Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film (Analisis Resepsi Interpretasi Penonton Terhadap Pluralisme Dalam Film

ABSTRAK

Hadirnya film Cin(T)a pada tahun 2009 yang mengangkat cerita tentang
percintaan dua muda mudi yang berasal dari keluarga dengan budaya dan
keyakinan berbeda, menimbulkan banyak pro dan kontra di masyarakat. Film
indie garapan Sammaria Simanjuntak ini dianggap menghidupkan kembali
wacana pluralisme setelah MUI (Majelis Ulama Indonesia) memberikan fatwa
haram pada tahun 2005. Adegan yang dimunculkan dalam film Cin(T)a
menghadirkan gambaran unik seputar perbedaan dua tokohnya yang mewakili
kelompok mayoritas dan minoritas di Indonesia, serta dikemas dengan dialog
yang santai tanpa konflik, namun sarat akan makna.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana interpretasi penonton
mengenai pluralisme yang ditampilkan dalam film Cin(T)a. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis resepsi.
Teori dasar yang digunakan adalah teori encoding-decoding yang dikemukakan
oleh Stuart Hall tentang bagaimana khalayak memproduksi sebuah pesan dari
suatu teks media. Proses tersebut akan menghasilkan makna yang tidak selalu
sama karena dipengaruhi oleh kapasitas setiap penonton. Data diperoleh dari
wawancara mendalam terhadap lima informan dengan latar belakang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan film Cin(T)a dimaknai oleh informan
sebagai film yang menampilkan fenomena keragaman dan kemajemukan di

Indonesia. Selain itu film ini juga mencoba menyampaikan pesan pluralisme serta
toleransi melalui adegan dan dialog di dalamnya. Dalam proses konsumsi dan
produksi makna terhadap film Cin(T)a, perbedaan latar belakang agama, sosial
budaya, dan pengalaman informan menjadi faktor yang penting yang
membedakan pemaknaan mereka.
Kata kunci: Pluralisme, Keragaman, Kemajemukan, Toleransi

vi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Film Cin(T)a was launched on 2009, tells about the romance between two
youths with different cultures and beliefs. This film raised a lot of pros and cons
in public. This indie movie which filmed by Sammaria Simanjuntak, considered
reviving the issue of pluralism after the MUI (Indonesian Ulama Council) gave
haram fatwa in 2005. The scenes in film Cin(T)a present a unique overview about
the differences between two characters who represent the majority and minority
groups in Indonesia, and are packed with casual dialogues without conflict, but

full of meanings.
The aims of this research is to see how the audiences interpretation of
pluralism that they watched in film Cin(T)a. The Method used in this research is
qualitative method, using analysis reception stated by Stuart Hall about how
audiences produces a message from a media text. This process will produce
different meaning, influenced by the capacity of each audience. Data is obtained
from in-depth interview with five informants with different backgrounds.
The result showed that informants concluded film Cin(T)a as film which
raised up the phenomenon of diversity and plurality in Indonesia. In addition the
film also tried to convey the message of pluralism and tolerance through scenes
and dialogue in it. When produces the meaning of film Cin(T)a, differences in
religious background, socio-cultural, and the experience of informants becomes
an important factor that distinguishes their meaning.
Keyword: Pluralism, Diversity, Plurality, Tolerance

vii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara