Peranan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Dairi dalam Mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Chapter III V

BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN
PERKOTAAN
A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas
bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman
serta laut wilayah kabupaten/kota. Sedangkan bangunan adalah kontruksi
teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan
pedalaman dan atau laut. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB P2) merupakan jenis pajak kabupaten/kota yang baru ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
PBB P2 dewasa ini pada dasarnya merupakan suatu jenis pajak pusat, yang
dipungut pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian
Keuangan, dimana hasilnya sebagian besar diserakan kepada daerah.
Walaupun telah ditetapkan menjadi salah satu jenis pajak kabupaten/kota,
tetapi sepanjang pada suatu kabupaten/kota belum ada peraturan daerah
tentang PBB P2, pemungutan PBB menjadi kewenangan pemerintah pusat
sampai dengan tahun 2013.


Universitas Sumatera Utara

Pengenaan PBB P2 tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota
yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan
kepada pemerinah/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis
pajak kabupaten/kota. Karena itu untuk dapat dipungut pada suatu daerah
kabupaten/kota maka pemerintah kabupaten/kota harus terlebih dahulu
menerbitkan Peraturan Daerah tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis
pelaksanaan pengenaan dan pemungutan PBB P2 di daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan.

B. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
2. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang PBB
Perdesaan dan Perkotaan.
3. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang PBB Perdesaan
dan perkotaan sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang

PBB Perdesaan dan Perkotaan pada kabupaten/kota dimaksud.

C. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang

Universitas Sumatera Utara

pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan dan pertambangan.
Dalam pengenaan PBB Perdesaan dan Perkotaan, termasuk dalam
pengertian yang menjadi objek pajak adalah:
a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.
b. Jalan tol
c. Kolam renang
d. Pagar mewah
e. Tempat olahraga
f. Galangan kapal, dermaga

g. Taman mewah
h. Tempat penampungan/kilang minak, air dan gas, pipa minyak, dan
i. Menara
Sebagaimana denngan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, pada Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 pasal 77 ayat 1 ditetapkan bahwa yang menjadi objek PBB P2
adalah bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan.

Universitas Sumatera Utara

D. Tidak Termasuk Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan
a. Digunakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah penyelenggaraan
pemerintahan.
b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan
tidak untuk mencari keuntungan, antara lain di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional.
c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenis

dengan itu.
d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan
asas perlakuan timbal balik, dan
f. Digunakan oleh badan, atau perwakilan lembaga internasional
yang ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan.

E. Subjek dan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan
Subjek Pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata
mempunyai hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau
memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Sementara itu, Wajib Pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas

Universitas Sumatera Utara

bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas
bangunan. Hal ini berarti pada pengenaan PBB P2, subjek pajak dan wajib

pajak berada pada diri orang yang sama.
Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya wajib pajak dapat diwakili
oleh pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang-undang dan Peraturan
Daerah tentang PBB P2. Wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi dan
atau secara tanggung renteng atas pembayaran pajak terutang. Selain itu,
wajib pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

F. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Bumi dan
Bangunan
1. Dasar Pengenaan
Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP
adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan
melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai
perolehan baru, atau NJOP pengganti. Besaran NJOP ditetapkan setiap tiga
tahun sekali dan penetapan NJOP dapat dilakukan dengan 3 alternatif cara,
yaitu:
a. Perbandingan


harga

dengan

objek

lain

sejenis,

yaitu

pendekatan/metode penetuan nilai jual suatu objek pajak
dengan cara membandingkannya dengan objek pajak lain yang

Universitas Sumatera Utara

sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah
diketahui harga jualnya
b. Nilai


perubahan

baru,

yaitu

suatu

pendekatan/metode

penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek
tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan
penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut.
c. Nilai jual pengganti, yaitu suatu pendekatan/metode penentuan
nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil
produksi objek pajak tersebut.
Sedangkan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
merupakan suatu batasan nilai bagi objek pajak yang tidak dikenakan pajak.

Tujuan diterapkannya NJOPTKP adalah untuk memberikan rasa keadilan
bagi masyarakat, yaitu bahwa orang yang memiliki/menguasai/memanfaatkan
suatu objek yang bernilai rendah, maka tidak akan dikenakan pajak.
2. Tarif
Tarif PBB diterapkan paling tinggi 0,3% (nol koma tiga persen) dan
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal
ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan
kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota.

Universitas Sumatera Utara

3. Cara Perhitungan
Besaran pokok PBB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi NJOPTKP. Nilai jual
untuk bangunan sebelum diterapkan tarif pajak dikurangi terlebih dahulu
dengan NJOPTKP sebesar sepuluh juta rupiah. Secara umum perhitungan
PBB adalah sesuai rumus berikut:
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x (NJOP – NJOPTKP)

= Tarif Pajak x {NJOP Bumi + (NJOP BangunanNJOPTKP)}

G. Pengurangan Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan
Berdasarkan permohonan wajib pajak, bupati/walikota dapat memberikan
pengurangan pajak yang terutang karena kondisi tertentu objek pajak yang
ada hubungannya dengan subjek pajak dan atau karena sebab-sebab tertentu
lainnya serta dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain
yang luar biasa.
Pengurangan pajak terutang merupakan hak yang dapat diajukan oleh
Wajib pajak kepada bupati/walikota. Pengurangan pajak terutang harus
diajukan oleh wajib pajak secara tertulis dan tidak dapat diberikan begitu aja
oleh fiskus tanpa adanya permohonan wajib pajak. Tata cara pemberian

Universitas Sumatera Utara

pengurangan PBB Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan dengan peraturan
bupati/walikota.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Perananan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset
dalam Mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan.
Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah diperlukan peran serta
pemerinah dalam memberikan informasi mengenai perpajakan agar tidak
terjadi adanya pelanggaran-pelanggaran perpajakan, seperti penghindaran
pajak, manipulasi objek pajak dan pelanggaran yang lain. Untuk menjalankan
roda pemerintahan dalam pelaksanaan pembangunan daerah di segala bidang,
maka peranan dari aparat pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Dairi mempunyai peranan
dalam mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang
mulai dilaksanakan sejak tahun 2014.
Yang dimaksud dengan mengelola adalah suatu rangkaian kegiatan yang
berisikan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan
menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.
Dalam hal ini, Dippeka memiliki peranan penting dalam kewajibannya

mengelola keuangan daerah terutama dalam bidang PBB P2 yang merupakan
salah satu pemasukan terbesar. Memiliki wewenang dalam pengelolaan pajak
daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Proses pemungutan dan

Universitas Sumatera Utara

hasilnya sangat berpengaruh pada kesadaran wajib pajak dalam membayar
dan melunasi pajak terutangnya secara tepat waktu atau sebelum jatuh tempo
serta kinerja pemerintah yang bersangkutan dalam hal pemungutan pajak
sangatlah berperan penting dalam peningkatan PAD. Kewajiban-kewajiban
yang telah dilakukan Pemerintah Dairi, antara lain:
a. Terbentuknya struktur organisasi Dipekka sesuai dengan peaturan
daerah.
b. Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan.
c. Regulasi (Perda, Perbup, SOP)
Sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan asset, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Asset memiliki tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan asset. Hal-hal yang sudah dilakukan oleh Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Dairi dalam
pengelolaan PBB P2, adalah:
a. Pembayaran dan Penagihan PBB P2
PBB P2 terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam
peraturan daerah, misalnya paling lama enam bulan sejak tanggal
diterimanya SKPD wajib pajak. Apabila kepada wajib pajak
diterbitkan STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak

Universitas Sumatera Utara

yang harus dibayar bertambah, pajak dimaksud harus dilunasi paling
lambat sejak tanggal diterbitkan.
Pembayaran PBB P2 yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank,
atau tempat lain yang ditunjuk bupati/walikota sesuai waktu yang
ditentukan dalam SPPT atau SKPD. Apabila pembayaran pajak
dilakukan ditempat lain yang ditunjuk maka hasil penerimaan pajak
harus di setor ke kas daerah paling lambat 1x 24 jam atau dalam
waktu yang ditentukan oleh bupati/walikota. Apabila tanggal jatuh
tempo pembayaran pada hari libur maka pembayaran di lakukan pada
hari kerja berikutnya.
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus
atau lunas. Kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak
diberikan tanda bukti pembayaran pajak dan dicatat dalam buku
penerimaan. Hal ini harus dilakukan oleh petugas tempat pembayaran
pajak untuk tertib administrasi dan pengawasan penerimaan pajak.
Dengan demikian, pembayaran pajak akan mudah terpantau oleh
petugas Dipekka yang ditunjuk. Bentuk, isi, ukuran buku penerimaan,
dan tanda bukti pembayaran pajak ditetapkan dengan keputusan
bupati/walikota.
Dalam keadaan tertentu bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk
dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur
pembayaran PBB P2 terutang dalam kurun waktu tertentu setelah

