Evaluasi Sifat Fisik Tanah Terhadap Laju Infeksi Ganoderma di Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus : PT.PD. PATI)

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada masa sekarang ini, tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
dikenal di alam bebas, semi bebas, dan perkebunan yang diusahakan di tiga
wilayah tropis; Afrika, Asia, dan Amerika (Hartley, 1967). Kelapa sawit
merupakan tanaman komoditas perkebunan yang memiliki peran penting di
Indonesia saat ini. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
nabati beserta beberapa produk turunannya. Selain itu, tanaman ini mampu
menjadi sumber tambahan pendapatan bagi petani dan masyarakat, menyediakan
kesempatan lapangan kerja dan sumber tambahan devisa bagi Negara kita. Sejak
tahun 2007, Indonesia menjadi produsen CPO (Crude Palm Oil) terbesar didunia
dengan total areal perkebunan sawit mencapai 6,3 juta Ha dan total produksi
perkebunan pada saat itu mencapai 17 juta ton CPO; 12 juta ton diekspor, 5 juta
ton sisanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Dahuri, 2008).
Meningkatnya permintaan akan produk-produk hasil olahan kelapa sawit
dan turunannya dapat kita lihat dengan semakin meningkatnya luas areal
penanaman kelapa sawit di seluruh dunia, terkhususnya di Indonesia. Pada tahun
2004, luas areal tanaman kelapa sawit sebesar 5,45 juta (Pahan, 2012). Sepuluh
tahun kemudian yaitu pada tahun 2014 luas areal kelapa sawit di Indonesia

mencapai 10,9 juta ha dengan produksi 29,3 juta ton CPO. Luas areal menurut
status pengusahaannya, milik rakyat ( Perkebunan Rakyat ) seluas 4,55 juta Ha
atau 41,55% dari total luas areal, milik Negara (PTPN) seluas 0,75 juta Ha atau
6,83% dari total luas areal, milik swasta seluas 5,66 juta Ha atau 51,62%, swasta

Universitas Sumatera Utara

terbagi menjadi 2 (dua) yaitu swasta asing seluas 0,17 juta Ha atau 1,54% dan
sisanya lokal (Ditjenbun, 2014).
Perkebunan PT. PD. PATI merupakan salah satu perkebunan milik swasta
lokal yang memiliki luas areal sekitar 780 Ha yang terdiri dari 2 afdeling, yaitu
Pantai Kiara Estate (PKE) 1 dan 2. Perkebunan ini telah berdiri sejak tahun 1983
dan telah memiliki kebun lainnya di daerah Rantau dan Bengkulu.Kondisi
perkebunan semenjak tahun 2001 mengalami kemunduran, salah satu kemunduran
yang dialami oleh pihak perkebunan adalah dalam hal produksi Tandan Buah
Segar (TBS).Semenjak tahun 2001, tingkat produksi TBS mengalami penurunan
sebesar 10% sampai 60% per tahun. Dimana pada tahun 2001 produksi mencapai
3,5 ton dan pada tahun 2002 produksi menurun menjadi 3,4 ton TBS. Hal ini terus
berlanjut sampai tahun 2009 dimana produksi mencapai 1,5 ton. Penurunan drastis
ini disebabkan oleh beberapa hal, dimana salah satunya disebabkan oleh penyakit

Busuk Pangkal Batang (BPB) yang banyak menyerang tanaman kelapa sawit di
perkebunan ini.
Tinggi rendahnya kejadian penyakit busuk pangkal batang pada medium
tanam sangat dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia maupun biologi tanah.Penyebaran
penyakit ini bisa disebabkan oleh perkembangan suatu jenis jamur yang awalnya
hidup secara bebas di dalam tanah (Soil born) namun oleh kondisi lingkungan
yang memungkinkan sehingga menjadi sebuah patogen yang dikenal dengan
Ganoderma.
Jamur ini merupakan salah satu patogen tular tanah yang mampu bertahan
pada kondisi yang tidak menguntungkan sekalipun selama masih tersedianya
substrat yang mendukung yaitu tanaman kelapa sawit yang selalu tersedia dan

Universitas Sumatera Utara

inang alternatif

patogen yang cukup luas. Serangan jamur Ganoderma pada

kelapa sawit menjadi dominan karena terjadi ketidakseimbangan agroekosistem di
perkebunan kelapa sawit dan tidak adanya jamur kompetitor dalam tanah, akibat

menurunnya unsur hara organik dalam tanah. Menurut hasil penelitian Susanto,
dkk., (2013) kejadian penyakit busuk pangkal batang di tanah tekstur pasir lebih
tinggi daripada tanah tekstur lempung. Kejadian penyakit busuk pangkal batang
pada tekstur pasir sebesar 50% dan 55%, sedangkan pada tekstur tanah pasir
berlempung sebesar 25% dan kejadian penyakit pada tekstur lempung liat berpasir
dan lempung berpasir lebih rendah yaitu 10%.
Sebagai bagian dari mikroorganisme yang hidup dan berkembang didalam
tanah, maka perkembangan populasi, penyebaran dan daya tular sangat
dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah. Oleh karena itu, informasi-informasi tentang
sifat-sifat tanah yang mempengaruhi perkembangan patogen tanah akan sangat
bermanfaat untuk menentukan strategi pengendaliannya melalui cara-cara
pengelolaan lahan (Hidayah dan Djajadi, 2009) .Namun demikian masih sedikit
sekali informasi tentang peranan sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dalam
perkembangan dan penyebaran tentang patogen tular tanah khususnya jamur
Ganoderma pada kelapa sawit.
Dengan adanya kejadian penyakit yang terjadi pada perkebunan kelapa
sawit khususnya di perkebunan PT. PD. PATI, penulis tertarik melakukan
penelitian Evaluasi Sifat Fisik Tanah Terhadap Laju Infeksi Ganoderma di
Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus : PT. PD. PATI), untuk mengetahui
hubungan beberapa sifat fisik tanah terhadap laju infeksi Ganoderma di

perkebunan kelapa sawit

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan beberapa sifat fisik tanah terhadap laju
infeksi Ganoderma

di lahan perkebunan kelapa sawit PT. PD. PATI, Aceh

Tamiang.
Kegunaan Penulisan
-

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

-

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


Universitas Sumatera Utara