Perbanyakan Phragmatoecia castaneae (Lepidoptera: Cossidae) pada pakan buatan

PENDAHULUAN
Latar belakang
Produksi gula Indonesia pada tahun 2000 hanya sebesar 1,69 juta ton dan
tahun 2011 meningkat menjadi 2,23 juta ton atau meningkat sebesar 3,16%.
Produksi tebu tertinggi selama periode tahun 2000-2011 terjadi pada tahun 2008
yang mencapai 2,69 juta ton. Namun sejak tahun 2008 hingga tahun 2011,
produksi tebu mengalami penurunan hingga 17,30% atau berkurang 155.362
ton/tahun. Dan pada tahun 2015 diprediksi menyusut 2,87% dari 70,8 ton/ha
menjadi 68,7 ton/ha dan dari 2,58 juta ton pada tahun 2014 menjadi 2,54 juta ton
tahun 2015. Penurunan areal, serangan hama penyakit merupakan penyebab
penurunan produksi gula tersebut. Jika dibandingkan dengan negara-negara
produsen gula di dunia, Indonesia menempati urutan ke-11 setelah Brazil (>35
juta ton/thn), India (>25 juta ton/thn) dan Uni Eropa (>15 juta ton/thn) pada tahun
2014-2015 (PDIP, 2015; CPS, 2015).
Ada berbagai jenis varietas pada tanaman tebu, namun hanya varietas PS
862 dan VMC 76-16 adalah varietas tebu yang ditanam di PTPN II karena
memiliki rendemen gula yang tinggi. Varietas VMC 76-16 memiliki rendemen
gula yang tinggi, hasil rendemen gula cukup tinggi yaitu dengan rata-rata 9.73%
dimana bibit yang diperoleh dari bagal, mata ruas tunggal dan mata tunas tunggal.
Varietas PS 862 memiliki rendemen gula yang cukup tinggi juga apabila ditanam
pada lahan sawah, lahan tegalan dan pola keprasan berturut-turut 9.45%, 10.87%,

dan 10.80% (P3GI, 2014).
Tanaman tebu yang diusahakan pada daerah-daerah baru di Sumatera
paling sedikit diserang oleh empat spesies penggerek batang, yaitu : penggerek

batang bergaris Chilo sacchariphagus Bojer, penggerek batang berkilat
Chilo auricilius Dudgeon, penggerek jambon Sesamia inferens Walker,
dan penggerek batang raksasa Phragmatoecia castaneae Hubner. Pada tanaman
tebu yang sudah besar P. castaneae biasanya merupakan spesies yang
dominan. Meskipun telah dikenal mulai dari Eropa sampai Asia Tenggara.
(BPPP, 2007).
Berdasarkan Kepmentan No. 38 / Kpts / HK.060 / 1 / 2006 tanggal 27
Januari 2006, P. castaneae dinyatakan statusnya sebagai OPTK A2. P. castaneae
(Lepidoptera : Cossidae) disebut dengan penggerek batang tebu raksasa (PBR)
yang banyak merusak tanaman tebu di daerah Sumatera Utara dan Sumatera
Barat. Kerugian rendemen gula dari setiap ruas yang terserang berkisar antara
0,75-1,3%. Penggerek ini sering menyerang pucuk tanaman yang menyebabkan
tanaman mati puser sehingga tidak dapat berproduksi (Saragih et al., 1986). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Industri Gula tahun 1977
diperoleh bahwa kerugian hasil akibat serangan penggerek ini mencapai 60%.
Pada tahun 1968 di Johor Baru, penggerek ini memusnahkan tanaman tebu seluas

± 8.222 Ha, dan merupakan hama penting pada pertanaman tebu di PTP
Nusantara II, Sumatera Utara (Purnama, 2001).
Informasi mengenai pembiakan massal P. castaneae di laboratorium masih
sedikit bahkan bisa dikatakan belum ada, terutama dengan pakan buatan.
Keberadaan hama penggerek batang tebu seperti P.castaneae sangat tergantung
pada kondisi di lapangan, hama ini tidak ada terus menerus di lapangan. Ada
banyak faktor pembatas yang dapat menghambat perkembangan P. castaneae di
lapangan seperti adanya parasitoid, iklim makro maupun iklim mikro yang tidak

mendukung dari pertanaman tebu. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu alternatif agar
keberadaan hama ini tetap ada namun dalam keadaan yang tidak merugikan baik
secara ekologis maupun ekonomis untuk menjaga keseimbangan ekosistem di
sekitar pertanaman tebu.
Ada dua jenis pakan yang dapat digunakan untuk membiakkan serangga,
yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pemilihan jenis pakan yang digunakan
dalam pembiakan massal serangga sangat berpengaruh terhadap kebugaran
serangga yang dibiakkan. Oleh karena itu, jenis pakan yang digunakan harus
dipilih seselektif mungkin terutama saat digunakan untuk mempelajari
reproduksi suatu serangga. Pakan buatan dinilai dapat menghasilkan serangga
yang lebih baik kebugarannya dibandingkan dengan menggunakan pakan alami

(Blanco et al., 2008)
Pembiakan massal P. castaneae dalam pakan buatan perlu dilakukan untuk
menguji keefektifan musuh alaminya seperti parasitoid Tumidiclava sp.,
S. inferens

dan Tetrastichus sp. serta dapat digunakan untuk berbagai jenis

penelitian lanjutan.

Selain itu, pembiakan massal P. castaneae juga sangat

bermanfaat sebagai inang dari parasitoid dan memperbanyak parasitoid dari hama
ini serta menjaga ketersediaan inang agar tidak tergantung pada keberadaan hama
di lapangan.
Hingga saat ini, belum ada komposisi pakan buatan yang sesuai untuk
P. castanneae dan pembiakannya pun masih tergantung pada populasi di
lapangan. Dengan adanya pakan buatan, diharapkan mampu menjadi suatu
alternatif untuk mengembangbiakkan P. castanneae karena mengingat hingga
saat ini hama ini masih belum bisa dibiakkan secara massal di laboratorium


khususnya di Balai Riset dan Pengembangan PTPN II Sei. Semayang Sumatera
Utara dan di Indonesia pada umumnya. Hal ini disebabkan penyebaran hama ini
tidak merata di seluruh Indonesia dan hanya terdapat di beberapa daerah saja
seperti Sumatera Utara dan Sumatera Barat serta di beberapa negara di Asia
Tenggara seperti Thailand dan Vietnam.
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian perbanyakan
P. castaneae dengan pakan buatan di laboratorium.
Tujuan penelitian
Mempelajari biologi hama P. castaneae yang diberi beberapa jenis pakan
buatan dan untuk mengetahui potensi pakan buatan.
Hipotesis penelitian
Pakan buatan berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan

P. castaneae di laboratorium. Ada jenis pakan buatan yang terbaik untuk
perbanyakan P. castaneae di laboratorium.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah pengetahuan mengenai pembiakan massal P. castaneae dengan pakan

buatan serta sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.