Universitas Sumatera Utara

memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pemberian persetujuan untuk
mengangsur pembayaran pajak diberikan atas permohonan wajib
pajak. Angsuran pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan
secara teratur dan berturu-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2%
sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar. Selain
memberikan

persetujuan

mengangsur

pembayaran

pajak,

bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan
persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak
terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan. Pemberian persetujuan untuk menunda
pembayaran pajak diberikan atas permohonan wajib pajak, dengan
dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum
atau kurang dibayar. Persyaratan untuk dapat mengangsur atau
menunda pembayaran pajak serta tata cara pembayaran angsuran
ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
Apabila pajak yan terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo
pembayaran maka bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk akan
melakukan tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan
terhadap pajak terutang dalam SPPT atau SKPD, Surat Keputusan
pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Penagihan
pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan surat teguran
atau surat lain yang sejenis sebagai tindakan awal penagihan pajak.

Universitas Sumatera Utara

Surat teguran atau surat peringatan yang dikeluarkan tujuh hari sejak
saat jatuh tempo pembayaran pajak, dan oleh pejabat yang ditunjuk
bupati/walikota. Dalam jangka waku tujuh hari surat teguran atau
surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterimanya, wajib pajak
harus melunasi pajak yang terutang.
Apabila jumlah pajak terutang yang masih harus dibayar tidak dilunasi
dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran atau surat
peringatan atau surat lain yang sejenis akan ditagih dengan surat
paksa. Tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa dapat
dilanjutkan dengan tindakan penyitaan, pelelangan, pencegahan, dan
penyanderaan apabila wajib pajak tetap tidak mau melunasi utang
pajaknya sebagaimana mestinya. Apabila terhadap wajib pajak
dilakukan penyitaan dan pelelangan barang milik wajib pajak yang
disita maka kepada pemerintah kabupaten/kota diberi hak mendahulu
untuk tagihan pajak atau barang-barang milik wajib pajak atau
penanggung pajak. Ketentuan hak mendahulu meliputi pokok pajak,
sanksi administratif berupa kenaikan, bunga, denda, dan biaya
penagihan pajak. Adanya ketentuan tentan hak mendahulu ini untuk
memberikan jaminan kepada daerah pelunasan utang pajak dan juga
utang/kewajiban perdata kepada kreditur lainnya, sementara wajib
pajak tidak mampu melunasi semua utangnya sehingga dinyatakan
pailit.

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, dalam kondisi tertentu bupati/walikota dapat melakukan
penagihan pajak tanpa menunggu batas waktu pembayaran PBB P2
yang telah ditetapkan oleh bupati/walikota berakhir. Hal ini dikenal
sebagai penagihan pajak seketika dan sekaligus.
b. Pemutakhiran basis data PBB P2 yang pada tahun 2015 telah
dilakukan di 5 kecamatan dan pada tahun 2016 di 3 kecamatan.
c. Verifikasi

dan

validasi

data

PBB

P2

dalam

rangka

pemutakhiran/perbaikan data piutang PBB P2.
d. Untuk tahun 2016 akan dilaksanakan pemutakhiran klasifikasi NJOP.

B. Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan
PBB P2 seharusnya cukup potensial untuk mempengaruhi peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Dairi dikarenakan PBB P2 merupakan
jenis pajak yang memiliki jumlah wajib pajak yang paling besar.
Untuk penerimaan PBB P2 tentunya ditetapkan suatu target yang harus
dicapai dalam satu periode. Apabila penerimaannya mencapai target atau
bahkan melebihi target yang telah ditetapkan, ini menunjukkan bahwa daerah
tersebut telah berhasil merangsang masyarakatnya untuk memenuhi
kewajibannya membayar pajak, maka ini merupakan kebanggaan tersendiri
bagi Kabupaten Dairi apalagi jika rencana penerimaannya dapat ditingkatkan
dari tahun ke tahun. Selain itu masyarakat juga akan sangat berterima kasih

Universitas Sumatera Utara

dan menghargai segala usaha yang telah dilakukan pemerintah karena dengan
meningkatnya penerimaan PBB P2 tersebut juga akan meningkatkan
pembangunan khususnya pembangunan daerah.
Untuk lebih jelasnya Target dan Realisasi PBB P2 dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel IV.1 Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten
Dairi
Tahun 2013 s/d 2016
Tahun
Target
Realisasi
Persentase

2013

2014

2015

1.613.820.597
-

2.266.000.000
1.621.137.425
71,54%

2.311.785.100
1.957.100.682
84,66%

2016 (per 13
juli 2016
2.400.326.503
730.942.694
18,26%

Sumber: Kepala Bidang Pendataan Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan
dan Aset Daerah
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa realisasi PBB P2 mengalami
kenaikan signifikan setiap tahunnya meskipun jauh dari target yang telah
ditetapkan. Kemudian untuk tahun 2016, realisasi per tanggal 13 juli 2016
masih berjumlah 730.942.694, masih jauh dari target namun bukan hal yang
tidak mungkin jika target tercapai atau bahkan melebihi target jika
pemerintah terus berupaya menghimbau masyarakat untuk taat membayar
pajak.

Universitas Sumatera Utara

C. Hal-hal yang Menghambat Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan
Dalam proses penerimaan PBB P2, untuk mencapai keberhasilan atau
tujuan dari penerimaan pajak yang telah ditetapkan selalu akan mengalami
dinamika-dinamika. Dalam proses pencapaian tujuan ini seringkali bukanlah
sesuatu yang mendorong keberhasilan tetapi justru yang terjadi adalah
sebaliknya yaitu hambatan dan rintangan bagi pencapaian tujuan dari
penerimaan PBB P2.
Hambatan-hambatan dalam proses penerimaan PBB P2 dapat terjadi baik
dari proses penanganan pajak tersebut oleh petugas pajak ataupun dari wajib
pajak tersebut yang dapat menghambat dalam penerimaan PBB P2.
Adapun hal-hal yang menghambat penerimaan PBB P2 di Kabupaten
Dairi, antara lain:
a. Dari

aparat

pemerintah

yang

terdiri

dari

Dippeka

dan

Kecamatan/Kelurahan
1. Tidak tersalurnya SPPT PBB P2 kepada wajib pajak
2. Data luas bumi dan bangunan pada SPPT PBB P2
3. Tidak ada sanksi tegas untuk penunggak pajak
4. Tidak ada reward/penghargaan bagi wajib pajak yang taat
dan patuh dalam membayar pajak
b. Dari wajib pajak
1. Kurangnya kesadaran dan keengganan dalam membayar
pajak

Universitas Sumatera Utara

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesiam kesadaran adalah
keadaan tahu, keadaan mengerti, dan merasa. Kesadaran wajib
pajak adalah sikap mengetahui dan mengerti perihal pajak.
Kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak merupakan hal
terpenting guna membiayai pembangunan demi kepentingan dan
kesejahteraan umum. Masyarakat yang memiliki kesadaran pajak
tinggi akan mengerti fungsi pajak, baik dalam hal manfaat pajak
untuk masyarakat maupun pribadi. Dengan demikian masyarakat
akan sukarela dan disiplin membayar pajak tanpa paksaan.
(Soemitro, 2011)
2. Kurang pahamnya masyarakat akan pentingnya membayar
pajak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah kepatuhan berarti
tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Jika diartikan dalam
pajak maka kepatuhan wajib pajak adalah kepatuhan terhadap
Undang-undang Perpajakan. Terdapat 2 macam kepatuhan yaitu
kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-undang Perpajakan. Kepatuhan material adalah suatu
keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua ketenuan material
perpajakan, yakni dengan isi dan jiwa Undang-undang Perpajakan.
(Nurmantu & Rahayu, 2010)

Universitas Sumatera Utara

D. Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Meningkatkan Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Upaya-upaya yang dapat dilakukan Kabupaten Dairi untuk menanggulangi
hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam proses penerimaan PBB P2,
antara lain:
a. Melakukan pembinaan dan monitoring terhadap wajib pajak dengan
memberikan penyuluhan tentang perpajakan terutama ke perdesaan.
Penyuluhan atau sosialiasi perpajakan sarana yang sangat penting
dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya serta untuk menambah
pengetahuan dan pengertian di bidang perpajakan. Sosialisasi
perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh pemungut pajak yaitu
pemerintah daerah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat
dan khususnya wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal
mengenai perpajakan baik peraturan maupun tata cara perpajakan
melalui metode-metode yang tepat (Rohmawati, 2012). Dengan adanya
sosialisasi pajak, masyarakat akan lebih mengerti mengenai peraturan
dan tata cara perpajakan sehingga pengetahuan perpajakan wajib pajak
akan bertambah. Sosialisasi pajak harus dilakukan secara intensif dan
berkesinambungan.
Pemerintah Kabupaten Dairi dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang pajak minimal satu bulan sekali. Selain melalui
penyuluhan, Kabupaten Dairi dapat memberikan informasi juga

Universitas Sumatera Utara

melalui media audio yaitu radio dengan bekerjasama dengan siaran
radio-radio, media yang dipasang diluar ruangan diantaranya spanduk,
baliho dan brosur. Sosialisasi tersebut sangat efektif dan efisien karena
masyarakat dapat secara langsung menangkap pesan-pesan dan
informasi yang disampaikan baik melalui penyuluhan maupun media.
Selanjutnya

pemerintah

melakukan

monitoring,

yang

dimana

dimaksudkan untuk memonitor berbagai upaya yang telah dilakukan
melalui berbagai media. Jika cara ini menunjukkan keberhasilan, tidak
ada salahnya untuk mempertahankannya sehingga dapat lebih
meningkatkan penerimaan PBB P2.
b. E-system Perpajakan merupakan modernisasi perpajakan dengan
menggunakan teknologi informasi yang diharapkan dengan e-system
dapat mempermudah wajib pajak untuk melakukan kewajiban
perpajakannya. Menurut Direktorat Jenderal Pajak dalam modernisasi
administrasi perpajakan dibagi menjadi e-SPOP, e-NJOP, e-SPPT, dan
e-NPWPD.
c. Dengan pendataan langsung memungkinkan kesalahan dalam hal
administrasi semakin kecil, sebab data yang diperoleh sesuai dengan
kenyataan dilokasi objek pajak. Hal ini akan memperlancar
penerimaan pajak karena mengurangi komplain dari wajib pajak serta
pengajuan keberatan atas PBB P2 maupun memberikan kemudahan
bagi petugas pajak dalam menghitung pajak yang harus dibayar karena
data yang ada tidak berupa perkiraan atau pengakuan dari wajib pajak.

Universitas Sumatera Utara

d. Dengan adanya keringanan bagi wajib pajak atau memberikan
pengurangan atas beban pajak yang ditanggung oleh wajib pajak agar
wajib pajak dapat memenuhi kewajibannya dalam membayar PBB P2.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan permohonan
keberatan atas pajak yang harus dibayar. Pengurangan beban wajib
pajak tersebut dapat dimaksudkan agar wajib pajak dapat membayar
hutangnya atas pajak tepat pada waktunya serta untuk kelancaran
dalam penerimaan PBB P2, sehingga pemerintah dapat menjalankan
rencana sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.
e. Untuk mengurangi wajib pajak yang terlambat dalam pembayaran
pajak, maka pemerintah juga memberikan sanksi tegas kepada wajib
pajak agar membayar pajak tepat pada waktunya. Sanksi tersebut dapat
berupa denda ataupun hukuman sesuai dengan tingkat keterlambatan
dalam pembayaran pajak.
f. Untuk mengurangi tingkat keterlambatan dalam membayar pajak,
pemerintah juga dapat perlu melakukan penagihan dengan cara operasi
door to door. Penagihan ini merupakan salah satu upaya dalam
mengamankan rencana penerimaan PBB P2 dan tindakan ini dilakukan
apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal
jatuh tempo pembayaran. Pelaksanaan tersebut dapat dilakukan dengan
cara:

