MANAJEMEN PROYEK (1)

MANAJEMEN PROYEK

PENDAHULUAN
• Perencanaan, Penjadwalan dan
Pengawasan Proyek

Diperlukan untuk proyek-proyek
khusus yang terus menerus
selama waktu tertentu (ada mulai
dan akhir), bukan rutinitas harian.

Analisis Jaringan (Network)
• Analisa jaringan kerja (network) ini
secara umum sangat menolong dalam :
– Perencanaan suatu proyek yang kompleks
– Scheduling praktis dan efisien
– Pembagian kerja (tenaga kerja dan dana yang
tersedia)
– Scheduling ulangan untuk mengatasi hambatan dan
keterlambatan
– Penentuan “trade-off” (kemungkinan pertukaran)

antara “waktu” dan “biaya”
– Penentuan probabilitas penyelesaian suatu proyek
tertentu

PERT Method
(Program Evaluation and Review
Technique)
• metode analitik yang dirancang untuk
membantu dalam perencanaan,
penjadwalan, dan pengawasan kompleks
yang memerlukan kegiatan-kegiatan
tertentu yang harus dijalankan dalam
urutan tertentu, dan kegiatan-kegiatan itu
mungkin tergantung pada kegiatankegiatan lain.

Metodologi dan
komponen PERT:
• Kegiatan (activity),
yaitu bagian dari keseluruhan pekerjaan
yang dilaksanakan seperti kegiatan

mengkonsumsi waktu dan sumber daya
serta mempunyai waktu mulai dan waktu
berakhirnya.

• Peristiwa (event), menandai permulaan
dan akhir suatu kegiatan. Biasanya
peristiwa digambarkan dengan suatu
lingkaran atau “nodes”, dan juga diberi
nomor, dengan nomor-nomor lebih
kecil bagi peristiwa-peristiwa yang
mendahuluinya. Dalam jaringan PERT
setiap kegiatan menghubungkan dua
peristiwa.

• Waktu kegiatan (activity time).
PERT menggunakan tiga estimasi waktu
penyelesaian suatu kegiatan. Estimasi ini
diperoleh dari orang-orang yang mempunyai
kemampuan tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan beberapa lama waktu

pengerjaannya. Ketiga estimasi waktu tersebut
adalah :
– Waktu optimistic (a), waktu kegiatan bila semuanya berjalan
baik tanpa hambatan-hambatan atau penundaan-penundaan
– Waktu realistic (m), waktu kegiatan yang akan terjadi bila
suatu kegiatan dilaksanakan dalam kondisi normal, dengan
penundaan-penundaan tertentu yang dapat diterima.
– Waktu pesimistik (b), waktu kegiatan bila terjadi hambatan
atau penundaan lebih dari semestinya.

a  4m  b
Expected Time 
6

Logika Pembuatan Jaringan
(network)
1. Jika kegiatan A harus diselesaikan
lebih dahulu sebelum kegiatan B
dapat dimulai, maka hubungan antara
dua kegiatan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut :
A
B
1

2

3

Kegiatan A bisa juga ditulis A(1,2) dan
kegiatan B (2, 3)

2. Jika kegiatan C, D, dan E harus selesai
sebelum kegiatan F dapat dimulai, maka :

1

C
D


F

2

4

E
3

5

3. Jika kegiatan G dan H harus selesai
sebelum kegiatan I dan J, maka :
5

2

G

I

4

H
3

J
6

4. Jika kegiatan K dan L harus selesai
sebelum kegiatan M dapat dimulai, Tetapi
kegiatan N sudah boleh dimulai bila
kegiatan L sudah selesai, maka :

K

2

M

5


dummy
3

L

4

N

6

7

DUMMY
Fungsi dummy:
Memindahkan seketika itu juga
Contoh no.4:
sesuai dengan arah panah, keterangan
tentang selesainya kegiatan L dari

lingkaran kejadian No. 4 ke lingkaran
kejadian no. 5.

5. Jika kegiatan P, Q, dan R mulai dan selesai
pada lingkaran kejadian yang sama, maka kita
tidak boleh menggambarkannya sbb:
P

Q
31

R

32

Gambar di atas berarti bahwa kegiatan (31, 32)
itu adalah kegiatan P atau Q atau R

Untuk membedakan ketiga kegiatan itu
masing-masing maka harus digunakan

Dummy sebagai berikut :
33

33

P
P
Q

31

32

ATAU
31

Q

R
R


34

34

32

CONTOH :
Keg.

Keg. Yg
mendahului

Peristiwa
Mulai

Peristiwa
Akhir

Waktu

Optimistic

Waktu
Realistic

Waktu
Pesimis
- tic

Waktu
diharap
kan

A

-

1

2

1

3

5

3

B

A

2

3

3

4

11

5

C

A

2

4

2

6

10

6

D

B

3

5

2

6

13

6.5

F

C

4

6

3

6

9

6

G

D, C

5

7

2

4

6

4

H

F

6

7

1

4

7

4

I

G, H

7

8

2

3

10

4

NETWORK:
D

3

6.5

B

G

A

5
2

1

5

4

C

3
6

I

0

7

8
4

4

H

F
6

4
6

CPM – PERT
(Critical Path Method – PERT)
Penentuan Waktu
Notasi yang digunakan
Untuk memudahkan perhitungkan penentuan waktu ini digunakan notasi-notasi sebagai
berikut :











TE = earliest event occurence time, yaitu saat tercepat terjadinya event.
TL = Latest event occurence time, yaitu saat paling lambat terjadinya event.
ES = Earliest Activity Start time, yaitu saat tercepat dimulainya aktivitas.
EF = Earliest Activity Finish time, yaitu saat tercepat diselesaikannya aktivitas.
LS = Latest Activity Start time, yaitu saat paling lambat dimulainya aktivitas.
LF = Latest Activity Start time, yaitu saat paling lambat selesaikannya aktivitas.
t = Activity Duration Time, waktu yang paling diperlukan untuk suatu aktivitas
(biasa dinyatakan dalam hari)
S = Total slack / total float
SF = Free Slack / Free Float

Asumsi dan cara perhitungan
waktu lintasan dan lintasan kritis
1. Proyek hanya memiliki satu Initial Event dan satu
Terminal Event
2. Saat tercepat terjadinya Initial Event adalah hari
ke-0
3. Saat terlambat terjadinya Terminal Event adalah
TL = TE untuk Event ini.

Perhitungan Maju
Perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju
ke terminal event. Maksudnya ialah menghitung
saat yang paling cepat terjadinya event dan saat
paling cepat dimulainya serta diselesaikannya
aktivitas-aktivitas (TE, ES, dan EF)
Ada tiga langkah yang dilakukan pada perhitungan
maju, yaitu :
1. Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan
pada hari ke nol sehingga untuk initial event
berlaku TE=0 (asumsi ini tidak benar untuk
proyek yang berhubungan dengan proyekproyel lain).

2. Kalau initial event terjadi pada hari yang
ke–nol, maka:
i
0

• ES (i, j)
• EF (i, j)

(i,j)
t

= TE (i) = 0
= ES (i,j) + t (i,j)
= TE (i) + t (i,j)

j

3. Event yang menggabungkan beberapa
aktifitas (merge event).
• EF (i1,j)
j
• EF (i2,j)
• EF (i3,j)
Sebuah event dapat terjadi jika aktivitas-aktivitas yang
mendahuluinya telah diselesaikan. Maka saat paling cepat
terjadinya sebuah event sama dengan nilai terbesar dari saat
tercepat untuk menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang berakhir pada
event tersebut.

TE ( j ) = Max ( EF (i1, j) , EF (i2, j) , . . . , EF (in,j) )

Perhitungan Mundur
• Perhitungan bergerak dari terminal event
menuju ke initial event. Tujuannya ialah
untuk menghitung saat paling lambat
terjadinya event dan saat paling lambat
dimulainya dan diselesaikannya aktivitasaktivitas (TL, LS, dan LF).

• Seperti halnya pada perhitungan maju,
pada perhitungan mundur ini pun
terdapat tiga langkah, yaitu :

1. Pada terminal event berlaku TL = TE
2. Saat paling lambat untuk memulai
suatu aktivitas sama dengan saat paling
lambat untuk menyelesaikan aktivitas itu
dikurangi dengan duration aktivitas
tersebut.
i

(i,j)

j

t

TE TL

LF ( i , j )= TL( j )
TL( j ) = TE( j ), dikarenakan LS ( i , j )= LF( i , j ) – t( i , j )
Maka : LS ( i , j ) = TL ( j ) - t ( i , j )

3. Event yang “mengeluarkan”
beberapa aktivitas (burst event)
LS (i, j1)
j
LS (i, j2)
LS (i, j3)
Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang
mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling
lambat terjadinya sebiah event sama dengan nilai terkecil dari
saat-saat paling lambat untuk memulai aktivitas-aktivitas yang
berpangkal pada event tersebut.

TL ( j ) = Min ( LS (i, j1) , LS (i, j2) , . . . , LS (i, jn) )

• Untuk melakukan perhitungan maju
dan mundur, lingkaran kejadian (event)
dibagi atas 3 sbb:
a
b

c

a = Ruang untuk nomor event
b = Ruang untuk menunjukkan saat
paling cepat terjadinya event (TE),
yang juga merupakan hasil
perhitungan maju.
c = ruang untuk untuk menunjukkan
saat paling lambat terjadinya event
(TL), yang juga merupakan hasil
perhitungan mundur.

Perhitungan Kelonggaran Waktu
(Float atau Slack)
Total Float :
Jumlah waktu dimana waktu penyelesaian suatu aktivitas
dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari
penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Total float dihitung : Selisih antara saat paling lambat
dimulainya aktivitas dengan saat paling cepat dimulainya
(LS-ES),
atau
selisih antara saat paling lambat diselesaikannya aktivitas
dengan saat paling cepat diselesaikannya aktivitas (LF-EF).
(Dalam hal ini cukup dipilih salah satu saja)

• ES(i,j) = TE(i)
• EF(i,j) = TE(i) + t(i,j)
• LF(i,j) = TL(j)
• LS(i,j) = TL(j) - t(i,j)
• Total Float S(i,j) = LF(i,j) - EF(i,j)
• Free Float SF(i,j) = TE(j) - EF(i,j)
Dimana EF(i,j) = TE(i) + t(i,j)
Maka SF(i,j) = TE(j) - TE(i) - t(i,j)

KESEIMBANGAN
LINI PRODUKSI
(LINE BALANCING)

TATA LETAK merupakan suatu keputusan penting
yang menentukan efisiensi sebuah operasi jangka
panjang.

TATA LETAK memiliki banyak dampak strategis
karena tata letak menentukan daya saing
perusahaan dalam hal kapasitas, proses,
fleksibilitas, biaya, kualitas lingkungan kerja,
kontak dengan pelanggan, dan citra perusahaan.

TATA LETAK TERBAIK DAPAT
MENCAPAI:
• Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang
lebih tinggi
• Aliran informasi, barang, atau orang yang
lebih baik
• Moral karyawan yang lebih baik, juga
kondisi lingkungan kerja yang lebih aman
• Interaksi dengan pelanggan/klien yang
lebih baik
• Fleksibilitas (menyesuaikan
lingkungan/keadaan terbaru, dan tetap
perlu diubah-ubah)

TATA LETAK MANUFAKTUR
BERORIENTASI PROSES
TATA LETAK ini cocok untuk produksi dengan
volume rendah dan variasi tinggi, dimana mesin dan
peralatan dikelompokkan bersama
Kelebihan utama: Adanya fleksibilitas yang tinggi
terhadap peralatan dan penugasan tenaga kerja
Kelemahan: Peralatan yang digunakan biasanya
berupa peralatan yang memiliki kegunaan umum.
(Karena variasi tinggi sehingga akan terjadi
penyetelan mesin, penanganan bahan yang unik,
dan transportasi)

• METODE PENGATURAN TATA LETAK
PROSES :
KEBANYAKAN MENGGUNAKAN:
- TEKNIK-TEKNIK OPTIMASI (MODEL
HEURISTIK)
- TEKNIK-TEKNIK TRANSPORTASI

TATA LETAK MANUFAKTUR BERORIENTASI
PRODUK

TATA LETAK ini cocok untuk produksi dengan
volume tinggi dan variasi rendah
Asumsi pemakaian tata letak berulang dan
berorientasi produk:
1. Volumenya memadai untuk utilisasi peralatan
yang tinggi
2. Permintaan produknya cukup stabil untuk
menjamin penanaman modal yang besar untuk
peralatan khusus

3. Produknya terstandarisasi atau
mendekati suatu fase dalam siklus
hidupnya yang menjamin penanaman
modal pada peralatan khusus
4. Pasokan bahan baku dan komponennya
memadai dan berkualitas seragam
(cukup terstandarisasi) untuk memastikan
dapat dikerjakan dengan peralatan
khusus

2 Jenis tata letak berorientasi produk
1. Lini fabrikasi ( fabrication line), lini
produksi yang membuat komponen,
seperti ban mobil, dll
2. Lini perakitan (assembly line), lini
produksi yang meletakkan komponenkomponen yang difabrikasi secara
bersamaan pada sekumpulan stasiun
kerja.

