 100˚C
selama 30 menit, setelah itu dibiarkan sampai dingin pada suhu kamar.

3.6.1.6 Penyelesaian Akhir
Sampel dikeluarkan dari kuvet, kemudian dirapikan untuk menghilangkan bagian
yang tajam dengan menggunakan fraser bur. Sampel kemudian dihaluskan salah satu
permukaannya dengan kertas pasir ukuran 400, 600, 800, 1000, 1200 grit yang dipasangkan
pada rotary ginder dengan air mengalir masing-masing selama 5 menit dengan kecepatan
500 rpm.

3.6.1.7 Pemolesan


Pemolesan dilakukan dengan brush wheel hitam pada permukaan sampel yang

telah dioleskan bubuk pumis dengan kecepatan 500 rpm selama 5 menit hingga mengkilat


Sampel dikilatkan lagi dengan brush wheel putih yang telah dipasangkan pada

mesin poles dan diolesi bubuk pumis dengan kecepatan putaran 500 rpm selama 5 menit

3.6.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan Sebelum Pembersihan dengan Energi
Microwave
a. Setelah pemolesan selesai, sampel dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu:
kelompok A, B, C, D, dan E kemudian sampel diukur kekasaran permukaannya dengan alat
profile meter yang telah dikalibrasikan dengan papan standar.

Universitas Sumatera Utara

b. Sampel yang telah dipoles diletakkan di atas meja sejajar alat profile meter dan alat
profile meter diaktifkan.
c. Pengukuran pada permukaan sampel yang dipoles dilakukan sebanyak dua kali.
Pengukuran pertama dimulai dari salah satu tepi permukaan sampel yang telah ditandai
dengan spidol. Kemudian, alat profile meter dijalankan dan membentuk suatu garis lurus
melewati titik tengah sampel. Hasil pengukuran pertama dicatat, kemudian dilanjutkan
dengan pengukuran kedua. Sampel diputar 90̊dan alat profile meter dijalankan sehingga
garis pengukuran kedua tegak lurus dengan garis pengukuran pertama. Hasil pengukuran
kedua dicatat dan rata-rata dari kedua hasil pengukuran dihitung dan dicatat dalam satuan
µm. (Gambar 6)

Gambar 6 : Pengukuran kekasaran
permukaan sampel resin akrilik
polimerisasi panas

3.6.3 Pembersihan Sampel dengan Energi Microwave
a. Sampel direndam dalam air selama 24 jam sebelum dilakukan penelitian untuk
mengurangi monomer sisa yang terjadi selama proses polimerisasi.45
b. Sampel dibagi kepada 5 kelompok yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. kelompok A sampel yang dibersihkan selama 2 menit dalam microwave(Gambar 7)
2. kelompok B sampel yang dibersihkan selama 4 menit dalam microwave
3. kelompok C sampel yang dibersihkan selama 6 menit dalam microwave
4. kelompok D sampel yang dibersihkan selama 8 menit dalam microwave
5. kelompok E kontrol (sampel yang tidak dibersihkan)

Gambar 7. Sampel kelompok Ayang dibersihkan selama 2 menit
dalam microwave
c. Sampel dari kelompok A direndam dalam gelas beker berisi 200 ml air dan
dimasukkan ke dalam microwave selama 2 menit dengan daya microwave 650 Watt. Setelah
itu, gelas beker dikeluarkan dari microwave dan dibiarkan dingin sampai mencapai suhu
kamar. Suhu air di dalam gelas beker diukur dengan menggunakan termometer. Sampel
dikeluarkan dengan menggunakan pinset dan dikeringkan. Kemudian sampel diukur
kekasaran permukaannya dengan alat profile meter
d. Hal yang sama dilakukan pada kelompok lain dengan lama 4 menit, 6 menit, 8
menit
e. Sampel dari kelompok E kontrol direndam dalam 200 ml air pada gelas beker pada
suhu kamar.10

Universitas Sumatera Utara

3.6.4 Pengukuran Kekasaran Permukaan Setelah Pembersihan dengan Energi
Microwave
Prosedur pengukuran kekasaran permukaan setelah pembersihan dengan energi
microwave dilakukan sama dengan pengukuran sebelum pembersihan dengan energi
microwave.

3.6.5 Penentuan Perbedaan Kekasaran Permukaan
Penentuan perbedaan kekasaran permukaan (ΔRa) diperoleh dari selisih antara nilai
kekasaran permukaan setelah pembersihan dengan energi microwave dan nilai kekasaran
permukaan sebelum pembersihan dengan energi microwave.

3.7 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

permukaan

Uji t-paired (uji t berpasangan) untuk mengetahui perbedaan nilai kekasaran
sebelum

dan setelah menggunakan metode pembersihan dengan energi

microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan kontrol.


Analisis Anova satu arah untuk mengetahui pengaruh lama pembersihan dengan

energi microwave terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan kontrol.


Uji Least Significance Difference (LSD) untuk mengetahui perbedaan yang lebih

Universitas Sumatera Utara

signifikan antara lama pembersihan dengan energi microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan
kontrol terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi
panas.

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Sebelum dan Sesudah Pembersihan dengan Energi Microwave dalam
2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol
Nilai kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas
diperoleh dengan menghitung rata-rata pengukuran pertama dan kedua dari setiap sampel
kelompok A, kelompok B, kelompok C, kelompok D, dan kelompok E yang diukur dengan
menggunakan alat profile meter. Nilai kekasaran permukaan sebelum pembersihan dengan
energi microwave terbesar bagi kelompok A adalah 0,240 µm dan nilai terkecil adalah 0,130
µm, sedangkan nilai terbesar bagi kelompok B adalah 0,290 µm dan nilai terkecil adalah
0,150 µm, nilai terbesar bagi kelompok C adalah 0,300 µm dan nilai terkecil adalah 0,120
µm, nilai terbesar bagi kelompok D adalah 0,300 µm dan nilai terkecil adalah 0,180 µm.
Nilai terbesar bagi kelompok E adalah 0,280 µm dan nilai terkecil adalah 0,130 µm.
Nilai kekasaran permukaan setelah pembersihan dengan energi microwave terbesar
bagi kelompok A (2 menit) adalah 0,250 µm dan nilai terkecil adalah 0,130 µm, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

nilai terbesar bagi kelompok B (4 menit) adalah 0,330 µm dan nilai terkecil adalah 0,200 µm,
nilai terbesar bagi kelompok C (6 menit) adalah 0,340 µm dan nilai terkecil adalah 0,220
µm, nilai terbesar bagi kelompok D (8 menit) adalah 0,380 µm dan nilai terkecil adalah 0,300
µm. Nilai terbesar bagi kelompok E (kontrol) adalah 0,280 µm dan nilai terkecil adalah 0,140
µm. (Tabel 1)
Tabel 1. NILAI KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN
AKRILIK
POLIMERISASI
PANAS
SEBELUM
DAN
SETELAH
PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE KELOMPOK A, B, C, D,
DAN E
Kekasaran Permukaan Sebelum dan Setelah Pembersihan (µm)
Sampel
1
2
3
4
5
X±SD

Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D
Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah
0,200
0,210
0,190
0,230
0,240
0,300
0,180
0,310
0,130
0,130**
0,290
0,330 0,120** 0,220
0,270
0,350
0,240
0,250
0,150
0,200
0,300* 0,340
0,280
0,300
0,160
0,190
0,270
0,310
0,190
0,320
0,300* 0,380*
0,220
0,230
0,160
0,200
0,220
0,280
0,200
0,300
0,190 ±
0,045

0,202 ±
0,046

0,212 ±
0,064

0,254±
0,062

0,214 ±
0,066

0,292±
0,046

0,246 ±
0,053

0,328±
0,036

Kelompok E
(Kontrol)
I
0,160
0,220
0,130
0,200
0,280

II
0,170
0,220
0,140
0,200
0,280

0,198 ±
0,058

0,202±
0,053

* = Nilai Terbesar
** = Nilai Terkecil
4.2 Perbedaan Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Pembersihan dengan Energi
Microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol
Perbedaan kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi
panas sebelum dan setelah pembersihan dengan energi microwave diperoleh dengan analisis
secara statistik dengan uji t-paired. (Tabel 2) Hasil dari uji statistik pada kelompok A (2
menit) menunjukkan bahwa p = 0,070 (p > 0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kekasaran permukaan sebelum dan setelah pembersihan dengan energi microwave.

Universitas Sumatera Utara

Dari (Tabel 2) dapat dilihat bahwa hasil dari uji statistik pada kelompok B (4 menit)
menunjukkan bahwa p = 0,000 (p < 0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan antara
kekasaran permukaan sebelum dan setelah pembersihan dengan energi microwave. Hasil dari
uji statistik pada kelompok C (6 menit) menunjukkan bahwa p = 0,009 (p < 0,05), artinya ada
perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan sebelum dan setelah pembersihan
dengan energi microwave.
Dari (Tabel 2) dapat dilihat bahwa hasil dari uji statistik pada kelompok D (8 menit)
menunjukkan bahwa p = 0,010 (p < 0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan antara
kekasaran permukaan sebelum dan setelah pembersihan dengan energi microwave. Hasil dari
uji statistik pada kelompok E (kontrol) menunjukkan bahwa p = 0,178 (p > 0,05), artinya
tidak ada perbedaan yang signifikan kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas pada kelompok E (kontrol).
Tabel 2. PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN
RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SEBELUM DAN SETELAH
PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE KELOMPOK A, B, C, D,
DAN E
Kelompok
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D

X ± SD
Sebelum
0,190 ± 0,045
0,212 ± 0,064
0,214 ± 0,066
0,246 ± 0,053

Kelompok

P
Setelah
0,202 ± 0,046
0,254 ± 0,062
0,292 ± 0,046
0,328 ± 0,036

X ± SD

0,070
0,000*
0,009*
0,010*

P

(Kontrol)

I

II

Kelompok E

0,198 ± 0,058

0,202 ± 0,053

0,178

Universitas Sumatera Utara

* = Beda signifikan

4.3 Pengaruh Lama Pembersihan dengan Energi Microwave terhadap
Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi
Panas dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol
Dari (Tabel 3) dapat terlihat bahwa rerata dan simpangan baku untuk resin akrilik
polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi microwave dalam 2 menit (kelompok A)
adalah 0,012 ± 0,011 µm, untuk resin akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan
energi microwave selama 4 menit (kelompok B) adalah 0,042 ± 0,004 µm, untuk resin
akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi microwave selama

6 menit

(kelompok C) adalah 0,078 ± 0,036 µm, untuk resin akrilik polimerisasi panas yang
dibersihkan dengan energi microwave selama 8 menit (kelompok D) adalah 0,082 ± 0,040
µm, dan nilai rerata dan simpangan baku pada kelompok kontrol (kelompok E) adalah 0,004
± 0,005 µm.
Perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas diperoleh dengan
analisis statistik Anova satu arah. Dari hasil uji statistik Anova satu arah terlihat bahwa p =
0,000 (p < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh lama pembersihan dengan
energi terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.
Tabel 3. PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE
TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN
RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS KELOMPOK A, B, C, D, DAN E

Universitas Sumatera Utara

Kekasaran permukaan
Kelompok

P

N

X± SD

A

5

0,012 ± 0,011

B

5

0,042 ± 0,004

C

5

0,078 ± 0,036

D

5

0,082 ± 0,040

E

5

0,004 ± 0,005

0,000*

* = Pengaruh signifikan

4.4 Perbedaan

antara

Lama

Pembersihan dengan

Energi Microwave

dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol terhadap Kekasaran Permukaan Bahan
Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Menggunakan Uji Least
Significance Difference (LSD)
Untuk memastikan perbedaan antara lama pembersihan dengan energi microwave
dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan kontrol terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan
resin akrilik polimerisasi panas dilakukan uji Least Significance Difference (LSD) yang dapat
dilihat pada (Tabel 4).
Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok A
dengan kelompok C dengan p = 0,000 (p < 0,05), kelompok A dengan kelompok D dengan p
= 0,000 (p < 0,05), kelompok B dengan kelompok C dengan p = 0,034 (p < 0,05), kelompok
B dengan kelompok D dengan p = 0,020 (p < 0,05), kelompok B dengan kelompok E dengan
p = 0,026 (p < 0,05), kelompok C dengan kelompok E dengan p = 0,000 (p < 0,05),
kelompok D dengan kelompok E dengan p = 0,000 (p < 0,05), kecuali kelompok A dengan
kelompok B, kelompok A dengan kelompok E, dan kelompok C dengan kelompok D.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. PERBEDAAN ANTARA LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI
MICROWAVE DALAM 2, 4, 6, 8 MENIT, DAN KONTROL TERHADAP
KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK
POLIMERISASI PANAS MENGGUNAKAN UJI LEAST SIGNIFICANCE
DIFFERENCE (LSD)

Kelompok

Rerata Perbedaan

Tingkat Signifikansi (P)

B
C
D
E

-0,030
-0,066
-0,070
0,008

0,072
0,000*
0,000*
0,618

A
C
D
E
C
A
B
D
E
D
A
B
C
E
E
A
B
C
D
Kelompok A = 2 menit
Kelompok B = 4 menit
Kelompok C = 6 menit
Kelompok D = 8 menit
Kelompok E = 10 menit

0,030
-0,036
-0,040
0,038
0,066
0,036
-0,004
0,074
0,070
0,040
0,004
0,078
-0,008
-0,038
-0,074
-0,078

0,072
0,034*
0,020*
0,026*
0,000*
0,034*
0,802
0,000*
0,000*
0,020*
0,802
0,000*
0,618
0,026*
0,000*
0,000*

A

B

* = Kelompok yang signifikan

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian
Rancangan

penelitian

yang

digunakan

pada

penelitian

ini

adalah

eksperimental laboratoris. Dalam penelitian eksperimental laboratoris, peneliti
melakukan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh atau suatu
gejala yang timbul akibat manipulasi tertentu.46 Penelitian ini menyelidiki pengaruh
dari suatu perlakuan terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan
kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.47

5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Pembersihan dengan
Energi Microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol
Nilai rerata kekasaran permukaan terbesar terdapat pada kelompok resin
akrilik polimerisasi panas sebelum dibersihkan dengan energi microwave adalah
0,246 µm dan yang terkecil adalah 0,190 µm. Kekasaran permukaan bahan
kedokteran gigi yang ideal menurut Quirynen dan Bollen, dkk (1997) adalah
mendekati 0,2 µm atau kurang.30 Pada tabel 1 terlihat bahwa rata-rata nilai kekasaran

Universitas Sumatera Utara

permukaan resin akrilik polimerisasi panas dari tiap kelompok lebih besar dari 0,2µm
sehingga kurang ideal, hal ini mungkin disebabkan adanya porositas pada permukaan
sampel resin akrilik akibat dari penguapan monomer yang tidak bereaksi dan
temperatur resin akrilik selama kuring mencapai atau melebihi titik didih bahan
tersebut. Adanya porositas pada basis gigitiruan dapat mempengaruhi kekasaran
permukaan, estetis, dan kebersihan basis gigitiruan.28
Nilai rerata kekasaran permukaan untuk kelompok yang dibersihkan dengan
energi microwave dalam 8 menit (0,328 µm) lebih besar daripada nilai rerata
kekasaran permukaan untuk kelompok yang dibersihkan dengan energi microwave
dalam 2 menit (0,202 µm), nilai rerata kekasaran permukaan untuk kelompok yang
dibersihkan dengan energi microwave dalam 4 menit (0,254 µm), nilai rerata
kekasaran permukaan untuk kelompok yang dibersihkan dengan energi microwave
dalam 6 menit (0,292 µm), dan nilai rerata kekasaran permukaan untuk kelompok
yang tidak dibersihkan dengan energi microwave kontrol (0,202 µm). Hal ini
menunjukkan kekasaran permukaan yang terjadi pada resin akrilik polimerisasi panas
yang dibersihkan dengan energi microwave meningkat bila waktu pembersihan lebih
lama dalam 8 menit lebih besar daripada kekasaran permukaan untuk kelompok yang
dibersihkan dengan energi microwave dalam 2, 4, 6 menit, dan kontrol.
Pada penelitian ini didapatkan nilai rerata kekasaran permukaan resin akrilik
polimerisasi panas yang dilakukan pembersihan dengan energi microwave 650 Watt
dalam 6 menit sebesar 0,292 µm sedangkan hasil penelitian Sartori, dkk (2006)
menunjukkan nilai rerata kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas yang
dilakukan pembersihan dengan energi microwave 690 Watt dalam 6 menit adalah

Universitas Sumatera Utara

0,152 µm.8 Perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan merek resin akrilik
polimerisasi panas yang digunakan dalam penelitian, perbedaan alat yang digunakan
untuk penyelesaian akhir, dan daya energi microwave pada penelitian tersebut.

5.2.2 Perbedaan Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Pembersihan
dengan Energi Microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol
Nilai kekasaran permukaan terbesar terdapat pada kelompok resin akrilik
polimerisasi panas sebelum dibersihkan dengan energi microwave adalah 0,300 µm
dan yang terkecil adalah 0,120 µm sedangkan nilai kekasaran permukaan terbesar
terdapat pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas setelah dibersihkan dengan
energi microwave adalah 0,380 µm dan yang terkecil adalah 0,130 µm. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kelompok resin akrilik polimerisasi panas setelah dibersihkan
dengan energi microwave memiliki permukaan yang lebih kasar daripada kelompok
resin akrilik polimerisasi panas sebelum dibersihkan dengan energi microwave. Hal
ini sesuai dengan pernyataan beberapa peneliti bahwa kekasaran permukaan basis
gigitiruan yang dibersihkan dengan energi microwave meningkat merupakan salah
satu kekurangan dari penggunaan energi microwave sebagai alternatif pembersihan
gigitiruan.8,15

5.2.3 Pengaruh Lama Pembersihan dengan Energi Microwave terhadap
Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik
Polimerisasi Panas dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 3 dapat dilihat nilai rerata dan simpangan baku kelompok D (0,082
± 0,040) lebih tinggi daripada nilai rerata dan simpangan baku kelompok C (0,078 ±
0,036), nilai rerata dan simpangan baku kelompok B (0,042 ± 0,004), dan nilai rerata
dan simpangan baku kelompok A (0,012 ± 0,011). Hal ini disebabkan oleh faktor
lama pembersihan dengan energi microwave. Dari uji Anova satu arah terlihat bahwa
p = 0,000 (p < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh lama pembersihan
dengan energi microwave terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin
akrilik polimerisasi panas. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Campos, dkk (2009) yang menemukan bahwa kekasaran permukaan meningkat
setelah pembersihan dengan energi microwave 690 Watt dalam 6 menit. Metode
pemolesan pada penelitian ini adalah menggunakan silicon carbide paper yang
dilakukan di dalam polishing machine dalam 10 menit dengan sampel resin akrilik
berbentuk batang ukuran 10x10x2 mm.
Permukaan yang kasar dari implan, gigitiruan cekat, dan gigitiruan akan
memudahkan terjadinya akumulasi dan retensi plak daripada permukaan yang halus.18
Walaupun demikian, beberapa penulis menyatakan bahwa untuk resin akrilik dengan
kekasaran permukaan sekitar 0,2 µm dapat diabaikan, karena resin akrilik
mengandung monomer sisa yang dapat bertindak sebagai antibakterial pada
mikroorganisme yang berada pada permukaan resin akrilik.30
Menurut Karl, dkk (2005) bahwa perubahan dimensi terjadi bila gigitiruan
dibersihkan dengan daya microwave yang tinggi. Microwave dapat menyebabkan
molekul-molekul air bergetar 2-3 milyar kali/detik, sehingga menghasilkan gesekan

Universitas Sumatera Utara

yang menimbulkan panas. Suhu air yang tinggi dan pergerakan molekul-molekul
yang lebih cepat dan kuat mendorong proses difusi air ke dalam resin akrilik
bertambah banyak mengakibatkan terganggunya struktur permukaan akrilik dan
terjadi modifikasi sifat-sifat permukaan resin akrilik.10,16

5.2.4 Perbedaan

antara

Lama

Pembersihan

dengan Energi

Microwave dalam 2, 4, 6, 8 menit, dan Kontrol terhadap Kekasaran
Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi
Panas Menggunakan Uji Least Significance Difference (LSD)
Pada tabel 4 hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antar kelompok A dengan kelompok C dengan p = 0,000 (p < 0,05), kelompok A
dengan kelompok D dengan p = 0,000 (p < 0,05), kelompok B dengan kelompok C
dengan p = 0,034 (p < 0,05), kelompok B dengan kelompok D dengan p = 0,020 (p <
0,05), kelompok B dengan kelompok E dengan p = 0,026 (p < 0,05), kelompok C
dengan kelompok E dengan p = 0,000 (p < 0,05), kelompok D dengan kelompok E
dengan p = 0,000 (p < 0,05), kecuali kelompok A dengan kelompok B, kelompok A
dengan kelompok E, dan kelompok C dengan kelompok D. Hasil penelitian sama
dengan penelitian Sartori, dkk (2006) yang pembersihan resin akrilik dengan energi
microwave 690 Watt dalam 6 menit. Pada penelitian tersebut disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan kekasaran permukaan resin akrilik sebelum dan setelah
dibersihkan dengan energi microwave. Hal ini menunjukkan bahwa pembersihan
gigitiruan dengan energi microwave 690 Watt dalam 6 menit mengakibatkan
perubahan kekasaran permukaan karena energi microwave meningkatkan perubahan

Universitas Sumatera Utara

struktur rantai-rantai dari polimer yang menyebabkan distorsi pada basis gigitiruan
resin akrilik.8
Novais, dkk (2009) menyatakan bahwa terjadi porositas pada permukaan
empat resin akrilik swapolimerisasi dan satu resin akrilik polimerisasi panas, setelah
dua sampai tujuh kali siklus pembersihan dengan energi microwave 650 Watt dalam 6
menit.15 Menurut Silvia, dkk (2006) bahwa pembersihan dengan energi microwave
daya 650 Watt dalam 6 menit dapat mensterilkan gigitiruan penuh secara menyeluruh
dari yang terkontaminasi Staphilococcus aureus, Candida albicans, Pseudomonas
aeruginosa, dan Bacillus subtilis.13 Lama pembersihan gigitiruan yang ideal tanpa
menyebabkan perubahan kekasaran permukaan adalah dalam 2 menit. Namun pada
tabel 4 ditemukan bahwa kelompok pembersihan gigitiruan dalam 2 menit terhadap 4
menit tidak memiliki perbedaan kekasaran permukaan yang signifikan sehingga lama
pembersihan gigitiruan dalam 4 menit masih dapat ditolerir. Pembersihan gigitiruan
dalam 6 dan 8 menit tidak disarankan karena dapat menyebabkan perubahan
kekasaran permukaan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.
Pada penelitian ini banyak variabel yang dikendalikan untuk mendapatkan
sampel yang homogen tetapi terdapat hal-hal yang di luar kemampuan peneliti antara
lain terdapat kesulitan untuk mempertahankan sampel pada permukaan alat rotary
grinder mengakibatkan setiap sampel dalam satu kelompok yang sama memiliki
kekasaran permukaan yang berbeda serta adanya mikroporositas pada masing-masing
sampel yang tidak terlihat yang akan mempengaruhi kekasaran permukaan yang
terdapat pada masing-masing sampel tersebut. Alat pengukuran kekasaran permukaan

Universitas Sumatera Utara

yang digunakan adalah profile meter yang memiliki beberapa keterbatasan. Hal-hal
tersebut tentunya berpengaruh terhadap hasil penelitian yang didapatkan.

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, disimpulkan bahwa :
a. Nilai kekasaran permukaan sebelum pembersihan dengan energi
microwave terbesar bagi kelompok A adalah 0,240 µm dan nilai terkecil adalah 0,130
µm, nilai terbesar bagi kelompok B adalah 0,290 µm dan nilai terkecil adalah 0,150
µm, nilai terbesar bagi kelompok C adalah 0,300 µm dan nilai terkecil adalah 0,120
µm, nilai terbesar bagi kelompok D adalah 0,300 µm dan nilai terkecil adalah 0,180
µm, nilai terbesar bagi kelompok E adalah 0,280 µm dan nilai terkecil adalah 0,130
µm dan nilai kekasaran permukaan setelah pembersihan dengan energi microwave
terbesar bagi kelompok A adalah 0,250 µm dan nilai terkecil adalah 0,130 µm, nilai
terbesar bagi kelompok B adalah 0,330 µm dan nilai terkecil adalah 0,200 µm, nilai
terbesar bagi kelompok C adalah 0,340 µm dan nilai terkecil adalah 0,220 µm, nilai
terbesar bagi kelompok D adalah 0,380 µm dan nilai terkecil adalah 0,300 µm, nilai
terbesar bagi kelompok E adalah 0,280 µm dan nilai terkecil adalah 0,140 µm.

Universitas Sumatera Utara

b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan bahan
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah menggunakan metode
pembersihan dengan energi microwave (p = 0,000), oleh karena itu penggunaan
energi microwave perlu diperhatikan untuk menjaga ketahanan basis gigitiruan dan
penting dalam memberikan instruksi pembersihan gigitiruan dengan energi
microwave kepada pasien.
c. Ada pengaruh lama pembersihan dengan energi microwave dalam 2, 4, 6, 8
menit, dan kontrol terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas pada p = 0,000 (p < 0,05) :
- Kelompok A dengan kelompok C dengan p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan.
- Kelompok A dengan kelompok D dengan p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan.
- Kelompok B dengan kelompok C dengan p = 0,034 (p < 0,05) menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan.
- Kelompok B dengan kelompok D dengan p = 0,020 (p < 0,05) menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan.
- Kelompok B dengan kelompok E dengan p = 0,026 (p < 0,05) menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan.
- Kelompok C dengan kelompok E dengan p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan.
- Kelompok D dengan kelompok E dengan p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

adanya perbedaan yang signifikan.
- Kelompok A dengan kelompok B dengan p = 0,072 (p < 0,05) menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang signifikan.
- Kelompok A dengan kelompok E dengan p = 0,618 (p < 0,05) menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang signifikan.
- Kelompok C dengan kelompok D dengan p = 0,802 (p < 0,05) menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang signifikan.

6.2 Saran
a. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh kekasaran
permukaan terhadap kekuatan dan ketahanan basis gigitiruan.
b. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui nilai kekasaran
permukaan yang didapatkan dengan waktu dan daya microwave yang berbeda.
c. Penelitian lebih lanjut diperlukan mengenai efektifitas pembersihan
terhadap lama pembersihan microwave 650 Watt dalam 2 atau 4 menit yang tidak
menyebabkan kekasaran permukaan secara signifikan

Universitas Sumatera Utara