memberikan

surat

himbauan

pembayaran

PBB

P2,

menyampaikan surat pemberitahuan jatuh tempo pembayaran PBB P2,

Universitas Sumatera Utara

serta jika perlu memberikan peringatan dan selanjutnya melakukan
penyitaan atas barang yang terutang yaitu bumi dan bangunan.
g. Hal telah disebutkan diatas akan lebih efektif dilaksanakan jika
pemerintah daerah Kabupaten Dairi meningkatkan kualitas pelayanan
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aseet Kabupaten Dairi
terutama dalam hal sumber daya manusia dan sarana prasarana yang
memadai.
Peningkatan kualitas dan jumlah sumber daya manusia dibutuhkan
dalam pelayanan melayani wajib pajak. Kualitas pelayanan sebagai
suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang
memerlukan kepekaan dan hbuungan interpersonal agar tercipta
kepuasan dan keberhasilan yang dalam hal ini berhubungan dengan
wajib pajak sebagai pihak yang dilayani. Sedangkan pelayanan
pemungut pajak didefinisikan sebagai cara petugas dalam membantu,
mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib
pajak.
Salah satu hal yang perlu dipersiapkan adalah sarana dan prasarana
yang mendukung yang mendukung pelaksaan pemungutan PBB P2.
Sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pemungutan PBB
P2 mencakup tiga unsur utama, yaitu fasilitas kantor, teknologi
informasi, dan peralatan pemetaan.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Dairi mempunyai
peranan dalam mengelola PBB P2
2. Masih

terdapat

hambatan-hambatan

dalam

pelaksanaan

pemungutan PBB P2 baik dari pihak pemerintah maupun dari
pihak wajib pajak sendiri.
3. Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Dairi

untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada serta untuk
mengamankan rencana penerimaan pajak antara lain adalah
pemutakhiran database PBB P2, verifikasi dan validasi data PBB
P2 dalam rangka peraikan data piutang PBB P2, pemutakhiran
klasifikasi NJOP.
4. Pemberian keringanan terhadap wajib pajak dengan maksud agar

wajib pajak dapat membayar pajaknya tidak terlambat sehingga
perencanaan penerimaan pajak dapat sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan. Pemberian sanksi terhadap wajib pajak yang
terlambat membayar setelah jatuh tempo dimaksudkan agar wajib
pajak tidak mengulangi kesalahan tersebut. Untuk mengurangi
keterlambatan dalam penerimaan pajak maka pemerintah juga

Universitas Sumatera Utara

perlu melakukan operasi door to door sebelum jatuh tempo atau
akan mendapat sanksi atau penyitaan terhadap barang-barang yang
berkaitan dengan PBB P2.
5. Dibutuhkan peran serta baik pemerintah maupun masyarakat untuk

meningkatkan pembangunan dimana peran serta dari masyarakat
itu salah satunya dengan membayar pajak, sedang peran
pemerintah adalah memanfaatkan hasil pembayaran tersebut
dengan membangun prasarana yang masih kurang memadai.

B. Saran

Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah dilaksanakan, maka ada
beberapa saran yang perlu disampaikan demi meningkatkan penerimaan PBB
P2 serta pengamanan atas rencana penerimaan PBB P2 di masa yang akan
datang. Saran yang dapat disampaikan, antara lain:
a. Dalam pelaksanaan penyuluhan perlu ditingkatkan hingga sampai
pada tingkat kelurahan/desa. Sebab rata-rata wajib pajak yang
kurang memiliki pengetahuan tentang pajak terdapat di pedesaan.
b. Memberikan pelayanan yang efektif dan efesien terhadap wajib
pajak serta dapat memberikan informasi-informasi secara cepat
kepada wajib pajak tentang PBB P2.

Universitas Sumatera Utara

c. Memberikan sanksi yang tegas dan nyata kepada wajib pajak yang
tidak membayar pajak, sehingga akan menumbuhkan kepatuhan
masyarakat dalam membayar pajak.
d. Melakukan pendaftaran dan pendataan ulang wajib pajak PBB P2.
Pendaftaran dan pendataan ulang PBB P2 dilakukan dengan
mengadakan pendaftaran dan pendataan ulang terhadap objek pajak
yang belum terdata atau telah didata tetapi tidak sesuai dengan
penggolongan nilai dan klasifikasi jual bumi dan bangunan.
e. Pemerintah harus lebih transparan dalam memperlihatkan hasil
pembayaran PBB P2 bagi pembangunan, sehingga masyarakat
sebagai wajib pajak dapat menikmati langsung kegunaannya
membayar pajak setiap tahun.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

0 34 83

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

0 5 83

Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (P2) Pada Dinas Daerah Pendapatan Kabupaten Langkat Chapter III V

0 0 21

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 16

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 37

Peranan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Dairi dalam Mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

0 0 8

Peranan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Dairi dalam Mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

0 0 1

Peranan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Dairi dalam Mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

0 0 13

Peranan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Dairi dalam Mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

0 0 14

Peranan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Dairi dalam Mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

0 0 1