Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (Studi di Desa Makmur Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas itu
misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Dari sisi bidang yang yang harus dibangun juga memiliki
aspekkehidupan yang sangat luas. Aspek kehidupan itu mencakup kehidupan politik,
ekonomi,sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Dalam manajemen
pemerintahan yang otoriter yang sentralistis, dalam realitas masyarakat lebih
diposisikan sebagai obyek pembangunan. Ketika kini pemerintahan yang demokratis
yang hendak dikembangkan,maka ada perubahan posisi masyarakat yang semula
lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan.
Memposisikan masyarakat sebagai subyek dalam pembangunan agar bersifat efektif
perlu dicarikan berbagai alternatif strategi pemberdayaan masyarakat. Pilihan strategi
yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.
Makalah ini lebih memfokuskan pada paparan tawaran berbagai strategi
pemberdayaan masyarakat.
Pemerintah Desa untuk lebih memberdayakan masyarakat dan mengoptimalkan
sumberdaya yang yang ada baik itu sumberdaya dari desa sendiri maupun dari luar.
Salah satu sumberdaya dari luar desa adalah alokasi dana dari Pemerintah Daerah
dalam ujud Alokasi Dana Desa. Alokasi Dana desa mengandung makna bahwa desa

memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai dengan
kewenangan asli maupun yang diberikan, yang menyangkut peranan pemerintah desa
12

Universitas Sumatera Utara

sebagai penyelenggara pelayanan publik di desa dan sebagai pendamping dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang melibatkan
masyarakat di tingkat desa. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, pemerintah
desa memiliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan
dalam mendukung proses pelaksanaan pembangunan di setiap desa adalah adanya
kepastian keuangan untuk pembiayaannya. (Siti M, 2009 : 2 )
Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Pasal 1 Ayat (3), (5),(6),(7),(8),(9) Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
dengan:
(3). Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
(5).Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(6).Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(7).Desentralisasi adalah penyerahanwewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
13

Universitas Sumatera Utara

(8).Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal
di wilayah tertentu.
(9). Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau
desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari
pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
(12). Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam maksud dari Undang-Undang tersebut maka daerah diberi keleluasaan
untuk menekankan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan,
keadilan serta dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. UndangUndang ini sebagai landasan hukum bagi tiap daerah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat.
Masyarakat diberi peran yang lebih besar dalam pembangunan daerah. Selain
itu masyarakat dituntut berkreativitas dan berinovasi dalam mengelola potensi daerah
serta

memprakarsai

pembangunan

daerah.

(F.Desa,2007:3)


Sejalan dengan perkembangan kemampuan rakyat dalam pembangunan dan
berkurangnya campur tangan pemerintah pusat terhadap daerah, maka pembangunan
seharusnya diarahkan untuk merubah kehidupan rakyat menjadi lebih baik.
14

Universitas Sumatera Utara

Perencanaan dan implementasi pembangunan seharusnya merupakan usaha untuk
memberdayakan rakyat sehingga mereka mempunyai akses terhadap sumber-sumber
ekonomi. Model pembangunan yang melibatkan masyarakat dapat juga disebut
dengan model pembangunan partisipatif. Pelaksanaan pembangunan partisipatif
merupakan konsekuensi logis dari tuntutan reformasi dan keterbukaan yang
diinginkan oleh masyarakat sejak tumbangnya rejim orde baru, yang juga didukung
oleh prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang tertuang dalam UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengamanatkan pentingnya
dilaksanakan

otonomi


daerah,

demokratisasi,

partisipasi

masyarakat

serta

desentralisasi kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan
di tingkat daerah. (F.Desa,2007 : 4 )
Oleh karena itu diperlukan upaya penguatan perdesaan yang menempatkan desa
sebagai basis desentralisasi. Hal ini penting karena tiga alasan, yaitu :
1. Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di dalam komunitas pedesaan.
2. Komunitas pedesaan itu terkelompok ke dalam satuan masyarakat hukum yang
memiliki pemerintahan yang otonom.
3.Desentralisasi di tingkat desa akan meningkatkan fungsi pemerintahan sesuai
dengan kebutuhan masyarakatnya.
Meskipun Desa seharusnya menjadi basis desentralisasi dan mampu

menjalankan peran sebagai self governing community, kebanyakan Desa menghadapi
masalah yang akut. Pertama : Desa memiliki APBDES yang kecil dan sumber
pendapatannya sangat tergantung pada bantuan yang sangat kecil pula. Kedua :
Kesejahteraan masyarakat desa rendah sehingga susah bagi Desa mempunyai
15

Universitas Sumatera Utara

Pendapatan Asli Desa (PADes) yang tinggi. Ketiga : Masalah itu diikuti oleh
rendahnya Dana Operasional Desa untuk menjalankan pelayanan. Keempat : Tidak
kalah penting bahwa banyak program pembangunan masuk ke desa, tetapi hanya
dikelola oleh Dinas. Program semacam itu mendulang kritikan bahwa program
tersebut tidak memberikan akses pembelajaran bagi Desa dan program itu bersifat top
down sehingga tidak sejalan dengan kebutuhan Desa dan masyarakatnya.
Dalam

penggunaan

Alokasi


perencanaan,pelaksanaan,pengawasan,

Dana
dan

Desa,

memerlukan

pertanggungjawaban

adanya
terhadap

penggunaannya. Perencanaan pembangunan desa tidak terlepas dari perencanaan
pembangunan dari kabupaten atau kota, sehingga perencanaan yang dibuat tersebut
bisa tetap selaras. Pelaksanaan pembangunan desa harus sesuai dengan yang telah
direncanakan

dalam


proses

perencanaan

dan

masyarakat,

bersama

aparat

pemerintahan juga berhak mengetahui dan melakukan pengawasan terhadap jalannya
pembangunan desa Alokasi Dana Desa harus digunakan dan di alokasikan
sebagaimana mestinya sesuai dengan undang-undang dan ketentuan yang berlaku
yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia. (S. Ainul, 2009 : 3)
Namun

dalam


penggunaan

alokasi

dana

desa

ini

rawan

terhadap

penyelewengan yang dilakukan oleh pihak–pihakyang dipercaya untuk mengelola
Alokasi Dana Desa. Selain diperlukan adanya peningkatan kinerja aparatur
pemerintaha desa dan Badan Pengawas Desa, jugadibutuhkan adanya peran dari
masyarakat untuk ikut dalam mengawasi penggunaan anggaran yang didapat dari
pemerintah pusat.


16

Universitas Sumatera Utara

Turunnya berbagai bantuan tersebut belum ditindak lanjuti dengan manajemen
program yang tepat. Untuk menciptakan keberdayaan dan kemandirian masyarakat,
tidak cukup dengan stimulan dana saja. Semestinya stimulan dana tersebut dibarengi
dengan kemampuan manajemen dan pengorganisasian yang baik. kelemahan yang
perlu dikoreksi secara mendasar seperti :
1. Pemberdayaan yang berindikasi KKN.
2. Masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi makro
3. Kebijakan yang terpusat.
4. Lebih bersifat karikatif.
5. Memposisikan masyarakat sebagai obyek.
6. Cara pandang kemiskinan yang diorientasikan pada ekonomi.
7. Bersifat sektoral.
8. Kurang terintegrasi.
9.


Tidak

berkelanjutan

atau

mengesampingkan

faktor/daya

dukung

lingkungan.
Gerakan pembangunan selama ini sering kali bias kepentingan politik. Atmosfir
semacam itu berdampak pada pelayanan publik yang tidak merata. Ada desa yang
selalu mengalir dengan lancar proyek-proyek dari tahun ke tahun, atau bahkan bisa
bertumpuk beberapa proyek secara bersamaan, namun ada desa yang sama sekali
tidak pernah tersentuh proyek tersebut.
Kondisi semacam ini di samping menciptakan kecemburuan antar masyarakat
juga membangun rasa enggan, apatis, bahkan kebencian pada pemerintah bagi desa

17

Universitas Sumatera Utara

yang tidak pernah kebagian proyek tersebut. Selain itu, beban pembangunan bisa
dikatakan lebih besar di kota daripada desa. (F.Desa,2007:2).
Alokasi Dana Desa dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintahan
Desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa. Sedangkan tujuan dari Alokasi Dana Desa adalah:
1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan
pelayanan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa
sesuai kewenangannya.
2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara parti
sipatif sesuai dengan potensi desa.
3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat desa.
4. Mendorong peningkatan swadaya gotong-royong masyarakat desa.
Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten
untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang diterima oleh kabupaten. Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan
stimulus bagi kemandirian masyarakat desa dalam melakukan pembangunan di
wilayahnya. Berdasarakan latar belakang yang telah dijelaskan diatas bermaksud
untuk meneliti mengenai pemerdayaan masyarakat tentang alokasi dana desa, maka
peneliti memberi judul “ Pemberdayaan

Masyarakat Dalam Pemanfaatan

Alokasi Dana Desa (Studi di desa Makmur Jaya Kecamatan Bagan Sinembah
Kabupaten Rokan Hilir)’’
18

Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemerdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Alokasi Dana
Desa?
2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pemerdayaan
masyarakat dalam pemerdayaan Alokasi Dana Desa di Desa Makmur Jaya
Kecamatan Bagan Rokan Hilir, Riau ?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada topik penelitian dan permasalahan yang diajukan diatas, meka
tujuan hendak dicapai pada penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui pemberdayaan pemanfaatan dalam Alokasi Dana Desa.
2. Untuk

mengetahui

faktor

yang

mendukung

dan

menghambat

pemberdayaan masyarakat dalam pemberdayaan Alokasi Dana Desa di
Desa Makmur Jaya kecamatan Bagan Sinembeh Kabuppaten. Riau.
3. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pemanfaatan Alokasi Dana Desa
D. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan penelitian yang dilakukan ini, maka manfaat dan
hasil yang diharapkan dari penelitian ini, selain dapat berguna bagi diri peneliti
sendiri, juga diharapakan berguna bagi penelitian, kebijakan publik dan ilmu
pengetahuan, yang di uraikan dibawah ini :
a. Sebagai Subjektif
Khusus bagi Derah Kecamatan Rokan Hilir, Desa Makmur Jaya Diharapkan
dapat menajadi masukan dan sekaligus evaluasi terhadap pemerdayaan
masyarakat dalam pemanfaatan Alokasi Dana Desa di Desa Makmur Jaya.
19