PERMASALAHAN TATA LETAK
BERORIENTASI PRODUK:
1. Kedua lini ini adalah proses berulang,
dan dalam kedua kasus, lini ini harus
“seimbang”, artinya waktu yang
dihabiskan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan haruslah sama atau seimbang
dengan waktu yang dihabiskan untuk
mengerjakan pekerjaan berikutnya, baik
pada mesin fabrikasi maupun perakitan.

2. Menyeimbangkan output pada setiap
stasiun kerja dalam lini produksi sehingga
hampir sama, dan memperoleh jumlah
output yang diinginkan
Tujuan manajemen berkaitan dengan tata
letak ini adalah:
Menciptakan aliran yang halus dan kontinu
di sepanjang lini perakitan dengan waktu
kosong minimal di setiap stasiun kerja.

ASSEMBLY LINE BALANCING
(Penyeimbangan lini perakitan)
KEUNTUNGAN TATA LETAK
BERORIENTASI PRODUK:
1. Rendahnya biaya variabel/unit yang biasanya
dikaitkan dengan produk yang terstandarisasi
dan bervolume tinggi
2. Rendahnya biaya penanganan bahan
3. Mengurangi persediaan barang ½ jadi
4. Proses pelatihan dan pengawasannya lebih
mudah
5. Hasil keluaran produksinya lebih cepat

KELEMAHAN TATA LETAK
BERORIENTASI PRODUK:
1. Dibutuhkan volume yang tinggi karena modal
yang diperlukan untuk menjalankan proses
cukup besar
2. Adanya pekerjaan yang harus berhenti pada
setiap titik mengakibatkan seluruh operasi pada
lini yang sama juga terganggu
3. Fleksibilitas yang ada kurang saat menangani
beragam produk atau tingkat produksi yang
berbeda

CONTOH SOAL:
DI BAWAH INI ADALAH TABEL PRESEDEN
“BOEING” UNTUK SEBUAH KOMPONEN
PESAWAT ELEKTROSTATIS YANG
MEMBUTUHKAN WAKTU PERAKITAN
TOTAL 66 MENIT. ADAPUN WAKTU KERJA
PRODUKTIF SEBANYAK 480 MENIT YANG
TERSEDIA PER HARI. JADWAL PRODUKSI
MENGHARUSKAN 40 UNIT KOMPONEN
SAYAP DISELESAIKAN SEBAGAI OUTPUT
DARI LINI PERAKITAN SETIAP HARI
ADAPUN DATA PRESEDEN UNTUK
PEMBUATAN KOMPONEN SAYAP:

TUGAS

WAKTU
PENGERJAAN
(menit)

A

10

TUGAS-TUGAS YANG
HARUS
DISELESAIKAN
DAHULU
-

B

11

A

C

5

B

D

4

B

E

12

A

F

3

C,D

G

7

F

H

11

E

I

3

G,H

NETWORK:
C

F

5
B

D

1
1

A
1
0

4

3
DUMMY

G
7

0

I
3

E
1
2

H
1
1

PROSES PENYEIMBANGAN
LINI:

3. Seimbangkan lini perakitan dengan
memberikan tugas perakitan tertentu
pada setiap stasiun kerja

Jawab:

SOLUSI DENGAN 6 STASIUN KERJA:
C

F

5
D

B
11

A

4

3
DUMMY

G
7

0

I
3

1
0

E
1
2

H
11

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

STUDI PENJADWALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN CIREBON RAYA (PPCR) CIREBON – JAWA BARAT

34 235 1

STUDI PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN

5 158 1

STUDI PERENCANAAN PILAR PORTAL DAN PONDASI BORE PILE PADA FLY OVER KEJAPANAN PROYEK RELOKASI TOL PORONG – GEMPOL

7 107 12

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MANAJEMEN BERITA TELEVISI PADA MEDIA NUSANTARA CITRA (MNC) NEWS CENTER BIRO SURABAYA (Studi Pada Pengelola Berita Lokal di RCTI, TPI, dan Global TV

2 40 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

MANAJEMEN STRATEGI RADIO LOKAL SEBAGAI MEDIA HIBURAN (Studi Komparatif pada Acara Musik Puterin Doong (PD) di Romansa FM dan Six To Nine di Gress FM di Ponorogo)

0 61 21

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS DAN MANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU PARUH BAYA

2 20 56

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DAN MANAJEMEN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

11 108 89