Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan Internet Dalam Perspektif Kriminologi

ABSTRAK
Muhammad Fajar
Maraknya cybercrime di Indonesia dan di negara-negara lain mendorong
banyak pihak terus berusaha memeranginya dengan berbagai macam cara. Salah
satu satu dasarnya adalah dengan cara memahami aspek cybercrime dari semua
sisi. Keutuhan pemahaman tentang pemberantasan cybercrime dan cybercriminal
perlu dilakukan berdasarkan pendekatan multi dimensional, salah satunya melalui
perspektif hukum pidana dan kriminologi.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana aturan hukum yang
mengatur perlindungan kepada korban kejahatan internet, bagaimana penyebab
terjadinya kejahatan internet tersebut, bagaimana upaya-upaya dalam
penaggulangan korban kejahatan internet.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan penelitian hukum normatif. Dalam hal penelitian hukum normatif,
penulis melakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan dan bahan
hukum yang berhubungan dengan judul skiripsi ini. Bahan-bahan hukum primer
dalam skripsi ini terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Bahan hukum sekunder adalah
bahan hukum yang diperoleh dari buku, pendapat para sarjana dan kasus-kasus
hukum yang terkait dengan pembahasan judul skripsi ini yaitu Perlindugan hukum
terhadap korban kejahatan internet dalam perspektif kriminologi. Bahan hukum

tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum
dan lain-lain.
Pedoman, norma dan fungsi kontrol tercermin pada ketentuan yang
terdapat dalam bab dan pasal-pasal Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Ketentuan ini mengacu pada upaya
regulator untuk mengarahkan dan mengendalikan perilaku para pengguna internet
serta meningkatkan kepatuhan para pengguna terhadap Undang-Undang Nomor
11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Peningkatan
kepatuhan para pengguna internet diharapkan mampu mereduksi terjadinya
kejahatan internet (cybercrime) dan perilaku negatif para pengguna internet,
Pemerintah harus mengkaji ulang proses dalam pembentukan Undang-undang dan
peraturan khususnya mengenai cybercrime agar fleksibel karena menyangkut
perubahan teknologi yang sangat cepat berubah sehingga dapat segera mengurangi
kerugian dan menyelamatkan negara atau individu.

Kata Kunci:

Cybercrime, Cybercriminal, Cyberfraud, Hukum Pidana,
Convention on Cybercrime


vii
Universitas Sumatera Utara