Akibat Hukum Pemberian Pengampunan Pajak Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak
BAB II
PENGATURAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI
INDONESIA
A. Pengertian, Sejarah dan Dasar Hukum Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
1.
Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Belum
kokohnya fundamental
perekonomian
Indonesia saat
ini,
mendorong pemerintah untuk terus memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan
memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan
perusahaan
yang lebih cenderung menggunakan modal
besar
(capital
intensive). Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena
terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca
krisis
ekonomi. Disisi
lain, UMKM
juga
menghadapi
banyak
sekali
permasalahan, yaitu terbatasnya modal kerja, Sumber Daya Manusia yang rendah,
dan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi (Sudaryanto dan
Hanim, 2002). Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan
prospek usaha yang kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum
mantap. Hal ini terjadi karena umumnya UMKM bersifat income gathering yaitu
menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut: merupakan usaha milik
keluarga, menggunakan teknologi yang masih relatif sederhana, kurang memiliki
26
Universitas Sumatera Utara
27
akses permodalan (bankable), dan tidak ada pemisahan modal usaha
dengan kebutuhan pribadi.37
Krisis yang berkepanjangan menuntut adanya solusi yang dapat dilakukan
oleh pemerintah. Umumnya solusi yang dapat dicapai adalah dengan adanya
pemberdayaan rakyat yang diwujudkan dengan melakukan pemberdayaan
ekonomi rakyat yang tidak akan jauh dari upaya menggali peran dan melihat
posisi Usaha Kecil Menengah.38
Sebelum menelusuri tentang usaha mikro, kecil dan menengah lebih jauh,
maka terlebih dahulu dipahami tentang pengertian usaha mikro, kecil dan
menengah, agar dapat berpedoman pada pengertian yang sama dalam melakukan
pembahasan, guna memperoleh hasil atau paling tidak mendekati sasaran yang
hendak dicapai. Dalam Pasal 1 angka (1, 2 dan 3) UU UMKM 2008 tentang
UMKM diberikan pengertian atau batasan tentang UMKM sebagai berikut :39
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
37
Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas ASEAN,
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Strategi Pemberdayaan UMKM.pdf/diakses pada
tanggal 18 April 2017
38
Hg. Suseno, Firman Sulistiyowati, Dionysius Desimbrianto, Reposisi Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah dalam Perekonomian Indonesia, (Yogyakarta, Universitas Sanata
Dharma,2005), hal. 4
39
Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2008 tentang “ Usaha Mikro, Kecil dan Menengah”
Universitas Sumatera Utara
28
Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undangundang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini.
Namun beberapa instansi pemerintahan memberikan pengertian yang
berbeda mengenai defenisi UMKM, yang dapat dilihat dari perbedaan jumlah
penghasilan dan kekayaan UMKM tersebut, yaitu: 40
A. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Usaha kecil
( termasuk mikro) merupakan entitas usaha yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 200.000.000. Didalamnya tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan
paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah
adalah entitas usaha milik warga Negara Indonesia yang memiliki
kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 hingga Rp
10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
B. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan defenisi UMKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha Kecil merupakan entitas usaha yang
memiliki tenaga kerja 5 hingga 15 orang, sedangkan usaha menengah
40
Gatut Susanto, M. Azirin Syamsuddin, Cara Mudah Mendirikan dan Mengelola
UMKM,(Jakarta: Raih Asa Sukses, 2009), hal. 6
Universitas Sumatera Utara
29
merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 hingga 90
orang.
C. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994,
Usaha Kecil didefenisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang
telah melakukan kegiatan, dengan penjualan tahun setinggi-tingginya
Rp 600.000.000 atau asset / aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000
(diluar tanah dan bangunan yang ditempati).
Usaha Kecil tersebut terdiri dari :
1). Badan usaha, termasuk di dalamnya Fa/Firma, CV, PT, dan
Koperasi.
2). Perorangan, yang termasuk perorangan disini adalah pengrajin/
industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan,
penambang, pedagang barang, dan jasa.
D. World Bank (Bank Dunia) memiliki defenisi tersendiri mengenai
UMKM, dimana defenisinya sebagai berikut :
1). Medium Enterprise (Usaha Menengah). Usaha ini memiliki kriteria
jumlah karyawan maksimal 300 orang, mempunyai pendapatan
sebesar hingga US$ 15 juta; serta memiliki jumlah aset hingga
sejumlah US$ 15 juta.
2). Small Enterprise, Usaha ini memiliki kriteria jumlah karyawan
kurang dari 30 orang, dimana pendapatan selama setahun tidak
memiliki US$ 3 juta, dan memiliki total asset tidak melebihi US$ 3
juta.
Universitas Sumatera Utara
30
3). Micro Enterprise, Usaha ini memiliki kriteria jumlah karyawan
kurang dari 10 orang, dimana pendapatan setahun tidak melebihi
US$ 100 ribu, sedangkan jumlah asset tidak melebihi US$ 100
ribu.41
Selain dari pengertian UMKM diatas, beberapa sarjana ada juga
memberikan pendapatnya tentang UMKM, yaitu:42
a. Pengertian UMKM dikemukakan oleh Rudjito. Beliau mengemukakan
bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah usaha yang memiliki
peran yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari
segi jumlah usaha maupuan dari segi penciptaan lapangan kerja.
b. Pengertian yang dikemukakan oleh Ina Primiana. Beliau mengatakan
bahwa, Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah pengembangan empat
kegiatan ekonomi utama yang menjadi motor penggerak pembangunan,
yaitu; agribisnis, industri manufaktur, sumber daya manusia, dan bisnis
kelautan. Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah pengembangan
kawasan andalan untuk mempercepat pemulihan perekonomian melalui
pendekatan wilayah atau daerah, yaitu dengan pemulihan wilayah atau
daerah untuk mewadahi program prioritas dan pengembangan sektorsektor dan potensi. Usaha kecil adalah peningkatan upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat.
41
Solehuddin Murip, Business Plan Praktis & Dahsyat untuk UMKM, (Bekasi ; Lascar
Aksara, 2002), hal. 1-3
42
Pengertian UMKM Menurut Para Ahli Ekonomi, http://pengayaan.com/pengertianumkm-menurut-para-ahli-ekonomi. diakses pada tanggal 23 Oktober 2016
Universitas Sumatera Utara
31
c. Pengertian UMKM menurut para ahli ekonomi yang dikemukakan oleh
M. Kwartono. Beliau mengatakan bahwa usaha kecil adalah kegiatan
ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Atau
yang
memiliki
hasil
penjualan
tahunan
paling
banyak
Rp.
1.000.000.000 dan milik warga negara Indonesia. (Adi, 2007:12).
2. Sejarah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Usaha Mikro Kecil Menengah pada mulanya tidak mengalami kemajuan
yang sangat berarti baik dari segi kuantitas maupun dari kualitas, karena pada saat
itu belum terdapat perhatian yang serius dari pihak-pihak yang berwenang,
perhatian hanya diarahkan sebagai bentuk formalitas saja. Tapi sejak terjadinya
krisis moneter pada tahun 1997/1998 di mana UMKM ternyata mempunyai
ketahanan yang relatif baik dibanding usaha besar, maka pihak-pihak yang
berwenang sudah mulai sangat memperhatikan terhadap perkembangan UMKM
baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. 43
Adapun perkembangan UMKM di Indonesia sudah cukup pesat menurut
BPS pada tahun 2007 ada sebanyak 49,8 juta unit usaha atau 99,99 persen
terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya
mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja di
Indonesia. Dari jumlah tersebut ternyata pada tahun 2007 UMKM mampu
mendukung Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh sebesar 6,3 persen
43
Perkembangan UMKM di Indonesia, http://karyatulisilmiah.com/perkembanganumkm-di-indonesia/ diakses pada tanggal 18 April 2017
Universitas Sumatera Utara
32
terhadap tahun 2006, bila dirinci menurut skala usaha pertumbuhan PDB usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) mencapai 6,4 persen dari usaha besar (UB)
tumbuh 6,2 persen. Dibanding tahun 2006 pertumbuhan UMKM hanya 5,7 persen
dan PDB hanya 5,2 persen. Pada tahun 2007 total nilai PDB Indonesia mencapai
Rp.3.957,4 triliun, dimana UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp.2.121,3
triliun atau 53,6 persen dari PDB Indonesia.44
Pertumbuhan PDB UMKM tahun 2007 terjadi disemua sektor ekonomi.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan sebesar 9,3 persen, diikuti
sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,5 persen, dan sektor pertambangan dan
penggalian sebesar 7,8 persen. Adapun hasil eksport produksi UMKM selama
tahun 2007 mencapai Rp.142,8 triliun atau 20 persen terhadap total eksport nonmigas nasional sebesar Rp.713,4 triliun. (Kompas 2005).45
Perkembangan UMKM ini tidak terlepas adanya dukungan dari pihak
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terutama melalui
aturan-aturan yang dikeluarkan misalnya, adanya undang-undang tentang Bank
Indonesia sejak 16 Nopember 1999, yang mendukung pengembangan UMKM
melalui pemberian kredit.
44
45
Ibid., hal.1
Ibid., hal 1
Universitas Sumatera Utara
33
3. Dasar Hukum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
UMKM sebenarnya sudah ada sebelum lahirnya Undang-Undang UMKM
baru, namun adapun yang menjadi aturan dipakai selama UMKM berlangsung
sebelum lahirnya undang-undang UMKM yaitu digunakannya KUHPerdata
sebagai UU yang mengatur mekanisme kegiatan ekonomi secara umum.46
Pada pokoknya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki
dasar hukum dalam pelaksanaannya di Indonesia, diantaranya :47
a. Pembukaan UUD tahun 1945
Dari pembukaan ini terdapat tujuan untuk memajukan kesejahteraan
umum” artinya bukan hanya untuk sebagian masyarakat saja sehingga
pemerintah bertanggung jawab penuh untuk mengusahakan suatu sistem yang
memenuhi tujuan ini.
Berikut bunyi Pembukaan alinea 4:”Kemudiaan daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah
Kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan
46
Aulia Rachman Amirtin, skripsi “Perlindungan Hukum Terhadap UMKM dari
Perbuatan Pelanggaran Hak Atas Merek”, Program Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, 2010, hal. 29
47
Inilah Pokok-Pokok Aturan UMKM dalam Konstitusi dan UU No.20 Tahun 2008,
http://www.rmol.co/read/2015/07/10/209872/Inilah-Pokok-pokok-Aturan-UMKM-dalamKonstitusi-dan-UU-20/2008. diakses pada tanggal 23 Oktober 2016
Universitas Sumatera Utara
34
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia."
b. Pasal-Pasal dalam UUD tahun 1945
1. Pasal 33 UUD 1945
Pengembangan daya saing UMKM merupakan bagian dari kegiatan
perekonomian nasional. Berikut dasar peraturan perundang-undangan untuk
pengembangan daya saing.
"Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan."
"Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.”
"Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat."
"Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional."
"Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang."
Universitas Sumatera Utara
35
2. Pasal 34 UUD 1945
Berikut bunyi Pasal 34 ayat 1:
"Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan."
3. UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM
Pemerintah telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 20 tahun
2008, tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada 4
Juli 2008. Undang-Undang ini merupakan landasan dan payung hukum
untuk memberdayakan UMKM di tanah air. Maksudnya, pemberlakuan UU
tersebut memberikan implikasi yang luas bagi semua stakeholder untuk
menjadikannya sebagai pedoman bersama ke arah perubahan paradigma
pemberdayaan UMKM.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, tentang UMKM terdiri dar1
11 bab, 44 pasal, dan 45 ayat. Di antara pasal-pasal tersebut terdapat lima
pasal yang mendelegasikan secara tegas pengaturan beberapa substansi secara
lebih detail dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP). Pertama, pasal 12 ayat (2),
tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Usaha bagi UMKM. Kedua, pasal
16 ayat (3) tentang Tata Cara Pengembangan UMKM. Ketiga, pasal 37,
tentang Kemitraan. Keempat, pasal 38 ayat (3), tentang Penyelenggaraan
Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan UMKM. Kelima, pasal 39 ayat (3),
tentang Tata Cara Pemberian Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Dalam
Hubungan Kemitraan Usaha.
Universitas Sumatera Utara
36
Undang-Undang ini, auranya adalah pemberdayaan, di mana esensi
dari pemberdayaan itu adalah unsur penciptaan iklim usaha serta pembinaan dan
pengembangan. Penciptaan iklim usaha merupakan refleksi tugas Pemerintah
yang
diwujudkan
dalam
berbagai
bentuk
kebijakan,
peraturan dan
perundangan yang mengarahkan untuk mengatasi permasalahan ekternal yang
dihadapi UMKM dan memfasilitasi terbukanya peluang berusaha secara
berkeadilan. Pada undang-undang ini penciptaan iklim usaha mencakup aspek
pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, perijinan usaha, kesempatan
berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan. Sedangkan pembinaan
dan pengembangan usaha merupakan upaya yang dilakukan pemerintah,
pemerintah daerah bersama dunia usaha dan masyarakat. Pengembangan
usaha terhadap UMKM yang dilakukan dengan partisipasi dunia usaha dan
masyarakat itu, sejatinya berdimensi luas menyangkut bidang fungsi bisnis
atau usaha, yaitu: produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan teknologi.
b. Jenis dan Bentuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Sebagaimana dimuat dalam Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM menyebutkan secara terperinci mengenai kriteria UMKM, yakni :48
1.
Kriteria usaha mikro dalam pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun
2008 yaitu :
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
48
Pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang “Usaha Mikro, Kecil dan Menengah”
Universitas Sumatera Utara
37
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (lima
ratus juta rupiah).
Ciri-ciri usaha mikro dapat dijabarkan sebagai berikut :49
a.
Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti;
b.
Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat;
c.
Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
d.
Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai;
e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
f.
Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
g.
Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro :
a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan
pembudidaya;
b. Industri makanan dan minuman, industri meubel pengolahan kayu dan
rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat;
c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;
49
Pengertian
dan
Kriteria
Usaha
Mikro,
Kecil
dan
Menengah,
http://restafebri.blogspot.co.id/2009/03/pengertian-dan-kriteria-usaha-mikro_08.html diakses pada
tanggal 25 Oktober 2016
Universitas Sumatera Utara
38
d. Peternakan ayam, itik dan perikanan;
e. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit
(konveksi).
2. Kriteria usaha kecil dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang No.20 Tahun
2008 yaitu :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
Ciri-ciri usaha kecil yaitu :
1. Milik sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang tidak memiliki, dikuasai, atau berafilisi baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
2. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Contoh usaha kecil yaitu :
a) Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga
kerja;
b) Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
Universitas Sumatera Utara
39
c) Pengrajin industri makanan dan minuman, industri mebel, kayu dan
rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri
kerajinan tangan;
d) Peternakan ayam, itik dan perikanan;
e) Koperasi berskala kecil.
3.
Kriteria usaha menengah pada Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang No.20
Tahun 2008 yaitu :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).
Ciri-ciri usaha menengah yaitu :
1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih
baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang
jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian
produksi;
2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan,
telah ada jamsostek, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain;
Universitas Sumatera Utara
40
4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga,
izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan;
5. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
6. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan
terdidik.
Contoh usaha menengah yaitu :
a) Usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;
b) Usaha perdagangan (grosir) termasuk ekspor dan impor;
c) Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garmen dan jasa
transportasi taksi dan bus antar propinsi;
d) Usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan marmer buatan.
Selain
berdasar
Undang-undang
tersebut,
dari
sudut
pandang
perkembangannya Usaha Kecil Dan Menengah dapat dikelompokkan dalam
beberapa kriteria Usaha Kecil Dan Menengah yaitu:50
1. Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang
digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih
umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang
kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki
sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
50
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, https://asepfirman17. wordpress.com/
administrasi-pendidikan/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm/ diakses pada tanggal 10
November 2016
Universitas Sumatera Utara
41
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan
subkontrak dan ekspor
4.
Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi
menjadi Usaha Besar (UB).
Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Berdasarkan Lembaga dan Negara
Asing Lembaga dan negara-negara asing mendefinisikan Kriteria Usaha Kecil dan
Menengah bersarkan pada beberapa hal yaitu, jumlah tenaga kerja, pendapatan
dan jumlah aset. Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah tersebut sebagai berikut:
1. Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Menurut World Bank.
Menurut World Bank Usaha Kecil Dan Menengah dikelompokkan menjadi
tiga kelompok:
a. Medium Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan maksimal 300 orang
2). Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta
3). Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta
b. Small Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan kurang dari 30 orang
2). Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta
3). Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta
c. Micro Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
Universitas Sumatera Utara
42
2). Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu
3). Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu
2. European Commision, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :
a. Medium-sized Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan kurang dari 250 orang
2). Pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta
3). Jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta
b. Small-sized Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan kurang dari 50 orang
2). Pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta
3). Jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta
c. Micro-sized Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
2). Pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta
3). Jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta
C. Urgensi Usaha Mikro,Kecil dan Menengah Dalam Perekonomian Di
Indonesia
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UMKM memiliki peranan
yang cukup kuat, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan
rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik dalam sektor tradisional
maupun modern. Peranan UMKM ini menjadi bagian yang diutamakan dalam
setiap perencanaan tahapan pembangunan. Namun jika dilihat hasilnya, maka
Universitas Sumatera Utara
43
belum cukup memuaskan karena pada kenyataannya kemajuan UMKM sangat
kecil dibandingkan dengan usaha besar. Hal tersebut dilihat dari lebih
berkembangnya pengusaha-pengusaha besar yang mencakup semua sektor, baik
dari sektor perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan terutama industri.
Perkembangan usaha besar ini didukung oleh pemerintah yang sangat berpihak
terhadap usaha besar.51
Adapun perkembangan UMKM di Indonesia sudah cukup pesat menurut
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Hingga akhir 2013
jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia tercatat
sebanyak 57.895.721, atau naik 2,41% dari 56.534.592 pada 2012. Sementara itu
data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, saat ini banyaknya
wirausaha baru di Indonesia pada 2011 mencapai 3.707.205, atau sekitar 1,65%
dari seharusnya 4,75 juta jiwa. Data berikutnya adalah jumlah tenaga kerja dari
BPS yang dirilis Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan kenaikan 6,03%
dari 107.657.509 pada 2012 meningkat menjadi 114.144.082 pada 2013.
Sedangkan data BPS tentang jumlah koperasi , juga terus bertambah 4,84% dari
194.29 jiwa menjadi 203.701 pada 2013. Serta jumlah anggota koperasinya juga
ikut naik 4,1% dari 32.869.439 menjadi 35.258.737. Lagi, jumlah tenaga kerja
yang berhasil diserap koperasi pada 2012 tercatat sebanyak 429.678 jiwa yang
2012. Setahun berikutnya, para pekerja yang terserap di koperasi mencapai
473.603.52
51
Tiktik Sartika Partomo dan Abd.Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala
Kecil/Menengah dan Koperasi,(Bogor ; Ghalia Indonesia, 2004), hal.20
52
Koperasi dan UMKM Dalam Angka, http://www.neraca.co.id/article/39432/koperasidan-umkm-dalam-angka/ diakses pada tanggal 18 April 2017
Universitas Sumatera Utara
44
Data BPS tahun 2012 juga menyebutkan kontribusi UMKM dalam
pembentukan PDB tahun 2012 meningkat 46 persen atau menjadi sebesar
Rp1.505 triliun dibandingkan Rp1.032 triliun pada tahun 2006. Sejak tahun 2009,
setelah pemerintah membentuk Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI),
pembiayaan diberikan baik secara konvensional maupun berdasarkan prinsip
syariah kepada korporasi dan UKM. Data BPS menunjukkan nilai ekspor UMKM
tahun 2012 tercatat tumbuh 28,2 persen sebesar Rp208 triliun dari tahun 2009
yang sebesar Rp162,2 triliun. Selanjutnya pada tahun 2015, pemerintah
mengalokasikan dana sebagai tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada
LPEI sebesar Rp1 triliun. Nota Keuangan APBN 2015 menyebutkan salah satu
tujuan PMN kepada LPEI adalah untuk meningkatkan kapasitas LPEI dalam
memberikan pembiayaan berorientasi ekspor kepada sektor UKM. Selain melalui
program KUR dan LPEI, dukungan Pemerintah terhadap sektor UMKM tercermin
dalam alokasi APBN 2015 melalui alokasi dana bergulir. Kebijakan dana bergulir
tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2008 untuk penguatan modal bagi
Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (KUMKM). Nota Keuangan
APBN 2015 menyebutkan dana bergulir telah direalisasikan sebesar Rp4.567,7
miliar kepada 570.350 KUMKM serta menyerap kurang lebih 1.140.700 tenaga
kerja.53
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai sasaran utama pembangunan harus
dilandasi dengan komitmen dan koordinasi yang baik antara pemerintah,
53
M.Z Abidin, Kebijakan Fiskal dan Peningkatan Peran Ekonomi UMKM,
http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/adoku/2013/kajian/pprf/Laporan_Tim_Kajian_Kebij
akan_Antisipasi_Krisis_Tahun_2012_Melalui_KUR.pdf/ diakses pada tanggal 18 April 2017
Universitas Sumatera Utara
45
pengusaha dan lembaga non bisnis serta masyarakat setempat dengan menerapkan
strategi agresif yang berbasis pada ekonomi jaringan (kemitraan). Pengembangan
usaha mikro, kecil dan menengah secara keseluruhan dilakukan dengan cara
memberi dukungan positif dan nyata terhadap pengembangan sumber daya
manusia, teknologi, informasi, akses pendanaan serta pemasaran.54
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan suatu subjek yang penting
dalam analisa kebijakan pemerintah Indonesia yang didasari oleh beberapa alasan.
Pertama, UMKM di negara manapun memainkan suatu peran yang sangat penting
di dalam pembangunan ekonomi. Mereka secara khas memperkerjakan 60 % atau
lebih banyak lapangan kerja industri dan menghasilkan sampai separuh output.
UMKM merupakan suatu komponen penting dalam proses industrialisasi yang
lebih luas. Kedua, UMKM merupakan suatu sarana untuk mempromosikan bisnis
pribumi dan sebagai alat redistribusi aset secara etnik. Lebih umum lagi, ada suatu
pemisahan antara standar pendekatan ahli ekonomi terhadap intervensi kebijakan,
yang menekankan solusi orientasi pasar sebagai kunci pembangunan ekonomi
yang cepat.55
Dari perspektif dunia, diakui bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
mempunyai suatu peran yang sangat vital didalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara yang sedang berkembang,
seperti Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju, seperti Jepang, Amerika
54
Abdullah Abidin, Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai
Kekuatan
Strategis
Dalam
Mempercepat
Pembangunan
Daerah,
http://langgudubima.blogspot.com/2009/06/pengembangan-usaha-mikro-kecil-dan.html. diakses
tanggal 10 November 2016
55
Diswandi, Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di
Indonesia,http://shoppingh.blogspot.co.id/2012/06/strategi-pengembangan-usaha-mikrokecil.html/ diakses pada tanggal 18 April 2017
Universitas Sumatera Utara
46
Serikat, dan negara-negara di Eropa. Di Indonesia, sudah sering dinyatakan dalam
banyak seminar dan lokakarya, dan juga banyak dibahas di media-media massa
bahwa UMKM di Indonesia sangat penting, terutama sebagai sumber
pertumbuhan kesempatan kerja atau pendapatan. Pernyataan tersebut tentu tidak
tanpa alasan. Fakta menunjukkan bahwa memang kesempatan kerja diciptakan
oleh kelompok usaha besar. Oleh karena itu, UMKM sangat diharapakan untuk
terus bisa berperan secara optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran
yang jumlahnya cenderung meningkat terus setiap tahunnya. Dengan banyak
menyerap tenaga kerja berarti UMKM juga mempunyai peran strategis dalam
upaya pemerintah selama ini dalam memerangi kemiskinan di dalam negeri.
Di dalam literatur diakui secara luas bahwa negara sedang berkembang
(NSB), UMKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka
yang berbeda dengan usaha besar (UB), yaknin sebagai berikut: 56
1. Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi jumlah UB), terutama
dari kategori usaha mikro (UMI) dan usaha kecil (UK). Berbeda dengan
UB dan UM (usaha menengah), UMI dan UK tersebar di seluruh
pelosok pedesaan, termasuk di wilayah-wilayah yang relatif terisolasi.
Oleh karena itu, kelompok usaha ini mempunyai suatu signifikan
“lokal” yang khusus untuk ekonomi pedesaan. Dalam kata lain,
kemajuan pembangunan ekonomi pedesaan sangat ditentukan oleh
kemajuan pembangunan UMKM-nya.
56
Ciri-ciri dari UKM, khususnya di NSB, dibahas secara ekstensif di,misalnya,
Tambunan (1994),Liedholm dan Mead (1999), dan Berry dkk.(2001)
Universitas Sumatera Utara
47
2. Karena sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan
UMKM dapat dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari
kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja
dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin. Hal ini
juga yang bisa menjelaskan kenapa pertumbuhan UMKM menjadi
sangat penting di pedesaan di NSB, terutama di daerah-daerah di mana
sektor pertanian mengalami stagnasi atau sudah tidak mampu lagi
menyerap pertumbuhan tahunan dari penawaran tenaga kerja di
pedesaan.
3. Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama UMI, di NSB berlokasi
di pedesaan, kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok usaha ini juga
pada umumnya berbasis pertanian. Oleh karena itu, upaya-upaya
pemerintah mendukung UMKM sekaligus juga merupakan suatu cara
tak langsung, tetapi efektif untuk mendukung pembangunan dan
pertumbuhan produksi di sektor pertanian.
4. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih “cocok” (jika
dibandingkan dengan teknologi-teknologi canggih yang umum dipakai
oleh perusahaan-perusahaan modern/UB) terhadap proporsi-proporsi
dari faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di NSB, yakni
sumber daya alam (SDA) dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang
berlimpah (walupun jumlahnya bervariasi menurut negara atau wilayah
Universitas Sumatera Utara
48
di dalam sebuah negara), tetapi modal serta sumber daya manusia
(SDM) atau tenaga kerja berpendidikan tinggi yang sangat terbatas.
5. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan, banyak UMKM bisa
bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada
tahun 1997/98. Oleh sebab itu, kelompok usaha ini dianggap sebagai
perusahaan-perusahaan yang memiliki fungsi sebagai basis bagi
perkembangan usaha lebih besar. Misalnya UMI bisa menjadi landasan
bagi pengembangan UK, sedangkan UK bagi UM, dan UM bagi UB.
6. Walaupun pada umumnya masyarakat pedesaan miskin, banyak bukti
yang menunjukkan bahwa orang-orang desa yang miskin bisa
menabung dan mereka mau mengambil resiko dengan melakukan
investasi. Dalam hal ini, UMKM bisa menjadi suatu titik permulaan
bagi mobilisasi tabungan/investasi di pedesaan; sementara, pada waktu
yang sama, kelompok usaha ini dapat berfungsi sebagai tempat
pengujian dan peningkatan kemampuan berwirausaha dari orang-orang
desa.
7. (Masih berkaitan dengan butir 6) Terbukti bahwa pada umumnya
pengusaha-pengusaha UMKM membiayai sebagian besar dari operasioperasi bisnis mereka dengan tabungan pribadi, ditambah dengan
bantuan atau pinjaman dari saudara atau kerabat, atau dari pemberipemberi kredit kredit informal, pedagang atau pengumpul, pemasokpemasok bahan baku, dan pembayaran di muka dari konsumenkonsumen. Oleh karena itu, kelompok usaha ini dapat memainkan suatu
Universitas Sumatera Utara
49
peran penting lainnya, sebagai suatu alat untuk mengalokasikan
tabungan-tabungan pedesaan, yang kalau tidak, akan digunakan untuk
maksud-maksud yang tidak produktif.
8. Walaupun banyak barang yang diproduksi oleh UMKM juga untuk
masyarakat kelas menengah dan atas (untuk yang terakhir ini
proporsinya lebih kecil), terbukti secara umum bahwa pasar utama bagi
UMKM adalah untuk barang-barang konsumsi sederahana, mebel dari
kayu, bambu, dan rotan, barang-barang lainnya dari kayu, alas kaki, dan
alat-alat dapur dari aluminium dan plastik.
9. Sebagai bagian dari dinamikanya, banyak juga UMKM (khususnya UK
dan UM) yang mampu meningkatkan produktivitasnya lewat investasi
dan perubahan teknologi; walaupun negara berbeda mungkin punya
pengalaman berbeda dalam hal ini, tergantung pada banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut bisa termasuk tingkat pembangunan ekonomi
pada umumnya dan pembangunan sektor terkait pada khususnya; akses
ke faktor-faktor penentu produktivitas paling penting, khususnya
modal, teknologi, atau pengetahuan dan sumber daya manusia (SDM);
dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah
yang
mendukung
keterkaitan-keterkaitan produksi antara UMKM dan UB, termasuk
dengan
perusahaan-perusahaan
asing/berbasis
penanaman
modal
asing).57
57
Di NSB, UB mencapai peningkatan produktivitas untuk sebagian besar adalah dari
teknologi-teknologi maju yang ada di dunia. Misalnya dari penanaman modal asing (PMA) dalam
bentuk lisensi teknologi dan kerja sama dalam berbagai bentuk, seperti joint ventures dan aliansi
strategis. Seperti ini tidak didapat di kebanyakan UMKM (Berry dkk., 2001).
Universitas Sumatera Utara
50
10. Seperti sering dikatakan di dalam literatur, satu keunggulan dari
UMKM adalah tingkat fleksibilitasnya yang tinggi, relatif terhadap
pesaingnya (UB). Dalam Berry dkk. (2001), kelompok usaha ini dilihat
sangat penting di industri-industri yang tidak stabil atau ekonomiekonomi yang menghadapi perubahan-perubahan kondisi pasar yang
cepat, seperti krisis ekonomi 1997/98 yang dialami oleh beberapa
negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.58
Oleh karena itu, dengan menyadari betapa pentingnya UMKM (paling
tidak secara potensial) seperti yang diuraikan di atas tersebut, tidak heran kenapa
pemerintah-pemerintah di hampir semua negara sedang berkembang (termasuk
Indonesia) sudah sejak lama mempunyai berbagai macam program, dengan skimskim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting, untuk mendukung
perkembangan dan pertumbuhan UMKM. Tidak hanya itu, lembaga-lembaga
internasional pun, seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan
Organisasi Dunia untuk Industri dan Pembangunan (the United Nation Industry
and Development Organisation/UNIDO) dan banyak negara donor lewat kerja
sama-kerja sama bilateral juga sangat aktif selama ini dalam upaya-upaya
pengembangan (atau capacity building) UMKM di negara sedang berkembang.
58
Ini kelihatan pada saat krisis ekonomi 1997/98, UMKM bisa menghadapinya lebih baik
dari UB, karena fleksibilitas UMKM yang lebih besar membuat mereka bisa menyesuaikan proses
produksi selama krisis tersebut; walaupun banyak juga UMKM yang tutup usaha atau mengurangi
kegiatan produksi mereka karena terhimbas oleh efek-efek negatif yang muncul dari krisis
tersebut. Banyak yang berpendapat bahwa tidak terlalu tergantungnya UMKM pada pasar-pasar
dan kredit formal membuat kelompok usaha tersebut merespon lebih cepat dan luwes daripada UB
terhadap goncangan-goncangan yang muncul secara mendadak (Berry, dkk. 2001).
Universitas Sumatera Utara
51
D. Pengaturan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia
Pengaturan UMKM sangat erat kaitannya dengan peraturan perundangundangan nasional dan internasional. Undang-Undang yang pertama kali dibuat
pemerintah mengenai UMKM adalah Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang
“Usaha Kecil”. Undang-Undang ini lahir dengan didampingi undang-undang yang
mendukungnya
yaitu
Undang-Undang
Nomor
5
Tahun
1984
tentang
“Perindustrian”, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang “Perkoperasian”,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang “Penanaman Modal Asing dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang “ Penanaman Modal Dalam
Negeri”. Semua undang-undang tersebut menjadi acuan dibentuknya undangundang usaha kecil. Pengaturan perundang-undangan perdagangan internasional
yang berkaitan dengan usaha kecil yaitu aturan penanaman mengenai perdagangan
barang ekspor-impor yaitu TRIM yang tercantum dalam WTO yang merupakan
tindakan lanjut GATT 1994.
Segala pengaturan yang ada kaitannya dengan usaha kecil tersebut adalah
pengaturan yang ikut mendukung terbentuknya undang-undang usaha kecil yang
saat ini dikenal dengan UMKM.59 Dengan berkembangnya sistem perekonomian
di Indonesia, Undang-Undang usaha kecil mengalami perubahan, yang dimana
substansi dari undang-undang tersebut banyak mengalami perubahan. UndangUndang Nomor 9 Tahun 1995 tentang “Usaha Kecil” telah di ubah menjadi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang “Usaha Mikro Kecil dan
Menengah”.
59
Jeane Nelte Saly, Usaha Kecil, Penanaman Modal Asing Dalam Perspektif
Perdagangan Internasional,(Jakarta : Penerbit Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2001), hal. 25
Universitas Sumatera Utara
52
Dalam undang-undang yang baru ini berisi aturan mengenai :
1. Landasan, Asas, dan Tujuan
2. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan
3. Kriteria
4. Penumbuhan Iklim Usaha
5. Pengembangan Usaha
6. Pembiayaan dan Penjaminan
7. Kemitraan
8. Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
9. Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana
a. Landasan, Asas dan Tujuan
Landasan pemberdayaan UMKM adalah Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, Asas yang tercantum dalam undang-undang ini yaitu kekeluargaan,
demokrasi
ekonomi,
kebersamaan,
efisiensi
berkeadilan,
berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan
ekonomi nasional. Asas ini diberlakukan agar para pengusaha dari UMKM ini
lebih efektif dan lebih menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam
membangun perekonomian Indonesia dengan menerapkan asas-asas tersebut.
Asas-asas yang ada didalam undang-undang tersebut yaitu : Asas kekeluargaan,
asas demokrasi nasional, asas kebersamaan, asas efisiensi berkeadilan, asas
berwawasan lingkungan, asas kemandirian, asas keseimbangan kemajuan, asas
Universitas Sumatera Utara
53
kesatuan ekonomi nasional. Dan semua asas itu ada dalam bab II, Pasal 2
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.
b. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan usaha kecil dilakukan untuk menumbuhkan sikap
kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan UMKM agar dapat berkarya
dengan prakarsa sendiri. Selain itu dapat juga mewujudkan kebijakan publik yang
transparan, akuntabel dan berkeadilan, dan melakukan pengembangan usaha
berbasis potensi daerah dan berorientasi dalam UMKM tersebut sehingga dapat
melakukan peningkatan daya saing yang berorientasi tinggi.
Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM ada dalam Bab II, Pasal 4 dan Pasal 5.
c. Kriteria-Kriteria UMKM
Berdasarkan Pasal 6 beserta penjelasannya, pada UU No.20 Tahun 2008
tentang UMKM, kriteria UMKM dilihat dari jumlah kekayaan bersih dan hasil
dari para pengusaha UMKM. Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah
hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha dengan total nilai kewajiban, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Yang dimaksud dengan “hasil
penjualan tahunan” yang ada tertulis dalam undang-undang tersebut mengartikan
hasil penjualan bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam
satu tahun buku. Kriteria-kriteria UMKM ini juga ditetapkan pada undang-undang
No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, namun besaran jumlah yang ada dalam
undang-undang lama berbeda dengan undang-undang yang baru. Terdapat
perbedaan jumlah nominal yang ada didalam undang-undang tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang No.9 Tahun 1995 Tentang Koperasi dan Usaha
Universitas Sumatera Utara
54
Kecil Menengah, kegiatan ekonomi rakyat ini memiliki kekayaan bersih berkisar
50 juta-200 juta dengan omzet penjualan sebesar Rp 1 milyar, namun pada UU
No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, usaha ini memiliki
kekayaan bersih berkisar Rp 50 juta-Rp 500 juta dengan penjualan tahunan
berkisar Rp 300-Rp 2,5 milyar.
d. Penumbuhan Iklim Usaha
Penumbuhan iklim usaha dituangkan dalam Pasal 7 UU Nomor 20 Tahun
2008. Penumbuhan iklim usaha bagi kegiatan UMKM tersebut harus disertai
dengan bantuan pemerintah setempat. Bantuan tersebut dapat berupa pendanaan,
sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan, kesempatan
berusaha, promosi dagang, dukungan kelembagaan. Hal-hal tersebut dapat
dilaksanakan jika masyarakat mendukung program-program yang telah ditetapkan
pemerintah setempat demi terciptanya usaha-usaha baru yan berbasis UMKM.
Dengan berkembangnya iklim usaha tersebut membuat banyaknya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat terutama bagi masyarakat yang memiliki latar
belakang pendidikan rendah.
e. Pendanaan dan Pembiayaan UMKM
Berdasarkan Pasal 8 UU No.20 Tahun 2007 tentang UMKM, aspek
pendanaan dan pembiayaan UMKM juga dikenal dengan aspek pendanaan usaha
yang dimana hal tersebut dituangkan dalam Pasal 7 dalam Undang-Undang
tersebut. Pendanaan usaha digerakkan demi memperluas jaringan usaha dari
UMKM tersebut melalui pemberian fasilitas peminjaman melalui perbankan
dengan prosedur yang lebih mudah. Dengan kemudahan mendapatkan dana,
Universitas Sumatera Utara
55
UMKM yang ada pasti akan mudah untuk melakukan inovasi-inovasi yang baru
terhadap produk-produk UMKM yang ada.
Pembiayaan UMKM dijelaskan dalam Pasal 21 dan Pasal 22 UU No.20
Tahun 2008 dimana peran pemerintah, BUMN, Usaha Besar dapat memiliki
inisiatif terhadap pemberian kredit atau mengalokasikan dana khusus untuk
membesarkan pengusaha UMKM sendiri.
f. Sarana dan Prasarana Serta Informasi UMKM
Pasal 8 UU UMKM menjelaskan kegiatan pemberian sarana dan prasarana
dalam UMKM memaksudkan adanya pemberihan kemudahan terhadap para
pengusaha UMKM dalam keringanan tarif prasarana tertentu sesuai dengan
peraturan daerah setempat. Aspek informasi UMKM dapat dilihat dari Pasal 10
yang
menjelaskan untuk membantu para pihak yang di dalam UMKM
memperoleh informasi dalam mengembangkan usahanya dan memperoleh
informasi dalam kemudahan mencari dana tambahan.
g. Aspek Perizinan UMKM
Pasal 12 UU UMKM mengatur aspek perizinan berhubungan dengan
penyederhanaan tata cara dan jenis perizinan dalam pendirian UMKM. Aspek ini
dimulai dari kesederhanaan dalam proses, kejelasan dalam pelayanan, kepastian
waktu penyelesaian, kepastian biaya, dan lain-lain yang menyangkut mengenai
pendirian UMKM. Adanya aspek ini dicetuskan dalam undang-undang, agar para
pengusaha lebih terbantu dalam membuka usahanya. Dengan adanya kejelasan
dalam aspek perizinan ini membuat minat masyarakat dalam mengembankan
UMKM menjadi lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
56
h. Kesempatan Berusaha UMKM
Pasal 13 UU UMKM, aspek kesempatan berusaha ini dilakukan dengan
tujuan untuk memberdayakan UMKM tersebut dengan cara pemberian lokasi
yang layak, menetapkan alokasi, mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha
untuk lebih mudah dikembangkan dan juga untuk melindungi usaha tertentu yang
dianggap baik untuk dikembangkan oleh UMKM. Hal ini juga jelas lebih
menguntungkan produk yang dihasilkan oleh UMKM melalui pengadaan secara
langsung dan memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan bagi para
pengusaha UMKM jika mengalami permasalahan.
i. Aspek Promosi dan Pemasaran UMKM
Pasal 14 UU UMKM memaparkan bahwa promosi dan pemasaran lebih
ditujukan untuk meningkatkan daya promosi dari usaha-usaha UMKM.
Peningkatan aspek promosi dan pemasaran ini dapat membantu para pengusaha
UMKM sendiri untuk lebih mudah mengembangkan produk-produknya diluar
daerah produknya dibuat atau bahkan dapat diperkenalkan di luar negaranya.
Kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan secara intensif dan terarah akan
menghasilkan nilai positif bagi Indonesia sendiri, dimana dengan dikenalnya
produk-produk UMKM di Indonesia dan di luar negeri, ini akan membantu
meningkatkan nilai ekonomi di Indonesia. Kegiatan ini akan berjalan dengan
lancar jika pemerintah memberikan fasilitas yang memadai dan melindungi hak
atas kekayaan intelektual atas produk-produk UMKM.
Universitas Sumatera Utara
57
j. Aspek Dukungan Kelembagaan UMKM
Pasal 15 UU UMKM memaparkan aspek dukungan kelembagaan UMKM
terdiri atas :
a. Inkubator Bisnis
b. Lembaga Layanan Pengembangan Usaha
c. Konsultan Keuangan Mitra Bank
k. Aspek Pengembangan UMKM
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berperan dalam mengembangkan
UMKM yang sesuai dengan Pasal 16 UU UMKM dimana fungsi dari pemerintah
pusat dan pemerintah daerah yaitu memfasilitasi UMKM dalam bidang produksi
dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi. Selain
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha juga memiliki peranan yang penting
untuk mengembangkan UMKM agar mampu bersaing dengan produk-produk luar
yang masuk ke Indonesia.
l. Aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia UMKM
Pasal 19 UU UMKM pengembangan SDM UMKM dapat dilakukan
dengan meningkatkan ketrampilan secara teknik kepada para pengusaha dan
memperkenalkan dunia UMKM kepada SDM melalui program-program
ketrampilan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
m. Aspek Perjanjian, Kemitraan dan Pola Kemitraan
Pasal 34 UU UMKM mengatur aspek perjanjian, serta tujuan dan
pengaturan kemitraan UMKM diatur pada Pasal 11 dan Pasal 25, dan pola
kemitraan terdapat dalam Pasal 26 UU UMKM.
Universitas Sumatera Utara
58
n. Saksi Administrasi dan Ketentuan Pidana
Sanksi administrasi dan ketentuan pidana diatur dalam Pasal 39 dan Pasal
40 UU UMKM. Disini diatur mengenai pelanggaran yang dilakukan dari para
pengusaha, baik pengusaha besar ataupun menengah yang telah melanggar
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan UU UMKM. Jumlah nominal yang harus
dibayar oleh pihak yang bersalah telah ditentukan dalam Pasal tersebut, dan jika
terdapat tindakan yang mengacu terhadap penipuan agar dapat memperoleh
keuntungan demi dirinya, sanksi yang diberikan bukan hanya ganti rugi namun
adanya kurungan penjara yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
PENGATURAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI
INDONESIA
A. Pengertian, Sejarah dan Dasar Hukum Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
1.
Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Belum
kokohnya fundamental
perekonomian
Indonesia saat
ini,
mendorong pemerintah untuk terus memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan
memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan
perusahaan
yang lebih cenderung menggunakan modal
besar
(capital
intensive). Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena
terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca
krisis
ekonomi. Disisi
lain, UMKM
juga
menghadapi
banyak
sekali
permasalahan, yaitu terbatasnya modal kerja, Sumber Daya Manusia yang rendah,
dan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi (Sudaryanto dan
Hanim, 2002). Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan
prospek usaha yang kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum
mantap. Hal ini terjadi karena umumnya UMKM bersifat income gathering yaitu
menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut: merupakan usaha milik
keluarga, menggunakan teknologi yang masih relatif sederhana, kurang memiliki
26
Universitas Sumatera Utara
27
akses permodalan (bankable), dan tidak ada pemisahan modal usaha
dengan kebutuhan pribadi.37
Krisis yang berkepanjangan menuntut adanya solusi yang dapat dilakukan
oleh pemerintah. Umumnya solusi yang dapat dicapai adalah dengan adanya
pemberdayaan rakyat yang diwujudkan dengan melakukan pemberdayaan
ekonomi rakyat yang tidak akan jauh dari upaya menggali peran dan melihat
posisi Usaha Kecil Menengah.38
Sebelum menelusuri tentang usaha mikro, kecil dan menengah lebih jauh,
maka terlebih dahulu dipahami tentang pengertian usaha mikro, kecil dan
menengah, agar dapat berpedoman pada pengertian yang sama dalam melakukan
pembahasan, guna memperoleh hasil atau paling tidak mendekati sasaran yang
hendak dicapai. Dalam Pasal 1 angka (1, 2 dan 3) UU UMKM 2008 tentang
UMKM diberikan pengertian atau batasan tentang UMKM sebagai berikut :39
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
37
Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas ASEAN,
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Strategi Pemberdayaan UMKM.pdf/diakses pada
tanggal 18 April 2017
38
Hg. Suseno, Firman Sulistiyowati, Dionysius Desimbrianto, Reposisi Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah dalam Perekonomian Indonesia, (Yogyakarta, Universitas Sanata
Dharma,2005), hal. 4
39
Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2008 tentang “ Usaha Mikro, Kecil dan Menengah”
Universitas Sumatera Utara
28
Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undangundang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini.
Namun beberapa instansi pemerintahan memberikan pengertian yang
berbeda mengenai defenisi UMKM, yang dapat dilihat dari perbedaan jumlah
penghasilan dan kekayaan UMKM tersebut, yaitu: 40
A. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Usaha kecil
( termasuk mikro) merupakan entitas usaha yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 200.000.000. Didalamnya tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan
paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah
adalah entitas usaha milik warga Negara Indonesia yang memiliki
kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 hingga Rp
10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
B. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan defenisi UMKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha Kecil merupakan entitas usaha yang
memiliki tenaga kerja 5 hingga 15 orang, sedangkan usaha menengah
40
Gatut Susanto, M. Azirin Syamsuddin, Cara Mudah Mendirikan dan Mengelola
UMKM,(Jakarta: Raih Asa Sukses, 2009), hal. 6
Universitas Sumatera Utara
29
merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 hingga 90
orang.
C. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994,
Usaha Kecil didefenisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang
telah melakukan kegiatan, dengan penjualan tahun setinggi-tingginya
Rp 600.000.000 atau asset / aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000
(diluar tanah dan bangunan yang ditempati).
Usaha Kecil tersebut terdiri dari :
1). Badan usaha, termasuk di dalamnya Fa/Firma, CV, PT, dan
Koperasi.
2). Perorangan, yang termasuk perorangan disini adalah pengrajin/
industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan,
penambang, pedagang barang, dan jasa.
D. World Bank (Bank Dunia) memiliki defenisi tersendiri mengenai
UMKM, dimana defenisinya sebagai berikut :
1). Medium Enterprise (Usaha Menengah). Usaha ini memiliki kriteria
jumlah karyawan maksimal 300 orang, mempunyai pendapatan
sebesar hingga US$ 15 juta; serta memiliki jumlah aset hingga
sejumlah US$ 15 juta.
2). Small Enterprise, Usaha ini memiliki kriteria jumlah karyawan
kurang dari 30 orang, dimana pendapatan selama setahun tidak
memiliki US$ 3 juta, dan memiliki total asset tidak melebihi US$ 3
juta.
Universitas Sumatera Utara
30
3). Micro Enterprise, Usaha ini memiliki kriteria jumlah karyawan
kurang dari 10 orang, dimana pendapatan setahun tidak melebihi
US$ 100 ribu, sedangkan jumlah asset tidak melebihi US$ 100
ribu.41
Selain dari pengertian UMKM diatas, beberapa sarjana ada juga
memberikan pendapatnya tentang UMKM, yaitu:42
a. Pengertian UMKM dikemukakan oleh Rudjito. Beliau mengemukakan
bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah usaha yang memiliki
peran yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari
segi jumlah usaha maupuan dari segi penciptaan lapangan kerja.
b. Pengertian yang dikemukakan oleh Ina Primiana. Beliau mengatakan
bahwa, Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah pengembangan empat
kegiatan ekonomi utama yang menjadi motor penggerak pembangunan,
yaitu; agribisnis, industri manufaktur, sumber daya manusia, dan bisnis
kelautan. Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah pengembangan
kawasan andalan untuk mempercepat pemulihan perekonomian melalui
pendekatan wilayah atau daerah, yaitu dengan pemulihan wilayah atau
daerah untuk mewadahi program prioritas dan pengembangan sektorsektor dan potensi. Usaha kecil adalah peningkatan upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat.
41
Solehuddin Murip, Business Plan Praktis & Dahsyat untuk UMKM, (Bekasi ; Lascar
Aksara, 2002), hal. 1-3
42
Pengertian UMKM Menurut Para Ahli Ekonomi, http://pengayaan.com/pengertianumkm-menurut-para-ahli-ekonomi. diakses pada tanggal 23 Oktober 2016
Universitas Sumatera Utara
31
c. Pengertian UMKM menurut para ahli ekonomi yang dikemukakan oleh
M. Kwartono. Beliau mengatakan bahwa usaha kecil adalah kegiatan
ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Atau
yang
memiliki
hasil
penjualan
tahunan
paling
banyak
Rp.
1.000.000.000 dan milik warga negara Indonesia. (Adi, 2007:12).
2. Sejarah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Usaha Mikro Kecil Menengah pada mulanya tidak mengalami kemajuan
yang sangat berarti baik dari segi kuantitas maupun dari kualitas, karena pada saat
itu belum terdapat perhatian yang serius dari pihak-pihak yang berwenang,
perhatian hanya diarahkan sebagai bentuk formalitas saja. Tapi sejak terjadinya
krisis moneter pada tahun 1997/1998 di mana UMKM ternyata mempunyai
ketahanan yang relatif baik dibanding usaha besar, maka pihak-pihak yang
berwenang sudah mulai sangat memperhatikan terhadap perkembangan UMKM
baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. 43
Adapun perkembangan UMKM di Indonesia sudah cukup pesat menurut
BPS pada tahun 2007 ada sebanyak 49,8 juta unit usaha atau 99,99 persen
terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya
mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja di
Indonesia. Dari jumlah tersebut ternyata pada tahun 2007 UMKM mampu
mendukung Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh sebesar 6,3 persen
43
Perkembangan UMKM di Indonesia, http://karyatulisilmiah.com/perkembanganumkm-di-indonesia/ diakses pada tanggal 18 April 2017
Universitas Sumatera Utara
32
terhadap tahun 2006, bila dirinci menurut skala usaha pertumbuhan PDB usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) mencapai 6,4 persen dari usaha besar (UB)
tumbuh 6,2 persen. Dibanding tahun 2006 pertumbuhan UMKM hanya 5,7 persen
dan PDB hanya 5,2 persen. Pada tahun 2007 total nilai PDB Indonesia mencapai
Rp.3.957,4 triliun, dimana UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp.2.121,3
triliun atau 53,6 persen dari PDB Indonesia.44
Pertumbuhan PDB UMKM tahun 2007 terjadi disemua sektor ekonomi.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan sebesar 9,3 persen, diikuti
sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,5 persen, dan sektor pertambangan dan
penggalian sebesar 7,8 persen. Adapun hasil eksport produksi UMKM selama
tahun 2007 mencapai Rp.142,8 triliun atau 20 persen terhadap total eksport nonmigas nasional sebesar Rp.713,4 triliun. (Kompas 2005).45
Perkembangan UMKM ini tidak terlepas adanya dukungan dari pihak
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terutama melalui
aturan-aturan yang dikeluarkan misalnya, adanya undang-undang tentang Bank
Indonesia sejak 16 Nopember 1999, yang mendukung pengembangan UMKM
melalui pemberian kredit.
44
45
Ibid., hal.1
Ibid., hal 1
Universitas Sumatera Utara
33
3. Dasar Hukum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
UMKM sebenarnya sudah ada sebelum lahirnya Undang-Undang UMKM
baru, namun adapun yang menjadi aturan dipakai selama UMKM berlangsung
sebelum lahirnya undang-undang UMKM yaitu digunakannya KUHPerdata
sebagai UU yang mengatur mekanisme kegiatan ekonomi secara umum.46
Pada pokoknya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki
dasar hukum dalam pelaksanaannya di Indonesia, diantaranya :47
a. Pembukaan UUD tahun 1945
Dari pembukaan ini terdapat tujuan untuk memajukan kesejahteraan
umum” artinya bukan hanya untuk sebagian masyarakat saja sehingga
pemerintah bertanggung jawab penuh untuk mengusahakan suatu sistem yang
memenuhi tujuan ini.
Berikut bunyi Pembukaan alinea 4:”Kemudiaan daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah
Kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan
46
Aulia Rachman Amirtin, skripsi “Perlindungan Hukum Terhadap UMKM dari
Perbuatan Pelanggaran Hak Atas Merek”, Program Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, 2010, hal. 29
47
Inilah Pokok-Pokok Aturan UMKM dalam Konstitusi dan UU No.20 Tahun 2008,
http://www.rmol.co/read/2015/07/10/209872/Inilah-Pokok-pokok-Aturan-UMKM-dalamKonstitusi-dan-UU-20/2008. diakses pada tanggal 23 Oktober 2016
Universitas Sumatera Utara
34
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia."
b. Pasal-Pasal dalam UUD tahun 1945
1. Pasal 33 UUD 1945
Pengembangan daya saing UMKM merupakan bagian dari kegiatan
perekonomian nasional. Berikut dasar peraturan perundang-undangan untuk
pengembangan daya saing.
"Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan."
"Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.”
"Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat."
"Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional."
"Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang."
Universitas Sumatera Utara
35
2. Pasal 34 UUD 1945
Berikut bunyi Pasal 34 ayat 1:
"Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan."
3. UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM
Pemerintah telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 20 tahun
2008, tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada 4
Juli 2008. Undang-Undang ini merupakan landasan dan payung hukum
untuk memberdayakan UMKM di tanah air. Maksudnya, pemberlakuan UU
tersebut memberikan implikasi yang luas bagi semua stakeholder untuk
menjadikannya sebagai pedoman bersama ke arah perubahan paradigma
pemberdayaan UMKM.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, tentang UMKM terdiri dar1
11 bab, 44 pasal, dan 45 ayat. Di antara pasal-pasal tersebut terdapat lima
pasal yang mendelegasikan secara tegas pengaturan beberapa substansi secara
lebih detail dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP). Pertama, pasal 12 ayat (2),
tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Usaha bagi UMKM. Kedua, pasal
16 ayat (3) tentang Tata Cara Pengembangan UMKM. Ketiga, pasal 37,
tentang Kemitraan. Keempat, pasal 38 ayat (3), tentang Penyelenggaraan
Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan UMKM. Kelima, pasal 39 ayat (3),
tentang Tata Cara Pemberian Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Dalam
Hubungan Kemitraan Usaha.
Universitas Sumatera Utara
36
Undang-Undang ini, auranya adalah pemberdayaan, di mana esensi
dari pemberdayaan itu adalah unsur penciptaan iklim usaha serta pembinaan dan
pengembangan. Penciptaan iklim usaha merupakan refleksi tugas Pemerintah
yang
diwujudkan
dalam
berbagai
bentuk
kebijakan,
peraturan dan
perundangan yang mengarahkan untuk mengatasi permasalahan ekternal yang
dihadapi UMKM dan memfasilitasi terbukanya peluang berusaha secara
berkeadilan. Pada undang-undang ini penciptaan iklim usaha mencakup aspek
pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, perijinan usaha, kesempatan
berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan. Sedangkan pembinaan
dan pengembangan usaha merupakan upaya yang dilakukan pemerintah,
pemerintah daerah bersama dunia usaha dan masyarakat. Pengembangan
usaha terhadap UMKM yang dilakukan dengan partisipasi dunia usaha dan
masyarakat itu, sejatinya berdimensi luas menyangkut bidang fungsi bisnis
atau usaha, yaitu: produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan teknologi.
b. Jenis dan Bentuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Sebagaimana dimuat dalam Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM menyebutkan secara terperinci mengenai kriteria UMKM, yakni :48
1.
Kriteria usaha mikro dalam pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun
2008 yaitu :
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
48
Pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang “Usaha Mikro, Kecil dan Menengah”
Universitas Sumatera Utara
37
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (lima
ratus juta rupiah).
Ciri-ciri usaha mikro dapat dijabarkan sebagai berikut :49
a.
Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti;
b.
Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat;
c.
Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
d.
Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai;
e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
f.
Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
g.
Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro :
a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan
pembudidaya;
b. Industri makanan dan minuman, industri meubel pengolahan kayu dan
rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat;
c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;
49
Pengertian
dan
Kriteria
Usaha
Mikro,
Kecil
dan
Menengah,
http://restafebri.blogspot.co.id/2009/03/pengertian-dan-kriteria-usaha-mikro_08.html diakses pada
tanggal 25 Oktober 2016
Universitas Sumatera Utara
38
d. Peternakan ayam, itik dan perikanan;
e. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit
(konveksi).
2. Kriteria usaha kecil dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang No.20 Tahun
2008 yaitu :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
Ciri-ciri usaha kecil yaitu :
1. Milik sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang tidak memiliki, dikuasai, atau berafilisi baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
2. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Contoh usaha kecil yaitu :
a) Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga
kerja;
b) Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
Universitas Sumatera Utara
39
c) Pengrajin industri makanan dan minuman, industri mebel, kayu dan
rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri
kerajinan tangan;
d) Peternakan ayam, itik dan perikanan;
e) Koperasi berskala kecil.
3.
Kriteria usaha menengah pada Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang No.20
Tahun 2008 yaitu :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).
Ciri-ciri usaha menengah yaitu :
1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih
baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang
jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian
produksi;
2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan,
telah ada jamsostek, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain;
Universitas Sumatera Utara
40
4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga,
izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan;
5. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
6. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan
terdidik.
Contoh usaha menengah yaitu :
a) Usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;
b) Usaha perdagangan (grosir) termasuk ekspor dan impor;
c) Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garmen dan jasa
transportasi taksi dan bus antar propinsi;
d) Usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan marmer buatan.
Selain
berdasar
Undang-undang
tersebut,
dari
sudut
pandang
perkembangannya Usaha Kecil Dan Menengah dapat dikelompokkan dalam
beberapa kriteria Usaha Kecil Dan Menengah yaitu:50
1. Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang
digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih
umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang
kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki
sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
50
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, https://asepfirman17. wordpress.com/
administrasi-pendidikan/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm/ diakses pada tanggal 10
November 2016
Universitas Sumatera Utara
41
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan
subkontrak dan ekspor
4.
Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi
menjadi Usaha Besar (UB).
Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Berdasarkan Lembaga dan Negara
Asing Lembaga dan negara-negara asing mendefinisikan Kriteria Usaha Kecil dan
Menengah bersarkan pada beberapa hal yaitu, jumlah tenaga kerja, pendapatan
dan jumlah aset. Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah tersebut sebagai berikut:
1. Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Menurut World Bank.
Menurut World Bank Usaha Kecil Dan Menengah dikelompokkan menjadi
tiga kelompok:
a. Medium Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan maksimal 300 orang
2). Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta
3). Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta
b. Small Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan kurang dari 30 orang
2). Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta
3). Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta
c. Micro Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
Universitas Sumatera Utara
42
2). Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu
3). Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu
2. European Commision, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :
a. Medium-sized Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan kurang dari 250 orang
2). Pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta
3). Jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta
b. Small-sized Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan kurang dari 50 orang
2). Pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta
3). Jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta
c. Micro-sized Enterprise, dengan kriteria :
1). Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
2). Pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta
3). Jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta
C. Urgensi Usaha Mikro,Kecil dan Menengah Dalam Perekonomian Di
Indonesia
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UMKM memiliki peranan
yang cukup kuat, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan
rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik dalam sektor tradisional
maupun modern. Peranan UMKM ini menjadi bagian yang diutamakan dalam
setiap perencanaan tahapan pembangunan. Namun jika dilihat hasilnya, maka
Universitas Sumatera Utara
43
belum cukup memuaskan karena pada kenyataannya kemajuan UMKM sangat
kecil dibandingkan dengan usaha besar. Hal tersebut dilihat dari lebih
berkembangnya pengusaha-pengusaha besar yang mencakup semua sektor, baik
dari sektor perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan terutama industri.
Perkembangan usaha besar ini didukung oleh pemerintah yang sangat berpihak
terhadap usaha besar.51
Adapun perkembangan UMKM di Indonesia sudah cukup pesat menurut
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Hingga akhir 2013
jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia tercatat
sebanyak 57.895.721, atau naik 2,41% dari 56.534.592 pada 2012. Sementara itu
data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, saat ini banyaknya
wirausaha baru di Indonesia pada 2011 mencapai 3.707.205, atau sekitar 1,65%
dari seharusnya 4,75 juta jiwa. Data berikutnya adalah jumlah tenaga kerja dari
BPS yang dirilis Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan kenaikan 6,03%
dari 107.657.509 pada 2012 meningkat menjadi 114.144.082 pada 2013.
Sedangkan data BPS tentang jumlah koperasi , juga terus bertambah 4,84% dari
194.29 jiwa menjadi 203.701 pada 2013. Serta jumlah anggota koperasinya juga
ikut naik 4,1% dari 32.869.439 menjadi 35.258.737. Lagi, jumlah tenaga kerja
yang berhasil diserap koperasi pada 2012 tercatat sebanyak 429.678 jiwa yang
2012. Setahun berikutnya, para pekerja yang terserap di koperasi mencapai
473.603.52
51
Tiktik Sartika Partomo dan Abd.Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala
Kecil/Menengah dan Koperasi,(Bogor ; Ghalia Indonesia, 2004), hal.20
52
Koperasi dan UMKM Dalam Angka, http://www.neraca.co.id/article/39432/koperasidan-umkm-dalam-angka/ diakses pada tanggal 18 April 2017
Universitas Sumatera Utara
44
Data BPS tahun 2012 juga menyebutkan kontribusi UMKM dalam
pembentukan PDB tahun 2012 meningkat 46 persen atau menjadi sebesar
Rp1.505 triliun dibandingkan Rp1.032 triliun pada tahun 2006. Sejak tahun 2009,
setelah pemerintah membentuk Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI),
pembiayaan diberikan baik secara konvensional maupun berdasarkan prinsip
syariah kepada korporasi dan UKM. Data BPS menunjukkan nilai ekspor UMKM
tahun 2012 tercatat tumbuh 28,2 persen sebesar Rp208 triliun dari tahun 2009
yang sebesar Rp162,2 triliun. Selanjutnya pada tahun 2015, pemerintah
mengalokasikan dana sebagai tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada
LPEI sebesar Rp1 triliun. Nota Keuangan APBN 2015 menyebutkan salah satu
tujuan PMN kepada LPEI adalah untuk meningkatkan kapasitas LPEI dalam
memberikan pembiayaan berorientasi ekspor kepada sektor UKM. Selain melalui
program KUR dan LPEI, dukungan Pemerintah terhadap sektor UMKM tercermin
dalam alokasi APBN 2015 melalui alokasi dana bergulir. Kebijakan dana bergulir
tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2008 untuk penguatan modal bagi
Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (KUMKM). Nota Keuangan
APBN 2015 menyebutkan dana bergulir telah direalisasikan sebesar Rp4.567,7
miliar kepada 570.350 KUMKM serta menyerap kurang lebih 1.140.700 tenaga
kerja.53
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai sasaran utama pembangunan harus
dilandasi dengan komitmen dan koordinasi yang baik antara pemerintah,
53
M.Z Abidin, Kebijakan Fiskal dan Peningkatan Peran Ekonomi UMKM,
http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/adoku/2013/kajian/pprf/Laporan_Tim_Kajian_Kebij
akan_Antisipasi_Krisis_Tahun_2012_Melalui_KUR.pdf/ diakses pada tanggal 18 April 2017
Universitas Sumatera Utara
45
pengusaha dan lembaga non bisnis serta masyarakat setempat dengan menerapkan
strategi agresif yang berbasis pada ekonomi jaringan (kemitraan). Pengembangan
usaha mikro, kecil dan menengah secara keseluruhan dilakukan dengan cara
memberi dukungan positif dan nyata terhadap pengembangan sumber daya
manusia, teknologi, informasi, akses pendanaan serta pemasaran.54
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan suatu subjek yang penting
dalam analisa kebijakan pemerintah Indonesia yang didasari oleh beberapa alasan.
Pertama, UMKM di negara manapun memainkan suatu peran yang sangat penting
di dalam pembangunan ekonomi. Mereka secara khas memperkerjakan 60 % atau
lebih banyak lapangan kerja industri dan menghasilkan sampai separuh output.
UMKM merupakan suatu komponen penting dalam proses industrialisasi yang
lebih luas. Kedua, UMKM merupakan suatu sarana untuk mempromosikan bisnis
pribumi dan sebagai alat redistribusi aset secara etnik. Lebih umum lagi, ada suatu
pemisahan antara standar pendekatan ahli ekonomi terhadap intervensi kebijakan,
yang menekankan solusi orientasi pasar sebagai kunci pembangunan ekonomi
yang cepat.55
Dari perspektif dunia, diakui bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
mempunyai suatu peran yang sangat vital didalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara yang sedang berkembang,
seperti Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju, seperti Jepang, Amerika
54
Abdullah Abidin, Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai
Kekuatan
Strategis
Dalam
Mempercepat
Pembangunan
Daerah,
http://langgudubima.blogspot.com/2009/06/pengembangan-usaha-mikro-kecil-dan.html. diakses
tanggal 10 November 2016
55
Diswandi, Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di
Indonesia,http://shoppingh.blogspot.co.id/2012/06/strategi-pengembangan-usaha-mikrokecil.html/ diakses pada tanggal 18 April 2017
Universitas Sumatera Utara
46
Serikat, dan negara-negara di Eropa. Di Indonesia, sudah sering dinyatakan dalam
banyak seminar dan lokakarya, dan juga banyak dibahas di media-media massa
bahwa UMKM di Indonesia sangat penting, terutama sebagai sumber
pertumbuhan kesempatan kerja atau pendapatan. Pernyataan tersebut tentu tidak
tanpa alasan. Fakta menunjukkan bahwa memang kesempatan kerja diciptakan
oleh kelompok usaha besar. Oleh karena itu, UMKM sangat diharapakan untuk
terus bisa berperan secara optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran
yang jumlahnya cenderung meningkat terus setiap tahunnya. Dengan banyak
menyerap tenaga kerja berarti UMKM juga mempunyai peran strategis dalam
upaya pemerintah selama ini dalam memerangi kemiskinan di dalam negeri.
Di dalam literatur diakui secara luas bahwa negara sedang berkembang
(NSB), UMKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka
yang berbeda dengan usaha besar (UB), yaknin sebagai berikut: 56
1. Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi jumlah UB), terutama
dari kategori usaha mikro (UMI) dan usaha kecil (UK). Berbeda dengan
UB dan UM (usaha menengah), UMI dan UK tersebar di seluruh
pelosok pedesaan, termasuk di wilayah-wilayah yang relatif terisolasi.
Oleh karena itu, kelompok usaha ini mempunyai suatu signifikan
“lokal” yang khusus untuk ekonomi pedesaan. Dalam kata lain,
kemajuan pembangunan ekonomi pedesaan sangat ditentukan oleh
kemajuan pembangunan UMKM-nya.
56
Ciri-ciri dari UKM, khususnya di NSB, dibahas secara ekstensif di,misalnya,
Tambunan (1994),Liedholm dan Mead (1999), dan Berry dkk.(2001)
Universitas Sumatera Utara
47
2. Karena sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan
UMKM dapat dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari
kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja
dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin. Hal ini
juga yang bisa menjelaskan kenapa pertumbuhan UMKM menjadi
sangat penting di pedesaan di NSB, terutama di daerah-daerah di mana
sektor pertanian mengalami stagnasi atau sudah tidak mampu lagi
menyerap pertumbuhan tahunan dari penawaran tenaga kerja di
pedesaan.
3. Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama UMI, di NSB berlokasi
di pedesaan, kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok usaha ini juga
pada umumnya berbasis pertanian. Oleh karena itu, upaya-upaya
pemerintah mendukung UMKM sekaligus juga merupakan suatu cara
tak langsung, tetapi efektif untuk mendukung pembangunan dan
pertumbuhan produksi di sektor pertanian.
4. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih “cocok” (jika
dibandingkan dengan teknologi-teknologi canggih yang umum dipakai
oleh perusahaan-perusahaan modern/UB) terhadap proporsi-proporsi
dari faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di NSB, yakni
sumber daya alam (SDA) dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang
berlimpah (walupun jumlahnya bervariasi menurut negara atau wilayah
Universitas Sumatera Utara
48
di dalam sebuah negara), tetapi modal serta sumber daya manusia
(SDM) atau tenaga kerja berpendidikan tinggi yang sangat terbatas.
5. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan, banyak UMKM bisa
bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada
tahun 1997/98. Oleh sebab itu, kelompok usaha ini dianggap sebagai
perusahaan-perusahaan yang memiliki fungsi sebagai basis bagi
perkembangan usaha lebih besar. Misalnya UMI bisa menjadi landasan
bagi pengembangan UK, sedangkan UK bagi UM, dan UM bagi UB.
6. Walaupun pada umumnya masyarakat pedesaan miskin, banyak bukti
yang menunjukkan bahwa orang-orang desa yang miskin bisa
menabung dan mereka mau mengambil resiko dengan melakukan
investasi. Dalam hal ini, UMKM bisa menjadi suatu titik permulaan
bagi mobilisasi tabungan/investasi di pedesaan; sementara, pada waktu
yang sama, kelompok usaha ini dapat berfungsi sebagai tempat
pengujian dan peningkatan kemampuan berwirausaha dari orang-orang
desa.
7. (Masih berkaitan dengan butir 6) Terbukti bahwa pada umumnya
pengusaha-pengusaha UMKM membiayai sebagian besar dari operasioperasi bisnis mereka dengan tabungan pribadi, ditambah dengan
bantuan atau pinjaman dari saudara atau kerabat, atau dari pemberipemberi kredit kredit informal, pedagang atau pengumpul, pemasokpemasok bahan baku, dan pembayaran di muka dari konsumenkonsumen. Oleh karena itu, kelompok usaha ini dapat memainkan suatu
Universitas Sumatera Utara
49
peran penting lainnya, sebagai suatu alat untuk mengalokasikan
tabungan-tabungan pedesaan, yang kalau tidak, akan digunakan untuk
maksud-maksud yang tidak produktif.
8. Walaupun banyak barang yang diproduksi oleh UMKM juga untuk
masyarakat kelas menengah dan atas (untuk yang terakhir ini
proporsinya lebih kecil), terbukti secara umum bahwa pasar utama bagi
UMKM adalah untuk barang-barang konsumsi sederahana, mebel dari
kayu, bambu, dan rotan, barang-barang lainnya dari kayu, alas kaki, dan
alat-alat dapur dari aluminium dan plastik.
9. Sebagai bagian dari dinamikanya, banyak juga UMKM (khususnya UK
dan UM) yang mampu meningkatkan produktivitasnya lewat investasi
dan perubahan teknologi; walaupun negara berbeda mungkin punya
pengalaman berbeda dalam hal ini, tergantung pada banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut bisa termasuk tingkat pembangunan ekonomi
pada umumnya dan pembangunan sektor terkait pada khususnya; akses
ke faktor-faktor penentu produktivitas paling penting, khususnya
modal, teknologi, atau pengetahuan dan sumber daya manusia (SDM);
dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah
yang
mendukung
keterkaitan-keterkaitan produksi antara UMKM dan UB, termasuk
dengan
perusahaan-perusahaan
asing/berbasis
penanaman
modal
asing).57
57
Di NSB, UB mencapai peningkatan produktivitas untuk sebagian besar adalah dari
teknologi-teknologi maju yang ada di dunia. Misalnya dari penanaman modal asing (PMA) dalam
bentuk lisensi teknologi dan kerja sama dalam berbagai bentuk, seperti joint ventures dan aliansi
strategis. Seperti ini tidak didapat di kebanyakan UMKM (Berry dkk., 2001).
Universitas Sumatera Utara
50
10. Seperti sering dikatakan di dalam literatur, satu keunggulan dari
UMKM adalah tingkat fleksibilitasnya yang tinggi, relatif terhadap
pesaingnya (UB). Dalam Berry dkk. (2001), kelompok usaha ini dilihat
sangat penting di industri-industri yang tidak stabil atau ekonomiekonomi yang menghadapi perubahan-perubahan kondisi pasar yang
cepat, seperti krisis ekonomi 1997/98 yang dialami oleh beberapa
negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.58
Oleh karena itu, dengan menyadari betapa pentingnya UMKM (paling
tidak secara potensial) seperti yang diuraikan di atas tersebut, tidak heran kenapa
pemerintah-pemerintah di hampir semua negara sedang berkembang (termasuk
Indonesia) sudah sejak lama mempunyai berbagai macam program, dengan skimskim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting, untuk mendukung
perkembangan dan pertumbuhan UMKM. Tidak hanya itu, lembaga-lembaga
internasional pun, seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan
Organisasi Dunia untuk Industri dan Pembangunan (the United Nation Industry
and Development Organisation/UNIDO) dan banyak negara donor lewat kerja
sama-kerja sama bilateral juga sangat aktif selama ini dalam upaya-upaya
pengembangan (atau capacity building) UMKM di negara sedang berkembang.
58
Ini kelihatan pada saat krisis ekonomi 1997/98, UMKM bisa menghadapinya lebih baik
dari UB, karena fleksibilitas UMKM yang lebih besar membuat mereka bisa menyesuaikan proses
produksi selama krisis tersebut; walaupun banyak juga UMKM yang tutup usaha atau mengurangi
kegiatan produksi mereka karena terhimbas oleh efek-efek negatif yang muncul dari krisis
tersebut. Banyak yang berpendapat bahwa tidak terlalu tergantungnya UMKM pada pasar-pasar
dan kredit formal membuat kelompok usaha tersebut merespon lebih cepat dan luwes daripada UB
terhadap goncangan-goncangan yang muncul secara mendadak (Berry, dkk. 2001).
Universitas Sumatera Utara
51
D. Pengaturan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia
Pengaturan UMKM sangat erat kaitannya dengan peraturan perundangundangan nasional dan internasional. Undang-Undang yang pertama kali dibuat
pemerintah mengenai UMKM adalah Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang
“Usaha Kecil”. Undang-Undang ini lahir dengan didampingi undang-undang yang
mendukungnya
yaitu
Undang-Undang
Nomor
5
Tahun
1984
tentang
“Perindustrian”, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang “Perkoperasian”,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang “Penanaman Modal Asing dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang “ Penanaman Modal Dalam
Negeri”. Semua undang-undang tersebut menjadi acuan dibentuknya undangundang usaha kecil. Pengaturan perundang-undangan perdagangan internasional
yang berkaitan dengan usaha kecil yaitu aturan penanaman mengenai perdagangan
barang ekspor-impor yaitu TRIM yang tercantum dalam WTO yang merupakan
tindakan lanjut GATT 1994.
Segala pengaturan yang ada kaitannya dengan usaha kecil tersebut adalah
pengaturan yang ikut mendukung terbentuknya undang-undang usaha kecil yang
saat ini dikenal dengan UMKM.59 Dengan berkembangnya sistem perekonomian
di Indonesia, Undang-Undang usaha kecil mengalami perubahan, yang dimana
substansi dari undang-undang tersebut banyak mengalami perubahan. UndangUndang Nomor 9 Tahun 1995 tentang “Usaha Kecil” telah di ubah menjadi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang “Usaha Mikro Kecil dan
Menengah”.
59
Jeane Nelte Saly, Usaha Kecil, Penanaman Modal Asing Dalam Perspektif
Perdagangan Internasional,(Jakarta : Penerbit Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2001), hal. 25
Universitas Sumatera Utara
52
Dalam undang-undang yang baru ini berisi aturan mengenai :
1. Landasan, Asas, dan Tujuan
2. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan
3. Kriteria
4. Penumbuhan Iklim Usaha
5. Pengembangan Usaha
6. Pembiayaan dan Penjaminan
7. Kemitraan
8. Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
9. Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana
a. Landasan, Asas dan Tujuan
Landasan pemberdayaan UMKM adalah Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, Asas yang tercantum dalam undang-undang ini yaitu kekeluargaan,
demokrasi
ekonomi,
kebersamaan,
efisiensi
berkeadilan,
berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan
ekonomi nasional. Asas ini diberlakukan agar para pengusaha dari UMKM ini
lebih efektif dan lebih menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam
membangun perekonomian Indonesia dengan menerapkan asas-asas tersebut.
Asas-asas yang ada didalam undang-undang tersebut yaitu : Asas kekeluargaan,
asas demokrasi nasional, asas kebersamaan, asas efisiensi berkeadilan, asas
berwawasan lingkungan, asas kemandirian, asas keseimbangan kemajuan, asas
Universitas Sumatera Utara
53
kesatuan ekonomi nasional. Dan semua asas itu ada dalam bab II, Pasal 2
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.
b. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan usaha kecil dilakukan untuk menumbuhkan sikap
kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan UMKM agar dapat berkarya
dengan prakarsa sendiri. Selain itu dapat juga mewujudkan kebijakan publik yang
transparan, akuntabel dan berkeadilan, dan melakukan pengembangan usaha
berbasis potensi daerah dan berorientasi dalam UMKM tersebut sehingga dapat
melakukan peningkatan daya saing yang berorientasi tinggi.
Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM ada dalam Bab II, Pasal 4 dan Pasal 5.
c. Kriteria-Kriteria UMKM
Berdasarkan Pasal 6 beserta penjelasannya, pada UU No.20 Tahun 2008
tentang UMKM, kriteria UMKM dilihat dari jumlah kekayaan bersih dan hasil
dari para pengusaha UMKM. Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah
hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha dengan total nilai kewajiban, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Yang dimaksud dengan “hasil
penjualan tahunan” yang ada tertulis dalam undang-undang tersebut mengartikan
hasil penjualan bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam
satu tahun buku. Kriteria-kriteria UMKM ini juga ditetapkan pada undang-undang
No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, namun besaran jumlah yang ada dalam
undang-undang lama berbeda dengan undang-undang yang baru. Terdapat
perbedaan jumlah nominal yang ada didalam undang-undang tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang No.9 Tahun 1995 Tentang Koperasi dan Usaha
Universitas Sumatera Utara
54
Kecil Menengah, kegiatan ekonomi rakyat ini memiliki kekayaan bersih berkisar
50 juta-200 juta dengan omzet penjualan sebesar Rp 1 milyar, namun pada UU
No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, usaha ini memiliki
kekayaan bersih berkisar Rp 50 juta-Rp 500 juta dengan penjualan tahunan
berkisar Rp 300-Rp 2,5 milyar.
d. Penumbuhan Iklim Usaha
Penumbuhan iklim usaha dituangkan dalam Pasal 7 UU Nomor 20 Tahun
2008. Penumbuhan iklim usaha bagi kegiatan UMKM tersebut harus disertai
dengan bantuan pemerintah setempat. Bantuan tersebut dapat berupa pendanaan,
sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan, kesempatan
berusaha, promosi dagang, dukungan kelembagaan. Hal-hal tersebut dapat
dilaksanakan jika masyarakat mendukung program-program yang telah ditetapkan
pemerintah setempat demi terciptanya usaha-usaha baru yan berbasis UMKM.
Dengan berkembangnya iklim usaha tersebut membuat banyaknya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat terutama bagi masyarakat yang memiliki latar
belakang pendidikan rendah.
e. Pendanaan dan Pembiayaan UMKM
Berdasarkan Pasal 8 UU No.20 Tahun 2007 tentang UMKM, aspek
pendanaan dan pembiayaan UMKM juga dikenal dengan aspek pendanaan usaha
yang dimana hal tersebut dituangkan dalam Pasal 7 dalam Undang-Undang
tersebut. Pendanaan usaha digerakkan demi memperluas jaringan usaha dari
UMKM tersebut melalui pemberian fasilitas peminjaman melalui perbankan
dengan prosedur yang lebih mudah. Dengan kemudahan mendapatkan dana,
Universitas Sumatera Utara
55
UMKM yang ada pasti akan mudah untuk melakukan inovasi-inovasi yang baru
terhadap produk-produk UMKM yang ada.
Pembiayaan UMKM dijelaskan dalam Pasal 21 dan Pasal 22 UU No.20
Tahun 2008 dimana peran pemerintah, BUMN, Usaha Besar dapat memiliki
inisiatif terhadap pemberian kredit atau mengalokasikan dana khusus untuk
membesarkan pengusaha UMKM sendiri.
f. Sarana dan Prasarana Serta Informasi UMKM
Pasal 8 UU UMKM menjelaskan kegiatan pemberian sarana dan prasarana
dalam UMKM memaksudkan adanya pemberihan kemudahan terhadap para
pengusaha UMKM dalam keringanan tarif prasarana tertentu sesuai dengan
peraturan daerah setempat. Aspek informasi UMKM dapat dilihat dari Pasal 10
yang
menjelaskan untuk membantu para pihak yang di dalam UMKM
memperoleh informasi dalam mengembangkan usahanya dan memperoleh
informasi dalam kemudahan mencari dana tambahan.
g. Aspek Perizinan UMKM
Pasal 12 UU UMKM mengatur aspek perizinan berhubungan dengan
penyederhanaan tata cara dan jenis perizinan dalam pendirian UMKM. Aspek ini
dimulai dari kesederhanaan dalam proses, kejelasan dalam pelayanan, kepastian
waktu penyelesaian, kepastian biaya, dan lain-lain yang menyangkut mengenai
pendirian UMKM. Adanya aspek ini dicetuskan dalam undang-undang, agar para
pengusaha lebih terbantu dalam membuka usahanya. Dengan adanya kejelasan
dalam aspek perizinan ini membuat minat masyarakat dalam mengembankan
UMKM menjadi lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
56
h. Kesempatan Berusaha UMKM
Pasal 13 UU UMKM, aspek kesempatan berusaha ini dilakukan dengan
tujuan untuk memberdayakan UMKM tersebut dengan cara pemberian lokasi
yang layak, menetapkan alokasi, mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha
untuk lebih mudah dikembangkan dan juga untuk melindungi usaha tertentu yang
dianggap baik untuk dikembangkan oleh UMKM. Hal ini juga jelas lebih
menguntungkan produk yang dihasilkan oleh UMKM melalui pengadaan secara
langsung dan memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan bagi para
pengusaha UMKM jika mengalami permasalahan.
i. Aspek Promosi dan Pemasaran UMKM
Pasal 14 UU UMKM memaparkan bahwa promosi dan pemasaran lebih
ditujukan untuk meningkatkan daya promosi dari usaha-usaha UMKM.
Peningkatan aspek promosi dan pemasaran ini dapat membantu para pengusaha
UMKM sendiri untuk lebih mudah mengembangkan produk-produknya diluar
daerah produknya dibuat atau bahkan dapat diperkenalkan di luar negaranya.
Kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan secara intensif dan terarah akan
menghasilkan nilai positif bagi Indonesia sendiri, dimana dengan dikenalnya
produk-produk UMKM di Indonesia dan di luar negeri, ini akan membantu
meningkatkan nilai ekonomi di Indonesia. Kegiatan ini akan berjalan dengan
lancar jika pemerintah memberikan fasilitas yang memadai dan melindungi hak
atas kekayaan intelektual atas produk-produk UMKM.
Universitas Sumatera Utara
57
j. Aspek Dukungan Kelembagaan UMKM
Pasal 15 UU UMKM memaparkan aspek dukungan kelembagaan UMKM
terdiri atas :
a. Inkubator Bisnis
b. Lembaga Layanan Pengembangan Usaha
c. Konsultan Keuangan Mitra Bank
k. Aspek Pengembangan UMKM
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berperan dalam mengembangkan
UMKM yang sesuai dengan Pasal 16 UU UMKM dimana fungsi dari pemerintah
pusat dan pemerintah daerah yaitu memfasilitasi UMKM dalam bidang produksi
dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi. Selain
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha juga memiliki peranan yang penting
untuk mengembangkan UMKM agar mampu bersaing dengan produk-produk luar
yang masuk ke Indonesia.
l. Aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia UMKM
Pasal 19 UU UMKM pengembangan SDM UMKM dapat dilakukan
dengan meningkatkan ketrampilan secara teknik kepada para pengusaha dan
memperkenalkan dunia UMKM kepada SDM melalui program-program
ketrampilan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
m. Aspek Perjanjian, Kemitraan dan Pola Kemitraan
Pasal 34 UU UMKM mengatur aspek perjanjian, serta tujuan dan
pengaturan kemitraan UMKM diatur pada Pasal 11 dan Pasal 25, dan pola
kemitraan terdapat dalam Pasal 26 UU UMKM.
Universitas Sumatera Utara
58
n. Saksi Administrasi dan Ketentuan Pidana
Sanksi administrasi dan ketentuan pidana diatur dalam Pasal 39 dan Pasal
40 UU UMKM. Disini diatur mengenai pelanggaran yang dilakukan dari para
pengusaha, baik pengusaha besar ataupun menengah yang telah melanggar
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan UU UMKM. Jumlah nominal yang harus
dibayar oleh pihak yang bersalah telah ditentukan dalam Pasal tersebut, dan jika
terdapat tindakan yang mengacu terhadap penipuan agar dapat memperoleh
keuntungan demi dirinya, sanksi yang diberikan bukan hanya ganti rugi namun
adanya kurungan penjara yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara