Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Klien TB Paru di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Salah satu unit pelayanan kesehatan di masyarakat adalah puskesmas (pusat kesehatan masyarakat). Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan untuk meningkatkan upaya pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu (Muninjaya, 1999).

2. Tujuan Puskesmas

Menurut Kep. Menkes RI No. 128 / MENKES / SK / II / 2004 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2010.

Kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta pada hakekatnya mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Kegiatan upaya kesehatan bertujuan untuk dapat menyelesaikan atau

mengurangi masalah di lingkungan kesehatan.

2. Kegiatan upaya kesehatan yang bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat agar dapat hidup sehat.

3. Fungsi Puskesmas

Menurut Azwar (1999) ada 3 fungsi pokok puskesmas, yaitu sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya, membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


(2)

kemampuan hidup sehat, memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Adapun fungsi pokok puskesmas adalah sebagai berikut (Kep. Menkes RI No. 128 / MENKES / SK / II / 2004) : Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat yaitu Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampua melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan ksehatan termasuk sumber pembiayaan, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau program pelaksanaan kesehatan. Dan yang terakhir sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang terdiri dari 1) pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. 2) pelayanan kesehatan masyarakat yaitu Pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

4. Kegiatan Pokok Puskesmas

Puskesmas itu sendiri mempunyai program pokok dan program tambahan, adapun program pokok ada 7 :

1. Promosi kesehatan

• Penyuluhan kesehatan masyarakat • Sosialisasi program kesehatan • Perawatan kesehatan masyarakat


(3)

2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) • Survailens epidemiologi

• Pelacakan kasus : TBC, Kusta, Malaria, Flu Burung, ISPA, dll 3. Program pengobatan

• Rawat jalan poli umum • Rawat jalan poli gigi

• Unit rawat inap (kebidanan dan keperawatan) • Unit Gawat Darurat (UGD)

• Puskesmas keliling 4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

• ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana)

• Persalinan, rujukan ibu hamil resiko tinggi, kemitraan dukun. 5. Upaya peningkatan gizi

• Penimbangan, pelacakan gizi buruk, penyuluhan gizi 6. Kesehatan lingkungan

• Pengawasan saluran pembuangan air limbah, sumber air minum dan jamban

• Survey jentik nyamuk 7. Pencatatan dan pelaporan

• Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas

Adapun program tambahan puskesmas adalah kesehatan mata, kesehatan jiwa, kesehatan lansia, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan sekolah dan kesehatan olahraga. Salah satu penyakit yang tersebut diatas adalah TBC dimana TBC ini termasuk salah satu penyakit menular di masyarakat yang apabila dikaitkan dengan program wajib puskesmas diatas, ada 2 program yang digunakan untuk menangani penyakit TBC tersebut, yaitu dengan program promkes dan program pengobatan.


(4)

5. Program puskesmas terhadap penanggulangan penyakit TB Paru Adapun program puskesmas yang terkait dengan penanggulangan penyakit TB paru adalah :

1. Pencegahan Penyakit Menular (P2M)

Yaitu dengan melakukan survailens epidemiologi dan melakukan pembersihan lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit, terutama penyakit menular seperti TBC, Malaria, Flu Burung, ISPA dll.

2. Promosi kesehatan

Yaitu dengan cara penyuluhan kesehatan kepada masyarakat terkait penyakit TBC dengan memberikan brosur kepada penderita TBC terkait penyakit TBC tersebut.

3. Program pengobatan

Yaitu dengan memberikan pelayanan pengobatan kepada penderita TBC, dengan memberikan langsung obat TBC kepada klien yang bersangkutan serta memberitahukan kepada klien cara mengonsumsi obat tersebut.

4. Upaya peningkatan gizi

Yaitu dengan cara melakukan penimbangan BB kepada klien TBC dan melakukan penyuluhan gizi terkait masalah penyakit TBC tersebut termasuk didalamnya makanan yang dianjurkan dan makanan yang dilarang pada penderita TBC.

5. Kesehatan lingkungan

Mengawasi lingkungan sekitar daerah kerja puskesmas tersebut guna menghindari tejadinya penyakit, misalnya pada klien TBC dianjurkan untuk menjaga lingkungan supaya tetap bersih dan bebas dari sampah.


(5)

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Klien TB paru di Komunitas

1. Konsep dasar oksigenasi

Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas. Di atmosfer gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain

seperti argon dan helium. Pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem hematologi.

A. Sistem pernafasan

Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen masuk melalui organ pernafasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring dan selanjutnya masuk ke organ pernafasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier, terminal bronkiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli. 1. Mekanisme pernafasan

Proses bernafas merupakan proses yang kompleks dan tergantung pada perubahan volume yang terjadi pada rongga toraks dan perubahan tekanan. Adanya perbedaan tekanan yang terjadi mengakibatkan perubahan rongga toraks menjadi lebih besar atau mengecil.

2. Inspirasi

Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli di bawah tekanan atmosfer. Otot yang paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, ketika diafragma berkontraksi bentuknya menjadi datar dan menekan bagian bawahnya yaitu isi abdomen dan


(6)

mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran organ toraks dan paru-paru.

3. Ekspirasi

Selama pernafasan biasa, ekspirasi merupakan proses pasif, tidak ada kontraksi otot aktif. Pada akhir inspirasi, otot-otot ekspirasi relaks, membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk mengisi volume paru. Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfer.

Relaksasi diafragma dan otot intrcosta eksterna mengakibatkan recoil elastis dinding dada dan paru sehingga terjadi peningkatan tekanan alveolus dan menurunkan volume paru. Dengan demikian, udara bergerak dari paru-paru ke atmosfer.

B. Sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler juga berperan dalam poses oksigenasi ke jaringan tubuh, yaitu berperan dalam transfortasi oksigen. Oksigen ditranportasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Aliran darah yang adekuat dapat terjadi apabila fungsi jantung normal, dengan demikian, kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung yang adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan perubahan tekanan darah.

C. Sistem hematologi

Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen. Setelah didifusi dari kapiler pulmonal, oksigen dibawa ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi sistemik. Setiap 100 ml darah yang meninggalkan kapiler alveolus membawa 20 ml oksigen. Molekul oksigen dibawa dalam darah melalui 2 jalur yaitu melalui ikatan dengan hemoglobin sekitar 97% dan larut melalui plasma sekitar 3%.


(7)

Setiap sel darah mempunyai kira-kira 280 juta hemoglobin, sehingga kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen sangat besar. Persentase hemoglobin yang mengandung oksigen disebut saturasi hemoglobin. Jika semua molekul Hb dapat mengikat oksigen maka saturasinya menjadi 100%. Jika rata-rata setiap Hb membawa 2 molekul oksigen, maka saturasinya menjadi 50%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ikatan hemoglobin dengan oksigen di antaranya tekanan parsial oksigen dalam darah, pH darah, temperatur dan aktifitas metabolisme dalam sel darah merah.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi Faktor Fisiologi

1. Menurunnya kapasitas anemia oksigen seperti pada anemia 2. Menurunnya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada

obstruksi saluran nafas bagian atas.

3. Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport oksigen terganggu.

Faktor Perkembangan

1. Bayi prematur disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan 2. Bayi dan toodler adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut 3. Anak usia sekolah dan remaja : resiko infeksi saluran

pernafasan dan merokok

4. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arterosklerosis, elastisitas menurun dan ekspansi paru menurun.

Faktor Perilaku

1. Nutrisi, misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru


(8)

3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner

4. Kecemasan menyebabkan metabolisme meningkat Faktor Lingkungan

1. Tempat kerja (polusi) 2. Temperatur lingkungan

3. Ketinggian tempat dari permukaan laut

2. Konsep TB Paru

TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman tuberculosis (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman ini masuk melalui saluran nafas, saluran pencernaan dan lukan terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi (Price, Sylvia A, 1995).

TB paru disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, kuman ini bersifat tahan asam dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit ( Price, 1995). Faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi olen mycobacterium tuberculosis adalah :

1. Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik

2. Usia : masa baya kemungkinan terinfeksi sangat tinggi

3. Keadaan stress : situasi yang penuh stress (stres emosional, kelelahan yang kronik)

4. Nutrisi : status nutrisi yang kurang 5. Tidak mematuhi aturan pengobatan 6. Infeksi berulang

7. Bahan toksisk,misalnya rokok dan alkohol

Masa inkubasi berkisar antara 4-12 minggu mulai adanya infeksi sampai timbulnya lesi awal. Pada pulmonari progresif dan ekstra


(9)

pulmonari, tuberculosis biasanya memakan waktu yang lebih lama sampai beberapa tahun. (Hiswani, 2001)

Gejala klinis TB paru ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :

1. Gejala sistemik a. Demam

Gejala pertama TB paru, demam ini biasanya terjadi pada sore hari dan malam hari dengan suhu 40oC-41oC

b. Malaise

Rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, lelah, dan siklus haid bisa terganggu.

2. Gejala respiratorik

Batuk disertai sputum lebih dari 3 minggu, sesak nafas, nyeri dada dan terkadang batuk darah.

Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi apakah seseorang menderita TB paru adalah kultur sputum, ziehl nelsheen, test kulit (mantoux test), foto thorax dan pemeriksaan fungsi paru.

Adapun pengobatan yang harus dilakukan yaitu bisa melalui pendidikan kesehatan dan terapi obat-obatan, adapun cara melalui pendidikan kesehatan adalah :

• Isolasi penderita untuk mencegah penyebaran infeksi • Memakan obat dengan teratur

• Meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG pada anak

• Memperbaiki standard hidup dengan cara mengonsumsi makanan sehat, perumahan dengan ventilasi yang baik, istirahat dan tidur yang cukup.


(10)

Terapi obat-obatan :

• Awalnya pengobatan jangka panjang (1,5-2 tahun), suntikan streptomysin INH dan etambutol

• Saat ini : pengobatan jangka pendek ( 6 bulan), dengan penggunaan OAT mengandung rifamfisin, pirazinamid, sebagai panduan terapi awal : INH

• Efektivitas tergantung pada panduan obat, jalan obat dan lamanya

• Kriteria keberhasilan pengobatan : konversi BTA (-) setelah 2 bulan pengobatan.

Tabel obat TB paru

Nama obat Dosis obat perhari Dosis maksimal perhari Rifamfisin 10-20 mg/kg BB 450 mg

INH (isoniazid) 10 mg/kg BB 300 mg Pirazinamide 30-35 mg/kg BB 1500 mg

Streptomisin 20-30 mg/kg BB 750 mg Etambutol 15-20 mg/kg BB 800 mg

3. Strategi DOTS

Merupakan strategi penanggulangan Tuberkulosis di Rumah Sakit melalui pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung. DOTS adalah tempat untuk konsultasi pasien TB. Penanggulangan Tuberkulosis merupakan program nasional yang harus dilaksanakan di seluruh Unit Pelayanan Kesehatan termasuk Rumah Sakit. Khusus bagi pelayanan pasien tuberkulosis di Rumah Sakit dilakukan dengan strategi DOTS. Hal ini memerlukan pengelolaan yang lebih spesifik, karena dibutuhkan kedisplinan dalam penerapan semua standar prosedur operasional yang ditetapkan, disamping itu perlu adanya koordinasi antar unit pelayanan


(11)

dalam bentuk jejaring serta penerapan standar diagnosa dan terapi yang benar, dan dukungan yang kuat dari jajaran direksi rumah sakit berupa komitmen dalam pengelolaan penanggulangan TB. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB.

Upaya penanggulangan TB dimulai pada awal tahun 1990-an WHO dan IUALTD (International Union Against Tb and Lung Diseases) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS, dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost efective). WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam penanggulangan TB sejak tahun 1995. Bank dunia menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Integrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya. Satu studi cost benefit yang dilakukan oleh WHO di indonesia menggambarkan bahwa dengan menggunakan strategi DOTS, setiap dolar yang digunakan untuk membiayai program penanggulangan TB akan menghemat sebesar US$ 55 selama 20 tahun. Strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu:

1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang dengan keterlibatan pimpinan wilayah, TB akan menjadi salah satu prioritas utama dalam program kesehatan

2. Mikroskop

Mikroskop merupakan komponen utama untuk mendiagnosa penyakit TB melalui pemeriksaan dahak langsung pada penderita tersangka TB


(12)

3. Pengawas Minum Obat (PMO)

PMO ini yang akan ikut mengawasi penderita minum obatnya. Keberadaan PMO ini untuk memastikan bahwa penderita betul minum

obatnya dan bisa diharapkan akan sembuh pada masa akhir pengobatannya. PMO haruslah dikenal dan dipercaya oleh penderita maupun oleh petugas kesehatan. Mereka bisa petugas kesehatan sendiri, keluarra, tokoh masyarakat maupun agama.

4. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian dari sistem survailans penyakit TB. Dengan rekam medik yang dicatat dengan baik dan benar akan bisa dipantau kemajuan pengobatan penderita, pemeriksaan follow up, sehingga akhirnya penderita dinyatakan sembuh atau selesai pengobatannya.

5. Panduan OAT jangka pendek

Panduan OAT jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu pengobatan yang tepat sangat penting dalam keberhasilan pengobatan penderita.


(13)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap klien untuk dikaji dan dianalisis, sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut pada fisiologis, psikologis, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. (Bambang, 2009)

Pada tahap pengkajian ini akan dimulai dari pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah yang menyangkut fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual.

Adapun data yang harus dikaji untuk pengumpulan data adalah :

1. Data inti ataupun biodata klien yang bersangkutan yang terdiri dari nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, dan alamat klien

2. Keluhan utama klien saat ini ataupun apa yang dirasakan klien saat dikaji.

3. Riwayat kesehatan keluarga, apakah ada penyakit keturunan dalam keluarga klien.

4. Riwayat kesehatan saat ini, meliputi apa yang sedang dialami klien.

5. Riwayat kesehatan masa lalu meliputi apakah klien pernah menderita penyakit di masa lalu.

6. Riwayat sehari-hari

a. Persepsi klien terhadap sehat sakit b. Kebiasaan klien

c. Pola nutrisi

d. Pola istirahat dan tidur e. Pola eliminasi

f. Kebiasaan olahraga


(14)

7. Riwayat sosial yaitu bagaimana klien berhubungan dengan orang lain dan keluarga sendiri.

8. Riwayat spiritual dan cultural yaitu bagaimana riwayat spiritual dan cultural yang dianut oleh klien.

9. Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum klien, tanda-tanda vital klien, pengkajian pada hidung, pengkajian pada mulut, pengkajian integument, pemeriksaan thoraks atau dada dan pemeriksaan paru. 10.Riwayat terapi meliputi apa saja obat-obatan yang sudah

dikonsumsi oleh klien.

2. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan keluhan yang dirasakan klien secara subjektif dan objektif, dimana data subjektif ini didapatkan perawat dari keluhan yang dirasakan klien pada saat ia sakit.

sedangkan data objektif ini didapatkan perawat dari hasil pengamatan maupun dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap klien seperti pemeriksaan tanda-tanda vital, sehingga dapat diketahui apa masalah kesehatan ataupun masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien pada saat itu.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan analisa data yang diperoleh, maka dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien yang selanjutnya dapat dilakukan intervensi. Namun masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karna itu perawat harus membuat prioritas masalah. (Bambang, 2009)

Dimana kriteria penentuan prioritas masalah keperawatan ini ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Abraham H. Maslow.


(15)

4. Perencanaan

Rencana keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Bambang, 2009). Jadi perencanaan asuhan keperawatan klien disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan harus mencakup elemen-elemen berikut ini :

1. Perumusan tujuan

Perumusan tujuan ini adalah sebagai patokan untuk mencapai hasil yang sudah ditetapkan.

2. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

Adapun langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan antara lain sebagai berikut :

• Identifikasi tindakan alternatif keperawatan

• Tetapkan tekhnik dan prosedur yang akan dilakukan

• Tindakan yang akan dilaksanakan harus memenuhi kebutuhan klien

• Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai • Tindakan harus bersifat realistis

3. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan

Kriteria hasil adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu tujuan dan rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan.


(16)

Asuhan Keperawatan Kasus pada Klien TB Paru di Komunitas 1. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN KASUS:

Seorang klien bernama Tn.R, umur 44 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, suku bangsa Sunda, sehari-hari menggunakan Bahasa Indonesia, pendidikan SMA, profesi sebagai tukang becak, status sudah menikah, alamat jalan Garu 2b Gg. Cempaka Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas.

Saat dikaji klien mengeluh batuk lebih dari 30 hari dan mengeluarkan sputum, batuk dengan rasa panas ditenggorokan, kadang Tn.R mengalami sesak nafas serta nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna merah muda pada batuknya. Selain itu Tn.R mengalami demam pada sore hari dan malam hari disertai dengan keringat malam, anoreksia, penurunan BB serta malaise selama 2 hari sebelum ia berobat.

Tn.R sudah mendapatkan obat TBC dari dokter 2 hari yang lalu, sehari-hari klien bekerja sebagai tukang becak baik siang maupun malam tanpa menggunakan safety yang memadai. Tn.R kadang-kadang batuk ketika bekerja disertai nyeri dada. Tn.R juga merupakan pecandu rokok yang berat, pasien selalu merokok 2 bungkus/hari dan sering jajan sembarangan.

Klien hidup di tempat tinggalnya ada 6 orang yaitu klien sendiri, istrinya, beserta 4 orang anaknya. Rumah pasien tergolong tidak sehat dan sempit, karena berukuran panjang 9 m dan lebar 5 m, jadi luas rumahnya hanya 45m2 saja. Setelah ditanyakan riwayat kesehatan keluarga, klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang menderita TB paru.

Klien terlihat letargi dengan BB klien sekarang 48 kg, TB 162 cm, TD klien saat itu 110/80 mmHg, suhu 38,40C, denyut nadi 71x/menit dan frekuensi nafas 18x/menit. Status gizi klien kurang baik / malnutrisi, mukosa bibir kering, turgor


(17)

kulit baik. Setelah klien berobat 2 hari yang lalu klien diberikan terapi isoniazid, rifamfisin, etambutol, pirazinamid dan disertai dengan multivitamin tambahan.

I. BIODATA

IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn.R

Tempat/ tanggal lahir : Surabaya, 14 Maret 1969 Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tukang Becak

Alamat : Jln. Garu 2b Gg. Cempaka, Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas.

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengeluh batuk lebih dari 30 hari dengan mengeluarkan sputum, batuk dengan rasa panas ditenggorokan, kadang mengalami sesak nafas serta nyeri dada. Setelah lewat 30 hari terdapat darah segar berwarna merah muda pada batuknya. Selain itu klien mengalami demam pada sore hari dan malam hari disertai dengan keringa malam, anoreksia, penurunan BB serta malaise selama 2 hari sebelum ia berobat.

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :

Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan yang diderita keluarganya, dan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit TB paru.


(18)

IV. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI : Klien menderita penyakit TB paru

V. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU :

Klien mengatakan ia tidak pernah menderita penyakit parah dan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit, klien hanya menderita demam-demam biasa saja.

VI. RIWAYAT SEHARI-HARI

a. Persepsi klien terhadap sehat sakit

Klien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya akan dapat segera sembuh, karna ia yakin bahwa obat yang diberikan oleh dokter tersebut bisa menyembuhkan penyakit yang dideritanya.

b. Kebiasaan

Klien sering sekali tidak menggunakan safety yang aman ketika bekerja, sering jajan sembarangan dan merokok sampai 2 bungkus perhari.

c. Pola nutrisi

Klien makan 3 kali sehari dengan porsi yang sedikit dan sering tidak habis, sebab klien tidak begitu selera makan setelah menderita penyakit TB paru tersebut. Klien minum sebanyak 5-6 gelas sehari

d. Pola istirahat atau tidur

Klien tidur ± 7-8 jam/hari dari jam 22.00-06.00 WIB dan sebelum tidur klien mempunyai kebiasaan menonton TV.

e. Pola eliminasi

Klien mengatakan BAB 1-2 kali/hari dan BAK 5-6 kali/hari f. Kebiasaan olahraga


(19)

g. Kemampuan melakukan aktifitas

Klien masih mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa dibantu orang lain, klien masih mampu mencari nafkah dengan bekerja sebaga tukang becak.

h. Rekreasi

Klien mengatakan apabila ada hari libur klien dan keluarganya pergi mengunjungi tempat rekreasi,seperti ke kolam renang.

VII. RIWAYAT SOSIAL :

Klien mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan rumahnya tersebut, seperti perwiritan pada malam rabu. Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik.

VIII. RIWAYAT SPIRITUAL DAN CULTURAL :

Klien melaksanakan sholat 5 waktu di rumah, dan klien sering ke mesjid apabila sholat maghrib serta mengikuti perwiritan yang ada di lingkungan rumahnya.

Klien biasanya suka berkumpul-kumpul dengan tetangganya apabila ada waktu luang, klien lebih senang bersosialisasi daripada di rumah saja.

IX. PEMERIKSAAN FISIK : a. Keadaan umum

Klien tampak lemah, kurus, dan sering batuk-batuk. b. Tanda- tanda vital

TD : 110/80 mmHg suhu : 38,4oC BB : 48 kg RR : 18 x/ menit TB : 161 cm HR : 71 x/ menit c. Pemeriksaan hidung

- Tulang hidung dan septumnasi : normal dengan letak medial - Lubang hidung : simetris


(20)

- Cuping hidung : normal, klien bernafas tidak menggunakan cuping hidung.

d. Mulut

- Keadaan bibir : simetris dengan keadaan mukosa bibir kering - Keadaan gusi dan gigi : normal dan tidak ada pembengkakan - Keadaan lidah : normal

e. Pemeriksaan thoraks atau dada - Bentuk dada : simetris

- Pernafasan : frekuensi bernafas 18x/menit

- Tanda kesulitan bernafas : klien tampak sulit bernafas akibat batuk dan sesak.

f. Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara : normal

- Auskultasi suara nafas : ada suara tambahan yaitu wheezing.

X. RIWAYAT TERAPI

Klien diberikan obat oleh dokter sebanyak 5 macam,yaitu: isoniazid, pirazinamid, etambutol, rifamfisin dan multivitamin tambahan.


(21)

2. ANALISA DATA

No. DATA MASALAH KEPERAWATAN

1. DS : Klien mengatakan sesak dan nyeri dada

DO : Terdengar suara tambahan whezing , klien tampak lemas dan terdapat penarikan intercosta

TTV:

TD : 110/80 mmHg S : 38,40C RR : 18x/menit HR : 71x/menit

Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. DS: Klien mengatakan tidak selera makan dan nafsu makan menurun DO: Klien tampak lemah, kurus dan bibir tampak kering

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

3. DS: Klien mengatakan badan terasa panas

DO: Klien tampak lemah,kulit teraba panas dan mukosa tampak kering TTV:

TD: 110/80 mmHg Suhu : 38,40C RR : 18x/menit HR : 71x/menit


(22)

3. RUMUSAN MASALAH

Masalah Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi 3. Peningkatan suhu tubuh

Diagnosa Keperawatan ( Prioritas)

1. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sputum d/d klien mengatakan sesak dan terdengar suara tambahan wheezing.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake in adekuat d/d nafsu makan klien menurun, klien tampak lemah dan bibir tampak kering.

3. Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d eksotoksin kuman pada saluran nafas dan paru d/d badan klien terasa panas dengan suhu 38,40C, tampak lemas dan mukosa kering.


(23)

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/ tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan 17 Juni 2013

1 Tujuan dan Kriteria Hasil :

Tujuan : Mempertahankan jalan nafas klien tetap efektif

KH : Klien tidak sesak, klien mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan dan tidak terdapat otot intercosta.

Rencana Tindakan Rasional - Observasi fungsi pernafasan

klien

- Kaji suara nafas klien

- Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit TBC, dan bagaimana cara penularannya

- Anjurkan klien posisi semi fowler atau fowler apabila tidur dan anjurkan untuk teknik nafas dalam

- Anjurkan klien untuk intake cairan minimal 2500ml per hari

- Kaji kemampuan klien untuk mengeluarkan sekret, batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptosis

- Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis

- Wheezing menunjukkan adanya penyempitan jalan nafas

- Klien mengerti tentang penyakit TBC dan cara penularan ke orang lain

- Posisi membantu mamaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan

- Membantu mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan

- Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronkial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut


(24)

5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Selasa

18 Juni 2013

Rabu 19 juni 2013

1

1

1. Mengkaji fungsi pernafasan klien. 2. Mengkaji suara nafas klien.

3. Mengkaji kemampuan klien untuk mengeluarkan sekret, batuk efektif, jumlah sputum dan adanya hemoptosis.

4. Memberitahu kepada klien supaya menghindari pemakaian alat makan secara bersamaan dan jangan batuk serta mengeluarkan sputum di sembarang tempat. 5. Menganjurkan klien untuk melakukan posisi

fowler atau semi fowler apabila tidur dan menganjurkan untuk tekhnik nafas dalam. 6. Memberitahu kepada keluarga supaya tidak

memakai alat makan secara bersamaan dengan Tn.R

1. Mengkaji fungsi pernafasan klien 2. Mengkaji suara nafas klien

3. Menganjurkan klien untuk intake cairan minimal 2500 ml perhari

4. Menganjurkan keluarga untuk mengawasi klien dalam hal mengonsumsi obat.

5. Menganjurkan klien untuk berhenti merokok serta menjelaskan bahaya merokok terhadap kesehatan.


(25)

Kamis 20 juni 2013

1 1. Mengkaji fungsi pernafasan klien 2. Mengakaji suara nafas klien

3. Menganjurkan klien untuk memakai safety yang aman guna untuk menghindari infeksi kepada orang lain

4. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai TBC, menjelaskan defenisi, penyebab, tanda dan gejala, serta cara penularannya

5. Menganjurkan klien untuk mengonsumsi makanan bergizi

6. Memberitahu kepada klien bahwasanya jangan sampai putus obat sebelum waktu yang

ditentukan serta menjelaskan bahaya apabila putus obat.

6. EVALUASI HASIL

No. Dx. Kep Hari/tanggal Evaluasi

1 1 Jum’at

21 Juni 2012

Bersihan jalan nafas klien sudah mulai efektif ditandai dengan sesak yang dirasakan klien semakin hari semakin berkurang, dan bunyi whezing sudah tidak terdengar lagi, masalah teratasi sebagian dan intervensi dihentikan.


(1)

- Cuping hidung : normal, klien bernafas tidak menggunakan cuping hidung.

d. Mulut

- Keadaan bibir : simetris dengan keadaan mukosa bibir kering - Keadaan gusi dan gigi : normal dan tidak ada pembengkakan - Keadaan lidah : normal

e. Pemeriksaan thoraks atau dada - Bentuk dada : simetris

- Pernafasan : frekuensi bernafas 18x/menit

- Tanda kesulitan bernafas : klien tampak sulit bernafas akibat batuk dan sesak.

f. Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara : normal

- Auskultasi suara nafas : ada suara tambahan yaitu wheezing.

X. RIWAYAT TERAPI

Klien diberikan obat oleh dokter sebanyak 5 macam,yaitu: isoniazid, pirazinamid, etambutol, rifamfisin dan multivitamin tambahan.


(2)

2. ANALISA DATA

No. DATA MASALAH KEPERAWATAN

1. DS : Klien mengatakan sesak dan nyeri dada

DO : Terdengar suara tambahan whezing , klien tampak lemas dan terdapat penarikan intercosta

TTV:

TD : 110/80 mmHg S : 38,40C RR : 18x/menit HR : 71x/menit

Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. DS: Klien mengatakan tidak selera makan dan nafsu makan menurun DO: Klien tampak lemah, kurus dan bibir tampak kering

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

3. DS: Klien mengatakan badan terasa panas

DO: Klien tampak lemah,kulit teraba panas dan mukosa tampak kering TTV:

TD: 110/80 mmHg Suhu : 38,40C RR : 18x/menit HR : 71x/menit


(3)

3. RUMUSAN MASALAH

Masalah Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi 3. Peningkatan suhu tubuh

Diagnosa Keperawatan ( Prioritas)

1. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sputum d/d klien mengatakan sesak dan terdengar suara tambahan wheezing.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake in adekuat d/d nafsu makan klien menurun, klien tampak lemah dan bibir tampak kering.

3. Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d eksotoksin kuman pada saluran nafas dan paru d/d badan klien terasa panas dengan suhu 38,40C, tampak lemas dan mukosa kering.


(4)

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/ tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan 17 Juni 2013

1 Tujuan dan Kriteria Hasil :

Tujuan : Mempertahankan jalan nafas klien tetap efektif

KH : Klien tidak sesak, klien mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan dan tidak terdapat otot intercosta.

Rencana Tindakan Rasional

- Observasi fungsi pernafasan klien

- Kaji suara nafas klien

- Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit TBC, dan bagaimana cara penularannya

- Anjurkan klien posisi semi fowler atau fowler apabila tidur dan anjurkan untuk teknik nafas dalam

- Anjurkan klien untuk intake cairan minimal 2500ml per hari

- Kaji kemampuan klien untuk mengeluarkan sekret, batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptosis

- Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis

- Wheezing menunjukkan adanya penyempitan jalan nafas

- Klien mengerti tentang penyakit TBC dan cara penularan ke orang lain

- Posisi membantu mamaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan

- Membantu mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan

- Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronkial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut


(5)

5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan

Selasa 18 Juni 2013

Rabu 19 juni 2013

1

1

1. Mengkaji fungsi pernafasan klien. 2. Mengkaji suara nafas klien.

3. Mengkaji kemampuan klien untuk mengeluarkan sekret, batuk efektif, jumlah sputum dan adanya hemoptosis.

4. Memberitahu kepada klien supaya menghindari pemakaian alat makan secara bersamaan dan jangan batuk serta mengeluarkan sputum di sembarang tempat. 5. Menganjurkan klien untuk melakukan posisi

fowler atau semi fowler apabila tidur dan menganjurkan untuk tekhnik nafas dalam. 6. Memberitahu kepada keluarga supaya tidak

memakai alat makan secara bersamaan dengan Tn.R

1. Mengkaji fungsi pernafasan klien 2. Mengkaji suara nafas klien

3. Menganjurkan klien untuk intake cairan minimal 2500 ml perhari

4. Menganjurkan keluarga untuk mengawasi klien dalam hal mengonsumsi obat.

5. Menganjurkan klien untuk berhenti merokok serta menjelaskan bahaya merokok terhadap kesehatan.


(6)

Kamis 20 juni 2013

1 1. Mengkaji fungsi pernafasan klien 2. Mengakaji suara nafas klien

3. Menganjurkan klien untuk memakai safety yang aman guna untuk menghindari infeksi kepada orang lain

4. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai TBC, menjelaskan defenisi, penyebab, tanda dan gejala, serta cara penularannya

5. Menganjurkan klien untuk mengonsumsi makanan bergizi

6. Memberitahu kepada klien bahwasanya jangan sampai putus obat sebelum waktu yang

ditentukan serta menjelaskan bahaya apabila putus obat.

6. EVALUASI HASIL

No. Dx. Kep Hari/tanggal Evaluasi

1 1 Jum’at

21 Juni 2012

Bersihan jalan nafas klien sudah mulai efektif ditandai dengan sesak yang dirasakan klien semakin hari semakin berkurang, dan bunyi whezing sudah tidak terdengar lagi, masalah teratasi sebagian dan intervensi dihentikan.