Universitas Sumatera Utara

b. Manfaat secara ilmiah
Penelitian yang diangkat dapat menjadi informasi dan dokumen-dokumen
awal untuk pengenalan Tentang Pemerdayaan Alokasi Dana Desa secara
Umun dan kebenarannya.
c. Manfaat Secara Akademisi
Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dan akademisi lain untuk
memahami masalah dalam Pemerdayaan Alokasi Dana Desa
E. Kerangka Teori
Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang
berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan
mengorganisasi pengetahuan tentang dunia. (HR.Otje, 2005 : 2) untuk menjawab
pertanyaan yang ada dalam perumusan masalah maka diperlukan pendekatan teoritis
tentang Pemerdayaan Alokasi Dana Desa.
Dalam melakukan penelitinan pemikiran maka teori yang di gunakan dalam
menyusun toeri yang berhubungan erat dengan penelitian dan berhubungan dengan
penelitian yang membantu dan diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan
tepat dalam permasalahan yang akan yang diteliti : Adapun kerangka teori yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Pemberdayaan Masyarakat Desa
a. Pengertian Pemberdayaan
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti
kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka pemberdayaan
dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh
20

Universitas Sumatera Utara

daya atau kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya/ kekuatan/
kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum
berdaya. Pengertian “proses” menunjukan pada serangkaian tindakan atau langkahlangkah yang dilakukan secara kronologis sitematis yang mencerminkan pertahapan
upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan.
Proses akan merujuk pada suatu tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk
mengubah kondisi masyarakat yang lemah, baik knowledge, attitude, maupun
practice (KAP) menuju pada penguasaan pengetahuan, sikap-perilaku sadar dan
kecakapan-keterampilan yang baik.
Makna “memperoleh” daya atau kekuatan atau kemampuan menunjuk pada
sumber inisiatif dalam rangka mendapatkan atau meningkatkan daya, kekuatan atau
kemampuan sehingga memiliki keberdayaan. Kata “memperoleh” mengindikasikan
bahwa yang menjadi sumber inisiatif untuk berdaya berasal dari masyarakat itu
sendiri. Dengan demikian masyarakat yang mencari, mengusahakan, melakukan,
menciptakan situasi atau meminta pada pihak lain untuk memberikan daya/ kekuatan/
kemampuan. Iklim seperti ini hanya akan tercipta jika masyarakat tersebut menyadari
ketidakmampuan atau ketidakberdayaan atau tidak adanya kekuatan, dan sekaligus
disertai dengan kesadaran akan perlunya memperoleh daya atau kemampuan atau
kekuatan.
Makna kata “pemberian” menunjukkan bahwa sumber inisiatif bukan dari
masyarakat. Insisatif untuk mengalihkan daya atau kemampuan/ kekuatan, adalah
pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan kemampuan, misalnya pemerintah atau
agen-agen lainnya. Senada dengan pengertian ini Prijono & Pranarka (1996: 77)
21

Universitas Sumatera Utara

menyatakan bahwa: pemberdayaan mengandung dua arti. Pengertian yang pertama
adalah to give power or authority, pengertian kedua to give ability to or enable.
Pemaknaan pengertian pertama meliputi memberikan kekuasaan, mengalihkan
kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang atau belum
berdaya. Di sisi lain pemaknaan pengertian kedua adalah memberikan kemampuan
atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihak lain untuk melakukan
sesuatu. Berbeda dengan pendapat Pranarka, Sumodiningrat (Sumodiningrat, 2000
dalam Ambar Teguh, 2004: 78-79) menyampaikan: pemberdayaan sebenarnya
merupakan istilah yang khas Indonesia daripada Barat. Di barat istilah tersebut
diterjemahkan sebagai empowerment, dan istilah itu benar tapi tidak tepat.
Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi “daya” bukan “kekuasaan”
daripada “ pemberdayaan” itu sendiri. Barangkali istilah yang paling tepat adalah
“energize” atau katakan memberi “energi” pemberdayaan adalah pemberian energi
agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara mandiri. Bertolak pada kedua
pendapat diatas dapat dipahami bahwa untuk konteks barat apa yang disebut dengan
empowerment lebih merupakan pemberian kekuasaan daripada pemberian daya.
Pengertian tersebut sangat wajar terbentuk, mengingat lahirnya konsep pemberdayaan
di barat merupakan suatau reaksi atau pergulatan kekuasaan, sedangkan dalam
konteks Indonesia apa yang disebut dengan pemberdayaan merupakan suatu usaha
untuk memberikan daya, atau meningkatkan daya (Tri Winarni, 1998: 75-76).
Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat, Winarni
mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal yaitu

22

Universitas Sumatera Utara

pengembangan, (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), terciptanya
kemandirian (Tri Winarni, 1998: 75).
Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Logika ini didasarkan
pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa memiliki daya.
Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang mereka tidak
menyadari atau daya tersebut masih belum diketahui secara eksplisit. Oleh karena itu
daya harus digali dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini berkembang maka
pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong,
memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya
untuk mengembangkannya. Di samping itu hendaknya pemberdayaan jangan
menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan (charity), pemberdayaan
sebaliknya harus mengantarkan pada proses kemandirian. (Tri Winari, 1998: 76).
Akar pemahaman yang diperoleh dalam diskursus ini adalah:
1. Daya dipahami sebagai suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh
masyarakat, supaya mereka dapat melakukan sesuatu (pembangunan) secara
mandiri.
2. Pemberdayaan merupakan suatu proses bertahap yang harus dilakukan dalam
rangka memperoleh serta meningkatkan daya sehingga masyarakat mampu
mandiri (Tri Winarni, 1998: 76). Pemberdayaan memiliki makna
membangkitkan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan
masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan
mereka (Suparjan dan Hempri, 2003: 43).
23

Universitas Sumatera Utara

Konsep utama yang terkandung dalam pemberdayaan adalah bagaimana
memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah
kehidupan dalam komunitasnya. Pemberdayaan memberikan tekanan pada otonom
pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat. Penerapan aspek demokrasi
dan partisipasi dengan titik fokus pada lokalitas akan menjadi landasan bagi upaya
penguatan potensi lokal. Pada aras ini pemberdayaan masyarakat juga difokuskan
pada penguatan individu anggota masyarakat beserta pranata-pranatanya. Pendekatan
utama dalam konsep pemberdayaan ini adalah menempatkan masyarakat tidak
sekedar sebagai obyek melainkan juga sebagai subyek.
Konteks pemberdayaan, sebenarnya terkandung unsur partisipasi yaitu
bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, dan hak untuk
menikmati hasil pembangunan. Pemberdayaan mementingkan adanya pengakuan
subyek akan kemampuan atau daya (power) yang dimiliki obyek. Secara garis besar,
proses ini melihat pentingnya proses ini melihat pentingnya mengalihfungsikan
individu yang tadinya obyek menjadi subyek (Suparjan dan Hempri, 2003: 44).
Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai tindakan pemberkuasaan rakyat
agar mereka mampu secara mandiri “menguasai sumberdaya yang menjadi milik atau
haknya

untuk

digunakan

mensejahterakan

hidupnya.Intisari

pemberdayaan

masyarakat adalah menciptakan aturan main pembangunan desa yang mengutamakan,
mengedepankan bahkan melindungi otonomi masyarakat dalam pengambilan
keputusan terhadap aset-aset pembangunan desa. Praktek pemberdayaan masyarakat
diarahkan untuk memberikan jaminan masyarakat desa mampu mengelola secara
mandiri perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan pembangunan
24

Universitas Sumatera Utara

desa beserta pendayagunaan hasil-hasil pembangunan desa yang semuanya itu
dilakukan secara mandiri.Musyawarah desa ataau musyawarah antar desa merupakan
ruang publik politik untuk pengambilan keputusan kebijakan publik yang
partisipatifPengembangan kapasitas desa melalui penyediaan tenaga pendamping dan
pelatihan-pelatihan secara berkelanjutan. (B.Budiman,2014:3).
b. Tahap-Tahap Pemberdayaan
Menurut Sumodiningrat pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan
sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, meski dari jauh di jaga agar tidak
jatuh lagi (Sumodiningrat, 2000 dalam Ambar Teguh, 2004: 82). Dilihat dari
pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar hingga
mencapai status mandiri, meskipun demikian dalam rangka mencapai kemandirian
tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus
menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi. Sebagaimana disampaikan
dimuka bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan
berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:
1. Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri.
2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan
pada kemandirian (Ambar Teguh, 2004: 83)
25

Universitas Sumatera Utara

c. Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu system yang meliputi unit biofisik para individu
yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periode waktu
tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam
kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi (F Znaniecki:
1950,145).
W.F Connel (1972: 68-69) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah :
a) Suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai
kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang di
organisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintangan
kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis
tertentu,
b) Kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai
turun temurun dan mensosialkan anggota-anggotanya melalui pendidikan.
c) Seorang yang mempunyai system kekerabatan yang terorganisasi yang
mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang
terorganisasi.
Masyarakat menurut Syafrudin ( 2009 : 1)
1. Kesatuan

hidup

manusia

yang

berinteraksi

menurut

adat

yang

berkesinambungan, terikat rasa identitas diri
2. Sekelompok orang yang memiliki ikatan tertentu, saling berinteraksi dan
mempunyai masalah-masalah umum.

26

Universitas Sumatera Utara

3. Kelompok social yang ditentukan oleh kawasan geografi, nilai, dan interest
umum, setiap anggota saling mengenal dan berinteraksi satu sama lain
d. Pemberdayaan Masyarakat
Dinamika perubahan dan pembangunan senantiasa membawa aspirasi dan
tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan yang lebih baik.
aspirasi dan tuntutan masyarakat tersebut dilandasi oleh hasrat untuk lebih berperan
serta dalam mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan berdasarkan keadilan.
dalam pembangunan yang makin kompleks, masyarakat perlu diberikan rangsangan
untuk ikut memikirkan masalah-masalah pembangunan yang dihadapi dan turut
merumuskan jalan pemecahannya, sehingga peran serta masyarakat yang aktif akan
lebih menumbuhkan kebersamaan dan berimplikasi pada percepatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. upaya memberdayakan
masyarakat, diperlukan kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan dan
kebersamaan dari pihak yang sudah maju kepada pihak yang belum berkembang.
dalam konteks ini, sumodiningrat (1996) mengemukakan bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan suatu proses perubahan dari ketergantungan menuju pada
kemandirian. berbagai pandangan yang berkembang dalam teori pembangunan, baik
dibidang ekonomi maupun administrasi, menempatkan masyarakat sebagai pusat
perhatian dan sasaran sekaligus pelaku utama pembangunan, atau dengan kata lain
masyarakat tidak hanya merupakan obyek, tetapi sebagai subyek pembangunan.
pandangan ini muncul sebagai tanggapan atas terjadinya kesenjangan seiring dengan
pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.

27

Universitas Sumatera Utara

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu usaha yang memungkinkan suatu
kelompok (baca : masyarakat) mampu bertahan (survive) dan dalam pengertian yang
dinamis mengembangkan diri dalam rangka mencapai tujuan bersama. dalam
kerangka pemikiran ini, upaya memberdayakan masyarakat dapat dilakukan melalui 3
(tiga) dimensi, yakni :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang. titik tolak dari pemikiran ini adalah pemahaman bahwa setiap
manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
pemberdayaan dalam konteks ini diartikan sebagai upaya untuk membangun
potensi itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki oleh masyarakat serta berupaya untuk
mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering),
sehingga diperlukan langkah-langkah yang lebih positif dan nyata,
penyesiaan berbagai masukkan serta pembukaan berbagai akses kepada
berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya
dalam memanfaatkan peluang.
3. Melindungi, yakni dalam proses pemberdayaan harus dapat dicegah yang
lemah menjadi bertambah lemah.
Dimensi diatas sejalan dengan pemikiran pranarka dan moeljarto (1996) yang
menempatkan manusia atau masyarakat sebagai subyek (pelaku) sehingga
memunculkan makna : pertama, proses pemberdayaan menekankan pada proses

28

Universitas Sumatera Utara

memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan
kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. proses ini dapat pula
dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan
kemandirian masyarakat melalui organisasi. kecenderungan dalam proses itu dapat
disebut

sebagai

kecenderungan

primer

dari

makna

pemberdayaan.

kedua, proses pemberdayaan menekankan pada upaya untuk menstimulasi,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan
untuk menemukan apa yang menjadi pilihan hidupnya, melalui proses dialog,
sehingga kecenderungan ini dapat dipahami sebagai kecenderungan yang bersifat
sekunder. seiring dengan itu, friedmann (1992; 32-33) mengemukakan bahwa
masyarakat menempatkan (3) tiga kekuatan sebagai sumber utama pemberdayaan,
yakni sosial, politik dan psikologis. kekuatan sosial menyangkut akses terhadap
dasar-dasar produksi tertentu suatu masyarakat, misalnya informasi, pengetahuan dan
keterampilan, partisipasi dalam organisasi sosial, dan sumber-sumber keuangan.
apabila ekonomi masyarakat tersebut meningkat aksesnya pada dasar-dasar produksi
diatas, maka kemampuannya dalam menentukan dan mencapai tujuannya juga
meningkat.
Peningkatan kekuatan sosial dapat dimengerti sebagai suatu peningkatan
akses masyarakat terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka. kekuatan politik
meliputi akses setiap anggota keluarga terhadap proses pembuatan keputusan,
terutama keputusan yang mempengaruhi masa depan mereka sendiri. kekuatan politik
bukan hanya kekuatan untuk memberikan suara, tetapi juga kekuatan untuk menjadi
vokal dan bertindak secara kolektif. pengaruh politik pada yang efektif akan tampak
29

Universitas Sumatera Utara

tidak hanya pada waktu suara-suara individu “meninggi” sebagai pengaruh dari
partisipasi individu terhadap basis lokal maupun personal, melainkan juga pada saat
suara tersebut didengungkan bersama-sama dengan suara-suara asosiasi-asosiasi
politik yang lebih luas, misalnya partai, gerakan sosial, atau kelompok yang
berkepentingan.
Selain kedua kekuatan yang dikemukakan diatas, masyarakat juga
mengandalkan eksistensinya dengan kekuatan psikologis. kekuatan psikologis
digambarkan sebagai rasa potensi individu (individual sense of potency) yang
menunjukkan perilaku percaya diri. pemberdayaan psikologis seringkali tampak
sebagai suatu keberhasilan dalam komponen sosial politik. rasa potensi pribadi yang
semakin tinggi akan memberikan pengaruh positif dan kursif terhadap perjuangan
masyarakat yang secara terus menerus berusaha untuk meningkatkan kekuatan sosial
politiknya.
e. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu
dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Lebih
lanjut perlu ditelusuri apa yang sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat
yang mandiri. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami
masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalahmasalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya dan kemampuan yang terdiri
atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, dengan pengerahan sumber daya
30

Universitas Sumatera Utara

yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut, dengan demikian untuk
menuju mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumber daya manusia yang utuh
dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif, dan sumber daya lainnya
yang bersifat fisik- material.
Pemberdayan masyarakat hendaklah mengarah pada pada pembentukan kognitif
masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan
kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau
masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi
konatif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk yang diarahkan
pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pembangunan dan pemberdayaan.
Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh masyarakat yang
diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku.
Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan ketrampilan yang dimiliki
masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas
pembangunan. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif,
afektif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya
kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, karena dengan demikian dalam
masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan yang dilengkapi dengan kecakapan
ketrampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan
perilaku sadar akan kebutuhannya tersebut, untuk mencapai kemandirian masyarakat
diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka masyarakat secara bertahap
akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke 1 waktu, dengan demikian
akan terakumulasi kemampuan yang memadai untuk mengantarkan kemandirian
31

Universitas Sumatera Utara

mereka, apa yang diharapkan dari pemberdayaan yang merupakan visualisasi dari
pembangunan sosial ini diharapkan dapat mewujudkan komunitas yang baik dan
masyarakat yang ideal (Ambar Teguh, 2004: 80-81).
2. Alokasi Dana Desa
a. Pengertian Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti
tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village
diartikan sebagai “ a groups of hauses or shops in a country area, smaller than a
town.” Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang
diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Desa menurut
H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa
“Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli
berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.
Landasan

pemikiran

dalam

mengenai

Pemerintahan

Desa

adalah

keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat” (Widjaja,
2003: 3). Desa menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengartikan Desa sebagai berikut :
“Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara
32

Universitas Sumatera Utara

Kesatuan Republik Indonesia(UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
pasal 1 ayat 12).
Dalam pengertian Desa menurut Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004 di atas
sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan Self Community yaitu komunitas yang
mengatur dirinya sendiri. Dengan pemahaman bahwa Desa memiliki kewenangan
untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan
sosial budaya setempat, maka posisi Desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis
sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi
Daerah. Karena dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara
signifikan perwujudan Otonomi Daerah. Desa memiliki wewenang sesuai yang
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang Desa yakni:
a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak
asal-usul desa.
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten atau kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni
urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan
masyarakat.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten atau Kota.
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan

kepada

desa.Tujuan

pembentukan

desa

adalah

untuk

meningkatkankemampuan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya

33

Universitas Sumatera Utara

guna dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan.
Dalam menciptakan pembangunan hingga di tingkat akar rumput, maka
terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa yakni:
Pertama, faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga, kedua, faktor
luas yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat, ketiga,faktor letak
yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun, keempat,faktor
sarana prasarana, tersedianya sarana perhubungan, pemasaran, sosial, produksi, dan
sarana pemerintahan desa, kelima, faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup
beragama dan kehidupan bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat, keenam,
faktor kehidupan masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata pencaharian
masyarakat.
Pemahaman Desa di atas menempatkan Desa sebagai suatu organisasi
pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan tertentu untukmengurus dan
mengatur warga atau komunitasnya. Dengan posisi tersebutdesa memiliki peran yang
sangat penting dalam menunjang kesuksesanPemerintahan Nasional secara luas. Desa
menjadi garda terdepan dalammenggapai keberhasilan dari segala urusan dan
program dari Pemerintah. Hal ini juga sejalan apabila dikaitkan dengan komposisi
penduduk Indonesiamenurut sensus terakhir pada tahun 2000 bahwa sekitar 60% atau
sebagian besar penduduk Indonesia saat ini masih bertempat tinggal di kawasan
permukiman pedesaan. Maka menjadi sangat logis apabila pembangunan desamenjadi
prioritas utama bagi kesuksesan pembangunan nasional.

34

Universitas Sumatera Utara

Menurut UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Dalam Melaksanakan
Pemerintahan desa, terdapat tugas pemerintahan yang harus dilakukan oleh tiap
desa.Tugas Pemerintah Desa adalah sebagai berikut :
1. Memimpin

penyelenggaran

Pemdes

berdasarkan

kegiatan

yang

di

tetapkanbersama BPD
2. Mengajukan Rencana Peraturan Desa
3. Menetapkan Peraturan Desa
4. Mengajukan Rencana APBDes
5. Membina kehidupan Masyarakat Desa
6. Membina perekonomian Desa
7. Mengkoordinasiakan Pembangunan Desa secara partisipatif dan Swadaya
Masyarakat
8. Meningkatkan Kesejahteraan rakyat
9. Ketentraman dan ketertiban
10. Menjalin hubungan kerja sama dengan mitra Pemdes
11. Pengembangan Pendapatan Desa dan sebagainya
Dalam melaksanakan pemerintahan Desa, terdapat pembagian wewenang
darimasing-masing perangkat desa sebagai bentuk perwujudan kemandirian
Desa.pembagian

wewenang dalam

menjalankan

pemerintahan

Desa sangat

diperlukan agarpemerintahan Desa dapat terselenggara dengan baik sesuai dengan
Undang-Undangyang telah ditentukan. Pembagian wewenang dari masing- masing
perangkat desadiwujudkan dengan adanya struktur organisasi dari tiap -tiap desa.

35

Universitas Sumatera Utara

b. Alokasi Dana Desa
Widjaja (2003: 165) menyatakan bahwa otonomi desa merupakan otonomi asli,
bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya
pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut.
Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak
istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun
hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di
muka pengadilan.Dengan dimulai dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 yang kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan landasan kuat bagi desa
dalam mewujudkan “Development Community”dimana desa tidak lagi sebagai level
administrasi atau bawahan daerah tetapi sebaliknya sebagai “Independent
Community” yaitu desa dan masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan
masyarakat sendiri. Desa diberi kewenangan untuk mengaturdesanya secara mandiri
termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi. Dengan adanya kemandirian ini
diharapkan akan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalampembangunan
sosial dan politik. Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbedadengan otonomi yang
dimiliki oleh daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota. Otonomi
yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya, bukan
berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Desa atau nama lainnya, yang
selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat-istiadatsetempat yang diakui dalam sistem
36

Universitas Sumatera Utara

Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Landasan pemikiran yang
perlu dikembangkan saat ini adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,
demokrasi, dan pemberdayaan masyarakat. Pengakuan otonomi di desa, Taliziduhu
Ndraha (1997:12) menjelaskan sebagai berikut :
a. Otonomi desa diklasifikasikan, diakui, dipenuhi, dipercaya dan dilindungi
oleh pemerintah, sehingga ketergantungan masyarakat desa kepada
“kemurahan hati” pemerintah dapat semakin berkurang.
b. Posisi dan peran pemerintahan desa dipulihkan, dikembalikan seperti
sediakala atau dikembangkan sehingga mampu mengantisipasi masa depan
Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada
masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa
tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang
menjadi

wewenang pemerintahan

Kabupaten

atau

Kota diserahkan

pengaturannya kepada desa. Namun harus selalu diingat bahwa tiada hak
tanpa kewajiban, tiada kewenangan tanpa tanggungjawab dan tiada
kebebasan tanpa batas. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan hak, kewenangan
dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa harus tetap menjunjung
nilai-nilai tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
bangsa dan negara Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan
otonomi desa menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas,
37

Universitas Sumatera Utara

persatuan dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang
dilaksanakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Widjaja, 2003: 166)
Desa memiliki peran yang penting, khususnya dalam pelaksanaan tugas
dibidang pelayanan publik. Desentralisasi kewenangan - kewenangan yang lebih
besardisertai dengan pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai
mutlakdiperlukan guna penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa. Dengan
diterbitkannya Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang desa, posisi pemerintahan
desa menjadi semakin kuat. Kehadiran undang – undang tentang Desa tersebut
disamping merupakan penguatan status desa sebagai pemerintahan masyarakat,
sekaligus juga sebagai basis untuk memajukan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat desa.
Untuk itulah pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu pembentukan Alokasi
Dana Desa sebagai perwujudan dari desentralisasi keuangan menuju desa yang
mandiri. Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah
Kabupaten

atau

Kota

untuk

desa,

yang

bersumber

dari

bagian

dana

perimbangankeuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten atau kota
untuk menunjangsegala sektor di masyarakat, serta untuk memudahkan pemerintah
dalammelaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan
masyarakatdesa, khususnya dalam melakukan pemerataan dalam penataan keuangan
danakuntabilitasnya, serta untuk mendorong peningkatan swadaya gotong royong
masyarakat.
38

Universitas Sumatera Utara

Alokasi Dana Desa adalah dana yang diberikan kepada desa yang bersasal
dari dana perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang diterima oleh
bebupaten atau kota (pasal 1 ayat 11, PP 72/2005). ( tim FPPD, 2005,5)
Pemberian alokasi dana desa (ADD) merupakan wujud dari pemenuhan hak
desa untuk menyelanggarakan otonomi desa agar tumbuh dan berkembang mengikuti
pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi
asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan pemberdayaan, kesejateraan pembangunan
dipedesaan melalui dana APBD kabupaten, propensi dan pemerintah pusat, perlu
merealisasikan dalam APBD masing-masing 10% untuk dana alokasi desa yang
diatur dalam pasal 68 ayat (1) peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang
desa. Ini diharapkan kesejatraan dan pemerataan pembangunan didesa dapat
diwujudkan untuk mencapai tingkat kesejateraan dan taraf hidup masyarakat yang
tinggal di pedesaan.
Selain

untuk meningkatkan

pemberdayaan,

kesejatraan

pembangunan

dipedesaan, alokasi dana desa tersebut juga diharapkan akan membuka peluang
kepada desa untuk memberikan peningkatan pelayanan dan pemberdayaan bagi
kesejatraan rakyatnya, desa dapat menyelangarakan otonominya agar tumbuh dan
berkembang sesuai dengan praskarsa dan inisiatif masyarakat dan membuka peluang
dalam melaksanakan pembangunan yang lebih bermartabat sesuai denagn
kepentingan masyarakat desa.

39

Universitas Sumatera Utara

Dalam undang-Undang 32 tahun 2004 juga mengatur tentang desa
memperoleh dana perimbangan yang diperoleh kabupaten dari pusat. Sumber alokasi
dana desa tersebut berawal dari APBN sebesar 25% atau yang disebut dana
pertimbangan yang dibagikan kepada daerah yang dinamakan dengan dana alokasi
umum, dari dana olokasi umum tersebut kemudian kabupaten memberikan kepada
desa sebesar 10% yang kemudian dinamai alokasi dana desa (ADD) dalam rangka
otonomi daerah yakni memberikan kepercayaan kepada desa untuk mengurus rumah
tangganya sesuai dengan kebutuhan desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
desa untuk mensejatrakan kehidupan masyarakat desa tersebut.
Jadi secara tidak langsung Alokasi Dana Desa adalah dana yang berasal dari
dana alokasi umum kabupaten/kota sebesar 10% dalam rangka otonomi daerah yakni
memberi kepercayaan yang diberikan kepada desa untuk mengurus rumah tangga
sesuai dengan kebutuhan desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa untuk
mensejatrakan kehidupan masyarakat desa tersebut.
Hak desa atas dana perimbangan tersebut diperjelas dengan lahirnya surat
edatan dari Menteri Dalam Negeri No.140/640/SJ, untuk mendukung proporsi
pembiayaan bagi pelaksanaan tugas-tugas pemerintah desa diminta kepada bupati
atau walikota agar menatapkan Alokasi Dana Desa (ADD) kepada pemerintah desa
dengan ketentuan sebagai berikut: Dari bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota paling
sedikit 10% untuk desa diwilayah kabupaten/kota. Dari retribusi kabupaten/kota
yakni hasil penerimaan jenis retribusi tertentu daerah kabupaten/kota sebagai
diperuntukan bagi desa, Bantuan keuangan kepada desa yang merupakan bagian dari

40

Universitas Sumatera Utara

dana Pemerintah Keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota
antara 5% sampai dengan 10%. ( Asam Awang,2010;116)
Dalam pemberian alokasi dana desa (ADD) kepada desa harus melalui
mekanisme sebagai berikut:
1. Desa menyusun program secara partisipatif melalui RPJMd
2. Desa menyusun rencana anggaran
3. Desa mengajukan program dan anggaran
4. Penyaluran dana ke desa
Dari mekanisme diatas tentunya dalam pengelolaan alokasi Dana Desa (ADD)
tidak perlu menu-menu pembangunan dari atas dalam artian bahwa dalam membuat
program desa disusun langsung oleh desa bersama warga masyarakatnya melalui
rembug desa, tidak diintervensi dari luar dan bertanggungjawab kepada pemberi
mandat bukan kepada supra desa yakni kepada masyarakat desa itu sendiru.
Alokasi dana desa digunakan untuk keperluan desa sesuai dengan ketentuan
yang berlaku atau penggunaan alokasi dana desa tahun 2011 yakni sebagai berikut:
1. Alokasi dana desa (ADD) yang digunakan untuk menyelanggarakan
pemerintah desa sebesar 30% dari jumlah penerimaan alokasi dana desa
(ADD)
2. Alokasi dana desa yang digunakan untuk memberdayakan masyarkat desa
sebesar 70%.

41

Universitas Sumatera Utara

Alokasi dana desa yang digunakan untuk belanja operator dan operasional desa
yaitu untuk membiayai kegiatan penyelanggaraan pemerintah desa dengan prioritas
sebagai berikut:
a. Untuk biaya pembangunan desa
b. Untuk pemberdayaan masyarakat
c. Untuk memperkuat pelayanan publik di desa
d. Untuk memperkuat partisipasi dan demokrasi desa
e. Untuk tunjangan aparat desa;
f. Untuk tunjangan BPD
g. Untuk operasional pemerintahan desa
h. Tidak boleh digunakan untuk kegiatan politik atau kegiatan lainya yang
melawan hukum. (tim FPPD,2005,8)
Bagi belanja pemberdayaan masyarakat digunakan untuk:
a. Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil atau sarana perekonomian
desa seperti pembuatan jalan, irigasi, jembatan, los pasar, lumbung pangan
dan lain-lain
b. Peryataan modal usaha masyarakat melalui BUMDesa.
c. Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan

42

Universitas Sumatera Utara

d. Perbaikan lingkungan dan pemungkiman
e. Teknologi tepat guna.
f. Perbaikan kesehatan dan pendidikan.
g. Pengembangan sosial budaya.
h. Dan sebagainya yang dianggap penting
Dari beberapa arah penggunaan ADD diatas dapat dijadikan indakator dana
yang digunakan pembangunan dan prasarana desa yakni sebagai berikut:
a. Bagi pemerintahan desa yakni:
·

Biaya perawatan kantor dan lingkungan kantor kepala desa.

·

Pembuatan dan perbaikan monografi, peta dan lain-lain data dinding

b. Pemberdayaan masyarakat
·

Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil atau sarana perekonomian
desa seperti pembuatan jalan, jembatan, los pasar, lumbung pangan dan
lain-lain

·

Perbaikan lingkungan dan pemungkiman

·

Pembuatan lampu desa

·

Perbaikan kesehatan dan pendidikan

·

Pengembangn sisoal budaya.

43

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaaannya bersumber dari ADD dalam
APBDesa, sepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana desa dengan mengacu pada
peraturan bupati atau walikota. Alokasi dana desa untuk biaya penyelanggaraan dan
pemberdayaaaan masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan, prioritas secara
seimbang dan sesuai kemampuan keuangan (ADD) yang diterima oleh pemerintah
desa berdasarkan musyawarah tentang pengunaan ADD.
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, Daerah mempunyai kewenangan membuat kebijakan-kebijakan tentang desa,
terutama dalam memberi pelayanan, peningkatan peranserta, peningkatan prakarsa
dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa keseluruhan belanja
daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, desa
mempunyai hak untuk memperoleh bagian dari dana perimbangan keuangan pusat
dan daerah yang diterima kabupaten. Perolehan bagian keuangan desa dari kabupaten
dimaksud selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa (ADD), yang penyalurannya
melalui Kas Desa atau rekening Desa.
Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk
menyelengarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan
dari desa itu sendiri berdasar keanekaragamam, partisipasi, otonomi asli, demokrasi
dan pemberdayaan masyarakat. Melalui ADD ini, Pemerintah Daerah berupaya
44

Universitas Sumatera Utara

membangkitkan lagi nilai-nilai kemandirian masyarakat Desa dengan membangun
kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk mengelola dan membangun desa
masing-masing.
c. Tujuan Alokasi Dana Desa ( ADD )
ADD dimaksudkan untuk memberikan stimulan pembiayaan program
Pemerintahan Desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberday