Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi

Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman atau suatu keadaan
ditemukan mikroorganisme patogen di dalam sirkulasi dan dapat berkembang
menjadi sepsis (Soedarno dkk,2008). Bakteriemia dapat merupakan fenomena
sementara yang tidak disertai peyakit serius dari infeksi bakteri invasif yang
berasal dari saluran gastrointestinum (Salmonella, Pseudomonas, Escherichia
coli, Klebsiella-Enterobacter, Enterococcus), saluran kencing (E-coli, Klebsiella
enterobacter, Proteus, Neisseria gonorrhoea), saluran pernapasan (Pneumococus,
Haemophilus influenza, Staphylococus aureus) atau kulit (S-aureus, Sepidermidis, Streptococcus pyogenes). Bakteremia yang merefleksikan infeksi
(true infection) akan menyebabkan respon fisiologis yang mengindikasikan
adanya infeksi berat. Bakteremia ringan (< 100 unit pembentuk -koloni [colonyforming units=CFU/ml darah) dapat menyertai instrumentasi saluran pernapasan,
gastrointestinum, atau genitourinaria. Bakteriemia mungkin tidak bergejala atau
disertai dengan sedikit gejala. Bila bakteri tidak dibersihkan secara efektif oleh

mekanisme pertahanan hospes, respons radang sistemik mulai terjadi dan dapat
progresif tanpa tergantung infeksi asalnya. Sepsis adalah salah satu penyebab
sindrom respons radang sistemik (SRRS) dan respon sistemik terhadap infeksi,
berdasarkan adanya SRRS ditambah dengan infeksi yang dibuktikan atau dengan
suspek infeksi secara klinis. Berdasarkan Bone et al, SIRS adalah pasien yang
memiliki dua atau lebih kriteria:
1.Suhu >38 atau 90 kali/menit
3.Laju Respirasi >20 kali/menit atau PaCo 12.000/mm² atau >10% sel imatur
Jika tidak diketahui dan diobati secara dini, sepsis dapat memperberat terjadinya
SRRS (Sindrom Respons Radang Sistemik), syok septik, syok refrakter, disfungsi
banyak organ, dan kematian. Bakteriemia berat (>100-1.000 CFU/ml) seringkali

Universitas Sumatera Utara

5

dapat ditemukan pada penderita sepsis dan juga pada mereka yang menderita syok
septik ( Powell, 1996).
Menurut Blanc (1961), infeksi pada neonatus dapat terjadi melalui 3 cara
yaitu:

1.

Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Di sini
kuman itu melewati batas plasenta dan menyebabkan intervilousitis.
Selanjutnya terjadi infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan kemudian masuk
ke janin.

2.

Infeksi intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara infeksi yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban
dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting terhadap
timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun
ketuban masih utuh misalnya pada partus lama .

3.


Infeksi postanatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya merupakan infeksi
yang diperoleh (acquired infection). Sebagian besar infeksi yang berakibat
fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan
alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang
(cross infection). Morbiditas dan mortalitas infeksi postnatal tetap tinggi
meskipun terapi terus berkembang. Ini kerana bayi yang lahir dirumah sakit
terkena infeksi dengan kuman-kuman yang sudah tahan terhadap banyak jenis
antibiotika sehingga menyulitkan pengobatannya.

Universitas Sumatera Utara

6

Gambar 1. Bakteriemia dan komplikasi-komplikasi lanjut

BAKTERI
BAKTEREMIA

INFEKSI SETEMPAT

SEPSIS
SEPSIS PLUS
SETIDAKNYA
SALA SATU DARI
BERIKUT INI:
• PERUBAHAN
MENTAL AKUT
• HIPOKSEMIA
• LAKTAT
PLASMA
• OLIGURIA

BUKTI KLINIS
ADANYA INFEKSI
PLUS
• HIPERTERMIA/
HIPOTERMIA
• TAKIKARDIA
• TAKIPNEA
• KELAINAN JUMLAH

LEUKOSIT

SINDROM SEPSIS

SYOK SEPTIK

Sindrom sepsis plus
Hipotensi atau pengisian
kembali kapiler jelek yang
berlansung lebih dari 1 jam
walaupun sudah diberi
cairan iv dan intervensi
farmakologik,
dan
memerlukan
dukungan
vasopressor

Universitas Sumatera Utara


7

SINDROM SEPSIS PLUS
HIPOTENSI ATAU
PENGISISAN KEMBALI
KAPILER JELEK YANG
BERESPONSSEGERA
TERHADAP CAIRAN IV
DAN/ATAU INTERVENSI
FARMAKOLOGIK

SYOK SEPTIK
REFRAKTER

MODS

KEMATIAN

SETIAP KOMBINASI
• DIC

• ARDS
• GAGAL GINJAL AKUT
• GAGAL HATI AKUT
• DISFUNGSI SSS AKUT

(Powell, 1996)

Infeksi pada neonatus dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Ada beraneka
ragam cara penularan agen penyebab infeksi dari ibu ke janin bayi baru lahir.
Penyebaran hematogen transplasenta dapat terjadi pada setiap waktu selama
kehamilan. Manifestasi infeksi kongenital dapat dilihat pada saat lahir atau setelah
beberapa bulan kelahiran, bahkan beberapa tahun. Penularan infeksi secara
vertikal dapat terjadi selama di dalam uterus, tepat sebelum kelahiran atau selama
proses kelahiran. Setelah dilahirkan, bayi baru lahir terpapar terhadap penyakit
infeksi dalam ruang perawatan atau di permukiman. Sehubungan dengan makin
kompleksnya perawatan intensif neonatus, bayi baru lahir kurang bulan dan yang
lahir dengan berat badan kurang akan dapat tetap hidup dan dapat bertahan lebih
lama dalam lingkungan dengan risiko infeksi yang lebih tinggi. Bayi baru lahir

Universitas Sumatera Utara


8

mungkin kurang mampu berespons terhadap infeksi, karena menderita defisiensi
satu atau lebih faktor imunologis yang melibatkan sistem retikuloendotelial,
komplemen, leukosit, polimorfonuklear, sitokin, antibodi, atau imunitas seluler.
Infeksi perinatal didapat terjadi tepat sebelum atau selama kelahiran dengan cara
penularan mikroorganisme secara vertikal dari ibu ke bayi baru lahir (Gutoff,
1996).
Faktor neonatus terpenting yang memberi kecenderungan pada infeksi
adalah prematuritas atau berat badan lahir rendah. Terdapat 3 sampai 10 kali lebih
tinggi insidens infeksi dan sepsis pada bayi-bayi ini daripada bayi cukup bulan
dengan berat badan lahir normal. Laki-laki memiliki insidens sepsis sekitar 2 kali
lebih tinggi daripada wanita, dimana kemungkinan adanya faktor-faktor terkait
jenis kelamin dan kerentanan hospes. Resusitasi saat lahir, terutama jika
melibatkan intubasi endotrakea, pemasangan kateter pembuluh darah umbilikus,
atau keduanya, dihubungkan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri. Hal ini
kemungkinan berkaitan dengan prematuritas atau infeksi pada saat lahir. Infeksi
neonatus pascalahir didapat setelah kelahiran, selama 28 hari pertama. Namun
infeksi serupa juga terlihat pada bayi, terutama bayi prematur selama usia

beberapa bulan pertama. Agen etiologi dapat ditularkan dari berbagai sumber
manusia, seperti ibu, kontak keluarga, dan orang-orang di rumah sakit, atau dari
sumber tidak hidup, seperti peralatan yang terkontaminasi (Gutoff, 1996).
Pada tahun 1930, Group A Streptococcus merupakan penyebab terbanyak
infeksi neonatal dan bisa dikendalikan dengan penisilin. Pada tahun 1940 insiden.
Infeksi gram negatif khususnya E. coli meningkat,sedangkan pada tahun 1950
yang meningkat adalah infeksi S.aureus. Pada tahun 1960 sampai dengan 1970,
infeksi Group B Streptococcus yang menonjol (Berhman dkk, 1996). Pola kuman
penyebab bakteriemia berbeda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke
waktu. Di Australia, Amerika Serikat, Inggris, dan banyak negara maju lainnya,
kuman penyebab bakteriemia onset dini adalah Group B Streptococcus dan E coli.
Di negara yang sedang berkembang, sebagian besar kuman penyebab
bakteriemia adalah kuman gram negatif seperti Enterobacter sp, Klebsiella sp,
Coli sp dan Psudomonas sp, sedangkan Group B Streprokokkous yang merupakan

Universitas Sumatera Utara

9

kuman penyebab bakteriemia di negara-negara maju belum pernah ditemukan

pada negara berkembang (Amir dkk, 2005). Perbedaan pola kuman ini
mempunyai arti penting dalam penatalaksanaan bakteriemia, yaitu terhadap
pemilihan antibiotik yang digunakan dan berkaitan dengan prognosis dan
komplikasi jangka panjang yang mungkin terjadi. (Wiswell, 2001)
Studi prevalensi bacteremia pada anak-anak dalam berbagai pengaturan
telah mengidentifikasi ada kecenderungan rasial, geografis, atau sosial ekonomi.
Namun, pola resistensi antibiotik bervariasi di wilayah geografis yang berbeda,
yang dapat mempengaruhi perawatan anak-anak dengan bacteremia (Harper MB,
1993). Pemberian antibiotik hendaknya disesuaikan dengan pola kuman yang ada
pada masing-masing unit perawatan Neonatus. Tidak adanya pola kuman yang
khas yang dapat digunakan sebagai pedoman terapi sementara menunggu hasil
kultur selesai yang memakan waktu 3 sampai 5 hari merupakan salah satu
penyebab resistensi. Oleh karena itu, uji mikrobiologi dan uji resistensi harus
dilakukan secara rutin untuk memudahkan para dokter dalam hal memilih
antibiotik. (Hadinegoro, 2002)

2.2.

Neonatus
Periode neonatal didefinisikan sebagai 28 hari pertama setelah lahir dan


dapat dibagi lagi dalam beberapa subdivisi yaitu early birth (less than 7 days),
very early birth (less than 24 hr), dan late neonatal periods (7days to less than 28
days). (Kliegman, 2011)

2.3.

Pemeriksaan kultur darah
Hasil sebagian besar daripada kultur darah akan menunjukkan hasil positif

dalam waktu 24 sampai 36 jam masa inkubasi jika terdapat kehadiran
mikroorganisme. Mengobati neonatus sepsis selama minimal 48 jam. Minimal 0.5
mL ( dan sebaiknya 1 mL) darah harus ditempatkan dalam botol kultur darah yang
paling pediatric.

Universitas Sumatera Utara

10

Terdapat dua jenis botol kultur, aerobik dan anaerobik (Manual of Neonatal Care,
6th Edition).

2.4.

Uji Sensitivitas Antibiotik
Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji

kepekaan suatu bakteri terhadap antibiotik. Uji kepekaan atau sensitivitas
bertujuan untuk mengetahui daya kerja atau efektifitas dari suatu antibiotik dalam
membunuh bakteri. (Akbar, 2009) Metode Kirby Bauer adalah uji sensitivitas
dengan metode difusi agar menggunakan teknik disc diffusion, dalam uji
sensitivitas metode Kirby Bauer menggunakan media seleksif, yaitu media Muller
Hinton Agar. (Pudjarwoto, 2008) Mekanisme kerja metode Kirby Bauer cukup
sederhana, pertama transfer koloni bakteri uji pada media BHI cair, inkubasi 37'C
selama 18 jam. Pada umur 18 jam bakteri uji mengalami fase eksponensial atau
logaritma (dimana bakteri dalam fase aktif, metabolisme dan enzm yang terbentuk
maksimal sertaa berada pada fase pathogenitas). Pisahkan beberapa tetes suspensi
ke dalm tabung reaksi yang berbeda, tambahkan NaCl Fisiologis. Masukkan lidi
kapas steril ke dalam suspensi tersebut dan tekan lidi kapas pada dinding tabung,
ratakan lidi kapas yang diolesi suspensi ke seluruh permukaan media MHA
dengan ketebalan standar 0.6 cm. Diamkan lebih kurang 5 menit. Tempatkan disc
antibiotik, inkubasi 37'C selama 18 jam, amati zona pertumbuhan bakteri di
sekitar disc dan ukur diameter zona hambatannya, tentukan bakteri uji sensitivitas
atau resisten terhadap antibiotik dengan menggunakan tabel interpretative standar.
(Akbar, 2009) Bakteri uji resisten apabila pada zona hambatan yang terbentuk <
tabel interpretative standar (bakteri uji tahan terhadap daya kerja antibiotik),
bakteri uji sensitivitas apabila pada zona hambatan yang terbentuk > tabel
interpretative standar. (bakteri uji peka terhadap daya kerja antibiotik) (Lady.A,
2008). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer :
- Konsentrasi mikroba uji
- Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram
- Jenis antibiotik.
- pH medium.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Penderita Karsinoma Laring di Departemen THT-KL RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011-Desember 2013

2 45 61

Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitasnya Terhadap Antibiotik Di RSUP H. Adam Malik Medan Periode 1 Juli 2009 Sampai Dengan 30 Juni 2010

1 47 48

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

1 12 41

BAKTEREMIA PADA NEONATUS : POLA KUMAN DAN KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA Bakteremia Pada Neonatus : Pola Kuman Dan Kepekaannya Terhadap Antibiotika Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 4 12

BAKTEREMIA PADA NEONATUS : POLA KUMAN DAN KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA Bakteremia Pada Neonatus : Pola Kuman Dan Kepekaannya Terhadap Antibiotika Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

1 10 17

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 11

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 2

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 3

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 3

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 4